MAKALAH ETIKA PENDIDIKAN “TIGA DIMENSI ETIKA PENDIDIKAN”
Disusun Oleh: Rahmadi Budi Har!m!
"#$#%$&'#%%()
Dadan Dhul*urnain
"#$#%$&'#%%$)
+uli Erna,ai
"#$#%$&'#%&$)
Nurul Hida-ah
"#$#%$&''%%&)
M. Khana/i 0a1uli
"#$#%$&''%#%)
K2RIK2L2M DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 3AK2LTAS ILM2 PENDIDIKAN 2NI4ERSITAS NEGERI NE GERI +OG+AKARTA +OG+AKARTA &%#5
BAB I PENDAH2L2AN Laar Bela*an6
Dalam dunia pendidikan patut diakui bahwa usia pendidikan sama tuanya dengan usia manusia. Pendidikan telah dilaksanakan semenjak manusia hadir di muka bumi dengan sebuah tujuan awal bahwa pendidikan hanyalah sekadar mempersiapkan generasi muda untuk bisa survive di tengah masyarakat luas. Karena itu, bentuk pendidikan lebih berupa mewariskan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk survival kepada generasi berikutnya. Etika pendidikan merupakan dua pokok penting yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan dalam praktiknya. Untuk dapat memahami kedua pokok ini sebagai modal awal dalam pemahaman yang benar tentang etika pendidikan harus didasarkan pada suatu pengertian yang benar tentang etika pendidikan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa etika pendidikan merupakan sebuah proses pendidikan yang berlangsung secara etis dan terus-menerus dalam kehidupan seseorang melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika itu sendiri sehingga kemampuan, bakat, kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan seimbang dengan etika yang baik dan benar dalam kehidupannya. !ampir semua orang dikenali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Pendidikan tidak terpisah dari etika dalam kehidupan manusia. "nak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga, mereka juga akan mendidik anak mereka dengan baik dan sopan sesuai dengan etika yang baik.# Etika dan pendidikan dua pokok yang saling terkait, seorang yang memiliki pendidikan akan dilihat dari cara dan gaya hidupnya yang menunjukkan si$at-si$at serta perkataan yang sopan dan santun. !al ini dibentuk untuk landasan etika, karena menurut Umar %irtaraharja bahwa, Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Pendidikan itu berlangsung dengan baik dan berhasil, jika seorang pendidik memahami dan menerapkan konsep keteladanan yang baik berdasarkan etika dan moral yang baik.#& 'anusia memiliki ciri khas yang secara prinsip berbeda dari ciptaan yang lainnya, salah satu perbedaan yang sangat nampak dalam kehidupan manusia adalah cara hidup yang penuh dengan nilai-nilai baik dan luhur dalam kehidupannya. %ujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.
Pendidikan memiliki dua $ungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Rumusan Masalah #. &. . '.
A7a 7en6erian Ei*a Pendidi*an A7a 7er8edaan Ei*a Indi9idual dan Ei*a S!sial Ba6aimana Ei*a Pendidi*an den6an Ti6a Dimensi A7a Tu;an Pendidi*an dalam Dimensi Ei*a Pendidi*an
Tu;uan #. &. . '.
2nu* Men6eahui 7en6erian Ei*a Pendidi*an 2nu* Memahami 7er8edaan Ei*a Indi9idual dan Ei*a S!sial 2nu* Memahami Ei*a Pendidi*an den6an Ti6a Dimensi 2nu* Men6eahui Tu;an Pendidi*an dalam Dimensi Ei*a Pendidi*an
BAB II PEMBAHASAN
TIGA DIMENSI ETIKA PENDIDIKAN Tu;uan
Pemahaman dasar etika mempunyai peran menentukan dalam pegembangan etika pendidikan . Etika pendidikan bisa dijelaskan dari berbagai sudut pandang berkat beragaman gagasan yang berasal dari keanekaan aliran-aliran etika( kedua. Etika pendidikan masuk dalam etika social, bukan etika individual. Dasar kesahihan etika individual mengandalkan pada kebenaran premis-premis atau koherensinya. Etika sosialmasih perlu lagimemprhitungkan struktur social dan persetujuan anggota masyarakat. Ei*a Pendidi*an= Ei*a S!sial > Sru*ur S!?ial dan Tinda*an K!le*i/
Etika pendidikan berperan dalam rekayasa social yang memperhitungkan kualitas danintesitas interaksi social, 'aka logika etika pdnidikan bukan digerakkan oleh model logika etika individual, namun mengikuti logika etika social PERBEDAAN ETIKA INDI4ID2AL DAN ETIKA SOSIAL
ETIKA INDIVIDUAL
ETIKA SOSIAL
1. OBYEK Baik/Buru Tan%%un%&a'a( dan k perilaku ke'a&i(an dalam individu (ermasaraka!" dalam )ukum*p#li!ik*pendidikan* masarak s!ra!e%i*prak!ik a!" kel#mp#k*k#muni!as*#r%anis N#rma$ asi*dan lem(a%a. N#rma +. VALIDITAS
Ter%an!u n% pada kesahih an premisn
Terkai!an den%an struktur sosial dan tindakan kolektif , -erlu perse!u&uan se(anak mun%kin an%%#!a masaraka!
