MAKALAH AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN KEMUHAMMADIYAHAN AKHLAK BERBUSANA DALAM ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Islam Al -Islam dan Kemuhammadiyahan yang Diampu Oleh Dra. Sukanah, M.Ag
Disusun Oleh :
Shofiya Nurdiana
(201510070311118) (201510070311118)
Intan Rukmana Safitri
(201510070311130) (201510070311130)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Akhlak dalam Keluarga ini untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK IV. Dalam penyusunan makalah ini penulis melibatkan banyak pihak yang telah rela meluangkan waktu untuk memberikan bantuan saran, bimbingan serta informasi-informasi yang di perlukan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Sukanah, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing A IK IV. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Penulis menyadari makalah ini memang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran para pembaca agar dapat memperbaiki di waktu selanjutnya.
Malang, Maret 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1. Tujuan Berbusana Menurut Menurut Islam 2.2. Batas Aurat Laki-Laki dan Perempuan Menurut Islam 2.3. Karakteristik Busana Muslim dan Muslimah 2.4 Beberapa Persoalan Persoalan Seputar Busana Busana dalam Pandangan Pandangan Islam BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Istilah “akhlak” berasal dari kata bahasa Arab (dalam bentuk (dalam bentuk jamak/ plural dari khuluq) ialah instansi batin yang dibina dalam diri seorang manusia, untuk menguasai tendensi-tendensi fitriahnya dan mengalihkan situasi batin manusia kepada nilai-nilai yang tinggi. Akhlak merupakan corak batin bagi rohaniah manusia. bila corak yang dibina atau dibentuk dalam rohani itu baik, maka tindakan-tindakan badan jasmaniah pada umumnya biak pula.demikian sebaliknya, rohani seolah-olah memegang komando atas jasmaniah manusiawi. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang tak bis a lepas dari hidup kita. Seiring dengan perkembangan zaman, berpakaian sudah menjadi salah s alah satu pusat perhatian perhati an dalam kemajuan globalisasi. Berbagai macam jenis pakaian telah muncul dikehidupan kita, sehingga membuat kita harus memilih – memilih – milih milih yang mana yang pantas untuk kita pakai serta tidak melanggar ajaran agama Islam. Begitu juga berhias, pengaruh dunia barat sangat besar bagi negara kita Indonesia. Alat – Alat – alat alat semakin canggih, untuk berhias pun tak jadi hal yang susah bagi kita. Ajaran agama Islam tak hanya membahas hal yang besar bagi manusia, hal yang kecil seperti perjalanan, bertamu dan menerima tamu dianggap hal yang kecil bagi sebagian besar besar manusia untuk dipelajari. Kesadaran akan pentingnya aturan yang telah ada didalam Al – Qur’an terkadang terlupakan bagi kita. Mengabaikan hal – hal – hal hal kecil yang ujungnya akan berakibat bagi kehidupan sehari – sehari – sehari. sehari. Melewatkan hal – hal – hal hal yang kecil secara terus menerus membuat kita membentuk sebuah kebiasaan yang buruk sepanjang kita lupa akan aturan. Untuk itu, sebagian besar manusia melupakan aturan – aturan yang telah ditetapkan. Berpakaian tidak sesuai dengan ajaran Islam, Berhias berlebihan, menempuhi perjalanan tanpa ingat waktu, bertamu tanpa mengenal siapa tuan rumah, dan menerima tamu tanpa memperhatikan apa yang harus dilakukan. Makalah ini dibuat agar menjadi ulasan kembali ingatan kita dan menambah pengetahuan kita, bahwa berpakaian, bertamu, berhias, perjalanan dan menertima tamu mempunyai aturan tersendiri.
1
1.5 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana berbusana menurut islam? 2. Bagaimana batas aurat laki-laki dan perempuan menurut islam? 3. Bagamana karakteristik busana muslim dan muslimah? 4. Apakah persoalan seputar busana busana dalam pandangan islam?
1.6 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tujuan berbusana menurut islam 2. Untuk mengetahui mengetahui batas aurat laki-laki dan perempuan menurut islam 3. Untuk mengetahui mengetahui karakteristik busana muslim muslim dan muslimah 4. Untuk mengetahui beberapa persoalan seputar busana dalam pandangan islam
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Tujuan Berbusana Menurut Menurut Islam a.
