LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR SINONASAL
A. Pengert Pengertian ian tumo tumorr sinon sinonasal asal
Tumor Tumor sinonas sinonasal al adalah adalah pertum pertumbuh buhan an jaring jaringan an abnorm abnormal al di sinus sinus paranasal dan jaringan sekitar hidung. Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yang mengenai hidung dan lesi yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan vestibulum nasi. na si. Tumor ini merupakan merupakan penyebab kesakitan kesakitan dan kematian kematian di bidang otorinolari otorinolaringologi ngologi di seluruh dunia. Kebanyakan tumor ini berkembang dari sinus maksilaris dan tipe histologi yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa. B. Etio tiologi ogi Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui dengan pasti, tetapi
diduga beberapa zat kimia atau bahan industri merupakan penyebab antara lain nikel, debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, minyak isopropl dan lainlain. Pekerja di bidang ini mengalami peningkatan risiko untuk terjadinya keganas keganasan an sinonas sinonasal. al. Alkoho Alkohol, l, asap asap rokok, rokok, makana makanan n yang yang diasin diasinkan kan atau atau diasap diasap diduga diduga meningka meningkatka tkan n kemung kemungkin kinan an terjad terjadii keganas keganasan, an, sebali sebalikny knyaa buah-buahan dan sayuran mengurangi kemungkinan terjadi keganasan. enis histol histologis ogis yang paling paling umum umum adalah adalah karsin karsinoma oma sel skuamo skuamosa, sa, me!akil me!akilii sekitar "#$ kasus. %ejala klinis yang paling sering adalah obstruksi hidung dan epistaksis &%oel, '#(') *ukri, '#(') +oezin, '##". *elain akibat pekerjaan, ada yang menganggap bah!a sinusitis kronis dapat dapat menye menyebab babka kan n metap metapla lasi siaa yang yang kemudi kemudian an menj menjad adii karsi karsinom nomaa sel sel skuamosa pada sinonasal &angunkusumo, (/.
C. Klasii!asi (. Tumor inak akroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak
mengkilap. Ada ' jenis papiloma, pertama eksofitik atau fungiform dan yang kedua endofitik disebut papiloma inverted. '. Tumor %anas Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa &"#$. *inus maksila tersering terkena &01-/#$, sinus etmoid &(1-'1$, hidung sendiri &'2$. 3. 4nvasi *ekunder Antara lain pituitary adenomas, 5hordomas, karsinoma nasofaring, meningioma, tumor odontogenik, neoplasma skeleton kraniofasial jinak dan ganas, tumor orbital. D. Maniestasi !lini! enurut +oezin &'##" gejala tergantung dari asal primer tumor serta arah
dan perluasannya. Tumor di dalam sinus maksila biasanya tanpa gejala. %ejala timbul setelah tumor besar, sehingga mendesak atau menembus dinding tulang meluas ke rongga hidung, rongga mulut, pipi, orbita atau intrakranial. (. %ejala nasal %ejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea. *ekretnya sering ber5ampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulang hidung sehingga terjadi deformitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik &+oezin, '##".
'. %ejala orbital Pada gejala orbital ada perluasan tumor ke arah orbita menimbulkan gejala diplopia, proptosis &penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan visus, dan epifora &+oezin, '##". 3. %ejala oral Pada gejala oral dapat disertai perluasan tumor ke rongga mulutmenyebabkan penonjolan atau ulkus di palatum atau di prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak tepat melekat atau gigi geligi goyang. *ering kali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah di5abut &+oezin, '##". 2. %ejala fasial Pada pasien dengan gejala fasial adanya perluasan tumor ke area !ajah dimana akan menyebabkan penonjolan pipi. %ejala dapat disertai nyeri, hilang sensasi &anesthesia atau parastesia jika mengenai nervus trigeminus &+oezin, '##". 1. %ejala intra5ranial. Perluasan tumor ke intrakranial dapat menyebabkan sakit kepala hebat, oftalmoplegia, dan gangguan visus, yang dapat disertai likuorea, yaitu 5airan otak yang keluar melalui hidung. ika perluasan sampai ke fossa kranii media maka saraf otak lainnya bisa terkena. ika tumor meluas ke belakang, terjadi trismus akibat terkenanya muskulus pterigoideus disertai anestesia danparestesia daerah yang dipersarafi nervus maksilaris dan mandibularis &+oezin, '##".
