MAKALAH FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 3 “ ANTIBIOTIK ANTIBIOTIK BETALAKTAM “
Disusun Oleh : Kelompok 2 Muaadzatul Izzah Sudarman
( G 701 15 024 )
Richa Hellen Marande
( G 701 15 009)
Tatat Rahmita Utami
( G 701 15 126)
Jesicha Natania
( G 701 15 )
Syarifah Aini
( G 701 15 )
Sinta
( G 701 15 )
Moh.Riski Aditya
( G 701 15 156 )
Sri devi
( G 701 15 )
Riri Anriyani
( G 701 15 )
Riski maulina T
( G 701 14 )
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Antibiotik betalaktam dengan baik meskipun banya kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usaha demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa depan yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
Antibiotika atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Alexander flening pada tahun 1927 menmukan antibiotika yang pertama yaitu penisilin. Setelah mulai digunakan secara umum pada tahun 1940, maka antibiotika biasa dibilang merubah dunia pengobatan, serta mengurangi angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis. Arti Antibiotika sendiri pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada hewan dan manusia. Saat ini beberapa jnis antibiotika merupakan senyawa sintetis ( tidak dihasilkan dari mikroorganisme) tetapi juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dpat membunuh bakteri baik berupa senyawa sintetis, atau alami disebut dengan zat anti mikroba, akan tetapi banyak orang menyebutnya dengan antibiotika. Meskipun antibiotika mempunyai manfaat yang sangat banyak, penggunaan antibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya re sistensi antibiotika Penggunaan antibiotik dalam jumlah yang banyak dan penggunaannya yang salah diduga sebagai penyebab utama tingginya jumlah patogen dan bakteri komensal resisten di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan akan antibiotik-antibiotik baru. Pengurangan jumlah kejadian penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan cara terbaik untuk melakukan kontrol terjadinya resistensi bakteri.
I.2 Rumusan Masalah
1. Sejarah Antibiotik 2. Pengertian Antibiotik 3. Penggolongan antibiotik 4. Antibiotik Beta-Laktam
BAB II ISI II.1 Sejarah Antibiotik
Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming, seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, penisilin mulai diresepkan untuk mengobati penyakit-penyakit infeksi. Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang tidak bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian. Namun sejak penisilin ditemukan, jutaan penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan nyawanya. Begitu hebatnya antibiotik, sehingga sejak tahun 1944 – 1972, rata-rata harapan hidup manusia meningkat delapan tahun. Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba lain. Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik. Tahun 1950-an, telah muncul jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan penisilin. Untungnya, para ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian. Untuk sementara waktu, dunia masih boleh bergembira karena para ilmuwan berhasil menemukan antibiotik antibiotik baru. Antara tahun 1950 – 1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum mengkhawatirkan, karena penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya. Namun sejak akhir 1960-an, tidak ada lagi penemuan baru yang bisa diandalkan. Baru pada tahun 1999, ilmuwan berhasil mengembangkan antibiotik baru. Itu pun harus adu cepat dengan semakin banyaknya bakteri-bakteri super yang kebal antibiotik. Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti
pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Menurut Selman Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan
encer
mereka
mempunyai
kemampuan
menghambat
pertumbuhan
dan
membinasakan mikroba lain. Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan jamur Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan diketahui dapat diproduksi oleh berbaga jamur. Namun karena kurang stabil terutamabio-aktivitasnya akan hilang bila diuapkan sampai kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939, Florey dan kawan-kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan penggunaan penisilin Fleming untuk terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga melakukan penelitian penisilin, mereka membiakkan organisme Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada temperatur rendah; akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000 kali, serta dapat menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang mempunyai stabilitas baik terutama bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan besar dalam perkembangan produksi antibiotik terutama penisilin dan merupakan tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi.
Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research New York. Dubos menemukan antibiotik komplek tyrothricin yang diproduksi oleh bakteri tanah Baccilus brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff menemukan aktinomisin yang diperoleh dari biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan streptomisin yang merupakan salah satu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota
dari
aktinomisetes.
