LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “An. T”
DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Disusun Oleh: FEBRITA LAYSA S (P07120112060)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2014
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem dalam keadaan di mana asma yang paling mungkin. (Arief Mansjoer dkk, 2000). Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme otot polos bronkiolus . (Corwin E.J., 2001) Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh penyempitan
yang
intermiten pada
saluran
napas
di
banyak
tingkat
mengakibatkan terhalangnya aliran udara. (Stein J.H., 2001). Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi atau peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001) Asma adalah penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak napas dan wheezing,dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat kelainan inflamasi dari jalan napas di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehinggamudah teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena penyempitan jalannapas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru-paru (WHO, 2011). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan
bronchi
berspon
dalam
secara
hiperaktif
terhadap
stimuli
tertentu.(Smeltzer, 2002) Asma bronchiale adalah suatu penyakit saluran alergi sehingga menyebabkan gangguan pernafasan seperti sesak nafas, yang disertai dengan nafas berbunyi mengi (Whezing). Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. (Huddak & Gallo,2003). B. Anatomi Sistem Pernapasan Sistem pernafasan adalah suatu sistem yang dimulai dari tempat masuknya udara melalui hidung, hingga udara akan mengalami suatu pertukara gas di paru-paru, dan dibentuk oleh organ-organ pernapasan.Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut:
1. Rongga Hidung 2. Faring 3. Laring 4. Trakhea 5. Rongga Thoraks 6. Paru-paru 7. Lobus Paru 8. Bronkhus Pulmonalis Fisiologi pernafasan Fungsi
paru-paru
ialah
pertukaran
gas
Oksigen
dan
Karbon
Dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa, Oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas; oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan mempunyai hubungan yang erat dengan darah di dalam kapiler pulmonalis.Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian dipompa oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveolikapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Pernapasan jaringan atau pernapasan interna, darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemogloin), mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu karbon dioksida. C. Etiologi 1. Alergen ekstrensik a. Polen (tepung sari bunga) b. Bulu binatang c. Debu rumah atau kapang d. Bantal kapuk atau bulu e. Zat aditif pangan yang mengandung sulfit f. Zat lain yang menimbulkan sensitisasi 2. Alergen intrinsik a. Iritan b. Stres emosi c. Kelelahan
d. Perubahan endokrin e. Perubahan suhu f. Perubahan kelembapan g. Pajanan asap yang berbahaya h. Kecemasan i. Batuk atau tertawa j. Faktor genetik D. Patofisiologi
Histamin (H) melekat pada tempat reseptor dalam bronkus besar sehingga terjadi pembengkakan otot polos.
Leukotrien (L) melekat pada tempat reseptor dalam bronkus kecil dan menyebabkan pembengkakan otot polos di tempat tersebut. Leukotrin juga menyebabkan migrasi prostaglandin melalui aliran darah ke dalam paru-paru dan di sini, leukotrien meningkatkan kerja histamin.
Histamin menstimulasi membran mukosa untuk menyekresi mukus secara berlebihan dan selanjutnya menyebabkan penyempitan lumen bronkus.pada saat inspirasi, lumen bronkus yang sempit masih dapat sedikit mengembang, namun pada saat ekspirasi, peningkatan tekanan intratorakal menyebabkan penutupan total lumen bronkus. Mukus mengisi paru bagian bawah (basis pulmoner) dan menghambat ventilasi alveoler. Darah akan dipintas ke alveoli pada bagian paru yang lain, tetapi tetap tidak bisa mengimbangi penurunan ventilasi.
