Pendahuluan HAIs (Healthcare Associated Infections) atau infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan merupakan masalah terutama di rumah sakit besar yang merawat pasien dengan beragam jenis penyakit. Pengendalian HAIs merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. Pencegahan kejadian HAIs harus diupayakan sedapat mungkin, antara lain dengan menerapkan tindakan aseptic dan membiasakan perilaku higienis pada petugas kesehatan serta pelaksanaan surveilans. Surveilans sebagai salah satu program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) harus dilaksanakan untuk memantau mutu pelayanan. Data dasar infeksi rumah sakit yang didapatkan dari hasil surveilans dapat dijadikan bahan untuk mengukur keberhasilan program PPI.
II.
Tujuan Survey 1. Memperoleh data dasar 2. Menilai standar mutu RS 3. Menilai Keberhasilan suatu program PPI
III.
Hasil Surveilans dan Analisis Data yang dikumpulkan dianalisa untuk mengetahui angka kejadian HAIs di RSUD Embung Fatimah Kota Batam meliputi Infeksi Luka Operasi (ILO), Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien dengan kateterisasi urethra, phlebitis pada pemasangan infus dan dekubitus pada pasien tirah baring. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP) belum dapat dilakukan karena keterbatasan pemeriksaan terutama dalam hal pengambilan specimen dan kultur. Insidens Rate HAIs dan infeksi lainnya secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
Angka insidens rate ILO SC mengalami peningkatan dari 0 % di bulan Juli menjadi 3,4 % dibulan Agustus dan 3,8 % di bulan September. Ditemukan kasus hanya pada kategori risk 0 berdasarkan jumlah kasus yang didapat dari laporan kunjungan kontrol poli kebidanan. Sedangkan untuk operasi Appendiktomi tidak ditemukan kasus infeksi luka operasi dari bulan Juli-September. Analisa kuman penyebab ILO dan penggunaan antibiotic yang rasional belum dapat ditentukan dikarenakan belum adanya fasilitas mikrobiologi untuk kultur kuman penyebab. Lingkungan ruang operasi dan adekuatnya sterilisasi instrument belum dapat ditentukan karena indikator biologi belum dapat dilakukan.
Insidens Rate secara keseluruhan (seluruh ruang perawatan) mengalami penurunan dibulan Agustus namun meningkat lagi di bulan September. Tingginya angka pada ruangan Perinatologi dan Bougenville terutama dikarenakan banyaknya penggunaan cairan infus dan obat dengan osmolaritas tinggi dan molekul besar seperti KCL, Calsium Glukonas dan Nacl 3 %. Jumlah pelatihan pemasangan dan perawatan infus belum dilakukan semua untuk perawat yang terlatih dan selanjutnya untuk dikoordinasikan bersama tim PMKP.
Rencana dan Tindak Lanjut Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dalam hal surveilans maka komitmen bersama dalam pelacakan dan penegakan HAIs perlu ditingkatkan. Rekomendaasi khusus diberikan sebagai berikut: 1. Penemuan, pencatatan dan pelaporan kasus ILO, ISK, IADP, VAP dan HAP perlu terus ditingkatkan untuk data dasar pelaporan ke PMKP dan Direktur untuk diambil solusi terbaik. 2. Perlunya peran aktif Komite PPI dan ketaatan IPCLN yang belum berjalan dengan baik dalam hal pencatatan dan pelaporan. 3. Untuk mengoptimalisasikan analis data yang sudah didapatkan pemeriksaan kultur harus dan perlu dilaksanakan sehingga pola kuman penyebab HAIs dan penggunaan antimikroba yang rasional dapat dilakukan. 4. Prinsip aseptik selalu diterapkan dalam tindakan dan perawatan pasien operatif, pemasangan kateter dan infus sesuai SPO. 5. Meningkatkan perhatian pada bundle IV line yaitu kebersihan tangan, aseptic kulit saat insersi, perawatan iv line. 6. Perlunya penggunaan CVC untuk penggunaan cairan dan obat dengan osmolaritas tinggi dan molekul besar agar terhindarnya pasien dari phlebitis.