ALIRAN INSTITUSIONAL MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI”
Dosen Pengampu: Yogi Dwi Lestari, SE., MM.
Disusun Oleh: 1. Nada Kharisma RP 2. Sapta Diah Prameswara 3. Siti Yusrina Mufida
(12401173407) (12401173407) (12401173393) (12401173376) (12401173376)
KELAS PS -2I JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG 2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat, rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tetap tersanjung kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Dengan terselesaikannya makalah ini tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan fasilitas sebaik-baiknya bagi penyusun. 2. Ibu Yogi Dwi Lestari, SE., MM., selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan kontribusi ilmiah sehingga membuka wawasan cakrawala berpikir penyusun. 3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya penulisan makalah ini. Sebagaimana pepatah yang menyatakan tak ada gading yang tak retak, maka penulisan makalah inipun tentunya tiada terbebas dari kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Untuk itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan tegur sapa serta saran-saran penyempurnaan, agar kekurangan dan kelemahan yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaatnya bagi pengembangan mutu pendidikan pada umumnya.
Tulungagung, Februari 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
2
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................
2
PEMBAHASAN A. Sejarah Aliran Ekonomi Institusional .....................................
3
B. Tokoh-Tokoh Pemikiran Aliran Institusional ..........................
5
C. Corak Pemikiran Aliran Ekonomi Institusional .......................
11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
13
DAFTAR RUJUKAN .....................................................................................
14
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berita tentang kebangkrutan beberapa perusahaan raksasa di Amerika Serikat akibat krisis keuangan di akhir tahun 2008 lalu, beberapa media menulis gaya hidup mewah CEO sebuah perusahaan yang sedang mengalami kesulitan finansial dan menuju kebangkrutan. Di tengah usaha pemerintah USA melakukan tindakan penyelamatan ekonomi negara adidaya, ternyata manejer-manejer perusahaan justru sedang asyik dengan kebiasaan hidup “menghambur -hamburkan uang” yang telah menjadi bagian dari gaya hidup para jet set. Berita tersebut di atas menguak ketika ekonomi kapitalis (klasik) telah dipertanyakan ketangguhannya menghadapi guncangan krisis. Salah urus perusahaan dari para manejer keuangan di perusahaan-perusahaan raksasa USA juga dituding sebagai biang dari permasalahan tersebut. Namun dibalik berita-berita tersebut, mengingatkan kita pada aliran pemikiran ekonomi institusional yang dirintis oleh Thorstein Bunde Veblen (1857-1929). Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoritis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks. Veblen pada intinya mengkritik teori-teori yang digunakan kaum klasik dan neo-klasik yang model-model teoritis dan matematisnya dinilai bias dan cenderung terlalu menyederhanakan fenomena-fenomena ekonomi. Pemikiran-pemikiran ekonomi klasik dan neo klasik juga dikritiknya karena dianggap mengabaikan aspek-aspek non ekonomi seperti kelembagaan dan lingkungan. Padahal Veblen menilai pengaruh keadaan dan lingkungan sangat besar terhadap tingkah laku ekonomi masyarakat. Struktur politik dan
1
sosial yang tidak mendukung dapat memblokir dan menimbulkan distorsi proses ekonomi. Ekonomi institusional merupakan sebuah pemikiran dalam ilmu ekonomi yang bermakna pandangan bahwa sebuah perilaku ekonomi (economic behavior ) suatu pihak atau seseorang yang sangat dipengaruhi tehadap institusi tertentu. Institusi dalam hal ini mempunyai arti yang luas serta secara singkat bisa diartikan sebagai “aturan main” dalam sebuah kelompok masyarakat yang ada di dalam sebuah kelompok itu sendiri. B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah lahirnya aliran Ekonomi Institusional?
2.
Sebutkan tokoh-tokoh pemikiran aliran Ekonomi Institusional?
3.
Bagaimana corak pemikiran aliran Ekonomi Institusional?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui sejarah lahirnya aliran Ekonomi Institusional.
