TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN KASUS INDIVIDU
HIPERTENSI
Disusun Oleh : Risky Septiana H1A008004
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM PUSKESMAS NARMADA 2014
0
BAB I PENDAHULUAN
Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif) seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit diatas digolongkan kedalam penyakit tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan ekonomi bangsa. Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005 (WHO), dan 80% kematian tersebut terjadi di negara-negara yang berpendapatan rendah dan menengah akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernapasan kronik dan penyakit kronik lainnya (16%), kanker (13%), cedera (9%), dan diabetes mellitus. PTM seperti hipertensi, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru kronik obstruktif, dan cedera terutama di negara berkembang, telah mengalami peningkatan kejadian dengan cepat yang berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan (Depkes RI, 2010). Hipertensi adalah suatu penyakit yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) menyatakan bahwa seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolic 90 mmhg atau lebih. Hipertensi adalah faktor risiko keempat dari enam faktor risiko terbesar penyebab penyakit kardiovaskular ( PERKI, 2003). Penderita hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institit nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Orang yang sudah menyadari hipertensi pada dirinya hanya melakukan sedikit tindakan untuk mengontrolnya, dimana hanya 27% pasien hipertensi yang mengontrol tekanan darahnya secara adekuat (Hahn & Payne, 2003). Pasien baru menyadari kondisinya jika hipertensi sudah menimbulkan komplikasi pada jantug, penyumbatan pembuluh darah, hingga pecahnya pembuluh darah di otak yang berakibat kematian. Hal inilah yang membuat
1
hipertensi dikenal sebagai the silent killer yang berdampak pada tingginya angka kematianakibat penyakit dan pembuluh darah (Aziza, 2007) Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Data World Health Organization (WHO), tahun 2000 menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta (proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2010). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Prevalensi hipertensi pada golongan umur diatas 25 tahun meningkat dari 8 % pada tahun 1995 menjadi 28 % tahun 2001 (Depkes RI, 2010) Berdasarkan Riskesdas NTB 2007 dilaporkan bahwa prevalensi hipertensi di NTB berdarsarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah 32,4% dan lebih tinggi dari angka nasional (26,7%), sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi prevalensinya adalah 6,7%. Prevalensi hipertensi tertinggi menurut diagnosis dan riwayat pengobatan ditemukan di Kabupaten Lombok Tengah sedangkan terendah di Kota Mataram. Prevalensi hipertensi di Lombok Barat berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah 32, 3%. Berdasarkan data mengenai 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada pada tahun 2013, hipertensi menduduki peringkat ke 4 dengan jumlah 2908 kasus. Hal inilah yang mendasari penulis dalam mengambil kasus pada laporan ini.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sehat
Arti kesehatan secara harfiah adalah sesuatu yang berhubungan dengan kondisi fisik seseorang yaitu orang dikatakan sehat apabila terbebas dari serangan penyakit atau sebaliknya dikatakan sakit apabila kondisi fisiknya tidak baik akibat penyakit menular atau penyakit tidak menular. Kondisi ini dinamakan konsep sehat-sakit . Sejak tahun 1948 WHO telah mendefinisikan yang dimaksud sehat sebagai berikut : Health is a state of physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity. Dikatakan bahwa sehat itu adalah keadaan fisik, f isik, mental dan sosial sosi al yang baik, tidak hanya terbebas dari dar i penyakit, cacat atau kelemahan. Menurut pengertian tersebut definisi sehat mempunyai makna yang sempurna dan lengkap. Misalnya seseorang yang mengalami sakit lalu ada bekas luka parut, menurut pengertian WHO belum termasuk kriteria sehat (Suyono, 2010) Di Indonesia kriteria sehat ini ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan dan telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 1 ayat 1 yang bunyinya : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Suyono, 2010) Hendrik L Blum menggambarkan status kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut : (Suyono, 2010) Gambar 1. Konsep status Kesehatan menurut HL. Blum
