BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian kesehatan Republik Indonesia tahun 2013. Pencapaian derajat kesehatan tahun tahun 2013 meningkat dari pencapaian pada data riskesdas tahun 2007. Walaupun telah adanya peningkatan, namun masih ditemukan sejumlah kasus gizi buruk sebanyak 19,6 %, berat bayi lahir rendah 10,2%, cakupan imunasasi imunasasi yang masih berada diangka 59,2 % Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam system pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah system pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran ( Medical Medical services) services) dan dan pelayanan kesehatan masyarakat ( Public Public health services) ( Notoadtmodjo, 2007). Sistem pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari sub-sistem dalam suatu unit atau dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat baik preventif, kuratif, promotif maupun rehabitatif. Sehingga system pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas, Rumah Sakit, Balkesmas dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain yang mengupayakan peningkatan kesehatan ( Notoadtmodjo, 2007).
Dalam mengupayakan peningkatan kesehatan di Indonesia dikenal adanya tingkatan akses pelayanan kesehatan salah satunya adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pada pelayanan tingkat pertama yang menjadi men jadi fokus foku s adalah pengobatan ringan dan melakukan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya promotif dan preventif. Contoh lembaga pelayanan ialah puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu dan balkesmas ( Notoadtmodjo, 2007).. Dalam menjalankan lembaga pelayanan seperti puskesmas dibutuhkan suatu kegiatan manajemen tersediri yang sesuai dengan karakteristik puskesmas itu sendiri yang mana manajemen puskesmas itu sendiri didefenisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiaatan sistematis yang dilaksanakan puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen yakninya perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian (Sutisna, 2009) Tujuan diselenggarakannya manajemen puskesmas adalah : (1) proses pencapaian tujuan puskesmas, (2) proses mengkuadran araskan tujuan organisasi dan tujuan pegawai puskesmas, (3) proses mengelola dan memberdayakan sumber daya dalam rangka efisiensi dan efektivitas puskesmas, (4) proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, (5) proses kerjasama dan kemitraan dalam pencapaian tujuan puskesmas, dan (6) proses mengelola lingkungan (Sutisna, 2009). Semua tujuan penyelenggaraan ini pada akhirnya bermuara pada satu tujuan pokok yaitu sebagai upaya meningkatkan derajat kersehatan masyarakat Indonesia. 1.2 Tujuan kegiatan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data di puskesmas 2. Mahasiswa mampu menetapkan prioritas masalah kesehatan di puskesmas
Dalam mengupayakan peningkatan kesehatan di Indonesia dikenal adanya tingkatan akses pelayanan kesehatan salah satunya adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pada pelayanan tingkat pertama yang menjadi men jadi fokus foku s adalah pengobatan ringan dan melakukan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya promotif dan preventif. Contoh lembaga pelayanan ialah puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu dan balkesmas ( Notoadtmodjo, 2007).. Dalam menjalankan lembaga pelayanan seperti puskesmas dibutuhkan suatu kegiatan manajemen tersediri yang sesuai dengan karakteristik puskesmas itu sendiri yang mana manajemen puskesmas itu sendiri didefenisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiaatan sistematis yang dilaksanakan puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen yakninya perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian (Sutisna, 2009) Tujuan diselenggarakannya manajemen puskesmas adalah : (1) proses pencapaian tujuan puskesmas, (2) proses mengkuadran araskan tujuan organisasi dan tujuan pegawai puskesmas, (3) proses mengelola dan memberdayakan sumber daya dalam rangka efisiensi dan efektivitas puskesmas, (4) proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, (5) proses kerjasama dan kemitraan dalam pencapaian tujuan puskesmas, dan (6) proses mengelola lingkungan (Sutisna, 2009). Semua tujuan penyelenggaraan ini pada akhirnya bermuara pada satu tujuan pokok yaitu sebagai upaya meningkatkan derajat kersehatan masyarakat Indonesia. 1.2 Tujuan kegiatan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data di puskesmas 2. Mahasiswa mampu menetapkan prioritas masalah kesehatan di puskesmas
3. Mahasiswa mampu menetapkan penyebab masalah dipuskesmas 4. Mahasiswa mampu menyusun pemecahan masalah berdasarkan prioritas di puskesmas 5. Mahasiswa mampu menggunakan informasi kesehatan secara professional untuk kepentingan peningkatan kualitas pelayanan 6. Mahasiswa mampu memahami adanya keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras 7. Mahasiswa mampu mencari informasi mengenai masalah yang dipilih melalui survey cepat 8. Mahasiswa mampu merencanakan program kesehatan berdasarkan masalah yang dipilih 9. Mahasiswa mampu menerapkan strategi promotif dan preventif berdasarkan berdasarkan masalah yang dipilih 1.3 Manfaat
1. Sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa profesi dental public health
untuk
mengenal manajemen kesehatan dan tahapan dalam merencanakannya 2. Memberikan gambaran dan informasi kepada pihak puskesmas seberang padang mengenai kondisi posyandu yang yang ada dilingkungan seberang padang 3. Membantu pencatatan dan pelaporan mengenai kondisi posyandu yang ada dilingkungan seberang padang
BAB II MANAJEMEN PUSKESMAS 2.1 ANALISA SITUASI 2.1.1
Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas Seberang Padang termasuk Puskesmas tertua di kota Padang. Didirikan pada tahun 1970. Dahulunya Puskesmas Seberang Padang merupakan satu satunya Puskesmas untuk Kecamatan Padang Selatan sebelum adanya Puskesmas lain pada tahun 1980 dan 1992. Saat itu puskesmas membawahi 24 kelurahan, namun sejak adanya 2 puskesmas lain dan penciutan jumlah kelurahan, wilayah kerja sekarang tinggal 4 kelurahan saja. 2.1.2
Geografi
Puskesmas Seberang Padang berlokasi di Kecamatan Padang Selatan Kelurahan Seberang Padang. Kelurahan yang merupakan daerah kerja Puskesmas Seberang Padang adalah : 1. Kelurahan Seberang Padang 2. Kelurahan Alang Lawas 3. Kelurahan Ranah Parak Rumbio 4. Kelurahan Belakang Pondok
Keempat kelurahan dapat dilalui dengan jalan darat. Luas wilayah keseluruhan adalah 2.37 km2. Batas wilayah adalah Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Lubuk Begalung, serta wilayah kerja Puskesmas Rawang dan Puskesmas Pemancungan.
Ketinggian dari permukaan laut kira kira kira 4 meter dan termasuk zona kuning bencana Tsunami. Namun karena posisinya dilingkari sungai, dianggap sebagai zona merah.
2.1.3
Demografi
Tahun 2016 jumlah penduduk sasaran Puskesmas Puskesmas adalah 18.118 jiwa. Sebagian besar masyarakat adalah penganut agama Islam. 76% adalah penduduk asli sementara 24% adalah warga keturunan yang umumnya berada di kelurahan Belakang Pondok.
