BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Sejarah Islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam aliran besar dalam Islam.. Keduanya adalah Ahlussunnah (Sunni) dan Syi‘ah. Tak dapat dipungkiri pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat konflik kekerasan satu sama lain, sebagaimana yang kini bisa kita saksikan di negara-negara seperti Irak dan Lebanon. Syiah, syiah ini berbeda pendapatnya dengan aliran lain di antaranya dalam pendirian, bahwa penunjukan imam sesudah wafat Nabi di tentukan oleh Nabi sendiri dengan nash. Nabi tidak boleh melupakan nash itu terhadap pengangkatan khalifahnya, sehingga menyerahkan pekerjaan pengangkatan itu secara bebas kepada umatnya dan halayak ramai. Selanjutnya syi'ah berpendirian bahwa seseorang imam yang di angkat itu harus ma'sum atau terpelihara dari pada dosa besar atau dosa kecil, dan bahwa Nabi Muhammad dengan nash meninggalkan wasiatnya untuk mengangkat Ali bin Abi thalib menjadi khalifahnya, bukan orang lain, dan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabatnya yang pertama dan utama. Terlepas dari hubungan antara keduanya yang kerap kali tidak harmonis, Syi‘ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus mengenai Syi‘ah telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana. Tak terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam makalah ini kami akan membahas pengertian, sejarah, tokoh, ajaran, dan sekte Syi‘ah. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan gambaran yang utuh, obyektif, dan valid mengenai Syi‘ah, yang pada gilirannya dapat memperkaya wawasan wawasan kita sebagai seorang Muslim.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian aliran Syi‘ah? 2. Bagaimana sejarah kemunculan aliran Syi‘ah? 3. Apa pokok ajaran Syi‘ah? 4. Apa saja sekte-sekte dalam aliran Syi‘ah? 5. Siapa saja tokoh-tokoh dalam aliran Syi‘ah? C. Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Islamic Teology serta bertujuan mengetahui hal-hal yang berkaitan mengenai
aliran syi‘ah, mulai dari pengertian aliran Syi‘ah, sejarah kemunculan aliran Syi‘ah, pokok ajaran Syi‘ah, sekte dalam aliran Syi‘ah, dan tokoh -tokoh dalam aliran Syi‘ah.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiah
Syiah secara etimologi (kebahasaan) berarti pengikut, pendukung, pembela, pencinta, yang kesemuanya mengarah kepada makna dukungan 1
kepada ide atau individu dan kelompok tertentu. Sedangkan menurut Ahmad Al-Waili dan Abd al-Qadir Syaib al-Hamdi Guru Besar pada Universitas Islam Madinah, sebagaimana dikutip oleh Fadil, Syiah menurut bahasa adalah pengikut atau pembantu.
2
Muhammad Husayn Thabathaba‘i dalam bukunya ―Islam Syiah‖, menyebutkan bahwa Syiah adalah kaum muslimin yang menganggap pengganti Nabi saw. merupakan hak istimewa keluarga Nabi, dan mereka yang dalam bidang pengetahuan dan kebudayaan Islam mengikuti mazhab Ahl al-Bayt.
3
Muhammad Jawad Maghniyah, seorang ulama beraliran Syiah, sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab, memberikan definisi tentang kelompok Syiah, bahwa mereka adalah ―kelompok yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. telah menetapkan dengan nash (pernyataan yang pasti) tentang khalifah (pengganti) Beliau dengan menunjuk Imam Ali. Definisi ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Ali Muhammad al-Jurjani (1339-1413), seorang Sunni penganut aliran Asy‘ariyah, yang menulis dalam bukunya at-Ta‟rif at (defenisi-defenisi) bahwa: Syiah adalah mereka yang mengikuti Sayyidina Ali ra. dan percaya bahwa beliau adalah imam sesudah Rasul saw. Dan percaya bahwa imamah tidak keluar dari beliau dan keturunannya.
4
1
M.Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan Mungkinkah? Kajian Konsep Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 60. 2 Fadil SJ, Syiah Dalam Perspektif Sejarah: Dari Hadits al-Indzar Sampai Imamah , Jurnal STAIN Malang, No. 5 Tahun 1998, hlm. 80. 3 Allamah Sayyid Muhammad Husayn Thabathaba‘i, Islam Syiah: Asal-Usul dan Perkembangannya, diterjemahkan dari, Shi‟ite Islam, penerjemah, Djohan Effendi (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1989), hlm. 32. 4 M. Quraish Shihab, Sunnah-Syiah, hlm. 61.
