LATAR BELAKANG
Dalam budidaya ikan, penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian ekonomis. Karena Karena penyaki penyakitt dapat dapat menyeb menyebabk abkan an kekerd kekerdila ilan, n, period periodee pemeli pemelihar haraan aan lebih lebih lama, lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah dan kematian. Sehingga dapat mengakibatkan menurunnya atau hilangnya produksi. Penyakit meliputi penyakit infeksi dan bukan infeksi. Penyakit infeksi merupakan masalah utama, meliputi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, fungi dan parasit. Menurut Kinne (1980), penyakit pada hewan perairan dapat disebabkan oleh cacat genetis, cidera fisik, ketidak seimbangan nutrient, pathogen dan atau polusi. Dinamika infeksi, berat-ringannya penyakit serta penularan penyakit dalam suatu populasi atau antara dua atau lebih populasi ikan, serupa dengan yang terjadi pada hewan terrestrial dan manusia. Akan tetapi karena lingkungan air, maka dinamika penularan penyakit menjadi berbeda, karena air akan memfasilitasi penyebaran agensia penyebab penyakit. Pada umumnya penyakit infeksi bersifat musiman, terutama pada daerah tropis. Di daerah sub-tropis seperti amerika serikat, wabah penyakit infeksi umumnya terjadi pada pada bulan bulan maretmaret-jun junii dan Septem September ber-okt -oktober ober,, ketika ketika suhu suhu air mencapa mencapaii 20-28 20-28 oC. Kisara Kisaran n suhu terseb tersebut ut merupak merupakan an suhu suhu optimu optimum m bagi bagi sebagi sebagian an besar besar patogen patogen ikan ikan (Plumb, 2001). Perkembangan dan keseriusan suatu penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang kompleks antara tingkat virulensi pathogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetika hewan, stress dan padat tebaran. Secara umum faktor-faktor yang terkai terkaitt dengan dengan timbul timbulnya nya penyak penyakit it merupak merupakan an intera interaksi ksi dari dari 3 faktor faktor yaitu yaitu inang, inang, pathogen dan lingkungan atau stressor eksternal (yaitu perubahan di lingkungan yang tidak menguntungkan, tingkat higienik yang buruk dan stress) (Austin dan Austin, 1999). Tujuan Tujuan dari dari prakti praktikum kum manaje manajemen men kesehat kesehatan an ikan ikan adalah adalah untuk untuk menget mengetahu ahuii distribusi distribusi serangan penyakit penyakit atau wabah (epidemiol (epidemiologi) ogi) kemudian kemudian melakukan melakukan diagnosis diagnosis baik itu pengamatan pengamatan eksternal eksternal maupun internal. Selanjutnya Selanjutnya melakukan melakukan pengendalian pengendalian terhadap infeksi pathogen dengan cara vaksinasi dan pengobatan (antibiotik) berdasarkan dosis yang telah ditentukan.
B. PENGOBATAN
I. TUJUAN
1. Mengetahui Mengetahui efektif efektifitas itas antibiot antibiotik ik untuk menanggu menanggulangi langi penyakit penyakit bacteri bacterial. al. 2. Menget Mengetahu ahuii cara cara menent menentukan ukan konsentr konsentrasi asi minimum minimum suatu suatu antibi antibioti oticc yang yang dapat dapat menghambat pertumbuhan bakteri. 3. Mengetahui Mengetahui sensiti sensitifita fitass bakteri pathoge pathogen n terhadap terhadap beberapa beberapa antibiotic. antibiotic.
II. MANFAAT
1. Peng Pengob obat atan an berm berman anfa faat at untu untuk k menc menceg egah ah dan dan meng mengob obat atii (men (menye yemb mbuh uhka kan) n) pen penya yaki kitt ikan ikan yang yang dise diseba babka bkan n oleh oleh hama hama dan dan berb berbag agai ai peny penyaki akitt infe infeks ksii (parasiter). 2. Uji MIC MIC bermanfaat bermanfaat untuk untuk menentukan menentukan dosis terendah terendah suatu antibio antibiotik tik yang dapat dapat membunuh patogen dengan jumlah paling tinggi. 3.
Uji sensitif sensitifitas itas bakteri bakteri terhadap terhadap antibioti antibiotik k berguna untuk untuk mengetahui mengetahui efektifit efektifitas as berbagai antibiotik sebagai agen anti bakteri.
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sensitifitas Bakteri Terhadap Antibiotik
Antibiotic adalah suatu substansi kimia yang diperoleh dari, atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan pertumbuhan mikroorganisme mikroorganisme lainnya. lainnya. Antibioti Antibiotika ka tersebar tersebar di alam, dan memegang memegang peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah dan kompos. Antibiotika ini berbeda dalam susunan kimia dan cara kerjanya. Dari sekian banyak antibiotika yang telah berhasil ditemukan, hanya beberapa sja yang cukup tidak toksik untuk dapat dipakai dalam pengobatan (Sujudi, 1993). Bebe Bebera rapa pa anti antibi biot otic ic beke bekerj rjaa terh terhad adap ap dind dindin ing g sel sel bakt bakter erii (peni (penici cill llin in dan dan sefalopori sefaloporin) n) atau membrane membrane sel (kelompok (kelompok polymiksin polymiksin). ). Mekanisme Mekanisme kerja terpenting terpenting adalah menghambat metabolisme protein bakteri secara selektif, sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi, misalnya chloramphenicol, tetracycline aminiglicosida, dan machlorida. Tetapi terhadap kebanyakan virus, antibiotic itu tidak aktif. Hal ini diduga lantaran virus tidak memiliki proses metabolic yang sesungguhnya, melainkan tergantung seluru seluruhny hnyaa dari dari proses proses-pr -prose ose inang inang (host ). ). Menurut Menurut daya daya kerjan kerjanya ya antibi antibioti oticc dapat dapat digolo digolongka ngkan n menjad menjadii dua, yaitu yaitu antibi antibioti oticc bakteri bakteriost ostati atik k dan antibi antibioti oticc bakteri bakterisid sid.. Antibi Antibioti oticc bakter bakterios iostat tatik ik bekerj bekerjany anyaa mengha menghambat mbat pertum pertumbuh buhan an dan perkem perkemban bangan gan bakteri, bakteri, misalnya misalnya menghambat menghambat sintesis sintesis protein protein bakteri. bakteri. Sedangkan Sedangkan antibiotic antibiotic bakterisid bakterisid bekerjanya mematikan bakteri, seperti menghambat biosinresis dinding sel bakteri. Tapi, daya daya kerja kerja antibi antibioti otik k ini juga juga ditent ditentuka ukan n oleh oleh besar besar kecilny kecilnyaa dosis dosis yang yang diberi diberikan. kan. Apabila Apabila antibi antibioti otik k bakteri bakterisid sid diberi diberikan kan dalam dalam dosis dosis rendah, rendah, maka maka itu dapat dapat bersif bersifat at bakter bakterios iostat tatik. ik. Sebali Sebalikny knya, a, antibi antibioti otik k bakteri bakteriost ostati atik k bisa bisa bersif bersifat at bakter bakterisi isid d kalau kalau diberikan pada dosis tinggi (Kordi dan Ghufran, 2004). Menurut Sujudi ( 1993), sifat-sifat antibiotik sebaknya adalah : 1. Mengham Menghambat bat atau atau membunu membunuh h patogen patogen tanpa tanpa merus merusak ak host host . 2. Bakter Bakterisi isid d dan bukan bukan bakt bakteri eriost ostati atik. k. 3. Tidak Tidak menyeb menyebabk abkan an resist resistens ensii pada pada kuman. kuman. 4. Bers Berspe pekt ktru rum m lua luas. s.
5. Tida Tidak k bers bersif ifat at aler alergen genik ik atau atau meni menimb mbul ulkan kan efek efek samp sampin ing g bila bila dipe diperg rgun unaka akan n dalam jangka waktu lama. 6. Tetap aktif dalam plasma, plasma, cairan cairan badan atau eksudat. eksudat. 7. Larut Larut di di dalam dalam air serta serta stab stabil il.. 8. Bactericida Bactericidall level di dalam dalam tubuh cepat cepat dicapai dicapai dan dan bertahan bertahan untuk untuk waktu lama. lama. Antibiotika mengganggu (interfere (interfere)) bagian-bagian yang peka di dalam sel, yaitu : 1. Sint Sintes esis is dindi dinding ng sel. sel. 2. Fung Fungsi si memb membra ran. n. 3. Sint Sintes esis is pro prote tein in.. 4. Meta Metabol bolis isme me asam asam nukl nukleat eat.. 5. Meta Metabol bolis isme me inter interme medi dier er.. Istil Istilah ah penici penicilli llin n adalah adalah generi generik k untuk untuk semua semua grup grup penici penicilli llin, n, baik baik yang yang natura naturall maupun semisintetik. Dari penicillin natural yang dihasilkan, ternyata bensil penicillin atau penicillin penicillin G adalah yang paling bermanfaat dalam klinik. Penicilli Penicillin n G ini efektif efektif terhadap kebanyakan kokus positif dan negatif gram. Yang resisten terhadap antibiotik ini adalah enterokokus dan strain Staphylococcus aureus penghasil penicilinasa. Kekurangan penicillin G adalah : 1. Diinak Diinaktif tifkan kan oleh oleh pH asam asam cairan cairan lamb lambung. ung. 2. Diru Dirusa sak k oleh oleh penici penicili linas nasa. a. 3. KadangKadang-kada kadang ng menyeb menyebabka abkan n reaksi reaksi alerg alergi. i. Dari senyawa-senyawa berspektrum luas yang bermanfaat dalam klinik adalah ampisilin yang tahan asam tetapi peka terhadap penisilinasa dan karbenisilinyang terutama berguna terhadap terhadap infeksi infeksi oleh pseudomonas. pseudomonas. Kemudian Kemudian streptomy streptomycin cin yang bersifat bersifat bakterisid bakterisid terh terhad adap ap seju sejuml mlah ah besa besarr kuma kumann-kum kuman an posi positi tiff dan dan nega negati tiff gram gram,, dan dan terh terhad adap ap mycobacterium tuberculosis (Sujudi, 1993). Menurut Kamiso dkk. (1993), penggunaan terram terramysi ysin n (TM-50 (TM-50)) untuk untuk penangg penanggula ulangan ngan aeromo aeromonas nas hydrop hydrophil hilaa dengan dengan dosis dosis 25 mg/kg dengan cara injeksi, injeksi, 50-100 mg/kg/hari mg/kg/hari dengan cara oral dan 1-2 minggu 10 ppm dengan cara perendaman selama 1 hari.