2.1.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan Kesehatan
Puskesmas Seberang Padang merupakan puskesmas rawatan yang mempunyai 1 buah puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Alang Lawas di kelurahan Alang Lawas dan 4 buah Poskeskel yang berada di setiap kelurahan. Poskeskel Seberang Padang sudah memiliki bangunan tersendiri, sementara 3 Poskeskel lainnya masih bergabung dengan kantor lurah sehingga menjadi kendala tersendiri dalam pelayanan yang optimal.Sarana kesehatan lain yang berada dibawah naungan puskesmas adalah posyandu balita b alita yang jumlahnya 23 dan 4 posyandu p osyandu lansia.
Sarana kesehatan swasta yang beroperasi beroperasi seperti bidan praktek swasta, rumah rumah bersalin dan dokter praktek swasta cukup banyak. Berbagai sarana termasuk sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sarana dan Prasarana Puskesmas Seberang Padang
NO 1
SARANA Puskesmas Induk
JUMLAH 1
2
Pustu
1
3
Poskeskel
3
3
Rumah Bersalin
4
4
Dokter Praktek Swasta
4
5
Bidan Praktek Swasta
6
6
Rumah Medis
1
7
Rumah Paramedis
2
8
Posyandu Balita
23
9
Posyandu Lansia
4
10
Kendaraan roda 2
4
11
Kendaraan roda 4
1
12
PAUD
2
13
TK
5
14
SD
14
15
SLTP
5
16
SLTA
5
17
SLB
2
18
Mesjid /Mushalla
36
19
Panti Asuhan
2
20
Restoran
95
21
Rumah Penduduk
3.669
2.1.5
Tenaga Dan Struktur Organisasi
Seluruh karyawan Puskesmas Seberang Padang adalah 60 orang dengan rincian 45 orang PNS, 3 orang tenaga PTT, 1 orang volunteer dan 11 orang sukarela. Sopir dan penjaga malam puskesmas adalah tenaga sukarela yang setiap saat bisa saja berhenti.
Secara keseluruhan, komposisi ketenagaan Puskesmas Seberang Padang dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini.
Komposisi Ketenagaan Puskesmas Seberang Padang tahun 2016
No.
TENAGA
JUMLAH
1
DOKTER UMUM
3
2
DOKTER GIGI
3
3
Penata Usahaan
2
4
Apoteker
1
5
BIDAN
16
6
PERAWAT
12
7
ANALIS
1
8
SANITARIAN
1
9
PERAWAT GIGI
2
9
REKAM MEDIK
3
KETERANGAN
3 PTT
10
ASISTEN APOTEKER
2
11
Petugas Gizi
2
12
Volunteer
1
13
SUKARELA
11
TOTAL
60
Struktur Organisasi Puskesmas Seberang Padang
2.1.6
Sasaran Pelayanan Kesehatan
Tabel 3. Sasaran program Puskesmas Seberang Padang tahun 2016 BUMIL
BULIN
BAYI
BALITA
PUS
LANSIA
7673
174
165
163
750
1073
2062
A.LAWAS
4294
83
80
79
427
440
1251
3
RANAH
3817
73
70
69
275
445
790
4
B.PONDOK
2334
35
34
33
171
168
480
365
349
344
1.623
2126
NO
KEL
PEND
1
SEB PDG
2
JUMLAH
18.118
4583
2.2 Program Puskesmas 2.2.1 Program Kesehatan Wajib
Adapun program upaya kesehatan wajib yang dilakukan oleh Puskesmas Seberang Padang adalah: a. Promosi Kesehatan b. Kesehatan Lingkungan c. Kesehatan Ibu, Anak, dan KB d. Peningkatan Gizi e. Pemberantasan Penyakit Menular (Malaria, DBD, TB Paru, Imunisasi H IV/AIDS)
f.
Pengobatan dan Penunjang
g. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP) 2.2.2 Program Kesehatan Pengembangan
a. Usaha Kesehatan Sekolah b. Kesehatan Lansia c. Upaya Kesehatan Mata d. Upaya Kesehatan Jiwa e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Klinik Infeksi Menular Seksual g. Perawatan Kesehatan Masyarakat 2.4 Pencapaian Program 2.4.1 Program Wajib 1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran
bersama
agar
mereka
dapat
menolong
dirinya
sendiri
serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan umum yang berwawasan kesehatan.
a. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Promosi kesehatan berjalan cukup baik selama tahun 2016. Banyaknya kunjungan Puskesmas merupakan sasaran promosi kesehatan yang bisa secara rutin di beri penyuluhan setiap saat. Pada hampir setiap kegiatan pelayanan kesehatan, penyuluhan dilaksanakan, baik dengan sasaran perorangan maupun kelompok di dalam maupun diluar gedung. Penyuluhan dalam gedung dilakukan berupa penyuluhan pada kelompok umum/khusus, perorangan, pemutaran kaset, penyebaran leaflet dan pengarahan di klinik konsultasi. Khusus untuk penyuluhan kelompok didalam gedung dilakukan 2 kali dalam seminggu pada hari Senin dan Kamis, disaat kunjungan puskesmas cukup banyak. Sementara penyuluhan di luar gedung dilakukan di posyandu balita, posyandu lansia, sekolah sekolah, pertemuan kader, kelompok potensial dan lain lain. Metoda yang digunakan berupa ceramah, tanya jawab, diskusi dan siaran keliling dengan media poster atau leaflet. Jumlah penyuluhan dalam dan luar gedung No
Nama
Frekuensi
Jumlah peserta yang disuluh
1
Penyuluhan dalam gedung
60 kali
1073 orang
2
Penyuluhan luar gedung
165 kali
9941 orang
b. Peran Serta Masyarakat Posyandu sebenarnya merupakan media yang sangat pas untuk penyuluhan kelompok. Namun dikarenakan lokasi yang rata-rata tidak memadai dan kondisi yang kurang memungkinkan, penyuluhan lebih banyak ditujukan untuk perorangan. Posyandu balita di Puskesmas Seberang Padang pada tahun 2016 berjumlah 23 buah. Rata rata sebuah posyandu
melaksanakan kegiatan 11-12 kali setahun karena pada bulan puasa kegiatan posyandu tidak berjalan seperti biasa. Pada setiap posyandu aktif rata-rata ada 3 orang kader. Pada tahun 2016, terdapat cakupan angka partisipasi masyarakat rata-rata Puskesmas (D/S) sebesar 57% dan dampak program (N/D’) 76%.
