LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SOLID
Disusun oleh: Ulfah Nurhasanah
14334031
Wildan
143340..
Arimbi Wulandari
14334081
Lazuardi Rizaldi
14334083
Nipa BR. Manik
1533472
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya berhasil menyelesaikan laporan praktikum ini. Diharapkan laporan praktikum ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Tiada gading yang tak retak, saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen saya yaitu Ibu selaku Dosen Mata Kuliah Teknologi solid dan pembimbing praktikum teknologi solid yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun laporan ini dengan baik. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jakarta, 01 januari 2017
Penulis
1
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan,tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsurunsur aktifnya. Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet harus melepaskan zat berkhasiat ke dalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan. Tablet hanya memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat tablet yang baik. 2. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi tablet sesuai dengan ketentuan. 3. Untuk mengetahui apakah tablet yang dibuat sudah memenuhi persyaratan atau tidak.
2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1
Teori Sediaan
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (FI IV, 1995). Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau bahan tambahan. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, dan ketebalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa. Tablet lain yang penggunaanya dapat cara sublingual, bukal, atau melalui vagina. Bentuk luar tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat transportasi dan penyimpanan. Jenis tablet dan penggunaannya : Tablet peroral, tablet oral, meliputi tablet hisap, sublingual
dan
buchal, tablet
parenteral, meliputi
tablet
injeksi
dan tablet
implantasi. Serta tablet untuk penggunaan luar meliputi tablet larut, mata, vaginal, dental resorpsi kerja lokal dipermukaan tubuh dan lubang-lubang tubuh. (Voiqt,1984) Syarat – Syarat Tablet :
1. Memenuhi keseragaman ukuran 2. Memenuhi keseragaman bobot 3. Memenuhi waktu hancur 4. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat 5. Memenuhi waktu larut (dissolution test) Kriteria Tablet :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan 2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil 3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik 4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan 5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan 3
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan 7. Bebas dari kerusakan fisik 8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan 9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tert entu 10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
Komponen Tablet
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat dihasilkan tablet yang baik. Komponennya terdiri dari : 1. Zat Aktif Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik. Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik setelah terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar suntuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. Zat Tambahan Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan. Bahan tambahan tablet antara lain adalah : a. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah formulasi tablet untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
4
Contoh, interaksi basa atau garam - garam amin dengan laktosa dan alkali basa yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis, oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain. b. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet. Pengikat dapat dibagi 2 :
Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering. Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
Acasia 2 - 5 %
Derivat selulosa 1 - 5 %
Sukrosa 2 - 25 %
Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan:
Derivat selulosa 1 – 5 %
Gelatin 1 – 5 %
Pasta amylum 1 – 5 %
Natrium alginat 2 – 5 %
c. Bahan Penghancur Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
Jika kontak dengan air akan mengembang sehingga volume tablet membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa.
Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat.
5
Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao.
d. Bahan Pelicin (Lubricant) Bahan pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum. (Anief, M., 2005) e. Bahan Pelincir (Glidant) Adalah bahan yang digunakan untuk memudahkan agar tablet dapat masuk ke mesin tablet sewaktu proses pencetakan. Salah satu contoh bahan pelincir yaitu magnesium stearat.
