AYU MELINDAASISTEN
15020140081 SUGIARTO SADJIDIN
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat di laboratorium kimia. Gagasan dasarnya sederhana untuk dipahami, caranya beragam, mulai dari cara sederhana sampai yang agak rumit dari segi kerja dan peralatan, dan metode ini dipakai untuk setiap jenis senyawa. Metode ini pemanfaatannya secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif.
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama, digunakan secara luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber alam. Kromatografi lapis tipis lebih unggul bila sejumlah kondisi pemisahan yang berbeda-beda diperlukan untuk menangani penetapan kadar seluruh cuplikan, karena sejumlah bejana pengembang yang berisi berbagai sistem pelarut dapat lebih hemat dipakai. Keuntungan lain, tiadanya gangguan pelarut pada penyelidikan secara fotometri karena pelarut sebagai fase gerak telah diuapkan.
Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul, pada sistem kromatografi, campuran yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan sedemikian rupa sehingga komponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut yaitu kelarutan, adsorbsi, dan keatsirian.
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahakan substansi campuran menjadi komponen. Komponennya, misalnya senyawa flavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk isovlafon yang potensi bagi kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan, anti tumor/anti kanker, antikolestrol, anti virus, anti alergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.
Kromatografi telah didefinisikan terutama sebagai suatu proses pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya Molekuler. Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul. Molekul campuran antara dua fase atau lebih. Dalam tiap kasus terjadi distribusi antara fase cair yang terserap secara "stasioner" dan zat. Air bergerak yang kontak secara karib dengan fase cai itu, dalam kromatografi lapis tipis absorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastic.
Maksud Praktikum
Untuk mengetahui metode penentuan kimia secara kromatografi lapis tipis.
Tujuan Praktikum
Memisahkan campuran senyawa fase dengan metode kromatografi lapis tipis dan untuk mengetahui nilai Rf.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Teori Umum
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatankomponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkanantara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuransedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahanpada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akanbergerak lebih cepat. ( Imam Haqiqi, Sohibul,2008 )
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang berdasarkan kecepatan perambatankomponen dalam medium tertentu. Uraian mengenai kromatografi pertama kali dijelaskan olehMichael Tswett, seorang ahli biotani Rusia yang bekerja di Universitas Warsawa Pada saat itu,Michael Tswett melakukan pemisahan klorofil dari pigmen- pigmen lain dari ekstrak tanamanmenggunakan kromatografi kolom yang berisi dengan kalsium karbonat. Pada kromatografi,komponen- komponen yang akan dipisahkan berada diantara dua fase yaitu fase diam ( stationary )dan fase bergerak ( mobile ). Fase diam adalah fase yang akan menahan komponen campuransedangkan fase gerak adalah fase yang akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yangmudah tertahan pada fase diam akan tertinggal atau tidak bergerak sedangkan komponen yangmudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. ( Sudarmadji, 2007 )
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan. Metode inimenggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dankering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan padalempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah darilempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010)
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLTmerupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbedadebgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, padakromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaanbidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipundemikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. (Rohman, 2007)
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat pada tahu, tempe,bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan Torenia violacea. Yang padasenyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensialbagi kesehatan manusia, di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker,antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Fase gerak yang dikenalsebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler padapengembangan secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangansecara menurun (descending). Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebihmurah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalamkromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan hampirsemua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Rohman, 2007).
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar perbedaanadsorpsi atau partisi oleh pase diam dibawah gerakan pelarut pengembang. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas , terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyatanyaterlihat pada fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagaipengganti kertas. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbukselulosa. Partikel selika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentukikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali jugamengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerakmerupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. (Rudi, 2010)
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLTdengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebutdengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel daneluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalaukepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT (Lenny, 2006)
Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua fasa yaitu fasa diamdan fasa gerak. Fasa geraknya berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atauberfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLTsering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistemkromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT,contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) danselulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)
Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
Sejumlah larutan yang mengandung logam diasamkan dengan asam asetat sehingga pH 5. Kemudian ditambahkan sejumlah volume sama larutan dithizone dalam kloroform kemudian kocok di dalam corong pisah. Pisahkan lapisan kloroformnya dan cuci dengan larutan asam nitrat untuk menghilangkan kelebihan dithizonenya.
Totolkan sebanyak 10 mikro liter ekstrak kloroform di atas keeping kromatografi lapis tipis yang telah diaktivir. Sejulah 2 cm ujung bawah dan jarak antara titik totolan kira-kira 1,5 cm satu sama lainnya.
Camber kromatografi telah dijenuhkan dengan pelarut selama 2 jam. Penjenuhan dapat dipercepat dengan menggunakan kertas saring yang dimasukkan kedalam chamber.
Masukkan kromatografi yang telah ditotoli zat, biarkan selama bebrapa menit sehingga larutan mencapai kira-kira 20 cm dari bawah. Angkat dan keringkan.
Hitung Rf tiap-tiap totolan dengan membagi jarak yang ditempuh oleh zat dengan jarak yang ditempuh pelarut. Kemudian bandingkan dengan Rf pembanding.
BAB 3 METODE KERJA
Alat
Adapun alat yang dipakai dalam praktikum ini yaitu batang pengaduk, chamber, corong, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 5 mL, lampu sinar UV 254, lempeng, kertas saring, pinset, pipa kapiler, dan pipet tetes.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel Alpara, aluminium foil, Etanol 10 mL, Etil asetat, lempeng silika gel F254, dan Metanol.