TABEL D/S TAHUN 2016 66%
61%
57%
55%
24%
D/S seberang Padang
D/s alang laweh
D/s ranah
D/s belakang pondok
D/s Puskesmas
GRAFIK 1. CAKUPAN D/S PUSKESMAS SEBERANG PADANG TAHUN 2016 Tabel 4. Telaah Kemandirian Posyandu
No
Kelurahan
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
1
Seberang Padang
0
0
9
1
2
Alang Lawas
0
0
7
0
3
Ranah P Rumbio
0
0
3
1
4
Belakang Pondok
0
0
2
0
Jumlah
0
0
21
2
Tabel 5. Cakupan program Promkes Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
NO
INDIKATOR
SASARAN
TARGET
PENCAPAIAN
%
1
POSYANDU AKTIF
23
80
23
100
2
KADER AKTIF
74
80
69
93
3
KELURAHAN SIAGA
4
100
4
100
c. Kelurahan Siaga Pada tahun 2016 poskeskel di kelurahan siaga sudah dibentuk di 4 kelurahan yaitu Poskeskel Seberang Padang, Ranah Parak Rumbio, Belakang Pondok, dan di Puskesmas Pembantu Alang Lawas. Posko bidan siaga masih terkendala dalam kegiatannya karena tidak mempunyai tempat khusus, selama ini masih menumpang di kelurahan yaitu kelurahan Alang Lawas, Ranah Parak Rumbio, dan Belakang Pondok sehingga tidak memadai untuk melakukan pelayanan kesehatan dasar di tempat tersebut. d. Kepesertaan JKN 18.118 jiwa masyarakat terdaftar sebagai peserta JKN di Puskesmas Seberang Padang. Namun masyarakat umum juga mendapat layanan gratis di puskesmas. e. PHBS Keempat kelurahan di Seberang Padang pada tahun 2016 sudah melaksanakan survey PHBS dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Cakupan PHBS Puskesmas Seberang Padang tahun 2016 NO
VARIABEL
SEB
ALANG
PADANG
LAWAS
JUMLAH KK PHBS
120
240
240
20
VARIABEL PHBS
%
%
%
%
1
LINAKES
100
100
100
100
2
ASI EKSLUSIF
78.6
72
65
50
3
PENIMBANGAN
60.7
64
62.9
59.3
4
AIR BERSIH
92.2
96
96.4
94.3
6
JAMBAN SEHAT
96.4
92
93.3
95.7
5
CTPS
87.1
76
87.1
88.6
7
JENTIK
82.9
84
89.3
85.7
9
OLAH RAGA
61.4
67
68.6
62.1
8
MAKAN SAYUR
80
82
82.1
82.9
10
TIDAK MEROKOK
67.8
65
67.1
61.4
RT SEHAT RT TDK SEHAT
RANAH
BLKG
PUSK
PONDOK
%
2. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan program ke 2 dari 7 program pokok puskesmas. Untuk inspeksi sanitasi dan survei perumahan semua yang diharuskan sudah dilaksanakan. Demikian juga dengan pengawasan Tempat Tempat Umum dan Tempat Pengolahan Makanan. Cakupan yang diperiksa rata rata sudah mencapai target yang memenuhi syarat diantara hasil yang didapatkan melalui pantauan lapangan ini juga baik.
Cakupan program kesling sudah
cukup baik dan pendanaan dari BOK dapat menimbulkan daya ungkit untuk program kesling. Berikut dilampirkan hasil cakupan program kesehatan lingkungan puskesmas seberang padang tahun 2016.
Tabel 7. Cakupan Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
SARANA SARANA NO
VARIABEL
SARANA
%
MEMENUHI
%
DIPERIKSA SYARAT 1
ISAB
2434
960
34.3
727
81
2
TPM
90
90
100
65
72,2
3
PERUMAHAN
2434
960
39,4
814
84,7
4
TTU
87
87
100
56
64,7
5
SPAL
2434
960
39,44
139
14,47
6
TPS
2434
960
39,44
472
49
7
JAGA
2434
823
33.8
637
80
3. Gizi
Program Gizi di Puskesmas Seberang Padang berjalan cukup baik. Beberapa kasus gizi buruk yang ditemukan selama tahun 2016 mendapat pelayanan penanggulangan gizi buruk secara optimal. Namun beberapa penderita kembali berada pada kondisi yang sama beberapa waktu kemudian. Selama tahun 2016 ditemukan sebanyak 42 kasus Gizi yang bermasalah, gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah kasus gizi buruk berdasarkan Berat Badan menurut umur (BB/U) sebanyak 15 orang. Data ini sejak bulan januari – desember 2016.
Semua kasus gizi buruk dan kurang
dilakukan intervensi berupa penyuluhan, kunjungan rumah oleh petugas, pemberian PMT. Sebagian besar dari kasus ini mengalami perubahan ke arah yang positif. Sampai Desember 2016 yang mengalami peningkatan status gizi dari gizi buruk ke kurang sebanyak 5 orang anak. Dari gizi buruk ke baik 3 orang. Yang masih dalam keadaan buruk 7 orang. Kunjungan pojok gizi mulai berjalan baik, pengunjungnya pada umumnya adalah pasien untuk melakukan konsultasi gizi, pasien hipertensi, pasien DM, pasien menyusui, pasien Obesitas, pasien KN 1, pasien anemia, dan lain-lain Tabel 10. Cakupan Program Gizi Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016 Target No
Kegiatan
Sasaran
KET Abs
1.
Penyuluhan
Pencapaian
Masyarakat
12
% 100
Abs 12
% 100
2.
Penimbanganbulanan D/S
1623
1389
85
917
57
-28%
N/D
1108
942
85
748
76
-9%
46
<5
15
2
BGM/D 3.
4.
Pemberian
Fe1
365
365
100
328
89,9
- 10,1 %
Fe3
365
346
95
320
87,6
- 7,4 %
Fe Bufas
349
331
95
250
71,63
- 26,3 %
Vit A Bufas
349
331
95
250
71,63
- 26,3 %
Pemb Vit A Bayi
209
177
85
112
53,6
Pemb Vit A balita
1291
1097
85
695
53,8
Februari - 31,4 % - 31,2% Agustus Pemb Vit A Bayi
207
175
85
117
85,5
+0,5%
Pemb Vit A balita
1279
1087
85
1069
83,6
-1,4%
5
Pemant Grm Beryodium
128
109
85
120
97
+8 %
5
POZI
Pasien
100
528
100
6
PSG
Bayi/balita
L=3
3,75
Ba = 61
76,25
Ku = 14
17,5
80
100 BB/U
TB/U
BB/TB
7.
KADARZI
Ibu balita
8.
ASI EKSLUSIF
BUSUI
9.
Pembentukan Kelompok Masyarakat
Bu = 2
2,5
SP = 6
7,5
P = 10
12,5
N = 62
77,5
T=2
2,5
OBS = 3
3,75
GE = 3
3,75
N = 65
82,15
K=8
10
KSL = 1
1,25
77
96,25
107
75
107
100
3
100
2
75
-25%
2
100
1
50
-50%
ASI 10.
Pembentukan POS Gizi
11.
