LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN DENGAN KANKER SERVIKS STADIUM III B + ANEMIA RINGAN + PASCA PAXUS CARBOPLATIN 6 SERI + EKSTERNAL RADIASI 9 KALI
DI RUANG CEMPAKA TIMUR RSUP SANGLAH
DENPASAR
NAMA : GUSTI KANZANIA FINANSI
NIM : S.12.1019
AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karuniaNya penulis dapat mnyelesaikan laporan kasus berjudul "Asuhan Kebidanan Pada Pasien Dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternl Raiasi 9 Kali", di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Dalam penulisan ini saya banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada:
Ibu Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes, selaku direktur Akbid Sari Mulia Banjarmasin.
Ibu Nurul Hidayah, SST, selaku bagian praktik klinik AKBID Sari mulia Banjarmasin.
Ibu Normisaswati, Am. Keb selaku Pembimbing Klinik (CI)
Ibu Sulasmi, SST selaku Pembimbing Pendidikan (CT) yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Serta seluruh pihak yang membantu penulisan laporan ini.
Penulisan laporan ini saya rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka saya mohon saran dan kritiknya dari pembaca sekalian. Akhir kata saya berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Denpasar,........................2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
BAB I Pendahuluan 1
Latar Belakang Masalah 1
Tujuan Umum dan Tujuan Khusus 2
Manfaat 3
BAB II TINJAUAN TEORI 4
Pengertian Kanker Serviks 4
Anatomi Fisiologi 4
Etiologi 7
Patofisiologi 8
Manifestasi Klinik 9
Penatalaksanaan 9
Stadium Karsinoma Serviks 10
Pemeriksaan Diagnostik 12
Pengkajian Fokus 13
Fokus Intervensi 14
Pengertian Anemia 20
Pembagian Anemia 21
Etiologi 21
Patofisiologi 22
Tanda Gejala 23
Kemungkinan Komplikasi 23
Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang 23
Penatalaksanaan 24
BAB III Tinjauan Kasus 25
Subjektif Data 25
Objektif Data 28
Analisis Data 32
Penatalaksanaan 32
Implementasi 33
BAB IV Pembahasan 36
BAB V Penutup 38
Kesimpulan 38
Saran 39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker payudara merupakan jenis kanker kedua di Indonesia yang menyerang kaum wanita setelah kanker serviks (mulut rahim). Dengan kata lain, kanker serviks adalah urutan pertama terbanyak yang menyerang kaum wanita di Indonesia. (Azamris, 2006).
Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun. (Emilia, 2010). Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. (Rasjidi, 2007).
Di Vietnam kanker serviks merupakan penyebab kematian perempuan yang pertama, sedangkan di Indonesia dan Filipina, kanker serviks menduduki urutan ke dua penyebab kematian pada wanita, sementara di Thailand dan Malaysia, kanker serviks menduduki penyebab kematian perempuan yang ketiga. Di Indonesia sendiri, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Setiap harinya diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada tahun 2009, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia. Dengan angka kejadian ini, kanker serviks menduduki urutan kedua setelah kanker payudara pada wanita usia subur 15 – 44 tahun. (Wijaya, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah penyakit kanker di Indonesia antara lain hampir 70% penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut. Prevalensi tumor tertinggi berdasarkan provinsi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 9,66 % dan terendah adalah Maluku Utara 1,95 %. Sedangkan urutan jenis kanker atau tumor tertinggi di Indonesia adalah kanker ovarium dan servix uteri. (Oemiati, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas maka sangat penting bagi seorang bidan untuk memberikan asuhan pada pasien sedini mungkin, mulai pada deteksi dini, cara penanganan serta cara pencegahan sebagai upaya deteksi adanya penyakit yang memerlukan tindakan segera serta perlunya rujukan agar mencapai derajat kesehatan yang tinggi pada pasien dengan penyakit tersebut sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
TUJUAN
Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dapat diambil dari penyusunan laporan ini adalah agar mahasiswa mampu:
Melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan objektif pada kasus pasien dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara subjektif dan objektif pada pasien dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan setelah mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif maupun objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Melakukan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh kegiatan pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
MANFAAT
Bagi Instansi Pelayanan
Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang pasien dengan Kanker Serviks + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu hamil dengan masalah serupa.
Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan lebih luas untuk penelitian selanjutnya.