E. Patoisiologi
Karsinoma sinonasal
6erbagai jenis tipe tumor berbeda telah dijelaskan terdapat pada rahang atas. enis histologis yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa, me!akili sekitar /#$ kasus. 7okasi primer tidak selalu mudah untuk ditentukan dengan sejumlah sinus berbeda yang se5ara umum terlibat seiring !aktu mun5ulnya pasien. ayoritas 0#$ tumor tampaknya berasal dari antrum, 3#$ mun5ul dalam rongga hidung, dan sisa (#$ mun5ul dari etmoid. Tumor primer frontal dan sfenoid sangat jarang. 7imfadenopati servikal teraba mun5ul pada sekitar (1$ pasien pada presentasi. %ambaran ke5il ini disebabkan drainase limfatik sinus paranasal ke nodus retrofaring dan dari sana ke rantai servikal dalam ba!ah. *ebagai akibatnya, nodus yang terlibat dia!al tidak mudah dipalpasi di bagian leher manapun.
". Penatala!sanaan
(. 8rainage9 debridement 8rainage
adekuat&seperti
nasoantral
!indo!
seharusnya
dilakukan pada pasien dengan sinusitis sekunder dan pada pasien yang mendapat terapi radiasi sebagai pengobatan primes &6ailler, '##0. '. +ese5tion enurut 6ailey &'##0 surgi5al rese5tion selalu direkomendasikan dengan
tujuan kuratif.
Palliative e:5ision dipertimbangkan untuk
mengurangi nyeri yang parah, untuk dekompresi 5epat dari strukturstruktur vital, atau untuk memperke5il lesi massif, atau estetika. Pembedahan merupakan penatalaksanaan tunggal untuk tumor maligna traktus sinonasal dengan angka ketahanan hidup 1 tahun sebesar ($ hingga /0$. 8engan kemajuan-kemajuan terbaru dalam preoperative imaging, intraoperative image-guidan5e system, endos5opi5 instrumentation dan material untuk hemostasis, teknik sinonasal untuk mengangkat tumor nasal dan sinus paranasal mungkin merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk traditional open te5hni;ue. Pendekatan endoskopik dapat dipakai untuk melihat tumor dalam rongga nasal, etmoid, sfenoid, medial frontal dan sinus maksilaris medial.
3. +ehabilitasi Tujuan utama rehabilitasi pas5a operasi adalah penyembuhan luka primer, memelihara atau rekonstruksi bentuk !ajah dan pemulihan oronasal yang terpisah kemudian memperlan5ar proses bi5ara dan menelan. +ehabilitasi setelah reseksi pembedahan dapat di5apai dengan dental prosthesis atau re5onstru5tive flap seperti flap otot temporalis dengan atau tanpa inklusi tulang kranial, pedi5led atau mi5rovas5ular free myo5utaneous dan 5utaneous flap &6ailey, '##0. 2. Terapi +adiasi +adiasi digunakan sebagai metode tunggal untuk membantu pembedahan atau sebagai terapi paliatif. +adiasi pas5a operasi dapat mengontrol se5ara lokal tetapi tidak mempengaruhi kelangsungan hidup spesifik atau absolut. *el-sel tumor yang sedikit dapat dibunuh, pinggir tumor non radiasi dapat dibatasi sepanjang pembedahan dan penyembuhan luka pas5a operasi lebih dapat diperkirakan &6ailey, '##0. 1. Kemoterapi Peran kemoterapi untuk pengobatan tumor traktus sinonasal biasanya paliatif, penggunaan efek 5ytoredu5tive untuk mengurangi rasa nyeri dan penyumbatan, atau untuk menge5ilkan lesi eksternal massif. Penggunaan 5isplatin intrarterial dosis tinggi dapat digunakan se5ara bersamaan dengan radiasi pada pasien dengan karsinoma sinus paranasal. Angka ketahanan hidup 1 tahun sebesar 13$. Pasien yang menunjukkan resiko pembedahan yang buruk dan yang menolak untuk dilakukan operasi dipertimbangkan untuk mendapatkan kombinasi radiasi dan kemoterapi &6ailey, '##0.