Pelacakan Gizi buruk baru
Masyarakat
18
KUNJUNGAN KLINIK KONSULTASI GIZI TAHUN 2016 Konsultasi Gizi 10,4% dan lain-lain 32,2%
Hipertensi 6,4%
DM 13,8% Ibu menyusui 0,4% Obesitas 0,6%
KNI 14,8%
Anemia 21,6%
Tabel total kunjungan klinik konsultasi gizi
No
Kegiatan
Jumlah
Persentase (%)
1
Konsultasi Gizi
55
10,4
2
Hipertensi
34
6,4
3
DM
72
13,6
4
Menyusui
2
0,4
5
Obesitas
3
0,6
6
KN 1
78
14,8
7
Anemia
114
21,6
8
Dan lain-lain
170
32,2
4. KIA - KB
a. Kesehatan Ibu dan Anak Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah melahirkan. Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti pendarahan pre eklampsia, eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah factor yang memperberat keadaan ibu seperti Empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak anak). Adapun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti tiga terlambat (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawat daruratan). Hal tersebut diatas tentunya diperlukan peningkatan pelayanan KIA, baik dari segi jangkauan maupun mutu pelayanan. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal adalah cakupan K1-kontak pertama dan K4-kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai standar.
Tabel 11. Cakupan Program KIA Puskesmas Seberang Padang tahun 2016
SASARAN
PENCAPAIAN
NO JENIS KEGIATAN JUMLAH
PERSENTASE
JUMLAH
PERSENTASE
1.
K1
365
100
328
89.86
2.
K4
365
95
320
87.67
3.
Bumil Resti
73
80
73
100
4.
Persalinan
349
95
250
71.63
5.
Neonatus komplikasi
50
80
22
44
6.
Kunjungan Nifas 1
349
95
243
69.63
7.
Kunjungan Nifas 2
349
95
242
69.34
8.
Kunjungan Nifas 3
349
95
240
68.77
9.
KN 1
332
90
279
83.1
10.
KN Lengkap
344
90
279
81.1
11.
Kunjungan bayi
344
95
286
83.1
12.
Kunjungan anak balita
1279
90
1077
84.2
13.
Kunjungan Apras
683
90
581
85
14.
DDTK bayi
344
95
286
83.1
15.
DDTK anak balita
1279
90
1077
84.2
16.
DDTK apras
683
90
581
85
b. Keluarga Berencana Program KB di Puskesmas tidak mencakup semua sasaran Puskesmas Seberang Padang, karena diluar Puskesmas ada beberapa Pos Keluarga Berencana termasuk Puskesmas Pembantu yang melakukan pelayanan namun tidak terkait secara administrasi dengan Puskesmas. Data cakupan pelayanan yang ditampilkan dalam laporan ini adalah data yang didapat dari pelayanan Puskesmas dan data sekunder dari petugas KB lapangan.
Tabel 12. Cakupan Peserta KB Aktif berdasarkan jenis kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
JUMLAH NO.
JENIS KONTRASEPSI
JUMLAH PUS AKSEPTOR
1.
IUD
2.
IMPLANT
3.
PIL
65 2518
68 82
4.
SUNTIK
1569
5.
MOW
14
6.
MOP
27
7.
KONDOM
68
5. P2P (Pencegahan Penyakit Menular) a. Imunisasi
Program imunisasi mengalami kendala dalam pelaksanaannya selama tahun 2016. Untuk semua jenis antigen, imunisasi bayi pada puskesmas mencapai target yang ditentukan namun secara per kelurahan masih belum memuaskan. Untuk cakupan imunisasi TT, sasarannya bukan hanya ibu hamil tapi juga termasuk Wanita Usia Subur (WUS). Angka Drop Out sebagai patokan manajemen program berada dalam angka <5%. Program imunisasi anak sekolah, cakupannya juga sudah mendekati target, dimana untuk campak anak kelas I Sekolah Dasar mencapai 93,9%, DT untuk anak SD kelas I 80,2% dan Td untuk anak kelas II dan III mencapai 86,8%. Target cakupan yang ditetapkan adalah 95%. Untuk cakupan perkelurahan, belum ada kelurahan yang mencapai UCI
(Universal Child
Immunization) bagi setiap antigen karena walaupun pencapaian imunisasi tinggi namun angka drop out kelurahan juga tinggi dan beberapa kelurahan, walaupun angka drop out rendah namun angka pencapaian juga rendah Hasil lengkap dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel 13. Cakupan Imunisasi Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
N0
INDIKATOR
SASARAN
% TARGET
% CAKUPAN
1
BCG
344
95
93%
2
HB 0
344
95
79,9%
3
DPTHB1
344
95
11,3%
4
DPTHB2
344
95
10,4 %
5
DPTHB3
344
93
10,7 %
6
POLIO1
344
95
94,2 %
7
POLI02
344
95
94,3 %
8
POLIO3
344
93
94,9 %
9
POLIO4
344
93
94,3 %
10
CAMPAK
344
93
94 %
11
DO DPTHB-CAMPAK
344
5
10,7%
12
DO DPT HB (1-3)
344
5
5,9%
13
DO POLIO 1-4
344
5
2,2%
b.
SURVAILANS PENYAKIT MENULAR
1. Campak
Program
Surveilans termasuk baru di Puskesmas walaupun sebenarnya kegiatannya
dilakukan sejak lama dalam porsi yang lebih sedikit dan tidak dikoordinir oleh tenaga khusus. Namun 5 tahun terakhir perhatian terhadap survailans agak meningkat seiring dengan meningkatnya tuntutan terhadap kualitas program.
Beberapa kasus penyakit terutama yang menular membutuhkan kegiatan surveilans dalam penanggulangannya. Temuan kasus yang ada kemudian dianalisa secara cermat dan dikaitkan dengan program lain yang masih berhubungan. Parameter yang digunakan dalam menilai program ini adalah kelengkapan dan ketepatan waktu pengiriman laporan mingguan wabah (W2). Campak dalam surveilans mendapat perhatian khusus. Untuk semua kasus campak yang dicurigai harus diambil sample darahnya guna untuk pembuktian kebenaran diagnosa agar didapatkan jumlah kasus campak yang sebenarnya. Untuk kasus campak selama 2016 ditemukan sebanyak 7 kasus. Pada semua kasus yang ditemukan diberikan vitamin A dengan dosis yang sesuai dengan gejala yang muncul.dari kasus yang ada masing masing dari pasien tidak mau di periksa darahnya dengan alasan bermacam macam. Ketepatan diagnosa sewaktu pemeriksaan masih perlu ditingkatkan, karena dalam kelompok umur dibawah lima tahun masih ditemukan kasus campak. Selengkapnya mengenai surveilans campak dapat dilihat pada grafik grafik dibawah ini. Tabel 14. Cakupan kasus Campak Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016 DALAM WILAYAH
LUAR WILAYAH
TOTAL
7 ORANG
4 ORANG
11 ORANG
2. Program TB
Puskesmas Seberang Padang merupakan Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) ditingkat kecamatan Padang Selatan. Puskesmas Rawang dan Pemancungan sebagai Puskesmas satelit mengirimkan sediaan yang akan diperiksa ke Puskesmas Seberang Padang. Dengan dukungan tiga orang tenaga Labor, sejak bulan Januari telah diperiksa 336 spesimen tersangka Tbc Puskesmas Seberang Padang dengan 60 diantaranya diantaranya positif. Total pasien Tbc paru yang diobati di Puskesmas Seberang Padang selama tahun 2016 termasuk kasus TB klinis dengan rontgen positif berjumlah 27 orang. Angka cakupan BTA positif mencapai 9,6 % dari 10 % yang ditargetkan. Sementara konversi belum bisa dinilai sepenuhnya. Tabel 15. Cakupan Program TB Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
No 1
INDIKATOR
Nilai
Pencapaian
%
diperiksa
100
264/270
97
Proporsi Penderita BTA + diantara
10
26/270
9,6
>65
26/30
86
Proporsi
Suspek
yang
Dahaknya 2
Suspek 3
Proporsi
Penderita
TB
Paru
+
diantara Semua Penderita TB Paru tercatat 4
Angka Konversi
>80
17/17
100
5
Angka Kesembuhan
>80
22/22
100
>70
26/27
96
(pasien 2016) 6
CDR
3. Demam Berdarah Dengue
Seberang Padang bukan merupakan daerah endemik DBD. Namun ada beberapa kasus DBD yang terpantau yang telah menjalani terapi di rumah sakit. Semua kasus ini kemudian ditindak lanjuti oleh Puskesmas berupa kunjungan rumah untuk penyuluhan, abatisasi dan pemantauan jentik. Dari DKK juga dilakukan fogging fokus. Selama tahun 2016, ditemukan 10 kasus, tidak ditemukan kasus kematian karena DBD.
