LAPORAN PENDAHULUAN Ca COLON MATRIKULASI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM ALIH JENJANG PERTEMUAN TANGGAL 21 JULI 2017
YADI FATRIAULLAH 175070209111061
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
Ca COLON A. Definisi Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177). Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143). Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
B. Etiologi Walaupun penyebab kanker usus besar (seperti kanker lainnya) masih belum diketahui, namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi. Hubungan antara kolitis ulseratif (tipe polip kolon tertentu) dengan kanker usus besar telah dibicarakan. Faktor predisposisi penting lain mungkin berkaitan dengan kebiasaan makan. Hal ini karena kanker usus besar (seperti juga diverticulosis)terjadi sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang mengkonsumsi lebih banyak makanan mengandung karbohidrat murni dan rendah serat, diandingkan pada penduduk primitif (misal, di Afrika)yang mengkonsumsi makanan tinggi serat. Burkitt (1971) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan tinggi karbohidrat murni mengakibatkan perubahan flora feses dan perubahan degradasi garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, sebagian zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat berpotensi karsinogenik ini menjadi feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transit feses meningkat. Akibatnya kontak zat berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambahlama. Penelitian awal menunjukkan bahwa diet makanan tinggi bahan fitokimia mengandung zat gizi seperti serat, vitamin C, E, dan Karoten dapat
meningkatkan fungsi kolon dan bersifatprotektif dari mutagen yang menyebabkan timbulnya kanker.
C. Epidemiologi Kanker kolorektal adalah kanker urutan ketiga yang banyak yang menyerang pria dengan persentase 10,0% dan yang kedua terbanyak pada wanita dengan persentase 9,2% dari seluruh penderita kanker di seluruh dunia. Hampir 55 % kasus kanker kolorektal terjadi di negara maju dengan budaya barat. Ada variasi geografis dalam insidensi di seluruh dunia dimana insidensi tertinggi diperkirakan berada di Australia dan Selandia Baru dengan Age Standardized Rate (ASR) 44,8 pada pria dan 32,2 pada wanita per 100.000.2 Hal ini berkaitan karena Australia dan Selandia Baru adalah negara tujuan migrasi, terdapat hubungan peningkatan risiko kanker kolorektal dibandingkan dengan populasi dari negara asal Kematian pasien kanker kolorektal lebih banyak terjadi di daerah yang kurang berkembang dengan persentase 52% dari jumlah kematian pasien kanker kolorektal di dunia. Tingkat kematian pasien kanker kolorektal tertinggi diperkirakan di Eropa Tengah dan Timur dengan ASR 20,3 per 100.000 untuk laki-laki dan 11,7 per 100.000 untuk perempuan. Tingkat kematian terendah terdapat di Afrika Barat dengan ASR 3,5 per 100.000 untuk laki-laki dan 3,0 per 100.000 untuk perempuan. Di Indonesia kanker kolorektal adalah keganasan yang sering terjadi baik pada pria dan wanita setelah kanker prostat dan kanker payudara dengan persentase 11,5% dari jumlah seluruh pasien kanker di Indonesia.2 Insidensi kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Insidensi kanker kolorektal pada pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak terjadi pada usia produktif. Hal ini berbeda dengan data yang diperoleh di negara berat dimana kanker biasanya terjadi pada pasien usia lanjut. Perbandingan insidensi pada laki-laki dan perempuan adalah 3 berbanding 1 dan kurang dari 50% kanker kolon dan rektum ditemukan di rektosigmoid.1 Kanker kolorektal banyak dijumpai pada usia produktif. Data kesehatan pada tahun 1996-2000 menunjukkan bahwa puncak insidensi kanker kolorektal di Jakarta terjadi pada usia 40-49 tahun dan 50-69 tahun.3 Data lainnya dari Depkes menunjukkan insidensi kanker kolorektal dengan usia kurang dari 45 tahun pada 4 kota besar di Indonesia sebagai berikut, 47,85% di Jakarta, 54,5% di Bandung, 44,3% di Makassar dan 48,2% di Padang.13 Data pasien kanker kolorektal di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada
tahun 2009 dan 2010 menunjukkan populasi usia terbanyak berada pada usia 51-60 tahun yaitu sekitar 35%.
D. Klasifikasi Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut: A
: Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1
: kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2
: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1
: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah
C2
: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima buah.
D
: kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas dan tidak dapat di operasi lagi.
E. Patofisiologi a. Anatomi Fisiologi Kolon Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon
menanjak
(ascending),
kolon
melintang
(transverse),
kolon
menurun(descending),kolon sigmoid, dan rektum.Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri". b. Patologi Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335). Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : 1.
Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. 3.
Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal.
4. Penyebaran secara transperitoneal 5.
Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 :177).
F. Manifestasi klinis Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala juga dapat mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feseshitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi ( nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
G. Tatalaksana Medis Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut; a.
Pembedahan (operasi) Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b.
Penyinaran (Radioterapi) Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c
Kemotherapy Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
H. Pemeriksaan diagnostic 1.
Endoskopi Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik si gmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2. Radiologis Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas
keadaan
tumor
dan
mengidentifikasikan
letaknya.
Tes
ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. 3. Histopatologi Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. 4. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. 5. Ultrasonografi (USG) Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
I. Referensi Price, Sylvia A.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 6 Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Brunner & Suddart 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 volume 2. EGC: Jakarta.
Diposting 1st December 2015 oleh asyifa felayati, Lp dan Asuhan Keperawatan pada Ca Colon. Diakses tanggal 20 Juli 2016 di http://asyifafelayati.blogspot.co.id