BAB 1 PENDAHULUAN
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi organisme dari mata. Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata. Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan bola mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas, sebaiknya sebanding dengan NaCl 0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH yang sama dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas partikel asing. Penggunaan tetes mata pada etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka, karena penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi kontaminasi dengan bebas. Selain obat tetes mata digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan kondisi pada mata, dapat juga digunakan untuk menghilangkan ketidaknyamanan pada mata ( American ( American Academy of Ophthalmology, Ophthalmology, 2011 ). ). Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai anestetik topikal, anestetik lokal untuk suntikan, midriatik & sikloplegik, obat-obat yang dipakai dalam pengobatan glaukoma, kortikosteroid topikal, campuran kortikosteroid & obat anti-infeksi, obat-obat lain yang dipakai dalam pengobatan konjungtivitis alergika, dan obat mata anti-infeksi. Sediaan pengobatan dapat berupa larutan dan suspensi dengan cara meneteskannya pada mata . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tetes mata (oculoguttae ( oculoguttae)) merupakan cara pemberian obat pada mata yang dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata(Aziz,2011). Selain obat tetes mata digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan kondisi pada mata, dapat juga digunakan untuk menghilangkan ketidaknyamanan pada mata ( American ( American Academy of Ophthalmology, Ophthalmology, 2011 ). ). Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai anestetik topikal, anestetik lokal untuk suntikan, midriatik & sikloplegik, obat-obat yang dipakai dalam pengobatan glaukoma, kortikosteroid topikal, campuran kortikosteroid & obat anti-infeksi, obatobat lain yang dipakai dalam pengobatan konjungtivitis alergika, dan obat mata anti-i nfeksi. Sediaan pengobatan dapat berupa larutan dan suspensi dengan cara meneteskannya pada mata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tetes mata (oculoguttae ( oculoguttae)) merupakan cara pemberian obat pada mata yang dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata. Sangatlah penting untuk diingat bahwa seluruh obat-obatan termasuk tetes mata memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang ditimbulkan oleh tetes mata bersifat lokal, artinya 1
hanya berefek pada mata saja. Seperti mata merah, iritasi, dan penglihatan yang kabur. Sebagian besar bahan medikasi pada tetes mata dapat tertinggal didalam atau disekitar mata. Tetapi dalam jumlah kecil, dapat juga berefek pada tubuh ( American Academy of Ophthalmology, 2011 ). Tetes mata diserap kedalam aliran darah melalui lapisan membran mukosa pada permukaan mata, sistem pengeluaran air mata, dan hidung. Ketika diabsorbsi pada aliran darah, tetes mata dapat menyebabkan efek samping pada bagian tubuh lainnya. Beberapa efek samping diantaranya adalah: denyut jantung melemah, rasa pusing, dan sakit kepala. Walaupun demikian, umumnya obat tetes mata memiliki resiko efek samping yang lebih kecil daripada jenis obat-obatan lain yang dikonsumsi secara oral ( American Academy of Ophthalmology, 2011 ).
Pengertian Obat Tetes Mata Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. DOM Martin : 880 Tetes mata adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang terluka atau kecelakaan atau pembedahan dan mereka kemudian secara potensial lebih berbahaya daripada injeksi intavena. Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata. Ketika cairan, larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik atau maksud diagnosa. Larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular collyrium). Larutan mata (colluria) Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma karena kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat. Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata. Selain steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi seperti kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok. 1. Syarat-syarat Tetes Mata Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;
Isotonisitas dari larutan; 2
pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum
2. Keuntungan Tetes Mata Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg obat-obatnya larut dalam air.Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan.Dengan definisi, semua bahan-bahan adalah lengkap dalam larutan, keseragaman tidak menjadi masalah, hanya sedikit pengaruh sifat fisika dengan tujuan ini.Salep mata umumnya menghasilkan bioavailabilitas yang lebih besar daripada larutan berair. 3. Kerugian Tetes Mata Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi. Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat. 4. Karakteristik Sediaan Mata: 1. Kejernihan a.
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih.
b. Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah dan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas. 2. Stabilitas a.
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe pengemasan
b. Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8 namun demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun. c.
Tambahan untuk pH optimal, jika sensitivitas oksigen adalah satu faktor, stabilitas adekuat diinginkan antioksidan. kemasan plastik, polietilen densitas rendah “Droptainer” memberikan kenyamanan pasien, dapat meningkatkan deksimental
3
untuk kestabilan dengan pelepasan oksigen menghasilkan dekomposisi oksidatif bahan-bahan obat. 3. Buffer dan pH a.
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam.
b. pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapsitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. kapasitas buffer adalah kunci utama, situasi ini. 4. Tonisitas a.
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnefudosifat koligatif larutan adalah sama. larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9% laritan Na Cl.
b. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan. 5. Viskositas a.
