1
LAPORAN PENDAHULUAN MORBILI By: Eko Febriyanto AKPER HANG TUAH JAKARTA
A.
Pengertian Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang di tandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stdium erupsi, dan stdium konvalensi. ( Suriadi, 2006) Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang di tandai dengan 3 stdium yaitu: studium kataral, sydium erupsi, stdium konvalensi. ( Alatas Husain, 2000) Morbili adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang dapat menyerang pada anak. Terjadinya penyakit ini melalui tiga stdium diantaranya stadium kataral, yang berlangsung 4-5 hari, stdium erupsi, dan stdium konvalensi. ( Aziz Alimul Hidayat, 2006) 2006)
B.
Etiolgi Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah, dan urine dari orangorang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi ini melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10-20 hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari pertama hingga ke-4 setelah timbulnya rash (pada umumnya saat stdium kataral).
C.
Patofisiologi Virus morbili adalah paramixovirus yang ditemukan didalam darah, urine dan sekret paringeal pada seseorang yang terinfeksi. Infeksi ini di dapat berpindah langsung melalui kontak dengan sekret pernafasan dengan seorang yang terinfeksi dalam fase kataral (dari 4 -5 hari setelah ruam). Virus menyerang epitelium saluran pernafasan dan berkembang disana. Virus menyebar melalui jalan sistem limfa. Menghasilkan hiperplasia pada jaringan limfa. Virus menyebar didalam leukosit pada sistem reticulo endotelium menjadi sel nekrose, meningkatnya jumlah virus yang dilepas kemudian kembali menyerang leukosit mengakibatkan virus sekunder. Dengan virus sekunder seluruh mukosa sa.luran pernafasan menjadi terinfeksi. Edema pada mukosa mungkin faktor presdisposisi penyebaran bakteri sekunder dan komplikasinya seperti otitis media akut, dan pneumonia. Dalam beberapa hari setelah terjadinya gangguan pada sistem pernafasan, konflik muncul pada mukosa bukal dan ruam kulit berkembang. Virus muncul menyerang sel epidermis dan lapisan epitelium mulut, menghasilkan perubahan jaringan dan menstimulasi sel yang bertindak sebagai respon imun yang dimanifestasikan dengan ruam. Munculnya ruam berikutnya prodoma, bertepatan dengan produksi serum antibodi. Sering kali ada leukopenia dan limfositosis, leukosit yang dimana pada penyakit ini terjadi bila ada infeksi bakteri sekunder.
1
2 Patoflow Virus morbili (paramixovirious)
Droplet /kontak
Mukosa nasofaring
Saluran cerna
Menyerang saluran nafas
T&G
Peradangan
Rubor, kalor, dolor,
mukosa usus
Virus menyebar
Dx 4
Kerusakan vili
Peningkatan suhu tubuh b/d inflamasi Terjadi inflamasi
Gangguan
pada mukosa
absorpsi
orofaring T&G Mual, muntah,
Diare
anoreksia
Menyebar ke bronkus
Dx 2 pe↑ exudat serosa
Mukus bertambah
Dx 3
Kekurangan volume
Perubahan nutrisi
cairan b/d
kurang dari
ketidakseimbangan
kebutuhan tubuh
antara intake
b/d anoreksia mual
&output
muntah
Dx 5
T&G
T&G
Sesak napas
Kalor, rubor, dolor,
Terjadi ptekie
tumor
Gangguan integritas kulit b/d proses penyakit morbili
Dx 1 Gangguan bersihan jalan bronchopneumonia
nafas b/d penumpukan sekeret
2
3 D.
Tanda dan Gejala a. Stadium kataral
Demam,
malaise,
batuk,
flu,
terjadi
konjungtivitis,
nyeri
tenggorokan,
pembesaran kelenjar getah bening, terjadi bercak koplik yaitu bercak putih kelabu yang dikelilingi daerah kemerahan, timbul 2 hari sebelum munculnya rash. b.
Stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertamabh. Timbulnya enantema ayau titik merah di pallatum durum dan pallatum molle, kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-makula disertai meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula makula timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi. Dalam 2 hari bercak-bercak menjalar ke muka, lengan atas dan bagian dada punggung, perut, tungkai bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umunya pada hari ketiga dan akan menghilang. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah variasi dari morbili yang biasanya ini adalah black measless yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.
c.
Stadium konvalensi Erupsi
berkurang
meninggalkan
bekas
yang
berwarna
lebih
tua
(hiperpigmentasi), yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak indonesia sering pula ditemukan kulit bersisisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi. E.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : a. Darah tepi : leukosit: ± 4000ribu/ul b. Trombosit : 9400ribu/ul c. Sputum : terdapat kuman TBC apa tidak d. Serologi : hemtiglutinogen inhibition test, untuk mendeteksi sebagai tanda adanya infeksi morbili akut. e. Urine : ditemukan adanya sel raksasa pada urin.
