LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BIOTA AIR
KONSUMSI OKSIGEN (KO 2)
NAMA STAMBUK KELOMPOK ASISTEN
: IKA RAHMA DEWI : L 221 12 276 : X (SEPULUH) : - SRI WAHYUNI FIRMAN - FIQHI RAMDIANI RAMDIANI - WIDYA ANGRIANI
LABORATORIUM LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIR JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Fisiologi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan, dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Fisiologi ikan yang dibahas mencakup pengindraan, komunikasi antar sel/organ, osmoregulasi, peredaran darah, pernapasan, pencernaan, pertumbuhan, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 2004). Setiap makhluk hidup didunia ini memerlukan bernafas, secara tidak langsung memerlukan oksigen untuk system respirasinya. Respirasi sendiri adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan Senyawa Berenergi Tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, semua respirasi tidak melibatkan oksigen (Azizah et all , 2013). Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasa pernapasan, n, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik (Salmin, (Salmin, 2005). Konsumsi oksigen dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah salinitas, konsentrasi
oksigen terlarut, suhu, cahaya, status makanan dan karbondioksida. Faktor internal adalah spesies, stadia, bobot, aktivitas, jenis kelamin, reproduksi, dan molting (Widiyanti, 2010). Oksigen terlarut dalam perairan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan, khusususnya ikan Lemon yang akan dibahas dalam praktikum ini. Komsumsi oksigen pada ikan Lemon yang kecil dan besar berbeda, hal ini dikarenakan energi yang dibutuhkan ikan untuk bergerak dan berkembang berbeda. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan yaitu untuk melihat bagaimna perbedaan konsumsi oksigen pada ikan Lemon ( Neolamprologus leleupi ) berdasarkan bobot tubuh ikan tersebut. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dilaksanakannya praktikum Fisiologi Biota Air mengenai Konsumsi Oksigen adalah untuk mengetahui jumlah konsumsi oksigen yang dibutuhkan oleh
ikan
Lemon
(Neolamprologus
leleupi )
berdasarkan
berat
badan
(mgO2/L/BB/jam) dan ukuran (mgO 2/L/ekor/jam). Kegunaan dilaksanakannya praktikum konsumsi oksigen adalah sebagai dasar pengetahuan dalam mengelolah kualitas air media pemeliharaan, terutama kadar oksigen terlarut yang optimal bagi organisme yang dibudidayakan serta upaya untuk meningkatkan kelarutannya dalam media.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Morfologi Lemon Fish (Masriah, 2012)
Klasifikasi Lemon Fish
Domain: Eukaryota
o
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Bilateria
Branch: Deuterostomia
Infrakingdom: Chordonia
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
Infraphylum: Gnathostomata
Superclass: Osteichthyes
Subclass: Actinopterygii
o
Infraclass: Actinopteri
Cohort: Clupeocephala
Superorder: Acanthopterygii
Order: Perciformes
Suborder: Labroidei
o
Family: Cichlidae
Genus: Neolamprologus
Specific name: leleupi
Scientific name: - Neolamprologus leleupi (zipcodezoo.com, 2013)
Sistematika Ikan Lemon Neolamprologus leleupi , atau lebih akrab disebut leleupi merupakan ikan cichlid kerdil (dwarf cichlid ) yang berasal dari danau Tangayika, Afrika. Ikan leleupi mempunyai warna kuning di sekujur tubuhnya, sehingga ikan ini populer dengan sebutan lemon cichlid. Neolamprologus leuleupi dapat tumbuh sampai sekitar 10 cm saja untuk ikan jantan, sedangkan ikan betina biasanya kurang dari ukuran tersebut (Masriah, 2012).
