PROGRAM SURVEILANS HAIs
JEUMPA HOSPITAL Jl. B. Aceh - Medan KM.220 NO.102 Gp. Geulanggang Baro, Kecamatan Kota Juang, Kab. Bireuen Telp : 0644 324150 ACEH – INDONESIA
PROGRAM SURVEILANS HAIs JEUMPA HOSPITAL TAHUN 2017 I.
PENDAHULUAN Surveilans adalah pengumpulan data kesehatan yang penting secara terus menerus sistematis, analisis dan interpretasi dan dideminasikan kepada pihakpihak yang berkepentingan secara berkala untuk digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu tindakan pelayanan kesehatan. Salah satu dari program PPI adalah kegiatan surveilans. Kegiatan surveilans merupakan aktifitas yang penting dan luas dalam program PPI. Kegiatan surveilans harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan program PPI. Kegiatan surveilans harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan program PPI. Surveilans digunakan untuk mencari masalah yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan keselamatan pasien. National Nosocomial Infection Surveillance System ( NNIS ) dilakukan sejak 1970 oleh CDC. Kegiatan surveilans dapat menurunkan rate infeksi nosokomial. Di Amerika Serikat rate infeksi turun sekitar 32 % sedangkan di Jeumpa Hospital tahun 2014 – 2016 menurunkan rate infeksi nosokomial sekitar 40 %.
II.
LATAR BELAKANG Surveilans infeksi nosokomial merupakan salah satu tugas dari seorang IPCN, dimana dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai surveilor IPCN melakukan kunjungan klinik ke pasien untuk melakukan pengumpulan data, data yang sudah di peroleh selanjutnya diolah, dianalisa dan diinterpretasikan untuk kemudian dievaluasi kembali. Oleh sebab itu IPCN bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan surveilans infeksi nosokomial. Surveilans dibutuhkan untuk mengukur hasil jadi ( outcome ) dalam proses perawatan secara menyeluruh dan penyampaian kondisi yang ditemukan dalam upaya perbaikan. Selain itu merupakan komponen penting dalam menekan angka kejadian tidak diinginkan misalnya infeksi rumah sakit. Surveilans juga diperlukan untuk mendapatkan gambaran kuantitatif jumlah kejadian secara tepat sehingga dapat menilai kemajuan yang ada.
III. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS. A. Tujuan Umum. Untuk mendapatkan data HAIs yang akurat sehingga dapat diambil tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya B. Tujuan Khusus 1. Menurunkan
angka infeksi spesifik dirumah sakit (insidens atau
prevalens) 2. Mendapatkan data dasar infeksi di rumah sakit 3. Mengidentifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) 4. Untuk mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di rumah sakit 5. Meningkatkan mutu pelayanan pada pasien IV.
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN. A. Kegiatan Pokok. Mengurangi angka infeksi yang terjadi di Jeumpa Hospital seperti : o o o o o o o B.
Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Infeksi Saluran Kemih (ISK) Hospital Acquired Pneumonia (HAP) Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Infeksi Daerah Operasi (IDO) Flebitis Dekubitus
Rincian Kegiatan IPCN dibantu IPCLN menghitung dan mencatat kejadian IADP, ISK, HAP, VAP, IDO, Flebitis dan dekubitus serta infeksi rumah sakit lainnya baik jumlah hari pemasangan maupun jumlah pasien yang terkena kemudian data direkap. Setiap infeksi mempunyai kriteria tersendiri dan rumus yang digunakan.
V.
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN. 1.
Setiap hari IPCN dibantu IPCLN mencatat kejadian IADP, ISK, HAP,
2.
VAP, IDO, Flebitis dan dekubitus. Perhitungan IADP, ISK, HAP, VAP, IDO, Flebitis dan dekubitus setiap
3. 4.
bulan Laporan setiap triwulan IPCN membuat evaluasi program pelaksanakan surveilans setahun sekali.
VI. SASARAN 1. Infeksi Aliran Darah Primer : <5‰ 2. Infeksi Saluran Kemih : <5‰ 3. Hospital Acquired Pneumonia : < 10 ‰ 4. Ventilator Associated Pneumonia : < 10 ‰ 5. Flebitis :< 5‰ 6. Infeksi Daerah Operasi : <5% 7. Dekubitus : <5% VII. NO.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN KEGIATAN
1
Pengolahan data tiap triwulan
2
Evaluasi hasil surveilance dan laporan
TAHUN 2016 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des √ √ √ √
√
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Hasil surveilance akan dievaluasi akhir tahun oleh IPCN untuk dilaporkan kepada Ka. Panitia PPI. IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN Hasil yang dievaluasi akan dilaporkan Ketua Panitia PPI kepada Direktur untuk ditindak lanjuti.