Metode pembuatan granul dan tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran atau kemampuan kempa. Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (capping) (Anief, M., 2005). Cara pembuatan granul ada 2 macam : 1. Cara Basah Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40 ⁰50⁰. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet. 2. Cara Kering Dikerjakan sebagai berikut: Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar (sugging,setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet. (Anief,Moh.,IMO,1988) Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus mempunyai sifat-sifat yang baik, yaitu :
6
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan, transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan uji friabilitas. 2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu hancur dan uji disolusi. 3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman kandungan. 4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain yang menunjukkan identitas produk. 5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten (Anonim, 2005)
Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih 2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis 3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan; 4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil. Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa kerugian, antara lain: 1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar/pingsan) 2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa)
7
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
Langkah Mendesain Tablet
Mengubah bahan menjadi suatu sediaan (transformasi) memerlukan pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sikap yang tidak mudah. Pengetahuan diperlukan untuk mendukung dan mempermudah penerapannya
melalui teknologi menggunakan
keterampilan yang tinggi dan dengan suatu sikap atau kesadaran mendalam tentang bagaimana pentingnya barang farmasi digunakan dalam bidang kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat merubah bahan menjadi bentuk sediaan farmasi adalah ilmu farmasetika dan teknologi farmasi. Satu hal yang penting diingat adalah bahwa desain sediaan harus dilakukan dengan sistematis berdasarkan pertimbangan kriteria atau syarat sediaan, informasi mengenai bahan yang ada, sarana/prasarana yang tersedia, dan pertimbangan ekonomi. Tahap desain sediaan padat yang umum dilakukan adalah sebagai berikut : 1.
Pengkajian kelayakan bisnis Langkah ini pada dasarnya adalah untuk menganalisa apakah secara bisnis/ekonomi pembuatan tablet ini dapat memberikan nilai ekonomis bagi produsennya. Berbagai cara dilakukan untuk melaksanakan pengkajian kelayakan bisnis, termasuk kondisi pasar dan pemasaran yang ada dan berhubungan dengan produk tablet sejenis.
2.
Pengkajian praformulasi bahan aktif Merupakan upaya untuk mengenal secara baik bahan yang akan dipakai, untuk mempersiapkan formula, proses pembuatan dan sekaligus untuk memberikan arahan apa yang harus dilakukan untuk menegakkan mutu dan pengawasannya.
3.
Pengkajian user /organ target Tahapan ini adalah tahapan untuk memastikan bahwa obat yang akan dirancang adalah untuk pemakaian dengan kelompok umur berapa, untuk jenis kelamin apa, dan untuk pemakaian di organ tubuh yang mana.
4.
Pengkajian dasar sediaan, sediaan dasar, sediaan jadi Tahapan ini diperlukan untuk mempertimbangkan selain bahan aktif, bahan dasar/pengisi apa yang diperlukan untuk memperoleh sediaan yang baik, atau sediaan serbuk seperti atau untuk karakteristik apa yang akan dibuat sehingga 8
memudahkan untuk mengempa menjadi tablet sebagai sediaan jadi. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan dan diperhatikan sifat granul yang baik untuk pembuatan tablet. 5.
Praformulasi – formulasi – pascaformulasi Tahapan ini adalah menghubungkan antara tahapan praformulasi diatas, dengan keadaan dilapangan pada saat formulasi, misalnya apakah tersedia kapasitas mesin, ruangan, atau alat uji mutu. Demikian juga apakah prosedur yang dirancang sudah mempertimbangkan apakah pembuatan skala besar dapat dilaksanakan. Pada tahap ini juga perlu dipikirkan kegiatan apa saja yang harus dilakukan pada saat produk jadi (tablet) sudah selesai dikemas dan siap didistribusikan. Misalnya apakah diadakan pengujian stabilitas selama proses distribusi atau apakah perlu dilakukan monitoring terhadap pengguna tablet setelah beberapa tahun dimasyarakat.
6.
Uji kaji – stability test Tahapan ini pada dasarnya adalah kegiatan untuk memastikan apakah semua bahan dan peralatan, metode, proses dan hasil setiap tahap sudah dilakukan dengan baik dan benar. Pengujian dilakukan beberapa kali sedemikian rupa sehingga hasil percobaan dalam skala laboratorium dapat diimplementasikan dalam skala produksi. Disamping
itu
juga
dilakukan
uji
stabilitas,
untuk
mengetahui
apakah
karakteristik/mutu tablet yang dihasilkan tidak berubah selama dalam kondisi penyimpanan, pendistribusian maupun jelang dipakai konsumen. Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan karakteristik yang terjadi dalam kondisi temperatur tertentu, tekanan fisik, pemaparan terhadap cahaya ataupun kelembaban. Untuk mengetahui apakah dalam waktu yang lama (misal 3 tahun) tablet dihasilkan stabil, tentunya terlalu lama waktu pengamatan yang dibutuhkan. Biasanya dilakukan pengujian yang dipercepat, antara lain dengan melakukan pengujian dalam temperature yang ditingkatkan, misalnya 45 – 50°C. Dengan suhu penyimpanan tersebut selama 3 bulan dapat meramalkan kondisi 2 – 3 tahun kedepan. 7.