Bagi Pembaca Lain
Sebagai bahan acuan ataupun referensi dalam melakukan pembelajaran baik secara teori maupun praktik.
Bagi Pasien
Sebagai edukasi dalam pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kanker Serviks
Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina
(Diananda, Rama, 2009 ).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim (Sarjadi, 2001).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Anatomi fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan genetalia interna.
Genetalia eksterna
Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.
Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora adalah vestibulum.
Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama (introetus vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh kulit perenium.
Genetalia interna
Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 71/2. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di sebut kavum uteri atau rongga rahim.
Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
Endometrium
Myometrium
Parametium
Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba (Tambayong, 2002).
Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu :
HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada kondiloma akuminata.
Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
Berganti - ganti pasangan seksual.
Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah ( Dr imam Rasjidi, 2010 ).
Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemikyang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Price, syivia Anderson, 2005).
Manifestasi Klinik
Manifetasi klinik yang kemungkinan terjadi pada pasien dengan kanker serviks adalah:
Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
Perdarahan spontan saat defekasi.
Perdarahan diantara haid.
Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
Anemia akibat pendarahan berulang.
Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
(Dr RamaDiananda, 2009 ).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada pasien dengan kanker serviks adalah:
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi termasuk obat fase spesifik.
Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjang dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300 ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan (Bambang sarwiji, 2011).
Stadium Karsinoma Serviks
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri mengenai tingkat dan kriteria kanker serviks adalah:
Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakitnodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
( Dr Imam Rasjidi, 2010 ).
Pemeriksaan Diagnostik
Pemerksaan yang dapat dilakukan pada pasien yang teridentifikasi menerita kanker serviks adalah:
Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10 g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan -keadaan sebagai berikut :
Proses dicurigai berada di endoserviks.
Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2006 ).
Pengkajian Fokus
Pengkajian data fokus yang dilakukan pada pasien dengan kanker serviks adalah:
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual Salah satu faktor yang menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18 tahun.
Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks dapat ditularkan dengan mudah.
Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap smear secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan kurangnya pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker seviks.
Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, peran diri, emosional.
Perineum; keputihan, bau, kebersihan. Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher rahim yang mulai mengalami metastase.
Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan
abnormalita pada organ - organ daerah panggul.
Perasaan berat daerah perut bagian bawah
Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf - syaraf disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada daerah tersebut.
Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang – orang dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker leher rahim.
Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
Riwayat Keluarga
Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
( Doengoes, 2005 ).
Fokus Intervensi
Fokus dari pemberian intervensi yang dapat diberikan pada pasien degan kanker serviks adalah:
Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian sel.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri
hilang atau berkurang.
Kriteria :
pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0 - 3.
Ekspresi wajah rileks.
Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala nyeri.
Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi, message.
Awasi dan pantau TTV.
Berikan posisi yang nyaman.
Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional :
Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Mengurangi rasa nyeri.
Mengetahui tanda kegawatan.
Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.
Mengontrol nyeri maksimum.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah karena proses eksternal Radiologi .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas.
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Berat badan klein normal.
Hasil hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi :
Kaji status nutrisi pasien
Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya protein dan tetap sesuai diit ( Rendah Garam ).
Pantau masukan makanan setiap hari.
Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
Rasional :
Untuk mengetahui status nutrisi
Memantau peningkatan BB.
Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.
Identifikasi defisiensi nutrisi.
Agar nutrisi terpenuhi
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam ( darah, keputihan ).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak terjadi penyebaran infeksi dan dapat menjaga diri infeksi .
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks
Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasien keluarga, pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung.
Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk
Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.
Intervensi :
Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.
Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.
Kolaborasi pemeberian antibiotik.
Rasional :
Mengurangi terjadinya infeksi.
Agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
Mencegah terjadinya infeksi.
Membantu mempercepat penyembuhan.
Mencegah terjadinya infeksi.
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang atau berkurang.
Kriterial hasil :
Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang.
Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian.
Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan mengklarifikasi rasa takut.
Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan pengobatan dan klien mendapat dukungan dari terdekat.
Intervensi :
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.
Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan menyentuh klien.
Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali danmengklarifikasi rasa takut.Beri informasi akurat, konsisten mengenai prognosis, pengobatan serta dukungan orang terdekat.
Rasional :
Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
Membantu mengurangi kecemasan.
Meningkatkan kepercayaan klien.
Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.
