AYU MELINDA ISNUL KHATIMAH, S.Farm
15020140081
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan indikator phenopthalein (PP) dan methyl jingga (MO), hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen.
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai analisis titrasi asam basa, guna mengetahui metode atau cara menitrasi suatu larutan yang bersifat basa ataupun asam, selain itu dapat menyelaraskan antara praktikum dan teori titrasi asam basa.
Maksud Praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami penentuan kadar suatu larutan asam dan basa dalam metode asidimetri dan alkalimetri.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar luminal-natrium dalam metode asidimetri dan kadar asam silasilat dalam metode alkalimetri.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Teori Umum
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran, dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Proses titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi yang didalamnya terdapat kurva ekivalen yaitu titik dimana titrasi dihentikan (Ika, 2009).
Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik kesetaraan. Titrasi asam-basa pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Sujono, 2003).
Sifat suatu larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam-basa, yaitu zat-zat warna yang warnanya berbeda dalam larutan asam, basa dan garam. Untuk mengidentifikasi sifat dari asam, basa dan garam dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau indikator alami. Secara sederhana, kertas lakmus dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat dari larutan asam, basa dan garam (larutan netral). Alat lain yang dapat digunakan untuk mengindikasi apakah larutan bersifat asam, basa atau netral adalah larutan indikator fenolftalein, metil merah dan metil jingga (Azizah, 2004)
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa (Harjanti, 2008).
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubsh warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Kisaran penggunaan indicator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa nya. Sebagai contoh fenolftalein (PP), mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4 – 10,4). Struktur fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH-nya meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna (Sudjadi, 2007).
Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
Asidimetri : Penentuan Kadar Luminal-Natrium
Ditimbang saksama 500 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 30 mL etanol netral, dan tambahkan 15 mL air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna.
1 mL HCl 0,1 N setara dengan 25, 40 mg luminal-natrium.
Alkalimetri : Penentuan kasar asam salisilat
Ditimbang saksama 400 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 10 mL etanol netral, tambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda.
Tiap mL NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat.
BAB 3 METODE KERJA
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bulk, buret, corong, Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, pipet volume, statif dan klem.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aluminium foil, asam salisilat, etanol, indicator fenolftalein (PP), natrium karbonat, larutan baku HCl 0,1 N, dan larutan baku NaOH 0,1 N.
Cara Kerja
Asidimetri : Penentuan Kadar Luminal-Natrium
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan 250 mg natrium karbonat kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 30 mL etanol netral, dan tambahkan 15 mL air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna.
Alkalimetri : Penentuan kasar asam salisilat
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Masukkan 200 mg asam salisilat kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 10 mL etanol netral, tambahkan 3 tetes indicator pp dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Tabel
Kelompok
Percobaan
NO.
Asidimetri
Alkalimetri
1
21 ml
16,5 ml
2
22,6 ml
18 ml
3
22,2 ml
15,5 ml
4
21,5 ml
17 ml
Reaksi
Asidimetri
Na2CO3 + HCl NaCl + CO2 + H2O
Alkalimetri
C7H6O3 + 7NaOH 7NaHCO3 + 3H2O
Perhitungan
Asidimetri
Kelompok 1
BM = 124 – 18 = 106
BE = BMValensi
= 1062 = 53
mg = V N BE
= 21,6 0,134 53
= 153,4032 mg
% = 0,15340320,25 x 100%
= 61,36128 %
Kelompok 2
BM = 124 – 18 = 106
BE = BMValensi
= 1062 = 53
mg = V N BE
= 23,4 0,134 53
= 166,1868 mg
= 0,1661868 g
% = 0,1661868 0,25 x 100%
= 66,47472 %
Kelompok 3
BM = 124 – 18 = 106
BE = BMValensi
= 1062 = 53
mg = V N BE
= 21,7 0,134 53
= 154,1134 mg
= 0,1541134 g
% = 0,15411340,25 x 100%
= 61,64536%
Kelompok 4
BM = 124 – 18 = 106
BE = BMValensi
= 1062 = 53
mg = V N BE
= 22,7 0,134 53
= 161,215 mg
= 0,161215 g
% = 0,15411340,25 x 100%
= 64,486 %
Maka kadar rata-rata Natrium Bikarbonat
% Rata-rata = 61,36128%+66,47472%+61,64536%+64,486%4
= 63,49184%
Alkalimetri
Kelompok 1
% = V N BStBs Fk x 100%
= 17,5 0,108 13,81200 0,1 x 100%
= 130,5045%
Kelompok 2
% = V N BStBs Fk x 100%
= 16,5 0,108 13,81 200 0,1 x 100%
= 125,284 %
Kelompok 3
% = V N BStBs Fk x 100%
= 15 0,108 13,81 200 0,1 x 100%
= 111,861 %
Kelompok 4
% = V N BStBs Fk x 100%
= 16 0,108 53200 0,1 x 100%
= 119,318 %
Maka kadar rata-rata Asam Salisilat
% Rata-rata = 130,5045%+125,284%+111,861%+119,318%4
= 121,7419 %
Pembahasan
Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat, ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-beda. Salah metode yang sering digunaka dalam analisis volumetri yaitu titrasi asam basa.
Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi netralisasi. Dalam reaksi itu, menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dan penerima proton (basa).