Streptomisin
merupakan
anti
tuberkulosis
yang
mujarab.perkembangan ini merangsang penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi gudang utama untuk memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan pencarian antibiotik dari berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan telah berhasil mendapatkan antibiotik baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti khloramfenikol oleh Streptomyces venezuelae dan polimiksin oleh B. polymyxa pada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces. Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan streptomyces. Semua ini merupakan antibiotik yang sangat penting dan sampai saat ini masih diperhitungkan sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi. Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan nonmedis. Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul dan telah berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal untuk menggantikan antibiotik yang sudah ada II.2 Pengertian Antibiotik
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji, 2008).
II.3 Penggolongan antibiotik Penggolongan antibiotik dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Siswandono dan Soekardjo, 2000):
a. Berdasarkan struktur kimia antibiotik Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut: 1)
Golongan Aminoglikosida, antara lain amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
2)
Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
3)
Golongan Glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
4)
Golongan Makrolida, antara lain eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin.
5)
Golongan Tetrasiklin, antara lain doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin.
6)
Golongan Polipeptida, antara lain polimiksin dan kolistin.
7)
Golongan
Kuinolon,
antara
lain
asam
nalidiksat,
siprofloksasin,
ofloksasin,
norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. 8)
Golongan Oksazolidinon, anatara lain linezolid.
9)
Golongan Sulfonamida dan turunannya, antara lain sulfadiazin, sulfametoksazol, dapson, dan asam paraaminosalisilat.
10) Golongan Diaminopirimidin, antara lain trimetoprim dan pirimetamin. 11) Golongan Turunan Nitrobenzen, antara lain kloramfenikol. 12) Golongan Linkosamida, antara lain klindamisin dan linkomisin. 13) Golongan Nitroimidazol, antara lain metronidazol dan tinidazol. 14) Golongan Turunan Asam Nikotinat, antara lain isoniazid, pirazinamid, dan etionamid. 15) Golongan Antibiotik Polien, antara lain nistatin dan amfoterisin B. 16) Golongan Turunan Azol, antara lain mikonazol, ketokonazol, dan flukonazol. 17) Golongan Nitrofuran,antara lain nitrofurantoin dan furazolidin.
18) Antibiotik lain yang penting, seperti rifampisin, etambutol, spektinomisin, griseofulvin, tiasetazon, clofazimin.
b. Berdasarkan toksisitas selektif Berdasarkan sifat toksisitas selektif, terdapat antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan bakterisid. Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri sedangkan agen bakterisida membunuh bakteri. Kedua istilah tersebut berkaitan dengan istilah kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Kadar hambat minimum merupakan kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba dan KBM merupakan kadar minimal yang diperlukan untuk membunuh mikroba (Nugroho, 2011). Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Anonim, 2008).
c. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut (Kepmenkes RI, 2011): 1) Inhibitor sintesis dinding sel bakteri Memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara lain golongan β -Laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomisin, basitrasin, fosfomisin, dan daptomisin. 2) Inhibitor sintesis protein bakteri Memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obatobat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin, klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol. 3) Menghambat sintesa folat Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA (asam paraaminobenzoat), pteridin, dan glutamat. Sedangkan pada manusia, asam
folat merupakan vitamin dan kita tidak dapat menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk senyawa-senyawa antimikroba. 4) Mengubah permeabilitas membran sel Memiliki efek bakteriostatik dan bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran dan oleh karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat-obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin. 5) Mengganggu sintesis DNA Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat
ini
menghambat
asam
deoksiribonukleat
(DNA)
girase
sehingga
mengahambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan terbukanya danterbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA. 6) Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin. d. Berdasarkan aktivitas antibiotik Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut (Kee dan Hayes, 1996): 1) Antibiotik spektrum luas (broad spectrum) Golongan ini efektif untuk melawan beberapa jenis organisme, contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organisme baik gram positif maupun gram negatif. Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas. 2) Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum) Golongan ini efektif untuk melawan satu jenis organisme, contohnya penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut daripada antibiotikberspektrum luas. e. Berdasarkan pola bunuh antibiotik Terdapat 2 pola bunuh antibiotik terhadap kuman yaitu (Anonim, 2008): 1) Time dependent killing.
Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas kadar hambatminimal (KHM) kuman, sebagai contoh adalah pada antibiotik penisilin, sefalosporin, linezoid, dan eritromisin. 2) Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi atau dalam dosis besar, tetapi tidak memerlukan mempertahankan kadar tinggi ini dalam
waktu
lama,
misalnya
pada
antibiotik
golongan
aminoglikosida
dan
fluorokuinolon. f. Berdasarkan indikasi penggunaan antibiotik, maka terapi antibiotik dapat dibagi tiga, yakni terapi empiris, terapi definitif, dan terapi profila ksis (Kepmenkes RI, 2011). 1)
Terapi empiris, antibiotik diberikan pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatanpertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi. Pemilihan jenis dan dosis antibiotik berdasarkan data epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang tersedia di komunitas atau di rumah sakit setempat. Rute pemberian antibiotik pada terapi empirik secara per oral seharusnya namun bila pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan pemberian secara parenteral. Pemberian antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
2)
Terapi definitif, antibiotik diberikan pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya. Pemberian antibiotik untuk terapi definitif bertujuan untuk eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi. Rute pemberian antibiotik secara per oral namun pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan
menggunakan
antibiotik
parenteral
dan
jika
kondisi
pasien
memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera diganti dengan antibiotik per oral. Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan datamikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
3)
Terapi profilaksis, antibiotik yang diberikan untuk pencegahan pada pasien yang rentan terkena infeksi. Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik yang berspektrum sempit dan spesifik.
II.4 Antibiotik Beta-Laktam
Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan inhibitor beta-
laktamase. Obat-obat antibiotik beta-laktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram -positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesi peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel bakteri (Kemenkes, 2011). Penisilin
Golongan penisilin mempunyai persamaan sifat kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, dan karakterisktik imunologis dengan sefalosforin, monobaktam, karbapenem, dan penghambat beta-laktamase. Semua obat tersebut merupakan senyawa beta laktam yang dinamakan demikian karena mempunyai cincin laktam beranggota empat yang unik (Katzung, 2012). Penisilin mempunyai mekanisme kerja dengan cara mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri (transpepetidase atau ikatan silang), sehingga membran kurang stabil secara osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga penisilin disebut bakterisida. Keberhasilan penisilin menyebabkan kematian sel berkaitan denganukurannya, hanya defektif terhadap organisme yang tumbuh secara cepat dan mensintesis peptidoglikan dinding sel (Mycek et al., 2001). Golongan penisilin diklasifikasikan berdasarkan spektrum aktivitas antibiotiknya, antara lain penislin G dan penislin V, penislin yang resisten terhadap beta-laktamase, aminopenislin, karboksipenislin, ureidopenislin.
Penisilin G (Benzil Penisilin) merupakan klasifikasi dari antibiotik golongan penisilin yang diindikasikan pada pasien dengan penyakit pneumonia, infeksi tenggorokan, otitis media, penyakit Lyme, endokarditis streptokokus, infeksi meningokokus, enterokolitis nekrotika, fasciitis nekrotika, leptospirosis, antraks, aktinomikosis, abses otak,gas gangren, selulitis, osteomielitis. Golongan antibiotik ini dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitif. Dosis pemakaian penisilin pada infeksi ringan sampai sedang pada organisme yang sensitif adalah dengan cara injeksi(Intarmuskular) IM atau (Intravena) IV lambat atau infusIV. Pada neonatus dosis yang digunakan 50 mg/kgBB/haridalam 2 dosis terbagi, pada usia 1-4 minggu dosis yangdigunakan 75 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi, usia 1bulan – 12 tahun: 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi.Pada infeksi berat digunakan dosis yang lebih tinggi (IDAI,2012).