Uji kaji – test pasar Pengujian sediaan atau produk jadi dipasar, terutama dilakukan untuk mengamati apakah dokter, apoteker maupun tenaga kesehatan lain serta masyarakat dapat menerima kehadiran produk tablet tersebut. Tahapan ini biasa dilakukan dengan teknik penelitian khusus yang disebut
9
Langkah Membuat Tablet
Berikut ini disampaikan tahapan pembuatan granul dan sekaligus sampai dengan pengempaan dengan cara kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering : No
Kempa langsung Granulasi basah 1
Granulasi basah 2
Granulasi kering
1
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan Bahan baku
Bahan baku zat
Bahan baku zat
Bahan baku zat
zat aktif meliputi :
aktif meliputi :
aktif meliputi :
aktif meliputi :
Kadar air
Kadar air
Kadar air
Kadar air
Sudut henti
Sudut henti
Sudut henti
Sudut henti
Tap density
Tap density
Tap density
Tap density
Bulk density
Bulk density
Bulk density
Bulk density
DUP
DUP
DUP
DUP
2
Penimbangan
Penimbangan
Penimbangan
Penimbangan
3
Penghalusan
Penghalusan
Penghalusan
Penghalusan
4
Pencampuran
Pencampuran
Pencampuran
Pencampuran I
padat
padat
Pembuatan
Penambahan
larutan pengikat
larutan pengikat
Pencampuran
Granulasi (mesh 6 Granulasi (mesh 14 – 20 )
hasil 3 & 4
– 12)
Granulasi
(mesh Pengeringan
5
6
7
Pengempaan
6 – 12) 8
Pengempaan (slugging)
Pencampuran/lubrikasi pengempaan
Pengeringan
Granulasi
(mesh
14 – 20 ) 9
Granulasi
(mesh Pencampuran/lubr
14 – 20 ) 10
ikasi pengempaan
Pencampuran/lub rikasi pengempaan
Tahap ini dilakukan melalui : 1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
10
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan untuk bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat karakter sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya. 2. Pengumpulan informasi dan literature terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau buku referensi lain.
Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam hand book of exipient.
Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau factor yang terkait dengan aspek fisika, kimia, biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat. 4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau tujuan yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari parameter/persyaratan yang ada, ada alternative pemecahan masalah yang ada atau alternative langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu. 5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan formula yang baik dan benar.
Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet apa yang akan dipakai.
Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan awal, bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa yang harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur. Langkah Evaluasi Granul dan Tablet
a. Pengawasan mutu sebelum proses ( in coming process)
11
-
Bahan aktif, yang dievaluasi mencakup kadar, identifikasi cemaran, sifat fisik, dan sifat kimia.
-
Bahan tambahan, yang dievaluasi mencakup sifat fisik, sifat kimia, dan ketercampuran.
b. Pengawasan mutu dalam proses (in process control ) -
Granul, yang dievaluasi mencakup homogenitas, distribusi ukuran partikel, kadar air atau kelembaban, kompresibilitas, dan sifat aliran.
-
Tablet, yang dievaluasi mencakup bobot rata-rata, kekerasan, stabilitas fisik dan waktu hancur.
c. Pengawasan mutu setelah proses ( end process control ) Dasar Untuk Evaluasi Agar Memenuhi Syarat a.
Kriteria/syarat yang ada dalam definisi Farmakope Contoh : Tablet harus memenuhi syarat : sediaan padat, kompak, bentuk tertentu, mengandung bahan aktif yang seragam, bahan aktif dapat dilepaskan dari sediaan.
b.