3
Ke empat faktor tersebut diatas saling berpengaruh positif satu dengan yang lain dan tentu saja sangat berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang. Status kesehatan akan tercapai optimal apabila ke empat faktor tersebut positif mempengaruhi secara optimal pula. Apabila salah satu faktor tidak optimal maka status kesehatan akan bergeser kearah dibawah optimal. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu ke empat faktor tersebut sebagai berikut : (Suyono, 2010) 1. Faktor Keturunan (Biologi) Faktor ini lebih mengarah kepada kondisi individu yang berkaitan dengan asal usul keluarga, ras dan jenis golongan darah. Beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh faktor keturunan antara lain : hemophilia, hypertensi, kelainan bawaan, albino dll. 2. Faktor Pelayanan Kesehatan Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan kesehatan yang diberikan. Hal ini berhubungan dengan tersedianya sarana dan prasarana institusi kesehatan antara lain : Rumah Sakit, Puskesmas, Labkes, Balai Pengobatan, serta tersedianya fasilitas pada institusi tersebut : tenaga kesehatan, obat-obatan, alat-alat kesehatan yang kesemuanya tersedia dalam kondisi baik dan cukup dan siap pakai. 3. Faktor Perilaku Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau masyarakat, perilaku petugas kesehatan dan perilaku perila ku para pejabat pengelola negeri ini (Pusat dan Daerah) serta perilaku pelaksana bisnis. - Perilaku individu atau masyarakat yang positif pada kehidupan sehari-hari misalnya : membuang sampah / kotoran secara baik, minum air masak, saluran limbah terpelihara, mandi setiap hari secara higienis dll. - Perilaku petugas kesehatan k esehatan dalam memberikan pelayanan yang baik antara lain : ramah, cepat tanggap, disiplin tinggi, terapi yang tepat sesuai diagnosa, tidak malpraktek pemberian obat yang rasional, dan bekerja bekerja dengan penuh pengabdian. - Perilaku pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyikapi suatu permasalahan kesehatan masyarakat secara tanggap dan penuh kearifan misalnya : cepat tanggap terhadap adanya penduduk yang gizinya buruk, adanya wabah penyakit, serta menyediakan sarana dan prasarana kesehatan dan fasilitas umum ( jalan, parit, TPA, penyediaan pen yediaan air ai r bersih, jalur hijau, pemukiman sehat) yang didukung dengan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kesehatan dan lingkungan hidup dan menerapkan sanksi hukum yang tegas bagi pelanggarnya. 4. Faktor Lingkungan 4
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan, terlihat dari diagram di atas dengan panah yang lebih besar dibanding faktor lainnya. Faktor Lingkungan terdiri dari 3 bagian besar : - Lingkungan Fisik Terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba, dirasakan antara lain : bangunan, jalan, jembatan, kendaraan, gunung, air, tanah. Benda mati yang dapat dilihat dan dirasakan tapi tidak dapat diraba : api, asap, kabut dll.. Benda mati yang tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan : udara, angin, gas, bau-bauan, bunyi bunyian / suara dll. - Lingkungan Biologis Biologis Terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak : manusia, hewan, kehidupan akuatik, amoeba, virus, plankton. Makhluk hidup tidak bergerak : tumbuhan, karang laut, bakteri dll. - Lingkungan Sosial Lingkungan sosial adalah bentuk lain selain fisik dan biologis di atas. Lingkungan sosial tidak berbentuk secara nyata namun ada dalam kehidupan di bumi ini. Lingkungan
sosial
terdiri
dari
sosio-ekonomi,
sosio-budaya,
adat
istiadat,
agama/kepercayaan, organisasi kemasyarakatan dll. Melalui lingkungan sosial manusia melakukan interaksi dalam bentuk pengelolaan hubungan dengan alam dan buatannya melalui pengembangan perangkat nilai, ideologi, sosial dan budaya sehingga dapat menentukan arah pembangunan lingkungan yang selaras dan sesuai dengan daya dukung lingkungan yang mana hal ini sering disebut dengan “etika lingkungan”. lingkungan” .
2.2 Gambaran penyakit hipertensi di Puskesmas Narmada
Hipertensi merupakan salah satu dari penyakit yang banyak di jumpai di Puskesmas Narmada. Hipertensi masuk ke dalam 10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada selama tiga tahun terakhir ter akhir yaitu tahun 2011, 2012, 2013.
5
Tabel 1. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada tahun 2011
NO
PENYAKIT
TOTAL
1.
ISPA
5435
2.
Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat
3823
3.
Gastritis
2787
4.
Demam sebab lain
2155
5.