Grafik 32. Distribusi Kasus DBD Puskesmas Seb. Padang Tahun 2016
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 jan
feb
mar
apr
mei
jun
jul
ags
sep
okt
nov
des
Selain itu, untuk memantau dan mengurangi kasus DBD, puskesmas melakukan pemantauan jentik dan abatisasi di semua kelurahan. Kegiatannya berupa pemeriksaan jentik didalam dan
diluar rumah masyarakat, pemberian bubuk abate dan penyuluhan sekaligus. Hasil pemeriksaan jentik dan kejadian kasus DBD dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Tabel 16. Hasil Pemeriksaan Jentik Berkala Di Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
KELURAHAN
BEBAS JENTIK
S. PADANG
71%
A.LAWAS
78%
RANAH
75%
B.PONDOK
75%
JUMLAH
75%
4. Chikungunya
Chikungunya merupakan penyakit yang baru ditemukan pertama kali pada tahun 2009 akhir di Puskesmas Seberang Padang walau pada tahun sebelumnya ada beberapa kecamatan di kota Padang yang dikenai. Sampai akhir Desember 2016 belum ada laporan kasus chikunguya dari semua kelurahan di Seberang Padang. 5. Rabies
Selama tahun 2016 ditemukan kasus gigitan hewan penular rabies sebanyak 7 di mana 5 di antaranya di beri VAR, vaksin anti rabies selalu cukup tersedia di puskesmas seberang padang. 6. Diare
Kasus diare tahun 2016 sudah menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kasus baru sebanyak 252 dan tak ditemukan adanya kematian. Semua penderita diberikan oralit. Khusus untuk penderita balita diberikan dispersi zinc tablet sebagai suplemen untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi kejadian diare berulang pada balita. 7. ISPA Penyakit ISPA selalu berada pada urutan pertama 10 penyakit terbanyak sepanjang tahun. Tahun 2016 ditemukan kasus ISPA sebanyak 2.967. 8. Kusta
Kasus sudah beberapa tahun belakang tak ditemukan di Puskesmas Seberang Padang. 9. Malaria
Kasus malaria klinis tidak ditemukan di Puskesmas Seberang Padang selama tahun 2016. Terlalu umumnya gejala malaria membuat diagnosanya secara klinis agak sulit. 10. Acute Flaccid Poliomyelitis (AFP)
Kasus AFP juga tidak ditemukan pada tahun 2016. 11. Difteri
Kasus difteri tak ditemukan pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang. Dengan bagusnya cakupan imunisasi DPT diharapkan kasus ini tak akan muncul lagi dimasa yang akan datang. 12. Hepatitis
Hepatitis klinis tidak ditemukan selama tahun 2016. Bila ada kasus pasien dirujuk ke RS untuk kepastian diagnosa dan ketepatan pengobatan. 13. Filariasis
Filariasis merupakan penyakit yang akhir-akhir ini dapat perhatian khusus, karena ditemukan beberapa kasus baru yang sebelumnya tidak ada. Untuk wilayah kerja Puskesmas Seberang padang, tak ditemukan kasus baru yang menjalani terapi selama 3 tahun berturut-turut sehingga program profilaksis filariasis tuntas di tahun 2013 lalu.
6. PENGOBATAN DAN PENUNJANG
Pengobatan Dasar di Puskesmas Seberang Padang berjalan di Poliklinik Umum, Lansia, Gigi, KIA, Poskeskel dan Puskesmas Pembantu. Pengobatan ini ditunjang oleh laboratorium dan apotik puskesmas.
a. Pengobatan Umum
Pada tahun 2016 terdata kunjungan rawat jalan di Puskesmas Seberang Padang sebanyak 67.094 orang, 20.414 orang diantara kunjungan berobat merupakan kunjungan peserta BPJS. Kunjungan umum berjumlah 46.680, yang berarti proporsinya merupakan bagian terbesar dari seluruh jenis kunjungan Puskesmas yaitu 70%.
Kondisi ini juga mungkin disebabkan oleh karena adanya kebijakan dari Pemko Padang yang membebaskan semua masyarakat dari semua jenis retribusi pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas. Disamping itu jenis kunjungan berobat menurut status pasien juga jadi kurang akurat
penghitungannya, karena tanpa identitas apapun semua pasien diberi pelayanan gratis. Pasien peserta BPJS punya kecendrungan kurang disiplin membawa kartu identitas saat berobat.
Semua jenis kunjungan berobat Puskesmas dapat dilihat jumlah dan presentasenya pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 17. Distribusi Jenis Kunjungan Berobat Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
JUMLAH No.
JENIS KUNJUNGAN
PERSENTASE KUNJUNGAN
1
UMUM
46.680
70%
2
BPJS
20.414
30%
67.094
100%
TOTAL
Sementara itu jumlah kunjungan penyakit terbanyak Puskesmas Seberang Padang untuk kasus baru tetap ditempati oleh kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yaitu 2967 kasus. Selanjutnya diikuti oleh hipertensi dan penyakit kelamin lainnya.
Tabel 18. 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
No
Nama Penyakit / Diagnosis
Jumlah Kunjungan
1
ISPA
2.967
2
Hipertensi
2.329
3
Penyakit kelamin lainnya
1.234
4
Gastritis
1.145
5
Penyakit radang sendi termasuk rematik
1.129
6
Penyakit pulpa dan jaringan pariapikal lainnya
707
7
Bronchitis
705
8
Diabetes mellitus
690
9
Kelainan refraksi
669
10
Penyakit dan kelainan susunan syaraf lainnya
635
b. Laboratorium
Selama tahun 2016 di laboratorium Puskesmas Seberang Padang diperiksa sebanyak 5647. Dengan rincian pemeriksaan infeksi menular seksual sebanyak 49%, pemeriksaan darah 31%, urin 15% dan lain-lain 5%.