0. Prognosis enurut +oezin &'##" pada umumnya prognosis kurang baik. 6anyak sekali faktor yang mempengaruhi prognosis keganasan nasal dan sinus paranasal.
pengobatan
yang
agresif
se5ara
multimodalitas
akan
memberikan hasil yang terbaik dalam mengontrol tumor primer dan akan meningkatkan angka ketahanan hidup 1 tahun sebesar "1$ untuk seluruh stadium tumor. #. Pemeri!saan Penun$ang (. Pemeriksaan radiologi a. Endoskopik, dimana terdapat polip atau sekret mukopurulen yang
berasal dari meatus medius dan atau udem mukosa primer pada meatus medius b.
CT – scan >
perubahan mukosa pada kompleks ostiomeatal dan atau
sinus paranasal. Pemeriksaan ?T s5an memberikan gambaran yang baik mengenai lokasi dan perluasan tumor, ?T s5an dapat menentukan adanya erosi atau dekstruksi tulang. ?T s5an dengan kontras memberikan gambaran perluasan tumor ke organ sekitarnya. 5. +4
'. 6iopsi Apabila lokasi tumor telah diidentifikasi selanjutnya dibutuhkan pemeriksaan histopatologi jaringan. 6iopsi jaringan dilakukan dengan teknik yang paling tidak invasif tetapi mendapatkan jaringan yang 5ukup representatif untuk diperiksa. enghindari biopsi terbuka dengan alasan sebagai berikut> a. Akan menyebabkan gangguan keutuhan struktur anatomi dan batas tumor b. Kemungkinan sel tumor mengkontaminasi jaringan normal. 5. enyebabkan lokalisasi tumor dan batas batas tumor terganggu yang menyulitkan pada saat operasi. Pendekatan endoskopi melalui hidung &nasoendoskopi merupakan teknik yang optimal untuk biopsi tumor sinonasal. Kelebihan teknik ini adalah visualisasi yang lebih baik. orbiditas yang minimal,perubahan pada jaringan tumor dan organ sekitar minimal. Tumor ke5il didinding lateral sinus maksila dapat di5apai dengan melakukan antrostomi meatus medius dan visualisasi dengan endoskop 3#o atau "#o, biopsy dilakukan dengan for5eps jerapah. 3. @ispatologi Karsinoma sel skuamosa merupakan gambaran hispatologi yang paling sering pada keganasan sinonasal. 8isamping karsinoma sel skuomosa, keganasan sinonasal juga dapat berupa adenokarsinoma,adenoid sistik karsinoma, melanoma maligna neuroblastoma olfaktori, karsinoma tidak berdiferiensi dan limfoma serta sar5oma.
H. Asu%an Ke&era'atan (. Pengkajian a. +i!ayat Kepera!atan dan Pengkajian %ejala-gejala khas tergantung ukuran tumor, kegansan dan stadium penyakit, antara lain>
( %ejala hidung > •
6untu hidung unilateral dan progresif.
•
6untu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.
•
*kret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.
•
*ekret yang ter5ampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan kemungkinan keganasan.
•
+asa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus, sedangkan rasa nyeri terusmenerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas.
' %ejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti> •
Pembengkakan pipi
•
Pembengkakan palatum durum
•
%eraham atas goyah, maloklusi gigi
•
%angguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.