Kecelakaan dan rudapaksa
1774
6.
Penyakit darah tinggi
1642
7.
Penyakit kulit infeksi
1432
8.
Diare
1279
9.
Asma
978
10.
Penyakit lain
910
Grafik 1. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada tahun 2011
6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 ISPA
Jumlah
5435
Penyak Gastrit it pada is sistem otot dan jaringa n ikat 3823
2787
Dema Kecela Penyak Penyak m kaan it it kulit sebab dan darah infeksi lain rudapa tinggi ksa
Diare
Asma
Penyak it lain
2155
1279
978
910
1774
1642
1432
6
Tabel 2. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada tahun 2012
NO.
PENYAKIT
TOTAL
1.
ISPA
7589
2.
Gastritis
3170
3.
Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat
3027
4.
Penyakit darah tinggi
2521
5.
Penyakit kulit infeksi
1794
6.
Asma
1673
7.
Demam sebab lain
1494
8.
Penyakit kulit alergi
1227
9.
Diare
1203
10.
Kecelakaan dan rudapaksa
628
Grafik 2. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada tahun 2012
8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 ISPA
Jumlah
7589
Gastrit Penyak Penyak Penyak is it pada it it kulit sistem darah infeksi otot tinggi dan jaringa n ikat 3170
3027
2521
1794
Asma
Dema Penyak m it kulit sebab alergi lain
Diare
Kecela kaan dan rudapa ksa
1673
1494
1203
628
1227
7
Tabel 3. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada tahun 2013
No
Kasus
Jumlah Kasus
1 ISPA
8044
2 Penyakit pada sistem otot dan jaringan ikat
3529
3 Gastritis
3213
4 Hipertensi
2908
5 Demam sebab lain
1960
6 Asma
1593
7 Penyakit Kulit Infeksi
1240
8 Penyakit Kulit alergi
1161
9 Bronkhitis
1129
10 Diare
866
Grafik 3. 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada tahun 2013
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 ISPA
Jumlah
8044
Penyak Gastriti Hipert it pada s ensi sistem otot dan jaringa n ikat 3529
3213
2908
Dema m sebab lain
Asma
1960
1593
Penyak Penyak Bronkh it Kulit it Kulit itis Infeksi alergi
1240
1161
1129
Diare
866
8
2.3 Konsep Penyakit Hipertensi 2.3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal oleh masyarakat dengan ist ilah penyakit tekanan darah tinggi. Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan tekanan diastolic. Berdasarkan JNC VII, seorang dewasa dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolic 90 mmHg atau lebih (PERKI, 2003). 2.3.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi yang dipakai saat ini beredoman pada Joint pada Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure yang ke 7. Berikut ini adalah tabel tentang klasifikasi hipertensi (PERKI, 2003) Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII
Kategori Tekanan Darah
Tekanan Sistolik (mmHg)
Tekanan Diastolik (mmHg)
< 120
dan < 80
Prehipertensi
120-139
atau 80-89
Hipertensi grade 1
140-159
atau 90-99
Hipertensi grade 2
>160
atau > 100
Normal
Berdaraskan penyebabnya, hipertensi dpat diklasifikaskan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder Berikut ini adalah pembagian hipertensi berdasarkan penyebabnya. a. Hipertensi Primer Hipertensi primer disebut juga dengan istilah hipertensi esensial atau idiopatik. Etiologi hipertensi jenis ini adalah multifaktorial yang masing-masing akan saling berinteraksi mengganggu homeostasis secara bersama, sehingga tekanan darah baik sistolik maupun diastolic akan mengalami peningkatan (Black & Hawks, 2005). Pada kasus ini terjadi peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Hipertensi jenis ini mempunyai kecendrungan genetic yang dan dipengaruhi oleh faktor 9
kontribus, seperti obesitas, stress, merokok, dan konsumsi garam berlebih (Sherwood, 2001). Hipertensi jenis ini biasanya diderita oleh 90% sampai 95% psien yang mengalami peningkatan tekanan darah (Hahn & Payne, 2003). b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder disebabkan oleh gangguan sistem lain, misalnya sistem vaskuler (arteriosklerosis), sistem renal (stenosis arteri renal), sistem endokrin (hipertiroidisme) dan sistem neuron (peningkatan tekanan intracranial). Kehamilan juga dapat menyebabkan hipertensi sekunder (Davis, 2004). Kejadian hipertensi sekunder kurang dari 5% pada individu dewasa, tetapi lebih dari 80% pada anak-anak. Menurut Dirksen, Heitkemper, dan Lewis (2000) penyebab hipertensi sekunder adalah sebagai berikut: (1) penyempitan congenital aorta; (2) penyakit ginjal misalnya stenosis arteri ginjal; (3) gangguan endokrin misalnya sindrom Chusing dan hiperaldosteron; (4) gangguan neurologi misalnya tumor otak dan cedera kepala; (5) sleep apnea; apnea; (6) pengobatan jenis stimulant simpatetik misalnya kokain, terapi penggantian estrogen, obat kontrasepsi oral, dan obat anti inflamasi non steroid; (7) kehamilan yang menstimulasi hipertensi.