Golongan Benzatin Penisilin diindikasikan pada pasiendengan faringitis yang disebabkan
oleh
Streptokokus,carrier
difteri,
sifilis
dan
infeksi
treponema
lain
(ulkustropikum), profilaksis demam rematik. Dosis yangdigunakan untuk faringitis streptokokal, profilaksis primerdemam rematik adalah injeksi IM jika berat badan<30 kg dosis yang digunakan 450 – 675 mg dosis tunggal. Beratbadan>30 kg, 900 mg dosis tunggal (IDAI, 2012). Ampisilin diindikasikan pada pasien dengan penyakitmastoiditis, infeksi ginekologik, septikemia, peritonitis,endokarditis, meningitis, kolesistitis, osteomielitis yangdisebabkan oleh kuman yang sensitif. Antibiotik inidikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitifterhadap golongan penisilin. Dosis yang digunakan padaneonatus 25 – 50 mg/kgBB/dosis, pada usia 1 minggu setiap12 jam, usia 2 – 4 minggu setiap 6 – 8 jam pemberian secaraIV. Dosis pada bayi dan anak secara oral adalah 7,5 – 25mg/kgBB/dosis setiap 6 jam (IDAI, 2012). Golongan amoksisilin diindikasikan pada pasien denganpenyakit infeksi saluran kemih, infeksi saluran napasbagian atas, bronkitis, pneumonia, otitis media, abses gigi,osteomielitis, penyakit
Lyme
pada
anak,
profilaksisendokarditis,
profilaksis
paska-splenektomi,
infeksiginekologik, gonore, eradikasi Helicobacter pylori.Tersedia dalam bentuk kapsul dan tablet. Dosis untukanak<10 tahun, 125 mg setiap 8 jam, untuk infeksi beratdosis diberikan dosis ganda. Dosis untuk neonatus sampaiumur 3 bulan, 20−30 mg/kgBB dalam dosis terbagi setiap12 jam (IDAI, 2012). Sefalosporin
Sefalosporin dan analog 7-metoksinya, sefamisin seperticefoxitin (se FOX i tin), cefotetan (se foe TEE tan), dancefmetazole (sef MET a zol) adalah antibiotik betalaktamyang berkaitan erat dengan penislin secara struktur danfungsional. Kebanyakan sefalosporin
dihasilkan
secarasemisintetik
dengan
pengikatan
kimia
pada
rantai
sampingasam 7-aminosefalosporanat. Sefalosporin dan sefamisinmempunyai mekanisme kerja sama dengan penislin dandipengarungi oleh mekanisme resistensi yang sama, tetapiobat−obat tersebut lebih cenderung menjadi lebih resistendibandingkan penislin terhadap beta-laktam (Mycek et al ,2001). Golongan sefalosporin diklasifikasikan berdasarkangenerasi, yang terdiri dari generasi I, generasi II, generasi III, dan generasi IV.