Pakaian Sebagai Penutup Aurat
Kata aurat terambil terambil dari kata ar yang yang berarti onar, aib, tercela. tercela. Tidak satu pun dari anggota tubuh yang buruk sebab semuanya baik dan juga bermanfaat, termasuk aurat. Akan tetapi jika kondisi aurat seseorang dilihat yang bukan mahramnya, maka keterlihatan itulah yang dinilai buruk. Islam memberi petunjuk tentang apa yang dianggapnya aurat atau sauat . Aurat dipahami sebagai bagian tubuh tertentu tidak boleh terlihat orang terkecuali oleh orang-orang tertentu.
"Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian takwa itulah yang paling baik yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat." (QS. Al-A'raf: 26)
“Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya, tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga..." (QS. Al-A'raf: 22)
Dari kedua ayat diatas bisa disimpulkan bahwa ide pertama agar seseorang membuka aurat adalah ide setan, dan karenanya tanda-tanda kehadiran setan adalah keterbukaan aurat. Sebuah riwayat yang dikemukakan oleh Al Biqa'i dalam bukunya Shubhat Waraqah menerangkan bahwa saat Rasulullah SAW belum memperoleh
keyakinan mengenai apa yang dialaminya di Gua Hira (apakah dari malaikat atau dari setan) kemudian Nabi SAW menyampaikan hal itu kepada istrin ya Khadijah. Khadijah berkata, "Jika engkau melihatnya lagi, beritahulah aku."
1
Suatu ketika yang lain Rasulullah SAW melihat (malaikat) yang dilihatnya di Gua Hira, kemudian Khadijah membuka pakaiannya sambil bertanya, "Sekarang, apakah engkau masih melihatnya?" Rasulullah menjawab, "Tidak, dia pergi." Dengan penuh keyakinan Khadijah lalu berkata, "Yakinlah yang akan datang bukan setan," (sebab hanya setan yang senang melihat aurat). Ide dasar aurat adalah "tertutup atau tidak ti dak dilihat meski oleh yang bersangkutan sendiri?" Ada beberapa hadits yang menjelaskan hal tersebut secara rinci: Hindarilah tidak mengenakan busana, sebab ada (malaikat) yang selalu bersamamu, yang tidak pernah beripsah denganmu denganmu kecuali ketika ke kamar belakang (wc) dan ketika seseorang berhubungan suami istri. Maka dari itu malulah kepada mereka dan setidaknya hormatilah mereka (HR. At-Tirmidzi).
b. Pakaian Sebagai Perhiasan Perhiasan merupakan benda atau barang yang dipakai untuk memperelok pemakainya. Tentunya orang itu sendiri juga harus lebih dulu menganggap bahwa perhiasan tersebut indah. Beberapa pakar menjelaskan bahwa sesuatu yang indah adalah sesuatu yang dapat menghasilkan kebebasan dan keserasian. Pakaia n yang elok adalah contoh kebebasan bagi pemakainya dalam bergerak. Di samping itu kebebasan juga harus disertai rasa tanggung jawab.
Salah satu kodrat dari keindahan adalah kebersihan. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW suka memakai pakaian berwarna putih, bukan karena warna ini lebih sesuai dengan iklim Jazirah Arab yang panas, tetapi pakaian yang berwarna putih akan segera menampakkan kotoran, sehingga si pemakai juga akan berantusi as untuk segera mengganti dengan pakaian lain (yang bersih). Al-Qur'an setelah memerintahkan supaya memakai pakaian yang indah saat berkunjung ke masjid, juga menganjurkan seseorang memakai perhiasan, namun tidak boleh berlebihan.
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mas jid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. (QS. Al-A'raf: 31)
1
Berhias merupakan naluri semua manusia. Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah, "Seseorang yang yang suka pakaiannya indah dan alas kakinya indah (Apakah termasuk keangkuhan?)" Beliau menjawab, "Sesungguhnya Allah indah, senang kepada keindahan, keangkuhan adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain."
c. Pakaian Untuk Melindungi dari Bencana Ditemukan dalam Al-Qur'an ayat yang menerangkan fungsi pakaian dapat memelihara seseorang dari bencana dan terhadap sengatan panas serta dingin, QS. An Nahl ayat ke-81. Dan di ayat lain ditemukan juga fungsi pakaian sebagai sarana pelindung ketika dalam peperangan, seperti pernyataan Al-Qur'an yang menyangkut Nabi Daud dengan teknologi teknologi merancang baju besi, QS. Al-Anbiya': 80.