Siklus Hidup Neolamprologus leuleupi akan memilih sarang di gua-gua kecil pada celah-celah batuan yang ada. Kondisi air dengan pH 7 sudah cukup memadai untuk memelihara ikan ini dengan sehat. Kendala yang sering terjadi bila memelihara ikan dengan kondisi air yang tidak memenuhi persyaratan adalah seringkali ikan tersebut terserang fish-tuberculosis, ikan menjadi kurus, warna memucat dan pertumbuhan berhenti. Bila sudah terserang, biasanya mereka hanya tinggal menunggu waktu saja, demikian pula bila hendak memelihara ikan yang membutuhkan kondisi pH rendah tetapi disimpan dalam air yang ber pH tinggi (Masriah, 2012). Pemeliharaan Leuleupi dalam akuarium sebenarnya cukup mudah. Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa kondisi air bagi ikan-ikan yang telah
dibudiyakan tidak lagi kritikal, akan tetapi memang lebih baik bila disediakan air dengan pH tinggi. Cara termudah untuk mendapatkan pH tinggi ialah dengan memakai karang laut, pecahan koral, atau pasir laut. Substrat sebaiknya menggunakan pasir dengan warna terang sehingga warna ikan akan lebih cemerlang. Setup akuarium yang direkomendasikan untuk ikan-ikan dari perairan Tangayika adalah berupa perairan terbuka dengan tumpukan batu-batu didasar. Bila akuarium memakai pasir yang bewarna cerah, warna kuning ikan tersebut akan lebih nampak. Akan tetapi bila pasir yang digunakan berwarna gelap, maka ikan ini akan tampak lebih ‘gelap' (O-fish, 2012). Neolamprologus leuleupi tidak rewel dalam hal makanan, dari makanan buatan sampai cacing es akan diterimanya dengan senang hati. Meskipun demikian perlu diketahui bahwa di alam mereka hanya memakan pakan hidup saja (Masriah, 2012). Breeding Neolamprologus leuleupi termasuk sulit dibedakan antara jantan dan betinanya. Satu-satunya penciri adalah ikan jantan akan tumbuh lebih besar dibandingkan ikan betina. Beberapa indikasi lain yang mungkin bisa dilihat adalah ikan jantan bisa memiliki kepala lebih tebal dan lebih besar dibandingkan ikan betina, dan sering menunjukkan adanya gejala jenong ( cranial bump), sirip punggung, sirip perut, dan sirip anal ikan jantan berwarna hitam. Selain itu kadang bisa dilihat pada sirip perutnya, ikan jantan cenderung memliki sirip perut lebih panjang dibandingkan dengan betina (Masriah, 2012). Cara mudah untuk mendapatkan pasangan ikan ini adalah dengan memelihara mereka dalam jumlah relatif tidak banyak jenis ikan lemon banyak bersama-sama sedari kecil. yang beredar di kabupaten tulung agung. Hanya ada dua Setelah kita bisa membedakan lemon jantan dan lemon jenis yaitu betina, maka yang perlu kita persiapkan adalah (Muslim, 2012):
1. lemon mata merah ( red eye) • Kolam beton dengan ukuran 4 m * 8 m. Warnanya cenderung • Isi air dengan kedalaman 80 cm sd 100 cm lebih terang • Kolam ini mampu untuk memijahkan kurang lebih 1000 ekor indukan. • Indukan siap dipijahkan bila sudah berumur 8 bulan 2. lemon mata hitam • Perbandingan antara betina dan jantan adalah 8 : 1 Warnanya agak cenderung • Berikan peneduh di atas kolam yang m enutupi agak burek hampir separo kolam • Ikan lemon lebih banyak beranak pada musim kemarau • Pengeluaran anak ikan dari mulut indukan dilakukan setip 10 hari
Konsumsi oksigen pada Ikan Menurut Effendi (2003) sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air. Proses respirasi tumbuhan air dan hewan serta proses dekomposisi bahan organik dapat menyebabkan hilangnya oksigen dalam suatu perairan. Selain itu, peningkatan suhu akibat semakin meningkatnya intensitas cahaya juga mengakibatkan berkurangnya oksigen. Meningkatnya suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam air juga akan menurun. Peningkatan suhu juga akan mempercepat laju respirasi dan dengan demikian laju pengunaan oksigen juga akan meningkat (Afrianto dan Liviawati, 1992). Peningkatan suhu sebesar 1°C meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10% (Effendi, 2003). Menurut Boyd (1990) konsumsi oksigen dilakukan oleh semua organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organik (Puspitaningrum, 2012).