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.
b. Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata. 6. Additives/Tambahan a.
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.
b. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan. c.
Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
d. Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,014
0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial. 2.2 Golongan obat tetes mata Antibiotik
Obat mata golongan antibiotik digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus. Kebanyakan infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal. Blefaritis dan konjungtivitis sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis dan endoftamitis mungkin bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Blefaritis bakterial dapat diobati dengan pemberian salep mata antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata. Hampir semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan sendirinya. Antibakteri tetes mata atau salep mata digunakan bila diperlukan tindakan pengobatan. Respons yang kurang baik terhadap pemberian obat menunjukan konjungtivitis kemungkinan disebabkan oleh virus atau alergi. Konjungtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba sistemik dan topikal. Sementara itu, ulkus kornea dan keratitis perlu penanganan oleh dokter spesialis dan mungkin membutuhkan penggunaan antimikroba subkonjungtival atau sistemik. Endoftalmitis adalah kedaruratan medik yang juga membutuhkan penatalaksanaan oleh dokter spesialis dan sering membutuhkan pengobatan menggunakan antibiotik parenteral, sub-konjungtival atau sistemik. Kandungan obat antibiotik mata selain pembawa yang harus steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan. Obat antiinfeksi untuk mata dibagi lagi dalam beberapa bagian yakni antibakteri, antijamur, dan antivirus, yang masing-masing golongan tersebut ada spesialisasi tersendiri khusus untuk obat-obatnya. Golongan senyawa obat khusus untuk antibakteri dan antijamur yakni: asam fusidat, firamisetin sulfat, gentamisin, kloramfenikol, levofloksasin, neomisin sulfat, polimiksin B sulfat, ciprofloxacin, tobramisin, dibekasin, oxitetrasiklin, sulfasetamid, dan tetrasiklin. Sementara golongan senyawa obat yang termasuk antivirus yakni: asiklovir dan idoksuridin untuk infeksi herpes simpleks seperti ulcer kornea.
5
Kontraindikasi
Efek Samping
Golongan Obat
Indikasi
Gentamisin
Konjungtivitis , keratitis, keratokunjung tivitis, tukak kornea, blefaritis, dan sakit mata lainnya yang rentan terhadap gentamisin.
Hipersensitif terhadap golongan obat gentamisin
Pandangan kabur, iritasi sementara. Lebih jarang terjadi: mata kering, nyeri okular.
Ciprofloxacin
Ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri/ virus. Dan juga untuk Konjungtivitis (radang selaput ikat mata) yang disebabkan oleh strain bakteri yang rentan terhadap ciprofloxacin atau golongan kuinolon lainnya.
Hipersensitif terhadap Siprofloksasin atau golongan kuinolon lainnya.
Rasa terbakar atau rasa tidak enak setempat, gatal-gatal, edema kelopak mata, mata berair.
Mekanisme Kerja
Sediaan Beredar
1 tetes pada mata yang sakit 3 kali sehari. Gunakan berselang minimal 10 menit.
golongan aminoglikosida yang efektif untuk menghambat bakteri penyebab infeksi pada mata.
Danigen (Dankos) Tetes mata (K); Garexin (Global Multi Pharmalab) Salep mata 3mg/ml; tetes mata 3mg/ml (K); Genoint (Erela) salep mata 0.3%; tetes mata Isotict timact (Fahrenheit) tetes mata 0.3%, 0.5% (K); Sagestam (Sanbe Farma) tetes mata dan tetes telinga 3mg/ml (K); Ximex konigen (Konimex) tetes mata 0.3% (K).
Ulkus kornea : 2 tetes tiap 15 menit selama 6 jam pertama, lalu 2 tetes tiap 30 menit selama sisa hari pertama. Hari kedua : 2 tetes tiap jam. Hari ke-3 sampai hari ke-14 : 2 tetes tiap 4 jam. Konjungtivi tis : 1-2 tetes tiap 2 jam selama 2 hari & 1-2 tetes tiap 4
Ciprofloxacin bekerja dengan cara menghambat subunit A pada DNA-gyrase (topoisomerase) yang merupakan bagian esensial dalam proses sintesa DNA bakteri. Siprofloksasin efektif terhadap bakteri gramnegatif dan gram-positif.
Baquinor (Sanbe Farma) Tetes mata 3mg/ml (K); Isotic Renator (Fahrenheit) tetes mata 3mg/ml (K); Ximex Cylowam (Konimex) Tetes mata 0.3% (K).
Dosis
6
jam selama 5 hari berikutnya.
Kloramfenikol
Blepharitis, catarrhae, conjunctivitis, traumatic keratitis, trachoma, ulcerative keratitis
Penderita yang hipersensitif terhadap Kloramfenikol
Rasa pedas sementara, laporan yang jarang mengenai anemia aplastik; pasien yag hipersensitif terhadap golongan obat ini.