ya . EDIASI
0u(un%a n visi dan !indakan , Lan%sun%
2. 3EBATAN
Bila sudah menjadi keyakin an individu . Tindakan !idak (u!u) persuasi
0u(un%an visi dan !indakan k#lek!i !idak lan%sun% , masih memerlukan mediasi ediasina (erupa nilai dan sim(#l. aka persuasi san%a! menen!ukan dan k#mpe!ensi pr#esi#nal (erperan
Keakinan )arus (isa dipa)ami se4ara rasi#nal se)in%%a (isa dik#munikasikan
)egitu masuk ke ruang public, pejabatpublik diarahkan oleh serangkaian aturan dan hokum yang sering belum tentu sesuai dengan prinsip-prinsip yang diyakininya *+. )owman, &/ 012. Kalau hubungan anatara visi dan tidakan kolekti$ butuh mediasiuntuk mendapat persetujuan dari anggota masyarakat, )erarti *i2 dalam ruang public, pejabat public bertindak bukan atas nama pribadi, tapi kepentingan masyarakat/ *ii2 bagaiman menjembatani keyakinan dengan argument pilihan masyarakat "kuntabilitas, bukan kesewenangan memberlakukan nilai pribadi, namun taat hokum dan sistem politik yang disetujui bersama. Kasus itu diperlihatkan bahwa tindakaan seseorangsudah dikondisikan oleh suatu struktur sehingga membatasi maneuver pilihannya. Keputusan untuk menerma3menolak struktur social tertentu merupakan bagian dari keputusan etis. 'akasosial harus memeperhitungkan struktur social dan tindakan kolekti$ sehingga menunjukan ciri-ciri khususnya/ Pertama, untuk memahami struktur social,diadaikan memiliki pengetahuan sosiologi. Dalam etika social, tidak cukup memahami niai dan norma untuk dijadikan keyakinanbertindak. Perlu memahami struktur social yang dide$inisikan sebagai aturanaturan dan sumber daya atauseperangkat relasi trans$ormasi, tindakan kolekti$ diorganisir
sebagai bagian dari sitem social *4iddens, 501/ &62. )erhadapan dengan sistem social, dimensi etika terletak dalam menerima dan menolak sistem tersebut Pemahaman struktur social itu membantu menyadari bahwa budaya politik mengadaikan strukturasi tindakan kolekti$ melalui interaksiantara warganegara, komunitas dan lembaga. "da tiga bidang interaksi social yang dominan, yaitu komunikasi, kekuasaan dan moralitas *4idden, 551/ &52. Kedua, Etika social terkait dengan tindakan kolekti$, artinya penerimaan prinsip-prinsipnya mengadalkan persetujuan sebanyak mungkin anggota masyarakat. 'aka diperlukan persuasi untuk menyakinkan masyarakat bahwa tindakan akan membawa ke suatu tujuan bersama. Persuasi akan berhasil kalua mampu menawarkan nilai-nilai atau symbol-simbol itu yang akan membawa kesepahaman terhadap suatu situasi tindakan bersama. Peran symbol-simbol dan nilai-nilai itu harus digali dari konteks dan situasi masyarakatnya. 