Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode sediaan utuh (whole mount). Pada metode ini, sediaan dibuat dengan menggunakan organisme atau bagian dari organisme hewan secara utuh untuk melihat struktur internalnya. Caranya dengan melakukan fiksasi, dehidrasi, staining, clearing, mounting, dan yang terakhir labelling. Fiksasi adalah proses untuk mempertahankan sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tetap utuh. Fiksatif dibedakan menjadi dua, yaitu fiksatif sederhana (alkohol, formalin) dan fiksatif majemuk (larutan Bouin). Dehidrasi adalah proses penarikan molekul air dari jaringan, contohnya ethyl alkohol dan aseton (Firdaus 2009). Staining adalah proses mewarnai objek pada sediaan yang dilakukan setelah objek difiksasikan ke sediaan, contohnya Eosin 1% dan Carmine alum (Yatim W 2007). Clearing adalah proses penggantian dehidran dengan larutan lain sebagai persiapan untuk dehidran yang lain, contohnya xilol, kloroform, minyak cengkeh, dan laktofenol. Mounting adalah proses merekatkan suatu sediaan yang telah jadi dengan gelas penutup, contohnya Canada balsam atau entellan (Yatim W 2007). Labelling adalah proses terakhir, yaitu pemberian nama sediaan pada bagian tepi gelas objek. Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae dan termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma atau toraks, dan metasoma atau abdomen (Abdi 2009). Umumnya ruas abdomen pertama atau dua ruas abdomen depan lebih kecil dari yang lainnya sehingga tampak seperti pinggang. Ruas abdomen basal yang kecil disebut petiol, biasanya mempunyai satu atau dua tonjolan yang disebut node, sedangkan ruas bagian belakangnya disebut gaster. Kepala memiliki sepasang mata majemuk, sepasang antena, dan kadang-kadang memiliki oseli. Semut mempunyai tiga pasang tungkai yang menempel pada bagian toraks. Tubuh semut dilapisi oleh lapisan kitin (kutikula) yang cukup tebal dan warnanya berbeda antar spesies.
Basuki, Bejo, 2007, Struktur Hewan, Palngkaraya : FKIP Unpar. Brotowidjoyo, M.O., 1994, Zoologi Dasar , Jakarta : Penerbit Erlangga. Budiono, J.D. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press. IKIP. Surabaya. Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta. Erlangga. Gray, P. 1954. The Microtomits’ Formulary and Guide. The Blakiston Company Inc. New York. Toronto. Iskandar, D. T. and E. Colijn, 2000,Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetofauna: Amphibians,Treubia 31 (3): 1-133. Kimbal, J.W., 1998, Biologi, Jakarta : Penerbit Erlangga. Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada Press.Yogyakarta. Subowo. 1992. Histologi umum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Penerbit Bhrataro Karya Aksara. Jakarta. Jasin, Maskoeri. 1987. Sistematika Hewan. Surabaya : Sinar Wijaya. Semut Rang-rang (Oecophylla sp) Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Classis : Insecta Ordo : Hymenoptera Familia : Formicidae Genus : Oecophylla Species : Oecophylla sp Sumber : (Maskoeri, 1987) Semut ini termasuk ke dalam genus Oecophylla karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut : memiliki warna merah kehitaman (Orange dengan abdomen bergaris kehitaman) dan memiliki ukuran tubuh panjang 1-2 cm yang dilengkapi dengan protonom yang melebar. Tubuh dari jenis ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, thorax dan abdomen. Bentuk abdomen bulat 4 segmen dan bentuk mulut runcing serta memiliki tipe mulut penghisap dan penggigit. Pada bagian kepala terdapat sepasang antenna yang variable dan matasitor dan mulut. Mulut berfungsi sebagai alat untuk mengunyah dan menjilat. Metamorfosis pada jenis ini adalah metamorfosis yang sempurna.. Makanan dari jenis ini sebagian besar adalah berasal dari insecta kecil lainnya, dan juga nektar. Biasanya orang Indonesia menyebut semut ini sebagai semut karerangga atau semut rang-rang, karena biasanya membangun sarang di daun-daun pohon.