Grafik 33. Pemeriksaan Spesimen Laboratorium Di Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
Pemeriksaan spesimen laboratorium
5% 15%
IMS Darah
49%
Urin
31%
lain-lain
c. Pelayanan Klinik Bersalin Klinik bersalin di Puskesmas Seberang Padang khusus melayani persalinan normal. Pada tahun 2016 pasien umum yang melakukan persalinan di puskesmas digratiskan pembayarannya oleh pemerintah, Selama 2016 dilayani 68 persalinan di Puskesmas Seberang Padang. Tabel 19. Cakupan Pelayanan Persalinan Di Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
KLINIK BERSALIN No.
Status pasien
Jumlah
%
1.
BPJS
47
69,2
2.
UMUM
21
30,8
68
100
TOTAL
d. Apotik
Sejak tahun 2009 untuk ketersediaan obat puskesmas sepenuhnya tergantung pada keadaan obat di GFK karena Puskesmas tidak lagi mengelola dana pembelian obat askes . Pada tahun 2016 Puskesmas sudah mendapatkan dana operasional dari dana JKN namun pengadaan obat masih belum dilaksanakan karena belum memahami dengan baik mengenai proses pengadaan obat dan ketersediaan obat dari GFK cukup memadai. Sama dengan tahun sebelumnya, Parasetamol merupakan obat yang paling banyak digunakan yaitu 53492 tablet. Ini sesuai dengan jenis penyakit terbanyak yang dilayani yaitu ISPA. Selain berdasarkan jenis kasus yang banyak, jumlah pemakaian obat tertentu juga tergantung kepada ketersediaan obat di puskesmas. Adakalanya dalam suatu kurun waktu, satu jenis obat tak terdapat dalam persediaan, sehingga dipakai obat lain dengan indikasi yang sama. Tabel 34. 15 Pemakaian Obat Terbanyak Puskesmas Seber ang Padang Tahun 2016
7. Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan program termuda dalam program wajib puskesmas, sehingga dalam pelaksanaannya belum optimal. Namun pada tahun ini berjalan lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Pada program perkesmas dengan target 296 KK, KK yang telah dibina sebanyak 109 kepala keluarga, dimana setiap keluarga dikunjungi sebanyak 4 kali. Tabel 21. Cakupan Kunjungan Perkesmas Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
No
Jenis pencapaian
Jumlah
1
Jumlah kasus maternal risti / rawan kesehatan
0 kasus
2
Jumlah kasus anak Risti / rawan kesehatan 4
4 kasus
3
Jumlah kasus masalah gizi
4 kasus
4
Jumlah kasus penyakit menular
37 kasus
5
Jumlah kasus usia lanjut risti / rawan kesehatan
35 kasus
6
Jumlah kasus penyakit tidak menular
18 kasus
7
Jumlah binaan kelompok balita
23 kelompok
8
Jumlah binaan kelompok usia lanjut
5 kelompok
3.2.
UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN
3.2.1. LANSIA
Program Lansia di Puskesmas Seberang Padang dimulai pada Maret 2012. BP lansia melayani pasien yang berusia 55 tahun keatas termasuk rujukan ke RS. Kelompok Lansia yang ada di Puskesmas Seberang Padang ada 4 kelompok. Terjadi peningkatan jumlah posyandu lansia karena dengan adanya dukungan dana dari BPJS, masyarakat sangat antusias untuk mengikuti posyandu lansia. Kehadiran rata rata lansia setiap kegiatan adalah sekitar 75 orang. Sementara itu 1 kelompok senam lansia juga aktif setiap minggunya. Untuk cakupan lansia yang dibina baru berkisar 68,8%. Tabel di bawah memperlihatkan cakupan program lansia Puskesmas Seberang Padang Tabel 22. Cakupan Program Lansia Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
NO.
INDIKASI
PENCAPAIAN
1.
JUMLAH LANSIA
4583 orang
2.
JUMLAH KELOMPOK LANSIA
5
3.
LANSIA YANG DIBINA
3154 orang
4.
KEHADIRAN RATA-RATA
75 Orang
3.2.2. KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Kunjungan poli gigi selama tahun 2016 adalah sebanyak 2.605 kunjungan yaitu sekitar 14,5% dari jumlah penduduk. Kasus terbanyak adalah penyakit pulpa dan periapikal. Kegiatan luar gedung program gigi dan mulut berupa UKGS dan UKGMD yang dilakukan terintegrasi dengan kegiatan program lain. Selengkapnya cakupan program dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 23. Cakupan Program gigi dan mulut Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016 JUMLAH KUNJUNGAN DALAM
LUAR CAKUPAN ( % )
TAHUN
GEDUNG BARU
LAMA
GEDUNG BARU +LAMA
UKGS
UKGM
PELAYANAN
2016
1223
TOTAL
928
1.869
100
100
14,5%
4.020
Tabel 24. Kunjungan Terbanyak Poli Gigi Berdasarkan Jenis Kasus Tahun 2016
No
PENYAKIT GIGI
JUMLAH KASUS
1
Penyakit jaringan pulpa dan periapikal
825
2
Penyakit lain
430
3
Plak Karang Gigi dan Stain
352
4
Ginggivitis dan penyakit periodontal
183
5
Gangguan perkembangan dan erupsi gigi
179
Grafik 5 Penyakit Terbanyak
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Kegiatan lain dari program gigi adalah UKGS dan UKGMD. Kegiatan UKGS tahun 2016 berupa pemeriksaan gigi disemua Sekolah Dasar dan Taman Kanak Kanak sejalan dengan skrining rutin tahunan. Kegiatan program gigi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 25. Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas Seb Padang Th 2016
NO
INDIKATOR
SASARAN
TARGET
PENCAPAIAN
%
1
UKGMD
23
100
23
100
2
KES GIGI TK
5
100
5
100
3
UKGS
14
100
14
100
3.2.3. UKS
UKS Puskesmas Seberang Padang berjalan cukup baik. Selama tahun 2016 semua kegiatan dilaksanakan menurut ketentuan. Pendataan sekolah dan penjaringan murid dapat
terlaksana untuk seluruh sekolah dari tingkat TK sampai SLTP. Rata rata sekolah belum memenuhi syarat kesehatan dalam hal lingkungan dan sarana sanitasi. Untuk tahun ini sudah dilatih dokter kecil dari 6 SD. Sementara dari kegiatan penjaringan murid sebagian besar murid bermasalah dalam hal gigi. Tabel 26. Cakupan Program UKS Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016 NO
INDIKATOR
SASARAN TARGET
PENCAPAIAN
%
1
PENJARINGAN SD
14
100
14
100
2
PENJARINGAN TK
7
100
7
100
3
PENJARINGAN SLTP
4
100
4
100
4
PENJARINGAN SLTA
6
100
6
100
5
PEMBINAAN UKS SD
14
100
14
100
6
UKGS SD+TK
19
100
19
100
7
PEMBINAAN UKS SLB
2
100
2
100
8
DOKTER KECIL
14
-
6
42
3.2.4. USAHA KESEHATAN JIWA
Walau tak ada kunjungan khusus dokter jiwa di Puskesmas Seberang Padang, namun beberapa kasus gangguan jiwa yang datang dapat diterapi di puskesmas. Jumlah pasien yang
melakukan kunjungan kebagian usaha kesehatan jiwa 87 orang. Berikut ini cakupan kunjungan kasus jiwa baru dan lama pada tahun 2016. Tabel 27. Kunjungan Penyakit Jiwa di Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
Kunjungan Jiwa
Jumlah
Neurotik
2
Psikotik
9
Depresi
2
Epilepsi
9
NAPZA
1
Gangguan Belajar
6
Gangguan Jiwa Lainnya
3
Skizofrenia
47
Anxietas
7
TOTAL
87
3.2.5. USAHA KESEHATAN MATA
Puskesmas Seberang Padang juga tidak dikunjungi dokter mata. Tapi dari kunjungan puskesmas yang ada dapat didata beberapa kasus mata sebagai berikut: Kasus mata yang ditemukan untuk selanjutnya dirujuk difasilitas kesehatan yang lebih lengkap Tabel 28. Kunjungan Penyakit Mata di Puskesmas Seberang Padang Tahun 2016
No.
Diagnosis
1.
Kelainan refraksi
701
2.
Katarak
87
3.
Glaukoma
8
Jumlah kasus
Jumlah Kasus
796
3.2.6. KLINIK INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN V CT
Klinik IMS merupakan program unggulan di Puskesmas Seberang Padang. Klinik ini baru dibentuk di penghujung tahun 2010 dengan dukungan dana dari Global Fund AIDS. Kegiatannya sebenarnya sudah dimulai sejak bulan oktober 2010, namun mulai intensif sejak Desember 2010, setelah 4 orang petugas mendapat pelatihan khusus tentang penatalaksanaan IMS. Berbagai kebutuhan alat dan obat obatan sudah hampir lengkap. Adanya layanan lengkap dalam satu ruangan, prosedur yang praktis, terpisah dari layanan umum dan tanpa biaya diharapkan menjadi daya tarik sasaran umtuk memanfaatkan layanan klinik ini. Sasaran klinik ini adalah kelompok beresiko tinggi tertular IMS seperti LSL, wanita pekerja seks, waria dan lain-lain dan kelompok beresiko rendah seperti remaja dan ibu rumah tangga.
BAB III PROBLEM SOLVING
Masalah adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau kesenjangan antara cakupan ( realitas/pencapaian program) dengan target yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan penyusunan rencana kerja untuk mengatasi masalah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dan disepakati. Proses penyusunan rencana kegiatan tahunan dibuat secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dikenal dengan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP). PTP meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Tujuan penyusunan PTP adalah 1. Untuk menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya. 2. Untuk menyusun Rencana Pelaksana kegiatan (RPK), setelah diterima alokasi sumber daya dari berbagai sumber. Tahap dari penyusunan PTP terdiri dari : a. Tahap persiapan b. Tahap analisis situasi c. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) d. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Tahap-tahap Perlaksanaan Problem Solving : 1. Melakukan orientasi di Puskesmas
2. Mengumpulkan data-data yang diperlukan sesuai dengan format yang ditentukan termasuk data hasil survey 3. Melakukan identifikasi atau rumusan masalah kesehatan gigi yang ada di Puskesmas berdasarkan data yang ada Masalah yang ditemukan :
Scoring Kemampuan No
Masalah
Tingkat Urgensi
Biaya
memecahkan
Solusi
Jumlah
keparahan masalah 1
Tempat pengelolaan sampah 3
1
1
2
2
9
2
2
2
2
11
2
1
1
2
9
masyarakat yang memenuhi syarat masih rendah yaitu hanya 49 % dari seluruh sarana yang diperiksa 2
Rendahnya pencapaian pada
penimbangan
D/S 3 balita
yaitu hanya 57% dari target 85% dalam tahun 2016 3
Distribusi vitamin A pada bayi dan balita bulan februari tahun 2016 tidak mencapai target. Distribusi pada bayi
3
hanya 53,6 dari target 85% dan pada balita hanya 53,8 dari target 85% 4
Masih
ditemukan
anak 3
2
1
2
2
10
2
1
1
2
8
2
2
2
2
10
3
1
1
1
8
1
1
1
2
8
dengan gizi buruk tahun 2016 yaitu sebanyak 18 orang. 5
Sedikitnya masyarakat yang 2 memanfaatkan konsultasi
gizi
klinik puskesmas
seberang padang dengan total kunjungan hanya 2,9 % dari jumlah penduduk diwilayah kerja puskesmas. 6
Masih tingginya angka rumah 2 tangga yang tidak memenuhi standar PHBS. Yaitu
7
Rendahnya kunjungan nifas 2 1,2 dan 3 pada ibu paska melahirkan yaitu kurang dari 70% dari target 95%
8
Minimnya
penduduk
dari 3
wilayah
kerja
belakang
pondok yang memanfaatkan pelayanan
puskesmas
seberang padang Rendahnya capaian program 3
9
2
1
2
2
10
1
2
2
2
10
3
1
1
2
8
imunisasi DPTHB 1,2,3 yaitu kurang dari 20% dari target 95% Tingginya jumlah penderita 3
10
ISPA
yaitu sebanyak …….
Dan
merupakan
penyakit
yang paling banyak diderita masyarakat sebanyak 2016 Penyakit jaringan pulpa dan
11
periapikal
merupakan
penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien BP Gigi yaitu sebanyak 825 kasus.
Nilai 1. Urgensi
1
= Tidak Urgen
2
= Urgen
3
= Urgen sekali
2. Biaya
3
1
= Tidak terjangkau
2
= Terjangkau
3
= Sangat terjangkau
Kemampuan memecahkan masalah
1 = Sulit untuk diintervensi 2 = Bisa dilakukan intervensi 3 = Mudah dilakukan intervensi
Masalah yang dipilih : Rendahnya pencapaian D/S pada penimbangan balita yaitu hanya 57% dari target 85% dalam tahun 2016
3.2 Diagram Ichikawa
BAB IV RAPID SURVEY 3.1 Latar Belakang
Metode Survei Cepat (Rapid Survey Method) saat ini memainkan peran yang sangat besar pada Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penelitian survey merupakan upaya pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Penelitian survey merupakan perangkat penelitian yang murah dan cepat sehingga informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan tepat waktu. Bentuk kuisionerpun sederhana dan relative mudah sehingga tidak memerlukan pelatihan secara khusus. Selain murah dan cepat, keunggulan lainnya adalah penelitian survey dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi secara sistematis mengenai berbagai hal, misalnya insidensi penyakit, identifikasi faktor-faktor etiologi penyakit, investigasi kualitas hidup manusia dan prilaku masyarakat. World Health Organization (WHO) telah mengembangkan suatu teknik survey cepat dan murah untuk mengevaluasi keberhasilan program imunisasi dan program kesehatan lainnya. Teknik survei ini dikenal sebagai metode survey cepat (Rapid Survey Method). Usaha mewujudkan pembangunan di bidang kesehatan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. salah satunya adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat yaitu posyandu. Posyandu sangat berperan dalam mendukung pencapaian pembangunan kesehatan, namun keberadaannya mulai menurun. Posyandu sangat penting karena fakta pembangunan kesehatan Indonesia proses pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan merupakan hal yang mendukung bagi tercapainya pembangunan kesehatan.