7ilai dan imbol yang kontekstual itu akan menjadi perantara atau jembatan yang menghubungkan atau mempertemukan keyakinan-keyakinan atau kelompok-kelompok yang berbeda agar bisa mencapai kesepahaman bersama sehingga bisa mengarahkan pena$sran dan tindakan kolekti$. +adi etika pendidikan suatu masyarakat yang berisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan harus berperan sebagai mekanisme koordinasi tindakan untuk mendi$inisikan situasi bersama dalm memajukan pendidikan di suatu daerah. Ei*a Pendidi*an den6an Ti6a Dimensin-a
Etika pendidikan oleh !alstead dikaitkan dengan masalah nilai, yaitu prinsip, keyakinan dasar, ideal, atau standar yang ber$ungsi sebagai pengaruh perilaku dan terkait erat dengan
integritas
dan
identitas
pribadi#
*dalam
8oy
4ardner,
&6/
52dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dengan de$inisi ini, etika pendidikan lebih diarahkan pada norma yang mengatur pendidik karena, pertama, semua pendidik memiliki identitas pro$esional dan tunduk kepada ciri khas integritas pribadi( kedua, ada standar perilaku dan penilaian yang sesuai dengan kekhasan setiap sekolah. Karena tekanan pada standar3norma ini, pendekatan !alstead memahami etika pendidikan lebih kearah kode etika pendidikan, berarti lebih dipengaruhi oleh aliran deontologi. %ujuan pendidikan dan kebutuhan peserta didik menunjukkan pentingnya pedagogi. Pedagogi merupakan ilmu yang menjembatani anata subyek dan pengetahuan. Pada lapis estemik ini, ditekankan keterbukaan peserta didik untuk berubah. )erubah berarti memodi$ikasi sebagian dari kebiasaan dan kerangka pena$siran. 'aka belajar bukan
menumpuk pengetahuan, tetapi mengorganisir pengetahuan yang akan mengubah cara membaca dunia. Dalam proses belajar, yang terjadi adalah peleburan cakrawala-cakrawala, antara cakrawala peserta didik, $asilitator dan dunia3bidang atau disiplin ilmu sehingga akan membuka cakrawala baru. )elajar berarti berubah *de 9ecchi, &/552. :okus pedagogi diletakkan pada masalah yang terkait dengan perkembangan manusia. Kriteria penilaiannya adalah membantu kemandirian peserta didik dan mendukung perkembangan kesadaran moralnya. !enri 'arion, seperti dikutip oleh )lais, menjelaskan hubungan antara pedagogi dan $ilsa$at. :ilsa$at memberikan dasar-dasar bagi suatu budaya rasional untuk suatu masyarakatyang dewasa dan bertanggung jawab *)lais &&/;12. %ujuan ini mengacu ke ideal moral untuk mendidik subyek mandiri, bermartabat dan bisa hidup bersama dalam pluralitas. 8e$leksi kritis atas nilai dan norma yang terkait dengan kebijakan pendidikan dan proses belajar-mengajar dibahas dalam etika pendidikan dengan tiga dimensinya.
%<4" D<'E7< E%
E%
-
-
'=D"><%"3"8"7" "KU7%")<><%" P8=:E<="> Kurikulum dan :asilitas - Disposisi terhadap rasionalitas 'odel komunikasi pedagogi*Penjelasan, - Disposisi demi kepentingan peserta didik "propriasi, Dialogis pelibatan penelitian, %utorial 2 Proses belajar-menagajar( 'ateri - Disposisi untuk rendah hati pembelajaran
*pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap2
-
'odel evaluasi
- Disposisi ?bisa salah@ dan keterbukaan Pro$esionalisme/ . Kompetensi pedagogis dan etis &. %rust dan kemitraan publik
Em7a Tu;uan Pendidi*an
'asalah yang mendasar ialah bentuk-bentuk praksis pendidikan ternyata tidak bisa dilepasakan dari tujuan pendidikan. etiap sistem pendidikan dengan tujuannya ditentukan oleh $ilsa$at tentang manusia dan masyarakat yang dianut sehingga tidak pernah netral atau bebas nilai. 'aka di balik tujuan-tujuan yang ditetapkan tersirat suatu $ilsa$at manusia dan masyarakat yang mendasarinya. etidaknya ada empat yang menjadi idealisme pendidikan, yaitu/ Pertama, perolehan pengetahuan dan keterampilan *kompetensi2 atau kemampuan menjawab permintaan pasar. %ujuan pendidikan mau menekankan perolehan pengetahuan dan kemampuan untuk mempersiapkan peserta didik agar nantinya mendapatkan kesempatan kerja. %olak ukur keberhasilan model pendidikan semacam ini adalah peserta didik mampu menemukan lapangan kerja dengan tingkat pendapatan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. +adi pendidikan diarahkan untuk memberi sumbangan bagi penyelenggaraan kesejahteraan masyarakat dengan mempersiapkan orang-orang masuk ke lapangan kerja. Kedua, tujuan pendidikan menekankan orientasi humanistik. Pendidikan diarahkan untuk
membantu
peserta
didik
mengembangkan
kemampuan
penalaran
untuk
mempertanggungjawabkan pernyataan, keyakinan dan tindakannya. asarannya ialah bisa memahami apa# dan mengapa# yang dipelajari serta meningkatkan kemampuan mengorganisasi pengalaman dalam konsep-konsep yang sistematis. %olak ukur keberhasilan tujuan ini yaitu / pertama, minat membaca dan kemampuan untuk mengerti apa yang dibaca. Kemampuan ini akan kelihatan dari keterampilan untuk mengungkapkan diri sendiri secara lisan dan tertulis. Kedua, kesanggupan untuk menangkap pikiran orang lain dengan tepat dan menanggapinya secara terbuka dan kritis. Ketiga, kebiasaan mempelajari secara sistematis apa yang dilakukan dan mulai mengadakan studi terbatas sebagai pendasaran pembentukan pendapat sendiri. %ujuan pendidikan yang ketiga menjawab tantangan mengenai sosial, ekonomi dan keadilan. Pendidikan diarahkan untuk menyiapkan orang untuk bisa mengenali dan menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dan kemudian berusaha menghasilkan jawaban-jawaban yang mendasarkan pada etika. %ujuan ini tidak lepas dari dimensi hakiki politis dalam pendidikan. eperti yang dikatakan oleh Paulo :reire *Pedagogy o$ the =ppressed2 bahwa pada
hakikatnya adalah pelibatan politik. Peserta didik diarahkan untuk berkembang menjadi warga negara yang memiliki keterampilan dalam mengolah proses-proses soaial, memiliki komitmen pada nilai-nilai demokratis, artinya mampu dan berpartisipasi di dalam proses soaial, politik dan ekonomi. =leh karena itu perolehan pengetahuan dan keterampilan bukan untuk kepentingan dirinya senidri melainkan untuk pelayanan perkembangan manusia, kedamaian dan kesejahteraan masyarakat. %olak ukur keberhasilan tujuan pendidikan ini ialah tumbuhnya dalam diri peserta didik minat memahami secara kritis perubahan-perubahan yang sedang berlangsung dalam masyarakat. Keempat , yaitu kemajuan ilmu-ilmu pengetauan itu sendiri. )iasanya tujuan ini lebih terkait langsung dengan pendidikan tinggi. %ujuan pendidikan yang keempat ini mengajak peserta didik untuk mempelajari sesuatu demi sesuatu demi kemajuan disiplin ilmu itu sendiri. %olak ukur keberhasilan ialah penelitian-penelitian yang dilakukan membawa ke penemuan teori-teori baru. %antangannya terletak dalam upaya menjawab masalah-masalah etika dan bagaimana menghadapi atau mencegah penyalahgunaan ilmu dan teknologi. Dimensi etis dari ke empat tujuan pendidikan itu terletak di dalam muatan nilai atau kepentingan dari masing-masing tujuan pendidikan. 'aka etika pendidikan mengkaji masingmasing tujuan itu bertitik-tolak dari konteks tempat dengan memperhitungkan sejauh mana sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. 'uatan nilai atau kepentingan bisa disoroti dengan memeriksa sejauh mana proporsional kepentingan politik, ideologis atau ekonomis dalam menentukan kebijakan pendidikan.