2.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh pemikiran aliran Ekonomi Institusional.
3.
Untuk mengetahui corak pemikiran aliran Ekonomi Institusional.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Aliran Ekonomi Institusional
Aliran ekonomi institusional secara umum adalah sebuah mazhab pemikiran dalam ilmu ekonomi yang berisi pandangan bahwa perilaku ekonomi (economic behavior ) seseorang atau suatu pihak sangat dipengaruhi oleh institusi tertentu. Institusi sendiri dalam hal ini memiliki arti yang cukup luas dan secara singkat dapat didefinisikan sebagai “aturan main” dalam suatu kelompok masyarakat, baik yang sifatnya formal maupun informal, yang sengaja disusun untuk membatasi atau mengatur hubungan antar manusia yang ada dalam kelompok masyarakat tersebut. Institusi formal dapat berupa peraturan, regulasi, hukum perundangan dan lain-lain; sementara institusi informal dapat berupa konvensi, tren, budaya, dan sebagainya. Dengan demikian institusi di sini tidak sama dengan organisasi. Mazhab Institusional pada awalnya muncul sebagai sanggahan terhadap pandangan atau mazhab ekonomi neo-klassik yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi seseorang adalah semata-mata didasarkan pada keinginan setiap individu untuk memaksimalkan keuntungan ( maximizing profit behaviour ). Istilah “ekonomi institusional” (institutional economics) pertama kali diperkenalkan oleh Walton Hamilton pada tahun 1919.1 Namun tokoh-tokoh awal yang secara konvensional dianggap sebagai pendiri mazhab institusional dalam ekonomi diantaranya adalah Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R. Commons (Rutherford, 2001). Pandangan tokoh-tokoh awal mazhab institusional tersebut menekankan beberapa isu antara lain: perubahan teknologi (technological change), aspek psikologi dan aspek hokum adalah aspek-aspek yang harus di ikut sertakan dalam analisis ekonomi. Pada awalnya pandangan ini cukup berkembang karena dianggap lebih merepresentasikan dunia nyata (karena memiliki bukti empiris). 1
Riza Firman, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Institusional” dalam https://rizafirman.wordpress.com/2016/04/23/sejarah-pemikiran-ekonomi-aliran-institusional /, diakses tanggal 24 Februari 2018.
3
Namun dalam perjalanannya, perkembangan mazhab ini mengalami kemandekan ( stagnation) bahkan cenderung ditinggalkan karena tidak adanya pembahasan lebih lanjut dari para pendukung mazhab ini yang pada akhirnya mampu membentuk dan memberikan landasan teori yang kuat. Di samping itu,
perkembangan
mazhab
neo-klassik
yang
secara
luas
mulai
mengembangkan alat ekonometrik dalam analisisnya serta perkembangan mazhab ekonomi kesejahteraan (Welfare Economics) yang diusung oleh J.M. Keynes, membuat mazhab institusional menjadi semakin tertinggal karena dengan alat-alat analisis tersebut mazhab neo-klassik menjadi dianggap mampu untuk memberikan penjelasan secara empirik. Meski institusional
demikian, mengalami
semenjak
tahun
kebangkitan
1970-an,
mazhab
ekonomi
Namun
mazhab
ekonomi
lagi.
institusional yang bangkit belakangan tersebut tidak sepenuhnya sama dengan mazhab ekonomi institusional yang dibawa oleh Veblen dkk. Hal ini menyebabkan mazhab institusional yang muncul belakangan tersebut sering dinamakan sebagai mazhab institusional baru ( New Institutional Economics) sementara pandangan Veblen dkk selanjutnya sering disebut sebagai mazhab institusional lama (Old institutional economics).2 Mazhab ekonomi institusional baru ini pada umumnya membahas perilaku ekonomi dengan menggunakan alat analisis yang dikembangkan dengan dukungan dari empat teori yang juga dapat digunakan sebagai alat analisis. Empat teori tersebut meliputi: 1.
Teori biaya transaksi (transaction cost theory),
2.