3
Sedangkan dalam pandangan Abu Zahrah,
5
bahwa Syiah adalah
mazhab politik yang pertama lahir dalam Islam. Mazhab mereka tampil pada akhir masa pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Mereka mengagumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya. Sehingga mereka mengeksploitasi kekaguman mereka terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya. Ketika keturunan Ali, yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa Bani Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka memandang Ahl al-Bayt sebagai syuhada dan korban kezaliman. Dengan demikian semakin meluaslah daerah mazhab Syiah dan pendukungnya semakin banyak. Dari berbagai pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Syiah adalah golongan yang lebih mengutamakan Ali bin Abi Thalib dari sahabat lainnya, yang percaya bahwa Ahl al-Bayt lebih berhak untuk memegang tampuk kekhalifahan sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw atas dasar wasiat dari Rasul dan kehendak dari Allah. Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah syiah-syiah atau kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah, sehingga saat itu tidak ada lagi kelompok-kelompok atau syiah. Hal mana karena Rasulullah diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat kelompok-kelompok. Allah berfirman : Ali Imran 103
5
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, penerj. Abd.Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Jakarta: Lpgos, 1996), hlm. 34.
4
5
Artinya : “ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah
menyelamatkan
kamu
dari
padanya.
Demikianlah
Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. ” B. Sejarah Aliran Syi’ah
Sebagaimana dipahami dari pengertian Syiah di atas, bahwa kelompok Syiah adalah para pendukung Ali bin Abi Thalib dan mereka percaya bahwa kepemimpinan setelah Nabi wafat adalah hak Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Dari sinilah bermulanya persoalan yang pada akhirnya menimbulkan suatu polemik yang panjang diantara umat. Ketika
Nabi
wafat,
persoalan
penggantian
dipahami
sebagai
penggabungan kepemimpinan politik dan religius, suatu prinsip yang dikenal baik oleh orang Arab, meskipun tentu saja, dengan tingkat penekanan yang berbeda pada salah satu dari dua aspek ini. Bagi sebagian orang politik lebih diperhatikan dari pada religius, sedang bagi yang lain religius lebih diperhatikan ketimbang politik.
6
Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi‘ah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan Khalifah ‗Ali dengan pihak pemberontak Mu‘awiyah bin Abu Sufyan di Shiffin, yang lazim disebut sebagai peristiwa tahkîm atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan ‗Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan ‗Ali. Mereka ini disebut golongan Khawarij. Sebagian besar orang yang tetap setia terhadap khalifah disebut Syî‟atu „Alî (pengikut ‗Ali).
6
Sayyid H. Muhammad. Jafri, Origin And Early Development of Shi‟a Islam (New York: Longman,1979). Terjemahan Indonesia oleh Meth Kieraha, Awal dan Sejarah Perkembangan Islam Syiah dari Saqifah Sampai Imamah, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989), hlm. 42.
6
Sebagaimana dijelaskan oleh Thabathaba‘i dalam bukunya ― Islam Syiah‖, setelah Nabi wafat, para pengikut dan sahabat Ali percaya bahwa kekhalifahan dan kekuasaan agama berada di tangan Ali. Kepercayaan ini berpangkal pada pandangan tentang kedudukan dan tempat Ali dalam hubungannya dengan Nabi, para sahabat dan kaum muslimin umumnya. Namun sebelum jasad Nabi dimakamkan, para sahabat yang lain telah berkumpul di suatu tempat dan bertindak lebih jauh dan tergesa-gesa menetapkan seorang khalifah pengganti Nabi tanpa berunding dengan Ahl alBayt, keluarga-keluarganya ataupun beberapa sahabatnya, yang sedang sibuk mengurusi jenazah Nabi. Setelah selesai pemakaman Nabi, Ali dan para sahabatnya – seperti ―Abbas, Zubair, Salman, Abu Dzar, Miqdad, dan Ammar – mengetahui tentang pelaksanaan pemilihan khalifah. Mereka mengajukan protes terhadap cara musyawarah dan pemilihan dalam pengangkatan khalifah tersebut, dan juga terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pemilihan itu. Akibat protes yang mereka lakukan ini menjadikan mereka dikenal sebagai kaum partisan atau syiah Ali.
