MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN “PENGKAJIAN FISIK BAGIAN KEPALA”
Dosen Pembimbing : Masadah, M.Kep
DISUSUN OLEH KELOMPOK V : 1. ELSA FARDIAN SAFITRI
(P07120316016)
2. EVA WARDHANI PUTRI
(P07120316017)
3. FEBI RIZKIA
(P07120316018)
4. NADYA FARINYNA S.
(P07120316037)
5. RIZKA RAMDANI P.
(P07120316047)
6. SEGINA HUGAB RILLA
(P07120316049)
7. WIDYA JUNIANTINA N.
(P07120316057)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM TA : 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN BUNUH DIRI I. MASALAH UTAMA Bunuh diri II. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Betapapun kebudayaan dan pola pikir manusia, memberikan berbagai alasan dan definisi maksud yang berbeda-beda tentang bunuh diri, tetapi tetap saja pada intinya adalah “keputusasaan”. Orang yan tidak putus asa dan bersedia tetap menjalani kehidupan seberat dan seburuk apa pun tidak akan pernah melakukan kegiatan bunuh diri. Sebab ia sadar, bahwa hidup ini memang penuh cobaan berat dan pahit, jadi bunuh diri baginya hanyalah tindakan sia-sia dan pengecut. Masih banyak hal yang bisa dilakukan dalam hidup ini, dan segala sesuatu passti ada batas akhir (penyelesaian), walaupun permasalahan itu harus selesai oleh waktu, tetapi ia selesai juga. Beberapa ahli psikiatri mengemukakan pengertian tentang bunuh diri antara: a. Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat (W.F.Maramis,1992) b. Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan (Budi Anna Keliat, 1993) c. Menurut Keliat (1994) bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapt mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri, karena individu berada dalam keadaan stress yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Lebih lanjut menurut Keliat, bunuh diri merupakan tindakan merusak merusak integrasi diri atau mengakhiri kehidupan, di mana keadaan ini didahului oleh respons maladaptif dan kemungkinan
keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bunuh diri adalah pengambilan tindakan untuk melukai diri sendiri yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang. Orang yang melakukan tindakan bunuh diri mempunyai pikiran dan perilaku yang merupakan perwakilan (represeating) dari kesungguhan untuk mati dan juga merupakan manifestasi
kebingungan
(ambivalence) pikiran
tentang
kematian
(Hoeksema, 2001). d. Center For Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menyebutkan bahwa bunuh diri adalah kematian dengan cara melukai, meracuni, atau mencekik atau menenggelamkan diri (mati lemas) dan ada fakta yang menunjukkan hal tersebut (apakah jelas ataupun tidak tidak jelas) di mana hal-hal tersebut menyebabkan penderitaan pad diri sendiri (self-inflicted ) dan hal-hal tersebut secara pasti dilakukan mrmbunuh diri sendiri (Hoeksema, 2001). e. Wilkinson (1989) membedakan antara bunuh diri dengan usaha bunuh diri. Wilkinson menyebutkan bahwa bunuh diri merupakan tindakan merusak diri yang disengaja oleh seseorang yang menyadari apa yang dilakukannya dan akibat yang ditimbulkannya. Sementara usaha bunuh diri merupakan tindakan yang tidak fatal, paling sering melibatkan masalh dosis obat berlebihan (terutama obat pengubah suasana hati), tetapi dapat juga melibatkan berbagai jenis melukai diri sendiri. Hanya sekitar 10% yang melakukan berbagai bunuh dir serius bermaksud mengakhiri hidupnya. Bunuh diri dan usaha bunuh diri sendiri adalah dua hal yang saling tumpang tindih. Para klinikus menemukan adanya perbedaan antara bunuh diri asli (genuine suicide) dengan bunuh diri yang dimanipulasi (manipulasi suicide). Bunuh diri asli adalah bunuh diri yang dilakukan oleh orang yang benar-benar ingin mati dan tindakan yang dilakukan utnuk merealisasikan bunuh
dirinya
tersebut
dilakukan
tanpa
perhitungan
yang
salah
(miscalculation). Sementara orang yang melakukan yang dimanipulasi tidak sungguh-sungguh ingin membunuh dirinya, tindakan mereka (bunuh