Minimum Inhibitory Concentration) B. MIC ( Minimum
Pemilihan obat yang paling efektif adalah dengan memperhatikan spesifitas obat terhadap agen infeksi, jalur metabolisme obat, hasil-hasil metabolit obat, serta efek obat dan hasil metabolit obat pada tubuh ikan (ada beberapa obat yang hasil metabolitnya sangat beracun). Pada penentuan dosis obat harus diketahui dosis terapiutik serta dosis toksiknya dengan cara memperhatikan atau melihat faktor-faktor tersebut sehingga dapat ditentukan metode dalam pengobatannya (Anonim, 2002). Cara yang biasa digunakan untuk mengetahui keampuhan suatu antibiotik yaitu antibi antibiogr ogram am atau atau bisa bisa disebut disebut juga juga sebagai sebagai uji kepekaa kepekaan n antibi antibioti otik k terhad terhadap ap patogen patogen penyeb penyebab ab penyak penyakit. it. Antibi Antibiogr ogram am menguj mengujii antibi antibioti otik k piliha pilihan n pada pada mikroo mikroorga rganis nisme me patogen yang diisolasi dari penderita penyakit. Uji ini dibutuhkan suspensi baku dari mikroo mikroorga rganis nisme me patoge patogen n yang yang ditumb ditumbuhka uhkan n dalam dalam media. media. Kemudi Kemudian an suspens suspensii baku tersebut dimasukkan ke dalam media yang telah berisi berbagai konsentrasi antibiotik. Konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam media dapat ditentukan dengan cara mengukur kekeruhan setelah dilakukan inkubasi. Tabung medi mediaa yang yang beri berisi si kons konsen entr tras asii antib antibio ioti tik k yang yang dapat dapat mengh mengham ambat bat pertu pertumb mbuha uhan n mikroorganisme patogen terlihat tetap bening, sedang pada tabung dengan konsentrasi antibi antibioti otik k yang yang tidak tidak mengham menghambat bat pertum pertumbuh buhan an mikro mikroorg organi anisme sme patoge patogen n terli terlihat hat berwarna berwarna keruh. Kemampuan antibioti antibioticc dapat ditentukan ditentukan dengan melihat melihat konsentrasi konsentrasi tere terenda ndah h anti antibi biot otik ik yang yang masi masih h dapa dapatt mema memati tikan kan atau atau mengh mengham ambat bat pert pertum umbu buhan han mikroo mikroorga rganis nisme me patoge patogen. n. Metode Metode dalam dalam penent penentuan uan kemamp kemampuan uan antibi antibioti otik k terseb tersebut ut disebut dengan MIC (Minimum (Minimum Inhibitory Concentration) (Lay, 1994). C. Pengobatan
Pena Penang nggul gulan angan gan hama hama dan dan peny penyak akit it ikan ikan sela selama ma ini ini masi masih h tert tertum umpu pu pada pada penggunaan obat-obatan termasuk antibiotik dan desinfektan. Tetapi penggunaan obatobatan obatan terseb tersebut ut akan menimb menimbulk ulkan an masala masalah, h, yaitu yaitu kemungk kemungkina inan n timbul timbulnya nya patoge patogen n (varietas baru) yang resisten terhadap obat-obatan dan akan terjadi penimbunan residu obat obat-o -oba bata tan n di dala dalam m tubu tubuh h ikan ikan maup maupun un di ling lingku kung ngan an yang yang akhi akhirn rnya ya dapa dapatt mempen mempengar garuhi uhi organi organisme sme-or -organi ganisme sme yang yang bergun bergunaa di perair perairan an setemp setempat at (Wu dkk., dkk., 1981). Oleh sebab sebab itu menurut Suyanto Suyanto (1983) usaha usaha terbaik untuk menanggulan menanggulangi gi hal tersebut adalah dengan pencegahan.
Penceg Pencegahan ahan timbul timbulnya nya penyak penyakit it bacter bacterial ial dapat dapat dilakuk dilakukan an dengan dengan sanita sanitasi si lingkungan, lingkungan, meningkatkan meningkatkan nutrisi yang diberikan diberikan maupun dengan vaksinasi vaksinasi (Kamiso (Kamiso dkk., 1997). Penggunaan obat-obatan dianggap sangat praktis, efektif, dan murah. Tetapi perlu diingat, diingat, karena obat-obatan obat-obatan kebanyakan kebanyakan tidak spesifik spesifik dan dapat menimbulkan menimbulkan strain strain bakteri yang resisten dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Kordi dan Ghufran, 2004).
IV. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan Uji Sensitifitas Bakteri Terhadap Antibiotik
Aeromonas hidrophila 1) Bakt Bakter erii pat patog ogen en Aeromonas 2) Anti Antibi biot otik ik volu volume me 30 µ l : terramycin, ampicillin, streptomycin, dan penicillin. 3) Medium TS TSA 4) Paperdisk Paperdisk blank steril steril dan petridisk petridisk steri steril. l. 5) Pinset Pinset steril, steril, lampu bunsen, bunsen, mikropipet, mikropipet, yellow yellow tip, vortex, vortex, spidol marker, marker, label, label, dan inkubator. B. Alat dan Bahan MIC
1) Tabu Tabung ng rea reaks ksii 2) Mikr Mikrop opiipet pet 3) 10 µ l kultur bakteri Aeromonas bakteri Aeromonas hidrophila 4) 1 ml ml ant antib ibio ioti tik k 5) PBS 6) Medium TS TSB C. Alat dan Bahan Pengobatan
1) Bakt Bakter erii ikan ikan lel lelee yaitu yaitu Aeromonas Aeromonas hidrophila 2) Spuit uit 1 ml 3) Ant Antibi ibioti otik 4) PBS 5) Pakan ikan
A. Cara Kerja Sensitifitas Bakteri Terhadap Antibiotik
1. kultur kultur bakteri bakteri aeromonas aeromonas hydrophila hydrophila kultur kultur 24 jam 2. mela melaku kuka kan n vort vortex ex 3. kemudi kemudian an strea streak k rapat rapat pada pada medi medium um TSA TSA 4. lakukan lakukan pember pemberian ian antibi antibioti otik k a. terramycin cin b. ampisilin c. str strept eptomy omycin cin
d. penic nicillin 5. inkub inkubas asii sel selam amaa 24 24 jam jam 6. laku lakuka kan n peng pengam amat atan an B. Cara Kerja MIC
1. meny menyia iapka pkan n medi mediaa TSB TSB 2. menam menambah bahka kan n 1 ml anti antibi biot otik ik 3. menam menambah bahka kan n 10 µl µl bakt bakter erii aeromonas hydrophila 4. konsen konsentra trasi si antib antibiot iotik ik yang yang diguna digunakan kan a. 0 mg/l mg/l
------------
b. 1,565 1,565 mg/l mg/l ------------
0 ppm ppm 62,5 62,5 ppm ppm
c. 3,125 3,125 mg/l mg/l ------------
12,5 12,5 ppm ppm
d. 6,25 6,25 mg/l mg/l
------------
250 250 ppm ppm
e. 12,5 12,5 mg/l mg/l
------------
500 500 ppm ppm
f. 25 mg/l mg/l
------------
1000 1000 ppm ppm
C. Cara Kerja Pengobatan
1. dosi dosiss MIC MIC 125 125 ppm ppm a. 1 × dosi dosiss 125 125 ppm ppm b. b. 2 × dos dosis is 250 250 ppm ppm c. 3 × dosi dosiss 375 375 ppm ppm 2. disunt disuntikk ikkan an pada pada masin masing-m g-masi asing ng ikan ikan 3. ember 1, 1, ember 2, dan ember ember 3 yang beris berisii ikan diinjek diinjeksi si dengan dengan dosis yang telah telah ditentukan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
A. Hasil Sensitivitas Bakteri Terhadap Antibiotik
Pada medium agar TSA dihasilkan atau terbentuk zona hambat pada zona A, B dan D. Sedangkan Sedangkan zona C tidak terbentuk terbentuk zona hambat. Terbentuk zona hambat artinya artinya bakteri bakteri terseb tersebut ut sensit sensitif if terhada terhadap p antibi antibioti otik k yang yang digunak digunakan an dan yang yang tidak tidak terben terbentuk tuk zona hambat berarti resisten. Sensitif Streptomycin Streptomycin Terramycin ampicillin
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Resisten Terramycin Terramycin Penicillin Penicillin
