PRAKTEK KERJA LAPANGAN PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR
LAPORAN
Oleh: ISNANI NOFITASARI 1109035042
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2015
PRAKTEK KERJA LAPANGAN PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR LAPORAN
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Strata 1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
Oleh: ISNANI NOFITASARI 1109035042
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2015
PRAKTEK KERJA LAPANGAN PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR
Oleh: Isnani Nofitasari 1109035042 Samarinda, 9 Februari 2015 Disahkan oleh: Pembimbing PKL,
Aji Ery Burhandenny, S.T., MAIT. NIP. 19810317 200501 1 001
Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman,
Dutho Suh Utomo, S.T., M.T. NIP. 19780126 200801 1 006
PRAKTEK KERJA LAPANGAN PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
ISNANI NOFITASARI 1109035042
Telah diperiksa dan disetujui oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan Balikpapan, Februari 2015
Mengesahkan dan Menyetujui,
Nuraida Puspitasari Pembimbing PKL
Mengetahui,
Andrianto Manager PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan,
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanyalah kepada Allah SWT, yang dengan kasih sayang, rahmat, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman yang dilaksanakan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan dengan sebagaimana mestinya. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan yaitu selama 1 bulan pada tanggal 01 Agustus 2014 hingga 01 September 2014.
Selama kegiatan pelaksanaan PKL dan penyusunan, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak. Tidak lupa pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Andrianto selaku Manager PT PLN AP2B Sistem Kaltim Baalikpapan,
2.
Bapak Marthen Rudy selaku, Asisten Manager divisi Penyaluran,
3.
Bapak Ari Zurianto selaku Supervisor Pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk,
4.
Bapak Dodik Evan Rony selaku Supervisor Relay dan Proteksi,
5.
Ibu Nuraida Puspitasari selaku Engineer Pemeliharaan Transmisi yang banyak membantu penulis dalam penulisan laporan PKL,
6.
Seluruh karyawan divisi penyaluran, diantaranya Mbak Dinar, Mas Reza, Mas Faris, Pak Sukar, Pak Syaiful, Pak Bravo, dan lain-lain,
7.
Bapak. Dr. Ir. H. Dharma Widada, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman,
8.
Bapak Muhammad Dahlan Balfas, S.T., M.T., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan PKL di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan,
9.
Bapak Aji Ery Burhandenny, ST, MAIT selaku dosen pembimbing PKL atas arahan dan masukannya,
10. Bapak. Dutho Suh Utomo, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi S1 Teknik Industri di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. 11. Kedua orang tua penulis yang menjadi penyemangat penulis, 12. Saudara penulis yang memberi dukungan moril,
13. Kawan seperjuangan Rifqah yang bersama melaksanakan kegiatan PKL di PT PLN AP2B Balikpapan, serta Siti Umi Zuhriah dan Lyza Miranda sahabat terbaik yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian laporan KKN ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan ini masih banyak terdapat kesalahan karena keterbatasan pengetahuan hal ini yang menyebabkan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap untuk kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Samarinda, Februari 2015
Penulis
Isnani Nofitasari 1109035042 Teknik Industri
PEMELIHARAAN PADA TRANSFORMATOR DAYA DAN ANALISIS METODE PEMELIHARAAN PADA PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN
ABSTRAK Pemeliharaan peralatan listrik merupakan suatu kegiatan menjaga atau memelihara dan memperbaiki peralatan listrik untuk memperpanjang masa pakai peralatan sehingga penyaluran tenaga listrik ke pelanggan menjadi optimal. Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeliharaan pada transformator daya dan metode yang digunakan oleh perusahaan. Pada transformator daya terdapat lima jenis pemeliharaan yaitu in service inspection, in service measurement, shutdown testing (measurement), shutdown function check, dan treatment. Metode yang digunakan oleh perusahaan saat ini adalah metode Time Base Maintanance (TBM) dan Corrective Maintenance dengan persentase masing-masing sebesar 80% dan 20%. Penerapan kedua metode tersebut menimbulkan permasalahan yang membuat kegiatan pemeliharaan peralatan listrik kurang optimal, sehingga perusahaan menerapkan metode Condition Base Maintenance (CBM) yang dirasa lebih efektif dan efisien. Perusahaan menargetkan untuk menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60% untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan demikian diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance, namun hanya persentasenya yang dikurangi. Kata Kunci:
Pemeliharaan, Transformator, Corrective Maintenance, Time Base Maintenance (TBM), dan Condition Base Maintenance (CBM)
Isnani Nofitasari 1109035042 Teknik Industri
MAINTENANCE IN POWER TRANSFORMER MAINTENANCE AND ANALYSIS METHOD IN PT PLN AP2B KALTIM SYSTEM BALIKPAPAN
ABSTRACT
Electrical equipment maintenance is an activity to keep or maintain and repair electrical equipment to extend the life of the equipment so that the electrical power supply to the customer to be optimal. Writing this report aims to determine the power transformer maintenance procedures and methods used by the company. In power transformers, there are five types of maintenance that is in service inspection, in service measurement, shutdown testing (measurement), the shutdown function check, and treatment. The method used by the company now is the method Time Base Maintenance (TBM) and Corrective Maintenance with each percentage of 80% and 20%. Application of these methods cause problems that make electrical equipment maintenance activities less than optimal, so that companies implement methods Condition Base Maintenance (CBM) which is more effective and efficient. The company aims to apply the methods of maintenance with a percentage of 30% for the TBM, 60% to 10% for the CBM and Corrective Maintenance. Thus the implementation of CBM does not mean negating the TBM and corrective maintanance, but only a reduced percentage. Keywords:
Maintenance, Power Transformer, Corrective Maintenance, Time Base Maintenance (TBM), and Condition Base Maintenance (CBM)
DAFTAR ISI halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN AKADEMIK ............................................................... LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN .......................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................................... ABSTRAK ................................................................................................................. ABSTRACT ................................................................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. DAFTAR TABEL ..................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................
i ii iii iv vi vii viii x xi xii
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang ......................................................................................... Tujuan Praktek Kerja Lapangan .............................................................. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan ................................................. Sistematika Penulisan ..............................................................................
1 2 2 2
BAB II
GAMBARAN UMUM PT PLN AREA BALIKPAPAN .....................
4
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Sejarah Umum PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ..................... Profil Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan .................. Wilayah Kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ...................... Visi dan Misi Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan .... Struktur Organisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ..............
4 6 7 9 9
BAB III
LANDASAN TEORI .............................................................................. 11
3.1 3.1.1 3.1.2 3.2 3.2.1 3.2.2 3.2.3
Transformator Daya ................................................................................. Jenis Trafo ................................................................................................ Bagian-bagian Transformator dan Fungsinya .......................................... Pemeliharaan ............................................................................................ Definisi Pemeliharaan .............................................................................. Jenis-jenis Pemeliharaan .......................................................................... Pedoman Pemeliharaan ............................................................................