diri) adalah percobaan yang terkontrol, yang dilakukan untuk memanipulasi orang lain (Landis & Meyer, Shneidman, dalam Barlow & Durand, 2002). f. Lttle (1986) juga membedakan antara bunuh diri (suicide) dengan bunuh diri (parasuicide). Lyttle menjelaskan bunuh diri (suicide) sebagai tindakan fatal untuk mencederai diri sendiri yang dilakukan dalam kesadaran untuk merusak diri yang kuat atau secara sungguh-sunggu (consecious selfdestructive intent ). Sementara usaha bunuh diri (parasuicide) merujuk pada tindakan menyakiti diri sendiri yang dilakukan dengan pertimbangan yang mendalam yang biasnya tidak berakibat fatal. Usaha bunuh diri (parasucide), biasanya digambarkan sebagai percobaan bunuh diri (attempted parasucide). Heeringen (2001) menyebutkan jika perilaku bunuh diri merupakan istilah yang digunakan untuk mewakili istuilah bunuh diri itu sendiri dan usaha bunuh diri sebagai suatu perbuatan yang menghasilkan kejadian fatal maupun kejadian yang tidak fatal. g. Wilkinson (1989) membedakan antara bunuh diri dengan usaha bunuh diri, dia juga mengakui jika bunuh diri dan usaha bunuh diri adalah dua istilah dan perilaku yang saling tumpang tindih (overlap). Brown dan Vinokur (2003) menyebutkan bahwa ada hubungan atau berkaitan antara ide bunuh diri dengan perilaku bunuh diri yang berhasil. Dengan kata lain, ide bunuh diri merupakan hal yang mengawali terjadinya perilaku bunuh diri yang berhasil. Istilah usaha bunuh diri sendiri digunakan untuk menggambarkan perilaku yang potensial dalam menyakiti diri sendiri dengan hassil yang tidak fatal, yang mana ada fakta (nyata maupun tidak nyata), yang menunjukkan bahwa individu mempunyai keinginan untuk (dengan tingkatan tertentu) membunuh dirinya. 2. Etiologi Penyebab Resiko Bunuh Diri adalah : a. HDR
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
Situasional , yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
Kronik , yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama. Tanda dan gejala: - Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit - Rasa bersalah terhadap diri sendiri - Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu - Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri - Percaya diri kurang - Mencederai diri
b.
Perubahan sensori persepsi ; halusinasi Perubahan sensori persepsi ; halusinasi adalah suatu keadaan
yang
merupakan gangguan pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat meliputi semua system penginderaan pada seseorang dalam keadaan sadar penuh ( baik ). Tanda dan Gejala :
Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
Tidak dapat memusatkan perhatian.
Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Budi Anna Keliat,).
c. Gangguan isi pikir ; waham Pengertian Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (1). Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya (Morgon,1998). Tanda dan gejala a.
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
b.
Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
c.
Takut, kadang panik
d.
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
e.
Ekspresi tegang, mudah tersinggung.
Akibat perilaku bunuh diri adalah cedera atau kematian. Jika perilaku bunuh diri mengakibatkan kematian maka tindakan yang dilakukan adalah perawatan jenazah. Cedera yang disebabkan oleh perilaku bunuh diri sangat dipengauhi oleh cara seseorang melakukan percobaan bunuh diri, Jika perilaku bunuh diri dilakukan dengan menggantung maka cedera yang terjadi adalah berupa jejas di leher. Jika minum racun maka akan terjadi pencederaan di lambung dan
saluran pencernaan. Untuk itu intervensi yang dilakukan juga sangat tergantung dengan cedera yang terjadi. III. Pohon masalah
Risiko Cedera / kematian
Risiko bunuh diri
Harga diri rendah
Halusinasi
Gangguan isi pikir: waham
IV. Diagnose keperawatan Resiko bunuh diri V. Rencana keperawatan 1. Tujuan Pasien tidak melakukan percobaan bunuh diri. 2. Indikator a. Menyatakan harapannya untuk hidup b. Menyatakan perasaan marah, kesepian dan keputusasaan cara asertif. c. Mengidentifikasi orang lain sebagai sumber dukungan bila pikiran bunuh diri muncul. d. Mengidentifikasi alternatif mekanisme coping 3. Aktivitas keperawatan secara umum
a. Bantu pasien untuk menurunkan risiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara : -
Kaji tingkatan risiko yang dialami pasien : tinggi, sedang, rendah.