Mengurangi kecemasan.
Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan efek dari prosedur pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan intergritas kulit.
Kriteria hasil :
Pasien atau keluarga dapat mempertahankan keberhasilan pengobatan tanpa mengiritasi kulit.
Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma kulit.
Pasien keluarga beserta TIM medis dapat meminimalkan trauma pada area terapi radiasi.
Pasien, keluarga beserta tim medis dapat menghindari dan mencegah cedera dermal karena kulit sangat sensitif selama pengobatan dan setelahnya.
Intervensi :
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.
Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat terapi radiasi.
Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar pada, biarkan pasien menghindari penggunaan bra bila ini memberi tekanan.
Rasional :
Mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
Membantu menghindari trauma kulit.
Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.
Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.
Resiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera atau injuri.
Kriteria hasil :
Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulasi.
Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan melakukan aktifitas.
Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada ektremitas.
Intervensi :
Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara tepat.
Anjurkan untuk berpegangan tangan atau minta bantuan pada keluarga dalam melakukan suatu kegiatan.
Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan alat bantuan.
Rasional :
Membantu mengurangi kelelahan.
Membantu pasien untuk melakukan kegiatan.
Membantu mempercepat penyembuhan.
Gangguan pola seksual berhubungan dengan metaplasia penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien mampu mempertahankan aktifitas seksual pada tingkatyang diinginkan bila mungkin.
Kriteria hasil :
Pasien mampu memahami tentang arti seksualitas, seksualitas dapat diungkapkan dengan bentuk perhatian yang diberikan seseorang.
Intervensi :
Kaji masalah- masalah perkembangan daya hidup.
Catat pemikiran pasien/ orang- orang yang berpengaruh bagi pasien mengenai seksualitas
Evaluasi faktor- faktor budaya dan religius/ nilai dan konflik- konflik yang mucul berikan suasana yang terbuka dalam diskusi mengenai masalah seksualitas. Tingkatkan keleluasaan diri bagi pasien dan orang- orang yang penting bagi pasien.
Rasional :
Faktor- faktor seperti menoupose dan proses penuan remaja dan dewasa awal yang perlu masukan dalam pertimbangan mengenai seksualitas dalam penyakit yang perawatan yang lama.
Untuk memberikan pandangan bahwa keterbatasan kondisi/lingkungan akan berpengaruh pada kemampuan seksual tetapi mereka takut untuk menanyakan secara langsung.
Untuk mempengaruhi persepsi pasien terhadap masalah seksual yang muncul.
Apabila masalah- masalah diidentifikasikan dan di diskusikan maka pemecahan masalah dapat ditemukan
Perhatikan penerimaan akan kebutuhan keintiman dan tingkatkan makna terhadap pola interaksi yang telah dibina. Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan syok berkurang atau tidak terjadi syok.
Kriterial hasil :
Pasien tidak mengalami anemia
Tanda - tanda vital stabil.
Pasien tidak tampak pucat.
Intervensi :
Kaji adanya tanda terjadi syok
Observasi KU
Observasi TTV
Monitor tanda pendarahan
Check hemoglobin dan hematokrit
Rasional :
Mengetahui adanya penyebab syok
Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi pendarahan sehingga segera diketahui tanda syok.
TTV normal menandakan keadaan umum baik.
Perdarahan cepat diketahui dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok.
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
(Doengoes, 2005)
Anemia Ringan
Pengertian anemia pada umumnya
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Berikut adalah HB, Ht, dan E normal manusia:
Nilai Normal Hemoglobin :
Infant (neonatus) = 14 – 22 gr/dl
6 bulan = 11 – 14 gr/dl
Anak (1 – 15 th) = 11 – 15 gr/dl
Dewasa :
Laki-laki = 14 – 18 gr/dl
Perempuan = 12 – 16 gr/dl
Nilai normal hematokrit
Laki-laki = 40 – 48%
Perempuan = 37 – 43%
Nilai normal eritrosit
Laki-laki = 4,5 – 5,5 juta/l
Perempuan = 4,0 – 5,0 juta/l
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.016.0 g/dL
Laki-laki 14.0-18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL10.0 g/dL – nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0-10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5-7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa)< 6.5 g/dL <6.5 g/dL
Etiologi
Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
Perdarahan
Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Tanda Dan Gejala
Tanda gejala yang umum muncul pada penderita anemia adalah:
Lemah, letih, lesu dan lelah
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi.
Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
Gagal jantung,
Kejang.
Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
Daya konsentrasi menurun
Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang
Kadar Hb, hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serumPemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi. Menggunakan preparat besi oral: sulfat ferosus, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
BAB III
Tinjauan Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Pasien Dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali
Di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah
Denpasar
Hari/ tanggal : 13 Desember 2014
Jam : 18.00 wita
Tempat Pengkajian : Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah
Denpasar
DATA SUBJEKTIF
Identitas
Istri
Nama :Ny. Y
Umur :41 tahun
Agama :Islam
Suku/Bangsa :Papua/Indonesia
Pendidikan :SD
Pekerjaan :IRT
Alamat :Manokwari, Papua Barat
Suami
Nama :Tn. S
Umur :41tahun
Agama :Islam
Suku/Bangsa :Papua/Indonesia
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Swasta
Alamat :Manokwari, Papua Barat
Keluhan Utama
Ibu mengatakan lemah dan pusing sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Perkawinan
Ibu kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 25 tahun dengan suami sekarang sudah 16 tahun
Riwayat Haid
Menarche umur :14 tahun
Siklus :28 hari
Teratur/tidak :Teratur
Lamanya :4-5 hari
Bayaknya :2 kali ganti pembalut/hari
Dimenorhoe :Tidak ada
Riwayat Ginekologi
Perdarahan di luar haid : ya
Riwayat keputihan : ya
Riwayat adanya tumor pada payudara dan alat kandungan : ya
Riwayat Kesehatan
Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menular seksual seperti sifilis, HIV/AIDS, penyakit keturunan seperti asma, hipertensi, jantung dan diabetes mellitus. Ibu mengatakan dirinya menderta kanker serviks.
Keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, penyakit keturunan seperti asma, hipertensi, jantung dan diabetes mellitus. Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti dirinya.
Pola Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi
Makanan
Jenis yang dikonsumsi :
Nasi, Sayur yang dimasak seperti kol, labu, daun kates dll, lauk-pauk seperti ayam dan ikan, buah seperti kelengkeng, pepaya, mangga dll
Frekuensi : 3x sehari
Porsi : 1-2 piring
Pantangan : Tidak ada
Masalah : Tidak ada
Minuman
Jenis yang dikonsumsi : Air putih, sirup, susu, teh, kopi
Frekuensi : 6x sehari
Porsi : 1 gelas
Pantangan : Tidak ada
Masalah : Tidak ada
Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning kecoklatan
BAK
Frekuensi : 4-6x sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Khas (pesing)
Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekuensi Gosok gigi : 3x sehari
Frekuensi ganti pakaian : sesuai kebutuhan
Aktifitas
Ibu masih bisa melakukan pekerjaan rumah seperti biasa memasak, mencuci dan menyapu
Tidur dan Istirahat
Siang hari : 1 jam
Malam hari : 7-8 jam
Masalah : Tidak ada
Pola Seksual
Frekuensi : Tidak ditanyakan
Masalah : Tidak ada
Data Psikososial dan Spiritual
a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya: cemas
b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : Ibu merasa cemas
dengan penyakitnya
c. Ketaatan ibu beribadah : Ibu taat beribadah
d. Pengetahuan ibu terhadap penyakitnya : Petugas kesehatan
e. Lingkungan yang berpengaruh
Ibu tinggal bersama : Suami
Hewan Peliharaan : Tidak ada
f. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Bersama
g. Jumlah penghasilan keluarga : Cukup
h. Yang menanggung biaya perawatan penyakit : Suami