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA ......................................................... 17
4.1 4.2 4.2.1 4.2.2 4.2.3
Kegiatan yang Dilakukan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan Pengujian-Pengujian yang Dilakukan dalam Pemeliharaan Trafo .......... In Service Inspection ................................................................................ In Service Measurement ........................................................................... Shutdown Testing atau Measurement .......................................................
11 11 12 13 13 14 15
17 18 18 19 22
4.2.4
Shutdown Function Check ....................................................................... 26
4.2.5 4.3 4.3.1 4.3.2 4.3.3 4.3.4
Treatment ................................................................................................. Analisa Penggunaan Metode Pemeliharaan .............................................. Metode Pemeliharaan yang Digunakan Saat Ini ....................................... Perbaikan Metode Meggunakan Conditioan Base Maintenance (CBM) . Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode Pemeliharaan ......... Langkah-langkah untuk Menerapkan Metode Perbaikan .........................
BAB V
PENUTUP ............................................................................................... 35
5.1 5.2
Kesimpulan .............................................................................................. 35 Saran ........................................................................................................ 36
halaman
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
26 27 30 30 32 33
DAFTAR GAMBAR Gambar
2.1 2.2 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12
halaman
Wilayah Kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ....................... Struktur Organisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ............... Prinsip Kerja Transformator .................................................................... Alat Uji DGA ........................................................................................... Alat Uji Kadar Air .................................................................................... Alat Uji Tegangan Tembus ....................................................................... Alat Uji Kadar Asam ................................................................................ Alat Pengujian Tegangan Antar Muka .................................................... Alat Uji Warna Minyak ............................................................................ Megaohm Meter ........................................................................................ Micro Ohmmeter ....................................................................................... Indikatir Sensor Suhu ................................................................................ Voltage Slide Regulator dan Kabel ........................................................... Voltmeter dan Ampermeter ..................................................................... Konsep Pemeliharaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim ke Depan .............
8 10 11 19 20 20 21 21 22 23 24 25 25 26 32
DAFTAR TABEL Tabel
4.1
halaman
Kekurangan dan Kelebihan Masing-masing Metode Pemelliharaan ........... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Slide Sosialisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
Lampiran 2
Wawancara Pemeliharaan
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah kegiatan yang dilakukan di lapangan selama periode tertentu untuk menjadikan para mahasiswa lebih memahami bidang studinya, baik di perusahaan maupun di instansi tertentu. Praktek kerja lapangan ini dipandang perlu karena melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat memberi dan menambah pengalaman, pengetahuan
dan
perkembangan
ilmu
keteknikan
kepada
mahasiswa
dalam
penerapannya di bidang aplikasi dan industri teknologi. Adapun perusahaan yang dijadikan objek tempat pengaplikasin kegiatan PKL ini adalah perusahaan PT PLN AP2B (Area Pengaturan dan Penyaluran Beban) Sistem Kaltim Balikpapan. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi kewenangan oleh Pemerintah dan diserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, serta diberikan tugas dalam melaksanakan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik. Dalam kegiatan PKL ini akan dibahas tentang pemeliharaan atau maintenance transformator daya yang ada di Gardu Induk AP2B Sistem Kaltim Balikpapan. Salah satu peralatan utama yang terdapat di Gardu Induk adalah transformator daya. Pemeliharaan dan pengoperasian yang tidak benar terhadap transformator daya akan memperpendek umur transformator daya dan akan menimbulkan gangguan – gangguan pada saat beroperasi sehingga kontinuitas penyaluran menjadi tidak lancar.
Pengaplikasian metode pemeliharaan yang kurang tepat maka akan membuat perencanaan pemeliharan yang kurang optimal seperti yang dialami oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim saat ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisa untuk mengoptimalkan metode yang digunakan dalam pemeliharaan peralatan listrik khususnya transformator daya.
1.2
Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Tujuan dari praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya dalam dunia kerja nyata di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan, 2. Untuk
mengetahui
prosedur-prosedur
pemeliharaan
yang
dilakukan
pada
transformator daya, dan 3. Untuk mengetahui metode pemeliharaan yang digunakan perusahaan.
1.3
Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan
Ruang lingkup pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan pada divisi penyaluran, 2. Penelitian hanya pada pemeliharaan transformator daya, dan 3. Analisa metode pemeliharaan hanya pada metode yang digunakan oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim.
1.4
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, menggunakan sistematika penulisan laporan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, serta sistematika penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab II menjelaskan tentang sejarah berdirinya PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan, visi misi perusahaan, dan deskripsi bagan organisasi PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan.
BAB III
LANDASAN TEORI Bab III memuat tentang pengertian transformator daya, pemeliharaan, konsep pemeliharaan dan jenis metode yang digunakan dalam melakukan pemeliharaan.
BAB IV
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Bab ini menjelaskan mengenai proses atau kegiatan yang dilakukan oleh divisi penyaluran, khususnya dalam melakukan pemeliharaan terhadap transformator, serta metode yang diterapkan dalam pemeliharaan.
BAB V
PENUTUP Bagian ini mengemukakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengamatan langsung selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
BAB II GAMBARAN UMUM PT PLN AP2B SISTEM KALTIM BALIKPAPAN
2.1
Sejarah Umum PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada saat beberapa perusahaan Belanda antara gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu NV NIGN yang semula bergerak dibidang gas memperluas usahanya dibidang listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 Pemerintah Belanda membentuk S’Lands Waterkrach Bedrijven (LB) yaitu perusahaan listrik Negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan Bangkok Dago, PLTA dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja dibentuk Perusahaan-perusahaan Listrik Kotapraja.
Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam Perang Dunia II maka Indonesia dikuasai Jepang, oleh karena itu perusahaan listrik dan gas yang ada diambil oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih oleh orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ketangan Sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan yang baik dimanfaatkan oleh pemuda serta buruh listrik dan gas untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan Jepang, kemudian pada bulan September 1945, Delegasi dari Buruh/Pegawai Listrik dan Gas diketuai oleh Kobarsjih menghadap pimpinan KNI Pusat yang waktu diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo untuk melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya delegasi Kobarsjih bersama-sama dengan pimpinan KNPI Pusat menghadap Presiden Soekarno, untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik
Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno dan kemudian dengan Penetapan Pemerintah tahun 1945 No.1 tertanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda atau pemiliknya semula. Pegawai-pegawai yang tidak mau bekerjasama kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas di daerah-daerah Republik Indonesia yang bukan daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan perjuangan. Para pemuda kemudian mengajukan mosi yang dikenal dengan Mosi Kobarsjih tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik dan Gas Swasta kepada pemerintah selanjutnya kristalisasi dari semangat dan jiwa mosi tersebut tertuang dalam ketetapan Parlemen RI No. 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik bangsa asing di Indonesia, jika waktu konsesinya habis.
Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian Jaya dari cengkeraman penjajah Belanda maka dikeluarkan Undang-undang Nomor 86 tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang Nasionalisasi semua perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1958 tentang Nasionalisasi listrik dan gas milik belanda. Dengan Undang-Undang tersebut, maka seluruh perusahaan listrik Belanda berada ditangan Bangsa Indonesia.
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan pasang surutnya perjuangan Bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal sebagai Hari Listrik dan Gas, hari tersebut telah diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 27 Oktober 1945 bertempat di Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) Yogyakarta. Penetapan secara resmi tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik dan Gas berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga, Nomor 20 tahun 1960. Namun kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga listrik Nomor : 235/KPTS/1975 tanggal 30 September 1975 peringatan Hari Listrik dan Gas yang digabung dengan Hari Kebaktian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik jatuh pada tanggal 3 Desember. Mengingat pentingnya semangat dan nilai-nilai
Hari Listrik, maka berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor: 1134.K/MPE/1992 tanggal 31 Agustus ditetapkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.
2.2
Profil Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
PT PLN (Persero) Area Penyaluran Dan Pengatur Beban Sistem Kaltim adalah perusahaan jasa penyedia tenaga listrik, yang selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan Target Kinerja dan peraturan yang berlaku melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu dan perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja serta untuk mencapai Kepuasan Pelanggan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 023/TAHUN 1994, disebutkan bahwa maksud didirikannya PT PLN (Persero) adalah untuk mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan makna yang memadai dengan tujuan sebagai berikut: 1.
Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
2.
Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai dengan tujuan untuk
3.
Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.
4.
Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan rakyat.
5.
Merintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik
6.
Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim bertekad menjadi Perusahaan Listrik setara dengan kelas dunia yang berorientasi kepada : Pelanggan, Unggul dan Mandiri. Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh-kembang dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.
Dalam melaksanakan proses bisnisnya, PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim mendapat dukungan dari Transmisi dan Gardu Induk (Tragi) Area Samarinda dan Balikpapan yang mengelola aset jaringan tenaga listrik, dan mendapat pembinaan, pengarahan, bimbingan dan pemantauan dari PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur. Management PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan dipimpin oleh seorang Manajer dan dibantu empat Asman sebagai berikut: 1. Asisten Manajer Operasi Sistem 2. Asisten Manajer Penyaluran 3. Asisten Manajer SCADA dan Telekomuniasi 4. Asisten Manajer Keuangan, SDM dan Administrasi 5. Manajer Tragi
Beserta seluruh karyawan dan karyawati PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan, Asman Manajer juga dibantu oleh Supervisor yang menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Secara global, jumlah pegawai yang berstatus pegawai PLN sebanyak 139 orang, OJT sebanyak 8 orang sedangkan yang berstatus pegawai outsourcing sebanyak 220 orang dengan sikap yang professional dan level kompetensi masing-masing.
2.3
Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
Adupun wilayah kerja PT. PLN (Persero) Area Balikpapan dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1
Wilayah kerja PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Kaltim mendapat dukungan dari Transmisi dan Gardu Induk (Tragi) Area Samarinda dan Balikpapan yang mengelola aset jaringan tenaga listrik, dan mendapat pembinaan, pengarahan, bimbingan dan pemantauan dari PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur. AP2B Sistem Kalimantan Timur adalah salah satu unit yang berada di bawah manajemen PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur yang bertugas melaksanakan fungsi penyaluran dan pengaturan beban di sistem Kaltim. Sistem Kaltim terdiri dari Subsistem Balikpapan dan Subsistem Samarinda. Subsistem Balikpapan terdiri Gardu Induk 150 kV Industri, Manggarsari dan Karang Joang dan terdiri dari pembangkit PLTD skala kecil mulai dari 1 MW s.d 12 MW dan semua pembangkit masuk sistem melalui 20 kV hal ini sangat berpengaruh pada kestabilan sistem. Subsistem Samarinda terdiri dari Gardu Induk 150 kV Bukit Biru, Embalut, Tengkawang, Harapan Baru, Bukuan dan Sambutan dengan disupply sebagian oleh pembangkit skala cukup besar dan langsung
masuk ke sistem 150 kV seperti PLTU CFK, PLTGU Tanjung Batu dan PLTG Menamas dan selebihnya PLTD melalui sistem 20 kV. Kedua subsistem tersebut dihubungkan oleh transmisi 150 kV Double Hawk – Double circuit dengan jarak transmisi yang menghubungkan keduanya ± 76 kMR. Panjang transmisi antar gardu induk selain interkonektor tersebut relatif cukup pendek dibawah 23 km, sedangkan trafo tenaga sebagian berdaya besar (60 MVA) seperti tabel diatas. Jaringan transmisi yang pendek sangat berpengaruh pada kontribusi reaktif dari jaringan, sementara dengan trafo tenaga juga berpengaruh pada penyerapan daya reaktif sistem.Konfigurasi Sistem Kalimantan Timur masih radial dengan total panjang jaringan transmisi 350.6 kMR. Pusat Pembangkit berskala besar berada di GI Embalut Kabupaten Kutai Kartanegara sementara dominan pusat beban berada di GI Tengkawang Kotamadya Samarinda dan GI Industri Kotamadya Balikpapan.
2.3
Visi dan Misi Perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
Visi dari perusahaan PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan yaitu "Menjadi Perusahaan yang Sehat dan terpercaya yang Bertumbuh Kembang dengan Bertumpu pada Potensi Insani Dalam Penyediaan Tenaga Listrik di Kalimantan Timur ". Sedangkan misi dari perusahaan PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan adalah sebagai berikut: 1.
Menjamin ketersediaan tenaga listrik dengan kualitas dan kuantitas sesuai persyaratan yang dibutuhkan,
2.
Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan,
3.
Meningkatkan profesionalitas dan integritas sdm,
4.
Mengelola proses bisnis ketenagalistrikan sesuai kaidah Good Corporate Governance (GCG),
5.
Memanfaatkan sumber daya alam di Kalimantan Timur, dan
6.