7
Mereka berpendapat bahwa penunjukan Ali sebagai pengganti Nabi telah terjadi ketika Nabi Muhammad saw. dalam perjalanan pulang dari ibadah haji pada waktu haji wada‘ pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 11 H bertepatan dengan tahun 632 M. Di suatu tempat yang bernama Ghadir Khum yang terletak antara Mekkah dan Madinah, dikisahkan bahwa Nabi telah membuat sebuah proklamasi yang amat menentukan, yang telah diriwayatkan orang dengan berbagai macam versi. Yang paling populer diantara berbagai riwayat itu adalah perkataan Nabi yang berbunyi: ―Barang siapa yang menganggap saya sebagai pemimpinnya, maka harus pula menganggap Ali adalah pemimpinnya.
8
7
Allamah Sayyid Muhammad Husayn Thabathaba‘i, Islam Syiah, hlm. 39-40. A. Rahman Zainuddin dan M. Hamdan Basyar (Ed.), Syiah dan Politik di Indonesia: Sebuah Penelitian (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 40. 8
7
9
Hasyimi dalam bukunya ―Syiah dan Ahlusunnah‖ menjelaskan bahwa bibit partai Syiah yaitu pendapat yang menyatakan bahwa Ali lah yang berhak menjadi Khalifah dan untuk selanjutnya adalah para pendukung Ali. Partai Syiah ini pada mulanya adalah partai politik yang bertujuan merebut kekuasaan. Paham politik mereka yaitu bahwa khalifah haruslah turunmenurun dari turunan Ali bin Abi Thalib. Asas ajaran mereka, bahwa khalifah yang dalam istilah Syiah disebut ―imam‖, adalah Saiyidina Ali , setelah wafat Muhammad, kemudian berturutturut imam itu telah ditetapkan oleh Allah dari keturunan Ali. Menurut mereka, bahwa mengakui imam dan mentaatinya adalah sebagian dari iman. Muhammad Abu Zahrah mengatakan, Syiah adalah mazhab politik yang pertama lahir dalam Islam. Mazhab ini tampil pada akhir masa pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Setiap kali Ali berhubungann dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya. Karena itu para propagandis Syiah mengekploitasi kekaguman mereka terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya. Di antara pemikiran itu ada yang menyimpang dan ada pula yang lurus. Ketika keturunan Ali, yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa Bani Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka memandang Ahl al-Bayt ini sebagai syuhada dan korban kezaliman. Dengan demikian, semakin meluaslah daerah mazhab Syiah dan pendukungnya semakin banyak.
10
Partai Syiah ini kemudian pecah menjadi berpuluh-puluh sekte, yang satu sama lain sangat berbeda. Ada sekte yang sangat ekstrim, yang mengatakan bahwa Ali adalah Tuhan dan ada sekte yang tidak perlu ibadat, hanya ibadat batin saja. Diantara sekte-sekte yang banyak itu yang paling 9
A. Hasyimi, Syiah dan Ahlusunnah: Saling Rebut Pengaruh dan Kekuasaan Sejak Awal Sejarah Islam di Kepulauan Nusantara ( Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hlm. 39-40. 10 Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran politik dan Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos, 1996), hlm. 34.
8
masyhur adalah sekte Zaidiyah, Kisaniyah, Imamiyah yang juga mempunyai cabang seperti Ithna Ashariyah, Ismailiyah, dan sebagainya. Partai Syiah yang mulanya hanya bergerak dalam bidang politik, kemudian lama kelamaan mereka juga mempunyai mazhab dalam fiqih, pendapat dalam filsafat, ajaran dalam tasawuf, dan keyakinan dalam aqidah. Namun dari sekte-sekte partai Syiah yang ekstrimlah yang kemudian banyak sekali menjelma paham-paham sesat menyesatkan, terutama dalam bidang aqidah, filsafat dan tasawuf. Pengaruhnya meliputi seluruh dunia Islam, sampai ke Indonesia, dan juga dalam kalangan mereka banyak lahir ahli-ahli pikir, ulama-ulama, fuqaha-fuqaha, filosuf-filosuf, ahli-ahli tasawuf dan penyair.