OBJEKTIF DATA
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan
Sebelum sakit : 65 kg
Saat sakit : 63 kg
Tinggi badan : 160 cm
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/m
Respirasi : 19 x/m
Temperatur : 37,0 ºC
Pemeriksaan khusus
Inspeksi
Kepala : Pertumbuhan rambut tampak merata, warna rambut hitam kulit kepala tampak bersih, tidak tampak berketombe dan tidak ada benjolan yang abnormal
Muka : Tampak pucat dan tidak tampak odema
Mata : Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak pucat dan sklera tidak tampak kuning
Telinga : Telinga tampak simetris, tidak ada pengeluaran serumen dan peradangan
Hidung : Hidung tampak bersih, tidak tampak sumbatan jalan nafas seperti polip dan tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : Tidak tampak sariawan, lidah tampak bersih dan gigi tidak tampak karies
Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis dan pelebaran/penyempitan kelenjar tiroid
Dada : Tampak simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi
Abdomen : Terdapat luka bekas operasi, tidak teraba massa
Tungkai : Tidak ada varises dan odema
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium:
Tanggal 03 Oktober 2014
Klinis : CA Cervix St. III B + Anemia sedang (N-N) Hb 6,86
Foto Thorax AP (kurang inspirasi, asimetris):
Ca : Besar jantug sulit dievaluasi
Pulmo : tidak tampak infiltrat/nodul. Corakan bronchovaskuler normal
Sinus pleura kanan kiri tajam
Diaphragma kanan kiri normal
Tulang-tulang : tidak tampak proses osteolitik/osteoblastik
KESAN:
Pulmo tidak tampak kelainan
Tidak tampak proses metastasis pada paru dan tulang
Foto BOF:
Tak tampak bayangan radioopaque di sepanjang traktus urinarius
Kontur ginjal kanan kiri tampak jelas
Psoas line kanan kiri simetris
Distribusi gas usus normal bercampur fecal material
Bayangan hepar dan lien tak tampak membesar
Tampak osteophyte VL 3,4,5 pedicle dan spatium intervertebralis baik
KESAN:
Tak tampak batu opaque di sepanjang traktus urinarius
Spondylosis lumbalis
Tanggal 13 Desember 2014
Laboratorium:
DL : (12/12)
HB : 8,5
HT : 26,6
WBC : 7,7 L
PLT : 324
Tanggal 16 Desember 2014
LIMIT SET
WBC 4.10-11.0
NEU 2.50-7.50 47.0-80.0 %
LEU 1.00-4.00 13.0-40.0 %
MONO .100-1.20 2.00-11.0 %
EOS 0.00-.500 0.00-5.00 %
BASO 0.00-.100 0.00-2.00 %
RBC 4.00-5.20
HGB 12.0-16.0
HCT 36.0-46.0
MCV 80.0-100.
MCHC 31.0-36.0
RDW 11.6-14.8
PLT 140.-440.
MPV 6.80-10.0
HASIL
WBC 9.89 10e3uL
NEU 8.28 83.7 %
LYM .952 9.62 %
MONO .602 6.09 %
EOS .017 .169 %
BASO 0.36 .360 %
RBC 3.67 10e6uL
HGB 10.1 g/dL
HCT 32.6 %
MCV 88.9 fL
LEU 27.6 pg
MCHC 31.1 g/dL
RDW 14.0 %
PLT 303. 10e3/uL
MPV 5.00 fL
ANALISA DATA
1. Diagnosa Kebidanan : Asuhan kebidanan pada pasien Ny.Y dengan
kanker serviks stadium III b + anemia ringan + pasca paxus carboplatin 6 seri + eksternal radiasi 3 kali
2. Masalah : perbaikan keadaan umum
3. Kebutuhan : KIE, health education, terapi dan tindakan
medis
PENATALAKSANAan
Menjelaskan pada ibu dan suami mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu dan suami memahami hasil penjelasan yang diberikan.
Memfasilitasi ibu untuk menempati ruangan yang telah disediakan, ibu telah menmpati ruangan yang disediakan.
Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dalam pemberian:
Dyphenhidramine 1 amp per IV sebagai premedikasi transfusi.
Dexamethasone 1 amp per IV sebagai premedikasi transfusi.
Paracetamol 500 mg 3x1 sebagai penurun panas dan anti nyeri
Transfusi PRC s/d HB 10,0 gr%
NaCL 0,9 % & per IV 20 tpm
Ibu setuju dengan perawatan yang akan diberikan.