Sefotaksim termasuk golongan sefalosporin generasi III Golongan ini diindikasikan pada pasien dengan infeksi traktus respiratorius bawah, infeksi kulit atau struktur kulit,infeksi tulang dan sendi, infeksi intra-abdomen, dan infeksitraktus genitourinarius. Terapi proven atau suspectedmeningitis yang disebabkan oleh organisme seperti H.influenzae dan N. meningitidis, infeksi Neisseriagonorhoeae, infeksi bakteri
batang
gram
negatifnonpseudomonas
pada
pasien
dengan
risiko
mengalaminefrotoksisitas dan/atau ototoksisitas akibataminoglikosida. Infeksi bakteri yang terbukti sensitifterhadap sefotaksim. Antibiotik ini dikontraindikasikanpada pasien dengan hipersensitivitas terhadap sefotaksim,sefalosporin, atau komponennya. Dosis untuk bayi dananak usia 1 bulan – 12 tahun dengan berat badan<50 kg,100−200 mg/kgBB/hari dibagi setiap 6−8 jam. Untuk beratbadan≥50 kg, infeksi sedang sampai berat diberikan 1−2 gsetiap 6−8 jam, untuk infeksi yang mengancam jiwadiberikan 2 g/dosis setiap 4 jam dosis
maksimum 12 g/hari.Untuk anak usia>12 tahun diberikan 1−2 g setiap 6−8 jamhingga 12 g/hari (IDAI, 2012). Seftriakson diindikasikan pada pasien dengan infeksi seriusdisebabkan oleh bakteri yang
sensitif
termasuk
septikemia,pneumonia,
dan
meningitis,
profilaksis
pada
pembedahanprofilaksis meningitis meningokokal, gonore. Antibiotik in dikontraindikasikan pada
pasien
dengan
hipersensitifterhadap
sefalosporin,
porfiria,
neonatus
dengan
ikterus,hipoalbuminemia, asidosis atau gangguan pengikatanbilirubin. Dosis untuk bayi dan anak di injeksi IM dalam,IV lambat (3−4 menit) atau infus IV 20−50 mg/kgBB/harisampai 80 mg/kgBB/hari, pada infeksi serius, infus IVdalam 60 menit (IDAI, 2012). Seftazidim diindikasikan pada pasien dengan infeksi karenabakteri yang sensitif, terutama Pseudomnas sp, termasukyang resisten terhadap aminoglikosida. Antibiotik inidikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitifterhadap sefalosporin, porfiria. Dosis untuk bayi usia<2bulan adalah injeksi IV atau infus IV: 25−50 mg/kgBB/haridalam 2 dosis terbagi. Untuk bayi usia bayi>2 bulan adalahinjeksi IV atau infus IV 50−100 mg/kgBB/hari dalam 2−3dosis terbagi (IDAI, 2012). Monobaktam (beta-laktam monosiklik)
Yang termasuk kedalam golongan adalah aztreonam.Aktivitas resisten terhadap betalaktamase yang dibawaoleh bakteri Gram- negatif. Aktif terutama terhadap bakteriGramnegatif. Aktivitasnya sangat baik terhadapEnterobacteriacease, P. aeruginosa, H. influenzae dangonokokus. Pemberian secara parenteral, terdistribusi baikke seluruh tubuh, termasuk cairan serebrospinal. Sebagianbesar obat diekskresi utuh melalui u rin (Kemenkes, 2011). Karbapenem
Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yangmempunyai aktivitas antibiotik yang lebih
luas
daripadasebagian
besar
beta-laktam
lainnya.
Spektrum
denganaktivitas
menghambat sebagian besar Gram-positif, Gramnegatif, dan anaerob (Kemenkes, 2011). Spektrum bakteri imipenemin /solastatin merupakanpreparat antibiotik beta-laktam berspektrum paling luasyang tersedia saat ini. Obat ini menunjukkan peranan dalamterapi empirik karena obat ini aktif terhadap organismegram positif penghasil penisilinase dan organisme
gramnegatif,
anaerob
dan
Pseudomonas
pseudomunas lainnya resisten (Mycek et al, 2001).
