BAB II PEMBAHASAN A.
PENGERTIAN AKHLAQ
Secara etimologis atau dalam bahasa arab Akhlaq adalah bentuk jamak dari khuluk
yaitu
perilaku. Jadi ahlak adalah perilaku manusia secara umum. Dengan ini ahlak atau perilaku itu bisa baik ataupun buruk. Kita bisa menyebut ahlak hasanah =ahlak hasanah = ahlak yang baik. Kita juga sering menyebutnya dengan akhlaq karimah (akhlaq yang mulia) kita mengatakan akhlaq sayyi’ah sama dengan d engan akhlaq yang buruk atau perilaku yang buruk. Islam adalah agama yang mengatur cara berperilaku manusia. Tanpa perilaku yang baik manusia akan sangat berpotensial dalam membuat kerusakan. Perlunya membina ahlak adalah sebagai salah satu misi nabi Muhammad S.A.W dalam haditsnya:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan – keutamaan ahlak. Hadits shahih riwayat al-bukhari dalam al-adabul mufrad dari abu hurairah R.A. Ahlak nabi adalah al-qur’an al-qur’an itu sendiri sebagaimana yang diriwayatkan aisyah R.A ketika ditanya tentang akhlak nabi S.A.W beliau menjawab: akhlak nabi adalah al-qur’an. al- qur’an. Ibnu katsir mengatakan: artinya nabi adalah pengaplikasian al-qur’an al- qur’an baik menjalan perintahnya ataupun meninggalkan larangannya, sebagai sifat dan budi pekertinya. Istiqamah pada al-qur’an al- qur’an dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangannya. Mempunyai akhlak yang dipuji oleh al-qur’an al-qur’an dan menjauhi dari segala yang AlAl -Qur’an cela. Secara terminologis (ishthilabah) ada beberapa definisi tentang akhlaqsebagai berikut; 1.
Ibnu Misawaih
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa meerlukan pemikiran dan pertimbangan. 2.
Imam Al-Gazali
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 3.
Ibrahim Anis
Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
1
Akhlak hasanah / karimah secara garis besar bisa dibagi menjadi dua: Yang pertama adalah berakhlak yang baik kepada pencipta yaitu Allah S.W.T: Yaitu dengan cara menerima segala hukum syari’at dengan ridha’ dan pasrah. Tidak merasa keberatan dengan hal-hal tersebut. Apabila Allah memerintahkan kepadanya untuk shalat, zakat, puasa. B.
AKHLAQ TERHADAP ALLAH SWT
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu beakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk Sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat At-Thariq ayat 5-7,sebagai berikut : Artinya : 5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (QS. AtTariq:5-7) Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, An-Nahl ayat, 78. Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. ( bersyukur. ( Q.S An-Nahl : 78) Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat AlJatsiyah ayat 12-13. Artinya : (12) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya.Sesungguhnya 2
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir. (Q.S Al-Jatsiyah :12-13 ). Keempat,
Allah-lah
yang
telah
memuliakan
manusia
dengan
diberikannya
kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa ' ayat, 70. Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S Al-Israa : 70). Sementara itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya. Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral dan Akhlak" bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain : a.
Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b.
Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c.
Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d.
Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e.
Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f.
Senantiasa mengingat Allah SWT.
g.
Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h.
Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT. Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia
seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya. Dalam
melaksanakan
kewajiban
yang
diperintahkan
oleh
Allah,
terutama
melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Qur'an yang harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat Islam.
3
C.
AKHLAQ TERHADAP RASULULLAH
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya. 1.
Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan. Karenanya membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban yang memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw: Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa ’I dan Ibnu Majah). 2.
Mencintai dan Memuliakan Rasul
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah : Artinya : Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumahrumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS AtTaubah : 24). Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda: Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i). 4
3.
Mengikuti dan Mentaati Rasul
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orangorang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam fir man Allah yang artinya: Artinya : Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS An-Nisaa:69). Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw, Allah Swt akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman dalam Al-Qur’an Artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar -benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Al-Imran : 31) Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah Saw diutus memang untuk ditaati, Allah Swt berfirman : Artinya: Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya 313 datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang (QS An-Nisaa : 64) 4.
Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah: Artinya: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS Al-Ahzab : 56). Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu justeru akan membawa keberuntungan bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul Saw: 5
Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali (HR. Ahmad). Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan banyak mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul Saw sebagai orang yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau bersabda: Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Tirmidzi). 5.
Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda: Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim). Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw. 6.
Menghormati Pewaris Rasul
Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya. Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama1259. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Faathir:28). Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah SAW: Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi 6
tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya. 7.
Melanjutkan Misi Rasul
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw: Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar). D.
AKHLAQ TERHADAP INDIVIDUAL DAN SOSIAL
1. Akhlak Saling Menyayangi Setiap orang yang beriman harus saling menyayangi, tidak hanya sesame teman, tetapi kasih sayang kepada hal-hal yang bersifat umum, seperti sesama manusia, terhadap manusia yang berbeda keyakinan, terhadap keluarga dan bahkan terhadap alam. Berikut ini adalah tauladan kasih sayang yang di sampaikan Rasul. a. Kasih sayang Terhadap sesama muslim Setiap muslim atau umat manusia di harapkan saling menyayangi. Sesama umat harus saling berbagi dan menerima dengan niat ikhlas, sehingga dapat mencapai kebahagiaan bersama. Janaganlah kita acuh terhadap sesama muslim, sehinga muslim lain menderita baik secara lahir maupun batin. b. Kasih sayang terhadap orang musrik Toleransi terhadap umat beragama, pada saat ini masih merupakan hal penting dalam kehidupan bersosial di Indonesia, karena di Negara kita banyak perbedaan baik dalam keyakinan , ekonomi, social, maupun budaya c. Kasih sayang tehadap anak-anak Anak-anak adalah amanah bagi orang tua dan masyarakat pada umumnya. Terhadap anak-anak tersebut, haruslah kita berikan kasih sayang yang cukup dan bekal ilmu supaya dapat berkembang secara maksimal. Tugas 7
orang tua untuk membimbing, dan memeberikan pengawasan yang cukup . Terhadap kewajiban terhadap anak-anak ini, 2. Beramal Sholeh Amal artinya melakukan/melaksanakan/membuat. Sedangkan soleh artinya ialah kebaikan-kebaikan yang berbentuk perintah-perintah dan laranganlarangan /halal dan haram yangberhak hanya ditentukan oleh Allah swt,pencipta manusia kehidupan dan alam semesta Beramal sholeh dapat di artikan berbuat baik/ kebajikkan, memeberi sumbangan atau bantuan kepada orang miskin. Amal sholeh juga dapat berati melakukan sesuatu yang baik seprti memeberi nasehat, bekerja untuk kepentingan masyarakat, dan mengajarkan suatu ilmu. Beramal sholeh merupakan wujud akhlak social dalam rangka mewujudkan kepeduliansosial, sehingga seseorang berbuat baik terhadap orang lain. Hal demikian sangnat di perlukan, karena kalau kita memebutuhkan bantuan orang lain, maka kita harus membantu juga orang lain. Tekait dengan anjuran agar kita beramal bagi orang yang tidak mampu, Allah berfirman:
“ Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah dijalan Allah sebagian rejeki yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan Orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim (QS Al-Baqarah 254) 3. Saling Menghormati Saling menghormati adalah sikap sosial yang mendasar dan luas. Sikap social ini lebih banyak tampil dalam wujud yang kelihatan, dan umumnya bersifat langsung, dalam setiap perjumpaan kita satu sama lain. Karena masing-masing hanya mengutamakan kepentingannya sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Wujud-wujud dari tindakan saling menghormati dapat berupa tindakkan spontan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
dalam
setiap
pertemuan
dan
kebersamaan kita dengan orang lain. Sikap-sikap hormat diharapkan muncul dari dalam diri sebagai style of life, pembawaan yang sudah terpatri dalam diri kita dan menjadi citra diri kita, karena merupakan sikap dasar kita yaitu 8
bersikap rendah hati agar kita selalu saling menghormati dimanapun kita berada, Sebagai contoh: setiap hari, setiap saat kita berharapan dengan orang, dengan bebagi latar belakang yang berbeda. Secara fisik kita bias berdekatan satu sama lain seperti di bus, mikrolet, di lift, di rumah makan dan sebagainya. 4. Berlaku Adil Keadilan dapat di artikan sebagai sikap berpihak pada yang benar, tidak memihak salah satunya, dan tidak berat sebelah. Dengan kata lain yang dimaksud adil di sini ialah memberi hak kepada yang berhak tanpa membeda bedakan antara orang-orang yang berhak itu, dan melakukan tindakan kepada orang yang salah sesuai dengan kejahatannya dan kelalaiannya, tanpa mempersukarnya atau bersikap pilih kasih kepadanya Mengapa kita harus adil? Karena dalam kehidupan sosial, kita suatu saat akan dimintai untuk mendamaikan dua belah pihak yang berselisih, seperti perselisihan dalam keluarga, masyarakat bahkan dalam bernegara. Oleh sebab itu, dalm upaya menjadi pendamai, kita harus ber buat adil. Banyak sekali Ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita berbuat adil diantaranya adalah :