-
Kaji level long term risk yang meliputi : lifestyle atau gaya hidup, dukungan sosial yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.
b. Berikan lingkungan yang aman berdasarkan tingkatan risiko, manajemen untuk pasien yang memili risiko tinggi ; -
Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan di dekat ruang perawatan yang mudah dimonitor oleh perawat.
-
Mengidentifikasikan dan mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien misalnya : pisau, gunting, tas plastik, kabel listrik, sabuk, gantungan baju, dan barang berbahaya lainnya.
-
Membuat kontrak, baik lisan maupun tertulis dengan perawat untuk tidak melakukan tindakan yang mencederai diri. Misalnya: “saya tidak akan mencederai diri saya selama di rumah sakit dan apabila muncul ide untuk mencederai diri akan bercerita terhadap perawat”.
-
Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu supervisi dengan catatan : yakinkan intake makanan dan cairan adekuat, gun akan piring plastik atau kardus bila memungkinkan, cek dan yakinkan jika semua barang yang digunakan pasin kembali pada tempatnya.
-
Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa semua obat diminum.
-
Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu.
-
Batasi orang dalam ruangan pasien dan perlu adanya penurunan stimuli.
-
Instruksikan pengunjung untuk membatsi barang bawaan (yakinkan untuk tidak memberikan makanan dalm tas plastik.
-
Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai pakaian rumah sakit.
-
Melakukan seklusi dan reatrin bagi pasien bila sangat diperlukan .
-
Ketika pasien diobservasi, seharusnya tidak menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuhnya. Perlu diidentifikasi keperawatn lintas budaya.
-
Individu yang memiliki risiko tinggi mencedari diri bahkan bunhu diri, perlu adanya komunikasi oral dan tertulus pada semua staf.
c. Membantu meningkatkan harga diri pasien. -
Tidak menghakimi dan empati.
-
mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki.
-
Mendorong berpikir positif dan berinteraksi dengan orang lain.
-
Memberikan jadwal aktivitas harian yang terencana unutk psien dengan kontrol impuls yang rendah.
-
Melakukan terapi kelompok serta terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
d. Bantu passien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan sosial. -
Informassikan kepada keluarga dan saudara pasien bahwa pasien membuthkan dukungan sosial yang adekuat.
-
Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang dimiliki termasuk jejaring sosial yang bisa diakses.
e.
Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sosial.
Membantu pasien mengembangkan mekanisme koping yang positif. -
Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif.
-
Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
-
Bantu pasien untuk mengetahui faktor predisposisi “Apa yang yang terjadi sebelum Anda memiliki pikiran bunuh diri ?”.
-
Eksplorasi perilaku alternatif.
-
Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai.
-
Bantu pasien untuk mengidentifikasi pola fikir yang negatif dan mengarahkan secara langsung untuk mengubahnya menjadi pola pikir yang rasional.
f. Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan. -
Memberikan pembelajaran yang menyiapkan orang mengatasi stres (relaxtion, problem soulving skill).
-
Mengajari keluarga technique limit setting.
-
Mengajari keluarga ekspresi perasaan yang konstruktif.
-
Instruksikan keluarga dan orang lain untuk mengetahui peningkatan risiko: perubahan perilaku, komunikasi verbal dan nonverbal, menarik diri, tanda depresi.