Menurut Moyle and Chech (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi O2 pada ikan adalah (Widiyanti, 2010) : 1. Aktivitas Ikan dengan aktifitas yang tinggi, aktif berenang akan mengkonsumsi O 2 lebih banyak dari pada ikan yang kurang aktif berenang. 2. Umur Ikan dengan umur lebih muda akan mengkonsumsi O 2 lebih banya dibandingkan dengan ikan yang berumur lebih tua. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang pertumbuhan ikan yang muda. 3. Ukuran atau berat tubuh Ikan yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil kecepatan metabolisme lebih tinggi dari pada ikan yang lebih besar, sehingga ikan berukuran kecil lebih banyak dalam mengkonsumsi O 2. 4. Temperatur Ikan yang berada pada lingkungan bersuhu tinggi akan mengkonsumsi O 2 lebih dibandingkan ikan pada lingkungan dengan suhu lebih rendah. Perbandingan antara jumlah konsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan kecil dimana jumlah konsumsi ikan ikan kecil lebih banyak dibandingkan dengan jumlah konsumsi oksigen ikan besar. Ini dikarenakan ikan kecil lebih banyak membutuhkan oksigen lebih banyak untuk digunakan dalam pembentukan selsel yang ada dalam tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan, sedangkan ikan besar hanya membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup. Tetapi dari hasil praktikum jumlah konsumsi ikan besar lebih banyak dari pada jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan kecil. Ini dikarenakan karena perbandingan bentuk tubuh antara ikan besar dan ikan kecil tidak terlalu berbeda. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik turunnya kandungan oksigen.
Menurut Djawad et al (2003), bahwa semakin besar suatu organisme maka mengkonsumsi oksigen semakin besar pula karena semua anggota tubuhnya bergerak memerlukan energy yang berasal dari oksigen dan makanan (terjadi metabolisme dalam tubuh) (Azizah et al , 2013). Peningkatan suhu sebesar 10% akan meningkatkan oksigen sebesar 10%
dekomposisi
bahan
organik
dan
oksidasi
bahan
anorganik
dapat
mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai O 2 (anaerob) . Hubungan antara kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu kelarutan oksigen semakin berkurang . Kelarutan oksigen dan gasgas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas (Effendi, 2003). Menurut Lazzati (2011), konsentrasi oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan kualitas perairan tambak. Konsentrasi oksigen ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dam konsumsi olsigen dalam ekosistem . Oksigen diproduksi oleh komunitas autotrof melalui pernafasan. Di samping itu, oksigen juga diperlukan untuk perombakan bahan organik dalam ekosistem (Puspitaningrum, 2012). Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi. Untuk pertumbuhan dan pembiakan, di samping itu oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum Fisiologi Biota Air mengenai Konsumsi Oksigen dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 04 Maret 2014, pukul 15.20-17.30 WITA, di Laboratorium Fisiologi Biota Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Konsumsi Oksigen (KO 2) dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Tabel 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya No
Alat
Jumlah
1
Botol Respirasi
3 buah