E. Klasifikasi Secara etiologis asma bronchiale di bagi dalam 3 tipe : 1. Asma bronchiale tipe nonatopi (intrinsik) Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan dengan paparan terhadap alergen dan sifat-sifat adalah: a. Serangan timbul setelah dewasa b. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma c. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan d. Perubahan cuaca / lingkungan yang nono spesifik merupakan keadaan yang peka bagi penderita. 2. Asma bronkial hipe atopi (ekstrinsik) Pada golongan ini ada keluhan yang berhubungan dengan paparan terhadap alergen lingkungan yang spesifik, kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronchial pada tipe-tipe yang mempunyai sifat-sifat : a. Timbul sejak anak-anak b. Pada keluarga ada yang menderita asma c. Sering menderita rinitis 3. Asma Bronchiale campuran Pada keadaan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor ekstrensik dan intrinsit F. Tanda dan Gejala Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan, maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain : 1. Bising mengi ( Wheezing ) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop. 2. Batuk tidak produktif, sering pada malam hari. 3. Ronki kering musikal, ronki basah sedang. 4. Dyspnea dengan
lama
ekspirasi;
penggunaan
otot-otot
asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor. 5. Tachypnea, orthopnea. 6. Diaphoresis 7. Fatigue. 8. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior ( barrel chest ) akibat ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor. G. Komplikasi 1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas 2. Chronik persistent bronchitis
3. Bronchiolitis 4. Pneumonia 5. Emphysema. H. Faktor Risiko 1. Tungau debu rumah Asma bronkiale disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya tungau debu rumah yang masuk ke dalam saluran nafas seseorang sehingga merangsang terjadinya reaksi hipersentitivitas Tipe I. Tungau debu rumah ukurannya 0,1 - 0,3 µm dan lebar 0,2 µm, terdapat di tempat-tempat atau benda-benda yang banyak mengandung debu. Misalnya debu yang berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga dari tumpukan korankoran, buku-buku, pakaian lama. 2. Jenis kelamin Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada kekerapan asma bervariasi, tergantung usia dan mungkin disebabkan oleh perbedaan karakter biologi. Penyakit asma 2 kali lebih sering terjadi pada anak lakilaki usia 2-5 tahun dibandingkan perempuan sedangkan pada usia 14 tahun risiko asma anak laki- laki 4 kali lebih sering dan kunjungan ke rumah sakit 3 kali lebih sering dibanding anak perempuan pada usia tersebut, tetapi pada usia 20 tahun kekerapan asma pada laki-laki merupakan kebalikan dari insiden ini.Peningkatan risiko pada anak lakilaki mungkin disebabkan semakin sempitnya saluran pernapasan, peningkatan pita suara, dan mungkin terjadi peningkatan IgE pada lakilaki yang cenderung membatasi respon bernapas. Predisposisi asma pada laki-laki lebih tinggi dari pada anak perempuan, akan tatapi prevalensi asma pada anak perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Aspirin lebih sering menyebabkan asma pada perempuan. 3. Binatang peliharaan Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster, burung dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang di bagian muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4 mikron) dan dapat terbang di udara sehingga menyebabkan serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui. 4. Perubahan cuaca Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginya kelembaban dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai
dan meningkatnya konsentrasi partikel alergenik. Dimana partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air dan udara. Perubahan tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan pengeluaran lendir yang berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim dingin. Udara yang kering dan dingin menyebabkan sesak di saluran pernafasan. 5. Riwayat penyakit keluarga (Genetik) Risiko orang tua dengan asma mempunyai anak dengan asma adalah tiga kali lipat lebih tinggi jika riwayat keluarga dengan asma disertai dengan salah satu atopi. Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma yaitu kalau anak dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko menderita asma 25%, risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua orang tua asmatik. Asma tidak selalu ada pada kembar monozigot, labilitas bronkokontriksi pada olahraga ada pada kembar identik, tetapi tidak pada kembar dizigot. Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibanding dengan bapak. Orang tua asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma dibandingkan dengan orang tua yang tidak asma, terlebih lagi bila anak alergi terhadap tungau debu rumah. 6. Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi
perlu
diberi
nasehat
untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. 7. Olah raga atau aktifitas jasmani yang berat Sebagian
besar
penderita
asma
akan
mendapat
serangan
jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. 8. Asap rokok Pembakaran tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan
campuran
gas
yang
komplek
dan
partikel-partikel
berbahaya. Lebih dari 4500 jenis kontaminan telah dideteksi dalam tembakau, diantaranya hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrit oksida, nikotin, dan akrolein. 9.
Perokok pasif Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya gejala penyakit saluran nafas bawah (batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma
dan serangan asma. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa risiko munculnya asma meningkat pada anak yang terpapar sebagai perokok pasif. 10. Perokok aktif Merokok
dapat
menaikkan
risiko
berkembangnya
asma
karena
pekerjaan pada pekerja yang terpapar dengan beberapa sensitisasi di tempat bekerja. Namun hanya sedikit bukti-bukti bahwa merokok aktif merupakan faktor risiko berkembangnya asma secara umum. 11. Jenis makanan Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat, strawberry, mangga, durian berperan menjadi penyebab asma. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misal: tartazine), pengawet (metabisulfit), vetsin (monosodum glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Penderita asma berisiko mengalami reaksi anafilaksis akibat alergi makanan fatal yang
dapat
mengancam
jiwa.
Makanan
yang
terutama
sering
mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telur. Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu pencetus asma meskipun penelitian membuktikan alergi makanan sebagai pencetus bronkokontriksi pada 2% - 5% anak dengan asma.Meskipun hubungan antara sensitivitas terhadap makanan tertentu dan perkembangan asma masih diperdebatkan, tetapi bayi yang sensitif terhadap makanan tertentu akan mudah menderita asma kemudian, anak-anak yang menderita enteropathy atau colitis karena alergi makanan tertentu akan cenderung menderita asma. Alergi makanan lebih kuat hubungannya dengan penyakit alergi secara umum dibanding asma. I.
Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a. Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya infeksi b. Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun dengan pemberian kortikosteroid. 2. Analisa gas darah Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status
asmatikus.
Pada
keadaan
ini
dapat
terjadi
hipoksemia,
hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Pada asma ringan sampai sedang PaO2 normal sampai sedikit menurun, PaCO2 menurun dan terjadi alkalosis respiratorik. Pada asma yang berat PaO2 jelas menurun, PaCO2 normal atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.