“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memeberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan, Dia memberi pengajaran kepada much agar kamu mendapat pelajaran” ( QS An-Nahl:90)
“Dan Jika Kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlaha perkara itu di antra mereka dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orangng-orang yang adil” (QS Al-Maidah:42)
5. Menjaga Persaudaraan Menjaga persaudaraan dapat di artikan membuat hubungan persahabatan atau pertemanan menjadi sangat karib seperti layaknya saudara ( adik dan kakak yang seayah dan seibu. Dalam kehidupan bermasyarakat,kita hanya berhubungan dengan saudara, tetapi juga tetangga, teman di kampus, teman di kantor, dan orang lain dalm banyak tempat dan kesempatan. 6. Berani Membela Kebenaran
9
Berani membela kebenaran berarti keteguhan dalam menghadapi bahaya atau sesuatu
yang
membahayakan
dalam
rangka
menegakkan
kebenaran
berdasarkn ketentuan Allah SWT,berani membela kebenaran juga dapat diartikan mersa takut pada beberapa hal yang memang harus ditakuti yaitu halhal yang jahat dan jelek seperti kejahatan,criminal dan kejelekan seperti aib,dan kemiskinan. Mengapa kita umat Islam harus berani membela kebenaran?Banyak kejadian dalam kehidupan social yang mulai jauh dari sikap berani membela kebenaran. Sebagai
contoh
terhadap
tindakan
kejahatan
seperti
perampokan,
pembunuhan, pencurian, korupsi dan lain-lain, semakin sedikit orang yang membela. Orang seperti cuek dan takut untuk membela korban, dan kebanyakan hanya melihat hanya takut, atau membiarakan urusan menjadi tanggung jawab kepolisian. Sedangkan kejelekan pada saat ini juga sudah menjadi kebanggan seperti kaya karena korupsi, dan membuka aib orang lain. 7. Tolong Menolong Tolong menolong dapat di artikan saling membantu, meminta bantuan. Tolong menolong merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian. Sejak manusia lajir sudah membutuhka bantuan orang lain, begitu pula saat dewasa dan bekerja, bahkan saat mati manusia memebutuhkan orang lain karena manusia tidak dapat menguburnya dirinya sendiri. Kehidupan social dan bermasyarakat akan dapat mandiri dan kuat apabila ada kerja sama dan tolong menolong di antara anggota masyarakat khusus umat islam. Dalam agama islam, kerja sama dan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan demi kemajuan, dan kesejahteraan masyarakat sangat dianjurkan oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:
“Saling tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikkan dan taqwa, dan jangan kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS Al-Maidah:2)
“ dan orang – orang yang beriman. Lelaki dan perempuan, sebagian mereka(adalah) menjadi penolong bagi sebagian lain. Mereka menyuruh 10
mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-Taubah(9): 71)
Dalam rangka bekerja sama dalam sholat, dapat mewujudkan dalam kegiatan sholat berjamaah sehingga memperkuat rasa persatuan, silahturahmi dan memperbanyak pahala. Selain itu tolong-menolong dalam sholat dapat dilakukan dalam rangaka memakmuran masjid dengan memperbanyak kegiatan di masjid atau membangun masjid. Kegiatan membayar Zakat pada dasarnya juga termasuk kegiatan tolong menolong yaitu orang yang mampu dalam harta memberikan bantuan untuk orang yang membutuhkan bantuan seperti anak yatim, fakir miskin atau termasuk 8 kelompok yang berhak mendapatkan zakat. 8. Musyawarah Musyawarah dapat di artiakan rapat atau berunding untuk memperoleh keputusan atau petunjuk yang terbaik. Manusia dan umat Islam dari awal penciptanya sudah beraneka ragam. Di Indonesia
misalnya, manusia
Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, keyakinan dan tempat tinggal. Di dalam agama Islam Sendiri, Tidak dapat di pungkiri juga terdapat berbagai kelompok seperti NU, Muhammadiah, Persis dan lain-lain. Sedangkan dalam masyarakat juga terdapat perbedaan dalam status social, pendidikan, kekayaan, dan lain-lain. Dalam hal banyaknya perbedaan ini, maka bagai mana mereka dapat menyatukan pendapat untuk mencari keputusan yang terbaik? Maka jawabanya adalah melalui musyawarah. E. AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagai mana firman Allah :
“Tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (Al-Anbiyaa’, 21 :107)
11
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusi sebagai khalifah dimuka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan, mengelola, dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Memakmurkan alam adalah mengelola sumber daya sehingga dapat memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah menyediakan bumi yang subur ini untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras mengelola dan memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah yang tinggi sebagaimana firman-Nya: …
…
“…Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai pemakmurannya…” (Hud, 11:61) Kekayaan alam yang berlimpah disediakan Allah untuk disikapi dengan cara mengambil dan memberi manfaat dari dan kepada alam serta melarang segaola bentuk perbuatan yang meneruskan alam. Firman Allah :
“…..dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan jangalah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qasas, 28:77) Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlifat-lifat, sebaliknya alam yang dibiarkan merana atau hanya diambil manfaatnya akan mendatangkan malapetaka bagi manusia. Akibat akhlak yang buruk terhadap lingkungan dapat disaksikan dengan jelas bagaimana hutan yang menghancurkan hutan dan habitat hewan-hewannya. Eksploitasi kekayaan laut yang tanpa memperhitungkan kelestarian ekologi laut melahirkan kerusakan hebat habitat hewan laut. Semua itu karena semata-mata mengejar keuntungan ekonomis yang bersifat sementara, mendatangkan kerusakan alam yang parah yang tidak bisa direhabilitasi dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun.
12
Inilah persoalan yang dihadapi oleh manusia pada abad ini, apabila tidak diatasi akan dapat menghancurkan lingkungan sekaligus mendatangkan malapetaka yang hebat bagi manusia itu sendiri. Firman Allah:
“Telah tampak kerusakan didaratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”. (Ar -Ruum, 30:41) Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan daratan terjadi akibat manusia tidak sadar, sombong, egois, rakus, dan angkuh;p bentuk akhlak terhadap lingkungan yang buruk dan sangat tidak terpuji. F. AKHLAK BERBANGSA
Modernisasi zaman yang semakin berkembang dari waktu ke waktu menuntut manusia untuk memahami akhlak secara esensial, dalam arti bahwa manusia memahami akhlak
bukan
hanya
sebagai
sikap/perilaku
saja.
Melainkan,
akhlak
tersebut
di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak dalam berbangsa perlu untuk disadari oleh kita agar kita dapat menjadi semakin sensitif terhadap persoalan yang terjadi pada bangsa dan negara kita. Bukan hanya Hal ini didorong dengan kekhawatiran akan bobroknya generasi kita, apabila tidak dibekali dengan
pengetahuan
tentang
akhlak
yang
cukup,
untuk
menjalani
kehidupan
kedepannyaberikut merupakan akhlak dalam berbangsa: 1.
Musyawarah.
Kata (
) Syûrâ terambil dari kata (
-
-
) menjadi (
)
Syûrâ. Kata Syûrâ bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain .Dalam Lisanul ‘Arab berarti memetik dari serbuknya dan wadahnya. Kata ini terambil dari kalimat (
) saya
mengeluarkan madu dari wadahnya. Berarti mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu, dan bermusyawarah adalah upaya meraih madu itu dimanapun ia ditemukan, atau dengan kata lain, pendapat
13
siapapun yang dinilai benar tanpa mempertimbangkan siapa yang menyampaikannya. Musyawarah dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai Musyawarah adalah surah Al-Syura ayat 38:
Artinya: “Dan (bagi) orang -orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. AsySyura: 38) Musyawarah sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang paling baik disamping untuk memperkokoh rasa persatuan dan rasa tanggung jawab bersama . Ali Bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam musyawarah terdapat tujuh hal penting yaitu, mengambil kesimpulan yang benar, mencari pendapat, menjaga kekeliruan, menghindari celaan, menciptakan stabilitas emosi, keterpaduan hati, mengikuti atsar. a.