11
C. Ajaran-ajaran Aliran Syi’ah
Kaum Syi‘ah memiliki lima prinsip utama yang wajib dipercayai oleh penganutnya. Kelima prinsip itu adalah al-tauhid, al-adl, al-nubuwwah, alimamah, dan al-ma‟ad . 1. Al-Tauhid
Kaum syi‘ah mengimani bahwa Allah itu ada, Maha Esa, tunggal, tempat
bergantung
segala
makhluk,
tidak
beranak,
diperanakkan, dan tidak seorang pun serupa dengan-Nya.
dan 12
tidak
Keyakinan
seperti ini tidak berbeda dengan akidah kaum muslimin pada umumnya 2. Al-‘Adl
Kaum syi‘ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak menyukai perbuatan zalim dan perbuatan buruk seperti berdusta dan memberikan beban yang tak dapat dipikul oleh manusia. Allah juga bersih dari aib, cacat, dan celah.
11
A. Hasyimy, Syiah dan Ahlusunnah , hlm. 40 Al-Sayyid Amir Muhammad al-Kazhimi al-Quzwini, Al-Syi‟ah fi Aqa‟idihim wa Ahkamihim, Dar al-Zahra, Beirut, 1977, hlm. 26 12
9
3. Al-Nubuwwah
Kepercayaan syiah terhadap keberadaan Nabi-Nabi juga tidak berbeda dengan kaum muslimin lain. Menurut mereka, Allah mengutus sejumlah Nabi dan Rasul ke muka bumi untuk
membimbing umat
manusia. Rasul-Rasul itu memberikan kabar gembira bagi orang yang mentauhidkan Allah dan melakukan amal sholeh dan kabar siksa/ancaman bagi orang yang mengingkari Allah dan durhaka. 4. Al-Imamah
Imamah merupakan masalah yang penting bagi kaum syi‘ah. Bagi mereka, imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan dunia sekaligus. Ia pengganti Rasul dalam memelihara syari‘at, melaksanakan hudud (hak/hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan
kebaikan dan ketentraman umat.
13
5. Al-Ma’ad
Secara harfiah Al-Ma‘ad berarti tempat kembali. Yang dimaksud di sini adalah hari akhirat. Kaum syi‘ah percaya sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti akan terjadi. D. Sekte-sekte dalam Aliran Syi’ah
Dari 22 sekte yang ada dalam tubuh Syi‘ah, yang nampaknya masih ada sampai sekarang ini hanya tiga: Imamiah, Ismailiah, dan Zaidiah. 1. Imamiah
Syi‘ah ini dinamakan imamah karena kepercayaan mereka yang kuat tentang imam bahwa yang berhak memimpin umat Islam hanyalah imam. Yang berhak menggantikan Nabi sebagai pemimpin hanyalah Ali bin Abi Thalib. Hak Ali atas kepemimpinannya itu bukan dilihat dari sudut kecakapan, sifat, atau lainnya, tapi yang terpenting adalah bahwa hal itu sudah diwasiatkan oleh Nabi.
13
14
Sayyid Mahbuddin al-Khatib, Mengenal Pokok- Pokok Ajaran Syi‟ah al -Imamah dan Perbedaannya Dengan Ahlussunnah , Ahli bahasa Munawwar Putera, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1984, hlm. 25. 14 Drs. H.M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid , PT. Raja Grafindo Persada, 1994, hlm 138
10
2. Ismailiah
Syi‘ah Islamailiah adalah sekte Syi‘ah yang berpendapat bahwa imam itu hanya tujuh. Penganut aliran Ismailiah sampai sekarang masih ada, terutama di India. Pemimpinnya adalah Prince Karim Khan, cucu Agha Khan, yang kini menetap di Jenewa.
15
3. Zaidiah
Sekte Syi‘ah pengikut Zaid bin Ali Husain bin Ali bin Abi Thalib ini berkembang di daerah Yaman. Syi‘ah ini lebih moderat disbanding syi‘ah lainnya. Kalau sekte syi‘ah yang lain, khususnya Imamiah dan Ismailiah secara tegas menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW. Menunjuk Ali dan memberi
wasiat kepadanya untuk menggantikan
beliau menjadi pemimpin umat Islam setelah beliau wafat, Zaidiah tidak berpendapat demikian. Menurut kelompok Zaidiah, Nabi tidak menunjuk Ali secara tegas dengan menyebutkan namanya, tapi hanya memberikan deskripsi atau isyarat yang bersifat umum. Karena itu, kelompok ini tidak menganggap Abu Bakar, Umar dan Usman sebagai orang yang zalm yang merampas atau merebut hak kekhalifahan Ali. Meskipun demikian, mereka tetap beranggapan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama.
16
E. Tokoh-Tokoh Aliran Syi’ah
Dalam pertimbangan Syi‘ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‗Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‗Ali, Husain bin ‗Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi‘ah, yaitu Zaid bin ‗Ali bin Husain Zainal ‗Abidin dan Ja‘far al-Shadiq. Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya. Pemikiran Ja‘far al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu fiqh dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu
15
Ibid …, hlm 140 Ibid …, hlm 142
16
11
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi‘i dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara langsung atau tidak langsung pernah menimba ilmu darinya. Oleh karena itu, tidak heran bila kemudian Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang kontroversial di kalangan
pengikut
Sunnah
(Ahlussunnah — pen.).
Mahmud
Syaltut
memfatwakan bolehnya setiap orang menganut fiqh Zaidi atau fiqh Ja‘fari Itsna ‗Asyariyah.17 Adapun Zaid bin ‗Ali bin Husain Zainal ‗Abidin terkenal ahli di bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin ‗Ali telah dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah satu karya yang ia hasilkan adalah kitab al- Majmû‟ (Himpunan/Kumpulan) dalam bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.
18
Selain dua tokoh di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syi‘ah, di antaranya: 1. Nashr bin Muhazim 2. Ahmad bin Muhammad bin ‗Isa al-Asy‘ari 3. Ahmad bin Abi ‗Abdillah al-Barqi 4. Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi 5. Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar 6. Muhammad bin Mas‘ud al-‗Ayasyi al-Samarqandi 7. Ali bin Babawaeh al-Qomi 8. Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini 9. Ibn ‗Aqil al-‗Ummani 10. Muhammad bin Hamam al-Iskafi 11. Muhammad bin ‗Umar al-Kasyi 12. Ibn Qawlawaeh al-Qomi 13. Ayatullah Ruhullah Khomeini 14. Al-‗Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba‘i 15. Sayyid Husseyn Fadhlullah 17
Ibid …, hlm. 13-15. Ibid …, hlm. 15.
18
12
16. Murtadha Muthahhari 17. ‗Ali Syari‘ati 18. Jalaluddin Rakhmat 19. Hasan Abu Ammar
19
20
19
Beliau adalah salah seorang tokoh Ahlulbait/Syi‘ah Indonesia. Karya tulisnya dalam bidang keislaman antara lain Islam Alternatif (1988), Membuka Tirai Kegaiban: Renunganrenungan Sufistik (1995), Rintihan Suci Ahli Bait Nabi (1997), Catatan Kang Jalal (1998), Islam Aktual (1998), dan Islam dan Pluralisme (2006). Pakar komunikasi yang juga pengasuh SMA Plus Muthahhari, Bandung, ini adalah Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (Ijabi). Periode 2004-2008. Ijabi sendiri adalah organisasi kemasyarakatan yang berbasiskan pada kaum Ahlulbait/Syi‘ah Indonesia. 20 Beliau adalah Doktor lulusan CIIS, Qum, Iran, yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur. Pada 2 Oktober lalu beliau berkesempatan menyampaikan materi pada acara Seminar Lintas Mazhab ―Rasionalisme Islam Perspektif Syi‘ah dan Sunni‖ di Ruang Teater Lt. 4 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau hadir sebagai representasi Syi‘ah. Hadir pula pembicara Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara (Guru Besar Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) sebagai perwakilan Sunni.
13
BAB III PENUTUP KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Syi‘ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‗Ali bin Abi Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad saw. Doktrin-doktrin yang diyakini para pengikut Syi‘ah secara garis besar ada 5 macam, yaitu al-tauhid, al-adl, al-nubuwwah, al-imamah, dan al-ma‟ad . Dalam Syi‘ah terdapat berbagai macam sekte/kelompok yang memiliki perbedaan satu sama lain dalam memandang ajaran-ajaran. Wallâhu a‟lam bi al-shawâb
14