Menjalankan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.5
Struktur Organisasi PT PLN AP2B Balikpapan
Adapun struktur organisasi PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan adalah sebagai berikut yaitu berbentuk fungsional yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
MANAJER AP2B SISTEM KALTIM
PLT ASISTEN MANAJER OPERASI SISTEM
ASISTEN MANAJER PENYALURAN
ASISTEN MANAJER SCADA DAN TELEKOMUNIKASI
ASISTEN MANAJER KEUANGAN, SDM DAN ADMINISTRASI
PLT SUPERVISOR PERENCANAAN OPERASI
PLT SUPERVISOR LINGKUNGAN DAN K2
PLT SUPERVISOR TELEKOMUNIKASI
SUPERVISOR K3 DAN UMUM
PLT SUPERVISOR SCADA DAN TELEKOMUNIKASI
SUPERVISOR LOGISTIK
SUPERVISOR TRANSAKSI ENERGI
SUPERVISOR PENGATURAN OPERASI
SUPERVISOR PEMELIHARAAN TRANSMISI DAN GARDU INDUK
SUPERVISOR RELAY DAN PROTEKSI
SUPERVISOR ANGGARAN DAN KEUANGAN
PLT SUPERVISOR PDKB
Gambar 2.2
Struktur Organisasi PT PLN (Persero) AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
BAB III LANDASAN TEORI
3.1
Transformator Daya
Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya atau tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan hukum lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial. Arus yang mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi transformator sehingga didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan flux magnet ini akan menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:
Gambar 3.1
Prinsip kerja transformator
3.1.1 Jenis trafo Berdasarkan fungsinya transformator tenaga dapat dibedakan beberapa jenis, jenis-jenis trafo tersebut adalaha sebagai berikut: 1.
Trafo pembangkit,
2.
Trafo gardu induk/penyaluran, dan
3.
Trafo distribusi
Sedangkan transformator tenaga untuk fungsi penyaluran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut: 1.
Trafo besar,
2.
Trafo sedang, dan
3.
Trafo kecil.
3.1.2
Bagian – Bagian Transformator dan Fungsinya
Di dalam transformator terdapat bagian-bagian yang yaitu sebagai berikut: 1.
Electromagnetic Circuit (Inti besi) Inti besi digunakan sebagai media jalannya flux yang timbul akibat induksi arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi kembali ke kumparan yang lain.
2.
Current Carying Circuit (Belitan Trafo) Belitan trafo terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti besi, dimana saat arus bolak balik mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan terinduksi dan menimbulkan flux magnetik.
3.
Bushing Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.
4.
Pendingin Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada transformator. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan.
5.
Oil preservation & expansion (Konservator) Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator, minyak isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator digunakan untuk menampung minyak pada saat transformator mengalami kenaikan suhu.
6.
Dielectric (Minyak isolasi transformator & Isolasi kertas) Minyak isolasi pada transformator berfungsi sebagai media isolasi, pendingin dan pelindung belitan dari oksidasi.
7.
Tap Changer Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang dinilai sebagai kualitas tegangan.
8.
NGR (Neutral Grounding Resistant) Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah. Ada dua jenis NGR, yaitu liquid dan solid
3.2 Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan akan dibahas lebih lanjut meliputi definisi, jenis pemeliharaan, pemeliharaan pada transformator, dan sebagainya sebagai berikut.
3.2.1 Definisi Pemeliharaan Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan atau kerusakan mesin. (Setiawan F.D, 2008). Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya “operations Management” pemeliharaan adalah : “all activities involved in keeping a system’s equipment in working order”. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik.
Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya “Production Management” pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).
Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
3.2.2 Jenis-jenis Pemeliharaan Dalam hal pemeliharaan, ada tiga metode pemeliharaan yang dikenal, yaitu : 1.
Preventive Maintanance (Time Based Maintenance) Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya
kerusakan
peralatan
secara
tiba-tiba
dan
untuk
mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada Instruction Manual dari pabrik, standar-standar yang ada dan pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base Maintenance). Pemeliharaan ini dilaksanakan secara rutin berdasarkan waktu, misalnya harian, mingguan, bulanan atau tahunan. 2.
Predictive Maintanance (Condition Based Maintenance) Pemeliharaan prediktif adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition Base Maintenance ). Metode pemeliharaan ini dilaksanakan berdasarkan kondisi peralatan, misalnya berdasarkan statistik hasil pemeriksaan atau pemeliharaan sebelumnya.
3.
Corrective Maintenance Pemeliharaan korektif merupakan pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan
pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga Corective Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau penggantian part atau bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana. Metode pemeliharaan ini dilaksanakan jika terjadi kerusakan pada peralatan atau part dari peralatan instalasi tersebut.
3.2.3 Pedoman Pemeliharaan Dalam melakukan pemeliharaan transformator daya, terdapat pedoman atau cara-cara pemeliharaan yang harus diketahui oleh bagian pemeliharaan. Pedoman pemeliharaan secara umum adalah sebagai berikut: 1.
In Service Inspection In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat transformator dalam kondisi bertegangan/operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan in service inspection adalah sebagai berikut:
2.
a. Bushing, b. Pendingin, c. Pernafasan, d. Sistem kontrol dan proteksi, e. OLTC, f. Struktur mekanik, g. Meter suhu atau temperatur, h. Sistem monitoring thermal, i. Belitan, j. NGR – Neutral grounding Resistor, dan k. Fire Protection. In Service Measurement In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran atau pengujian yang dilakukan pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan atau operasi (in service). Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan pemadaman. Pengujian yang termasuk
in service measurement yaitu meliputi thermovisi atau thermal image, DGA (Dissolved gas analysis), Pengujian kualitas minyak isolasi (Karakteristik), pengujian furan, pengujian corrosive sulfur, pegujian partial discharge, dan vibrasi dan noise. 3.
Shutdown Testing Atau Measurement Shutdown testing atau measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan. Pengujian yang termasuk pada shutdown testing adalah seperti pengukuran tahanan isolasi, pengukuran tangen delta, pengukuran SFRA (Sweep Frequency Response Analyzer), ratio test, pengukuran tahanan DC, HV test, pengujian OLTC, pengujian rele bucholz, pengujian rele jansen, pengujian sudden pressure, kalibrasi indikator suhu, motor kipas pendingin, pengukuran tahanan NGR, dan fire protection.
4.
Shutdown Function Check Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari relerele proteksi maupun indikator yang ada pada transformator. Item-item yang harus di check pada saat inspeksi dan pengujian fungsi adalah meliputi rele bucholz, rele jansen, rele sudden pressure, rele thermal, dan oil level.
5.
Treatment Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasrkan hasil in service inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function check. Pemeliharaan yang termasuk ke dalam treatment yaitu purification atau filter, reklamasi, ganti minyak, cleaning, tightening, replacing part, dan greasing.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA
4.1
Kegiatan yang Dilakukan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
Selama melakukan kegiatan praktek kerja lapangan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan baik itu di dalam maupun di luar ruangan. Adapun uraian dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan di lapangan Kegiatan yang dilakukan di lapangan adalah sebagai berikut: a. Survey lapangan Survey lapangan dilakukan di daerah Gardu Induk Karang Joang yang didampingi oleh staf pemeliharaan beserta supervisor pemeliharaan dan supervisor proteksi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada peserta PKL daerah dan kegiatan yang biasa dilakukan di Gardu Induk (GI). b. Kegiatan Pemeliharaan Kegiatan yang dilakukan yaitu ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan peralatan GI seperti: 1) Pengujian partial discharge pada trafo ardu induk Gunung Malang, peserta PKL diajarkan secara langsung prosedur uji partial discharge. 2) Pemeliharaan rutin Bay line transmisi di Gardu Induk Karang Joang beserta staf pemeliharaan dan staf Tragi Balikpapan yang didampingi oleh Staf K2/K3 Balikpapan. 3) Pemeliharaan trafo 30 MVA dengan melakukan pengujian DGA dan tegangan tembus bersama staf pemeliharaan dan supervisor di Gardu Induk Karang Joang. c. Kegaiatan Training Ikut serta dalam kegiaatan training alat tes Ratio Trafo 3 Fasa yang dilakukan di kantor PT PLN Karang Joang bersama staf yang berkepentingan di bagian pemeliharaan oleh PT Guna Elektro yang berasal dari Jakarta.