Ketentuan tentang sediaan, khususnya tablet yang ada dalam Farmakope Contoh : Keragaman bobot, keseragaman kandunganb, waktu hancur, laju disolusi, keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, dan friabilitas.
c.
Ketentuan tentang sediaan, khususnya tablet yang ada di masing – masing industry. Disamping memenuhi syarat Farmakope, biasanya industry juga menambahkan persyaratan lain seperti : warna, aroma, rasa, dan tanda/logo yang ada pada tablet
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah : 1. Uji Penampilan Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar, permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll. 2. Uji Keseragaman Ukuran Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka sorong dan mengukur ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet
12
tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet. 3. Uji Kekerasan Tablet Dilakukan dengan cara 20 tablet secara acak diuji satu per satu menggunakan hardness tester dinyatakan dalam kg/cm 2. Syarat kekerasan tablet :
Tablet kecil
: 3 – 5 kg/cm2
Tablet besar
: 5 – 10 kg/cm2
Tablet umum : 4 – 8 kg/cm 2
Tablet kunyah : 4 – 7 kg/cm2
Tablet hisap
: 4 – 12 kg/cm2
4. Uji keseragaman Bobot Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu. Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak sat upun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B. 5. Uji Waktu Hancur Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet. Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.
Cara Pembuatan Obat yang Baik
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah system yang memastikan produk dibuat dan dikontrol secara konsisten sesuai kualitas standar. Dibuat untuk meminimalkan resika pada produk farmasi yang tidak dapat disingkirkan lagi saat produk diuji saat sudah jadi. Resiko utama adalah kontaminasi, menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian, label yang tidak benar, bahan aktif yang terlalu sedikit atau banyak, berakibat pengobatan tidak efektif atau menimbulkan efek samping. CPOB meliputi semua proses produksi mulai dari bahan awal, tempat, dan alat sampai pelatihan dan kebersihan dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses produksi adalah komponen penting yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari produk.
13
2.2
Bahan Aktif dan Bahan Tambahan Lembar Kerja Pengkajian Praformulasi
BAHAN AKTIF NO I 1 2 3 II 1 2 3 III 1 2 3 IV 1 2 3 4 5 6 V 1 2 3 VI 1 2 3 VII 1 2 3 4
INH SIFAT
SIFAT ORGANOLEPTIS Warna Bau Rasa KEMURNIAN Kadar bahan aktif Kadar air Kadar cemaran...... SIFAT PARTIKEL Distrib. Ukuran partikel Permukaan Luas permukaan SIFAT DALAM LARUTAN Kelarutan dalam air Kelarutan dalam alkohol Kelarutan dalam asam Kelarutan dalam basa pH larutan...% / air) Ksp DISOLUSI Disolusi instrinsik Disolusi partikulat Prakiraan laju disolusi PARAMETER ABSORBSI Koef. Partisi (minyak/air) Konst. Ionisasi Kecepatan menembus membran SIFAT KRISTAL & POLIMORFISA Bentuk-bentuk kristal Bentuk vs stabilitas Bentuk vs bioavailabilitas Bentuk vs sifat granul/tablet
DOSIS LAZIM PENGAMATAN
Putih Kristal Tidak berbau Agak pahit -
Larut dalam air Larut dalam alcohol -
-
-
14
100-400mg
DIINGINKAN
MASALAH
REKOMENDASI
No
SIFAT
VIII
STABILITAS
1
Stabilitas Padat
2
Ketercampuran b.tambahan Stabilitas dalam larutan Cara penyimpanan
3 4
PENGAMATAN
DIINGINKAN
Suhu ruangan terlindung dari cahaya
IX 1
FARMAKOLOGI Indikasi
2
Dosis maksimum/toksik
3
Cara penggunaan
Oral
4
Tempat absorbsi
Jaringan tubuh
5
Waktu paruh
30 – 100 menit
6
Efek samping
Mual, muntah, konstipasi
7
Interaksi obat
Obat yang dapat berinteraksi
Anti tuberkulosis
dengan isoniazid : diazepam, glimepiride, levodopa, carbamazepin 8 X 1
Interaksi bahan lain/makanan SIFAT LAIN-LAIN Bulk density
Alkohol
Volume serbuk= 84 ml Berat jenis awal =
2
Tap density
Volume serbuk =58 ml Berat jenis akhir =
3
Higrokospisitas/kadar air
50 = 0,82 g/ml 6
50 = 0,86 g/ml 58
1) Hitung susut pengeringan : Berat basah – Berat kering X100% Berat basah
=
24,45−24,45 X 100% 24,45
=0% 2) Hitung kadar uap : Berat basah – Berat kering X100% Berat kering
=
24,45−24,45 X 100% 24,45
=0%
4
Kecepatan aliran
Mudah Mengalir
5 6
Sudut henti Kompresibilitas
27,11º Kompresibility
15
MASALAH
REKOMEN DASI
:
Tap−Bulk x 100% Tap
:
086−0,82 x 100% = 1,04 % 0,86
(excellent)
Hasil pengkajian Praformulasi No 1
Masalah Susut pengeringan kecil
Pengkajian Rekomendasi Mudah teroksidasi oleh Ditambahkan zat cahaya, sehingga dapat tambahan yaitu zat merubah warna dari pengikat (amylum) isoniazid Lakukan granulasi / Ditambahkan zat tambahkan bahan tambahan yaitu zat tambahan yang besar pengisi (amylum)
2
Distribusi ukuran partikel terlalu kecil
3
Sifat INH yang Dibuat dengan mudah yang mudah menggunakan granulasi larut dalam air basah
16
Dengan menambahkan zat tambahan yaitu zat pelincir (Mg Stearat)
Keputusan Untuk memperpanjang waktu hancur
Dapat mengalami deformasi yang plastis di dalam pencetakan sehingga penggunaannya sebagai bahan pengisi tablet sangat menguntungkan, selain itu memiliki sifat alir yang baik Karena zat aktif ini terurai perlahan-lahan oleh udara dan cahaya maka digunakan granulasi basah
REKOMENDASI HASIL PENGUJIAN PRAFORMULASI Kebutuhan Perlu pengisi? Perlu Perlu pengikat ? Perlu Perlu penghancur ? Perlu Perlu pelincir ? Perlu Perlu pewarna ? tidak perlu Perlu pemanis ? tidak perlu Perlu pengaroma ? tidak perlu Perlu anti aderent ? Perlu Perlu Pengawet ? tidak perlu Metode yang cocok ?
Rekomendasi
Amylum Pasta Amylum Avycel pH 102 Mg Stearat Talcum Granulasi basah
Zat aktif a. Zat aktif
Isoniazid (Dirjen POM. 1979 : 320) Nama Resmi :
Isoniazum
Nama Lain RM/BM Pemerian
: Isoniazid, INH, Isonicotinic Acid Hydrazide, INAH : C6H7 N3O / 137,14 : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit, terurai perlahan oleh udara cahaya. : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%P) sukar larut dalam klororom, dan dalam eter P. : Tuberkulostatik (zat aktif) : Anti Tuberkulosa : 10 mg / kg : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya : Terapi penyembuhan Tuberkulosa dalam kombinasi dengan obat Tuberkulosa lain. (MIMS. 2010 : 247). : Hipersensitif terhadap INH, penyakit hati, hepatitis, neuritis perifer. : Direkomendasikan seperti gula : Glukosa, fruktosa, sukrosa, tidak digunakan dalam Isoniazid syrup. (Martindale 36.2009:288) : Pada suhu 20 – 30oC, ditempatkan umumnya pada suhu <15oC.
Kelarutan Kegunaan Khasiat Dosis Penyimpanan Indikasi Kontraindikasi Incompatibility
Stabilitas
Bahan tambahan 1) Magnesium stearat
Rumus Struktur : [CH 3{CH2}56COO]2Mg 17
Fungsi : Lubrikan
Pemerian : Serbuk sangat halus, agak putih, memiliki bau dan rasa seperti asam stearat. Serbuk mudah melekat di kulit.