"...dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memeliharamu dalam peperangan..." (QS. An-Nahl: An-Nahl: 81)
"dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu, Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)." QS. Al Anbiya': 80)
d. Pakaian untuk Petunjuk Identitas Eksistensi atau keberadaan seseorang ada yang bersifat meterial (jasmani) dan ada juga yang imaterial imate rial (ruhani). Hal-hal yang bersifat bersif at material antara lain terpapang jelas dalam pakaian yang dikenakan Nabi SAW. Beliau sangat menekankan terhadap pentingnya penampilan identitas seorang Muslim, tak lain adalah melalui pakaian tersebut. Oleh karena itu, Nabi SAW melarang laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki (HR. Abu Daud). Fungsi identitas pakaian ini juga disyaratkan oleh Al-Qur'an dalam Surah Al-Ahzab ayat ke-59 yang memerintahkan Rasulullah SAW agar menyampaikan kepada istri-istrinya, anak-
1
anak perempuannya, dan juga wanita-wanita Mukmin agar mereka mengulurkan (memanjangkan) jilbab mereka.
2.2. Batas Aurat Laki-Laki dan Perempuan Menurut Islam
Secara bahasa istilah aurat adalah sesuatu yang cacat ( menjijikkan (
) atau
). Sedangkan menurut istilah, term aurat term aurat merujuk kepada bagian-
bagian tubuh manusia yang harus ditutupi dan tidak boleh terlihat t erlihat ketika shalat, kecuali wajah dan dua telapak tangan. Definisi ini masih bersifat umum mencakup laki-laki muslim dan perempuan muslim. Dalam berbagai kitab fiqh, para fuqaha' mengkaji masalah 'aurat di dalam pembahasan shalat. Sangat beralasan jika dikatakan para fuqaha' – umumnyaumumnya-
mendefinisikan
aurat
dengan
mengkaitkan
pada
busana/
pakaian
muslim/muslimah di saat shalat. Apalagi pembahasan secara spesifik tentang 'aurat tidak ditemukan ketegasannya dalam hadis Nabi. Kendati demikian bukan berarti persoalan 'aurat tidak menjadi perhatian fuqaha. Bagi fuqaha', 'aurat seorang muslim yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan adalah aurat yang wajib ditutup. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 31 : Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "hendaklah mereka menahan pandangannya, pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanitawanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. Menafsirkan ayat di atas Al Qurthuby menyatakan bahwa seorang perempuan hendaklah tidak menampakkan perhiasan/kecantikannya kecuali yang dibolehkan pada bagian lain ayat tersebut yang yang tujuannya adalah “untuk mencegah terjadinya fitnah” ( ). Menurut Al Qurthuby, Qurthuby, terdapat perbedaan pendapat mengenai mengenai ukuran pengecualian itu. Ibnu Mas’ud menyatakan yang boleh ditampakkan ditampakkan adalah pakaian ( 1
). Ibnu Jubair menambahkan wajah si perempuan. Adapun Sa ’id bin Jubair, ‘Atha’ Atha’ dan Al Auzai’y menambahkan lagi kedua telapak tangan (
), jadi boleh memperlihatkan
wajah, kedua telapak tangan dan pakaian. Ath Thabary mengecualikan wajah dan tangan sampai pertengahan lengan sebagai aurat wanita dengan bersandar pada hadits Qatadah dan 'Aisyah, 'Aisyah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Tidaklah halal bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat apabila telah berhaidh (cukup umur) untuk menampakkan (tubuhnya) kecuali wajah dan kedua tangannya sampai ke tempat ini, lalu beliau memegang pertengahan lengannya".