2. egiatan di dalam ruangan Selain kegiatan yang dilakukan di luar ruangan, ada juga kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan seperti: a. Membantu bagian CSR membuat surat udangan, b. Membantu bagian CSR mengetik uraian anggaran pelatihan buah naga, c. Membantu bagian CSR membuat narasi undangan, d. Menginput data spesifikasi alat (management asset), e. Mengetik laporan hasil tes tegangan tembus dan uji DGA, dan f. Mengetik dan membuat bagan struktur organisasi perusahaan dan formasi jabatan di PT PLN AP2B Karaang Joang.
4.2
Pengujian-pengujian yang Dilakukan dalam Pemeliharaan Trafo
Dalam melakukan pemeliharaan transformator daya, terdapat prosedur yang harus diketahui oleh staf pemeliharaan. Berikut ini merupakan macam-macam pengujian yang dilakukan dalam pemeliharaan trafo
4.2.1 In Service Inspection
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat transformator dalam kondisi bertegangan atau operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection adalah untuk mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam trafo tanpa melakukan pemadaman. Subsistem trafo yang dilakukan in service inspection adalah sebagai berikut: 1.
Bushing
2.
Pendingin
3.
Pernafasan
4.
Sistem kontrol dan proteksi
5.
OLTC
6.
Struktur mekanik
7.
Meter suhu / temperature
8.
Sistem monitoring thermal
9.
Belitan
10. NGR – Neutral grounding Resistor 11. Fire Protection
4.2.2 In Service Measurement
In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran atau pengujian yang dilakukan pada saat transformator sedang dalam keadaan bertegangan atau operasi (in service). Tujuan dilakukannya in service measurement adalah untuk mengetahui kondisi trafo lebih dalam tanpa melakukan pemadaman. 1.
Thermovisi (Thermal image) Suhu yang tidak normal pada trafo dapat diartikan sebagai adanya ketidaknormalan pada bagian atau lokasi tersebut. Metoda pemantauan suhu trafo secara menyeluruh untuk melihat ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo dilakukan dengan menggunakan thermovisi atau thermal image camera.
2.
Dissolved Gas Analysis (DGA) DGA adalah proses untuk menghitung kadar atau nilai dari gas-gas hidrokarbon yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Ketidaknormalan tersebut seperti overheat, arcing atau corona. Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H2 (hidrogen), CH4 (Methane), N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4 (Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2 (Acetylene). Untuk melihat alat uji DGA dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1
Alat uji DGA
3.
Pengujian Kualitas Minyak Isolasi Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi didalam minyak dilakukanlah pengujian oil quality test. Adapun jenis pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Pengujian kadar air Pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang terlarut atau terkandung di minyak. Berikut ini adalah alat uji kadar air dalam minyak yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 seperti di bawah ini:
Gambar 4.2
Alat uji kadar air
b. Pengujian tegangan tembus Tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan minyak isolasi dalam menahan stress tegangan. Untuk melihat alat uji tegangan tembus dapat dilihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3
Alat uji tegangan tembus
c. Pengujian kadar asam Besarnya kadar asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah minyak isolasi trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti. Untuk mengetahui alat uji kadar asam dapat diliat pada Gambar 4.4 seperti di bawah ini:
Gambar 4.4
Alat uji kadar asam
d. Pengujian tegangan antar muka Pengujian tegangan antara minyak dengan air dimaksudkan untuk mengetahui Alat pengujian tegangan antar muka yang dapat dilihat pada Gambar 4.5 sebagai berikut:
Gambar 4.5
Alat pengujian tegangan antar muka
e. Pengujian warna minyak Pengujian minyak pada dasarnya membandingkan warna minyak terpakai dengan minyak yang baru. Alat uji warna minyak dapat dilihat pada Gambar 4.6 sebagai berikut:
Gambar 4.6
4.
Alat uji warna minyak
Pengujian Furan Pengujian ini bertujuan untuk memperkirakan kondisi tingkat DP (degree of polimerization) dialami isolasi kertas dan estimasi sisa umur daripada kertas isolasi tersebut.
5.
Pengujian Corrosive Sulfur Salah satu yang dapat menurunkan kualitas isolasi kertas pada trafo adalah corrosive sulfur yang terkandung di dalam minyak isolasi trafo. Corrosive sulfur dapat menyebabkan korosi pada komponen tertentu dari trafo seperti tembaga dan perak.
6.
Pengujian Partial Discharge Kegagalan pada isolasi dapat diindikasikan dengan munculnya partial discharge (peluahan parsial). Partial discharge dapat terjadi pada bahan isolasi cair maupun isolasi gas.
7.
Vibrasi & Noise Noise pada trafo dikarenakan adanya fenomena yang disebut magnetostriction Adapun alat yang dipakai untuk mengukur tingkat noise yang muncul adalah sound level meter atau noise detector.
4.2.3 Shutdown Testing atau Measurement Shutdown testing atau measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada saat transformator dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat
pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan. Terdapat beberapa kegiatan measurement pada pemeliharaan yaitu sebagai berikut: 1.
Pengukuran Tahanan Isolasi Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi antara belitan dengan ground atau antara dua belitan. Alat yang digunakan untuk mengukur tahanan isolasi adalah megaohm meter. Megaohm meter dapat dilihat pada Gambar 4.7 seperti di bawah ini:
Gambar 4.7
2.
Megaohm meter
Pengukuran Tangen Delta Tan delta atau sering disebut Loss Angle atau pengujian faktor disipasi adalah metoda diagnostik secara elektikal untuk mengetahui kondisi isolasi. Jika isolasi bebas dari defect, maka isolasi tersebut akan bersifat kapasitif sempurna.
3.
Pengukuran SFRA (Sweep Frequency Response Analyzer) Dengan melakukan pengujian ini, dapat diketahui bagaimana suatu belitan memberikan sinyal bertegangan rendah dalam berbagai variasi frekuensi.
4.
Ratio Test Tujuan dari pengujian rasio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya masalah dalam antar belitan dan seksi-seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini akan mendeteksi adanya hubungan singkat atau ketidaknormalan pada tap changer. Peralatan yang secara umum digunakan untuk melakukan pengujian ratio ini adalah sebuah supply tegangan AC 3 fasa 380 V.