Cara Kerja
Siapkan alat dan bahan, masukkan sampel Alpara kedalam gelas kimia dan tambahkan 10 mL Etanol. Kemudian saring di gelas kimia. Ambil pipa kapiler lalu totolkan sampel ke lempeng dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 10 cm. Pada bagian bawah diukur 1,5 cm kemudian diberi titik disetiap 1 cm. Dibagian atas diukur 0,5 cm kemudian digaris.
Masukkan Metanol kedalam chamber dan tambahkan Etil asetat (3 : 1), kemudian jenuhkan dengan kertas saring kedalam chamber yang telah ditentukan ukurannya. Diamkan beberapa menit dan lihat yang terjadi setelah itu keluarkan kertas saring dari chamber dengan menggunakan pinset. Masukkan lempeng yang tadi kedalam chamber dengan menggunakan pinset sampai noda naik keatas.. Setelah sampai batas, lempeng diangkat dari chamber dengan memakai pingset lalu keringkan. Kemudian lempeng itu dilihat dibawah lampu sinar UV 254 dan 366 lalu amati yang terjadi,berikan tanda pada hasilnya. Setelah itu, hitung nilai Rfnya.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Sampel
Eluen
Jumlah noda
Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
Jarak yang ditempuh pelarut
Rf
Arpala
Metanol : Etil Asetat
1
3,5 cm
5,5 cm
0,6
Pembahasan
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan peramabatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Pemisahan KLT dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiberpada tahun (1938). Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis sepreti lempeng kaca, aluminium atau plat inert.
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai factor resensi, Rf:
Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam dikelompokkan menjadi yaitu kromatogarfi serapan (Silika gel, alumina, keiselguhr), kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, silika gel), kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina penukat ion), kromatografi gel (Sephadex, Biogel)
Pada fase gerak, pada proses serapan, yang terjadi jika menggunakan silika gel, alumina dan fase diam lainnya, pemilihan pelarut mengikuti aturan kromatografi kolom serapan. System tak berair paling banyak digunakan dan contoh pelarut organik dalam seri pelarut mikroskop diberikan dalam Tabel 25, yang meliputi (sifat hidrofob menaik) methanol, asam asetat, etanol, aseton, etil asetat, eter, kloroform (perlu diperhatikan pada kloroform yang distabilkan dengan etanol) benzene, sikloheksana, dan eter petroleum.
Aspirin, phenacetin dan kofein (APC) sering digunakan dalam kombinasi sebagai sediaan antipiretik analgetik. Penentuan dan identifikasinya sangat penting yang dapat dilakukan secara kromatografi lapis tipis.
Prosedur di sini mengikuti Ganshirt dan Malzachur dan penyiapan lempeng sederahan menurut metode Less dan De Muria. Noda ditampakkan dengan semprotan permanganat dalam suasana asam, yang akan mengoksidasi senyawa sampel hingga menghilangkan warna permanganate.
Pada percobaan kromatografi lapis tipis, zat penyerapan merupakan lapisan tipis serbuk halus dilapiskan pada lempeng kaca, logam atau plastik, tetapi umumnya digunakan lempeng kaca. KLT dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan.
Pada percobaan kromatografi lapis tipis sampel yang digunakan yaitu Alpara. Pada percobaan kromatografi lapis tipis fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan dibidang datar yang didukung oleh plat aluminium. Pada pelaksanaanya dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending) atau dengan cara elusi 2 dimensi. Fase diamnya adalah lempeng dan fase geraknya adalah perbandingan Metanol dan Etil asetat yang membawa sampel kebatas eluen dan selanjutnya dilihat pada lampu sinar UV 254 dan 366 menghasilkan nilai Rfnya sama dengan 0,6.
Adapun faktor kesalahan yang dapat terjadi dari praktikum KLT adalah apabila konsentrasi dan komposisi larutan yang digunakan tidak sesuai maka akan mengganggu nilai Rf. Pada saat tidak terbentuknya noda bulat sempurna, hal ini juga disebabkan oleh senyawa asing dan pencemaran pada pelarut yang digunakan (wadah yang digunakan kotor) ataupun adanya partikel lain yang menempel pada lempeng.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpualn
Dari hasil percobaan ini dapat dismpulkan bahwa sampel Alpara jumlah nodanya satu, jarak yang ditempuh senyawa terlarut 3,5 cm, dan jarak yang ditempuh pelarut 5,5 cm, sehingga dihasilkan nilai Rf 0,6.
Saran
Sebaiknya pada saat praktikum dampingan dari para asisten sangat diperlukan bagi praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Kimia Organik, Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia : Makassar.
Haqiqi, Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis. nadjeeb.files.wordpress .com/2009/10/kromatografi.pd
Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan(Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida. FMIPA. Semarang.
Khopkar, S,M. 2009. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rudi, L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari: Universitas Haluoleo.
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah denganMetoda Uji Brine Shrimp. Sumatera Utara: USU Repository.
LAMPIRAN
Skema Kerja
Masukkan sampel kedalam gelas kimia + 10 mL etanol
Disaring di gelas kimia
Ambil pipa kapiler lalu totolkan ke lempeng
Masukkan metanol kedalam chamber + etil asetat (3 :1)
Jenuhkan dengan kertas saring
Masukkan lempemg kedalam chamber sampai noda naik ke atas
Angkat lempeng dan keringkan
Dilihat dibawah lampu sinar UV 254 dan 366
Amati noda
Hitung Rf
Perhitungan
Rf = jarak yang tempuh senyawa terlarutjarak yang tempuh pelarut
= 3,5 cm5,5 cm
= 0,6 cm
PEMISAHAN DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
[Type the document title]