Teori hak kepemilikan ( property rights theory),
3.
Teori pilihan publik ( public choice theory), dan
4.
Teori permainan ( game theory).3 Perbedaan mendasar lainnya antara mazhab institusional lama dan
baru adalah bahwa mazhab institusional baru menggunakan dua dasar asumsi yaitu bahwa manusia berperilaku rasional (rational individual behavior ) dan adanya fungsi preferensi individu yang jelas (individual preferences 2
Ibid. Aqwa Naser Daulay, “Ekonomi Institusional” dalam http://ekonomiaqwa.blogspot.co.id/ 2017/01/ekonomi-istitusional-eekonomi.html , diakses tanggal 24 Februari 2018. 3
4
function); di mana kedua asumsi tersebut juga merupakan asumsi dasar yang sangat penting bagi mazhab neo-klassik. Oleh karena itu, mazhab institusional baru sering kali tidak diposisikan sebagai sanggahan terhadap mazhab ekonomi neo-klassik (sebagaimana mazhab institusional lama) tetapi sebagai bentuk pengembangan (extension) dari mazhab neo-klassik. Tokohtokoh yang mengembangkan mazhab institusional di antaranya adalah Wesley Clair Mitchel, Gunnar Karl Myrdal, Joseph A. Schumpeter, dan Douglas North. B. Tokoh-Tokoh Pemikiran Aliran Institusional
Aliran institusional merupakan salah satu aliran yang muncul dan dikembangkan di daratan Amerika Serikat pada tahun 20-an. Ada sedikit persamaan antara aliran institusional dengan aliran sejarah, sebab keduanya sama-sama menolak metode klasik. Akan tetapi dasar falsafah dan kesimpulan-kesimpulan politik kedua aliran tersebut berbeda. Aliran institusional menolak ide eksperimentasi sebagaimana yang dianut oleh aliran sejarah. Begitu juga pusat perhatian aliran institusional terhadap masalahmasalah ekonomi dalam masyarakat juga berbeda. Ada beberapa ilmuan yang termasuk ke dalam tokoh aliran institusional, ialah; Thorstein Bunde Veblen (1857-1929), Wesley Clair Mitchel (1874-1948), Gunnar Myrdal (1898), Joseph Schumpeter (18831950, Dan Terakhir Douglas North (1993). 1.
Thorstein Bunde Veblen (1857-1929) Pada intinya ia mengkritik Pemikiran-pemikiran ekonomi klasik dan neo-klasik yang model teoritis dan matematisnya dinilai bias dan cenderung terlalu menyederhanakan fenomena-fenomena ekonomi, dan mengabaikan aspek-aspek non-ekonomi seperti lembaga dan lingkungan. padahal, Veblen menilai pengaruh keadaan dan lingkungan sangat besar terhadap tingkah laku ekonomi masyarakat. Struktur politik dan sosial yang tidak mendukung dapat memblokir dan menimbulkan distorsi proses ekonomi. Pola pemikiran Veblen sangat berbeda dengan pola pemikiran dari ekonom lain kecuali spencer idolanya. Bagi Veblen masyarakat 5
adalah suatu kompleksitas tempat setiap orang hidup. Setiap orangpun dipengaruhi dan mempengaruhi pandangan serta perilaku orang lain. Dari penelitian dan pengamatannya, ia menyimpulkan bahwa perilaku masyarakat berubah dari tahun ketahun. Penelitian tentang perubahan perilaku dilakukannya dengam pendekatan metode induksi. Dengan metode induksi ia dapat menjelaskan perilaku masa lalu dengan sekarang. Di samping itu, ia bisa pula meramal atau memperkirakan perilaku masa yang akan datang. Menurutnya cara untuk menyesuaikan pola perilaku seseorang dalam masyarakat dengan menyesuaikan kondisi-kondisi sosial di masa sekarang ialah disebut institusi. Dalam hal ini hendaknya dijelaskan bahwa yang dimaksud Veblen
dengan institusi bukan institusi atau
kelembagaan dalam artian fisik, melainkan dalam artian yang terkait dengan nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan dan budaya. Beberapa buku yang pernah ditulis olehnya antara lain: The Theory of Laisure Class (1899), The Theory of Bussines Enterprise (1904), The Instict of Workmanship and The State of The Industrial Art (Terbit Tahun 1914, dan Tahun 1920) dipublikasikan kembali dengan judul: The Vested Interest and The Common Man); The Engineer and The Price System (1921); Absentee Ownershif and Bussines Enterprice in Recent Times The Case of America (1923), dan masih banyak lagi buku lain yang ditulisnya. 4 Dari buku-buku yang ditulisnya telah mambuat Veblen manjadi sangat terkenal kecuali mungkin di Indonesia, sebab jarang sekali ditemukan mahasiswa yang tahu siapa Veblen , apalagi pemikiran pemikirannya. Namun, pada intinya ada dua inti pemikiran dari Veblen , yaitu sebagai berikut: a.