aeruginosa
,
meskipunstrain
Fakmakokinetik Imipenen diberikan secara intervena danpenetrasinya baik ke jaringan dan cairan tubuh termasukcairan serebrospinaslis terutama bila di meningen adainflamasi. Obat
ini
diekskresikan
melalui
filtrasiglomerulus
dan
mengalami
pembelahan
olehdihidropeptidase yang dijumpai pada tubulus proksimalginjal memebentuk metabolit inaktif yang bersifatnefrotoksik. Kombinasi imipenem dan silastatin (suatupenghambat dihidropeptidase), melindungi imipenem untuktidak membelah sehingga pembentukan metabolit toksistidak terjadi. Hal ini meyebabkan obat tersebut aktif untukpengobatan infeksi saluran kemih (Mycek et al., 2001). Efek samping yang paling sering adalah mual dan muntah,dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada pasiendengan lesi (Sistem Saraf Pusat ) SSP atau denganinsufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem mempunyaiefikasi serupa imipenem, tetapi lebih jarang menyebabkankejang (Kemenkes, 2011). Obat yang termasuk karbapenem adalah meropenem.Antibiotik ini diindikasikan pada pasien dengan infeksiberat oleh kuman gram negatif yang resisten terhadapantibiotik turunan penisilin dan sefalosporin generasi ketigaserta resisten terhadap bakteri yang memproduksi extendedspectrum beta lactamase (ESBL). Antibiotik inidikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsiginjal dan riwayat kejang. Dosis yang diberikan untukinfeksi standar adalah IV 20 mg/kgBB/dosis, sedangkanuntuk infeksi berat adalah IV 40 mg/kgBB/dosis padameningitis yang disebabkan Pseusomonas sp (IDAI, 2012) Inhibitor beta-laktamase
Inhibitor beta-laktamase melindungi antibiotik beta-laktamdengan cara menginaktivasi beta-laktamase. Golonganantibiotik ini adalah asam klavulanat, sulbaktam, dantazobaktam. Asam klavulanat merupakan suicide inhibitoryang mengikat beta-laktamase dari bakteri Gram-positifdan Gram-negatif secara ireversibel . Obat ini dikombinasidengan amoksisilin untuk
pemberian
oral
dan
dengantikarsilin
untuk
pemberian
parenteral.
Sulbaktamdikombinasi dengan ampisilin untuk penggunaanparenteral, dan kombinasi ini aktif terhadap kokus Grampositif,termasuk S. aureus penghasil beta-laktamase, aerobGramnegatif (tapi tidak terhadap Pseudomonas) danbakteri anaerob. Sulbaktam kurang poten dibandingklavulanat sebagai inhibitor beta-laktamase. Tazobaktamdikombinasi dengan piperasilin untuk penggunaanparenteral. Waktu paruhnya memanjang dengan kombinasidan ekskresinya melalui ginjal (Kemenkes, 2011).
BAB III PENUTUP III.1
Kesimpulan 1. Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semisintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007). 2. Penggolongan antibiotik Berdasarkan struktur kimia antibiotik a. Golongan Aminoglikosida, antara lain gentamisin, kanamisin b. Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan karbapenem (ertapenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). c. Golongan Glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin d. Golongan Makrolida, antara lain eritromisin, azitromisin e. Golongan Tetrasiklin, antara lain doksisiklin, oksitetrasiklin f. Golongan Polipeptida, antara lain polimiksin dan kolistin. g. Golongan Kuinolon, antara lain asam nalidiksat, siprofloksasin, h. Golongan Oksazolidinon, anatara lain linezolid. i. Golongan Sulfonamida dan turunannya, antara lain sulfadiazin. j. Golongan Diaminopirimidin, antara lain trimetoprim k. Golongan Turunan Nitrobenzen, antara lain kloramfenikol. l. Golongan Linkosamida, antara lain klindamisin dan linkomisin. m. Golongan Nitroimidazol, antara lain metronidazol dan tinidazol. n. Golongan Turunan Asam Nikotinat, antara lain isoniazid, o. Golongan Antibiotik Polien, antara lain nistatin dan amfoterisin B. p. Golongan Turunan Azol, antara lain mikonazol, ketokonazol q. Golongan Nitrofuran,antara lain nitrofurantoin dan furazolidin. r. Antibiotik lain yang penting, seperti rifampisin, etambutol, spektinomisin, griseofulvin, tiasetazon, clofazimin. 3. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik
1.
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri
2.
Inhibitor sintesis protein bakteri
3.
Menghambat sintesa folat
4.
Mengubah permeabilitas membran sel
5.
Mengganggu sintesis DNA
6.
Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
4. Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, dan
inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik beta-laktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian besar efektif terhadap organisme Gram-positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesi peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel b akteri
II.2. Saran
Menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekhilafan, kritik dan saran membangun penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.