5.
Pengukuran tahanan DC (Rdc) Pengujian tahanan dc dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari koneksi-koneksi yang ada di belitan dan memperkirakan apabila ada kemungkinan hubung singkat
atau resistansi yang tinggi pada koneksi di belitan. Micro ohmmeter adalah alat untuk mengukur nilai resistif dari sebuah tahanan. Micro ohmmeter dapat dilihat pada Gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 4.8
6.
Micro Ohmmeter
HV test Pengujian HV test dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa ketahanan isolasi trafo sanggup menahan tegangan. Pelaksanaan pengujian HV test dapat dilengkapi dengan pengujian Partial discharge (PD) untuk mengetahui kondisi isolasi trafo pada saat mendapat stress tegangan.
7.
Pengujian OLTC OLTC merupakan satu-satunya bagian trafo yang bergerak secara mekanik. Pengujian ini memanfaatkan Ohmmeter yang dipasang serial dengan belitan primer trafo. Setiap perubahan tap atau ratio, nilai tahanan belitan diukur.
8.
Pengujian Rele Bucholz Pengujian rele bucholz juga ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari.
9.
Pengujian Rele Jansen Pengujian rele jansen ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari
10. Pengujian Rele Sudden Pressure Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan
tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada maintank. 11. Kalibrasi Indikator Suhu Kondisi sistem isolasi trafo akan terpengaruh dengan kondisi suhu operasi trafo. oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui besaran real suhu operasi dari trafo tersebut.. Indikator sensor suhu dapat dilihat pada Gambar 4.9 sebagai berikut:
Gambar 4.9 Indikator sensor suhu
12. Motor Kipas Pendingin Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi belitan motor dilakukan pengukuran tahanan DC dari belitan tersebut dengan menggunakan Ohm meter. 13. Tahanan NGR (Neutral Grounding Resistor) Untuk mengukur nilai tahanan NGR dilakukan dengan menggunakan voltage slide regulator, voltmeter dan amperemeter. Pada prinsipnya NGR akan diberikan beda tegangan pada kedua kutubnya dan dengan memanfaatkan pengukuran arus yang mengalir pada NGR dapat diketahui nilai tahanannya. Volteage slide regulator dan kabel dapat dilihat pada Gambar 4.10, dan untuk melihat voltmeter dan amperemeter dapat dilihat pada Gambar 4.11 sebagai berikut:
Gambar 4.10 Voltage slide regulator dan kabel
Gambar 4.11 Voltmeter dan Amperemeter
14. Fire Protection Untuk meminimalisir atau mengeliminasi dampak gangguan yang berpotensi membakar trafo, dilengkapilah trafo tersebut dengan fire protection.
4.2.4 Shutdown Function Check Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari rele – rele proteksi maupun indikator yang ada pada transformator. Item – item yang harus di check pada saat inspeksi dan pengujian fungsi adalah sebagai berikut: 1.
Rele Bucholz
2.
Rele Jansen
3.
Rele Sudden Pressure
4.
Rele thermal
5.
Oil Level
4.2.5 Treatment Treatment merupakan tindakan korektif yang dilakukan berdasrkan hasil in service inspection, in service measurement, shutdown measurement dan shutdown function check. Berikut ini merupakan treatment-treatment yang biasa dilakukan pada transformator daya:
1.
Purification (filter) Proses purification (filter) ini dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui bahwa pengujian kadar air dan tegangan tembus berada pada kondisi buruk.
2.
Reklamasi Reklamasi dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui bahwa pengujian kadar asam berada pada kondisi buruk.
3.
Ganti minyak Penggantian minyak dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil pengujian kualitas minyak dan diperhitungkan secara ekonomis.
4.
Cleaning Merupakan pekerjaan untuk membersihkan bagian peralatan atau komponen yang kotor. Adapun alat kerja yang dipakai adalah majun, lap, aceton, deterjen, sekapen hijau, vacum cleaner, minyak isolasi trafo.
5.
Tightening Pemeriksaan secara periodik perlu dilakukan terhadap baut-baut pengikat. Peralatan kerja yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan ini adalah kunci-kunci. Pelaksanaan tightening atau pengencangan harus dilakukan dengan menggunakan kunci momen dengan nilai yang sesuai dengan spesifikasi peralatan.
6.
Replacing parts Merupakan tindakan korektif yang dilakukan untuk mengganti komponen transformer akibat kegagalan fungsi ataupun berdasarkan rekomendasi pabrikan.
7.
Greasing Untuk mengembalikan fungsi-fungsi alat, dilakukan penggantian grease atau greasing. Penggantian grease harus sesuai dengan spesifikasi grease yang direkomendasikan pabrikan.
4.3
Analisa Penggunaan Metode Pemeliharaan
PT PLN AP2B Sistem Kaltim memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem ketanagalistrikan di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan dan Samarinda. Pengelolaan ini mencakup perencanaan dan pemeliharaan peralatan instalasi tegangan
tinggi maupun tegangan ekstra tinggi. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi aktivitas pemeriksaan, pembersihan, pengujian, perbaikan, dan penggantian yang bertujuan untuk menjaga agar peralatan instalasi dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Dalam melakukan pemeliharaan terdapat tiga metode yang dikenal yaitu: 1.
Pemeliharaan preventive (time base maintenance),
2.
Pemeliharaan predictive (condition base maintenance), dan
3.
Pemeliharaan corrective.
Dari ketiga metode tersebut dilakukan analisa yang bertujuan untuk mendapatkan metode pemeliharaan yang lebih tepat, baik dari segi biaya, perencanaan pemeliharaan, maupun tenaga kerja.
Sebelum melakukan analisa, maka dilakukan wawancara kepada salah seorang dari devisi penyaluran yang ahli di bagian pemeliharaaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan untuk melengkapi data penelitian. Berikut merupakan pertanyaan wawancara yang diajukan kepada narasumber:
WAWANCARA METODE PEMELIHARAAN
Tempat/via
: Blackberry Massanger dan Email
Waktu
: 12 Januari 2015
Narasumber
: Nuraida Puspitasari
Butir Pertanyaaan: 1.
Apa metode pemeliharaan yang sedang digunakan oleh PT PLN AP2B saat ini ?
2.
Berapa persentase masing-masing penggunan metode tersebut ?
3.
Apakah metode tersebut sudah efektif dan efisien untuk diterapkan ? Jika belum, apa saja penyebabnya dari metode yang ada sekarang?
4.
Apa kekurangan dan kelebihan metode yang digunakan saat ini ?
5.
Apakah ada metode baru yang ingin diterapkan untuk membantu memperbaiki metode yang ada sekarang ini ? Jika ada, apakah metode tersebut ?
6.
Apa kelebihan dan kekurangan metode baru tersebut ?