B. Hasil MIC Dosis 6,25 mg/ml 3,125 mg/ml 3,125 mg/ml 12,5 mg/ml
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Dosis yang digunakan adalah 3,125 mg/ml
C. Hasil Pengobatan Dosis Dosis A 125
Dosis B 250
Hari Rabu Kamis Jumat
Gejala Keterangan Sehat Hidup semua Sirip sudah mulai geripis Hidup semua Sirip banyak geripis, diam di Hidup semua
Sabtu
dasar Lele ma mati 4 (b (borok, ge geripis, ku kulit
Minggu
ngelupas Lele mati
Senin Selasa Rabu
4
(borok,
kulit
mengelupas, kulit geripis) Tidak ada yang hidup Sehat
Hidup semua
Dosis C 375
Kamis Jumat Sabtu
Sirip mulai geripis Hidup semua Sirip banyak geripis Hidup semua Lele ma mati 5 ( bo borok, ge geripis, ku kulit
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
ngelupas) Hidup 1 Hidup 1 Hidup 1 Sehat Hidup semua Sirip mulai geripis Hidup semua Sirip banyak bergeripis Hidup semua Lele ma mati 5 (b (borok, ge geripis, ku kulit
Minggu Senin Selasa
ngelupas) Mati Mati Mati Pembahasan
sensitifitas bakteri terhadap antibiotik
Antibi Antibioti otik k adalah adalah zat-za zat-zatt kimia kimia yang yang dihasi dihasilka lkan n oleh oleh mikroo mikroorga rganis nisme me hidup hidup terutama fungsi bakteri atau melalui sintesis, memiliki efek mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme, khususnya bakteri (Kordi dan Ghufran, 2004). Bakteri Bakteri dikatakan dikatakan sensitif sensitif terhadap terhadap suatu antibiotik antibiotik apabila apabila antibiotik antibiotik tersebut mampu mengganggu struktur double helix DNA kuman atau bakteri sehingga mampu pula pula memp mempen enga garu ruhi hi selu seluru ruh h fase fase pert pertum umbu buha han n dan dan meta metabol bolis isme me kuman. kuman. Apab Apabil ilaa antibi antibioti otik k terseb tersebut ut cocok cocok digunak digunakan an maka maka akan akan dapat dapat mengham menghambat bat pembel pembelaha ahan n sel bakteri. Berdasarkan hasil pengamatan pada kelompok 2 terdapat zona hambat yang cukup besar pada penggunaan antibiotik penicillin terhadap kultur bakteri A. bakteri A. hidrophila, hidrophila, karena karena apabil apabilaa diliha dilihatt dari dari mekani mekanisme sme kerja kerja penicil penicillin lin yaitu yaitu mengga mengganggu nggu (interfere) interfere) pembentukan dinding sel terutama pada tahap terakhir. Penggunaan penicillin ini dapat menyebabkan menyebabkan terbentuknya terbentuknya sferoplas sferoplas yaitu kuman-kuman kuman-kuman tanpa dinding dinding sel atau kuman bentuk L. Menu Menuru rutt Suju Sujudi di (1993 (1993), ), ada ada berb berbag agai ai mekan mekanis isme me yang yang meny menyeba ebabk bkan an suat suatu u populasi kuman atau bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Mekanisme tersebut antara lain adalah :
1. Mikroo Mikroorga rganis nisme me mempro memproduk duksi si ensim yang merusak merusak daya daya kerja kerja obat, misalnya misalnya stafilokokus
resi resist sten en
terh terhada adap p
penic penicil illi lin n
dise diseba babk bkan an
kare karena na stafilokokus
memproduksi ensim beta laktamase yang memecahkan cincin beta laktam dari penicillin, sehingga penicillin tidak lagi aktif bekerja. 2. Terjad Terjadiny inyaa perubah perubahan an permea permeabil bilita itass bakter bakterii terhad terhadap ap obat obat terten tertentu. tu. Misal Misalnya nya streptokokus mempunyai barier alami terhadap obat golongan aminoglikosida. 3. Terjad Terjadiny inyaa peruba perubahan han pada tempat tempat atau lokus lokus tertentu tertentu di dalam sel sekelom sekelompok pok mikroorganisme tertentu yang menjadi target dari obat. Misalnya obat golongan aminoglikosida memecah atau membunuh bakteri karena obat ini merusak sistem ribosom sub-unit 30S. 4. Terj Terjadi adiny nyaa peru peruba bahan han pad padaa metabolic pathway yang menjadi target obat. 5. Terjadi Terjadi perubahan perubahan ensimati ensimatik k sehingga sehingga kuman atau atau bakteri bakteri meskipun meskipun masih masih dapat dapat hidup dengan baik tapi kurang sensitif terhadap antibiotik. Asal mula terjadinya resistensi kuman atau bakteri terhadap obat atau antibiotik dapat dibagi menjadi : 1. Non Gen Genetik 2. Genetik
1. Sebab-Sebab Non Genetik Hampir Hampir semua obat antibiotika antibiotika bekerja bekerja baik pada masa aktif pembelahan pembelahan kuman atau bakteri. Dengan demikian, populasi kuman atau bakteri yang tidak berada pada fase pembelahan aktif pada umumnya relatif resisten terhadap obat. 2. Sebab-Sebab Genetik Terjadinya Terjadinya resistensi resistensi kuman atau bakteri bakteri terhadap terhadap antibiotik antibiotik umumnya terjadi terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra kromosomal, dan perubahan genetik tersebut dapat ditransfer atau dipindahkan dari satu spesies bakteri kepada spesies bakteri lain melalui berbagai mekanisme. a. Resi Resist sten ensi si krom kromos osom omal al
Resi Resist sten ensi si bakte bakteri ri terh terhad adap ap antib antibio ioti tika ka yang yang memp mempun unya yaii seba sebab b gene geneti tik k kromosomal terjadi misalnya karena terjadinya mutasi spontan pada lokus ADN yang mengontrol mengontrol susceptibility terhadap terhadap obat tertentu. Mutasi spontan spontan terjadi terjadi dengan frekuensi kira-kira 10-7 sampai 10-12. b. Resist Resistens ensii ekstra ekstrakro kromos mosoma omall Bakteri mengandung pula materi genetik yang ekstrakromosomal yang disebut plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat atau sirkuler : a) Kira-kira Kira-kira mempuny mempunyai ai berat berat 1-3 % dari dari kromosom kromosom bakter bakterii b) Berada Berada bebas bebas dalam dalam sito sitopla plasma sma bakter bakterii c) Adakalanya Adakalanya dapat bersatu bersatu kedalam kedalam kromosom kromosom bakteri bakteri d) Dapat melakukan melakukan replik replikasi asi sendiri sendiri secara secara otonom e) Dapat pula pula berpindah berpindah atau atau dipindahkan dipindahkan dari dari satu satu spesies spesies ke spesies spesies lain lain
Beberapa contoh plasmid adalah : 1. Faktor R Faktor R adalah suatu golongan plasmid yang membawa gen-gen untuk resistensi terhadap satu atau lebih antibiotika dan logam berat. Gen dalam plasmid yang menyeb menyebabka abkan n resist resisten en obat sering seringkal kalii mempro memproduks duksii ensimensim-ens ensim im yang yang dapat dapat merusak daya kerja obat. 2. Toksin Beberapa toksin dari bakteri juga merupakan produk dari plasmid. 3. Faktor F Fakt Faktor or F dise disebu butt denga dengan n fert fertil ilit ity y fact factor or meme memega gang ng pera perana nan n dalam dalam pros proses es konjugasi bakteri. Berdasarkan Berdasarkan hasil pengamatan bakteri bakteri Aeromonas hidrophila tergolong dalam bakteri yang sensitif terhadap antibiotik streptomycin untuk kelompok 1, streptomycin untuk untuk kelo kelomp mpok ok 2, terr terram amyc ycin in untu untuk k kelo kelomp mpok ok 3, ampi ampici cill llin in untu untuk k kelom kelompo pok k 4. kemudian aeromonas hidrophila resisten terhadap terhadap antibiotik terramycin terramycin untuk kelompok kelompok 1, terramycin untuk kelompok 2, penicillin untuk kelompok 3 dan 4.