Hal-hal yang boleh di musyawarahkan
Islam memberikan batasan hal apa saja yang boleh dimusyawarahkan . Karena musyawarah adalah pendapat orang, maka apa-apa yang sudah ditetapkan oleh nash (Al – Qur’an dan As-Sunnah) tidak boleh dimusyawarahkan , sebab pendapat orang tidak boleh mengungguli wahyu. Jadi musyawarah hanyalah terbatas pada hal – hal yang bersifat Ijtihadiyah . Para sahabat pun kalau dimintai pendapat mengenai suatu hal, terlebih dahulu mereka bertanya kepada Rasulullah SAW. Apakah masalah yang dibicarakan telah diwahyukan oleh Allah atau merupakan Ijtihad Nabi. Jika pada kenyataannya adalah ijtihad Nabi, maka mereka mengemukakan pendapat . Masalah-masalah ijtihadiyah diungkapkan dalam Al Qur’an dengan kata Al -Amr . Istilah amruhum disini berarti masalah bersama atau ‘common problems’, yaitu masalah-masalah yang menyangkut kepentingan nasib atau anggota masyarakat yang bersangkutan.
14
b.
Tata Cara Musyawarah. Rasulullah mempunyai tata cara bermusyawarah yang
sangat bervariasi ; (1) Kadang kala seseorang memberikan pertimbangan kepada beliau, lalu beliau melihat pendapat itu benar, maka beliau mengamalkannya (2) Kadang-kadang beliau bermusyawarah dengan dua atau tiga orang saja (3) Kadang kala beliau juga bermusyawarah dengan seluruh massa melalui cara perwaklian. Dari beberapa tata cara bermusyawarah Rasulullah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tata cara musyawarah , anggota musyawarah bisa selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, tetapi hakekat musyawarah harus selalu tegak ditengah masyarakat dan negara .
c. Sikap Bermusyawarah. Supaya musyawarah dapat berjalan dengan lancar dan penuh persahabatan, firman Allah dalm surat Ali Imran ayat 159 : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu
ma'afkanlah
mereka,
mohonkanlah
ampun
bagi
mereka,
dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imran : 159). Dapat kita lihat Allah SWT mengisyaratkan ada beberapa sikap yang harus dilakukan dalam bermusyawarah yaitu: 1)
Lemah Lembut
Seseorang yang melakukan musyawarah , apalagi sebagai pimpinan harus menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala , karena jika tidak , mitra musyawarah akan tidak menghormati pemimpin musyawarah. 2)
Pemaaf
Setiap orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental untuk selalu bersedia member maaf . Karena mungkin saja ketika musyawarah terjadi perbedaan pendapat , atau keluar kalimat-kalimat yang menyinggung pihak lain . Dan bila itu masuk kedalam hati , akan mengeruhkan pikiran , bahkan boleh jadi musyawarah berubah menjadi pertengkaran . 3)
Mohon Ampunan Allah SWT
Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika musyawarah , hubungan dengan Tuhan pun harus harmonis . Oleh sebab itu , semua anggota musyawarah
15
harus senantiasa membersihkan diri dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT baik untuk diri sendiri , maupun anggota musyawarah lainnya. 2.
Menegakkan Keadilan
Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (Bahasa Arab), yang mempunyai arti antara lain sama dan seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat diartikan sebagai membagi sama banyak, atau memberikan hak yang sama kepada orang-orang atau kelompok. Dengan status yang sama. Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak seimbang dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya. a.
Perintah Berlaku Adil
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan ada yang khusus dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum misalnya yang terdapat dalam Quran surah An-Nahl ayat 90 yaitu: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat keba jikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”. (QS. An-Nahl 16:90) Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum (QS. An- Nisa’ 4: 58); adil dalam mendamaikan konflik (QS. Al-Hujurat 49:9); adil terhadap musuh (QS. Al-Maidah : 8) adil dalam rumah tangga (QS. An- Nisa’ 4:3 dan 129); dan adil dalam berkata (QS. Al-An’am 6:152). b.
Keadilan Hukum
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Allah menegaskan: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaik an amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi M aha Melihat.” (QS. An- Nisa’4:58). c.