7.
Berapa perubahan persentase jika diterapkan metode yang sekarang ?
8.
Apa saja alasan atau faktor-faktor penyebab perubahan masing-masing persentase dari metode pemeliharaan tersebut ?
9.
Apa saja langkah yang sudah diambil oleh PT PLN AP2B Sistem Kaltim dalam menerapkan metode baru tersebut ?
Narasumber
Nuraida Puspitasari, ST.
4.3.1 Metode Pemeliharaan yang Digunakan Saat Ini
Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT PLN AP2B Sistem Kaltim, diketahui bahwa PT PLN AP2B Sistem Kaltim menggunakan metode pemeliharaan time base maintenance yang bersifat periodik dan pemeliharaan corrective dengan persentase masing-masing metode sebesar 80% dan 20%. Hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode time base maintenance sangat besar, sehingga menyebabkan permasalahan-permasalahan yang merugikan bagi divisi penyaluran khususnya bagian pemeliharaan yaitu sebagai berikut: 1.
Frekuensi kegiatan pemeliharaan lebih sering dilakukan sehingga menghabiskan banyak waktu pemeliharaan,
2.
Membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia dalam melakukan pemeliharaan,
3.
Pemeliharaan peralatan transmisi dan gardu induk kurang optimal,
4.
Proses pencatatan hasil pemeliharaan tidak sistematis dan terintegrasi,
5.
Tenaga listrik yang disalurkan ke pelanggan menjadi tidak optimal, dan
6.
Perencanaan pemeliharaan kurang optimal.
Dari permasalahan tersebut, maka PT PLN AP2B Sistem Kaltim ingin menerapkan metode lain yang lebih efektif dan efisien seperti metode condition base maintenance (CBM). Saat ini PT PLN AP2B Sistem Kaltim sedang melakukan sosialisasi implementasi CBM dengan cara mengadakan training atau pelatihan tentang metode CBM kepada bagian pemeliharaan di PT PLN AP2B Sistem Kaltim.
4.3.2 Perbaikan Metode Menggunakan Condition Base Maintanance (CBM)
Permasalahan-permasalahan yang sudah disebutkan sebelumnya menjadi latar belakang rencana penggunaan metode CBM. Seperti diketahui bahwa penggunaan metode TBM dan corrective maintanance harus dikurangi karena pada prinsipnya, metode TBM adalah melakuan program pemeliharaan secara rutin berdasarkan waktu tanpa melihat bagaimana kondisi peralatan yang akan dipelihara. Dengan demikian dana yang digunakan untuk program pemeliharaan tidak tepat sasaran. Sedangkan metode
corrective dilaksanakan hanya setelah terjadi kerusakan atau pemeliharaan yang sifatnya darurat.
Berbeda halnya dengan metode CBM, pemeliharaan dengan metode ini dilakukan sesuai dengan kondisi peralatan dengan menggunakan parameter-parameter yang terukur. Misalnya hasil pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) dapat diketahui fenomena apa yang sedang terjadi di dalam trafo dan bagaimana kondisinya. Metode ini juga mengutamakan kegiatan inspeksi pada saat peralatan dalam keadaan beroperasi. Inti utama bagaimana CBM dilakukan adalah dengan fokus pada kondisi peralatan.
Penentuan kondisi peralatan sangat bergantung pada metode atau teknik pengujian yang digunakan, akurasi peralatan yang digunakan, keahlian teknik sumber daya manusia dalam melakukan pemeriksaan atau pengujian maupun analisa dari hasil pengujian yang telah dilakukan untuk menentukan tindakan pemeliharaan yang sesuai. Dengan demikian pemeliharaan yang akan dilakukan akan lebih tepat sasaran. Manfaat penenerapan metode CBM ini yaitu alokasi biaya yang akan digunakan untuk program pemeliharaan akan lebih tepat sasaran, objek yang akan dipelihara lebih tepat dan sumber daya manusia yang ada dapat lebih dioptimalkan.
PT PLN AP2B Sistem Kaltim saat ini menargetkan untuk menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60% untuk CBM dan 10% untuk corrective maintenance. Dengan kondisi seperti ini berarti aktivitas pemeliharaan yang bersifat time Base dikurangi persentasenya ke arah condition based. Dengan demikian diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance, namun hanya persentasenya yang dikurangi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.12 sebagai berikut:
Gambar 4.12 Konsep pemeliharaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim ke depan
Hasil persentase dari masing-masing metode yang terlihat pada grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan persentase pada metode TBM yang awalnya 80% menjadi 30%. Persentase terbesar digantikan pada metode perbaikan yaitu metode CBM yang ditargetkan sebesar 60% dari metode yang digunakan. Menurut narasumber dari hasil wawancara, alasan yang mendasari perubahan metode tersebut tidak terlepas dari tujuan awal divisi penyaluran agar kegitatan pemeliharaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara optimal, mengingat terdapat banyak kekurangan dari metode sebelumnya.
4.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode Pemeliharaan
Corrective maintenance dan time base maintenance telah digunakan selama beberapa dekade, namun keduanya masing-masing masih memiliki titik kelemahan yang signifikan dalam kegiatan pemeliharaan. Oleh sebab itu, tim pemeliharaan PT PLN Balikpapan melakukan perbaikan metode dengan menggunakan metode condition base maintenance (CBM). Kekurangan dan kelebihan dari masing-masing metode pemeliharaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 No.
1 2 3 4 5
1
2 3
4
1 2
3
4
Kekurangan dan kelebihan masing-masing metode pemeliharaan
Kekurangan Kelebihan Metode Corrective Maintenance Biaya rendah ketika tidak terjadi Biaya meningkat karena downtime yang kerusakan atau ketika alat masih dalam tidak terencana keadaan baru Biaya tenaga kerja meningkat jika Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan terjadi overtime yang dibutuhkan lebih sedikit Terdapat pengeluaran biaya ketika perbaikan dan penggantian alat Penggunaan tenaga kerja yang tidak efisien Memerlukan inventarisasi komponen peralatan perbaikan dalam jumlah besar Metode Time Base Maintenance (TBM) Bersifat anticipative maintenance, sehingga bagian pemeliharaan dapat Pemeliharaan mencakup pelaksanaan membuat peramalan (forecasting) dan pemeliharaan yang tidak diperlukan penjadwalan pemeliharaan yang lebih baik Menggunakan banyak waktu dan dan Mengurangi pekerjaan yang bersifat sumber daya manusia darurat atau emergency Menghilangkan sisa umur komponen Mencegah terjadinya kerusakan mesin ketika komponen tersebut harus peralatan secara tiba-tiba atau life cycle diganti sebelum rusak total komponen meningkat Penggunaan biaya pemeliharaan tidak tepat sasaran dikarenakan kegiatan Biaya pemeliharaan lebih rendah pemeliharan rutin dilakukan berdasarkan dibandingkan corrective maintenance waktu yang ditentukan tanpa melihat kondisi peralatan Metode Condition Base Maintenance (CBM) Membutuhkan analisa yang tepat untuk Umur atau availibilitas operasi mengetahui kondisi peralatan yang perlu komponen meningkat dan proses dipelihara downtime menurun Membutuhkan tenaga kerja dan Objek yang akan dipelihara lebih tepat peralatan khusus untuk analisa CBM Alokasi biaya yang akan digunakan Biaya investasi alat diagnosa dan biaya untuk program pemeliharaan akan investasi pelatihan tenaga kerja lebih tepat sasaran (lebih hemat dari bertambah metode corrective dan TBM) Sumber daya manusia yang ada dapat lebih dioptimalkan
4.4.4 Langkah-langakh untuk Menerapkan Metode Perbaikan
Dalam merealisasikan perbaikan metode baru agar lebih efektif dan efisien, pihak PT PLN melakukan beberapa langkah-langkah yang diperkirakan tepat untuk dilakukan. Langkah-langkah tersebut yaitu sebagai berikut: 1.