VI. Strategi pelaksanaan 1. SP I Pasien a. Mengidentifikasi benda yang dapat membahayakan pasien. b. Mengamankan benda yang dapat membahayakan pasien. c. Melakukan kontrak treatment. d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri. e. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri. 2. SP II Pasien a. Mengidentifikasi aspek positif pasien. b. Menganjurkan pasien untuk berpikir positif. c. Menganjurkan pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga. 3. SP III Pasien a. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien. b. Menilai pola koping yang biasa dilakukan. c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif. d. Menganjurkan pasien memilih pola koping yang konstruktif. e. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian. 4. SP IV Pasien a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien. b. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis.
c. Memberikan dukungan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis. 5. SP I Keluarga a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien. b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri dan jenis perilaku bunuh diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya. c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien risiko bunuh diri. 6. SP II Keluarga a. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan risiko bunuh diri b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien risiko bunuh diri 7. SP III Keluarga a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat. b. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh keluarga. VII.
Dialog Strategi Pelaksaan Strategi Pelaksanaan 1 : A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien a. Klien sebulan yang lalu mengurung diri di kamar. b. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan 2 bulan lalu. c. Klien merasa sebatang kara karena ditinggal mati oleh kedua orangtuanya. d. Klien merasa malu karena setelah kecelakaan itu, tubuhnya cacat pada wajah dan kedua ekstrimitas (tangan dan kakinya fraktur). e. Klien tidak mau mandi, baju tidak pernah diganti, kulit, kuku dan gigi tampak kotor. f.
Klien mengutarakan ingin bunuh diri karena menganggap dirinya sudah sebatang kara dan tidak berguna lagi.
2. Diagnosa Keperawatan Resiko bunuh diri 3. Tujuan Khusus a. Klien bersedia bergaul/ bersosialisasi dengan perawat b. Klien mau diajak membina hubungan saling percaya dengan perawat sehingga mau mengutarakan masalahnya. 4. Tindakan Keperawatan a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
Mengucapkan salam teraupetik
Menanyakan kondisi klien saat ini
Mengajak klien jalan-jalan ke taman
b. Klien bersedia bergaul/ berbicara dengan perawat
Menyapa klien saat bertemu di jalan
Menanyakan kabar klien hari ini
Menggali lebih dalam rasa percaya klien terhadap perawat
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ORIENTASI 1. Salam Teraupetik
Selamat pagi, mbak!
Assalamualaikum!
2. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana kabarnya hari ini?
Sebenarnya apa sih yang membuat mbak seperti ini?
3. Kontrak : Topik, waktu dan tempat
Bisa minta waktunya sebentar, nggak? Cuma mau mengenal lebih jauh tentang mbak. Paling lama 15 menit.. gimana? Kalau bersedia di sini saja ya (kamar tidur klien).
KERJA
Assalamualaikum, mbak!
Perkenalkan, saya perawat…..
Mbak, saya di sini akan menemani mbak selama 15 menit ke depan untuk mendengarkan keluhan mbak. Bagaimana? Apa mbak bersedia saya temani?
Oh ya, bagaimana kabar mbak hari ini? Merasa lebih baik atau justru masih cemas tidak karuan?
Kalau ada yang ingin mbak ceritakan, ceritakan saja pada saya. Gak apa-apa kok. Saya akan menjaga rahasia mbak dari siapapun.
Oh ya, nama mbak siapa? Sekarang masih sekolah atau kuliah? Tingkat berapa?
Bagaimana kalau kita jalan-jalan di sekitar sini?
TERMINASI 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subyektif : Nah, sekarang apa mbak sudah merasa nyaman ngobrol dengan saya?Senang nggak jalan-jalan dengan saya?
Obyektif
: (perawat mendapati tatapan mata kosong, dan klien
tampak melamun dan kurang antusias) 2. Tindak lanjut klien
Baik, mbak. Tolong kalau nanti ketemu saya, balas sapaan saya ya. 4 jam lagi saya akan datang kemari untuk membawakan obat mbak. Nanti mbak bisa menceritakan apa yang mbak keluhkan sekiranya mbak bersedia. Oke?!
3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
Baik, mbak. Kita sudah ngobrol selama 15 menit. Besok kita akan berdiskusi lagi tentang penyebab dari masalah yang dialami mbak.