Keadilan dalam Segala Hal
16
Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada umat manusia, terutama orang-orang yang beriman untuk bersikap adil dalam segala aspek kehidupan, baik terhadap diri dan keluarganya sendiri, apalagi kepada orang lain. Bahkan kepada musuh sekalipun setiap mukmin harus dapat berlaku adil. Mari kita perhatikan beberapa nash berikut ini :
3.
1)
Adil terhadap diri sendiri
2)
Adil terhadap isteri dan anak-anak
3)
Adil dalam mendamaikan perselisihan
4)
Adil dalam berkata
5)
Adil terhadap musuh sekalipun
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Secara harfiah amar ma’ruf nahi munkar (al-amru bi ‘l-ma’ruf wa ‘n-nahyu ‘an ‘l-
munkar) berarti menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Ma’ruf secara etimologis berarti yang dikenal, sebaliknya munkar adalah sesuatu yang tidak dikenal. Yang menjadi ukuran ma’ruf atau munkarnya sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani. Bisa kedua-duanya sekaligus atau salah satunya. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf, begitu juga sebaliknya, semua yang dilarang oleh agama adalah munkar. Dalam hal ini Allah menjelaskan: “Dan orang -orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah 9:71) Dalam ayat diatas juga dapat kita lihat bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi munkar tidak hanya dipikulkan kepada kaum laki-laki tapi juga kepada kaum perempuan, walaupun dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kodrat dan fungsi masing-masing. Jika umat Islam ingin mendapatkan kedudukan yang kokoh di atas permukaan bumi, disamping mendirikan shalat dan membayar zakat mereka harus melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Allah SWT berfirman:
17
“(yaitu) orang -orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar; dan kepada Allah- lah kembali segala urusan.”(QS. Al-Haji 22:41) 4.
Hubungan Pemimpin dan yang dipimpin
Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pemimpin orang-orang yang beriman : “Allah Pemimpin orang -orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pemimpin-pemimpin mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah 2:257) Azh-zhulumat (kegelapan) dalam ayat diatas adalah simbol dari segala bentuk kekufuran, kemusyrikan, kefasikan dan kemaksiatan. Atau dalam bahasa sekarang azhzhulumat adalah bermacam-macam ideologi dan isme-isme yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme, liberalisme, materialisme, hedonisme dan lain sebagainya. Sedangkan an-Nur adalah simbol dari ketauhidan, keimanan, ketaatan dan segala kebaikan lainnya. At-thaghut adalah segala sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain dari Allah SWT dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Menurut Sayyid Qutub, Thaghut adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran dan melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah SWT untuk hamba-Nya. Dia bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban dan lain-lain yang tidak berlandaskan ajaran Allah SWT. a.
Kriteria Pemimpin dalam Islam
Pemimpin umat atau dalam ayat diatas di istilahkan dengan waliy dan dalam ayat lain (Q.S An-Nisa 4:59) disebut dengan Ulil Amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah
SAW
setelah
beliau
meninggal
dunia
.
Orang – orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin minimal harus memenuhi empat kriteria sebagaimana dijelaskan dalam surat Al – Maidah ayat 55 . 1)
Beriman kepada Allah SWT. Karena Ulil Amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah SAW, sedangkan Rasulullah sendiri adalah pelaksana kepemimpinan Allah 18
SWT, maka tentu saja yang pertama kali harus dimiliki penerus beliau adalah Keimanan. Tanpa Keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya bagaimana mungkin pemimpin dapat diharapkan memimpin umat menempuh jalan Allah diatas permukaan bumi ini . 2)
Mendirikan Shalat. Shalat adalah ibadah Vertikal langsung kepada Allah SWT. Seorang pemimpin yang mendirikan shalat diharapkan memiliki hubungan vertical yang baik dengan Allah SWT . Diharapkan nilai – nilai kemuliaan dan kebaikan yang terdapat dalam shalat dapat tercermin dalam kepemimpinannya.
3)
Membayarkan Zakat. Zakat adalah ibadah madhdhah yang merupakan simbol kesucian dan kepedulian sosial. Seorang pemimpin yang berzakat diharapkan selalu berusaha mensucikan hati dan hartanya. Dia tidak mencari dan menikmati harta dengan cara yang tidak halal (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ). Dan lebih dari pada itu dia memiliki kepedulian social yang tinggi terhadap kaum dhu’afa dan mustadh’afin . Dia akan menjadi pembela orang-orang yang lemah .