"8a6ian -6 di*ei* hana/i)
A*una8ilias Pr!/esi!nal: K!m7eensi dan Ine6rias Pendidi*
alah satu pendekatan yang diusulkan oleh +ohn %omlinson dan 9ivianne >ittle, ialah mengaitkan etika dengan masalah otoritas epistemologis dan tujuan pro$essional, yang meliputi empat disposisi dalam proses belajar-mengajar/ . Disposisi terhadap rasionalitas( tidak ada norma atau nilai yang tidak dapat diperdebatkan, yang tidak bisa dipertanyakan atau dikritik. "rgumentasi menjadi satusatunya dasar pengambilan keputusan. emua keputusan dapat dipertanyakan bila ada argumentasi baru.
&. Disposisi untuk memperjuangkan kej$hh$jdj peserta didik. 'emberi kesempatan pada peserta
didik
untuk
belajar,
tanggungjawab
dan
pengalaman
hidup
untuk
kesejahteraan mereka di masa depan. A. Disposisi untuk rendah hati( karena pengetahuan selalu berkembang, kebenaran ilmu pengetahuan si$atnya sementara, maka akan selalu ada penemuan baru yang mempertanyakan kebenaran yang ada. 1. Prinsip bisa salah#( berlaku untuk semua pihak yang terlibat di dalam kemitraan pendidikan. Prinsip ini membuat pikiran terbuka terhadap masukan baru dan siap menerima perbedaan. Kempat disposisi itu menjadi dasar etika pendidikan untuk menciptakan masyarakat pembelajar#, yaitu ketika belajar ditempatkan pada pusat pengalaman untuk menjadikan setiap orang mengembangkan kemampuannya. 'enurut )owman *&/ &02, kompetensi etis meliputi nilai, pengembangan dan penalaran moral, moralitas publik dan pribadi serta etika organisasi. Keterampilan etika yang dibutuhkan dalam pendidikan menekankan empat hal/ 2 tingkat kesadaran penalaran moral sebagai dasar pengambilan keputusan yang etis( &2 kemampuan memahami etika sebagai sarana dalam menghadapi kon$lik( A2 kemampuan menolak perilaku yang berlawanan dengan etika( 12 mampu menerapkan teor-teori etika. %untutan yang pertama tingkat kesadaran moral berkembang berkat pengaruh pendidikan keluarga, sekolah dan lingkungan . sednagkan tiga tuntutan yang lainnya dapat dipelajari, dilatih, dan dibiasakan. Dasar pengambilan keputusan dapat dinilai atas dasar acuannya, kepentingan diri, keluarga, teman dekat, kepentingan kelompok maupun umum, atau bersedia berkorban untuk kepentingan bersama. emakin tinggi kesadaran moral, semakin peduli pada kesejahteraan bersama yang diukur dari kemampuan menghadapi dilemma moral. Pro$esionalisme mengimplikasikan kesetiaan pada tujuan pendidikan yang menuntut kemampuan mengatasi kepentingan. Pro$esionalisme ini perlu dipertahankan dengan memupuk kehendak terus-menerus, apapun tekanannya, yang mengarahkan pada kon$ormitas terhadap kurikulum instrumental. Pro$esionalisme pribadi dan kolekti$ mempunyai dua aspek/ hati nurani dan makna panggilan. Pro$esionalisme pendidik mendasarkan pada pendidikan, pelatihan dan pengalaman serta didorong oleh hati nurani dan makna panggilan sebagai pendidik yang merupakan penjamin terbaik melawan acuan-acuan nilai yang tak berprinsip. Pendidik harus memiliki akuntabilitas, yakni pendidik sebagai pejabat publik dalam pelayanan pendidikan harus bertanggungjawab terhadap semua yang dilakukan dengan membuka 3memberi in$ormasi apa saja yang telah dilakukan atau yang gagal dilakukan
dengan harapan siap untuk mengoreksi atau menanggung sanksi secara hokum dan moral setelah dievaluasi oleh internal maupun pihak luar. "kuntabilitas pro$essional diukur dari cetak miring difoto ngga jelas yang menjadi syarat
perkembangan
proses
belajar
mengajar.
"kuntabilitas
ini
mengacu
pada
tanggungjawab pendidik terhadap pengguna jasa yang diukur dari hasil kerjanya. "kuntabilitas pro$esi ini akan mengubah konsepsi tentang pendidikan guru.
BAB III PEN2T2P Kesim7ulan
DA3TAR P2STAKA