LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABORTUS IMMINENS DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Tanggal 25 - 6 Agustus 2016
Oleh : Anna Maulina Kustantie, S.Kep NIM I4B112031
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2016 LEMBAR PENGESAHAN
NAMA NIM JUDUL LP
: Anna Maulina Kustantie, S.Kep : I4B112031 : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Imminens di ruang VK Bersalin RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Banjarmasin, Juli 2016
Mengetahui, Pembimbing Akademik
Fitri Ayatul Azlina, S. Kep., Ns. NIK. 1990. 2016. 1. 198 A. Pengertian
Pembimbing Lahan
Nurdiana, S. Kep., Ns. NIP. 19811028 200903 2 005
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup
di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim. Manuaba, 2007:683). Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996, hal. 261). Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000) Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M, 1999). Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990). B. Etiologi Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut. 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil mudah. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut: a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks. b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. 3. Penyakit ibu Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang. 4. Kelainan traktus genitalis Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke-2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, 5. 6. 7. 8.
konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit. Kelainan endokrin (hyperthiroid, diabetes melitus, kekurangan progesteran) Trauma Gangguan nutrisi Stress psikologis C. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan
organ reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium minora.
Gambar 1. Organ Interna Wanita 1
Ovarium. Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun hanya beberapa ratus saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang perempuan, yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga menophause (berhenti menstruasi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan melepaskan ovum tiap satu siklus menstruasi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu ovarium secara bergantian. Selama mengalami pematangan, folikel mensekresikan hormone estrogen. Setelah folikel pecah dan melepaskan ovum, folikel akan berubah menjadi korpus luteum yang mensekresikan estrogen dan hormon progesteron. Estrogen yang disekresikan korpus luteum tak sebanyak yang disekresikan oleh folikel. Jika sel telur tidak dibuahi maka korpus luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan pada siklus berikutnya.
2
Tuba falopii/oviduct (saluran telur) Jumlah sepasang, ujungnya mirip corong berjumbai yang disebut infundibulum berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepas dari ovarium. Epithelium bagian dalam saluran ini bersilia, gerakan silia akan mendorong ovum untuk bergerak menuju uterus.
3
Uterus (rahim) Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir, bagian bawah mengecil
disebut
cervix.
Uterus
merupakan
tempat
tumbuh
dan
berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan meluruh pada saat menstruasi. 4
Vagina Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput berpembuluh darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atau saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat, dapat mengembang saat melahirkan bayi. Pada dinding sebelah dalam vagina bermuara kelenjar bartholin yang mensekresikan lendir saat terjadi rangsangan seksual.
5
Mons veneris Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan lemak terletak pada bagian paling atas dari vulva.
6
Labium mayora Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi vagina dan ditumbuhi rambut
Gambar 2. Organ Eksterna Wanita 7
Labium minora Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tipis di sebelah dalam labium mayora, banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Labium minora menyatu di bagian atas membentuk clitoris. Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.
8
Clitoris Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka terhadap rangsang karena banyak mengandung saraf (Bobak, 2000).
D. Manifestasi Klinis Biasanya, tetapi tidak selalu, pertama-tama akan terjadi perdarahan, yang setelah beberapa jam sampai beberapa hari akan diikuti oleh kram abdomen.
Nyeri pada abortus dapat terletak di sebelah anterior dan berirama seperti nyeri pada persalinan biasa; serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah yang persisten disertai perasan tekanan pada pangggul; atau nyeri tersebut bisa berupa nyeri tumpul atau rasa pegal di garis tengah pada daerah suprasimpisis yang disertai dengan nyeri tekan di daerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri yang terjadi, kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri memperlihatkan prognosis yang jelek. Meskipun demikian, pada sebagian wanita yang menderita nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti, rasa nyeri menghilang dan kehamilan yang normal terjadi. Pada mulanya perdarahan hanya sedikit kemudian berulang dan bertambah banyak. Kadang-kadang perdarahan berulang dapat berlangsung berhari-hari atau beberapa minggu bahkan berbulan lamanya. Warna darah lebih banyak merah segar, kecuali telah bercampur dengan darah tua sehingga warnanya kecoklatan. Tanda-tanda kehamilan muda tetap ada. Rasa nyeri pada suprasimfisis atau pinggang mulanya belum ada atau ringan saja. Tanda dan gejala pada abortus Imminen: 1. Terdapat keterlambatan datang bulan 2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules 3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot Rahim 4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim 5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif. E. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.