2
Botol BOD
4 buah
3
Stopwatch
1 buah
4
DO meter
1 buah
5 6
Timbangan elektrik Ember/baskom
1 buah 1 buah
Fungsi Sebagai tempat ikan yang akan melakukan respirasi Sebagai wadah air yang akan diukur kandungan oksigen terlarutnya Sebagai alat menghitung waktu Sebagai alat menghitung oksigen terlarut Sebagai alat menimbang berat ikan sebagai tepat untuk menampung air
Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsinya No
Bahan
1
Air tawar
2
Lemon Fish (Neolamprologus leleupi)
3
Tissue
4
Kertas label
Jumlah
Fungsi
Seperlunya
Untuk medium hidup ikan air tawar
6 ekor 1 bungkus 4 lembar
Untuk diamati Untuk membersihkan alat Untuk memberi pada botol BOD
keterangan
Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum konsumsi oksigen (O 2) yaitu pertama-tama alat dan bahan disiapkan, selanjutnya air tawar dimasukkan dalam ember sampai penuh. Kemudian air sampel diambil dari ember dengan botol BOD (Biochemical Oxygen Demand ) sampai tidak ada gelembung udara, lalu kelarutan oksigennya diukur menggunakan DO ( Dissolved Oxygen) meter, hasil pengukuran tersebut itulah DO (Dissolved Oxygen) awal. Setelah itu, air dari ember akan dialirkan ke dalam botol respirasi sampai penuh. Selanjutnya pada botol respirasi I diisi dengan tiga ekor ikan Lemon Fish yang besar, botol respirasi II dengan tiga ekor ikan Lemon fish kecil dan botol respirasi III adalah kontrol, sampai tidak ada gelembung udara. Setelah itu akan diaklimatisasi dan dilanjutkan dengan proses respirasi. Lalu biarkan ikan berespirasi selama 10 menit. Kemudian air dari botol respirasi akan dialirkan ke botol BOD (Biochemical Oxygen Demand ) sesuai dengan botol yang diberi label. selanjutnya masing-masing air sampel botol BOD (Biochemical Oxygen Demand ) akan diukur kelarutan oksigennya dengan menggunakan DO ( Dissolved Oxygen) meter. Lakukan prosedur diatas dengan 3 perlakuan yaitu tiap 10 menit,20 menit dan 30 menit. Lalu ambil air didalam ember menggunakan botol BOD (Biochemical Oxygen Demand ) hingga tidak ada gelembung udara, lalu ukur kelarutan DO (Dissolved Oxygen) menggunakan DO (Dissolved Oxygen) meter, untuk mengetahui DO (Dissolved Oxygen) akhirnya. Kemudian sampel ikan yang ada dalam botol respirasi dikeluarkan dan ditimbang sesuai ukuran tubuhnya kecil dan besar dengan menggunakan alat timbangan elektrik yang berketelitian 0,001,
data
disajikan
sebagai
mg/O 2/bb/jam.Konsumsi
oksigen
dihitung
berdasarkan selisih antara konsentrasi oksigen yang masuk (DO awal) dan keluar (DO akhir) dari botol respirasi, kemudian catat hasilnya.
Rumus Menghitung Komsumsi Oksigen (KO2) Menghitung konsumsi O 2 pada botol control (mg/jam)
( aal akhir )
1000 t 0
Menghitung konsumsi O 2 pada ikan besar(x) dan ikan kecil (z) (mg/jam)
( al khir ikan besar )
1000 t 0
( al khir ikan kecil )
1000 t 0
Menghitung total konsumsi pada ikan besar (A) dan ikan kecil (B) Ikan besar ( ) Ikan besar (B) Menghitung total konsumsi O 2/berat badan (mgO2/L/BB/jam) Ikan besar
Ikan kecil
berat total ikan B berat total ikan
Menghitung konsumsi O 2/ekor ( mgO2/L/ekor/jam) Ikan besar Ikan kecil
jumlah ikan besar B jumlah ikan kecil
Keterangan: DO awal
: Oksigen Awal (mg/L)
DO akhir
: Oksigen Akhir (mg/L)
Y
: Konsumsi oksigen pada botol control (mg/jam)
X
: Konsumsi oksigen pada ikan besar (mg/jam)
Z