Abu Bakar al-Jashshash memahami penggalan kalimat (janganlah mereka menampakkan perhiasannya) adalah “wa “wa laa yubdiina mahalla ziinatahunna” yaitu janganlah mereka menampakkan tempat-tempat (anggota tubuh) yang disitu dikenakan perhiasan. Di samping itu, ulama berbeda pendapat dalam memahami lafadz istitsna' (illa) illa) pada kalimat: (Janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa terlihat). Perbedaan terjadi di seputar apakah lafadz
(illa) illa) menunjukkan pada anggota badan
tertentu saja, atau seluruh anggota badan tidak boleh terlihat. Ada fuqaha' yang berpendapat bahwa lafadz
dalam ayat di atas adalah meliputi seluruh anggota tubuh
sebagai 'aurat. Argumen yang yang mereka kemukakan berdasarkan surat al-Ahzab ayat ayat 59 : \Artinya: Wahai Nabi: katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal. Karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sementara itu ada fuqaha lain yang berpendapat bahwa lafadz istisna' menunjukkan menunjukkan hanya anggota badan tertentu saja. Dengan kata lain ada anggota tubuh yang boleh ditampakkan, seperti wajah dan dua telapak tangan. Pendapat ini berasal dari pendapat sebagian shahabat, seperti ‘Aisyah, Ibnu Abbas, dan Ibnu Umar. Dalam penilai an Ibnu Jarir Ath-Thabary (w. 310 H) sebagaimana disebutkan dalam kitab tafsirnya Jami’ Al Bayan fi Tafsir Al-Qur`an, Al-Qur`an, pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah yang mengatakan lafadz istisna' adalah anggota tubuh tertentu saja yaitu dengan mengecualikan wajah dan dua telapak tangan. Imam Ath Thabary sebagaimana dikutip Al-Qurthubi memperluas batasan pengecualian aurat wanita mencakup wajah dan tangan sampai pertengahan lengan.
1
Aurat laki-laki dan perempuan ketika melaksanakan shalat adalah seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini sebagaimana terungkap dalam kandungan makna ayat al-Qur'an yang dijadikan dasar bagi para ulama untuk menjustifikasi batasan 'aurat yang harus ditutupi di saat melaksanakan shalat. Jika dicermati labih lanjut batasan 'aurat yang disebutkan dalam ayat di atas, kelihatannya batasan 'aurat yang diberikan fuqaha' ditujukan kepada 'aurat perempuan, dengan tidak menafikan 'aurat laki-laki dalam melaksanakan shalat. Jadi, yang dimaksud dengan apa yang tampak dari perempuan berupa wajah dan dua telapak tangan adalah kedua anggota tubuh yang biasa nampak dari kalangan muslimah dalam ibadah-ibadah seperti haji dan shalat. Kedua anggota tubuh ini biasa terlihat di masa Rasulullah SAW, pada saat turunnya ayat al-Qur`an. Di samping itu terdapat alasan lain yang menunjukkan bahwa seluruh tubuh wanita adalah 'aurat kecuali wajah dan dua telapak tangan, karena sabda Rasulullah SAW kepada Asma` binti Abu Bakar :
"Wahai Asma` sesungguhnya seorang wanita itu apabila t elah baligh (haid) maka tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjuk pada wajah dan telapak tangannya." (HR. Abu Dawud).
Adapun batasan aurat laki-laki adalah dari pusar hingga lutut. Pendapat ini merupakan pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Syafi'i. Terjadinya perbedaan pendapat disebabkan adanya perbedaan antar antar hadis yang keduanya bernilai shahih.
1.
Hadis Jurhud ra.: ...
...
Artinya: Sabda Nabi Saw.; Saw.; "Paha itu merupakan aurat".
2.
Hadis riwayat Anas: ...
Artinya:…bahwasannya Nabi Saw. membuka pahanya, padahal beliau duduk bersama para sahabat.
Dalil al-Qur'an dan hadis di atas digunakan fuqaha sebagai dasar hukum mengenai batasan aurat terutama untuk perempuan. Sedangkan batasan aurat wanita dan laki-laki laki -laki di luar shalat (dalam beraktivitas sehari-hari) secara khusus dibahas oleh sumber-sumber 1
hukum klasik khususnya dalam bab shalat. Dari sinilah kemudian masalah aurat (bagian pribadi yang harus ditutupi dengan dengan pakaian) dibahas. Dalam shalat laki-laki maupun perempuan muslim harus menutup seluruh auratnya, atau menutupi sesuatu yang oleh hukum dianggap sebagai aurat manusia. Boleh jadi apa yang dianggap aurat ketika shalat juga menjadi aurat di luar shalat. Sebagai contoh, seorang laki-laki wajib menutupi bagian tubuh yang ada di antara pusar dan lutut baik ketika shalat maupun di luar shalat. Tetapi minoritas pendapat menyebutkan bahwa aurat laki-laki hanyalah pangkal paha dan pantat. Aurat perempuan lebih kompleks seperti telah disebutkan di atas seluruh bagian tubuh perempuan adalah aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Dalam konteks aurat perempuan di luar shalat, ulama Hanafiyah, Malikiyah dan sebagian Syafi'iyah berpendapat aurat perempuan yang harus dihijabi adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Namun Imam Hanafi dan Imam Malik berpendapat bahwa selain muka dan telapak tangan, kedua betis perempuan pun boleh terbuka. Sedangkan Imam Hanbali mempunyai pandangan yang lebih ketat, bahwa seluruh badan perempuan adalah aurat, termasuk kedua telapak tangan. Hanya wajah saja yang boleh kelihatan. Kendati berbeda dalam menentukan batas aurat bagi laki-laki dan perempuan, tetapi para fuqaha sepakat bahwa menutup aurat hukumnya fardhu, sehingga orang yang tidak menutupi aurat ketika shalat maka shalatnya shalatn ya menjadi tidak sah.