2.3.3 Faktor Risiko Hipertensi
Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa semua jenis hipertensi dipengaruhi oleh faktor genetic daan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari riwayat keluarga (genetic), umur, jenis kelamin. - Riwayat Keluarga (Genetik) Kejadian hipertensi khususnya hipertensi primer sangat dipengaruhi oleh faktor riwayat keluarga. Faktor genetik ini berkaitan dengan metabolism pengaturan garam dan renin membrane sel. Menurut Davidson, bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya. - Umur Risiko hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa seseorang rentan mengalami hipertensi pada umur 30-50
10
tahun, dimana hipertensi yang dialami adalah hipertensi primer. Tingginya hipertensi seiring dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya dalah meningkatnya tekanan darah sistolik. - Jenis Kelamin Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian hipertensi. Pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan dara sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
Selain dipengaruhi faktor yang tidak dapat dimodifikasi, hipertensi dipengaruhi faktor yang
dapat
dimodifkasi.
Tingkat
kejadian
hipertensi
dapat
diturunkan
dengan
mengendalikan faktor ini. Faktor yang dapat dimodifikasi ini terdiri dari kegemukan (obesitas), stress, konsumsi zat berbahaya, aktivitas fisik, nutrisi. - Kegemukan (obesitas) Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Risiko relative untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderta hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih (overweight). - Stress Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kejadian hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jonas (2000) dilaporkan bahwa seseorang yang mengalami depresi berisiko 1,78 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi. Seseorang yang berada dalam kondisi stress telah terjadi proses fisiologis dimana sistem saraf simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimulus
11
pengeluaran hormone adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. - Konsumsi Zat Berbahaya Konsumsi zat berbahaya adalah faktor lain yang mempengaruhi kejadian hipertensi dan dapat dimodifikasi. Konsumsi zat berbahaya ini meliputi rokok, konsumsi alkohol berlebih, dan obat-obatan terlarang. Penggunaan substansi ini secara terus-menerus dapat membuat tekanan darah cenderung tinggi. Nikotin yang dihisap melalui rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan vasokonstriksi perifer, yang akan meningkatkan tekanan darah arteri pada jangka waktu yang pendek, selama dan setelah merokok. Nikotin yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah ateri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Alkohol termasuk salah satu substansi berbahay yang jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan efek negative bagi tubuh. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi, penurunan sensitivitas tubuh terhadap obat antihipertensi, dan hipertensi yang sulit disembuhkan. Kopi mengandung kafein yang jika digunakan dalam jumlah adekuar akan bermanfaat bagi tubuh. Hal ini didukung oleh studi-studi yang dilakukan Mayo Clinic, Harvard School of Public Health Health dan institusi-institusi lain yang mengungkapkan bahwa minum kopi 2-4 cangkir sehari dapat menurunkan kanker kolon, mengurangi risiko penyakit batuu empedu, dan mencegah sirosis hati. Akan tetapi, konsumsi kopi yang berlebih yaitu 10 cangkir atau lebih per hari dapat menyebabkan kecemasan, diare, kelelahan, sulit tidur, pusing, dan palpitasi jantung. - Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobic yang adekuat dan teratur akan menjaga fungsi kardiovaskuler yang baik dan menurunkan berat badan bagi pasien hipertensi dengan obesitas, serta menurunkan risiko penyakit kardiovaskular yang dapat meningkatkan mortalitas. - Nutrisi Nutrisi adalah salah satu faktor yang dapat dimodifikasi untuk mengendalikan kejadian hipertensi. Pola makan yang tinggi kalori, natrium, dan lemak, tetapi rendah protein dapat meningkatakn tekanan darah. Diet tinggi sodium akan menstimulasi pengeluaran hormone natriuretik dan mekanisme vaspresor dalam dala m sistem saraf pusat, yang akan berkontribusi pada peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2007) menunjukkan bahwa seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan 12
asin berisiko menderita hipertensi 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa mengkonsumsi makanan asin. Diet tinggi lemak jenuh juga berakibat pada peningkatan tekanan darah. Konsumsi lemak jenuh berlebih berakibat pada peningkatan kadar kolesterol yang merupakan faktor risiko utam aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan penyakit kardiovaskular misalnya iskemia atau infark miokard.