Minimum Inhibitory Cocentration) B. MIC ( Minimum
MIC merupakan kemampuan antibiotic dengan dosis terendah yang masih mampu mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pathogen (Lay, 1994). Suatu antibiotic atau obat sebelum digunakan untuk pengobatan sebaiknya melewati tahap uji efektifitas terlebih dahulu yang meliputu uji minimum inhibitory concentration (MIC) dan uji tantang (Anonim, 2008). MIC berfungsi atau mempunyai peranan dalam mencari konsentrasi obat terendah yang sudah terjadi penggumpalan yang akan digunakan sebagai dosis obat terendah yang dapat membunuh bakteri. Mekanisme kerjanya yaitu, pertama membuat stok obat atau antibiotic dengan dosis yang dikehendaki, kemudian membuat seri pengenceran antibiotic menggunakan PBS. Setelah itu menyiapkan media TSB sebanyak 6 tabung, kemudian menambahkan 1 ml antibiotic kedalam masing-masing tabung. Kemudian langkah selanjutnya tambahkan 10 µl kultur bakteri Aeromonas bakteri Aeromonas hidrophila 24 jam kedalam kedalam tiap tabung yang berisi TSB dan antibiotic. Konsentrasi antibiotic yang digunakan yaitu 0 mg/l, 1,565 mg/l, 3,125 mg/l, 6,25 mg/l, 12,5 mg/l dan 25 mg/l. kemudian menginkubasi tiap perlakuan selama 24 jam dan setelah diinkubasi diamati pertumbuhan bakterinya. MIC ditunjukkan oleh konsentrasi konsentrasi antibiotic antibiotic terendah terendah yang menunjukkan menunjukkan penghambatan penghambatan pertumbuhan pertumbuhan bakteri. bakteri. Dari hasil pengamatan dosis yang digunakan yaitu 3,125 mg/ml. tujuan dari dosis ini dibuat adalah untuk mengamati adanya reaksi anti gen bakteri dengan antibiotic obat. Dosis 3,125 mg/ml dipilih karena lebih efektif untuk digunakan dibandingkan dengan dosis lain yang telah dibuat. C. Pengobatan
Apabila dilihat dari gejala eksternalnya seperti sirip gripis, terdapat borok dan kulit mengelupas dimungkinkan dimungkinkan karena infeksi aeromonas aeromonas hidrophila hidrophila.. Dibandingkan Dibandingkan dengan dengan pustak pustakaa menuru menurutt Kordi Kordi dan Ghufran Ghufran (2004) (2004),, mengat mengatakan akan bahwa bahwa ikan ikan yang yang terserang bakteri ini biasanya memperlihatkan gejala-gejala berupa, warna tubuh ikan menjadi gelap, kemampuan berenang menurun, mata ikan rusak dan agak menonjol, sisik terkuak, terkuak, seluruh seluruh siripnya siripnya rusak, insang insang berwarna berwarna merah keputihan, keputihan, ikan terlihat megapmegap di permukaan air, insangnya rusak sehingga sulit bernafas, kulit ikan menjadi kasat kasat dan timbul timbul pendar pendaraha ahan n selanj selanjutn utnya ya diikut diikutii dengan dengan luka-l luka-luka uka borok, borok, perut perut ikan ikan kembung (dropsi (dropsi), ), dan apabila dilakukan pembedahan maka akan kelihatan pandarahan
pada pada hati hati,, ginj ginjal al,, dan dan limp limpa. a. Menu Menuru rutt Mc Dani Daniel el (197 (1979) 9),, peny penyaki akitt bact bacter eria iall yang yang Motil Aeromon Aeromonas as dise diseba babk bkan an oleh oleh bakte bakteri ri ters tersebu ebutt dike dikena nall deng dengan an nama nama MAS MAS (Motil Septisemia), Septisemia), degan degan tandatanda-tan tanda da antara antara lain lain warna warna kulit kulit menjad menjadii gelap, gelap, bercak bercak-ber -bercak cak merah pada permukaan tubuh, dan pada sirip-siripnya, mata rusak dan menonjol serta adanya benjolan-benjolan yang terdapat pada permukaan tubuh. Pada bagian dalam tubuh juga juga terdapa terdapatt tandatanda-tan tanda da antara antara lain lain hemorr hemorrhag hagee pada intest intestinu inum, m, perito peritoneu neum m dan jaringan otot serta isi perut tampak berdesakan. Pengoba Pengobatan tan dengan dengan antibi antibioti oticc biasan biasanya ya menjad menjadii tidak tidak efekti efektiff tergant tergantung ung dari dari patogenesitas atau virulensi dari bakteri aeromonas hidrophila. Bakteri tersebut memiliki serotipe yang banyak atau beragam, hal ini yang menyebabkan patogenesitasnya pun berbeda-beda. Pada saat uji laboratorium, pengobatan atau penggunaan antibiotik lebih efektif dikarenakan pada saat uji sensitifitas bakteri terhadap beberapa antibiotik dan diinkub diinkubasi asi selama selama 24 jam tentun tentunya ya bakter bakterii akan akan berkem berkembang bang biak biak atau atau melaku melakukan kan konjugasi. konjugasi. Pada saat bakteri melakukan pembelahan pembelahan sel antibiotic antibiotic dapat bekerja dengan baik baik untuk untuk menghe menghenti ntikan kan pertum pertumbuha buhan n bakteri bakteri sehing sehingga ga bakteri bakteri menjad menjadii sensit sensitive ive terhadap antibiotic tertentu. Tetapi berbeda kondisinya pada saat uji lapang, karena belum tentu kultur bakteri yang diinjeksikan ke ikan lele akan melakukan pembelahan sel di dalam inang padahal teori mengatakan bahwa antibiotik bekerja baik pada masa aktif pembelahan kuman atau bakteri. Dengan demikian, populasai kuman atau bakteri yang tidak berada pada fase pembelahan aktif pada umumnya relative resisten terhadap obat (Sujudi dkk., 1993). Hal ini yang menyebabkan pengobatan menjadi tidak efektif saat diterapkan di lingkungan. Selain itu factor lingkungan yang kurang stabil mempengaruhi patogenesitas bakteri terhadap inang. Ketika antibiotik diinjeksikan ke ikan dengan dosis-dosis yang telah ditentukan tidak dapat membunuh bakteri tersebut, hal ini dikarenakan tingkat perlindungan pada pengobatan banyak tergantung kemangkusan obat. karena obat-obatan pada umumnya tidak meningkatkan daya tahan tubuh baik humoral maupun seluler tetapi justru menekan kemampuan imunitas tersebut (Rijkers et al ., ., 1981; Grondel and Boeston, 1982; Lewis et al , 1985). 1985). Rijker Rijkerss et al ., ., 1981 bahkan bahkan menyat menyataka akan n bahwa bahwa obat-o obat-obat batan an tidak tidak hanya hanya menekan kemampuan pertahanan humoral dan seluler, tetapi juga menekan pertumbuhan ikan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1) suatu bakteri bakteri menjadi menjadi resisten resisten ataupun sensitif sensitif terhadap terhadap antibiotik antibiotik tergantung tergantung dari sifat bakteri tersebut serta kemampuan bakteri dalam memproduksi ensim-ensim yang dapat merusak daya kerja obat. 2) Berd Berdas asar arka kan n hasil hasil bakte bakteri ri aero aeromo mona nass hidr hidroph ophil ilaa resi resist sten en terh terhad adap ap bebe bebera rapa pa anti antibi biot otic ic yait yaitu u
terr terram amyc ycin in dan peni penici cill llin in,,
kemu kemudi dian an
sens sensit itiv ivee
terh terhada adap p
streptomy streptomycin cin dan ampicilli ampicillin. n. Tetapi pada kelompok kelompok 3 A. hidrophila hidrophila sensitive sensitive
terhad terhadap ap terram terramyci ycin, n, hal ini dimungk dimungkink inkan an tingka tingkatt virule virulensi nsi dari dari bakter bakterii A. hidrophila yang digunakan berbeda-beda. 3) MIC MIC yang yang digu diguna nakan kan adal adalah ah 3,12 3,125 5 mg/m mg/ml, l, kare karena na dosi dosiss ters tersebu ebutt sudah sudah dapat dapat menghambat pertumbuhan bakteri. 4) Perli Perlindun ndungan gan obat tergan tergantun tung g dari dari kemang kemangkus kusan an obat itu sendiri, sendiri, karena karena obatobatobatan tidak meningkatkan daya tahan tubuh tetapi justru menekan immunitas tubuh bahkan dapat menekan laju pertumbuhan. 5) Keefektifa Keefektifan n antibiotik antibiotik tergantung tergantung dari patogene patogenesita sitass bakteri yang yang dimaksud. dimaksud. 6) Daya Daya kerja kerja obat obat akan akan baik baik pada saat saat bakter bakterii mela melakuk kukan an pemb pembel elaha ahan n sel sel dan dan sebaliknya apabila bakteri tidak berada pada fase tersebut maka bakteri tersebut relatif resisten terhadap antibiotik yang digunakan.
B. Saran
1) Coba gunakan gunakan strain strain bakteri yang yang lebih pathogen pathogen lagi untuk untuk melihat melihat keefektifan keefektifan antibiotic yang digunakan sehingga dapat terlihat lebih jelas mana antibiotic yang benar benar-be -benar nar dapat dapat mengham menghambat bat bakteri bakteri terseb tersebut ut baik baik itu itu dengan dengan dosis dosis tinggi tinggi maupun dengan dosis rendah. 2) Sebaiknya Sebaiknya penggunaan penggunaan antibioti antibiotik k dengan dosis tertent tertentu u harus lebih lebih diperhatikan diperhatikan karena apabila terjadi kelebihan dosis yang menyebabkan lokus kerja obat pada ribosom bakteri berubah maka bakteri tidak lagi sensitive terhadap obat golongan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Pengelola olaan an Kesehat Kesehatan an Ikan Budida Budidaya ya Laut Anonim. Anonim. 2002. 2002. Pengel . Bala Balaii Budi Budida daya ya Laut Laut lampung. lampung. Direktorat Direktorat Jenderal Perikanan Perikanan Budidaya. Budidaya. Depatremen Depatremen Perikanan Perikanan dan kelautan, Lampung. Anonim. 2008. Petunjuk Praktikum Manajemen Kesehatan Ikan. Laboratorium Hama Dan Penyakit Penyakit Ikan Jurusan Jurusan Perikanan Perikanan Fakultas Fakultas Pertanian Pertanian Universitas Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Grondel, J. L. and H. J. A. M. Boeston, 1982. The Influence Of Antibiotic On The Immune System I. Inhibition Of The Mitogenic Leukocyte Response In Vitro by Oxytetracycline. Oxytetracycline. Dev. Comp. Immunol., sup. 2,211-216.
Kamiso, H. N., Adi S., Iwan Yusuf B. L., Widodo, Nuzirwan T., Eni Budi S. H., Suko H., Triyanto, Triyanto, Ustadi, Ade Noor K., Wiwiek N., Sri W., Setianingsih. Setianingsih. 1993. Hama 1993. Hama Penya Penyakit kit Ikan Karanti Karantina na Golong Golongan an Bakter Bakterii. Pusat Pusat Karant Karantina ina Pertan Pertanian ian Dan Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan UGM. Yogyakarta. Kamiso H. N., Triyanto, Sri H., 1997. Uji Antigenesitas Dan Efikasi Vaksin Aeromonas Hidrophila Pada Lele Dumbo ( Clarias Clarias Gariepinus ). ). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kordi, Kordi, K., dan Ghufran Ghufran H., 2004. Penanggulangan 2004. Penanggulangan Hama Dan Penyakit Ikan. Ikan. Rineka Cipta Dan Bina Adiaksara. Jakarta. Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada, Lay, Bibiwana W. 1994. Analisis 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta. Lewis, E. H., J. Tarpley,. T. Marks and R. F. Sois., 1985. Drug Induced Structural Changes In Olfactory Organs Of Channel Catfish Ictalurus Punctatus. Punctatus. J. Fish. Boil., 26 : 355-358 McDanie McDaniel, l, D., 1979. 1979. Fis Fish h He Heal alth th Blue Blue Book Book . Proc Proced edur uree For For The The Dete Detect ctio ion n And And Adentification Of Certain Fish Pathogen. Fish Health Section. American Fish. Soc., 47-48 Rijkers, Rijkers, G. T., R. Van Dostrerom Dostrerom and W.B. Van Muiswinkel, Muiswinkel, 1981.The 1981.The Immune System Of Cyprinid Fish, Oxytetracycline And The Regulation Of Humoral Immunity In Carp. Carp. Vet. Immunol. Immunopathol., 2 : 281-290. Sujudi, H. Dkk., 1993. Buku 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta. Suya Suyant nto, o, S. R., R., 1983. 1983. Penya Penyakit kit Ikan Dan Cara-Ca Cara-Cara ra Pembera Pemberanta ntasann sannya ya. Penebar Penebar Swadaya. Jakarta. Wu, J., H. Lin, L. Jan, Y. Hsu dan L. Chang, 1981. Biological 1981. Biological Control Of Fish Bacterial Pathogen, Aeromonas Hidrophila By Bacteriophage AH Bacteriophage AH 1. 1. Fish pathol., 15 (3/4) : 271-276.