3
antibody
IgM
4 F.
Komplikasi 1. Bronchopneumonia 2. Neurologis : hemipalgia, gangguan mental, encephalitis 3. Otitis media akut, antara nasofaring dan telinga tengah, memungkinkan udara untuk masuk bila virus di nasofaring masuk ke telinga tengah dapat terjadi otitis media akut.
G.
Pencegahan Dilakukan dengan pemberian live attenuated measles vaccine. Dianjurkan untuk member vaksin morbili pada anak berumur 15 bulan karena diperkirakan sebelum umur 15 bulan anak belum dapat membentuk antibody secara baik disebabkan masih adaantibodi dari ibu.Tetapididaerahendermis, morbili dan TBC dianjurkan pemberian vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan pada umur15 bulan.Di Indonesia dianjurkan memberikan vaksinasi morbili pada bayi berumur 9 bulan keatas.
H.
Penatalaksanaan Medis Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedative, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Pengobatan terhadap komplikasi yang timbul.
I.
Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengkajian a. Biodata pasien b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama 2) Riwayat penyakit sekarang (demam tinggi, anoreksia, malaise) 3) Riwayat kesehatan masa lalu 4) Riwayat kesehatan keluarga 5) Riwayat imunisasi (bayi dan anak) 6) Riwayat kehammilan 7) Riwayat tumbuh kembang c. Pola aktivitas sehari-hari 1) Nutrisi / minum 2) Tidur / istirahat 3) Kebersihan dirumah 4) Eliminasi (BAK, BAB) d. Keadaan umum Tingkat kesadaran dan TTV e. Pemeriksaan fisik 1) Mata: terdapat konjingtivitis 2) Kepala : nyeri kepala 3) Hidung: banyak terdapat sekret, influenza, rhitis/koriza, perdarahan hidung 4) Mulut dan bibir : mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit 5) Kulit: permukaan kulit (kering), turgor kulit rasa gatal, ruam, kaku pada leher, muka, lengan, dan kaki (pada stdium konvalensi), panas. f. Pernafasan : pola nafas, RR, batuk, sesak napas, wheezing, ronchi, sputum.
4
5 g. h. i. j.
Tumbang : BB, TB, BBL, tumbang pada imunisasi Pola defekasi ; BAK, BAB, diare Status nutrisi : intake-output, nafsu makan. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni dalam sputum,sekresi nasal. 2) Sedimen urine dapat ditemukan adanya multi nucleated glant sel yang khas. 3) Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement. 4) Fiksatior test akan ditemukan adanya anti body yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
2.
Diagnosa Keperawatan a. Gangguan bersihan jalan nafas b/d penumpukan sekeret b. Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan antara intake & output. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia mual muntah. d. Peningkatan suhu tubuh b/d inflamasi e. Gangguan integritas kulit b/d proses penyakit morbili
3.
Intervensi a. Dx 1 : Gangguan bersihan jalan nafas b/d penumpukan sekeret Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas anak tidak ada sumbatan Kriteria Hasil : Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau sianosis RR dalam batas normal Intervensi : Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada. Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas tambahan (krakles, mengi) Penghisapan sesuai indikasi Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari Kolaborasi : Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspetoran, bronkodilator, analgesik b. Dx 2 : Kurang volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kekurangan volume caran teratasi Kriteria Hasil : TTV normal, tidak diare, mukosa bibir lembab. Intervensi : Pantau berat badan harian 5
6
c.
d.
e.
Anjurkan ibu untuk beri minum pada anak Kaji status dehidrasi anak Kaji asupan intake dan output Pantau cairan IV Dx 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien menunjukan peningkatan nafsu makan Kriteria Hasil : berat badan meningkat, mual berkurang / hilang, tidak muntah, makan habis 1 porsi, nafsu makan meningkat Intervensi : Berikan banyak minum ( sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es) Berikan susu porsi sedikit tapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis dan berikan dalam keadaan hangat ketika minum) Berikan makanan lunak misal bubur memakai kuah, dengan porsi sedikit tapi sering. Berika nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik Dx 4 : Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh anak berkurang. Kriteria Hasil : suhu tubuh: 36 ºC-37,4ºC, bibir lembab, tidak demam dan tidak kejang. Intervensi : Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu tubuh Berikan kompres dingin/hangat Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi Monitor perubahan suhu tubuh Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretik Dx 4 : Gangguan integritas kulit b/d poses penyakit morbili integritas kulit Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan teratasi Kriteria Hasil : permukaan kulit baik, tidak ada kemerahan dan luka Intervensi : Observasi keadaan kulit selama masa perawatan Anjurkan ibu untuk memberikan pakaian yang tipis Anjurkan ibu untuk mengganti pakaian dan alat tenun bila basah Beri terapi sesuai program medik
6
7 J.
Daftar Pustaka Alatas, Husein. (2000). I l mu Kesehatan An ak . Jakarta: Info Medika Nelson, Waldo. (2000). I lmu Kesehatan An ak . Jakarta: EGC Hidayat, Aziz. (2006). Pengantar I lmu Keper awatan A nak . Jakarta: Salemba Medika
7