4)
Selalu Tunduk Patuh kepada Allah SWT. Dalam ayat diatas disebutkan pemimpin itu haruslah orang selalu ruku’. Ruku’ adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang secara konkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang kaffah , baik dalam aspek aqidah , ibadah , akhlaq maupun muamalat . Aqidahnya benar , ibadahnya tertib , dan sesuai tuntutan Nabi , akhlaknya terpuji , dan muamalatnya tidak bertentangan dengan syariat
F. AKHLAK BERNEGARA
Tidak hanya pemimpin sajah yang memenuhi kewajiban sebagai warga Negara pun harus senantiasa memenuhi kewajiban atas apa yang diperintahkan pemimpinnya yang memenuhi criteria pemimpin menurut pandanga islam.dan ini merupakan kewajiban akhlak muslim sebagai warga negara.Kewajiban itu diantaranya :
19
a) Harus ta’at pada pemimpin/pemerintah,selama mereka memerintahkan atas perkara yang positif dan masih dalam kategori perintah Allah serta Rasulnya.
Ar tinya : H ai orang-orang yang beri man, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (A l Quran) dan Rasul (sunnahnya), ji ka kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik aki batnya(Q.S. An-Nisa :59)
b) Mengoreksi dan mengevaluasi perjalanan Negara seperti hal nya dalam al-quran :
Artinya : 1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugi an, 3. Kecuali orang-orang yang beri man dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Isi kandungan ayat di atas bahwasanya islam perlu saling nasihat-menasihati agar tercipta
kehidupan
negar
yang
dinamis.Budaya
kritis
ini
menjadi
parameter
keberuntungan umat islam.karena dalam islam yang salah ya salah tidak ada penyelewengan dalam kebenaran.
c) Membela Negara,kewajiban membela Negara dan mempertahankan adalah warga negaranya sendiri,atau masyarakat itu sendiri termasuk para pemerintahannya,Bukan hanya kuasa pemerintah sajah yang memegang tetapi semua penduduk harus ikut meras peduli dan melindungi.seperti dikatakan dalam Al-quran :
Artinya : Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, j ika kamu Mengetahui.
Melakukan sesuatu semata hanya karna mengharap ridho Allah,maka penerapan untuk menjaga tanah air sendiri lakukan dengan prinsif surat At-taubah a yat 41 di atas.
20
Disamping itu ada kewajiban lain yang terkait dengan akhlak terhadap Negara bahwa setiap warga Negara bis menggunakan dan menuntut haknya ,Hak tersebut adalah : a. Hak dalam berpolitik 1). Hak memilih 2). Hak musyawarah 3). Hak control rakyat 4). Hak memecat 5). Hak pencalon 6). Hak menjadi aparat Negara b. Hak Asasi 1). Mendapatkan persamaan didepan hukum dan peradilan 2). Kebebasan pribadi :Hak beragama,hak memilih serta hak kesenangan yang bersifat pribadi.
Jadi disimpulkan bahwa setiap pemimpin ataupun warga Negara berhak untuk menjaga kemaslahatan negaranya.Dengan memegang dan mencerminkan akhlakakhlak yang menjadi jalan menuju keberhasilan serta hiasan sdan pondasi membangun kebagiaan bernegara
21
BAB III PENUTUP A.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu komponen utama agama islam adalah Akhlak. Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak jika dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan dan timbul dengan sendirinya tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu. Secara garis besar akhlak dibagi menjadi dua Akhlak terhadap Allah dan Akhlak terhadap makhluk Allah. Akhlak kepada Allah dibagi lagi menjadi dua yaitu Akhlak baik dan buruk kepada Allah. Sedangkan Akhlak kepada Makhluk Allah yaitu Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW.), akklak terhadap Kedua Orang Tua, Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak terhadap Keluarga, akhlak terhadap Tetangga, Akhlak terhadap Kawan, Akhlak terhadap Masyarakat dan Akhlak terhadap Non-Muslim.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pusatmakalah.com/p/a.html http://sukurudin474.blog.com/2014/03/15/makalah-profesi-keguruan-jabatan-profesionaldan-tantangan-pendidik-dalam-pembeelajaran/ Rahmat. 2012. Akhlak Bernegara, (Online). (http://rahmatzoom.blogspot.com, diakses 11 Oktober 2015) http://fauziahturr.blogspot.co.id/2013/03/akhlak-terhadap-masyarakatalam.html
23