2.3.4 Manifestasi Klinis Hipertens Hi pertensii
Manifestasi klinis hipertensi antara lain: - Sakit/nyeri kepala - Gelisah - Jantung berdebar-debar - Pusing - Leher kaku - Penglihatan kabur, dan - Rasa sakit di dada. - Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah.
2.3.5
Tatalaksana Hipertensi
a. Non-Farmakologis
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup. (Depkes RI, 2013) Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi Penurunan berat badan
Rekomendasi Jaga berat badan ideal (BMI :
Rerata penurunan TDS 5 – 20 20 mmHg/10kg
18,5 – 24,9 24,9 kg/m 2) Dietary Approches to Stop
Diet kaya buah, sayuran,
Hypertension (DASH)
produk rendah lemak dengan
8 - 14 mmHg
jumlah lemak total dan lemak jenuh yang rendah
13
Pembatasan intake natrium
Kurangi hingga < 100 mmol
2 - 8 mmHg
per hari (2.0 g natrium natri um atau 6 5 g natrium klorida atau 1 sendook the garam per hari) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik aerobic yang 4 - 9 mmHg teratur (mis : jalan cepat) 30 menit seharu, hampir setiap hari dalam seminggu.
Pembatasan alkohol
konsumsi Laki-laki : dibatasi hingga <
2 – 4 4 mmHg
2 kali per hari. Wanita dan orang yang lebih kurus : dibatasi hingga < 1 kali per hari.
b. Farmakologis Alur tatalaksana hipertensi
14
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
: Tn. M
Umur
: 67 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Lembuak, Narmada
Suku
: Sasak
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Waktu Pemeriksaan
: 14 Agustus 2014
3.2 Anamnesis
- Keluhan Utama Sakit kepala - Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Narmada dengan keluhan sakit kepala sejak 1 hari yang lalu. Sakit kepala terutama dirasakan pada bagian belakang kepala. Sakit kepala tidak disertai dengan mual dan muntah. - Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi (+) sejak ± 12 tahun yang lalu. Awalnya pasien rajin meminum obat hipertensi, namun selama 1 bulan terakhir, pasien tidak pernah kontrol dan meminum obat. Riwayat kencing manis (-). - Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat hipertensi (+) yaitu tiga orang saudara pasien. Riwayat hipertensi pada orang tua tidak diketahui. Riwayat kencing manis (+) yaitu istri pasien. 15
Menin
al
Hi erte erten nsi
- Riwayat Pribadi
Pasien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Pasien tinggal di rumah bersama istrinya. Pasien memiliki tiga orang anak, namun mereka tidak tinggal bersama pasien karena telah memiliki keluarga masing-masing.
Rumah pasien terletak di pinggir jalan. Rumah berukuran 12 x 8 m 2. Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang shalat, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Lantai rumah terbuat dari keramik, dinding rumah berupa tembok, dan atap ata p rumah terbuat dari genteng. Masing-masing Masing-masin g ruangan memiliki jendela, ventilasi, dan pencahayaan yang cukup.
Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari air PAM. Sedangkan untuk minum, pasien menggunakan air galon.
Pasien merupakan seorang pensiunan PNS dan saat ini tidak bekerja. Pendapatan keluarga berasal dari uang pensiunan ± tiga juta rupiah per bulan.
Sejak pensiun, pasien kurang bergerak dan tidak pernah berolahraga. Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk yang beraneka ragam. Riwayat sering mengkonsumsi ikan asin (+).