2.3. Karakteristik Busana Muslim dan Muslimah
Sesungguhnya Allah telah menentukan batas pakaian wanita dan telah mnentukan aturannya. Sebagai mana yang telah Allah terangkan dalam Al Quran Surat An Nur 31: “Katakanlah
kepada
wanita
yang
beriman:
"Hendaklah
mereka
menahan
pandangannya, pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanitawanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui 1
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” Dari ayat diatas kita dapat menyimpulkan kriteria pakaian yang sesuai dengan aturan syarita islam, yaitu memililki sifat-sifat sebagai berikut: 1.
Menutup seluruh tubuh selain yang dikecualikan oleh Al Quran dalam firman-Nya (… apa-apa apa-apa yang biasa tampak), yang menurut pendapat yang lebih kuat mengenai penafsiran ayat tersebut ialah muka dan telapak tangan.
2. Tidak tipis dan tidak menampakkan bentuk badan. Rasulullah shalllallahu’alaihi wasallam bersabada: wasallam bersabada:
“diantara yang termasuk ahli neraka ialah wanita -wantia yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan dengan lenggak lenggok untuk merayu dan untuk dikagumi. Mereka ini ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah) Maksud dari “berpakaian tetapi telanjang” yaitu: pakaian yang tidak berfungsi menutup aurat, sehingga dapat menyifati kulit karena tipisnya atau sempitnya pakaian itu.
3. Tidak membentuk batas-batas bagian tubuh dan tidak menampakkan bagian – bagian yang cukup menimbulkan menimbulkan fitnah sekalipun tidak tipis. Karena mode pakaian barat yang disebarkan ketengah-tengah kita kadang-kadang tidak tipis, tetapi menampakkan batas (lekuk) tubuh dan bagian yang menimbulkan fitnah. Dan setiap bagian tubuh yang tampak lekukannya sehingga dapat menimbulkan syahwat, s yahwat, itu it u juga sudah termasuk larangan. 4. Bukan merupakan pakaian khusus bagi laki-lakii. Sudah dikenal bahwa laki-laki mempunyai pakaian khusus dan wanita juga mempunyai pakaian khusus untuk wanita. Apabila laki-laki biasa mengenakan pakaian tertentu yang dikenal sebagai pakaian laki-laki, maka wanita tidak boleh memakainya. memakainya. Karena yang demikian itu haram baginya. Sebab Rasulullah telah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.
1
Pakaian yang dikenakan oleh seorang muslim haruslah memenuhi syarat tertentu, yakni: 1.
Menutup aurat;
2.
Tidak terbuat dari emas atau sutera;
3.
Tidak menyerupai pakaian wanita;
4.
Tidak menyerupai orang-orang kafir.
2.4 Beberapa Persoalan Persoalan Seputar Busana Busana dalam Pandangan Pandangan Islam
Islam menetapkan criteria khusus buat kaum wanita dengan busana muslim atau jilbab tertentu yang membedakan dari pakaian laki-laki . aurat laki-laki adalah bagian tubuh antara pusar sampai lutut, sedangkan wanita yaitu seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan.