Aplikasi dalam formulasi : Magnesium stearat digunakan secara luas pada formulasi kosmetik, makanan dan farmasi. Penggunaan utamanya sebagai lubrikan pada pembuatan kapsul dan tablet pada konsentrasi antara 0.25 % - 5 % b/b. Magnesium stearat juga digunakan pada krim pelindung.
2) Amylum
Fungsi : bahan penghancur dan pengisi
Pemerian : serbuk sangat halus, puyih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95%
3) Avicell
Nama Lain
: Avicell
Pemerian
: Serbuk berbentuk putih atau hampir putih, serbuk tidak berbau, tidak berasa dengan ukuran partikel yang bervariasi dengan ukuran yang baik atau serbuk granul tebal, kasar, halus, maupun tidak mengalir.
Kegunaan
: Sebagai penghancur.
Kelarutan
: Sebagai expient
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Income
: Terhadap badan pengoksidasi kuat
Range
: Pengikat
5 – 25%
Penghancur
5 – 15%
Peluncur
1 – 2%
4) Talcum
Fungsi : anti adherent
Pemerian : serbuk, hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut 18
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1.
Formula dan jumlah komponen yang digunakan
Metode
: Granulasi basah
Besarnya Batch
: 500 batch
Bobot per tablet
: 0,5g Pemakaian Bahan
No.
Fungsi Bahan
Nama Bahan Lazim
%
Per Tablet
Per Batch
1
Bahan Aktif
INH
100-400 mg
3%
300mg
150g
2
Pengikat
Amylum
2-5%
3%
15mg
7,5g
Luar : 2%
Luar : 10mg
Luar : 5g
Dlm : 3%
Dlm : 15mg
Dlm : 7,5g
20%
10mg
5g
25%
125mg
62,5g
5%
25mg
12,5g
500mg
250g
3
Penghancur
Avicel pH 102
4
Anti Adherent
Talkum
5
Pengisi
Amylum
6
Lubricant
Mg Stearat
3-10%
1-10%
0,2-5%
Jumlah total :
3.2
Alat dan perlengkapan yang diperlukan
1. Timbangan gram
8. Alat ukur kadar air
2. Mixer
9. Gelas ukur 100 ml
3. Granulator
10. Jangka sorong
4. Mesin Kempa Tablet
11. Alat penetapan kadar
5. Mortir
12. Friabilator Roche
6. Sieving Analyzer
13. Disintegration tester
7. Alat ukur sudut henti / sifat
14. Oven
aliran
15. Hardness tester
19
3.3
Prosedur dan Instruksi Kerja Pembuatan Sediaan
Berikut Instruksi Kerja yang digunakan untuk pembuatan sediaan : 1. Penimbangan Bahan Baku 2. Penghalusan 3. Pencampuran I 4. Pengempaan (slugging) 5. Granulasi (mesh 14 – 20) 6. Pencampuran / lubrikasi 7. Pengempaan Catatan : Instruksi kerja secara terperinci terlampir
3.4
Prosedur dan Instruksi Kerja Pemeriksaan Mutu
Berikut Instruksi Kerja yang digunakan untuk pemeriksaan mutu sediaan : 1. Pengujian Mutu Bahan Baku 2. Pengujian Mutu Granul 3. Pengujian Mutu Tablet Catatan : Instruksi kerja secara terperinci terlampir
3.5
Bentuk dan isi penandaan dan kemasan
Bentuk dari tablet yang diinginkan adalah bentu bulat pipih dengan diameter mm dan tebal tablet mm. Tablet yang diinginkan berwarna putih. Kemasan yang digunakan adalah botol plastik dengan isi 100 tablet. (terlampir )
3.6
Jadwal pelaksanaan praktikum
Jadwal pelaksanaan praktikum pada bulan Januari - Februari 2017 yang bertempat di laboratorium Farmasetika Dasar dan Teknologi Farmasi Fakultas MIPA Program Studi Farmasi ISTN Jakarta
20
BAB IV PROSEDUR DAN HASIL KEGIATAN 4.1 Tahapan kerja yang benar-benar dilaksanakan dan didokumentasikan
1. Pengujian mutu bahan aktif meliputi Organoleptik, Distribusi Ukuran Partikel (DUP), Sudut Henti; kadar air dan Kompresibilitas 2. Penimbangan bahan baku dan bahan tambahan 3. Pencampuran awal 4. Granulasi 5. Pengayakan granulat sehingga didapatkan ukuran granulat yang diinginkan 6. Pengujian mutu granul
meliputi Distribusi ukuran partikel (DUP); Sudut Henti;
kadar air dan Kompresibilitas. 7. Pengempaan. 8. Pengujian mutu tablet meliputi organoleptis tablet, keragaman bobot, friabilitas/ keregasan, ukuran tablet, kekerasan tablet.