Motivasi Konsumen Dalam
The
Theory
of
The
Leisure
Class,
Veblen
menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan dorongan dan pola perilaku konsumsi masyarakat. Sebagai layaknya pemikir yang tidak 4
Chat Noir, “Bab 10 Aliran Institusional” dalam https://speunand.blogspot.co.id/ 2011/01/aliran-institusional.html , diakses tanggal 24 Februari 2018.
6
puas dengan kondisi masyarakat yang ada di sekitarnya, Veblen sering melihat situasi-situasi masa lalu yang dinilainya lebih baik dari
situasi-situasi
dan
keadaan
sekarang,
terutama
dalam
masyarakat Amerika yang diamatinya. Menurut Veblen , dulu perilaku orang terikat dangan masyarakat sekeliling, yang mana masyarakat dalam tingkah lakunya berusaha untuk menyumbang perkembangan, serta berusaha untuk lebih bermanfaat untuk masyarakat banyak di sekelilingnya. Namun, apa yang dilihat sekarang dalam masyarakat kapitalis financial di Amerika ialah orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri saja, dan tidak terlalu tertarik dengan kepentingan masyarakat banyak. Dangan demikian, pada masa sekarang kemampuan untuk hidup
bersenang-senang
juga
dijadikan
sebagai
alat
untuk
memperlihatkan derajat atau status seseorang. Makin mampu ia tidak bekerja dalam pekerjaan-pekerjan produktif (leisure), makin tinggi derajatnya dalam masyarakat. Dengan adanya penyakit suka pamer ini. contohnya: seperti Boss berlibur selama sebulan dengan mengunakan yacht pribadi ke bermuda, sekretarisnya dengan segala upaya (mungkin dengan menghabiskan seluruh tabungannya selama setahun) berusaha agar dapat berlayar selama seminggu ke Karibian. Kepuasan dari barang-barang yang ditujukan untuk pamer tidak diterima dari pengonsumsian barang itu sendiri, melainkan melalui dampaknya terhadap orang lain. Makin kagum orang pada yang dibelinya, makin tinggi kepuasannya. Akan tetapi, jika orang tidak memberi perhatian pada apa yang dibelinya, mungkin ia bisa pusing. Hal ini seringkali terjadi pada golongan nouve richi, atau di Indonesia dikenal dengan istilah orang miskin yang kemudian berhasil meningkatkan status financialnya. Perilaku ini sangat dibenci
dan
ditentang
karena
7
dari
hasil
pengamatanya
ia
menyaksikan bahwa orang Amerika cenderung seperti ini tidak dicegah, demikian peringatan Veblen , bangsa Amerika suatu saat akan tertinggal dari bangsa-bangsa yang lebih berperhitungan dalam membelanjakan pendapatan mereka. b.