Pasien tidak memiliki kebiasaan minum kopi.
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.
16
Denah rumah pasien
Kamar Tidur Ruang Tamu Kamar Tidur
Ruang Shalat
Ruang Keluarga
Dapur
Kamar Tidur
Kamar Mandi
Ruang tamu
17
Kamar tidur pasien dan istri
Ruang keluarga
18
Ruang shalat
Dapur
19
Kamar mandi
Rumah tampak depan
20
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
:
- HR
: 88 x/menit, irama teratur, kuat angkat
- TD
: 160/100 mmHg
- RR
: 20 x/menit
- Tax
: 36,7ºC
Status Generalis Kepala
:
-
Ekspresi wajah
: normal
-
Bentuk dan ukuran
: normal
-
Rambut
: normal
-
Edema
: (-)
-
Malar rash
: (-)
Mata
:
-
Simetris
-
Alis
: normal
-
Exophtalmus
: (-)
-
Ptosis
: (-)
-
Strabismus
: (-)
-
Edema palpebra
: (-)
-
Konjungtiva
: anemis (-/-), hiperemis (-/-)
-
Sklera
: ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)
-
Pupil
: isokor, bulat, refleks (+/+)
-
Kornea
: normal
-
Lensa
: normal, katarak (-/-)
21
Telinga
:
-
Bentuk
: normal
-
Lubang telinga
: normal, secret (-/-)
-
Nyeri tekan
: (-)
-
Pendengaran
: normal
Hidung
:
-
Simetris, deviasi septum (-)
-
Perdarahan (-), secret (-)
-
Penciuman
Mulut
: normal :
-
Simetris
-
Bibir
: sianosis (-)
-
Gusi
: hiperemis (-), perdarahan (-)
-
Lidah
: glositis (-), atrofi papil lidah (-)
-
Mukosa
: kering
Leher
:
-
Simetris
-
Kaku kuduk
: (-)
-
Scrofuloderma
: (-)
-
Pembesaran KGB
: (-)
-
Trakea
: di tengah
-
JVP
: normal
-
Pembesaran otot sternokleidomastoideus
-
Pembesaran tiroid
Thoraks
: (-)
: (-)
:
Cor -
Inspeksi
: iktus cordis tidak tampak
-
Palpasi
: iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
-
Perkusi
: redup 22
-
Auskultasi
: S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo -
Inspeksi
:
bentuk
simetris,
pergerakan
dinding
dada
simetris,
penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi pernapasan 20 x/menit. -
Palpasi
: pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba dan vocal
simetris, provokasi nyeri (-). -
Perkusi
: sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
-
Auskultasi
: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen
:
-
Inspeksi
: distensi (-), skar (-).
-
Auskultasi
: bising usus (+) normal
-
Palpasi
: nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
-
Perkusi
: timpani
Inguinal-genital-anus Ekstremitas atas
: tidak diperiksa :
-
Akral hangat
: (+/+)
-
Kulit
: normal
-
Deformitas
: (-/-)
-
Sendi
: dalam batas normal
-
Edema
: (-/-)
-
Sianosis
: (-/-)
-
Kekuatan
: normal
Ektremitas bawah
:
-
Akral hangat
: (+/+)
-
Kulit
: normal
-
Deformitas
: (-/-)
-
Sendi
: dalam batas normal 23
-
Edema
: (-/-)
-
Sianosis
: (-/-)
-
Kekuatan
: normal
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang 3.5 Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja pasien ini adalah hipertensi grade II. 3.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan
- Captopril 2 x 25 mg 3.7 Prognosis
Bonam 3.8 Konseling
Konseling yang diberikan pada pasien ini adalah tentang pola hidup sehat untuk mencegah dan mengontrol hipertensi, seperti : -
Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak. Asupan garam maksimal 5 g sehari.