1 tetes pada Kloramfenikol mata yang memiliki sakit 3 kali spektrum sehari yang luas gunakan sebagai berselang antibakteri minimal 10 sehingga dapat menit dari mengatasi penggunaan infeksi akibat obat penurun mikroba/bakteri tekanan patogen. okular yang lain.
Cendofenicol (Cendo) salep mata 1%; tetes mata 0.25%, 0.5%, 1% (K); Cloramidina (Armoxindo) salep mata 1% (K); Colme (Interbat) tetes mata 0.5% (K); Erlamycetin (Erela) Salep mata 1%; tetes mata 5mg/ml (K); Isotic Salmicol (Fahrenheit) tetes mata 0.5% (K); Kemicetine (Dankos) Salep mata 1%; Tetes mata 10mg/ml (K); Reco (GMP) tetes mata 0.5% salep mata 1% (K); Spersanicol (Novartis) salep mata 1%, tetes mata 5mg/ml (K); *Albucetine (Cendo) salep mata, tetes mata (K); *Kloramixin (Armoxindo) tetes mata (K)
7
Golongan Obat
Indikasi
Kontraindikasi
Efek Mekanisme Dosis Samping Kerja Hipersensitif Ringan atau Antibiotika , gatal dan kelompok sedang: 1-2 bengkak tetes setiap 4 aminoglikosida pada jam; yang larut dalam kelopak air dan spektrum Berat: 2 mata, tetes per jam luas yang aktif eritema hingga terhadap bakteri konjungtiva, sembuh patogen Gramtoksisitas negatif dan okular lokal Gram-positif pada mata.
Sediaan beredar Bralifex (Sanbe Farma) tetes mata (K); Isotic Tobryne (Fahrenheit) tetes mata (K); Tobrex (Alcon) tetes mata 0.3%, salep mata 0.3% (K) *Bralifex Plus (Sanbe) tetes mata 3mg/ml (K); *Tobradex (Alcon) tetes mata, salep mata (K)
Tobramisin
Terapi infeksi bagian luar mata dan adneksanya disebabkan bakteri yang peka.
Hipersensitif terhadap tobramisin
Dibekasin/ Dibekasin Sulfat
Ulkus kornea, infeksi glandula tarsal, kordeolum, blefaritis, dakriosistitis, konjungtivitis, keratitis, episkleritis. Infeksi okular superfisial yang mengenai konjungtiva dan/ kornea
Hipersensitif terhadap golongan dibekasin
Iritasi atau sensitisasi
Sehari 4 x 2 tetes
Antimikrobaantibakteri
Dibekacin Meiji (Meiji) tetes mata 3mg/ml (K)
Hipersensitif
Reaksi Alergi
Oleskan dalam sehari 4-6 kali ke kantong konjungtiva
Oxytetracycline bersifat bakteriostatik dengan cara menghambat sintesis protein bakteri
Terramycin (Pfizer) salep mata 1% (K); *Terracortril (Pfizer) Salep mata (K)
Tukak kornea, blefaritis, blefarokonjun gtivitis, konjungtivitis kronik, dakriosistitis, trakom, pencegahan infeksi pada abrasi kornea, laserasi atau terbakar, pengeluaran benda asing dari mata
Hipersensitif terhadap golongan sulfasetamid/ sulfasetamid natrium
Reaksi alergi dan infeksi
1-2 tetes aktivitas dam diulangi antimikroba paling dengan spektrum sedikit 4 kali luas, dapat sehari mencegah selama pertumbuhan dan beberapa perkembangan hari berbagai jenis bakteri, baik gram positif maupun gram negatif
Oksitetrasiklin/O ksitetrasiklin HCl
Sulfasetamid/ Sulfasetamid Natrium
Albucid (Nicholas) tetes mata (T) Albuvit (Cendo) tetes mata 10% (T); Bleph-10 Allergan (Darya Varia) tetes mata (K); Cendocetamide (Cendo) salep mata 100mg/g, tetes mata 10%, 15% (T); Dansemid (Dankos) tetes
8
mata 15% (K); *Cendocetapred (Cendo) tetes mata, salep mata (K); *Albucetine (Cendo) salep mata, tetes mata (K); Tetrasiklin/ Tetrasiklin HCL
Infeksi superfisial oleh bakteri gram positif dan negatif, protozoa, virus dan ricketsia.
Hipersensitif
Pada individu tertentu dapat menimbulka n reaksi alergi seperti urtikaria, edema palpebra serta menjadi peka terhadap cahaya (fotosensitas i kulit)
Sehari 3-4 kali, dioleskan pada bagian mata yang sakit
Menghambat sintesis protein bakteri dan bersifat bakteriostatik, bersifat menghambat baik untuk bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif
Enkacyclin (Kimia Farma) Salep mata (K); Erlacyclin (Erela) Salep mata (K)
9