Perilaku Pengusaha Dalam bukunya yang lain: Enterprise, Veblen
The Theory of Business
lebih jauh menjelaskan kemiripan perilaku
pengusaha Amerika dengan perilaku konsumsi yang diceritakan di atas. Ia juga melihat perilaku pengusaha Amerika di masanya telah banyak mengalami perubahan. Dahulu para penguasa pada umumnya menghasilkan barang barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan melalui kerja keras. Investasi masuk ke dalam apa yang disebutkan dengan production for use. Akan tetapi pada masa sekarang laba dan keuntungan sebagian
tidak
lagi
diperoleh
melalui
kerja
keras
dengan
menciptakan barang-barang yang disukai konsumen, tetapi lewat trik-trik bisnis. Produksi seperti ini disebutnya sebagai production for profit . Maka tidak mengherankan Veblen menolak keras tesis kaum klasik. Tesis yang ditentangnya menganggap bahwa usaha setiap orang yang mengejar kepentingannya masing-masing pada akhirnya akan melahirkan suatu harmoni dan keseimbangan dalam masyarakat secara keseluruhan. la melihat bahwa perilaku pengusaha yang hanya mengejar kepentingan pribadi sangat bertolak belakang dengan tujuan masyarakat secara keseluruhan. Sebaliknya, demi mengejar kepentingan
pribadi
ada
pengusaha
yang
menghambat
dan
mematikan kepentingan orang banyak. Veblen menilai bahwa para pengusaha absentee ownership yang biasa memperoleh keuntungan dengan cara yang saling menguntungkan tersebut sangat berpotensi melahirkan golongan leisure class. Secara psikologis orang yang bisa memperoleh sesuatu tanpa keringat tidak begitu menghargai sesuatu yang diperolehnya. Maka tidak mengherankan kalau perilaku
8
konsumsinya akan bersifat conspicuous consumption. Hal ini berbeda dengan perilaku konsumsi pengusaha murni yang sertus dan mati-matian dalam berusaha. Karena keberhasilan dicapai melalui kerja keras, mereka akan lebih berperhitungan dalam mengonsumsi barang dan jasa.5 2.
Wesley Clair Mitchel (1874-1948) Ia adalah murid, teman pengagum Veblen. Selain ikut dalam mendukung dan mengembangkan pemikiran-pemikiran gurunya, lebih lanjut ia juga berjasa dalam mengembangkan metode-metode kuantitatif dalam menjelaskan peristiwa ekonomi. Salah satu karyanya yang sudah menjadi klasik adalah: Bussines Cycles and Their Causes (1913). Dalam menggunakan berbagai data statistik ia kemudian menjelaskan masalah fluktuasi ekonomi. Sesudah perang dunia kedua, Mithcel mengorganisasi sebuah badan penelitian “ National Bureau Of Economic Research”. Dari penelitian
ini
memungkinkan lebih
dikembangkannya penelitian-
penelitian tentang pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi atau bussines cycles, perubahan produktifitas, analisis harga, dan sebagainya. 3.
Gunnar Karl Myrdal (1898-19..) Ia merupakan seorang tokoh ekonomi dari Swedia yang digolongkan
sebagai
pendukung
aliran
institusional.
Setelah
menyelaesaikan pendidikan dalam bidang hukum, Myrdal melanjutkan pendidikan dalam bidang ekonomi, dan selesai tahun 1927. Ia banyak menulis buku antara lain: An Amerikan Dilemma (1944); Value in Social Theory (1958); Challenge to Affluence (1963); dan Asian Drama: An Anquiry Into The Poverty of Nations (1968). Salah satu pesan Myrdal pada ahli-ahli ekonomi ialah agar ikut membuat value judgement . Jika itu tidak dilakukan maka struktur-struktur teoritis ilmu ekonomi akan menjadi tidak realistis. Ia juga merupakan salah satu tokoh ekonomi yang menerima hadiah nobel atas sumbangannya bagi pengembangan negaranegara berkembang. 5
Riza Firman, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Institusional” dalam https://rizafirman.wordpress.com/2016/04/23/sejarah-pemikiran-ekonomi-aliran-institusional /, diakses tanggal 24 Februari 2018.
9
4.
Joseph A. Schumpeter (1883-1950) Ia dimasukkan ke dalam salah satu pendukung aliran institusional karena pendapatnya yang mengatakan bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak dalam domain ekonomi itu sendiri, melainkan berada di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Lebih jelas lagi sumber
kemakmuran
( Intrepreneurship)
para
terletak pelaku
dalam
jiwa
ekonomi
kewiraswastawan
yang
mengarsiteki
pembangunan. Schumpeter membedakan pengertian invensi dan inovasi. Invensi adalah hal penemuan teknik-teknik produksi baru. Sedangkan Inovasi mempunyai makna lebih luas, yang tidak hanya menyangkut penemuan teknik-teknik berproduksi baru. Akan tetapi juga penemuan produksi komoditi baru, jenis materil baru untuk produksi, cara-cara usaha baru, cara-cara pemasaran baru, dan sebagainya. Oleh Schumpeter inovasi dianggap sebagai suatu loncatan dalam fungsi produksi. 5.
Douglas North (1993) Ia merupakan seorang ilmuan yang berasal dari University of Washington, Missouri, Amerika Serikat. Penghargaan terhadap aliran institusional mencapai puncaknya pada tahun 1993 pada saat North menerima hadiah nobel dalam bidang ekonomi karena jasanya dalam memperbaharui riset dalam penelitian sejarah ekonomi dan metode – metode kuantitatif. Selama ini kebanyakan dari ilmuan ekonomi menganggap hanya mekanisme pasar sebagai satu-satunya penggerak roda ekonomi dan mengabaikan perak instistusi. Hal ini dinilai North keliru, sebap peran institusi, baik institusi politik maupun ekonomi, tidak pentingnya dalam pembangunan ekonomi. Lebih jauh ia menyimpulkan bahwa negaranegara komunis hancur karena tidak mempunyai institusi yang mendukung mekanisme pasar. Terhadap perubahan-perubahan yang radikal yang terjadi di Eropa Timur dan Eks Soviet, North mengatakan bahwa reformasi yang dilakukan tidak akan memberikan hasil yang nyata dan memperbaiki kebijakan ekonomi makro belaka. Agar reformasi
10
berhasil diperlukan dukungan seperangkat institusi
yang mampu
memberikan insentif yang tepat kepada pelaku ekonomi. Misalnya adalah hak paten dan hak cipta, hukum kontrak dan pemilikan tanah. Dari uraian di atas jelas institusi yang dikemukakan oleh North berbeda dengan institusi yang dikemukakan oleh Veblen sebagai pendiri aliran institusi itu sendiri. Bagi Veblen, institusi diartikan sebagai nilainilai, tradisi dan budaya. Namun bagi North institusi adalah peraturan perundang-undangan berikut sifat-sifat pemaksaan dari peraturan tersebut serta norma-norma perilaku yang membentuk interaksi antara manusia secara berulang-ulang. Demi negara yang ingin maju, menurutnya harus dikembangkan sistim kontrak, hak cipta, merek dagang, dan sebagainya secara resmi. Selain itu perlu dilengkapi dengan sistim pemantauan dan mekanisme penindakan bagi para pelaku yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat. C. Corak Pemikiran Aliran Ekonomi Institusional
Pada tahun 20-an di daratan Amerika Serikat muncul aliran pemikiran ekonomi lain yang disebut aliran ekonomi “institusional ”. Ekonomi kelembagaan atau ekonomi institusional pada hakekatnya adalah cabang ilmu ekonomi yang menekankan pada pentingnya aspek kelembagaan dalam menentukan bagaimana sistem ekonomi dan sosial bekerja. 6 Ada sedikit persamaan antara aliran Institusional dengan aliran Sejarah, keduanya sama-sama menolak metode Klasik. Akan tetapi, dasar falsafah dan kesimpulan-kesimpulan politik kedua aliran tersebut berbeda. Aliran Institusional menolak ide eksperimentasi sebagaimana yang dianut oleh aliran Sejarah. Begitu juga, pusat perhatian aliran institusional terhadap masalah-masalah ekonomi dalam kehidupan masyarakat berbeda. Aspek metodologi ekonomi yang dikandung dalam ekonomi Institusional sering dimasukkan ke dalam ekonomi ortodoks. Ekonomi ortodoks maksudnya pemikiran-pemikiran ekonomi yang menggunakan dan
6
Deliarnov , Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 141.