: Konsumsi oksigen pada ikan kecil (mg/L)
V
: Volume botol respirasi (mL)
T
: Waktu (menit/jam)
A
: Konsumsi/berat badan ikan besar (mgO2/L/BB/jam)
B
: Konsumsi/berat badan ikan kecil (mgO2/L/BB/jam)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Hasil yang diperoleh dari percobaan ini, dari masing-masing konsumsi oksigen pada ikan besar maupun ikan kecil dalam tiap menit yang telah di teliti, dapat di lihat dari tabel di bawah ini. Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Konsumsi Oksigen Pada Ikan Lemon (Neolamprologus leleupi) Waktu DO DO DO DO (menit) Awal Akhir Kontrol Ikan besar Ikan kecil 10 6,7 mg/L 7,8 mg/L 8,9 mg/L 20 9,0 mg/L 7,0 mg/L 6,8 mg/L 5,1 mg/L 7,2 mg/L 30 7,0 mg/L 4,4 mg/L 4,2 mg/L Tabel 4. Data Hasil Pengolahan Konsumsi Oksigen Pada Ikan Lemon (Neolamprologus leleupi) Waktu DO total mgO2 /L/BB/Jam mgO2 /L/ekor/Jam
(menit)
A
B
A
B
A
B
10
9,34 4,68 3,12
10,06 5,12 3,36
0,40 0,20 0,13
7,14 3,63 2,38
3,11 1,56 1,04
3,35 1,71 1,12
20 30
Pembahasan Hasil konsumsi oksigen pada Tabel 4. diatas menunjukkan bahwa, konsumsi oksigen selama 10 menit pada ikan yang berukuran besar yaitu 0,40 mgO2/L/BB/Jam dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil yaitu 7,14 mgO2/L/BB/Jam, kemudian konsumsi oksigen selama 20 menit ikan yang berukuran besar 0,20 mgO2/L/BB/Jam, sedangkan ikan yang berukuran kecil 3,63 mgO2/L/BB/Jam dan konsumsi oksigen selama 30 menit, ikan yang berukuran besar 0,13 mgO2/L/BB/Jam, sedangkan ikan yang berukuran kecil 2,38 mgO2/L/BB/Jam. Tampak jelas bahwa ikan yang berukuran kecil konsumsi oksigennya lebih besar, hal ini disebabkan karena ikan kecil memerlukan oksigen serta energi untuk pertumbuhannya, selain itu juga dipengaruhi oleh aktifitasnya.
Semakin kecil berat badanikan, maka akan semakin bergerak aktif dan laju metabolismenya meningkat, sedangkan ikan yang memiliki berat badan lebih besar aktifitasnya berkurang, laju metabolismenya rendah sehingga konsumsi oksigennya juga rendah. Hal ini telah dikemukakan oleh Fujaya (2008) bahwa umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin rendah. Menurut Moyle and Chech (1982), Respirasi digunakan sebagai petunjuk pada laju metabolisme. Laju konsumsi oksigen biota pada periode waktu yang spesifik merupakan aktivitas dari metabolisme. Sedangkan penetapan laju konsumsi oksigen sewaktu biota mempertahankan kondisi aktivitas yang baik merupakan standar metabolisme. Laju konsumsi oksigen berhubungan dengan jumlah konsumsi oksigen perunit waktu dan berat (Karyawati, 2004) Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat konsumsi oksigen selama 10 menit ikan
besar
adalah
3,11
mgO 2/L/ekor/Jam
dan
ikan
kecil
yaitu
3,35
mgO2/L/ekor/Jam, sedangkan selama 20 menit, konsumsi oksigen ikan besar adalah
1,56 mgO2/L/ekor/Jam dan konsumsi oksigen pada ikan kecil adalah
1,71 mgO2/L/ekor/Jam, terakhir konsumsi oksigen pada ikan besar selama 30 menit
adalah
1,04
mgO 2/L/ekor/Jam
dan
pada
ikan
kecil
yaitu
1,12
mgO2/L/ekor/Jam. Hal ini sama seperti penjelasan yang telah dijelaskan di atas. Menurut Moyle and Chech (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi O2 pada ikan adalah (Widiyanti, 2010) : 1. Aktivitas Ikan dengan aktifitas yang tinggi, aktif berenang akan mengkonsumsi O 2 lebih banyak dari pada ikan yang kurang aktif berenang.