3 Pada tumor ganas didapati gejala sistemik> •
Penurunan berat badan lebih dari (# $
•
Kelelahan9malaise umum
•
apsu makan berkurang &anoreksia
Pada pemeriksaan fisik didapatkan> •
4nspeksi terhadap !ajah, mata, pipi, geraham dan palatum, didapatkan pembengkakan sesuai lokasi pertumbuhan tumor
•
Palpasi, teraba tumor dan pembesaran kelenjar leher
•
+inoskopi anterior untuk menilai tumor dalam rongga hidung
•
+inoskopi posterior untuk melihat ekstensi ke nasofaring
•
b. Pengkajian 8iagnostik =ATE+ &untuk melihat perluasan tumor di dalam sinus • •
maksilaris dan sinus frontal Tengkorak lateral & untuk melihat ekstensi ke fosa kranii
•
anterior9medial +@ECCE &untuk melihat foramen optikum dan dinding
•
orbita ?T *5an &bila diperlukan dan fasilitas tersedia
•
6iopsi > 6iopsi dengan forsep &6lakesley dilakukan pada tumor yang tampak. Tumor dalam sinus maksilaris dibiopsi dngan pungsi melalui meatus nasi inferior. 6ila perlu dapat dilakukan biopsi dengan pendekatan ?ald!ell-7u5. Tumor yang tidak mungkin9sulit dibiopsi langsung dilakukan operasi. Dntuk ke5urigaan terhadap keganasan bila perlu dilakukan potong beku untuk diperiksa lebih lanjut.
'. 8iagnosa kepera!atan a. Ke5emasan b9d krisis situasi &keganasan, an5aman perubahan status
kesehatan-sosial-ekonomik,
perubahan
fungsi-peran,
perubahan interaksi sosial, an5aman kematian, perpisahan dari keluarga. b. %angguan harga diri b9d kelainan bentuk bagian tubuh akibat keganasan, efek-efek radioterapi9kemoterapi. 5. yeri b9d kompresi9destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi. d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b9d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek radioterapi9kemoterapi dan distres emosional. e. +isiko infeksi b9d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi radioterapi9kemoterapi 3. 4ntervensi kepera!atan a. 8: ( > rientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin •
•
dan aktivitas yang diharapkan. Eksplorasi ke5emasan klien dan berikan umpan balik. Tekankan bah!a ke5emasan adalah masalah yang lazim
•
dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini. 4jinkan klien ditemani keluarga &signifi5ant others selama fase
•
ke5emasan dan pertahankan ketenangan lingkungan. Kolaborasi pemberian obat sedatif.
•
b. 8: ' > 8iskusikan dengan klien dan keluarga pengaruh diagnosis dan • terapi terhadap kehidupan pribadi klien dan aktiviats kerja. •
elaskan
efek
samping
dari
pembedahan,
kemoterapi yang perlu diantisipasi klien
radiasi
dan
•
8iskusikan tentang upaya peme5ahan masalah perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat berkaitan dengan penyakitnya.
5. 8: 3 > 7akukan tindakan •
kenyamanan
dasar
&reposisi,
masase
punggung dan pertahankan aktivitas hiburan &koran, radio •
Ajarkan kepada klien manajemen penatalaksanaan nyeri &teknik
relaksasi,
napas
dalam,
visualisasi,
bimbingan
imajinasi •
6erikan analgetik sesuai program terapi.
•
Evaluasi keluhan nyeri &skala, lokasi, frekuensi, durasi
d. 8: 2 > 8orong klien untuk meningkatkan asupan nutrisi &tinggi kalori • tinggi protein dan asupan 5airan yang adekuat. •
Kolaborasi dengan tim gizi untuk menetapkan program diet pemulihan bagi klien.
•
6erikan obat anti emetik dan roborans sesuai program terapi.
•
8ampingi klien pada saat makan, identifikasi keluhan klien tentang makan yang disajikan.
•
Timbang berat badan dan ketebalan lipatan kulit trisep &ukuran antropometrik lainnya sekali seminggu
•
Kaji hasil pemeriksaan laboratorium &@b, limfosit total, transferin serum, albumin serum
e. 8: 1 > Tekankan penting oral hygiene. • •
Ajarkan teknik men5u5i tangan kepada klien dan keluarga, tekankan untuk menghindari mengorek9me-nyentuh area luka pada rongga hidung &area operasi.
•
Kaji hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan penurunana
fungsi
pertahanan
tubuh
&lekosit,
eritrosit,
trombosit, @b, albumin plasma •
6erikan antibiotik sesuai dengan program terapi.
•
Tekankan pentingnya asupan nutrisi kaya protein sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
•
Kaji tanda-tanda vital dan gejala9tanda infeksi pada seluruh sistem tubuh.