C. VAKSINASI
I. TUJUAN
1) Menget Mengetahu ahuii cara-ca cara-cara ra pembuat pembuatan an vaksin. vaksin. 2) Mengetahui Mengetahui cara-car cara-caraa pemberian pemberian vaksin vaksin dan pengaruhn pengaruhnya ya pada ikan. ikan.
II. MANFAAT
1) Dapat mengeta mengetahui hui prinsip prinsip dasar dasar pembuatan pembuatan vaksin vaksin pada pada tiap tiap tahapnya. tahapnya.
2) Vaksin Vaksinasi asi diharapk diharapkan an mampu mampu merangs merangsang ang pembentuk pembentukan an antibod antibodi, i, karena karena pada bakteri tertentu ada yang menghasilkan antibodi yang tinggi tetapi tidak protektif.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Pembua Pembuatan tan vaksin vaksin dewasa dewasa ini ada bebera beberapa pa cara. cara. Johnso Johnson n dan Amend Amend (1984) (1984),, membua membuatt vaksin vaksin dengan dengan inakti inaktivas vasii bakter bakterii dengan dengan menggun menggunakan akan laruta larutan n formal formalin. in. Sedang Itami dan Kusuda (1980), disamping dengan cara tersebut, mereka juga membuat vaksin dengan cara pemanasan pada suhu 100 oC dan ultrasonikasi. Menuru Menurutt Dorson Dorson (1984) (1984),, cara cara vaksina vaksinasi si yang yang ditemp ditempuh uh sangat sangat menent menentuka ukan n keberhasila keberhasilan n imunisasi. imunisasi. Diantara cara-cara cara-cara tersebut tersebut adalah injeksi injeksi peritoneal peritoneal,, injeksi injeksi intram intramusk uskula ular, r, merend merendam am dalam dalam suspen suspensi si vaksin vaksin,, menyem menyempro protka tkan n suspens suspensii vaksin vaksin bertekanan tinggi ke tubuh ikan dan dengan melalui makanan atau oral (Souter, 1984).
Faktor lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan vaksinasi menurut Souter (1984), adalah kisaran suhu, ukuran, dan spesies ikan. Vaksin itu sendiri adalah satu antigen yang biasanya berasal dari suatu jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan, ditujukan untuk meningkatkan ketahanan (kekebalan) (kekebalan) ikan atau menimbulkan menimbulkan kekebalan kekebalan aktif terhadap terhadap suatu penyakit tertentu. tertentu. Vaksinasi merupakan sala satu upaya penanggulangan penyakit pada hewan (termasuk ikan) dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan agar memiliki ketahanan terhadaop terhadaop serangan serangan penyakit. penyakit. Teknik pemakaian pemakaian vaksin vaksin yang biasa dilakukan dilakukan pada ikan menc mencaku akup p berm bermac acam am cara cara,, yait yaitu u : mela melalu luii sunt suntik ikka kan, n, mela melalu luii maka makana nan n atau atau oral oral,, perendaman, dan penyemprotan dengan tekanan tinggi (Kordi dan Ghufran, 2004). Pada tingkat aplikasi di lapangan hasil vaksinasi akan sangat dipengaruhi oleh kondi kondisi si lingk lingkun ungan gan teru teruta tama ma kuali kualita tass air air (Ell (Ellis is,, 1988 1988). ). Kare Karena na kuali kualita tass air air akan akan mempengaruhi mempengaruhi kondisi ikan dan tanggapan tanggapan ikan terhadap vaksinasi (Roberts, (Roberts, 1993). Dalam hal ini vaksinasi diduga dapat meningkatkan daya tahan tidak saja humoral tetapi juga juga selule seluler. r. Dalam Dalam petahan petahanan an tubuh tubuh antara antara humora humorall dan selule selulerr tidak tidak saja saja bekerja bekerja sendi sendiri ri-s -sen endi diri ri teta tetapi pi juga juga sali saling ng beke bekerj rjaa sama sama (Ein (Einse sen, n, 1980 1980;; Rijk Rijker erss and Van Van Muiswinkel, 1977). Menurut Einsen (1980), vaksinasi adalah usaha untuk meningkatkan antibodi antibodi spesifik. spesifik. Meningkatnya Meningkatnya antibodi antibodi tidak tidak saja akan meningkatka meningkatkan n kemampuan kemampuan pertahanan humoral tetapi juga pertahanan seluler (cell-mediated immunity) immunity) sehingga hasil kerja masing-masing maupun hasil kerja antara pertahanan humoral dan seluler meningkat. Menurut hasil penelitian yang ditemukan oleh Lillehaug (1991), mngatakan bahwa benih ikan salmon yang di vaksin vibrio pertumbuhannya lebih lambat sekitar 2,9 % daripada yang tidak divaksin. Hal ini diduga karena pengaruh padat penebaran dan efek efek sampin samping g vaksin vaksin.. Ikan Ikan yang yang divaks divaksin in tingka tingkatt kemati kematiann annya ya lebih lebih rendah rendah sekit sekitar ar setengahnya daripada yang tidak divaksin sehingga kepadatannya lebih tinggi dua kali lipat. lipat. Kepadat Kepadatan an yang yang tinggi tinggi menyeb menyebabk abkan an pertum pertumbuh buhan an yang yang lebih lebih lambat lambat.. Sedang Sedang tentan tentang g efek efek sampin sampingan gan vaksin vaksin terhad terhadap ap pertum pertumbuh buhan an belum belum diketa diketahui hui dengan dengan jelas jelas mekanismenya.
Menurut Chusing (1942) dalam Anderson (1974), antibodi baru terbentuk setelah sekitar 4 hari pada suhu 28 oC. Kamiso (1986), melaporkan pada ikan salmon bahwa titer antibodi baru positip satu minggu setelah vaksinasi (suhu 12-18 oC). Menurut Sujudi dkk. (1993), teori pembentukan antibodi : mekanisme sebenarnya dari pembuatan antibodi sebagai reaksi atas masuknya antigen belum diketahui secara pasti. Walaupun demikian telah diajukan beberapa teori dan setidaknya teori-teori ini dapat memberi gambaran mengenai masalah sintesa antibodi ditinjau dari beberapa sudut. Sebuah teori akan memuaskan bila dapat menjelaskan beberapa hal yang penting : 1) Deraja Derajatt khas yang yang tinggi tinggi mengen mengenai ai antibo antibodi di 2) Pemben Pembentuk tukan an antibo antibodi di dalam dalam jumlah jumlah yang yang besar besar sebagai sebagai reaksi atas masukny masuknyaa antigen yang sedikit 3) Perist Peristiwa iwa reaksi reaksi imun imun sekunde sekunderde rdenga ngan n pembent pembentukan ukan antibodi antibodi yang cepatd cepatdan an jumlahnya lebih banyak 4) Kema Kemamp mpuan uan sel sel pemb pemben entu tuk k anti antibo bodi di untuk untuk meng mengena enall anti antige gen n bera berasa sall dari dari jaringan sendiri dan tidak membuat antibodi terhadapnya. I. Selective Theory (EHRLICH, 1900) Menurut teori ini pada permukaan setiap sel pembuat antibodi di dalam badan terdapa terdapatt gugusan gugusan-gug -gugusa usan n kimia kimia yang yang khas, khas, disebu disebutt side side chain chain (side (sidecha chain in theory theory), ), semaca semacam m recept receptor or yang yang berfun berfungsi gsi sepert sepertii antibo antibodi di dan dapat dapat mengik mengikat at antige antigen n yang yang sesuai untuknya. Antigen itu akan merusak reseptor yang berlebihan dan dilepaskan oleh sel ke dalam serumsebagai antibodi.
II. Instructive Theory (PAULING, dan lain-lainnya) Teori ini mengatakan bahwa antigen bekerja sebagai cetakan atau template dan persed persediaa iaan n gammagamma-glo globul bulin in di dalam dalam badan badan yang yang belum belum mempuny mempunyai ai bentuk bentuk tetent tetentu u kemudian menyesuaikan bentuknya sehingga berupa bentuk komplementer dari antigen. Bentuk ini kemudian dapat dipetahankan dengan ikatan-ikatan disulfida, ikatan-ikatan hydrogen dan sebagainya. Teori ini tidak dapat dipertahankan dan kemudian ternyata bahwa sifat khas anti bodi ditentukan oleh urutan asam amino di bagian variable fab,
yang pembentukannya ditentukan oleh suatu messenger RNAdan perubahan mRNA tidak dapat terjadi secepat kontak dengan antigen. III. Clonal Selection Theory (BURNET) Teori ini berdasarkan kemampuan mutasi dan seleksi dari sel-sel tertentu di dalam badan sesuai dengan kemampuan yang sama pada kuman. Sel yang berperan dalam reaksi kekebalan, sel limfosit, hanya dapat mengikat satu jenis antigen (atau beberapa antigen lain yang hamper serupa). Kemampuan ini telah ada sejak lahir dan merupakan sifa sifatt bawaa bawaan. n. Deng Dengan an deni deniki kian an maka maka selsel-se sell limf limfos osit it di dala dalam m badan badan meru merupa paka kan n kumpulan sel yang berlainan, ada ynag dapat bereaksi dengan satu antigen dan ada yang bereaksi bereaksi dengan antigen lain. Bila antigen antigen masuk ke dalam badan ia diikat oleh reseptor reseptor pada permukaan limfosit yang cocok, dan sel limfosit itu akan mengalami proliferasi dan membentuk membentuk satu clone. clone. Sebagian sel dari clone ini akan mengeluarkan antibodi (sel plasm plasma) a) dan sebagi sebagian an lain lain akan menyebar menyebar malalu malaluii aliran aliran darah darah dan limfe limfe ke dalam dalam jaringan tubuh sebagai cadangan sel yang sensitive terhadap antigen itu (memory (memory cell ). ). Ada empat macam vaksin khususnya untuk bakteri yaitu toksin, bakteri yang dima dimati tikan kan,, bakt bakter erii yang yang dile dilema mahk hkan an dan dan anti antige gen n murn murni. i. Masi Masingng-ma masi sing ng anti antige gen n mempunyai kelebihan dan kelemahan. Tetapi dari segi praktis dan biaya saat ini dalam bidang perikanan yang banyak digunakan adalah vaksin dari bakteri yang dimatikan. Vaksin ini kecuali mudah dibuat juga sangat aman karena tidak ada kemungkinan efek sampingan seperti vaksin yang dibuat dari toksin dan bakteri yang dilemahkan (Michel dkk., 1984).