2. Umur Ikan dengan umur lebih muda akan mengkonsumsi O 2 lebih banya dibandingkan dengan ikan yang berumur lebih tua. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang pertumbuhan ikan yang muda. 3. Ukuran atau berat tubuh Ikan yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil kecepatan metabolisme lebih tinggi dari pada ikan yang lebih besar, sehingga ikan berukuran kecil lebih banyak dalam mengkonsumsi O 2. 4. Temperatur Ikan yang berada pada lingkungan bersuhu tinggi akan mengkonsumsi O 2 lebih dibandingkan ikan pada lingkungan dengan suhu lebih rendah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan Konsumsi oksigen yaitu bahwa pada ikan Lemon (Neolamprologus leleupi), jumlah konsumsi oksigen pada ikan yang berat badannya kecil, lebih besar dibanding ikan yang berat badannya lebih besar, berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa jumlah konsumsi pada ikan kecil adalah 13,15 mgO 2/L/BB/jam, sedangkan pada ikan besar yaitu 0,73 mgO 2/L/BB/jam. Hal ini disebabkan karena ikan kecil memerlukan oksigen dan energi untuk pertumbuhannya, serta dipengaruhi oleh aktifitasnya. Semakin kecil berat badannya maka ikan akan semakin bergerak aktif dan laju metabolismenya meningkat sehingga konsumsi oksigennya meningkat. Jika disuatu perairan konsumsi oksigen dengan kandungan oksigen terlarut tidak seimbang maka akan menyebabkan perubahan pada fisiologi ikan, khususnya insang dan ginjal.
Saran Laboratorium Sebaiknya peralatan lab yang ada didalam laboratorium dibersihkan, dan yang sudah tidak bisa digunakan disimpan di tempat yang khusus/aman. Asisten 1) Sri Wahyuni Firman Kakak sudah jelas dalam menjelaskan dan baik terhadap praktikan, pertahankan kak. 2) Fiqhi Ramdiani Kakak juga baik dan ramah, pertahankan kak.
3) Widya Angriani Kak widya baik dan sopan, juga ramah terhadap praktikan. Pertahankan juga kak.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Andri N et al . 2013. Komsumsi Oksigen Pada Ikan Mas. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta. Karyawati, Tri at al . 2004. Konsumsi Oksigen Teripang Hitam ( Holothuria atra) pada Sistem Statis dan Sistem Dinamis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang. Masriah, A. 2012. Laporan Praktikum Kultur Ikan Hias. http://www.scribd.com. Diakses pada Rabu, tanggal 05 Maret 2014 pukul 23.45 WITA. Makassar. Muslim, Ibnu. 2012. Budidaya Siklid Lemon. http://www.slideshare.com. Diakses pada Rabu, tanggal 13 Maret 2014 pukul 23.49 WITA. Makassar. O-fish. 2012. Leleupi (Neolamprogus leuleupi, Poll 1956 ). http://o-fish.com/ Cichlid/ leuleupi. php. Diakses pada , tanggal 13 Maret 2014 pukul 21.13 WITA. Makassar. Puspitaningrum, M at al . 2012. Produksi dan Konsumsi Oksigen Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air. http://www.scribd.com. Diakses pada Rabu, tanggal 05 Maret 2014 pukul 20.47 WITA. Makassar. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. http://www.scribd.com. Diakses pada Rabu, tanggal 05 Maret 2014 pukul 20.47 WITA. Makassar. Widiyanti, Maya. 2010. Pengukuran Laju Metabolisme Ikan. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. www.zipcodezoo.com. Diakses pada Rabu, tanggal 05 Maret 2014 pukul 19.47 WITA. Makassar