BIREUEN, 18 Oktober 2017 Ka. Panitia PPI JEUMPA HOSPITAL
(dr. MAYA SARI)
LAPORAN PELAKSANAAN SURVEILANS HAIs TRIWULAN (JANUARI – DESEMBER)
JEUMPA HOSPITAL Jl. B. Aceh - Medan KM.220 NO.102 Gp. Geulanggang Baroe, Kecamatan Kota Juang, Kab. Bireuen Telp : 0644 324150 ACEH – INDONESIA
LAPORAN PELAKSANAAN SURVEILANS HAIs JEUMPA HOSPITAL TRIWULAN I ( JANUARI - MARET ) TAHUN 2017 I.
PENDAHUALUAN Surveilans adalah pengumpulan data kesehatan yang penting secara terus menerus sistematis, analisis dan interpretasi dan didesiminasikan kepada pihak pihak yang berkepentingan secara berkala untuk digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu tindakan pelayanan kesehatan Salah satu dari Program PPI adalah kegiatan surveilens. Kegiatan surveilens merupakan aktifitas yang penting dan luas dalam program PPI. Kegiatan surveilens harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan program PPI. Surveilans digunakan untuk Mencari masalah yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan Keselamatan Pasien / Patient Safety. National Nosocomial Infection Surveillance System (NNIS) dilakukan sejak 1970 oleh CDC. Kegiatan surveilens dapat menurunkan rate infeksi nosokomial.Di AS rate infeksi turun sekitar 32 % dengan surveilans. Surveilans dibutuhkan untuk mengukur hasil jadi (outcome) dalam proses perawatan secara menyeluruh dan penyampaian kondisi yang ditemukan dalam upaya perbaikan Selain itu merupakan komponen penting dalam menekan angka Kejadian tidak Diinginkan/KD (adverse events) misal : infeksi RS / Healthcare-associated Infections HAIs. Surveilan juga diperlukan untuk mendapatkan gambaran kuantitatif jumlah kejadian secara tepat sehingga dapat menilai kemajuan yang ada.
II.
PELAKSANAAN KEGIATAN Yang disurvey dalam PPI adalah kejadian IADP, ISK, HAP, VAP, IDO, Flebitis dan dekubitus. Survey ini dilakukan setiap hari oleh IPCLN kemudian direkap oleh IPCN dan dihitung setiap bulannya untuk dilaporkan dan dibuat grafik bulanan, triwulan dan tahunan. A. Surveilens ISK pengumpulan data kejadian infeksi saluran kemih akibat penggunaan alat kateter urine secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang di desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan. Infeksi Saluran Kemih (ISK) menurut CDC:Infeksi Saluran Kemih atau Urinary Tract Infection (UTI) adalah infeksi pada urethra dan
permukaan kandung kemih atau organ-organ pendukung s.kemih (ginjal, ureter, kandung
kemih, uretra dan jaringan sekitar
retroperitonial atau rongga perinefrik). Dari penentuan Panitia mutu RS, target angka kejadian ISK minimal < 5 ‰. Untuk menentukan ISK maka perlu ditandai oleh kriteria berikut : - Tanda infeksi sebagai akibat dari pemasangan kateter > 48 jam - Pyuria >10 leukosit/LPB sedimen urin atau >10 leukosit/mL atau >3 leukosit/LPB dari urine tanpa dilakukan sentrifus - Nitrit dan/atau leukosit esterase positip dengan carik celup (dipstick) - Terdapat koloni mikroorganisme pada hasil pemeriksaan urine kultur >105 cfu / mL Dokter yang merawat menyatakan adanya ISK dan diberi pengobatan antimikroba. Cara perhitungannya: Angka Kejadian ISK
:
Jumlah ISK -------------------------------------------------
X 1000 = ‰ Hari pemakaian kateter urin
B. Surveilens IADP pengumpulan data kejadian infeksi aliran darah akibat penggunaan alat intravaskuler secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang di desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan. IADP atau Infeksi Aliran Darah Primer adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semi-kuantitatif/kuantitatif disertai tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain dan/atau dokter yang merawat menyatakan telah terjadi infeksi,akibat pemasangan kateter intra vaskuler, setelah > 48 jam. ( Buku Pedoman Surveilans Kemkes 2011) Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian IADP minimal < 5 ‰. Kriteria IADP :
1. Terdapat kuman pathogen yang diketahui hasil satu kali atau lebih dari biakan darah, dengan salah satu gejala klinis seperti: demam >38’C, menggigil, hipotensi 2. Pada pasien berumur < 1 tahun paling sedikit satu dari tanda-tanda : demam >38’C, hipotermia <37’C, apneu, bradikardia Dokter yang merawat menyatakan infeksi
Cara perhitungan: Angka Kejadian IADP :
Jumlah Kasus IADP ------------------------------------------------X
1000 = ‰ Hari pemakaian CVL (central vena line)
C. Surveilans VAP/ HAP pengumpulan data kejadian pneumonia akibat pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam, data dikumpulkan secara sistematik, dianalisa dan diinterpretasi
untuk digunakan dalam perencanaan,
penerapan dan evaluasi kemudian di desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan Pneumonia adalah suatu peradangan jaringan atau parenkim paru-paru. 2 jenis Pneumonia yang berhubungan dengan HAIs, Pneumonia akibat perawatan yang lama dikenal sebagai Hospital Acquired Pneumonia (HAP) Pneumonia akibat pemakaian ventilasi mekanik dikenal sebagai Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian VAP/HAP minimal < 10 ‰. Kriteria VAP: o
Klinikal : Demam, Temperature > 38
0
C atau < 35
Sputum purulent o
X ray
: Infiltrat baru persisten atau progresif
o
C,
o
Laboratorium : leukosit > 12000/mm3 atau < 4000/mm3 Kultur aspirasi trakheal ≥ 10 5 ppm/ ml
Angka infeksi VAP: Jumlah kasus infeksi VAP x 1000 = ‰ Jumlah hari pemasangan ventilator
HAP Angka infeksi : Jumlah kasus infeksi HAP x 1000 = ‰ Jumlah hari tirah baring pasien
D. Surveilans IDO Pengumpulan data infeksi area insisi akibat suatu tindakan pembedahan dan faktor resiko terjadinya infeksi, analisis dan interpretasi yang terus menerus, untuk digunakan dalam perencanaan dan evaluasi suatu tindakan yang didesiminasikan secara berkala, kepada pihak-pihak yang
memerlukan. Infeksi Daerah Operasi (IDO) adalah Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan) akibat suatu tindakan pembedahan. Surveilans IDO dilakukan
selama 30-90 hari atau sampai 1 tahun untuk pasien dengan implant. Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian IDO minimal < 5 %. Kriteria IDO : Keluar cairan purulen dari luka insisi, Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan yang diambil secara aseptik, Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengkak lokal,
kemerahan, kecuali bila hasil kultur negatif Dokter yang menangani menyatakan infeksi Berdasarkan : o Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi) : Bersih, o
Bersih
tercemar, Tercemar dan Kotor. Klasifikasi kondisi pasien ASA 1 : Pasien sehat ASA 2 : Pasien dengan gangguan sistemik ringan – sedang ASA 3 : Pasien dengan gangguan sistemik berat ASA 4 : Pasien dengan gangguan sistemik berat yg mengancam kehidupan ASA 5 : Pasien tidak diharapkan hidup walaupun dioperasi
atau tidak. o Durasi operasi Sesuai dengan waktu yg ditentukan nilai } 0 Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1 Cara perhitungan: Angka infeksi IDO:
Jumlah kasus infeksi -------------------------------------------------X 100 =
%
Jumlah kasus operasi E.