-
Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
-
Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur
-
Menganjurkan untuk kontrol rutin di puskesmas
-
Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi
24
BAB IV PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengn hipertensi grade II. Diagnosis ditegakkan berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien datang memeriksakan diri ke Puskesmas Narmada. Berdasarkan hasil anamnesis, pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang mulai dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Sakit kepala terutama dirasakan di bagian belakang kepala. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tekanan darah pasien adalah 160/100 mmHg. Berdasarkan klasifikasi menurut JNC VII, pasien ini digolongkan pada hipertensi grade II. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah dengan pemberian terapi f armakologis dengan menggunakan obat antihipertensi yaitu captopril 2 x 25 mg sehari. Selain terapi farmakologis, diberikan juga terapi non farmakologis dengan pemberian konseling tentang diet untuk pasien hipertensi, gaya hidup aktif, komplikasi hipertensi, dan menganjurkan pasien kontrol rutin di puskesmas. Menurut teori H.L. Blum terdapat empat faktor yang mendasari munculnya suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain : faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku. Mengacu pada teori tersebut, kejadian hipertensi pada pasien ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Faktor biologi Faktor biologi pada pasien ini adalah terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga yakni ketiga saudara pasien. Selain itu, terdapat faktor yang lain yaitu usia pasien 67 tahun. 2. Faktor lingkungan Rumah pasien terletak di pinggir jalan sehingga menimbulkan suasana yang tidak kondusif untuk pasien. Pasien tidak memiliki masalah yang dapat menimbulkan stress psikis pada pasien. Pasien hidup aman bersama istri dan anak-anaknya. 3. Faktor pelayanan kesehatan Pada pelayanan kesehatan yakni Puskesmas Narmada, tersedia tensimeter untuk mengukur tekanan darah, terdapat 1 orang programmer dan beberapa kader yang mengurusi masalah PTM. Selain itu, terdapat media untuk penyuluhan tentang penyakit-penyakit tidak menular. 25
4. Faktor perilaku Faktor perilaku merupakan faktor yang dominan dalam proses terjadinya hipertensi. Pada pasien ini, didapatkan kebiasaan mengkonsumsi ikan asin. Selain itu, kebiasaan tidak berolahraga dan tidak teratur berobat ke Puskesmas berperan terhadap terjadinya hipertensi pada pasien.
Terdapat riwayat hipertensi dalam Usia pasien 67 tahun
GENETIK
Jarang berolahraga
PERILAKU
HIPERTENSI
Sering mengkonsumsi mengkonsumsi ikan asin Tidak teratur berobat ke Puskesmas
PELAYANAN KESEHATAN
LINGKUNGAN Lingkungan yang tidak kondusif karena berada di pinggir jalan
Tersedia tensimeter untuk mengukur TD Terdapat 1 orang programmer dan beberapa kader yang mengurusi masalah Tersedia media untuk penyuluhan
26
BAB V KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Hipertensi masih merupakan masalah yang dominan dan masuk dalam 10 besar penyakit di Puskesmas Narmada. 2. Berdasarkan pembahsaan di atas, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada pasien, yaitu : faktor genetik, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.
5.2 Saran 1. Perlu disusun suatu program yang yang efektif dan berbasis berbasis masyarakat untuk mengelola mengelola penyakit hipertensi. 2. Melakukan kerjasama lintas sector dengan bagian gizi maupun promkes dalam mengelola penyakit hipertensi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Aziza, L. (2007). Hipertensi : The Sillent Killer . Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia Black, J.M & Hawks, J.H. (2005). Clinical Management for Positive Outcome. USA : Lippincolt Williams & Willkins Depkes RI. (2003). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan PTM. Jakarta. Depkes RI. (2003). Seminar Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular . Menular . Jakarta : Direktorat Penyehatan Lingkungan Depkes RI. (2008). Hasil Riset Kesehatan Kes ehatan Dasar (RISKESDAS) Nusa Tenggara Barat 2007 . Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI Depkes RI. (2010). Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta; Kementrian Kesehatan RI Depkes RI. (2013). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer . Jakarta. Hahn, D.B & Payne, W.A. (2003). Focus (2003). Focus on Health Sixth Edition. Edition. USA : Mc Graw Hill PERKI. (2003). Pedoman Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular di Indonesia. Indonesia . Jakarta : Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia Sherwood, L. (2001). Fisiologi (2001). Fisiologi Manusia: Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC Sudoyo. (2008 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Suyono.
Kesehatan
Lingkungan. Lingkungan.
Available
in
http://e-
journal.kopertis4.or.id/file.php?file=karyailmiah&id=742 (15 Agustus 2014)
28