3. Radiologi Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak menunjukkan adanya kelainan. Beberapa tanda yang menunjukkan yang khas untuk asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding bronkus, vaskulasrisasi paru. 4. Faal paru: Menurunnya FEV1 5. Uji provokasi bronkus Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen. Penurunan FEV 1 sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan petanda adanya hiperreaktivitas bronkus. 6. Pulasan sputum dengan gram atau wright dapat mematikan adanya infeksi saluran napas bagian bawah kalau terdapat banyak leukosit dan patogen yang terutama terdiri atas bakteri.
J. Penatalaksanaan 1. Medis a. Faktor pencetus sedapat mungkin dihilangkan. b. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral. c. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali. d. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini(per oral): 1) Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme : b. Efedrin
: 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
c. Salbutamol
: 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
d. Terbutalin
: 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat. 2. Golongan mengurangi
Bronkodilator,
untuk
bronkospasme
dilatasi
dan
bronkus,
meningkatkan
bersihan jalan nafas. a. Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam b. Teofilin
: 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit. Efek samping
tachycardia,
dysrhytmia,
palpitasi,
gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic ;sering.
iritasi
3. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison
: 0,5 – 2 mg/kg/hari,
untuk 3 hari (pada serangan hebat)
ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN A. Identitas Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun,
dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki. B. Keluhan Utama Batuk-batuk dan sesak napas. C. Riwayat Penyakit Sekarang Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas. D. Riwayat Penyakit Terdahulu Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya. E. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik
dari ayah atau ibu,
disamping faktor yang lain. F. Riwayat Kesehatan Lingkungan Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
G. Riwayat Tumbuh Kembang H. Riwayat Imunisasi Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : bcg, polio i,ii, iii; dpt i, ii, iii; dan campak. I.
Riwayat Nutrisi Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status gizi
BBSekarang BBideal
100%
Klasifikasinya sebagai berikut : a. Gizi buruk kurang dari 60% b. Gizi kurang 60 % - <80 % c. Gizi baik 80 % - 110 % d. Obesitas lebih dari 120 % J. Dampak Hospitalisasi 2. PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM A. SISTEM PERNAPASAN / RESPIRASI Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, peningkatan pco 2 dan penurunan o 2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal. B. Sistem Cardiovaskuler Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan. C. Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
D. Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
E. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering. F. Sistem integumen Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas. 3. DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN, KRITERIA HASIL, RENCANA INTERVENSI A. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif
pola
nafas
berhubungan
dengan
bronkospasme,
udem
mukosal dan meningkatnya sekret. Tujuan
:
Anak
menunjukkan
pertukaran
gas
yang
normal,
bersihan jalan nafas yang efektif dan pola nafas dalam batas normal. Kriteria hasil
:
PO2 dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada
Intervensi : 1.
Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan ( oksigen 2 ml dengan kanule ).
2.
Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai 4 jam.
3.
Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry .
4.
Kaji kenyamanan posisi tidur anak.
5.
Monitor efek samping pengobatan; monitor serum darah;theophyline dan
catat kemudian laporkan dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia. 6.
Berikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral
7.
Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret ( suction ).
8.
Jelaskan
semua
prosedur
yang
akan
dilakukan
pada anak
untuk
menurunkan kecemasan. 9.
Berikan terapi bermai sesuai usia.
B. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan. Tujuan
:
Kecemasan menurun
Kriteria
:
Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang
tua
merasa
tenang
dan
berpartisipasi
dalam
perawatan anak Intervensi : 1.
Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut, dan ajarkan untuk berimajinasi.
2.
Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.
3.
Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal
4.
Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.
5.
Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
6.
Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
C. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan. Goal
:
Status hidrasi adekuat
Kriteria
:
Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam.
Intervensi : 1.
Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).
2.
Monitor elektrolit
3.
Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah
4.
Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran (overload)
5.
Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat meningkatkan bronkospasme ( air dingin ).
6.
Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (7502000 ml), tergantung usia dan berat badan.
D. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik. Goal
:
Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat
Kriteria
:
Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak.
Intervensi : 1.
Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.
2.
Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress
3.
Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
4.
Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak
5.
Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial
E. Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan. Goal
:
Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan.
Kriteria
:
Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program medik atau perawatan.
Intervensi : 1.
Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan intervensi.
2.
Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.
3.
Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
4.
Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian dan pemeriksaan darah.
5.
Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
6.
Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.
7.
Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.
Perencanaan Pemulangan 1. Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.
2. Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah. 3. Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan lainnya. 4. Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul. 5. Ajarkan penggunaan nebulizer. 6. Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian. 7. Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress. 8. Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas. 9. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
Daftar Pustaka. Antony Crocbett, Penanganan Asma Dalam Primer, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta 1997. Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung Seto Jakarta. Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta Soeparman, Sarwono Wasdapaji, Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, balai penerbit FKUI, Jakarta 1998. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika Jakarta. M. Amin, Hood Alsagar, Ilmu Penyakit Paru, Penerbit Air Langga University Press 1993. Tarwota, Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Penerbit Salemba Medika. Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya