FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KEPERAWATAN
BELUM OPTIMALNYA CATATAN PERENCANAAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RUANGAN G RS PGI CIKINI
Disusun Oleh :
Fidy R. Sada, S.Kep
15062032
Christien Bopeng, S.Kep
15062086
Cyntia Th. Lumintang, S.Kep
15062033
Sustianti Tamara, S.Kep
15062083
Miranti H. Sengkeh, S.Kep
15062085
Yiyin M. Pansing, S.Kep
15062084
Pembimbing Klinik : Elizabeth E. Wattimena, SKp Ns. Sara Hutagalung, S.Kep
Universitas Katolik De La Salle Manado Fakultas Keperawatan Program Studi Profesi Ners 2016 RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
i
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunan dan bimbingan-Nya, sehingga laporan manajemen keperawatan ini boleh tersusun dan boleh terlaksana. Adapun judul dari laporan yang kami susun adalah Belum Optimalnya Catatan Perencanaan Harian Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Ruangan G. Maksud kami membuat laporan ini adalah merupakan bagian tugas atau laporan pertanggung jawaban kelompok selama praktikum klinik Profesi Ners di Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat, khususnya untuk Mata Kuliah Manajemen Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Ruangan G. Di samping itu kami membuat laporan ini untuk menambah pengetahuan mengenai manajemen keperawatan khususnya tentang Perencanaan Harian Perawat Pelaksana di ruangan G. Sehingga bisa menjadi acuan ataupun bahan ajaran pada instansiinstansi yang terkait, terutama bagi mahasiswa, dosen ataupun tim kesehatan lainnya yang berkecimpung di bidang manajemen keperawatan, terlebih khusus bagi perawat pelaksana yang ada di Ruangan G RS PGI Cikini. Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu terlaksananya praktikum profesi ners dan tersusunnya laporan ini, diantaranya: 1. Direktur Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat. 2. Rektor Universitas Katolik De la Salle Manado. 3. PPSDM Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat. 4. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado. 5. Ketua Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado. 6. Pembimbing akademik Profesi Ners. 7. CI/Pembimbing Klinik Profesi Ners di Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat. 8. Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap ruangan G Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat. RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
ii
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
9. Seluruh perawat, dokter dan karyawan yang bertugas di ruangan G yang telah banyak membantu kelompok selama praktek. Kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami terbuka terhadap kritik ataupun saran yang dapat menyempurnakan laporan ini. Semoga dengan adanya laporan ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam memperluas dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, khususnya dalam manajemen keperawatan. Tuhan memberkati kita semua.
Jakarta, Mei 2016
Tim penulis
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
iii
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................4 C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................4 D. Manfaat Penulisan ........................................................................................5 E. Identifikasi Masalah .....................................................................................6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan .............................................7 B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) .....................................10 C. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP ......................................................25 D. Perencanaan ................................................................................................29 BAB III ANALISA SITUASI A. Pengumpulan Data (Man, Material, Method, Machine) ...........................33 B. Analisa SWOT ...........................................................................................52 C. Identifikasi dan Perumusan Masalah .........................................................58 D. POA (Planning Of Action) ........................................................................60 E. Penyelesaian Masalah ................................................................................61 BAB IV PEMBAHASAN A. Data Pre Implementasi ................................................................................... B. Implementasi .................................................................................................. C. Evaluasi .......................................................................................................... D. Hambatan ....................................................................................................... BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... B. Saran .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ LAMPIRAN ...............................................................................................................
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
iv
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan
melalui
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan
dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012). Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis, dan moral. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional bersifat humanistis, menggunakan pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etis (Nursalam, 2011). Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Proses registrasi dan legislasi keperawatan mulai terjadi sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi, sejak tumbuhnya pendidikan tinggi keperawatan (S1 Keperawatan dan Ners), serta sejak berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Permenkes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Namun pelaksanaan Permenkes No. 1239/2001 tersebut masih perlu mendapatkan RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
1
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum ada pengalaman dalam memberikan pengakuan terhadap praktik keperawatan; belum ada pemahaman tentang wujud dan batasan dari praktik keperawatan sebagai praktik keperawatan profesional; dan jenis serta sifat praktik keperawatan profesional yang harus dikembangkan. Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998), jenis metode pemberian asuhan keperawatan yang profesional ada 4 metode, yaitu metode fungsional, metode kasus, metode tim, dan metode primer. Keempat metode tersebut dikenal dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (Nursalam, 2011). Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. Di berbagai negara, pengembangan ini mendapat dukungan yang besar dari Departemen Kesehatan dan dari organisasi profesi (Hoffart dan Woods, 1996; Pearson, 1997). Pengembangan MPKP juga menjadi strategi berbagai rumah sakit untuk membuat perawat betah bekerja di suatu rumah sakit yang sering dikenal dengan istilah magnet hospital. (Scott, Sochalski, dan Aiken, 1999 dikutip oleh Sitorus, 2006). Adapun rumah sakit yang menerapkan pengembangan MPKP di berbagai negara seperti Professional Practice Home (Iowa Veterans Home, 1967), Professional Nursing Practice Model (Beth Israel Hospital, 1973), Unit Level Self Management Model (John Hopkins Hospital, 1981), Nursing Development Units (Burford Hospital, 1983), Professionally Advanced Care Team Model (Robert Wood Johnson Hospital, 1987), Shared Governance (St. Luke’s Hospital, 1988), Transformational Model for the Practice of Professional Nursing (Shadyside Hospital, 1993), dan Clinical Development Units Nursing (The Western Sydney Area Health Service, 1996), (Sitorus, 2006). Di negara Indonesia, Model Praktik Keperawatan Profesional pertama kali dikembangkan oleh RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM). MPKP FKUI – RSUPNCM ini dikembangkan oleh Sitorus (1997), pengembangan model tersebut difasilitasi dengan Surat Keputusan
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
2
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Direktur
RSUP
Nasional
dr.
Cipto
Mangunkusumo
Nomor:
2093/TU.K/VII/1996 (Sitorus, 2006). Rumah sakit PGI Cikini adalah salah satu rumah sakit yang menerapkan Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) termasuk di dalamnya adalah ruangan G. Jika dilihat dari ketenagaan/sumber daya manusia yang ada, ruangan G masuk dalam tingkatan MPKP Pemula yang mulai beralih ke tingkat MPKP I. Sistem penugasan di ruangan G sendiri menggunakan metode Tim dengan metode pemberian asuhan keperawatan adalah modifikasi keperawatan primer. Struktur organisasi terdiri dari: Kepala Ruangan, CCM (Clinical Care Manager), Ketua Tim 1, Ketua Tim 2 dan Perawat Pelaksana/Perawat Asosiet, yang menjalankan peran dan fungsi masing – masing berdasarkan tugas dan tangung jawab sebagaimana terlampir dalam buku standar model praktik keperawatan profesional yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan Rumah Sakit. Metode perawatan tim dengan modifikasi keperawatan primer di Ruang G telah berjalan dengan baik. Namun tingkat keberhasilan metode tersebut tentunya dipengaruhi oleh kinerja dari perawat yang ada, mulai dari Kepala Ruangan, CCM, Ketua Tim dan Perwat Pelaksana. Sehingga diperlukan kerja sama yang baik, kekompakan dan saling percaya satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, Model Praktik Keperawatan Profesional benar-benar akan terlaksana dengan baik. Kinerja perawat merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian mutu pelayanan Rumah Sakit, salah satunya adalah kinerja dari Perawat Pelaksana. Sebagai perawat pelaksana tentunya mempunyai peran dan fungsi tersendiri, hal tersebut sudah dilaksanakan oleh perawat pelaksana yang ada di ruangan G. salah satu tugas dari Perawat Pelaksana yaitu membuat rencana kegiatan harian. Penerapan manajemen keperawatan di ruang MPKP dilaksanakan dalam empat tahapan proses manajemen antara lain: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Perencanaan merupakan bagian dari fungsi manajemen mendasar dan paling awal yang akan menyeleksi prioritas, hasil dan metode untuk memperoleh hasil yang diinginkan. RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
3
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan oleh kelompok mengenai perencanaan dari Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala Ruangan
telah
mempunyai
buku
tugas/catatan
pribadi
untuk
mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing. Namun catatan harian Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara satu dengan yang lainnya dan pencatatannya belum terarah. Di samping itu, Perawat Pelaksana juga tidak memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada shift-nya. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka kelompok mengangkat masalah mengenai belum optimalnya catatan perencanaan harian Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, adapun masalah yang dapat dirumuskan yaitu belum optimalnya catatan perencanaan harian perawat pelaksana di Ruang G RS PGI Cikini.
C. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Tujuan umum dari laporan manajemen keperawatan ini adalah untuk meningkatkan pelayanan sebagai perawat pelaksana lewat penggunaan rencana kerja harian perawat pelaksana.
2.
Tujuan Khusus a.
Institusi Pendidikan Untuk menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
4
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
b.
Rumah Sakit Untuk menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan rencana kerja harian perawat pelaksana.
c.
Mahasiswa Untuk menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktikum Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan data sampai mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang ditemui di ruangan.
d.
Perawat Untuk memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan keluar mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan manajemen keperawatan khususnya rencana harian perawat pelaksana.
e.
Pasien Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
D. Manfaat Penulisan 1.
Institusi Pendidikan Dapat menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
2.
Rumah Sakit Dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan rencana kerja harian perawat pelaksana.
3.
Mahasiswa Dapat menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktikum Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan data sampai RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
5
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang ditemui di ruangan. 4.
Perawat Dapat memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan keluar mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan manajemen keperawatan khususnya rencana harian perawat pelaksana.
5.
Pasien Dapat membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
E. Identifikasi Masalah 1.
2.
Tinjauan Teoritis a.
Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan
b.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
c.
Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP
d.
Perencanaan
Analisa Situasi 1.
Pengumpulan Data (Man, Material, Method, Machine)
2.
Analisa SWOT
3.
Identifikasi dan Perumusan Masalah
4.
Planning of Action (POA)
5.
Penyelesaian Masalah.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
6
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan 1.
Pengertian Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”, yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan yang diorganisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam, 2012). Menurut Gillies (1986) dalam Nursalam (2012), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Pengertian Manajemen Keperawatan menurut Harsey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2008: 2), pengertian manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain. Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
7
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
2.
Proses Manajemen Keperawatan Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut George Terry, yaitu : a.
Planning (Perencanaan) Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.
b.
Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c.
Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakkan Penggerakan sebagai proses manajemen adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
8
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
d.
Controling (Pengawasan, Monitoring) Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
3.
Komponen Sistem Manajemen Keperawatan Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik. a.
Input. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan dan fasilitas
b.
Proses. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
c.
Output. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
d.
Control. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui
penyusunan
anggaran
yang
proporsional,
evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. e.
Umpan balik. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
4.
Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan Keperawatan
merupakan
disiplin
praktik
klinis.
Manajer
keperawatan yang efektif sebaiknya memahami dan memfasilitasi
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
9
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi: a.
Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
b.
Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan doagnosa.
c.
Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat .
d.
Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.
Menurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari: a.
Manajemen Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu: 1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan) 2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor) 3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
b. Manajemen Asuhan Keperawatan Manajemen
asuhan
keperawatan
yang
dilakukan
dengan
menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) 1.
Definisi MPKP Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur
pemberian
asuhan
keperawatan
termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart dan Woods, 1996). Sebagai suatu model berarti ruang rawat tersebut menjadi contoh teladan dalam praktik keperawatan profesional. Pengembangan
MPKP
merupakan
upaya
banyak
negara
untuk
memberdayakan keperawatan dalam layanan kesehatan, terutama pada
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
10
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
saat meningkatnya kebutuhan yang disertai biaya tinggi dalam layanan kesehatan (Sitorus dan Yulia, 2006). Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011). Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan (2011) MPKP terdiri dari lima subsistem, yaitu: a.
Nilai-nilai profesional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan, dan belajar sepanjang hayat untuk menopang praktik ilmu yang bermutu.
b.
Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa pada MPKP, pembuat keputusan untuk pasien ada pada manajer asuhan klinik atau Perawat Primer. Kepala ruangan rawat berperan sebagai fasilitator atau mentor.
c.
Pemebrian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan metode keperawatan primer.
d.
Hubungan profesional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi, konsultasi antar tim, dan koferens antar tim serta konferens untuk penyelesaian konflik.
e.
Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat mendapatkan kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat layanannya yang profesional. Penghargaan dapat juga berupa keberadaan perawat sebagai seorang ahli atau spesialis. Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
empat
unsur,
yakni:
standar,
proses
keperawatan,
pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsipprinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2011). RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
11
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
2.
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model MPKP Menurut Nursalam (2012), dasar pertimbangan pemilihan model Metode Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut: a.
Sesuai dengan visi dan misi institusi. Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keeprawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b.
Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Proses
keperawatan
merupakan
unsur
penting
terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan. c.
Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya. Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas
dalam
kelancaran
pelaksanaannya.
Bagaimanapun
baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna. d.
Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat. Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e.
Kepuasan dan kinerja perawat. Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
f.
Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya. Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penetuan model. Model
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
12
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meninkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya. 3.
Pilar-Pilar dalam MPKP Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar yang digunakan sebagai acuan, yaitu sebagai berikut. a.
Pilar I : Manajemen Approach (pendekatan manajemen) Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari : 1) Perencanaan Perencanaan
adalah
keseluruhan
proses
pemikiran
dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis perencanaan terdiri dari : a) Rencana jangka pendek -
Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian kepala ruangan kegitannya meliputi: Operan, pre conference dan post conference, mengecek SDM dan sarana prasarana, melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus, melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien, perawat,
lingkungan
yang
belum
teratasi,
mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
13
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien. -
Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana harian ketua tim meliputi: operan, pre conference dan post conference, penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain, menulis dokumentasi, alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
-
Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete). Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operw2an, pre conference dan post conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian rencana harian perawat, untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim
b) Rencana jangka menengah -
Rencana Bulanan Kepala Ruangan. Rencana bulanan kepala
ruangan
meliputi:
membuat
jadwal
dan
memimpin case conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat, membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan, membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan dokumentasi, membuat laporan bulanan. -
Rencana Bulanan Ketua Tim. Mempresentasikan kasus dalam
case
conference,
memimpin
pendidikan
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
14
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
kesehatan kelompok keluarga, melakukan supervisi perawat pelaksana.
c) Rencana jangka panjang Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup: -
Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
-
Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim. Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
-
Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
2) Pengorganisasian Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi
pasien.
Pengorganisasian
adalah
pengelompokan
aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan
pendekatan
sistem
penugasan
modifikasi
Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
15
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Clinical Care Manager (CCM), Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Struktur ketenagaan keperawatan pada MPKP (Sitoru, 2006) CCM
Kepala Ruangan
PP1
PP2
PP3
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PAGI
SORE
PA PA
MALAM
PA PA
PA
PA
PA
PA
PA
9-10 pasien
9-10 pasien
9-10 pasien
LIBUR/ CUTI
3) Pengarahan Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai
padanan
pengarahan
adalah
pengkoordinasian,
pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
16
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
bermuara
pada
”melaksanakan”
kegiatan
yang
telah
direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998). Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1)
Menciptakan budaya motivasi
2)
Manajemen waktu: Rencana Harian
3)
Komunikasi efektif melalui kegiatan:
4)
Operan antar shift
5)
Pre conference tim
6)
Post conference tim
7)
Manajemen konflik
8)
Pendelegasian dan supervisi
4) Pengendalian Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol
mendefinisikan
kontrol
sebagai
”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip
yang
ditentukan,
yang
bertujuan
untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama. Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi
keinginan
(standar)
yang
telah
ditetapkan.
Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
17
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang. b.
Pilar II : Compensatory Reward (Sistem Penghargaan) Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staf perawat. Sistem penghargaan menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen SDM keperawatan agar produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Metode dalam penyusunan tenaga keperawatan harus teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai kepada pasien. Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktik profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.
c.
Pilar III : Professional Relationship (Hubungan Profesional) Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan disebut dengan hubungan profesional secara eksternal. Sedangkan hubungan professional RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
18
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
secara internal yaitu pada pelaksanaannya terjadi antara perawat dengan perawat, perawat dengan petugas kesehatan lainnya dan perawat dengan dokter. d.
Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan yang menerapkan proses keperawatan secara holistic dan dilakukan secara mandiri oleh perawat.
4.
Komponen-Komponen dalam MPKP Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan professional, yaitu : ketenagaan keperawatan, metoda pemberian asuhan keperawatan, proses keperawatan dan dokumentasi keperawatan. a.
Ketenagaan Keperawatan Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan berdasarkan derajat ketergantungan pasien sesuai dengan Metode Douglas. Penetapan derajat ketergantungan dilakukan berdasarkan petunjuk penetapan derajat ketergantungan pasien. Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan dalam Satu Ruang Rawat Jumlah pasien 1 2 3
Pagi 0,17 0,34 0,51
Minimal Sore Malam 0,14 0,07 0,28 0,14 0,42 0,21
Klasifikasi pasien Parsial Pagi Sore Malam 0,27 0,15 0,10 0,54 0,30 0,20 0,81 0,45 0,30
Pagi 0,36 0,72 1,08
Total Sore Malam 0,30 0,20 0,60 0,40 0,90 0,60
Adapun klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan (Metode Douglas) adalah sebagai berikut: 1) Perawatan Minimal - Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri. - Makan dan minum dilakukan sendiri. - Ambulasi dengan pengawasan. - Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift. - Pengobatan minimal, status psikologi stabil. 2) Perawatan Parsial - Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu. RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
19
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam. - Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali. - Dipasang voley kateter, intake output dicatat. - Pasien
dengan
pasang
infus,
persiapan
pengobatan
memerlukan prosedur. 3) Perawatan Total - Semua kebutuhan pasien diabantu. - Merubah posisi observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam. - Makan melalui atau NGT, intravena terapi. - Pemakaian suction. - Gelisah/disorientasi. b.
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia, maka model sistem asuhan keperawatan berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan profesional. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah tim, primer, dan kasus (Nursalam, 2011). Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998) dikutip oleh Nursalam (2011), jenis metode pemberian asuhan keperawatan telah dijabarkan pada tabel 1. Tabel 1 Jenis Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998)
Metode Fungsional
Deskripsi Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan. Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua, pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di semua bangsal.
Penanggung Jawab Perawat yang bertugas pada tindakan tertentu
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
20
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS Kasus
Tim
Primer
Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggungjawab terhadap asuhan dan observasi pasien tertentu dengan rasio pasien : perawat = 1 : 1. Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani kebutuhannya pada saat dia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti isolasi atau perawatan intensif. Enam sampai tujuh perawat profesional dan perawat pelaksana bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu tim kecil yang saling membantu. Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dan filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinasikan asuhan keperawatan. Rasio 1 : 4 atau 1 : 5 (perawat : pasien). Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk hingga keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara perawat dan pasien yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Manajer keperawatan
Ketua tim
Perawat primer (PP)
Selain itu, ada juga model modifikasi MPKP Tim-Primer yang digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2012), penetapan sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan :
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
21
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara. 2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. 3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim. Tingkatan dan Spesifikasi MPKP menurut Sitorus (2006) Tingkat
Praktik Keperawatan
MPKP Pemula
Mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula
MPKP I
Mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I
Metode Pemberian Askep Modifikasi keperawatan primer
Modifikasi keperawatan primer
Ketenagaan
Dokumentasi
1. Jumlah sesuai kebutuhan . 2. SKp/Ners (1:25-30 pasien) sebagai CCM. 3. DIII Keperawa tan sebagai perawat primer pemula. 4. SPK/DIII Keperawa tan sebagai PA. 1. Jumlah sesuai kebutuha n. 2. Ners spesialis (1:25-30 pasien) sebagai CCM. 3. SKp/Ners sebagai
Standar renpra (masalah aktual)
Aspek Penelitian
Standar renpra 1. Penelitian (masalah aktual deskriptif dan masalah oleh PN. risiko) 2. Identifikasi masalah penelitian. 3. Pemanfaata n hasil penelitian.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
22
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS 4.
MPKP II
Mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II
Manajemen kasus dan modifikasi keperawatan primer
1.
2.
3.
4.
MPKP III
Mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II
Manajemen kasus dan modifikasi keperawatan primer
1.
2.
3.
4.
5.
c.
PP. DIII Keperawa tan sebagai PA Jumlah sesuai kebutuha n. Spesialis Ners (1:1 PP) sebagai CCM. SKp/Ners sebagai PP. DIII Keperawa tan sebagai PA Jumlah sesuai kebutuha n. Doktor keperawa tan klinik (konsulta sn). Ners spesialis (1:1 PP) sebagai CCM. SKp/Ners sebagai PP. DIII Keperaw atan sebagai PA.
Clinical 1. Penelitian Pathway/standar eksperimen renpra oleh Ners spesialis. 2. Identifikasi masalah penelitian. 3. Pemanfaata n hasil.
Clinical 1. Penelitian Pathway/standar eksperimen renpra lebih banyak. 2. Identifikasi masalah. 3. Pemanfaata n hasil.
Proses Keperawatan Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah : RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
23
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
1) Identifikasi masalah. 2) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah. 3) Pemilihan
cara
penyelesaian
masalah
yang
tepat
dan
melaksanakannya. 4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah. Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkahlangkah proses keperawatan yaitu : 1) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic. 2) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan. 3) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah. 4) Implementasi rencana, dan 5) Evaluasi hasil tindakan. d.
Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan. Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien. Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
24
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
C. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP Pada MPKP tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan asuhan keperawatan dibedakan atas tugas tugas dan tanggung jawab Kepala Ruangan, Clinical Care Manager (CCM), PP dan PA. (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011). 1.
Kepala Ruangan Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKp/Ners dengan pengalaman. Kepala ruangan bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah: a.
Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
b.
Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
c.
Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan.
d.
Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan.
e.
Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan, anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP.
f.
Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
g.
Bekerja sama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti sistem MPKP.
h.
Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang harmonis dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain Kepala Ruangan bersama CCM dan PP mengingatkan kembali pasien dan
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
25
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan. i.
Mengecek perlengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 set setiap hari.
j.
Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku profesional.
k.
Bila PP cuti tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh Kepala Ruangan/CCM dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan Kepala Ruangan.
l.
Merencanakan
dan
memfasilitasi
ketersediaan
fasilitasyang
dibutuhkan di ruangan. m. Bersama CCM memonitoring dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat. n.
Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.
o.
Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
2.
Clinical Care Manager (CCM) `Pada ruang rawat dengan MPKP pemula CCM adalah SKp/Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners spesialis. Pada MPKP tingkat II, jumlah Ners Spesialis lebih dari satu orang tetapi disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) sesuai kasus yang ada.CCM brtugas sesusai jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab CCM adalah: a.
Melakukan pembimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP (ronde keperawatan)
b.
Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
c.
Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
d.
Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
26
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
e.
Mengidentifikasi
masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukan peneltian. f.
Menerapkan
hasil-hasil
penelitian
dalam
memberi
asuhan
keperawatan. g.
Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordnasikan, mengarahkan dan mengevaluasi
mahasiswa praktek, dan
membahas
dan
mengevaluasi tentang penerapan MPKP. h.
Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi masukan untuk perbaikan.
i.
Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi tentang asuhan keperawatan.
3.
Perawat Primer (PP)/Ketua Tim Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, PP pemula adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKpNers. PP dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya bertugas pada pagi atau sore saja. Tugas dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut: a.
Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehngga tercipta hubungan terapeutik.
b.
Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam ataupun hari libur.
c.
Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
d.
Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung jawabnya sesuai pasien yang di rawat (pre conference).
e.
Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap giliran jaga, sesuai kondisi yang ada.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
27
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
f.
Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP.
g.
Memonitor Dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
h.
Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.
i.
Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
j.
Mengatur pelaksanaan, konsul dan pemeriksaan laboratorium
k.
Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan Perawat Pelaksana.
l.
Mendampingi dokter visite pasien di bawah tanggung jawabnya.
m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan pasien setiap hari. n.
Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2 hari untuk membahas kondisi keperawatan pasien.
o.
Bila PP cuti/Libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan.
p.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
q.
Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasin dirawat.
r.
Bekerja sama dengan Clinical Care Manager (CCM)
s.
Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP)
4.
Perawat Asosiet (PA)/Perawat Pelaksana Kemampuan PA pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. namun pada beberapa kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan pada beberapa MPKP Yang dikembangkan. Tugas dan tanggung jawab PA/Perawat Pelaksana adalah sebagai berikut a.
Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan kepada PP, bila ada hasil yang belum jelas.
b.
Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
28
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
c.
Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga jika PL tidak ada di tempat.
d.
Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasaran renpra.
e.
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia.
f.
Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
g.
Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
h.
Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.
i.
Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yng perlu diselesaikan.
j.
Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan dan tindakan.
k.
Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan PP.
l.
Melakukan inventarisasi fasilitas yng terkait dengan timnya.
m. Membantu tim lain yang membutuhkan. n.
Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang menjadi tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan PP.
D. Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya,
tempat
kegiatan
tersebut
dilaksanakan,
bagaimana
indikator/tolak ukur untuk mencapai tujuan serta kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalisme
pelayanan
keperawatan
sehingga
mutu
pelayanan
keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan profesional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
29
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisienn (Swansburg, 1993). 1.
Pengertian Perencaan Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005 dalam Asmuji, 2012).
2. Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan Dalam manajemen keperawatan kegiatan perencanaan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “Perencanaan operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu tahun, perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun (Marquis & Huston, 1998), sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga samapai dengan dua puluh tahun (Swansburg, 1993). Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2009), rencana jangka yang dapat diterapkan di ruang di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan dan rencana tahunan. a. Rencana Harian Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencan harian ini RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
30
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat pelaksana. b. Rencana Bulanan Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer. c. Rencana Tahunan Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang. 3. Rencana Harian Perawat Pelaksana Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian dari perawat pelaksana ini harus terorganisir, terarah, benar-benar dipahami dan dilaksanakan karena tindakan dari perawat pelaksana langusng berhubungan dengan pelayanan keperawatan kepada pasien. Rencana harian perawat pelaksana meliputi kegiatan : operan, pre conference dan post conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, dan mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian rencana harian perawat berguna untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
31
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Adapun contoh rencana harian perawat pelaksana sebagai berikut : Rencana Harian Perawat Pelaksana Nama Perawat : ……….. Ruangan : ……….. Tanggal : ………… Nama Pasien : 1. ……………………. 4. …………………… 7. ………..………….. 2. ……………………. 5. …………………… 8. …………………… 3. ……………………. 6. …………………… 9. …………………… Waktu Kegiatan Operan 07.30 14.00 21.00 Pre Conference Pasien 1 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 2 : ………………………………….. (tindakan) 08.00 15.00 22.00 Pasien 3 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 4 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 5 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 6 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 7 : ………………………………….. (tindakan) 09.00 16.00 23.00 Pasien 8 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 9 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 10 : ……………………………….. (tindakan) Pasien 1 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 2 : ………………………………….. (tindakan) 10.00 17.00 24.00 Pasien 3 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 4 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 5 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 6 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 7 : ………………………………….. (tindakan) 11.00 18.00 Pasien 8 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 9 : ………………………………….. (tindakan) Pasien 10 : ……………………………….. (tindakan) 12.00 19.00 06.00 Istirahat 13.00 20.00 07.00 Post Conference 14.00 21.00 07.30 Operan
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
32
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
BAB III ANALISA SITUASI A. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan G Rumah Sakit PGI Cikini – Jakarta Pusat. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 19 – 23 April 2016 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan angket. Adapun yang menjadi sasaran dari pengumpulan data ini adalah Man, Material, Method, dan Machine yang ada di ruangan G tersebut. Selain itu, yang menjadi responden dalam pengumpulan data adalah perawat dan pasien. 1.
Sumber Daya Manusia (M1-Man) a.
Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap G RS PGI Cikini dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dibantu oleh CCM (Clinical Care Manager), 2 Ketua Tim, 19 Perawat Pelaksana, Pegawai Administrasi bersama Pembantu Perawat (POS) 3 orang, serta Cleaning Service 3 orang. Adapun Struktur Organisasi Ruang G adalah sebagai berikut. Kepala Ruang
CCM
Ketua Tim I
Perawat Associate I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Ketua Tim II
Perawat Associate II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
PAD POS
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
33
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Berdasarkan angket yang dibagikan, didapatkan bahwa 60 % perawat sudah merasa puas dengan Struktur Organisasi yang telah berjalan di ruangan dan sesuai dengan kemampuan perawat di bidangnya. Sebesar 80 % perawat menyatakan bahwa pembagian tugas yang dilakukan di ruangan sesuai dengan Struktur Organisasi yang telah ada. Sedangkan tugas-tugas yang dijalankan oleh Kepala Ruang dan Ketua Tim sudah berjalan optimal dan kompeten sesuai dengan
tugas-tugasnya.
Semua
perawat
yang
ada
sangat
membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan/pendidikan tambahan. Namun, 80 % perawat tidak merasa puas dengan pemberian beasiswa atau pelatihan pendidikan keperawatan. Sebagian besar perawat juga tidak merasa puas dengan jumlah pendapatan yang diterima berdasarkan latar belakang pendidikan. b.
Ketenagaan Berikut akan dijelaskan dalam tabel, mengenai jumlah tenaga, baik tenaga keperawatan maupun tenaga non keperawatan. No. 1.
2.
Komposisi Tenaga Perawat Kualifikasi Jumlah Masa Kerja S-1 Keperawatan 5 orang > 20 Tahun: 1 orang Ners > 10 Tahun: 2 orang < 5 Tahun: 2 orang D-3 Keperawatan 18 orang > 20 Tahun: 1 orang > 10 Tahun: 2 orang 5 – 9 Tahun: 2 orang 1 – 4 Tahun: 10 orang < 1 Tahun: 3 orang
Jenis PK 3 PK 3 PK 1 PK 3 PK 3 PK 2 PK 1 PK 0
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
34
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Komposisi Tenaga Perawat Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 S-1 Ners
S-1 Ners
DIII Keperawatan DIII Keperawatan
Komposisi Tenaga Perawat Berdasarkan Jenjang 12 10 8 6 4 2 0 PK 0
PK 1 PK 0
PK 2 PK 1
PK 2
PK 3 PK 3
Secara keseluruhan jumlah perawat yang ada pada tabel di atas adalah sebanyak 23 orang yang terbagi atas PK0 sebanyak 3 orang (13,04 %), PK1 sebanyak 12 orang (52,17 %), PK2 sebanyak 2 orang (8,69 %), dan PK3 sebanyak 6 orang (26,08 %). Sehingga dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat adalah PK1 sehingga pengalamannya masih minim. RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
35
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS Komposisi Tenaga Non Perawat Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Pembantu perawat/Pembantu 3 orang > 20 Tahun: 2 orang Orang Sakit (POS) < 5 Tahun: 1 orang Petugas Administrasi (PAD) 1 orang < 1 Tahun Cleaning Service 3 orang
No. 1. 2. 3.
c.
Pasien Adapun jumlah pasien selama 1 bulan (Bulan Maret 2016) berdasarkan data di ruangan adalah sebagai berikut:
d.
Tingkat Ketergantungan Pasien
Jumlah Pasien
Perawatan Minimal (Self Care) Perawatan Parsial (Intermediate Care) Perawatan Total (Total Care) JUMLAH
1
Rata-rata pasien per hari 0,03
578
18,67
111 690
3,58 22.28
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Diagnosa Medik (Data Bulan Maret 2016) Diagnosa Medik Jumlah CKD on HD 4 orang Diabetes Mellitus 4 orang Febris 4 orang Dispepsia 4 orang Anemia 3 orang Viral Infection 3 orang Deep Vein Trombosis 3 orang Thypoid Fever 3 orang Gastroenteritis Akut 3 orang
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Diagnosa Keperawatan (Data Bulan Maret 2016) Diagnosa Medik Jumlah Nyeri 30 orang Kekurangan Volume Cairan 14 orang Hipertermi 10 orang Cemas 7 orang Gangguan Perfusi Jaringan Cerebral 5 orang Kelebihan Volume Cairan 5 orang
Pengaturan Ketenagaan Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat ketergantungannya. Dalam mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut metode RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
36
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Douglas. Berdasarkan rumus tersebut maka didapatlah jumlah kebutuhan perawat rata-rata per hari di masing-masing shift berdasarkan data pada bulan Maret 2016, hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
BOR (%)
Tingkat Ketergantungan
95,8
Minimal Care Parsial Care Total Care
Ratarata pasien 1 bulan terakhir 0.03 18,67 3,58
Jumlah
Jumlah kebutuhan tenaga perawat rata-rata per hari
Jumlah perawat yang tersedia rata-rata per hari
23
13
14
Total tenaga perawat yang dibutuhkan pada adalah 6 + 4 + 3 = 13 ditambah 2 orang struktural (Perawat Kepala Ruang dan CCM) = 15 orang. Sementara itu berdasarkan observasi jadwal dinas, perawat yang dinas pagi sebanyak 6 orang PA ditambah PKR dan CCM, dinas sore 5 orang PA, dan dinas malam 3 orang PA. Sehingga dari data tersebut didapati bahwa ketersediaan tenaga perawat di dinas pagi cukup, di dinas sore +1, di dinas malam cukup. Jumlah jam kerja yang dijalani selama ini ternyata 60 % perawat tidak merasa puas dengan jumlah jam tersebut. Sementara itu, kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 tahun masih belum merata. Sebesar 53 % perawat mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa puas dengan pembagian yang ada.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
37
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Kepuasan dan Kejelasan Kerja
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Kepuasan Jam Kerja
Kejelasan Pembagian Tugas Ya
2.
Tidak
Sarana dan Prasarana (M2-Material) a.
Denah Ruangan
Sebesar 73 % mengatakan bahwa lokasi dan denah ruangan masih kurang baik, sehingga perlu diadakan/direncanakan untuk renovasi ruangan. Salah satu ruangan yang perlu diperbaiki berdasarkan observasi yaitu Toilet pasien yang terlalu jauh dengan kamar pasien. Sementara itu dari hasil observasi Papan Denah yang ada di ruangan perlu diganti dan dilengkapi dengan keterangan, karena Denah yang ada di ruangan sudah tidak memadai.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
38
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
b.
Fasilitas Ruang G Daftar Inventaris Alat Kesehatan No. Nama Alat 1. Tensimeter Nova 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Stetoskop Thermometer Nebulizer Kursi Roda Suction Unit Brancard + Transfer Bed Infus Pump Alat tes gula darah Aqu Check Pube Oxymetri Syringe Pump
Jumlah Keterangan 3 2 baik, 1 rusak 4 Baik 2 Baik 2 Baik 2 Baik 1 Baik 1 Baik 4 Baik 1 Baik 1 Baik 2 Baik
Daftar Inventaris Kebutuhan Keperawatan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Alat Tempat Tidur Elektrik Meja Pasien/Bedside Table Kursi Pasien Lemari Pasien Kursi Roda Brankard Troli Balutan Troli Obat Troli Obat Emergency Troli Makanan/Minuman Kereta Linen Bersih Kereta Linen Kotor Lemari Dokumen Lemari Obat Lemari Bahan Perawatan Lemari Linen Rak Pot/Urinal Rak Status Light Box Standar Infus Interkom Lampu Baca Lampu Emergency Jam Dinding Televisi
Jumlah 24 24 30 24 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1 1 1 8 8
Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
39
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Kursi dan Meja Teras Papan Nama Pasien di Bed Kulkas Obat Standar Kom Double Standar Kom Single Kom Mandi Hair Dryer Kotak Saran Senter AC Sofa Tamu
24 1 8 2 25 25 1 1 1 7 2
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Daftar Inventaris Linen No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama Barang Laken Boven Steek Laken Sarung Bantal Selimut wol Alas Kepala Alas Bokong Ikat-Ikat tangan Perlak B/K Celemek Keset Kaki Baju Pasien Gorden Jendela Gorden Tempat Tidur Gorden Vitrage Kantong Linen Kotor Alas Sonde
Jumlah 50 50 50 50 18 10 10 5 10/10 2 4 25 8 40 4 2 6
Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Jumlah 2 16 16 2 1 1 1 1 2 1 1
Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Daftar Inventaris Fasilitas Kantor No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Nama Alat Meja Kantor Kursi Kantor Kursi Futura Computer Lemari Dokumen Lemari Status Rak Arsip Intercom Pesawat Telepon Jam Dinding Box Tempat Bolpen
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
40
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
12. 13.
Box Tempat Arsip White Board
1 1
Baik Baik
Mengenai fasilitas, 60 % perawat mengatakan bahwa peralatan yang ada sudah lengkap untuk perawatan pasien. 40 % perawat tidak berencana untuk menambah peralatan perawatan pasien. 53 % perawat mengatakan bahwa jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan rasio pasien. 73 % perawat sudah mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan pasien. Selain itu, administrasi penunjang yang tersedia di ruangan sudah memadai.
3.
Metode (M3-Method) a.
Penerapan MAKP Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan adalah modifikasi Metode Tim Primer. Sebanyak 13 dari 15 perawat yang dibagikan angket (87 %) menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan dan 67 % menyatakan cocok dengan model yang ada. Mengenai efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan, didapatkan bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini 53 % perawat
menjawab
bahwa
model
asuhan
keperawatan
tersebut
menjadikan lama rawat inap bagi pasien semakin pendek dan 47 % menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut tidak manjamin lama perawatan pasien menjadi pendek. Dengan adanya model asuhan keperawatan tersebut telah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan. Model asuhan keperawatan tersebut tidak mempersulit pekerjaan yang ada. Di samping itu, 60 % perawat mengatakan bahwa model
asuhan
keperawatan
tersebut
tidak
memberatkan
dalam
pembiayaan. Model asuhan keperawatan ini tidak banyak mendapat kritikan dari pasien. Pelaksanaan model asuhan keperawatan dengan metode modifikasi tim primer telah mendukung terlaksananya komunikasi adekuat antar perawat dan tim kesehatan lain. 87 % perawat mengatakan bahwa RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
41
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
kontinuitas rencana keperawatan terlaksana dengan baik. 53 % perawat mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari ketua tim jika ditemui ada kesalahan tindakan atau pendokumentasian asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada perawat di ruang G, didapatkan bahwa seluruh perawat yang ada telah menjalankan kegiatan sesuai standar. Secara keseluruhan perawat sudah mengenal dan mengetahui kondisi pasien.
b.
Overan Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00 WIB, dari pagi ke sore pukul 14.00 WIB, dan dari sore ke malam pukul 21.00 WIB. Berdasarkan observasi overan dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan karena saat overan berlangsung, ada perawat yang langsung memberikan tanggapan tentang masalah yang dioverkan, sehingga waktu overan menjadi semakin
panjang.
Sebaiknya
kesempatan
untuk
memberikan
tanggapan/masukan nanti seluruh kegiatan overan selesai, sehingga dapat menghemat waktu overan. Di samping itu, penyebab overan berlangsung lama yaitu adanya visite dokter bertepatan dengan waktu overan, sehingga kegiatan overan sering terganggu. Overan dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan. Sebelum operan dilaksanakan para perawat yang ada mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pasien seperti status pasien, list pasien, terutama rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masing-masing pasien. Seluruh perawat yang ada telah mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat pelaporan operan. Semua yang dilaporkan saat overan, baik sebelum maupun sesudah overan, semuanya dicatat dalam buku laporan. 70 % perawat mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan. Setelah melakukan overan di Kantor Perawat, masing-masing tim langsung menuju ke ruang perawatan pasien untuk melakukan interaksi RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
42
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
dengan pasien (visite keperawatan). Adapun interaksi yang dilakukan di depan pasien yaitu perawat yang bertugas pada shift selanjutnya dan memastikan kondisi pasien apakah sesuai dengan yang di-overkan atau tidak. 80 % perawat di ruang G sudah mengetahui teknik pelaporan overan saat di depan pasien, seperti menghindari pasien agar tidak kaget mendengarkan hasil pemeriksaan atau tindakan yang akan diberikan. 53 % perawat menyatakan bahwa lama waktu mengunjungi pasien kurang dari 5 menit. Seluruh perawat biasanya mendapat evaluasi langsung dari kepala ruangan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Overan menurut Nursalam (2012) adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana. Jika perawat pelaksana tidak memiliki rencana harian dan laporan kegiatan harian, maka akan berdampak pada kelengkapan informasi yang dibutuhkan saat Overan. Sementara itu dalam buku Panduan Akreditasi RS PGI Cikini, disebutkan bahwa demi terwujudnya komunikasi yang efektif dalam pelayanan harus menggunakan metode SBAR. Oleh karena itu dalam menyampaikan overan harus menggunakan komunikasi efektif dengan metode SBAR (Situation, Background, Accesment, Recomendation). Berdasarkan hal tersebut, maka rencana kegiatan harian perawat pelaksana sangatlah penting dalam kesinambungan layanan asuhan keperawatan. Berikut adalah data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mengenai overan dan rencana harian perawat pelaksana. 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 19 – 23 April 2016, ditemui bahwa setiap hari seringkali di Tim 1 dan Tim 2 terdapat 2 – 3 orang perawat pelaksana di masing-masing Tim baik di overan pagi maupun overan sore (50-60 %) tidak menyimak/tidak memperhatikan dengan baik hal-hal penting yang disampaikan saat overan berlangsung dan sering berdiskusi serta kurang menghargai orang yang menyampaikan overan. Berdasarkan observasi, perawat RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
43
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
pelaksana tidak memiliki keseragaman format catatan rencana harian untuk mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masingmasing. 2) Hasil Wawancara Adapun hasil wawancara yang diperoleh pada tanggal 03 Mei 2015 adalah sebagai berikut: a) Kepala ruangan Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu rencana kerja, jumplah pasien, ketenagaan cukup atau tidak, kesiapan masing-masing perawat, hal-hal apa saja yangperlu diingatkan seperti hal-hal prioritas atau masalah pasien-pasien yang membutuhkan observasi lebih. Sementara itu metode yang digunakan saat penyampaian overan yaitu menggunakan metode S BAR untuk semua pasien. Mengenai rencana harian, perawat pelaksana memang telah memiliki buku catatan masing-masing. Tetapi untuk format rencana harian belum digunakan. b) Ketua Tim I Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat pelaporan overan yaitu status pasien, list obat, list asuhan keperawatan dan buku tugas. Dalam penyampian overan biasanya
menggunakan
metode
S
BAR
namun
dalam
pelaksanaannya di ruang G belum maksimal. c) Ketua Tim II Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan selaku ketua tim II pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah sudah selesai atau belum, sehingga tidak ada yang ketinggalan saat penyampaian overan. Adapun kesiapan overan yang perlu diperhatikan yaitu overan yang dilaksanakan pada masingmasing shift baik dari malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke malam. Sebenarnya dalam menyampaikan overan harus menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100%
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
44
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
dilaksanakan. Menurut saya metode tersebut baru telaksana sekitar 70-80%. d) Perawat Pelaksana Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya sendiri
dalam
melakukan
persiapan
sebelum
overan
berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum overan adalah berdoa, persiapan diri baik fisik maupun mental, peralatan tulis-menulis termasuk buku kecil/buku catatan pribadi, status dan list pasien, buku laporan masing-masing tim. Selain itu pastikan juga bahwa program-program/tindakan
sudah
terlaksana,
kita
harus
membaca kembali status pasien membuka kembali status keperawatan untuk melihat tindakan yang akan diberikan, mengecek obat apakah sudah diberikan atau belum, apakah obat tersedia atau tidak serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan seperti instruksi-instruksi yang disampaikan harus jelas. Di samping itu diperlukan juga ketelitian, konsentrasi yang baik dan kesiapan untuk mendengar serta tidak boleh diskusi saat overan berlangsung agar supaya tidak ada informasi yang terlewatkan. Pada saat menyampaikan overan hal-hal yang perlu disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab, tindakan yang sudah dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan yang
belum
dilaksanakan,
dan
program
atau
tindakan
selanjutnya. Pada dasarnya saat menyampaikan overan harus dengan komunikasi yang efektif yaitu menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Accessment, Recomendation), namun sebagian besar perawat pelaksana mengatakan bahwa belum maksimal pelaksanaannya. Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut, baik Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala Ruangan
telah
mempunyai
buku
tugas/catatan
pribadi
untuk
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
45
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing. Namun catatan pribadi Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu, Perawat Pelaksana juga tidak memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada shift-nya. Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu kegiatan yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah dengan baik, kegiatan yang berjalan tidak terstruktur, dan perawat tidak mengetahui apa saja kegiatan yang akan dilakukan sepanjang shift-nya. Sedangkan dengan adanya rencana harian perawat, akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, serta akan menjadi bahan penilaian akan kinerja dari perawat pelaksana itu sendiri. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka kelompok mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya rencana harian Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana. c.
Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Berdasarkan angket yang disebarkan, 100 % perawat mengatakan bahwa ruangan mendukung kegiatan ronde keperawatan. 93 % perawat mengatakan bahwa telah mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 73 % perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan. Tim ronde keperawatan di ruangan telah tersedia, namun belum melaksanakan ronde secara optimal.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
46
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Pelaksanaan Ronde Keperawatan
80% 60% 40% 20% 0% Ronde Keperawatan Sudah Optimal
d.
Belum Optimal
Sentralisasi Obat Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002). Terdapat 87 % perawat mengatakan bahwa sudah mengetahui tentang sentralisasi obat. 80 % perawat menyatakan bahwa sudah pernah diberi wewenang dalam urusan sentralisasi obat. 100 % perawat menyatakan bahwa sudah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat seperti: oral, injeksi, supositoria, infus, insulin, dan obat gawat darurat. Mengenai format persetujuan sentralisasi obat dari pasien/keluarga pasien, 73 % perawat menyatakan bahwa di ruangan telah menggunakan format tersebut. Selama ini juga proses penerimaan obat dari pasien/keluarga pasien sudah berjalan dengan baik. Di ruangan telah tersedia lemari khusus untuk penyimpanan/sentralisasi obat, bahkan obatobatan
untuk
pasien
telah
diletakkan
dalam
kotak
obat
dan
dikelompokkan berdasarkan kamar dan bed pasien yang bersangkutan. Selain itu, untuk meminimalisir kesalahan pemberian obat, obat-obatan tersebut telah diberi label/barcode. Semua perawat sudah mengetahui cara penyimpanan obat secara baik dan benar atau sesuai dengan SOP Rumah Sakit.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
47
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Dalam memberikan obat kepada pasien, 93 % perawat mengatakan bahwa harus selalu menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan. Selain itu, setiap jenis obat yang diberikan pada pasien mempunyai format masing-masing. Setelah memberikan obat kepada pasien,
keluarga/pasien
wajib
menandatangani
form
terapi
pengobatan/medik yang sudah diberikan pada pasien. e.
Supervisi Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana. Berdasarkan pengumpulan data, 100 % perawat mengatakan bahwa sudah mengerti tentang supervisi dan sudah dilaksanakan/dilakukan di ruangan. 60 % perawat mengatakan bahwa setiap bulan diadakan supervisi. Bahkan menurut wawancara dengan Kepala Ruangan, disampaikan bahwa biasanya Kepala Ruangan langsung mengadakan supervisi setiap minggu. Setiap tindakan yang dijalankan dan dilaksanakan oleh perawat mempunyai format baku untuk supervisi, seperti SOP (Standar Operasional Prosedur). 80 % perawat menyatakan bahwa alat (instrument untuk supervisi tersedia secara lengkap. Adapun hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat, sehingga para perawat mengetahui apa yang masih perlu dibenahi guna meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Setelah supervisi dilakukan, selalu ada umpan balik dari supervisor untuk setiap tindakan. Hasil dari umpan balik tersebut sebagian besar perawat merasa puas dengan hasil yang ada. Sebesar 87 % perawat mengatakan bahwa setiap hasil supervisi, ada tindak lanjutnya. Setelah diklarifikasi hasil supervisi yang didapat, 93 % perawat mengatakan bahwa mereka menginginkan perubahan untuk setiap tindakan agar sesuai dengan hasil supervisi. Sementara itu, 60 % perawat menyatakan bahwa sudah pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
48
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
f.
Perencanaa Pulang (Discharge Planning) Seluruh perawat mengatakan bahwa sudah mengerti tentang perencanaan pulang. Setiap kali pasien pulang, sebelum itu perawat wajib memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang pasien alami dan mengenai perawatan di rumah. 93 % perawat di ruang G menyatakan bahwa mereka bersedia melakukan perencanaan pulang mulai pasien masuk RS sampai pasien akan keluar Rumah Sakit. 73 % perawat menyatakan bahwa sudah ada pembagian tugas tentang perencanaan pulang. Berdasarkan pengumpulan data, telah tersedia brosur/leaflet yang bisa digunakan perawat untuk perencanaan pulang pasien. Di samping itu, juga sudah ada teknik yang bisa digunakan saat pemberian perencanaan pulang pada pasien. Sebagian besar perawat mengatakan bahwa pasien sudah mengerti dan memahami bahasa yang dipakai perawat saat memberikan perencanaan pulang. Jika ada yang belum dimengerti, pasien/keluarga diberi kesempatan untuk bertanya. Setiap kali selesai memberikan perencanaan pulang, setiap perawat wajib melakukan pendokumentasian pada buku laporan atau list pasien.
g.
Dokumentasi Di ruangan telah tersedia format yang bisa digunakan untuk membantu dan memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebesar 87 % perawat mengatakan bahwa sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat waktu. Sebagian perawat mengatakan bahwa model dokumentasi yang digunakan ini tidak menambah beban kerja perawat. Dengan adanya model dokumentasi yang digunakan saat ini 80 % perawat menyatakan bahwa menyita banyak waktu perawat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Audit Keperawatan (Bulan September – Desember 2015) pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki nilai rata-rata 93,7 % dengan perincian: Pengkajian 99 %, Diagnosa 90 %, Intervensi 91 %, Implementasi 91 %, dan Evaluasi 97,5 %.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
49
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Hasil Audit Keperawatan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (September - Desember 2015)
100% 98% 96% 94% 92% 90% 88% 86% 84% Pendokumentasian Askep Pengkajian
4.
Diagnosa
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
Pembiayaan (M4-Money) tidak dikaji
5.
Mutu (M5-Machine) Dari hasil Audit pada Bulan September – Desember 2016, mutu asuhan keperawatan berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai rata-rata 73,27 %. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh bahwa 78 % pasien mengatakan bahwa perawat memperkenalkan diri pada pasien. Dalam melayani pasien, perawat selalu bersikap sopan dan ramah. Saat menerima pasien baru, perawat selalu menjelaskan peraturan dan tata tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit, dan tempat-tempat mana yang paling penting untuk kelancaran perawatan seperti kamar mandi, ruang perawat, administrasi. Perawat juga selalu menjelaskan tujuan perawatan yang akan dilakukan pada pasien, sehingga pasien/keluarga dapat mengerti mengenai tindakan yang akan diberikan. Kepala ruang maupun perawat pelaksana lainnya wajib
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
50
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
memberikan informasi kepada pasien tentang perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien. 91 % pasien mengatakan bahwa perawat memperhatikan keluhan pasien dan selanjutnya menanggapi keluhan yang dirasakan oleh pasien. Di samping itu juga, perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien. Saat melaksanakan tindakan keperawatan, pasien mengatakan bahwa perawat selalu memberikan penjelasan sebelum tindakan keperawatan diberikan. Selanjutnya perawat meminta persetujuan kepada pasien/keluarga sebelum melakukan tindakan. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sebelum tindakan keperawatan diberikan berupa prosedur tindakan, risiko atau bahaya dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu menurut pernyataan pasien melalui angket, telah dijelaskan oleh perawat dengan lengkap dan jelas. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin, berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Menurut pernyataan pasien dalam angket, selain cleaning service perawat juga turut membantu dalam hal kebersihan dan kerapihan Rumah Sakit. 91 % pasien mengatakan bahwa perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri, serta berhati-hati. Pasien juga menyatakan bahwa setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai keadaan dari pasien, misalnya perasaan pasien setelah diberikan tindakan, reaksi pasien setelah tindakan, dan perubahan-perubahan lainnya. Setelah tindakan diberikan, perawat wajib mencatat atau mendokumentasikan dalam buku laporan, status pasien, atau list pasien.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
51
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
B. Analisa SWOT No. Pengumpulan Data 1.
M1- Man (Sumber Daya Manusia)
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
51
Strengths (Kekuatan/Kelebihan) 1. Sudah menggunakan Struktur Organisasi dengan MPKP modifikasi Tim Primer. 2. Jenis Ketenagaan : S1-Ners 5 orang D3 Keperawatan 18 orang POS 3 orang PAD 1 orang Cleaning Service 3 orang 3. PK0 sebanyak 3 orang (13,04 %), PK1 sebanyak 12 orang (52,17 %), PK2 sebanyak 2 orang (8,69 %), dan PK3 sebanyak 6 orang (26,08 %) 4. BOR 89,35 % 5. Tenaga keperawatan
Weaknesses Opportunities Threats (Kelemahan/Kekurangan) (Peluang/Kesempatan) (Ancaman) 1. 80 % perawat tidak 1. Adanya kemauan 1. Masih ada puas dengan pemberian dari perawat untuk perawat yang beasiswa atau pelatihan meningkatkan belum memiliki pendidikan kemampuan kerja STR/dalam keperawatan. melalui kepengurusan 2. Kurangnya pelatihan/pendidik 2. Adanya tuntutan kesejahteraan perawat an tambahan. akreditasi Rumah seperti tidak sesuainya 2. Adanya program Sakit dengan UU jumlah pendapatan akreditasi RS Akreditasi dengan latar belakang dimana MPKP Rumah Sakit No nama. adalah salah satu 12 tahun 2012 3. 52,17 % perawat masih penilaian. bahwa akreditasi PK 1/ pengalaman bertujuan masih minim. meningkatkan 4. 60 % Perawat tidak keselamatan merasa puas dengan pasien Rumah jumlah jam kerja. Sakit dan 5. Kesempatan untuk meningkatkan mengambil cuti dalam perlindungan waktu 1 minggu masih bagi pasien, belum merata. masyarakat, 6. 53 % perawat sumber daya mengatakan bahwa manusia Rumah pembagian tugas di sakit dan rumah ruangan belum jelas sakit sebagai
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
mencukupi pada masing-masing shift.
2.
M2-Material (Sarana dan Prasarana)
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
52
1. Inventaris alat kesehatan dan kebutuhan keperawatan sudah cukup memadai dengan kondisi baik. 2. Alat penunjang seperti Linen dalam kondisi baik dan layak pakai. 3. Fasilitas kantor tersedia dengan
dan tidak merasa puas dengan pembagian yang ada.
1. Toilet pasien terlalu jauh dengan kamar pasien. 2. Papan Denah ruangan masih kurang baik, sehingga perlu diperbaiki.
Institusi. 3. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional 4. Adanya tuntutan dari Rumah sakit untuk setiap tindakan keperawatan harus mengikuti SOP yang telah dibuat oleh Rumah Sakit. 1. Dapat meningkatkan 1. Tersedianya pelayanan kepada fasilitas RS yang pasien. lengkap menjadi item persaiangan antar RS 2. Sarana dan pra sarana RS yang lengkap menjadi daya Tarik pelangan. 3. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
baik. 4. Peralatan yang ada sudah lengkap untuk perawatan pasien. 5. Jumlah alat sudah sesuai dengan rasio pasien. 6. Perawat mengerti cara menggunakan semua alat perawatan pasien.
4.
5.
6.
3.
M3-Method (Metode)
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
53
1. Ruang G sudah menggunakan MPKP model modifikasi Metode Tim Primer.
1. Overan terlalu lama dan seringkali selesai tidak tepat waktu. 2. Perawat pelaksana tidak memiliki
1. Adanya kesempatan mendukung terlaksanya komunikasi
1.
2.
melengkapi sarana dan prasarana. Tuntutan akreditasi Rumah Sakit. Makin tingginya kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan dengan adanya program BPJS. Adanya pembangunan gedung bertingkat di sekitar RS yang menyebabkan pergeseran tanah sehingga beberapa ruangan tidak beroperasi. Tuntutan akreditasi Rumah Sakit. No. 36 tahun 2009 tentang
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
2. Perawat sudah mengerti dan merasa cocok dengan model yang ada. 3. Dengan metode modifikasi Tim Primer, menjadikan lama rawat inap bagi pasien semakin pendek. 4. Metode ini tidak memberatkan dalam pembiayaan. 5. Kontinuitas renpra terlaksana dengan baik. 6. Setiap hari, dilakukan 3 kali overan, 7. Perawat telah mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat overan. 8. Melakukan interaksi dengan pasien (visite RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
54
keseragaman catatan rencana kerja harian. 3. 73 % perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan.
adekuat antar keselamatan perawat dan tim pasien, terdapat kesehatan lain. pada pasal 53 2. Perawat mendapat ayat 3 kesempatan untuk 3. Adanya dievaluasi kesadaran pasien langsung oleh dan keluarga Ketua Tim dan akan tanggung Kepala Ruangan. jawab dan 3. Adanya hasil tanggung gugat. umpan balik 4. Adanya tuntutan supervisi untuk akan pelayanan meningkatkan yang profesional. kualitas pelayanan. 4. Adanya keinginan perawat untuk mengalami perubahan setelah disupervisi.
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
keperawatan) 9. Sebagian besar perawat telah mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 10. Perawat sudah mengerti dengan sentralisasi obat. 11. Tersedia format daftar pengadaan tiap-tiap obat. 12. Terdapat media penyimpanan obat dan barcode untuk label obat. 13. Perawat sudah mengerti tentang supervisi. 14. Supervisi dilakukan oleh Kepala Ruangan setiap bulan dan setiap minggu. 15. Semua perawat sudah mengerti tentang Discharge Planning. RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
55
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
4.
M5-Machine (Mutu)
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
56
16. Tersedia format untuk melakukan pendokumentaian. 17. Nilai rata-rata pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar 93,7 % 1. Perawat bersikap 1. Minimnya tenaga sopan dan ramah keperawatan yang dalam melayani berlatarbelakang pasien. pendidikan Sarjana. 2. Perawat selalu memperhatikan dan menanggapi keluhan yang dirasakan klien. 3. Perawat selalu memantau dan mengobservasi keadaan pasien secara rutin. 4. Nilai mutu asuhan keperawatan berdasarkan Audit keperawatan sebesar 73,27 %
1. Adanya komunitas perawat yang professional. 2. Terciptanya pelayanan yang kondusif terhadap pasien.
1. Masih ada perawat yang belum memiliki STR. 2. Adanya tuntutan akreditasi Rumah Sakit dengan UU Akreditasi Rumah Sakit No 12 tahun 2012 bahwa akreditasi bertujuan meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
manusia Rumah sakit dan rumah sakit sebagai Institusi. 3. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional 4. Adanya tuntutan dari Rumah sakit untuk setiap tindakan keperawatan harus mengikuti SOP yang telah dibuat oleh Rumah Sakit 5. Adanya UU Keperawatan No. 36 tahun 2009 tentang keselamatan pasien, terdapat pada pasal 53 ayat 3.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
57
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
C. Identifikasi Masalah dan Pembobotan Prioritas Masalah 1.
Identifikasi Masalah a.
b.
c.
d.
e.
2.
Turunnya minat kerja/semangat kerja perawat pelaksana di ruangan G ditandai dengan 60 % perawat pelaksana tidak merasa puas dengan jumlah jam kerja, kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 tahun. masih belum merata, 53 % perawat pelaksana mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa puas dengan pembagian yang ada Kurangnya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja dari perawat pelaksana dibuktikan dengan 52,17 % % perawat pelaksana masih PK 1 yang pengalamannya masih minim. Belum optimalnya penggunaan catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Waktu pelaksanaan overan tidak efektif karena overan yang dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang G belum efektif ditandai dengan 73 % perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan.
Pembobotan dan Prioritas Masalah Proses untuk mendapatkan masalah prioritas dengan menggunakan metode pembobotan yang memperhatikan aspek : -
Magnitude (Mg) Kecenderungan besar dan masalah sering terjadi
-
Severity (Sv) Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini.
-
Manageability (Mn) Berfokus kepada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahannya.
-
Nursing Consent (Nc) Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
-
Affordability (Af) Ketersediaan sumber daya
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
58
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
Rentang nilai yang digunakan 1-3 dengan rincian 3 : Besar 2 : Sedang 1 : Kecil Untuk mendapatkan nilai prioritas masalahnya : Mg×Sv×Mn×Ne×Af Pembobotan Prioritas Masalah No. 1.
2.
3. 4. 5.
Daftar Masalah
Turunnya minat kerja/semangat kerja perawat pelaksana di ruangan G ditandai dengan 60 % perawat pelaksana tidak merasa dengan jumlah jam kerja, kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 minggu masih belum merata, 53 % perawat pelaksana mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa puas dengan pembagian yang ada Kurangnya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja dari perawat pelaksana dibuktikan dengan 52,17 % perawat pelaksana masih PK 1 yang pengalamannya masih minim. Belum optimalnya penggunaan perencanaan harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Waktu pelaksanaan overan tidak efektif karena overan yang dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang G belum efektif ditandai dengan 73 % perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan.
Mg Sv 2 1
Mn 1
Nc 2
Af 2
Skor 8
Prioritas V
2
1
2
2
2
16
IV
3
2
2
3
3
108
I
3
2
2
2
2
48
III
2
2
3
3
2
72
II
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
59
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
D. POA (Plan Of Action) Masalah : Belum optimalnya penggunaan rencana harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Indikator Uraian kegiatan keberhasilan Meningkatkan 1. Perawat 1. Pembuatan desain efektifitas dan mengetahui rencana kerja harian efisiensi rencana kerja pelayanan yang akan sebagai dilakukannya perawat setiap hari 2. Sosialisasi tentang pelaksana 2. Perawat format rencana kerja dengan menggunaka harian sesuai shift menggunakan n format lembar rencana rencana kerja kerja harian harian setiap perawat hari sesuai 3. Implementasi shift tentang penggunaan format rencana kerja harian Tujuan
4. Evaluasi penggunaan format rencana kerja harian sesuai shift
Alat dan Metode
Waktu
Prosedur/ Strategi
PIC
Sasaran
29 April – 01 Mei 2016
1. Mendesain format rencana kegiatan harian agar bisa lebih mudah dan efisien dalam pengisiannya.
Cyntia Lumintang
10 Mei 2016
2. Melakukan presentasi awal Fidy Sada di ruangan untuk menjelaskan tentang format pembuatan rencana kerja harian perawat.
Perawat yang bertugas di ruangan G
10 – 11 Mei 2016
3. Bersama dengan perawat pelaksana melakukan implementasi tentang penggunaan format rencana kerja harian sesuai shift.
Christien Bopeng dan Sustianti Tamara
Format rencana kerja harian
11 Mei 2016
4. Mengevaluasi penggunaan format pembuatan rencana kerja harian perawat.
Miranti Sengkeh dan Yiyin Pansing
Format rencana kerja harian
Format rencana kerja harian
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
60
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
E. Penyelesaian Masalah Pengumpualan data dilakukan dengan memberi angket tentang M1 (Manusia/ketenagaan), M2 (material/sarana dan prasarana), M3 (metode), M5 (mutu); dan mengobservasi situasi serta kondisi diruangan, terkait dengan manajemen keperawatan yang dilaksanakan di ruang G. Untuk lebih memfokuskan masalah, kelompok melakukan wawancara dengan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sehingga kelompok menemukan beberapa masalah tentang manajemen keperawatan. Dari beberapa masalah tersebut
kelompok
menyusun
prioritas
masalah
terkait
manajemen
keperawatan. Prioritas masalah yang telah tersusun, kelompok diskusikan dengan
kepala
ruangan
untuk
menentukan
masalah
mana
yang
implementasinya paling dibutuhkan oleh ruangan. Hasil diskusi dengan kepala ruangan adalah prioritas masalah yang akan diangkat oleh kelompok yaitu: Belum optimalnya Catatan Perencanan harian perawat pelaksana berhubunganan dengan tidak ada keseragaman catatan harian perawat pelaksana sehingga pencatatannya belum teratur yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat format rencana kerja harian perawat pelaksana dengan tujuan akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien serta
menunjang dalam serah terima dengan ketua tim. Implementasi dilakukan selama 2 hari yang dimulai dengan mensosialisasikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan meminta masukan untuk perbaikan format agar sesuai dengan keperluan perawat pelaksana. Hari kedua dilanjutkan dengan membagikan
format
rencana kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada perawat dinas pagi, sore dan malam. Evaluasi dilakukan pada hari ketiga.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
61
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
BAB IV PEMBAHASAN Prioritas masalah yang ditemukan di Bangsal G adalah belum optimalnya catatan perencanaan harian perawat pelaksana. Pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 19 April 2016 - 28 Mei 2016, pembuatan desain rencana kerja harian tanggal 29 April 2016 - 1 Mei 2016. Implementasi berupa sosialisasi dan penggunaan format rencana kerja harian tanggal 10 Mei 2016 – 11 Mei 2016. Evaluasi dilakukan pada tanggal 11 mei 2016 – 12 mei 2016. A. Data Pre Implementasi Hasil Observasi dan Wawancara Hasil Observasi dan wawancara sebelum dilakukan implementasi adalah sebagai berikut : a.
Komunikasi Rencana Keperawatan Gambar 5. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF TENTANG RENCANA KEPERAWATAN
47%
53%
Baik Kurang Baik
53 % perawat mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari ketua tim jika ditemui ada kesalahan seperti komunikasi yang disampaikan hanya lewat begitu saja/tidak sampai pada perawat yang bersangkutan,
catatan
tidak
lengkap,
kesalahan
tindakan
atau
pendokumentasian asuhan keperawatan. RS PGI Cikini – Jakarta Pusat 62
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
b.
Serah Terima Serah terima dilakukan tiga kali sehari yaitu pada setiap pergantian Shift. Serah terima seharusnya dilaksanakan 30 menit namun yang dilaksanakan dibangsal G sering lebih dari waktu yang ditentukan. Menurut Nursalam (2012) yang perlu diperhatikan dalam serah terima adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana. Berdasarkan hasil observasi, 100% Perawat pelaksana diruang G hanya memiliki catatan pribadi yang berbeda antara perawat yang satu dengan yang lain sehingga Informasi yang disampaikan Ketua Tim kepada Anggota Tim kurang dipahami dan diperlukan pengulangan informasi yang membutuhkan waktu untuk menjelaskan kembali. Hal ini dikarenakan perawat belum memiliki format rencana kerja yang seragam yang akan mempengaruhi juga dalam pelaksanaan serah terima sebagai bentuk komunikasi antar perawat.
B. Implementasi Implementasi dimulai pada tanggal 10 Mei 2016 dengan sosialisasi, penjelasan penggunaan format rencana kerja harian dan berdiskusi dengan perawat pelaksana, ketua tim, CCM dan kepala ruang tentang format tersebut yang telah direncanakan dan didesain terlebih dahulu. Dari diskusi tersebut, kelompok mendapatkan masukan, kelompok merevisi format rencana kerja harian tersebut agar sesuai dengan keperluan perawat pelaksana diruangan G. Implementasi selanjutnya pada tanggal 11 Mei 2016 – 12 Mei 2016 dengan membagikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada perawat dinas sore, malam dan pagi.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat 63
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
C. Evaluasi Tabel 4.1 Presentase perawat pelaksana yang menggunakan catatan perencanaan harian pada saat implementasi. Shift
Perawat pelaksana Menggunakan Presentase Tidak Presentase
Sore
5
100%
0
0%
Malam
2
100%
0
0%
Pagi
4
100%
0
0%
Jumlah
11
100%
0
0%
Tahap evaluasi dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 11 Mei 2016 (shift sore dan shift malam) sampai 12 Mei 2016 (shift pagi). Dari keseluruhan perawat pelaksana yang berjumlah 19 orang, 11 diantaranya dinas saat kelompok melakukan implementasi. 11 orang perawat pelaksana tesebut telah menggunakan catatan perencanaan harian yang dibuat dan dibagikan oleh kelompok dengan presentasi 100%. Dengan Pemberian implementasi maka kelompok mendapatkan hasil sebagai berikut : 1.
Tersedianya catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang seragam. Setelah dilakukan implementasi dengan memberikan format catatan perencanaan harian perawat pelaksana dan telah digunakan oleh perawat pelaksana yang dinas pada saat dilakukan implementasi maka kelompok menyimpulkan bahwa telah ada keseragaman dalam penulisan catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang ada di ruang G.
2.
Serah terima Setelah adanya keseragaman dalam penulisan catatan perencanaan harian perawat pelaksana di ruang G, serah terima yang dilaksanakan berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya.
3.
Ketua tim lebih mudah mengevaluasi rencana keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat 64
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
4.
Membantu kepala ruang untuk mengevalusai kinerja staf dalam rangka penilaian kinerja.
5.
Pendapat perawat pelaksana dengan diadakannya keseragaman catatan harian perawat pelaksana melalui wawancara yang dilakukan oleh kelompok adalah seluruh perawat yang telah menggunakan format catatan harian perawat pelaksana menerima dengan baik dan merasa dipermudah dalam melakukan pencatatan rencana dan implementasi keperawatan. Dari hasil evaluasi ini maka kelompok menyimpulkan bahwa dengan
mengoptimalkan catatan perencanaan harian perawat pelaksana, dapat meningkatkan pelayanan keperawatan di bangsal G.
D. Hambatan Format yang diisi belum lengkap, hal ini disebabkan karena format yang diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian perawat pelaksana dalam penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi setiap hari dari ketua tim dan kepala ruangan.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat 65
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012)
2.
Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011).
3.
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
4.
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di ruangan G, prioritas masalah
yang
diperoleh
adalah
belum
optimalnya
penggunaan
perencanaan harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat 5.
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: serah terima, pre conference dan post conference, melaksanakan tindakan
asuhan
keperawatan,
dan
mendokumentasikan
asuhan
keperawatan. 6.
Dengan adanya format catatan perencanaan kegiatan harian perawat pelaksana maka semua catatan harian perawat pelaksana akan ada keseragaman, dapat menjadi referensi saat serah terima, membantu Kepala Ruang dan Ketua Tim dalam mengevaluasi kinerja perawat pelaksana,
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
66
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
serta perawat pelaksana sendiri merasa dipermudah dalam melakukan pencatatan rencana dan implementasi keperawatan. 7.
Format catatan perencanaan harian perawat pelaksana yang diisi belum lengkap, hal ini disebabkan karena format yang diberikan masih baru sehingga masih perlu penyesuaian dari perawat pelaksana dalam penggunaannya dan perlu diberikan sosialisasi, motivasi, supervisi setiap hari dari Ketua Tim dan Kepala Ruangan.
B.
Saran 1.
Institusi Pendidikan Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
2.
Rumah Sakit Diharapkan penggunaan format catatan perencanaan kerja harian perawat pelaksanaan, dapat menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit.
3.
Perawat Diharapkan dengan adanya format catatan perencanaan harian perawat pelaksana, perawat tidak lagi menggunakan buku catatan pribadi tetapi dapat menggunakan format yang telah tersedia untuk keseragaman dan kemudahan dalam pencatatan rencana harian.
4.
Mahasiswa Setelah menyelesaikan praktikum Manajemen Keperawatan, diharapkan mahasiswa sudah mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5 M (Man, Material, Method, Money, dan Machine) serta mampu menerapkan proses manajemen keperawatan (Planning, Organizing, Actuating, dan Controling). Serta menjadi change agent dalam penerapan format catatan perencanaan harian perawat pelaksana
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
67
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO PROFESI NERS
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : ArRuzz Media. Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC. Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika Ratna & Rumondang. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : Sagung Seto. Sitorus, Ratna. 2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.
RS PGI Cikini – Jakarta Pusat
68