Dalam praktikum ini, pada percobaan metode asidimetri sampel yang dititrasi adalah Natrium Karbonat (Na2CO3) dengan menggunakan larutan baku asam klorida (HCl) 0,134 N. Hal ini disebabkan karena Natrium karbonat bersifat basa sehingga titran yang digunakan adalah larutan baku asam. Sedangkan pada percobaan metode alkalimetri sampel yang dititrasi adalah Asam salisilat (C7H6O3) dengan menggunakan larutan baku Natrium Hidroksida (NaOH) 0,108 N. Hal ini disebabkan karena asam salisilat bersifat asam, sehingga titran yang digunakan adalah larutan baku yang bersifat basa.
Pada saat melakukan titrasi metode asidimetri larutan sampel (Na2CO3) dilarutkan dengan etanol netral dan air. Indikator yang digunakan adalah indikator PP. Hasil titrasi adalah terjadinya perubahan warna dari merah muda menjadi bening. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari indikator sebagai larutan penunjuk dari titrasi. Dalam larutan yang bersifat asam dan pada rentangan PH <8,3 indikator PP tidak akan memberikan warna dalam perubahannya (warna bening). Volume titran yang didapatkan oleh kelompok 1 sampai 4 secara berurutan adalah 21 mL, 22,6 mL, 22,2 mL, 21,5 mL. salah satu faktor volume titrannya berbeda–beda adalah karena ukuran dalam berat sampel yang digunakan masing–masing kelompok berbeda–beda.
Pada saat melakukan titrasi dengan metode alkalimetri sampel asam salisilat dilarutkan dengan etanol netral dan indikator yang digunakan juga adalah indikator PP. Sampel tersebut dititrasi hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Hal ini juga disebabkan oleh indikator sebagai larutan penunjuk dari titrasi. Pada larutan yang bersifat basa dengan rentangan PH 8,3 – 10,0 indikator PP akan memberikan perubahan warna menjadi merah muda. Volume titran yang didapatkan oleh kelompok 1 samapi 4 secara berurutan adalah 16,5 mL, 18 mL, 15,5 mL, 17 mL hal ini serupa dengan metode asidimetri, salah satu faktor volume titrannya berbeda–beda adalah karena ukuran dalam berat sampel yang digunakan masing–masing kelompok berbeda–beda.
Untuk menghitung % kadar terlebih dahulu diperhatikan faktor koreksinya berdasarkan berat setara sampel. Alasan penggunaan indicator adalah pada saat dilakukan proses penitrasian pH yang ada menunjukkan perubahan warna larutan seperti pada trayek pH. Alasan digunakan etanol netral adalah karena jika menggunakan etanol biasa masih terkandung za-zat cair lain yang tidak murni,etanol netral lebuh mudah menitasi larutan pada metode alkalimetri.
Adapun faktor kesalahan yang akan menyebabkan gagalnya percobaan ini diantaranya adalah apabila konsentrasi larutan baku yang digunakan tidak sesuai dengan prosedur kerja yang ada, apabila titran yang digunakan tidak sesuai dengan teori yaitu apabila larutan asam yang ingin dititrasi maka sebagai titran adalah larutan baku basa dan begitupula sebaliknya, selain itu apabila adanya partikel–artikel lain yang menempel pada alat–alat praktikum, kecepatan pada saat mengocok larutan ketika dititrasi juga menjadi faktor berhasilnya titrasi atau tidak.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilkukan dapat disimpulkan bahwa kadar rata-rata dari sampel NA2CO3 (Natrium karbonat) yaitu 63,49184% dan kadar rata-rata dari sampel C7H6O3 (Asam salisilat) yaitu 121,7419%.
Saran
Pada saat praktikum diharapkan praktikan melakukan percobaan yang penuh ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Utiya, 2004, Larutan Asam dan Basa, Kemendikbud: Jakarta.
Ika, Dani, 2009, Alat otomarisasi pengukur kadar vitamin C dengan metode titrasi asam basa, Jurnal Neutrino, Vol. 1, (diakses tanggal 24 november 2013).
Harjanti, 2008, Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses, Vol.2, No.2, (diakses tanggal 24 November 2013).
Sudjadi, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Sujono, 2003, Sistem Pengukur Molaritas Larutan dengan Metode Titrasi Asam Basa Berbasis Komputer, Universitas Budi Luhur. (diakses tanggal 26 Oktober 2013).
SKEMA KERJA
Ditimbang 250 mg natrium karbonatAsidimetri
Ditimbang 250 mg natrium karbonat
Dilarutkan dalam erlenmayer dengan 15 mL etanol + 8 mL aquadest
Dilarutkan dalam erlenmayer dengan 15 mL etanol + 8 mL aquadest
Ditambahkan 3 tetes indikator pp dan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna
Ditambahkan 3 tetes indikator pp dan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan tidak berwarna
Alkalimetri
Ditimbang 200 mg asam salisilat
Ditimbang 200 mg asam salisilat
Dilarutkan dalam erlenmayer dengan 5 mL etanol
Dilarutkan dalam erlenmayer dengan 5 mL etanol
Ditambahkan 3 tetes indikator pp dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda
Ditambahkan 3 tetes indikator pp dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda
TITRASI ASAM BASA
[Type the document title]