Surveilans infeksi RS lainnya adalah pengumpulan data flebitis Flebitis adalah peradangan vena disebabkan oleh kateter atau iritasi kimiawi zat dan obat-obatan yang diberikan secara intra vena. Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian flebitis < 5 ‰. Secara klinis : Ada nyeri, nyeri tekan, bengkak, pengerasan,eritema dan hangat pada vena Jika infeksi : Kemerahan, demam, sakit, bengkak, adanya pus atau kerusakan pada kulit , hasil kultur positip Jenis Flebitis: o Flebitis Kimiawi terjadi karena : - pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem à pH ↓, osmolaritas ↑ - Mikropartikel yang terlarut à yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran à pemberian obat intravena menggunakan filter 1 sampai 5 µm. - Pemilihan material kateter intravaskuler yang digunakan à silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding politetrafluoroetilen (Teflon) o Flebitis Bakterial terjadi karena : - Hand hygiene tidak dilakukan, Hand Hygiene yang tidak tepat -
dan benar Preparasi kulit tidak baik sebelum pemasangan infus Teknik aseptik tidak baik saat akan pemberian obat atau cairan Kateter dipasang terlalu lama Tempat tusukan kateter tidak/ jarang diinspeksi secara visual Alat – alat yang di gunakan rusak atau bocor atau kadaluarsa Larutan infus terkontaminasi karena teknik aseptik yang kurang
baik pada saat pencampuran larutan - Faktor virulen instrinsik dari mikroorganisme itu sendiri o Flebitis Kimiawi - Penempatan kateter intravaskuler yang tidak tepat - Ukuran kateter intravaskuler yang tidak sesuai dengan ukuran
vena - Cara pemasangan, pengawasan dan perawatan yang kurang baik - Laju pemberian yang tidak sesuai Cara Perhitungan:
Angka Kejadian Flebitis :
Jumlah Flebitis -------------------------------------------------X
1000 = ‰ Hari pemasangan infus
F.
Surveilans infeksi RS lainnya adalah pengumpulan data dekubitus Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya aliran darah di daerah yang bersangkutan Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian dekubitus minimal < 5% Kriteria dekubitus : - Pasien paling tidak mempunyai 2 gejala dan tanda berikut yang tidak diketahui penyebab lainya : kemerahan, sakit atau pembengkakan di tepian luka dekubitus - Minimal ditemukan 1 dari bukti berikut hasil kultur positif dari cairan atau jaringan yang diambil secara benar - Dalam mengidentifikasi risiko dekubitus, ada beberapa skala pengkajian risiko tersebut, yaitu Skala Braden. Tahap Perkembangan Dekubitus: o Tingkat/stadium I Adanya eritma atau kemerahan pada kulit setempat yang menetap, atau bila ditekan dengan jari, tanda eritma atau kemerahan tidak kembali. o Tingkat/stadium II Adanya kerusakan pada epitel kulit yaitu lapisan epidermis dan, atau dermis. Kemudian dapat ditandai dengan adanya luka lecet, atau melepuh. o Tingkat/stadium III Kerusakan pada semua lapisan kulit atau sampai jaringan subkutan, dan mengalami nekrosis dengan tanpa kapisitas yang dalam. o Tingkat/stadium IV Adanya kerusakan pada ketebalan kulit dan nekrosis hingga sampai ke jaringan otot bahkan tulang atau tendon dengan kapasitas yang dalam. Angka infeksi Dekubitus :
Jumlah kasus Dekubitus
------------------------------X 100 = % Jumlah hari tirah baring
III. HASIL SURVEILANS
1. HASIL SURVEILANS HAIs TRIWULAN I ( JANUARI – MARET ) 2017
ANALISA : Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan tidak ada ditemukan angka HAIs. 2. HASIL SURVEILANS HAIs TRIWULAN II ( APRIL – JUNI ) 2017
ANALISA : Berdasarkan gambar diatas dapat dianalisa angka HAIs 1 phlebitis (sebesar 3,3‰), dari 83 pasien, 301 hari pemakaian infus intravena perifer ditemui diruangan Unit Inap Lt. IV. Hal ini disebabkan karena lama hari rawat dan pada pasien dengan usia lanjut. REKOMENDASI : -
Menggunakan jarum yang sesuai ukuran vena pasien.
-
Melakukan sosialisasi tentang pemasangan infus yang benar.
3. HASIL SURVEILANS HAIs TRIWULAN III ( JULI – SEPTEMBER ) 2017
ANALISA :
Berdasarkan gambar diatas dapat dianalisa angka HAIs 1 phlebitis (sebesar 3‰), dari 90 pasien, 325 hari pemakaian infus intravena perifer ditemui diruangan Unit Inap Lt. III. Hal ini disebabkan karena pemasangan infus pada pasien dengan usia lanjut. REKOMENDASI : Mensosialisasikan cara pemasangan infus sesuai ketentuan yang berlaku. Menggunakan jarum yang besar pada vena yang besar agar tidak mempercepat proses terjadinya phlebitis. Melakukan sosialisasi tentang pemasangan infus yang benar.