LAMPIRAN
Diketahui: DO Awal
= 9,0
DO Akhir
= 7,0
DO Kontrol,
1. Menit ke 10
= 6,7 mg/L
2. Menit ke 20
= 6,8 mg/L
3. Menit ke 30
= 7,0 mg/L
DO Ikan Kecil, 1. Menit ke 10
= 8,9 mg/L
2. Menit ke 20
= 7,2 mg/L
3. Menit ke 30
= 4,2 mg/L
DO Ikan Besar, 1. Menit ke 10
= 7,8 mg/L
2. Menit ke 20
= 5,1 mg/L
3. Menit ke 30
= 4,4 mg/L
Berat Badan Ikan Besar 1. Ikan Besar (A1)
= 7,81 g
2. Ikan Besar (A2)
= 8,06 g
3. Ikan Besar (A3)
= 7, 46 g
Barat Total
= 23,33 g
Berat Rata-Rata
= 7,78 g
Berat Badan Ikan Kecil 1. Ikan Kecil (B1)
= 0,68 g
2. Ikan Kecil (B 2)
= 0,70 g
3. Ikan Kecil (B 3)
= 0, 03 g
Barat Total
= 1,41 g
Berat Rata-Rata
= 0,47 g
Menghitung konsumsi oksigen pada botol control (mg/jam) Y1
= ( Do awal - Do akhir ) × 600 mL/1000 : 10/60 = 2,0 × 0,6 : 0,17 = 7,19 mg/jam
Y2
= ( Do awal - Do akhir ) × 600 mL/1000 : 20/60 = 2,0 × 0,6 : 0,33 = 3,61 mg/jam
Y3
= ( Do awal - Do akhir ) × 600 mL/1000 : 30/60 = 2,0 × 0,6 : 0,5 = 2,28 mg/jam Menghitung Menit Ke 10
1. Menghitung konsumsi oksigen pada ikan besar (X 1) dan ikan kecil (Z1) (mg/jam) X1
= (Do awal-Do akhir ikan besar) × V/1000 : t/60 = (9,0-4,4) × 600/1000 : 10/60 = 16,53 mg/Jam
Z1
= (Do awal-Do akhir ikan kecil) × V/1000 : t/60 = (9,0-4,2) × 600/1000 : 10/60 = 17,25 mg/Jam
2. Menghitung total konsumsi pada ikan besar (A 1) dan ikan kecil (B 1) Ikan besar (A1)
= X – Y = (16,53 – 7,19) mg/jam = 9,34 mg/jam
Ikan kecil (B1)
= Z – Y = (17,25 – 7,19) mg/jam = 10,06 mg/jam
3. Menghitung konsumsi oksigen per berat badan (mgO 2/L/BB/jam)
4. Menghitung konsumsi oksigen per ekor (mgO 2/L/ekor/Jam)
Menghitung Menit Ke 20 1. Menghitung konsumsi oksigen pada ikan besar (X 2) dan ikan kecil (Z2) (mg/jam) X2
= (Do awal-Do akhir ikan besar) × V/1000 : t/60 = (9,0-4,4) × 600/1000 : 20/60 = 8,29 mg/Jam
Z2
= (Do awal-Do akhir ikan kecil) × V/1000 : t/60 = (9,0-4,2) × 600/1000 : 20/60 = 8,73 mg/Jam
2. Menghitung total konsumsi pada ikan besar (A 2) dan ikan kecil (B 2) Ikan besar (A2)
= X – Y = (8,29 – 3,61) mg/Jam = 4,68 mg/Jam
Ikan kecil (B2)
= Z – Y
= (8,73 – 3,61) mg/jam = 5,12 mg/Jam 3. Menghitung konsumsi oksigen per berat badan (mgO 2/L/BB/jam)
4. Menghitung konsumsi oksigen per ekor (mgO 2/L/ekor/Jam)
Menghitung Menit Ke 30 1. Menghitung konsumsi oksigen pada ikan besar (X 3) dan ikan kecil (Z3) (mg/jam) X3
= (Do awal-Do akhir ikan besar) × V/1000 : t/60 = (9,0-4,4) × 600/1000 : 30/60 = 5,52 mg/Jam
Z3
= (Do awal-Do akhir ikn kecil) × V/1000 : t/60 = (9,0-4,2) × 600/1000 : 30/60 = 5,76 mg/Jam
2. Menghitung total konsumsi pada ikan besar (A3) dan ikan kecil (B 3) Ikan besar (A3)
= X – Y = (5,52 – 2,4) mg/Jam
= 3,12 mg/Jam Ikan kecil (B3)
= Z – Y = (5,76 - 2,4) mg/jam = 3,36 mg/jam
3. Menghitung konsumsi oksigen per berat badan (mgO 2/L/BB/jam)
4. Menghitung konsumsi oksigen per ekor (mgO 2/L/ekor/Jam)