11
melanjutkan pandangan-pandangan ekonomi Klasik, seperti persaingan bebas, persaingan sempurna, kepuasan konsumen.7 Orang yang paling berpengaruh dan mempunyai peran dominan terhadap keberadaan aliran Instistusional adalah Thorstein Bunde Veblen. Dia mengkritik teori ekonomi Klasik dan Neo-klasik yang mengabaikan aspekaspek non-ekonomi seperti kelembagaan dan lingkungan. Padahal Veblen menilai pengaruh keadaan dan lingkungan sangat besar terhadap tingkah laku ekonomi masyarakat. Struktur politik dan sosial yang tidak mendukung dapat menimbulkan distorsi proses ekonomi. Bagi Veblen mayarakat merupakan fenomena evolusi, segala sesuatunya terus mengalami perubahan. Pola perilaku seseorang dalam masyarakat disesuaikan dengan kondisi sosial sekarang. Jika perilaku tersebut cocok dan diterima, maka perilaku akan diteruskan. Sebaliknya, jika s uatu perilaku dianggap tidak cocok maka perilaku akan disesuaikan dengan lingkungan. 8 Keadaan dan lingkungan inilah yang disebut Veblen “institusi”. Dalam hal ini dijelaskan bahwa yang dimaksud Veblen dengan institusi adalah hal-hal yang terkait dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, serta budaya. Selanjutnya semuanya direfleksikan kedalam kegiatan ekonomi, baik dalam berproduksi maupun mengkonsumsi. 9
7
Skousen Mark, Sang Maestro “Teori-Teori Ekonomi Modern”, Sejarah Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Pranada, 2006), h. 303. 8 Deliarnov , Perkembangan Pemikiran …, h. 141-142. 9 Ibid ., h. 143-144.
12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dalam pemikiran ekonomi Institusional, Veblen mengatakan bahwa pola perilaku masyarakat mengalami perubahan baik itu dalam berproduksi maupun mengkonsumsi, di mana dalam mengkonsumsi mereka memprioritaskan kesenangan dan voya-voya dalam konsumsi sehingga menyebabkan munculnya kelompok leisure class. Kemudian dalam berproduksi menurut Veblen pengusaha cenderung bersifat absentee ownership, di mana dalam mengembangkan usahanya mereka hanya berdiam diri sedangkan yang menjalankan usahanya tenaga professional yang digaji. Pola perilaku seperti di atas terjadi pada masyarakat Amerika, tetapi tidak menutup kemungkinan pola perilaku seperti itu juga terjadi pada masyarakat Indonesia sekarang ini. Dengan adanya teori dari Veblen itu, sehingga kita tahu bahwa sebenarnya pola perilaku masyarakat juga perlu diatur baik itu dalam berproduksi maupun dalam mengkonsumsi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Deliarnov. 2010. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers. Mark, Skousen. 2006. Sang Maestro “Teori-Teori Ekonomi Modern”, Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Pranada. Daulay, Aqwa Naser. 2017. “Ekonomi Institusional” http://ekonomiaqwa.blogspot.co.id/2017/01/ekonomi-istitusionaleekonomi.html , diakses tanggal 24 Februari 2018.
dalam
Firman, Riza. 2016. “Sejarah Pemikiran Ekonomi Aliran Institusional” dalam https://rizafirman.wordpress.com/2016/04/23/sejarah-pemikiran-ekonomialiran-institusional /, diakses tanggal 24 Februari 2018. Noir,
Chat. 2011. “Bab 10 Aliran Institusional” dalam https://speunand.blogspot.co.id/ 2011/01/aliran-institusional.html , diakses tanggal 24 Februari 2018.
14