F. Klasifikasi Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu: 1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi: Abortus Imminens Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
a.
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadangb.
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Abortus insipiens Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi
lebih sering dan kual perdarahan bertambah. c. Abortus inkompletus Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. e. Abortus Servikalis Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis. f. Missed Abortion Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. g. Abortus Habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu 2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu : a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. G. Komplikasi 1. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusidarah .Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tedak segera diberikan pada waktunya. 2. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomie, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomie. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas;mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kencing atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomie harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi. 3. Infeksi Abortus Infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia. Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital, seperti panas, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis. 4. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik), dan karena infeksi berat (syok Endoseptik). H. Pemeriksaan Diagnostic 1. Pemeriksaan penunjang
a. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati b. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup c. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion 2. Data laboratorium a. Tes urine b. hemoglobin dan hematocrit : hemoglobin terjadi Penurunan (< 10 mg%) dan hematokrit terjadi Penurunan (< 35 mg%) c. menghitung trombosit d. kultur darah dan urine I. Penatalaksanaan Penanganan abortus imminens terdiri atas: 1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. 2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya. 3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup. 4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg 5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C 6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat 7. Bila perdarahan a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang
bila
terjadi perdarahan lagi. b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
J. Pathway
Infeksi akut
Gangguan endokrin
Trauma
Gangguan Gizi/Anemia
Gangguan faal organ
Abortus (mati janin <20 minggu)
Abortus Infeksiosa
Abortus Spontan
Retensi Janin (missed abortion)
Abortus Imminens
Perdarahan, bercak ada ancaman kehamilan Perdarahan
Shock
Kekurangan volume cairan
Risiko infeksi
Abortus Resiko tinggi
Nyeri abdomen
Kurang pengetahuan
Nyeri akut
ansietas
K. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah : a. Data dasar yang meliputi : - Aspek biologi - Aspek psikologis - Aspek sosial kultural - Aspek spritual b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang meliputi : - Riwayat kehamilan - Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair - Pengkajian fisik meliputi : Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan Perhatian pendarahan yang terjadi Adanya infeksi Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan Ada riwayat masalah pengobatan Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan - Masalah psikologis - Adanya dukungan dari keluarga - Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit. - Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin - Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri. 2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan b. c. d. e.
muda Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin Risiko Infeksi f.r perdarahan, dan kondisi vulva lembab Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan dengan kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan b.
c.
Diagnosa
d.
Intervensi
e.
Rasional
Keperawata n dan f.
g.
Tujuan Nyeri akut berhubungan dengan
1. Lakukan
Pain Management pengkajian
komprehensif
adanya kontraksi
h.
m.
nyeri
termasuk
q.
diharapkan nyeri
akan
mempengaruhi
nyeri
seperti
nt
lokasi,
dan faktor presipitasi,. uterus dalam 2. Kaji kontraksi uterus dan kehamilan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, muda durasi, intensitas, dan gambaran Setelah ketidaknyamanan) dilakukan 3. Observasi reaksi nonverbal dari reaksi tindakan ketidaknyamanan 4. Kontrol lingkungan yang dapat keperawatan selama 2 jam
Manageme
secara
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pain
1. Untuk
memberikan
tindakan
keperawatan
yang sesuai r. s. t. 2. Untuk
mengetahui
kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang
i.
berkurang NOC:
1. Pain level 2. Pain control 3. Comfort level j.
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Menyatakan rasa nyaman 3. Mengungkapkan
tepat
k. l.
Analgesic administration
dosis dan frekuensi o. 2. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat analgesik pada klien tehnik 3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan untuk
mempertahankan kontrol nyeri.
n.
1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
Hasil:
yang
keluhan dan tindakan penanganan nyeri
dirasakan ibu u.
yang tidak berhasil
Kriteria
penurunan nyeri 4. Menggunakan
6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
sesudah diberikan analgesik p.
v. 3. Respon dari nyeri yang dirasakan ibu. w. 4. Dapat mengurangi faktor
yang
memperparah
tingkat
nyeri x. y. z. aa. 5. Membantu mengurangi nyeri ab. 6. Untuk
diberikan
tindakan
selanjutnya
dalam mengatasi nyeri yang
tidak
berhasil
tersebut ac. ad. ae. Analgesic administration 1. Verifikasi
dalam
pemberian
obat,
menghindari kesalahan dalam pemberian obat af. 2. Menurunkan tingkat nyeri
dengan
teknik
farmakologi ag.
Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi peningkata n kehilangan
cairan mengakibat kan hipotensi dan takikardi ah.
ai.
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan
membrane
dengan
tekanan
adanya aj.
pendarahan NOC: Fluid Balance, Hydration,
ak.
am. NIC : an. Fluid Management 1. Monitor vital sign 2. Monitor status hydrasi (kelembaban
Intake Setelah dilakukan tindakan
mukosa, darah
nadi
adekuat,
ortostatik),
jika
diperlukan 3. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian 4. Kolaborasi pemberian cairan IV 5. Dorong masukan oral 6. Berikan penggantian nasogastric sesuai output 7. Atur kemungkinan transfusi 8. Persiapan untuk transfuse ao. ap.
as. at. 1.
mengetahui keadaan umum pasien mengetahui
2.
perkembangan rehidrasi au. av. aw. ax. 3.
rehidrasi
optimal
evaluasi intervensi ay. 4.
mengurangi risiko kekurangan voume
selama 1x24
aq.
jam, masalah teratasi
Hypovolemia Management
1. 2. dengan 3. kriteria hasil: 4. 5. Mempertahankan urin 6. output dalam batas normal 7.
Monitor intake dan output cairan Pelihara IV line Monitor adanya kelebihan cairan Monitor BB Monitor tingkat HB dan hemtokrit Pasang urin kateter jika diperlukan Kolaborasikan pemberian diuretic sesuai
sesuai dengan usia, dan
interuksi
BB, TD, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal Tidak ada tanda dehidrasi Elastisitas turgor kulit baik. Membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus tambahan. al.
cairan semakin bertambah mengurangi risiko
5.
kekurangan voume cairan semakin bertambah mengurangi risiko
6.
kekurangan voume cairan semakin
ar.
bertambah mengurangi risiko
7.
kekurangan voume cairan semakin bertambah mengurangi risiko
8.
kekurangan voume cairan semakin bertambah az. ba.
1. mengetahui perkembangan rehidrasi 2. mencegah infeksi dan mempertahankan input cairan yang adekuat 3. mencegah masuknya cairan berlebihan 4. mengetahui BB
dan
membandingkan
BB
pasien
dan
sebelum
sesudah
diberikan
intervensi 5. memonitor
status
kebutuhan cairan pasien 6. mengetahui jumlah output cairan 7. membantu mempermudah cairan,
output menjaga
keseimbangan cairan bb.
3.
bc.
Ansietas
bi. bj.
berhubungan 9.
dengan kemungkina n
akan
kehilangan
NIC: Anxiety Reduction
bn. bo.
Kaji, sifat, sumber dan manifestasi 1. mengidentifikasi
kecemasan. 10. Berikan
perhatian pada bagian informasi
tentang
penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam reproduksi dan ketersediaan
janin bd. NOC: be. Anxiety self-
tindakan/pilihan diagnosa 11. Kembangkan sikap berbagi rasa
control,
secara terus menerus. 12. Berikan bimbingan antisipasi dalam
anxiety level, bf.
coping. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (1x30 menit) Ansietas
hal perubahan fisik/psikologis. bk. bl. bm.
khusus dan menentukan arah dan kemungkinan pilihan/ intervensi. 2. dapat menghilangkan ansietas
berkenaan
dengan
ketidaktahuan
dan membantu keluarga mengenai
stress,
membuat keputusan, dan beradaptasi
secara
positif terhadap pilihan. 3. kesempatan bagi klien untuk
mencari
pemecahan situasi. 4. dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada
klien teratasi dengan kriteria hasil : 1. Klien
mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk
mengontrol
cemas 3. Vital sign
dalam
batas normal 4. Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa
tubuh
tingkat menunjukkan
dan
aktivitas
pasangan.
berkurangnya kecemasan
4.
bg. bh. bp.