4. HASIL SURVEILANS HAIs TRIWULAN III ( OKTOBER DESEMBER ) 2017
ANALISA : Berdasarkan gambar diatas dapat dianalisa angka HAIs 1 phlebitis (sebesar 2,7‰), dari 370 pasien, 370 hari pemakaian infus intravena perifer ditemui diruangan Unit Inap Lt. IV. Hal ini disebabkan karena pemakaian cairan infus pada pasien dengan usia lanjut, sehingga vena cepat rapuh dan pemasangan infuse 5 hari tidak diganti.
REKOMENDASI : - Sosialisasi sosialisasi tentang pemasangan infus yang benar. - Observasi area insersi kateter intra vena secara berkala.
IV. RENCANA TINDAK LANJUT NO
KEGIATAN
TUJUAN
1
Mengkaji ulang RTL kejadian flebitis di unit rawat inap
2
Melakukan tindakan Mencegah invasif flebitis
Mencegah flebitis
SASARAN
METODE
Unit rawat Rapat inap Lt.III diskusi dan Lt.IV Area Kritis
PELAKSANA
dan Panitia PPI
Penyuluhan
IPCN
WAKTU
TEMPAT
SUMBER DANA
PENANGGUNG JAWAB
Bulan desember
Ruang rapat
RS X
Sapta Uli
Bulan desember
Ruang rapat
RS X
Sapta Uli Anita Theresia
BIREUEN, 2017 Ka. Panitia PPI JEUMPA HOSPTAL
( dr. MAYA SARI )
EVALUASI TINDAK LANJUT SURVEILANS HAIs
RUMAH SAKIT JEUMPA HOSPITAL Jl. B. Aceh - Medan KM.220 NO.102 Gp. Geulanggang Baro, Kecamatan Kota Juang, Kab. Bireuen Telp : 0644 324150 ACEH – INDONESIA
EVALUASI TINDAKLANJUT SURVEILANS HAIs RS JEUMPA HOSPITAL TAHUN 2017
I.
PROSES EVALUASI Proses evaluasi dilakukan dengan mengisi formulir surveilans infeksi nosokomial harian yang dilakukan oleh setiap perawat dan IPCLN di setiap masing-masing unit kemudian dilakukan audit setiap bulan dan pengolahan data tiap triwulan oleh IPCN.
II. HASIL EVALUASI Dalam
rangka
meningkatkan
pelaksanaan
program
Pencegahan
dan
Pengendalian Infeksi yang salah satunya adalah melaksanakan surveilans, yang dilakukan secara kontinu di rumah sakit, data tersebut antara lain : IDO, VAP, HAP, ISK dan Plebitis. Dalam melaksanakan program surveilans didapatkan :
No
Data HAIs
JUMLAH HAIs Per Triwulan II 0
III 0
IV 0
1
ISK
I 0
2
Phlebitis
0
3,3‰
3‰
2,7‰
3
IDO
0
0
0
0
4
VAP
0
0
0
0
5
HAP
0
0
0
0
6
IADP
0
0
0
0
III. Analisa : 1) Melihat dari gambar diatas, angka kejadian infeksi tertinggi pada tahun 2016 adalah Plebitis, yakni pada triwulan II (3,3 ‰) yang kemudian menurun di triwulan III (3 ‰) dan triwulan IV (2,7 ‰). 2) Faktor terjadinya Phlebitis terjadi karena : - Lama hari rawat dan pemasangan infus pada pasien dengan usia lanjut - Pemakaian cairan osmolitas tinggi melalui vena perifer - Pemasangan infus yang tidak sesuai SPO IV. Rencana Tindak Lanjut : 1. Melakukan pelatihan tentang tindakan invasif tanggal 7 Januari 2017 2. Melakukan sosialisasi perawatan pasien menggunakan bundle pemasangan infus perifer tanggal 07 Desember 2016 3. Melakukan audit hand hygiene di Unit Rawat Inap Lt. III dan Unit Rawat Inap. IV pada minggu ke-3 bulan Desember 2016
BIREUEN, 2017 Diketahui Oleh, Ka. Panitia PPI RS JEUMPA HOSPITAL HOSPITAL
( dr MAYA SARI. )
Disusun Oleh, IPCN RS JEUMPA
(RIZKI SUHAIBAH,Am.d Kep )