)
(
Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteriisteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke sel uruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Busana muslim atau lebih khususnya lagi jilbab pakaian yang di pakai untuk seluruh badan yang meliputi kepala, leher dan dada. Seperti Sepert i yang dikatakan al jauari dalam ash shihah bahwa jilbab itu it u “malhafah” (kain penutup dari atas sampai kebawah). Dan model ini disesuaikan dengan aturan kehidupan penganut agama islam. Dalam model berpakaian orang islam yaitu mereka memakai model baju yang serba panjang dan dapat dapat menutupi aurat atau bagian tubuh. Pada masa pemerintahan orde
1
baru mereka selalu mendorong partisipasi organisasi islam dalam masalah social, terutama pada penggunaan jilbab menjada popular popular pada tahun 1980-an. Busana perkembangan fashion didunia, saat ini busana muslimah yang ada disekitar disekitar kita muslimah memiliki ketentuan syari’at yang mengatur layak dipakai. Seiring dengan tersaji dalam berbagai macam gaya atau mode. Mulai dari busana yang berbahan katun hingga berbahan sutera. Perkembangan fashion ini oleh dunia barat merupakan hasil karya manusia yang menggunakan haknya untuk ber-ekspresi, sehingga tak ayal jika fashion show didunia barat mendapat apresiasi yang luar biasa. Dis isi lain, perkembangan fashion ini merambah di Indonesia dan mempengaruhi gaya hidup sebagian masyarakat Indonesia. Melihat fakta diatas, tidak terlepas dari rencana penguasa negara imperialis yang berupaya untuk menumpulkan pemikiran kaum muslimin di Indonesia dengan adanya perkembangan fashion. Rencana ini juga ditujukan untuk melemahkan melemahkan dan merusak kaum muslimin terutama kaum perempuan untuk tidak peduli dengan tuntutan syari’at melainkan tuntutan mode. Sehingga wajiblah para perempuan mengetahui bahwa dalam islam
kecantikan
perempuan
bukan
karena
modisnya
dalam
berbusana
atau
kecantikannya, melainkan dari ketakwaannya terhadap perintah dan larangan Allah. Islam mengatur perempuan karena untuk menjaga kehormatannya bahkan islam sangat menjamin hak-hak perempuan untuk mendapatkan rasa aman, lebih dihargai, dan menjamin terpenuhinya pendidikan dan kesehatan. Sebenarnya bagaimanapun model tersebut tergantung pada diri sendiri untuk menyikapi yang ada karna kita tidak mungkin menghentikan atau menghalangi kekreatifan seseorang. Yang terpenting dalam islam bukan hanya sekedar model tetapi harus didampingi dengan niat untuk menjalankan perintah allah bagi kaum muslim dengan menutup aurat. Semoga apa yang kita pakai atau busana yang kita kenakan khususnya pada kerudung atau jilbab tidak membuat kita lupa dengan tujuan utama kita untuk menjalankan syari’at islam, dan kita dan kita dapat menerima perkembangan modern ini dengan baik, karna bagaimanapun juga juga wanita itu adalah sebaik-baiknya perhiasan didunia.
1
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Identitas pakaian ini juga disyaratkan oleh Al-Qur'an dalam Surah Al-Ahzab ayat ke-59 yang memerintahkan Rasulullah SAW agar menyampaikan kepada istriistrinya, anak-anak perempuannya, dan juga wanita-wanita Mukmin agar mereka mengulurkan (memanjangkan) jilbab mereka. 2. Aurat laki-laki dan perempuan ketika melaksanakan shalat adalah seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini sebagaimana terungkap dalam kandungan makna ayat al-Qur'an yang dijadikan dasar bagi para ulama untuk menjustifikasi batasan 'aurat yang harus ditutupi di saat melaksanakan shalat. 3. Pakaian yang dikenakan oleh seorang muslim haruslah memenuhi syarat tertentu, yakni:Menutup aurat; tidak terbuat dari emas atau sutera, tidak menyerupai pakaian wanita, dan tidak menyerupai orang-orang kafir. 4. Busana muslim atau lebih khususnya lagi jilbab pakaian yang di pakai untuk seluruh badan yang meliputi kepala, leher dan dada. Seperti yang dikatakan al jauari dalam ash shihah bahwa jilbab itu “malhafah” (kain penutup dari atas sampai kebawah). Dan model ini disesuaikan dengan aturan kehidupan penganut agama islam.
3.2 Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini dapat berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan oleh teman-teman. Kurang lebihnya kami mohon maaf, untuk itu kepada para pembaca mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
1
Daftar Pustaka
1