*Data terlampir
21
BAB V PEMBAHASAN
Pembuatan sediaan farmasi terdiri dari tahap, mulai dari pengkajian praformulasi, formulasi sediaan, produksi atau pembuatan dan evaluasi sediaan. Pembuatan sediaan tablet dimulai dengan pengkajian praformulasi bahan baku. Pengkajian praformulasi ini penting dilakukan dalam formulasi sediaan karena melihat sifat fisikokimia bahan, ketercampuran dengan bahan tambahan, sifat farmakologi, farmakokinetika, farmakodinamika dan hal lainnya yang akan mempengaruhi kualitas produk akhir dari segi penampilan, efikasi, dan keamanannya. Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan praktek pembuatan tabet isoniazid dengan metode granulasi basah, dikarenakan zat aktif isoniazid ini merupakan serbuk hablur yang mudah larut dalam air sehingga cocok untuk metode granulasi basah. Pada pembuatan granulasi basah ini dilakukan dengan pencampuran zat aktif, penghancur, pengisi yang kemudian dibasahi dengan larutan pengikat. Setelah itu diayak hingga terbentuk granul, lalu ditambah zat pelicin dan lubrikan kemudian dicetak. Pada saat dilakukan evaluasi tablet, ukuran tablet yang kami peroleh tidak memenuhi syarat. dimana syarat tersebut adalah “kecuali dikatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 1
3x dan tidak kurang dari 1 3 tebal tablet” sedangkan tablet yang kami peroleh memiliki diameter melebihi 3x tebal tablet. Ini bisa disebabkan karna kurangnya ketelitian pada saat pengerjaan. Selain itu, tablet kami juga tidak memenuhi syarat pada uji keseragaman bobot dan kekerasan. Tablet yang kami hasilkan mudah hancur, ini dapat diakibatkan karena kesalahan pada saat penyimpanan dan factor lingkungan yang lembab/basah sehingga menyebabkan tablet kami menjadi lembab dan rapuh. Sedangkan untuk friabilitas tablet kami adalah 0,46% yang artinya baik / memenuhi syarat, karena friabilitas yang dapat diterima adalah kurang dari 1%.
22
BAB VI PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan 3 cara umum yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Dalam pembuatannya, tablet yang baik harus memenuhi persyaratan yang tertera pada literature s eperti Farmakope Indonesia. Dapat dilakukan penambahan zat lain / zat tambahan seperti pengikat, penghancur, lubrikan dan lainnya untuk memperbaiki sifat zat aktif dalam pembuatan tablet. Pada percobaan kali ini , tablet yang dibuat tidak memenuhi beberapa persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar dari
Farmakope
Indonesia,
sehingga
tujuan
pembuatan
tablet
yaitu
untuk
menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi dan keamanan belum tercapai.
23
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Jakarta.Indonesia Departemen Kesehatan Indonesia.
Republik Republik
Indonesia.1979.
Farmakope
Indonesia.1995. Farmakope
Indonesia
Indonesia
IV .
III .
Jakarta.
Kasim,F. 2011. Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Solid . Institut Sains dan Teknologi Nasional Program Studi Farmasi. Jakarta.
24