IV. METODOLOGI
A. Pembuatan Vaksin
1) Kultur Kultur murni murni (vib (vibrio rio 4 isola isolat) t) 2) Medi Medium um TSB TSB div divor orte tex x 3) Kemudi Kemudian an menuan menuangka gkan n ke medi medium um TSA TSA 4) Inkub Inkubas asii sel selam amaa 24 jam jam
5) Panen
Panen
Antigen O Inaktivasi pemanasan Antigen H
30’ 100 oC
Formalin 2 % (24 jam)
Pencucian 1 × sentrifuge Pencucian 3 × sentrifuge
uji viabilitas (TCBS)
tumbuh
tidak tumbuh
hitung kepadatan
4 isolat bakteri vibrio a. V. Com Comba bali liii stra strain in jepa jepara ra (2 (2 j 2) b. V. Fluvia Fluviali liss situ situbond bondo o (24 (24 sk) sk) c. V. Fluv Fluvia iali liss gon gondo do (16 (16 g) g) d. V. Non patogen patogen situbo situbondo ndo (2 SA) SA) Kelompok 1 dan 2 Ag O
uji viabilitas
tumbuh
tidak tumbuh
hitung kepadatan
Kelompok 3 dan 4 Ag H B. Vaksinasi
1) Aklima Aklimatis tisasi asi ikan ikan uji sela selama ma 1 minggu minggu 2) Amati Amati titer titer antibo antibodi di awal awal 3) Ence Encerk rkan an vak vaksi sin n 1010 - 108 4) Lakukan Lakukan vaksinasi vaksinasi secara secara suntikan suntikan pada pada ikan ikan sejumlah sejumlah ± 0,1 0,1 ml 5) Pelihara Pelihara ikan ikan yang yang telah telah divaksin divaksin selama selama ± 1 minggu minggu 6) Amati Amati toter toter antibo antibodi di setela setelah h vaksinas vaksinasii 7) Laku Lakuka kan n boo boost ster er 8) Peliha Pelihara ra kembal kembalii ikan ikan selama selama 1 minggu minggu 9) Amati Amati titer titer anti antibodi bodi setel setelah ah booste booster r C. Uji Tantang
1) Menyun Menyunti tik k ikan ikan yang yang telah telah divaksin divaksin dengan dengan bakter bakterii pathog pathogen en dan PBS sebagai sebagai kontrol, kemudian memelihara ikan selama 2 minggu. 2) Mengamati Mengamati jumlah jumlah kematian kematian ikan ikan selama selama 14 hari. hari. Relative Percent Survival ) sebagai berikut: 3) Meng Menghi hitu tung ng nil nilai ai RPS RPS ( Relative 1. % kema kemati tian an ika ikan n yang yang diva divaks ksin in RPS = 1 ii. % kemat kematian ian ikan ikan yang yang tida tidak k divaks divaksin in
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
A. Pembuatan Vaksin Ag 2j20
kepadatan 3,18 × 108
kepadatan 31,8 × 1010
volume 7,86
PBS 242,14
5,952×108 5,56×108 18,97×108
16GO 24SKH 2SAH
Vol =
l 250 µ kepada
tan
→
5,952×1010 5,56 × 1010 18,97×1010
4,2×109 44,96 13,18
208 205,04 236,82
X
PBS = 250 µl – X
B. Vaksinasi
Hasil vaksinasi Perlakuan Kontrol
Vaksinasi
Hari Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa
Gejala Normal
Keterangan
Normal Normal Normal Normal Normal
Mortalitas 0%
Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa
Normal Normal Normal Normal Normal Normal
X=10 ekor kontrol X=10ekor perlakuan
Hasil Pengamatan Titer Antibodi (TA ke-3) 8 mei 2008
Produksi antibodi Titer 1 Titer 2 Titer 3
Kontrol 21,5 24 24
Perlakuan 21,5 24,5 26
6 ( a t i 2 n t e n ) ti r b o d i
5 4
perlakuan
3
kontrol
2 1 1
3
4
minggu pengamatan
C. Uji Tantang Log
∑ikanuji
∑ ikanmati
n-r
∑r
∑ n − r
Total
%Mortalitas
30 30 30 30
(r) 0 6 17 30
30 24 13 0
0 6 23 53
67 37 13 0
67 43 36 53
0 13,95 63,89 100
Dosis X
2 4 6 8
m = x1 + d . = 4+2 .
50 − % χ % χ 1 + 1 − % χ
50
−3,95 63 ,89 −13 ,95
LD50 = anti log 5,44 = 2,75 . 105
→ 0,1
ml
→ 2,75
. 106 Pembahasan
A. Pembuatan Vaksin
Menurut Kordi dan Ghufran (2004), vaksin adalah satu antigen yang biasanya berasal berasal dari suatu jasad patogen yang telah dilemahkan dilemahkan atau dimatikan, dimatikan, ditujukan ditujukan untuk menungkatkan ketahanan (kekebalan) ikan atau menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Vaksin berfungsi sebagai antigen stimulan untuk memacu sel-sel terspesialisasi untuk memproduksi antibodi dan sel-sel sel-sel tersebut tersebut umunya adalah limfosit limfosit (Anderson, (Anderson, 1974). Meskipun dari proses masuknya vaksin ke dalam tubuh ikan sampai terbentuknya antibo antibodi di secara secara biokim biokimia ia dan fisiol fisiologi ogiss belum belum diketa diketahui hui dengan dengan jelas, jelas, tetapi tetapi sampai sampai
sekarang dikenal adanya dua imunitas pada vertebrata, yaitu imunitas sel dan imunitas humoral. Pada prinsipnya vaksin dapat mencegah terjadinya infeksi yaitu vaksin yang mengandung seluruh sel, dan vaksin dapat mencegah efek infeksi yaitu vaksin toxoid clostridium (Soeripto, 2001). Mekanisme kerjanya, sebelum vaksin dibuat lakukan kultur bakteri dan setelah disiapkan kultur bakteri dari masing-masing isolat, bakteri diinaktivkan dengan larutan formalin sampai 2 % dan didiamkan selama 24 jam. Kemudian sel-sel bakteri dipanen, sel-sel bakteri yang diperoleh kemudian dicuci dengan PBS sebanyak 3 kali dengan menggunakan sentrifuse selama 10 menit pada kecepatan 3000 rpm. Sebelum vaksin digu digunak nakan an atau atau disi disimp mpan an,, diad diadaka akan n uji uji viab viabil ilit itas as terl terleb ebih ih dahul dahulu u untu untuk k meli melihat hat kemungkinan adanya sel bakteri yang masih hidup. Caranya yaitu dengan mengambil sampel dan ditumbuhkan pada medium TCBS selama 24 jam. Bila ternyata masih ada yang hidup, inaktivasi diulangi kembali. Selanjutnya vaksin disimpan dalam refrigerator untuk sewaktu-waktu digunakan. Antigen O (Ag O) dibuat dari kultur murni bakteri pada Trypticase Soya Broth (TSB) yang telah berumur 18-24 jam. Inaktivasi bakteri medium Trypticase dengan cara pemanasan pada suhu 100 oC selama 30 menit. Selanjutnya dicuci dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) (pH 7,0) sebanyak 3 kali dengan sentrifuse (3000 rpm selama selama 10 menit) menit).. Selanj Selanjutn utnya ya Ag O terseb tersebut ut disimp disimpan an dalam dalam refrig refrigera erator tor sampai sampai digunakan. Pada saat penggunaan antigen O melalui pemanasan, hal ini ditujukan agar didapat bagian membran sel yang hanya mengandung polisakarida murni tanpa ada lagi campuran dari lipid yang hilang karena pemanasan. Antigen H (Ag H) dibuat dengan menginaktivasi bakteri dari kultur murni dalam medium TSB umur 18-24 jam dengan formal formalin in konsen konsentra trasi si 2%. Selanj Selanjutn utnya ya dicuci dicuci dengan dengan PBS sebany sebanyak ak 3 kali. kali. Untuk Untuk peng penggun gunaa aan n sela selanj njut utny nya, a, antig antigen en H ters terseb ebut ut disi disimp mpan an dala dalam m refr refrig iger erat ator or.. pada pada penggunaan penggunaan antigen antigen H dengan perendaman perendaman formalin formalin yang bertujuan bertujuan untuk melemahkan melemahkan bakteri sehingga mengalami pengkerutan karena kehilangan cairan sel. Biasanya titer antibodi yang didapat relatif tinggi karena antigen H mempunyai afinitas tinggi terhadap flagel flagel dan mudah mudah menyeb menyebabka abkan n berger bergeromb omboln olnya ya flagel flagel.. Semua Semua vibri vibrio o mempuny mempunyai ai antigen H yang sama. Antigen H ini bersifat tahan panas. Antibodi terhadap antigen H tidak bersifat protektif. Sedangkan Antibodi terhadap antigen O bersifat protektif.