Jam 10 pagi di sini saja ya…gak lama kok. 15 menit saja sudah cukup. Oke?! Strategi Pelaksanaan 2 : A. Proses Keperawatan 1. Kondisi klien: Wajah tegang, gelisah, produktifitas menurun, aktifitas terhambat. 2. Diagnosa keperawatan: resiko bunuh diri 3. Tujuan khusus: klien mampu untuk mengungkapkan penyebab permasalahan yang dihadapi. 4. Tindakan keperawatan:
-
Perawat melakukan teknik komunikasi membuka diri
-
Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
-
Menggali perasaan klien tentang permasalahannya
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Orientasi 1. Salam terapeutik “Assalamu’alaikum mbak Rosa..” (sambil berjabat tangan). 2. Evaluasi / validasi “Kemarin kan kita sudah berkenalan, apakah mbak “R” dapat mengingat nama saya?” 3. Kontrak: tempat, waktu, dan tempat “Kita akan berdiskusi selama 15 menit untuk membahas mengenai penyebab permasalahan yang mbak hadapi sehingga membuat mbak merasa selama ini kehidupan mbak tidak ada artinya. Baiklah, kita akan membicarakannya di kamar mbak.” Kerja
-
Hal-hal apa yang akan mbak rasakan sehingga mbak merasa bosan dengan kehidupan mbak sekarang?
-
Kapan hal tersebut mulai terjadi?
-
Apa yang mbak lakukan ketika hal tersebut terjadi?
-
Adakah pengalaman sebelumnya terkait permasalahan yang mbak hadapi sekarang?
Terminasi 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subjektif “Setelah kita berdiskusi selama 15 menit tadi, bagaimana perasaan mbak saat ini?”
Objektif “Sekarang coba sebutkan 3 hal yang menjadi penyebab mbak merasa bosan dan berniat mengakhiri kehidupan mbak!”
2. Tindak lanjut klien “Saya harap mbak dapat mencari lagi penyebab lainnya sekaligus mencoba memikirkan kira-kira apa yang biasa mbak lakukan ketika perasaan tersebut muncul atau pada siapa mbak biasa mencari bantuan?” 3. Kontrak “Besok pada pukul 09.00 saya akan kembali ke kamar mbak untuk kembali berdiskusi tentang cara yang biasa mbak lakukan ketika terjadi masalah dalam kehidupan mbak.” Strategi Pelaksanaan 3 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi klien: Klien masih terlihat kurang bersemangat, sering melamun. 2. Diagnosa keperawatan: resiko bunuh diri 3. Tujuan khusus - Klien dapat menyebutkan sumber koping yang sering digunakan klien dalam mengatasi masalah klien.
- Klien dapat mengaplikasikan sumber koping yang telah diajarkan oleh perawat. 4. Tindakan keperawatan - Menggali sumber koping yang sering digunakan klien. - Mengajarkan sumber koping yang efektif pada klien.
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Orientasi 1. Salam terapeutik “Selamat pagi, dek! Bagaimana kabarnya hari ini? Semalam bisa tidur nyenyak kan?” 2. Evaluasi / validasi “Kemarin kan kita sudah berdiskusi tentang penyebab dari masalah yang dialami mbak. Menurut mbak, apa yang menjadi penyebab dari masalah ini? 3. Kontrak: topic, waktu dan tempat “Hari ini kita akan mendiskusikan tentang sumber koping yang ada pada diri mbak, yaitu apa yang biasanya mbak lakukan untuk menyelesaikan masalah. Bagaimana jika kita ngobrol selama 10 menit disini?” Kerja
-
Apa yang biasanya mbak lakukan bila mbak merasa sedih?
-
Bagaimana perasaan mbak setelah itu? Apakah mbak merasa lebih baik atau malah bertambah sedih?
-
Kalau sudah begitu, apa yang mbak lakukan untuk mengatasi masalah mbak?
-
Ya, itu semua sudah benar mbak. Sumber koping yang mbak lakukan tadi termasuk dalam dukungan social. Selain yang mbak sebutkan tadi, mbak juga bisa menyalurkan kekesalan melalui hobi atau melakukan hal-hal yang positif, dengan begitu kesedihan mbak akan berkurang. Selain itu, sumber koping yang bisa dilakukan adalah kemampuan personal, asset materi dan keyakinan positif.