Risiko Infeksi
bw.
perdarahan, dan kondisi vulva lembab bq. NOC: 1. Imune Status 2. Knowledge: Infection Control 3. Risk Control br.
bt. NIC:
f.r
Setelah
1. Perubahan yang terjadi
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau 2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan
vulva
selama
4. Amati luka dari tanda infeksi (flebitis) 5. Anjurkan pada ps untuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi 6. Anjurkan pada suami untuk melakukan
tindakan
se;ama masa perdarahan
selama 4 jam
bu.
hubungan
saat
dischart
Adanya
keluar.
warna
yang
lebih gelap disertai bau tidak
perdarahan 3. Lakukan perawatan vulva
dilakukan keperawatan
masa
pada dishart dikaji setiap
enak
mungkin
merupakan tanda infeksi 2. Infeksi dapat timbul akibat
kurangnya
kebersihan genital yang
tidak
lebih luar senggama 3. Inkubasi kuman
pada
area genital yang relatif cepat
dapat
menyebabkan infeksi. 4. Daerah ini merupakan
diharapkan
port de entry kuman bv. Infection Control
diharapkan tidak terjadi infeksi bs.
Kriteria Hasil
1. Tidak ditemukan tandatanda adanya infeksi. 2. Jumlah Leukosit dalam batas normal
1. monitor tanda dan gejala infeksi 2. Pantau hasil laboratorium 3. Amati faktor-faktor yang 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Penanda proses infeksi bx. bisa 5. Mencegah infeksi by.
meningkatkan infeksi 6. Pengertian pada keluarga monitor Vital Sign sangat penting artinya Kontrol infeksi untuk kebaikan ibu; Ajarkan tehnik mencuci tangan Ajarkan tanda-tanda infeksi senggama dalam kondisi Batasi pengunjung perdarahan dapat Cuci tangan sebelum dan sesudah
merawat ps 10. Tingkatkan masukan gizi yang cukup 11. Anjurkan istirahat cukup 12. Pastikan penanganan aseptic daerah IV 13. Berikan PEN-KES tentang risk infeksi
memperburuk
kondisi
system reproduksi ibu dan sekaligus resiko
meningkatkan infeksi
pasangan.
bz. ca. cb.
pada
1. Proteksi diri dari infeksi cc. 2. Mengetahui laboratorium imunitas
hasil status terhadap
kemungkinan infeksi cd. 3. Mencegah infeksi sekunder ce. 4. Mengetahui umum pasien cf. 5. Meningkatkan tahan tubuh cg. 6. Mencegah
keadaan
daya
terjadinya
perpindahan infeksi ch. ci. 7. membantu proteksi
infeksi cj. 8. Mencegah
terjadinya
infeksi ck. 9. Mencegah
terjadinya
infeksi cl. cm. 10. Meningkatkan nutrisi
asupan
pasien
meningkatkan
agar status
imunisasi 11. Meningkatkan relaksasi 12. Mencegah terjadinya infeksi melalui IV 13. Meningkatkan pengetahuan
pasien
terhadap risiko infeksi 4.
cn.
Defisiensi
1. Untuk
pengetahuan sebab
–
cq. NIC: teaching disease process
pengetahuan
mengetahui pasien
tentang penyakitnya
sebab terjadinya keguguran berhubungan
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 2. Agar pasien mengetahui 2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab sebab adanya gangguan dari gangguan kehamilan, misalnya dari kehamilan adanya penyakit ibu, kelainan traktur 3. Untuk mengetahui genitalis, trauma, gizi 3. Anjurkan untuk
dengan kurang
kehamilan secara teratur
informasi. co.
Setelah
di
berikan asuhan keperawatan selama
1×1
jam diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan pasien keluarga
dan
cr.
perkembangan memeriksakan
kehamilan pasien cs.
dengan kriteria hasil : cp.
Knowledge : disease process, health behavior
1. Pasien/Keluarga dapat
menyebutkan
penyebab abortus 2. Pasien/keluarga dapat menyebutkan kembali tanda gejala abortus 3. Pasien/keluarga dapat menyebutkan kembali
efek
samping abortus 4. Pasien/keluarga dapat menyebutkan kembali penanganan terhadap
efek
samping yang timbul akibat abortus
ct.
DAFTAR PUSTAKA cu. 1. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2. Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC. 3. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Misouri: Mosby, Inc. 4. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Misouri: Mosby, Inc. 5. Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 6. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis kontrasepsi pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka 7. Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes. Diabetes Care 2011: 34(1); S11-61. 8. American Heart Association. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American
Heart
Association
Guidelines
for
Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S685-S705. 9. American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S829-S861. cv. cw. cx.
cy.