B. Vaksinasi
Vaksin Vaksinasi asi adalah adalah salah salah satu satu cara cara pember pemberian ian rangsa rangsangan ngan atau atau antige antigen n secara secara sengaj sengajaa agar ikan ikan dapat dapat mempro memproduks duksii antibo antibodi di terhad terhadap ap suatu suatu bibit bibit penyak penyakit it atau atau patogen. Keberhasilan vaksinasi tergantung beberapa vaktor antara lain jumlah dan mutu antigen, cara vaksinasi, umur ikan, lingkungan hidup, serta sifat dan kemampuan masingmasing individu ikan (Dorson, 1984). Menurut Souter (1984), cara vaksinasi dapat dilakukan dengan injeksi peritoneal, injeksi intramuskular, merendam dalam suspensi vaksin, menyemprotkan suspensi vaksin bertek bertekana anan n tinggi tinggi ketubuh ketubuh ikan ikan dan melalu melaluii makana makanan n atau atau oral. oral. Pada Pada prakti praktikum kum ini dilakukan dengan injeksi intraperitoneal. Injeksi intraperitoneal ini dilakukan pada awal vaksina vaksinasi si dan akhir akhir vaksina vaksinasi. si. Kemudi Kemudian an setela setelah h 1 minggu minggu dilaku dilakukan kan booste boosterr atau atau vaksinasi vaksinasi ulang untuk meningkatka meningkatkan n antibodi antibodi dikarenakan dikarenakan adanya proses proses pengenalan pengenalan terhada terhadap p antige antigen n yang yang sama sama untuk untuk kedua kedua kaliny kalinya. a. Hal terseb tersebut ut dapat dapat mening meningkat katkan kan respon imun yang disebabkan karena sel-sel memori yang terbentuk setelah dilakukan booste booster. r. Adapun Adapun mekani mekanisme sme terbent terbentukny uknyaa antibo antibodi di yaitu yaitu dimula dimulaii dengan dengan adanya adanya 2 macam sel limfosit, limfosit, limfosit limfosit T yang dipersiapkan dipersiapkan oleh atau mempunyai mempunyai ketergantungan ketergantungan dari dari kele kelenj njar ar timu timuss dan dan berp berper eran anan an dalam dalam kekeb kekebal alan an selu selule lerr dan dan limf limfos osit it B yang yang mempunyai ketergantungan dari bursa dan berperanan dalam kekebalan humoral. Kedua maca macam m limf limfos osit it sete setela lah h dira dirang ngsa sang ng oleh oleh anti antige gen n akan akan menga mengala lami mi prol prolif ifer eras asii dan dan perubahan morfologi. Limfosit B akan berubah menjadi sel plasma yang mensintesa dan mengel mengeluar uarkan kan antibodi antibodi.. Kemudi Kemudian an limfo limfosit sit T
beruba berubah h menjad menjadii sel limfobl limfoblas as yang yang
mengandung banyak ribosom sehingga menjadi basofilik dalam pewarnaan. Kegiatan limfosit B dapat dilihat dari pembentukan pusat germinatif di daerah korteks kelenjar limfe limfe dan penyebaran sel plasma plasma ke daerah medulla. medulla. Immunoglobu Immunoglobulin lin hanya ditemukan ditemukan pada permukaan sel limfosit B dan sebagian besar memilki immunoglobulin jenis IgM pada permukaan sel, mungkin dalam bentuk monomer. Antibodi pada ikan terletak di dalam serum dan yang digunakan dalam Ab adalah serum dan PBS yang diletakkan diletakkan dalam sumuran. sumuran. Antibodi Antibodi digunakan untuk mengetahui mengetahui adanya reaksi antara antigen dengan antibodi atau disebut dengan aglutinasi. Setelah dilakuk dilakukan an booste boosterr perband perbanding ingan an antara antara vaksin vaksin dan kontrol kontrol cukup cukup terlih terlihat at jelas jelas yaitu yaitu terjadi peningkatan pada titer antibodi akhir setelah divaksin yaitu 4,5 dan kontrol 4. hal
tersebut dikarenakan didalam tubuh ikan yang divaksinasi sudah ada respon imun yang terbentuk secara alami dalam tubuh ikan tersebut, dengan demikian terjadi reaksi antigenantibodi. Menurut Kamiso dan Triyanto (1990), mengatakan bahwa besarnya titer titer antibodi tidak langsung sebanding dengan kemampuan daya tahan ikan. Hal ini diindikasikan bahwa ikan yang memiliki titer Ab rendah lebih tahan dibandingkan ikan yang memilki titer tinggi. Hal tersebut tergantung sifat dan kemampuan Ab yang terbentuk walaupun Ab yang dimiliki mempunyai kelas yang sama (IgM pada ikan). Survival Rate) Rate) merupak SR (Survival merupakan an tingkat tingkat kelulu kelulushi shidupa dupan n ikan ikan setela setelah h divaks divaksin. in. Varias Variasii dari dari tingka tingkatt kelulu kelulushi shidupa dupan n dikare dikarenaka nakan n adanya adanya perbed perbedaan aan kondisi kondisi lokasi lokasi percobaan, baik keadaan fisik bak pemeliharaan, kualitas air, jumlah dan mungkin tingkat keganasan dari vibrio yang ada serta cara pemeliharaan. Relative Percent Survival ) atau tingkat perlindungan relatif digunakan untuk RPS ( Relative menunjukkan efikasi vaksin atau penggunaan vaksin untuk melindungi ikan dari serangan bakteri vibrio. Menurut Kamiso dkk., (1993) mengatakan bahwa hasil uji laboratorium dimana RPS vaksinasi sekitar 58-100%. Berdasarkan hasil pengamatan dari vaksinasi dan kontrol kontrol menunjukkan menunjukkan hasil 100%, tingginya tingginya nilai RPS dalam skala labotatorium labotatorium diduga karena kondisi lingkungan yang baik, dan relatif stabil, serta ukuran benih yang sudah cukup besar. Umur ikan sangat berpengaruh terhadap evikasi vaksin. Semakin besar atau semakin tua ikan nila yang divaksin semakin tinggi RPS-nya. Karena menurut Thune (1980), semakin besar atau bertambahnya umur ikan, tanggapan kekebalannya semakin baik, sebab organ tubuh yang berhubungan dengan tanggapan kekebalan sudah lebih berkembang. Death) atau rata-rata MTD (Mean (Mean Time To Death) rata-rata hari kematian, kematian, vaksinasi tidak selalu mempen mempengar garuhi uhi hari hari kemati kematian an ikan. ikan. Menurut Menurut Kamis Kamiso o (1986) (1986) pada pada vaksin vaksinasi asi untuk untuk mencega mencegah h vibri vibriosi osiss mengat mengataka akan n bahwa bahwa meskip meskipun un vaksina vaksinasi si mening meningkat katkan kan tingka tingkatt perlindungan ikan, ternyata rata-rata waktu kematian tidak berbeda antara ikan yang divaksin dan kontrol. Vaksin atau vaksinasi itu meningkatkan daya tahan tidak hanya humoral tetapi juga seluler dalam pertahanan tubuh antara seluler dan humoral tidak saja bekerja sendirisendiri tetapi juga saling bekerja sama. Apabila pertahanan, baik itu humoral maupun
seluler meningkat maka antibodi pun juga akan meningkat. Karena kita tahu bahwa pertahanan humoral berperan di dalam sel limfosit B dan sedangkan petahanan seluler berperan dalam sel limfosit T. Setelah kedua macam sel tersebut dirangsang oleh antigen maka akan mengalami proliferasi dan perubahan morfologi. Pada sel limfosit B akan menjad menjadii sel plasma plasma yang yang mensin mensintes tesis is dan mempro memproduks duksii antibo antibodi. di. Dengan Dengan demiki demikian an apabila apabila sel limfos limfosit it B terseb tersebut ut mening meningkat kat akibat akibat rangsa rangsangan ngan vaksin vaksin maka maka produks produksii antibodi yang dihasilkan pun juga akan meningkat. Vaksin merupakan antigen stimulan yang memacu sel-sel terspesialisasi untuk memproduksi antibodi dan sel-sel tersebut umumnya adalah limposit (Anderson, 1974). Sedangkan antibodi adalah molekul immunoglobulin yang memilki urutan asam amino khas, hanya berinteraksi dengan antigen yang sintesanya dirangsang mutagen tersebut di jaringan limfoid (Kamiso dkk., 1993). Vaksin dengan antigen memiliki hubungan yang sangat erat karena vaksin sendiri adala adalah h bahan bahan atau atau anti antige gen n yang yang seng sengaj ajaa dima dimasu sukk kkan an ke dala dalam m tubuh tubuh ikan ikan untu untuk k merangsang kekebalan spesifik pada ikan. Kemudian antigen memiliki hubungan yang erat pula dengan titer antibodi, karena jenis antigen akan menentukan tingginya titer antibodi. Selain itu juga variasi antigenik dari bakteri yang digunakan tidak saja pada jenis jenis antige antigen n tetapi tetapi juga juga besarn besarnya ya titer titer antibo antibodi di yang yang terbent terbentuk. uk. Dengan Dengan demiki demikian an tinggi tingginya nya titer titer antibo antibodi di tergant tergantung ung dari dari jenis jenis antige antigen n yang yang diguna digunakan kan dan varias variasii anti antige geni nik k dari dari bakt bakter erii vibr vibrio io ters terseb ebut ut.. Jika Jika tite titerr anti antibo bodi di ting tinggi gi maka maka ting tingka katt kelulushidupan dari ikan pun juga akan tinggi. Karena semakin baik efikasi vaksin yang digunakan untuk merangsang sel limfosit dalam membentuk antibodi maka semakin baik pula pula pertah pertahana anan n baik baik itu humora humorall maupun maupun selule seluler. r. Sehing Sehingga ga akan meneka menekan n tingkat tingkat kemati kematian an yang yang tinggi tinggi akibat akibat infeks infeksii bakter bakterii dan sebali sebalikny knyaa akan mening meningkat katkan kan laju laju pertumbuhan. C. Uji Tantang
Menurut Kamiso dkk., (1993), LD50 merupakan derajat keganasan patogen atau ukuran ukuran patogen patogenesi esitas tas dari dari bakter bakteri. i. Sedang Sedangkan kan uji tantan tantang g adalah adalah melakuk melakukan an infeks infeksii bakteri bakteri tertentu kedalam tubuh ikan yang telah divaksinasi divaksinasi untuk melihat melihat evikasi evikasi vaksin vaksin dalam merangsang pembentukkan antibodi.