Sosialisasi Sosisalisasi yang dimaksudkan adalah sosialisasi ke seluruh pegawai pemeliharaan tentang metode perbaikan yang digunakan oleh perusahaan. Sosialisasi ini penting dilakukan agar bagian pemeliharaan mengetahui tentang pentingnya menjaga kondisi peralatan.
2.
Pelatihan (Training) Selain melakukan sosialisasi, PT PLN AP2B Balikpapan juga mengadakan pelatihan kepada pegawai bagian pemeliharaan mengenai analisa kondisi peralatan. Pelatihan ini diadakan guna menciptakan tenaga kerja yang lebih terampil dalam olah analisis kondisi peralatan. Dalam pelatihan ini, pegawai dilatih untuk menggunakan software CBM dimana data analisis kondisi peralatan akan lebih akurat hasilnya.
3.
Penambahan Peralatan Pengujian Analisis pemeliharaan dengan menggunakan metode time base dan corrective maintenance sebagian besar dilakukan secara manual oleh bagian pemeliharaan. Demi mencapai tujuan agar pemeliharaan peralatan lebih efektif dan efisien maka diperlukan penambahan peralatan pengujian untuk pemeliharaan yang mendukung penerapan metode perbaikan yaitu condition base maintenance (CBM).
.
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut: 1.
PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan merupakan perusahaan jasa penyedia tenaga listrik yang memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem ketanagalistrikan di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan dan Samarinda. Pengelolaan ini mencakup pengaturan dan pemeliharaan peralatan instalasi tegangan
tinggi
maupun
tegangan
ekstra
tinggi.
Sebagai
perusahaan
ketenagalistrikan yang bertugas sebagai penyalur dan pengatur beban sistem Kaltim ini selalu berupaya untuk melakukan perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja serta mencapai kepuasan pelanggan. Pada perusahaan PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, baik di dalam ruangan maupun di luar lapangan yang bertujuan untuk mengenalkan dan melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di Gardu Induk (GI), jenis-jenis peralatan pemeliharan listrik, dan prosedur
pemeliharan peralatan listrik yang baik pada peralatan listrik seperti
pemeliharaan pada trafo. 2.
Prosedur-prosdur pemeliharaan yang dilakukan pada transformator daya ada lima jenis yaitu in service inspection, in service measurement, shutdown testing (measurement), shutdown function check, dan treatment. Pemeliharaan in service measurement meliputi thermovisi (thermal image), Dissolved Gas Analysis (DGA), pengujian kualitas minyak isolasi, pengujian furan, pengujian corrosive sulfur, partial discharge, dan vibrasi dan noise. Pemeliharaan shutdown testing meliputi pengukuran tahanan isolasi, tangen delta, SFRA, ratio test, tahanan dc, HV test, pengujian OLTC, rele bucholz, rele jansen, sudden pressure, kalibrasi indikator suhu, motor kipas pendingin, tahanan NGR, dan fire protection. Pemeliharaan
shutdown function check meliputi inspeksi rele bucholz, rele jansen, sudden pressure, rele thermal dan oil level. Sedangkan jenis pemeliharaan selanjutnya adalah dengan melakukan treatment yang meliputi purification (filter), reklamasi, ganti minyak, cleaning, tightening, replacing parts, dan greasing. 3.
Pada saat ini PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan menggunakan metode Time Base Maintanance (TBM) dan corrective maintenance dengan persentase yang masih sangat tinggi pada TBM sebesar 80% dan 20% untuk metode corrective maintenance. Penerapan kedua metode tersebut menimbulkan permasalahan yang membuat kegiatan pemeliharaan peralatan listrik kurang optimal, sehingga PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan mulai menerapkan metode Condition Base Maintenance (CBM) yang dirasa lebih efektif dan efisien. Metode ini memberikan manfaat seperti alokasi biaya yang digunakan untuk program pemeliharaan akan lebih tepat sasaran, objek yang akan dipelihara lebih tepat, dan SDM yang ada dapat dioptimalkan. PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan menargetkan untuk menerapkan metode pemeliharaan dengan persentase sebesar 30% untuk TBM, 60% untuk CBM dan 10% untuk Corrective Maintenance. Dengan demikian diterapkannya CBM bukan berarti meniadakan TBM dan corrective maintanance, namun hanya persentasenya yang dikurangi.
5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktek kerja lapangan ini yaitu pengalaman dan ilmu yang sudah diperoleh mahasiswa dari PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan ini dapat menjadi pembelajaran yang bermanfaat bagi mahasiswa/i, dosen, serta siapa saja yang ingin mempelajari tentang kelistrikan khususnya pada pemeliharaan transformasi daya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
______. 2013. Sosialisasi Implementasi CBM. Balikpapan: PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
2.
______. Buku Petunjuk Transformator Tenaga. Balikpapan: PT PLN AP2B Sistem Kaltim Balikpapan
3.
Simbolon, AJ. 2012. “Pemeliharaan”. (repository.usu.ac.id/bitstream/…/4/chapter% 20II.pdf), diakses pada 20 Agustus 2014, pukul 19.53 WITA)
4.
Yumaida. 2011. Analisis Risiko Kegagalan Pemeliharaan pada Pabrik Pengolahan Pupuk NPK Granular. Depok: UI (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20281099S658-Analisis%20risiko.pdf), diakses pada 20 Agustus 2014, pukul 20.12 WITA)
5.
Kumayasari, Maghdalena Feby, dkk. 2010. Penerapan Condition Based Maintenance Untuk Menentukan Waktu Perawatan Sistem Pengendalian Temperatur Pada Thermal Oxidizer Di Conocophillips Indonesia. Surabaya: ITS (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12716-Paper.pdf), diakses pada 20 Agustus 2014, pukul 21.35 WITA)