Terminasi 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan Subjektif - Bagaimana perasaan mbak setelah berdiskusi tadi? - Menurut mbak, manfaat apa yang mbak rasakan dari diskusi kita tadi? Objektif - Tadi kita sudah mendiskusikan tentang bagaimana dan sumber koping apa yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah mbak. Coba sebutkan 4 sumber koping yang telah kita diskusikan tadi? 2. Tindakan lanjut Baik mbak, sekarang tolong buatkan daftar hobi atau ke giatan positif yang bisa mbak lakukan untuk mneyalurkan kesedihan atau kekesalan mbak. Nanti jam 4 sore saya akan datang kemari lagi untuk melihat daftar yang mbak buat. 3. Kontrak yang akan datang Baik mbak, kita sudah bicara selama 10 menit. Besok kita akan berdiskusi lagi tentang penyelesaian masalah yang bisa dilakukan jam 10 pagi disini (ruangan ini) ya. Strategi Pelaksanaan 4 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Klien mengungkapkan kepada perawat mengenai sumber koping yang telah digunakan sebelumnya saat menghadapi permasalahannya. 2. Diagnosa Keperawatan Resiko bunuh diri 3. Tujuan Khusus
Klien mampu mengidentifikasi teknik pemecahan masalah
Klien mampu mengaplikasikan teknik pemecahan masalah tersebut
4. Tindakan Keperawatan
Berjabat tangan dan menyapa dengan hangat
Sentuhan teraupetik
Membantu klien dalam menggali dan mengidentifikasi cara pemecahan masalah yang ada Membantu dan mendorong klien agar klien mampu melakukan tindakan
untuk memecahkan masalah
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Orientasi 1. Salam Teraupetik
Selamat pagi, mbak?
Bagaimana perasaan mbak hari ini?
2. Evaluasi/ Validasi
Apakah mbak masih ingat apa yang kita bicarakan kemarin?
Apakah mbak bisa menyebutkannya?
3. Kontrak : Topik, waktu dan tempat
Hari ini kita sepakat untuk bertemu di sini, jam 10 pagi. Begitu kan, mbak?
Sesuai kesepakatan, hari ini kita akan membahas tentang pemecahan masalah mbak. Bagaimana kalau kita membahasnya selama 15 menit?
Kerja
Dari sumber koping yang mbak sebutkan kemarin, menurut mbak, apa yang masih bisa dikembangkan?
Nah, mbak kemarin menyebutkan bahwa mbak tidak percaya diri lagi karena bekas luka di wajah mbak. Kalau mbak sudah cukup kuat, mbak bisa menjalani operasi untuk menghilangkan bekas luka tersebut.
Walaupun tidak bisa kembali seperti sedia kala, mbak harus tetap bersyukur karena mbak masih memilki tangan dan kaki untuk beraktifitas seperti yang lainnya.
Sekarang yang perlu mbak ingat bahwa semua makhluk Tuhan ak an meninggal. Saya, mbak dan orang lain. Oleh sebab itu, kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin kesempatan yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan tetap menginginkan mbak hidup dari kecelakaan tersebut, agar mbak bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi yang lainnya. Mungkin ada maksud lain yang lebih baik dalam kehidupan mbak ke depannya.
Terminasi 1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan a. Subyektif : bagaimana perasaan mbak setelah pertemuan kita kali ini? b. Obyektif
: apakah mbak bisa menyebutkan pemecahan masalah yang
telah kita bahas tadi? 2. Tindak lanjut klien Setelah mbak sembuh dan keluar dari RS ini, apa rencana mbak selanjutnya? 3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat) Setelah ini, kita akan bertemu lagi besok jam 8 pagi untuk mempersiapkan kepulangan mbak.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999 Jaya, Kusnadi. Keperawatan Jiwa. Tanggerang Selatan.: BINARUPA AKSARA Publisher. 2015 Suliswati, dkk. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. J akarta Timur: CV. Trans Info Media. 2014