Salah satu upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang sangat penting adalah Posyandu. Posyandu sangat penting karena fakta pembangunan kesehatan Indonesia berupa proses pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan yang merupakan hal yang sangat mendukung untuk tercapainya pembangunan. Posyandu sangat berperan dalam mendukung pencapaian pembangunan kesehatan. Posyandu yang meliputi lima program prioritas : KB, KIA, gizi, imunisasi dan penimbangan berat bayi yang mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Salah satu faktor yang terkait kurangnya pemanfaatan posyandu adalah masalah gizi balita. Permasalahan gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar, dan masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari melalui kegiatan posyandu sebagai layanan kesehatan yang sangat dekat pada masyarakat sangat berperan penting dalam deteksi dini masalah gizi. Dengan melakukan penimbangan setiap bulan diposyandu maka status gizi dan jalur pertumbuhan anak dapat selalu terpantau, sehingga bila ditemukan kelainan dalam grafik pertumbuhan akan segera terdeteksi dan akan mudah untuk melakukan perbaikan status gizi anak. Deteksi dini ini juga perlu diimbangi dengan penyuluhan serta pemberian makanan tambahan. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan kajian lebih mendalam tentang pentingnya program posyandu dalam pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Seberang Padang wilayah kerja dinas kesehatan kota Padang.
3.2 Rumusan Masalah
Rendahnya pencapaian D/S pada penimbangan balita yaitu hanya 57% dari target 85% dalam tahun 2016 di Puskesmas Seberang Padang. 3.3 Tujuan Penelitian 3.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan Rendahnya pencapaian
D/S pada
penimbangan balita yaitu hanya 57% dari target 85% dalam tahun 2016. 3.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai posyandu b. Mengetahui penyebab rendahnya kunjungan posyandu 3.4 Manfaat Penelitian 3.4.1 Bagi Puskesmas Seberang Padang
Hasil
penelitian
ini
dapat
memberikan
gambaran
tentang
faktor-faktor
yang
menyebabkan Rendahnya pencapaian D/S pada penimbangan balita yaitu hanya 57% dari target 85% dalam tahun 2016 di puskesmas sehingga dapat dijadikan acuan untuk menyusun rencana penyuluhan pada pelaksanaan posyandu. 3.4.2 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku masyarakat tentang pentingnya posyandu. 3.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan pada masyarakat pengunjung posyandu di wilayah kerja puskesmas Seberang Padang dan Puskesmas Seberang Padang dengan memberikan kuisioner sebanyak 8 pertanyaan ke 40 responden pada tanggal 12-14 Januari 2016.
3.6 Pelaksanaan Survey
a.
Sasaran Survey Yang menjadi sasaran survey cepat adalah ibu-ibu yang memiliki bayi atau balita yang tidak rutin ke posyandu pada wilayah kerja puskesmas Seberang Padang. Terdapat empat kelurahan yaitu kelurahan Seberang Padang, kelurahan Alang Lawas, kelurahan Ranah, dan kelurahan Belakang Pondok.
b.
Instrumen yang digunakan dalam survey cepat yaitu kuisioner tentang posyandu
c.
Teknik Sampling Teknik pengambilan sampling yang digunakan pada rapid survey ini menggunakan teknik minimal sampling, dimana peneliti mengambil sampel sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan pada masyarakat yang meliputi 4 kelurahan di wilayah kerja puskesmas Seberang Padang, seperti : kelurahan Seberang Padang, kelurahan Alang Lawas, kelurahan Ranah, dan kelurahan Belakang Pondok.
d.
Metode Survey cepat dilakukan dengan alat bantu kuisioner. Tiap sampel diberi kuisioner yang berisi 8 pertanyaan posyandu. Contoh lembar kuisioner
LEMBAR KUISIONER Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Bayi Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Tahun 2017
Identitas Responden :
Nama
:
Alamat
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Jumlah Anak :
1. Apakah ibu tahu apa itu posyandu ? a. Tahu b. Tidak tahu Bila “tidak” mengapa? a. Tidak ada yang memberi informasi b. Tidak berikenginan mencari informasi 2. Apakah ibu mengetahui lokasi posyandu didaerah ibu ? a. Tahu b. Tidak tahu Bila “tidak” mengapa? a. Tidak ada yang memberi informasi b. Tidak berikenginan mencari informasi 3. Apakah ibu kesulitan mencapai posyandu dari tempat tinggal ? a. Ya b. Tidak Bila “tidak” mengapa? a. Lokasi posyandu yang jauh b. Tidak punya uang untuk transportasi ke posyandu 4. Apakah ibu pernah membawa anak ibu ke posyandu ? a. Pernah b. Tidak pernah Bila “tidak” mengapa ? a. Tidak mempunyai waktu luang
No :
/PHUnand/01/2017
b. Tidak berminat c. Tidak punya uang untuk transportasi ke posyandu 5. Apakah ibu rutin membawa anak ibu ke posyandu ? a. Rutin b. Tidak Rutin Bila “tidak” mengapa ? a. Tidak mempunyai waktu luang b. Tidak berminat c. Tidak punya uang untuk transportasi ke posyandu 6. Apakah kegiatan posyandu sesuai dengan ketersediaan waktu ibu ? a. ya b. Tidak Bila “tidak” mengapa ? a. Sedang bekerja b. Tidak bisa keluar rumah dipagi hari 7. Apakah sosialisasi posyandu sudah merata dan efektif ? a. Ya b. Tidak Bila “tidak” mengapa ? a. Materi sosialisai yang membosankan b. Lokasi sosialisasi jauh c. Waktu sosialisasi tidak tepat 8. Apakah program posyandu dikelurahan ibu sudah sesuai dengan harapan ibu ? a. ya b. Tidak Bila “tidak” mengapa ? a. Petugas tidak ramah b. Kader tidak aktif c. Tidak ada makanan penunjang ASI
Padang, Januari 2017 Responden
………………………………………
3.7 Hasil Survey
Rapid survey dilakukan pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Seberang padang yang tidak datang atau tidak rutin datang ke Posyandu. Total responden yang dilakukan survey berjumlah 40 orang. Adapun hasil yang didapatkan dilihat ketepatan jawaban kuisioner yang diberikan dapat terlihat dari grafik dibawah ini Diagram 1 presentasi pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung
Diagram 2 presentasi sikap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung
Diagram 3 presentasi tindakan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung
3.8 Perencanaan
Melakukan
promosi
kesehatan
berupa
penyuluhan
kepada
masyarakat
khususnya pada ibu-ibu yang punya anak balita tentang pentingnya menghadiri posyandu dengan rutin.
Melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan kepada para kader pentingnya posyandu agar lebih aktif dan inovatif.