Implementasi
NO
TANGGAL
IMPLEMENTASI
1
Sabtu, 13 Desember 2014
Pukul: 16.00 WITA
Melakukan Pemberian Transfusi:
-NaCL 0,9% Sebanyak 500 cc
-PRC 1 kolf sebanyak 250 cc
2
Sabtu, 13-12-2014
Jam: 18.00 WITA
Melakukan TTV:
S:
Ibu mengeluh badannya terasa lemas
O:
Keadaan umum ibu :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :120/80 mmHg
Nadi :84x/m
Respirasi :21 x/m
Temperatur :36,5ºC
A:
CA serviks stadium III B + anemia ringan + pasca paxus carboplatin 6 seri + pasca eksternal radiasi 9 kali
P:
Memberikan KIE dengan pasien dan kluarga mengenai pemberian terapi dan perawatan yag akan dilakukan
Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan tetang pemberian terapi
Pemberian infus NaCL 0,9% 20 tpm
Transfusi PRC s/d HB 10 gr% dengan premedikasi transfusi:
- Dyphenhidramine 1 amp per IV
Dexamethasone 1 amp per IV
Awasi tanda-tanda reaksi transfusi
3
Senin, 15 Desember 2014
Pukul: 18.00 WITA
Melakukan TTV:
S:
Ibu mengeluhkan badannya terasa lemas
O:
Keadaan umum ibu :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi :84 x/m
Respirasi :26 x/m
Temperatur :36,5ºC
A:
CA serviks stadium III B + anemia ringan + pasca paxus carboplatin 6 seri + eksternal radiasi 9 kali
P:
Mengawasi TTV pasien
Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan tetang pemberian terapi
Pemberian infus NaCL 0,9% 20 tpm
Transfusi PRC s/d HB 10 gr% dengan premedikasi transfusi:
- Dyphenhidramine 1 amp per IV
Dexamethasone 1 amp per IV
Awasi tanda-tanda reaksi transfusi
4
Rabu, 17 Desember 2014
Melakukan TTV
S:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
O:
Keadaan umum ibu :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi :80 x/m
Respirasi :20 x/m
Temperatur :36,6ºC
HB :10,1gr/dL (berdasarkan
pemeriksaan tanggal 16 Desember 2014)
A:
CA serviks stadium III B + anemia ringan + pasca paxus carboplatin 6 seri + eksternal radiasi 9 kali
P:
Mengawasi TTV pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir padasaluran servikal yang menuju kedalam rahim.
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Lemah, letih, lesu dan lelah, Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi, Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada), Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang), Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP, Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Dilakukan pemeriksaan pada Ny. Y dengan CA Serviks stadium III B + anemia ringan + pasca paxus carboplatin 6 seri + eksternal radiasi 9 kali. Diagnosis ini didapatkan dari pengkajian secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien. Keadaan umum: Baik, Berat badan Sebelum sakit: 65 kg, Saat sakit: 63 kg, Tinggi badan: 160 cm, Tekanan Darah :110/70 mmHg, Nadi :84x/m, Respirasi :18 x/m, Temperatur :37,0ºC. Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dalam pemberian terapi: pemasangan Infus NaCL 0,9% 20 tpm per IV. Kemudian dilakukan pemberian Transfusi PRC 250 cc 1 kolf per IVdengan premedikasi Dypenhidramine 1 ampul per IV dan Dexamethasone 1 amp per IV. Perawatan sehari-hari dilanjutkan hingga kedaan uum ibu membaik.
Pasien diberikan terapi hingga Hb meningkat menjadi 10,0 gr/dL. Setelah keadaan pasien membaik pasien diperbolehkan pulang, sesuai dengan advis dokter. Terdapat kesamaan antara teori dengan praktik. Sehingga didapatkan bahwa tidak ada perbedaan dan hasil akhir pasien dengan tindakannya memuaskan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Mahasiswa telah mampu melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Mahasiswa telah melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Mahasiswa telah menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara subjektif dan objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Mahasiswa telah dapat melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan setelah mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif maupun objektif kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh kegiatan pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar.
Saran
Bagi Instansi Pelayanan
Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi secara objektif tentang pasien dengan Kanker Serviks Stadium III B + Anemia Ringan + Pasca Paxus Carboplatin 6 Seri + Eksternal Radiasi 9 Kali sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu hamil dengan masalah serupa.
Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan lebih luas untuk penelitian selanjutnya.
Bagi Pembaca Lain
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan ataupun referensi dalam melakukan pembelajaran baik secara teori maupun praktik.
Bagi pasien
Diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami lebih jauh engenai penyakit yang di derita olehnya, dan dapat meningkatkan kesadaran dalam perawatan dirinya secara khusus sehingga dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.; Ilmu Kebidanan.; Edisi Keempat, Penerbit Tridasa Printer; Jakarta 2012.
Prawirohardjo, Sarwono.; Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.; Edisi Pertama Cetakan Ketiga, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2009.