Pada Pada saat saat vaksin vaksinasi asi pertam pertamaa digunak digunakan an untuk untuk merang merangsan sang g sel limfo limfosit sit dalam dalam memproduksi antibodi. Ditinjau dari waktu yang diperlukan, ternyata semua jenis antigen dari semua isolat mencapai puncak titer antibodi pada minggu kedua dan ketiga setelah vaksina vaksinasi. si. Kemudi Kemudian an setela setelah h itu dilakuk dilakukan an booster booster (vaksi (vaksinas nasii ulang) ulang),, hal terseb tersebut ut digunak digunakan an untuk untuk mening meningkat katkan kan titer titer antibo antibodi di yang yang telah telah terben terbentuk tuk setela setelah h vaksina vaksinasi si pertama. Dengan demikian apabila produksi antibodinya meningkat maka ketahanan ikan terh terhad adap ap suat suatu u peny penyak akit it khus khusus usny nyaa vibr vibrio io akan akan meni mening ngka katt pula pula.. Hal Hal ini ini yang yang menyebabkan tingkat kelulushidupan dari ikan juga akan tinggi dan tentunya menekan tingk tingkat at kemat kematia ian. n. Teta Tetapi pi ada beber beberap apaa hal yang yang perlu perlu dipe diperh rhat atik ikan an yait yaitu u fakt faktor or lingkun lingkungan, gan, titer titer antibo antibodi di bisa bisa saja saja tinggi tinggi namun namun apabila apabila kondisi kondisi lingkun lingkungan gan sepert sepertii kualita kualitass air, air, bibit bibit penyak penyakit it dan antige antigen n alami alami akan berpen berpengar garuh uh terhad terhadap ap efekti efektivit vitas as vaksin. Kualitas air akan sangat mempengaruhi kemampuan ikan yang divaksin dalam membentuk antibodi dan faktor kekebalan non spesifik (Anderson, 1974). Perairan alami biasanya biasanya terdapat terdapat berbagai berbagai patogen patogen terutama terutama patogen patogen oportunist oportunistik. ik. Keadaan lingkungan akan sangat mempengaruhi baik jenis maupun jumlahnya. Tingkat keganasan bakteri patogen patogen juga akan berbeda berbeda pada kondisi yang berbeda. berbeda. Ada suatu kecenderungan kecenderungan bahwa pada suhu air yang lebih tinggi bakteri patogen akan lebih ganas (Stevenson, 1988). Dengan demikian demikian belum tentu titer antibodi tinggi selalu diikuti dengan SR yang tinggi tinggi pula, karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Selain itu SR akan menjad menjadii rendah rendah oleh oleh faktor faktor stres stres dan beberap beberapaa sebab sebab lain lain yang yang juga juga dimungk dimungkink inkan. an. Adanya stres akan menekan pembentukkan antibodi sehingga peningkatan daya tahan ikan yang divaksin rendah.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Secara Secara umum dapat dapat dikatakan dikatakan bahwa bahwa vaksin vaksinasi asi dengan dengan cara injeksi injeksi lebih lebih efektif efektif dibandingkan dengan cara rendaman dan oral. 2. Hasil titer titer awal awal baik vaksin vaksin dan kontrol kontrol sama-s sama-sama ama 1,5 dan setela setelah h booster vaksin vaksin 4,5 dan kontrol 4. 3. Pember Pemberian ian vaksin vaksin dapat dapat meningka meningkatka tkan n daya daya tahan tahan tubuh ikan secara secara spesifi spesifik k bahkan dapat meningkatkan titer antibodi. 4. Vaksin Vaksinasi asi tergant tergantung ung dari cara vaksina vaksinasi si dan jenis antigenn antigennya, ya, dua hal itu itu yang yang penting.
5. Peningkatan Peningkatan atau atau tingginya tingginya titer titer antibodi antibodi tidak tidak selalu selalu diikuti diikuti dengan peningkata peningkatan n SR, karena faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan vaksinasi dalam pembentukkan dan peningkatan antibodi. 6. Vaksinasi Vaksinasi meningkat meningkatkan kan pertahanan pertahanan tidak tidak hanya seluler seluler tetapi tetapi juga juga humoral, humoral, dan masing-masing tidak bekerja sendiri-sendiri tetapi juga saling bekerja sama. 7. Antigen Antigen memiliki memiliki hubungan hubungan yang yang erat dengan dengan titer titer antibodi, antibodi, karena karena jenis jenis antigen antigen menentukan tingginya titer antibodi. 8. Varias Variasii antige antigenik nik pada bakteri bakteri tidak saja saja pada pada jenis jenis antigen antigen tetapi tetapi juga juga besarn besarnya ya titer antibodi yang terbentuk. 9. Tinggi Tinggi rendahnya rendahnya titer titer antibodi antibodi tergant tergantung ung dari jenis jenis antigennya. antigennya. 10. Antibodi Antibodi terhadap antigen H tidak bersifat bersifat protektif, protektif, sedangkan antibodi terhadap antigen O bersifat protektif.
Saran
1. Perlu Perlu dilakukan dilakukan uji uji lapang lapang untuk untuk mengetahui mengetahui efikas efikasii vaksin vaksin terhadap terhadap benih nila. 2. Perlu Perlu dilakukan dilakukan percobaa percobaan n selanj selanjutn utnya ya untuk mengetahui mengetahui seberap seberapaa lama lama vaksin vaksin yang dibuat dapat bertahan terhadap infeksi vibrio.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, D. P., 1974. Diseases of Fishes. Book 4 : fish immunology, ed. By S. F. snieszko dan H. R. axelrod, TFH pub., nepture city. Dorson, M., 1984. Applied 1984. Applied Immunology Of Fish In Symposium On Fish Vaccination. Vaccination. O. I. E., paris. Einsen, H. N., 1980. Cell-Mediate Cell-Mediated d Hypersensitiv Hypersensitivity ity And Immunity Immunity.. In : microbiology, including immunology and moleculer genetics, davis, B ; R. dulbeco; H.N., einsen and H.S. ginsberg (eds.) 3rd ed., harper and row pub., Philadelphia. P. 493-522
Ellis, A.E., 1988. Optimizing Factors For Fish Vaccination, Vaccination , A.E. ellis (ed.) academic press, ltd, p 32-46 Itam Itami, i, T dan dan R. kusuda kusuda,, 1980. 1980. Studie Studiess On Spray Spray Vaccin Vaccinati ation on Agains Againstt Vibrio Vibriosis sis In Cultured Ayu-I . effect of bentonit and pH on vaccination efficacy. Bull. Of the Japanese soc. Of sci. fisheries, 46 : 533-536 Johnson, T. A. dan D. F. Amend, 1984. Potential For Immersion Vaccination Against Aeromonas Salmonicida. Salmonicida. J. fish dis., 197 : 101 -105 Kamiso H. N., 1986. Differences 1986. Differences In Pathogenicity And Pathology Of Vibrio Anguillarum And Vibrio Ordalii In Chum Salmon (Oncorlyncu (Oncorlyncuss keta ) And English Sole ( Parophrys Parophrys vetulus ) Under Laboratory Conditions. Conditions. Ph.D. thesis, Oregon state univ., corvalis, 116. Kamiso, H.N, Triyanto, Sukiman WS, Sri Hartati, Bambang Triyatmo, dan Sri Sulandari. 1990. Uji Coba Vaksin Aeromonas hydrophila Terhadap Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus ). ). Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kamiso, H. N., Adi S., Iwan Yusuf B. L., Widodo, Nuzirwan T., Eni Budi S. H., Suko H., Triyanto, Triyanto, Ustadi, Ade Noor K., Wiwiek N., Sri W., Setianingsih. Setianingsih. 1993. Hama 1993. Hama Penya Penyakit kit Ikan Karanti Karantina na Golong Golongan an Bakter Bakterii. Pusat Pusat Karant Karantina ina Pertan Pertanian ian Dan Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan UGM. Yogyakarta. Kordi, K. dan ghufran, H., 2004. Penaggulangan 2004. Penaggulangan Hama Dan Penyakit Ikan. Ikan. Rineka cipta dan bina adiaksara. Jakarta. Lillehaug, A. 1991. Vaccination Of Atlantic Salmon (salmo solar l.) Against Coldwater Vibriosis Duration Of Protection And Effect On Growth Rate. Rate . Aquaculture, 92 : 99107. Michel, C.; G. tixier dan M. Mevel, 1984. Evaluation Evaluation Of The Protective Protective Immunity And Economic Efficacy Of Vaccines For Fish. Fish . In : symposium of fish vaccination, ed. P. dekinkelin dan C. michel. Paris, office international desepizooties, p. 75-96. Rijkers, G.T. and W. B. van muiswinkel, 1977. The Immune System Of Cyprinid Fish. Fish. The The devel develop opme ment nt of cellu cellula larr and and resp respons onsiv iven enes esss in the the rosy rosy barb barb (bar (barbu buss conchonius). In : developmental immunobiology. J. B. Solomon and J. D. Horton (eds.), elvesier/north Holland, 233-240. Roberts, R. J., 1993. Motile Aeromonas Septicemia In Bacterial Diseases Of Fish. Fish. V. inglish, R. j. Roberts and N. R. bromage (eds.) Blackwell Sci. pub., 143-156.
Soerip Soeripto, to, 2001. 2001. Pendek Pendekata atan n Konsep Konsep Kesehat Kesehatan an Hewan Hewan Melalu Melaluii Vaksina Vaksinasi si. Bala Balaii penelitian veteriner, jl. R. E. Martadinata No. 30, bogor 16114. Vaccines. Dep. Of fish. And oceans. Winnipeg, Souter, Souter, B. W., 1984. Immunization 1984. Immunization With Vaccines. man. 111-117. Stev Stevevs evson, on, R. M. W. W.,, 1988. 1988. Vaccination Vaccination Against Against Aeromonas Aeromonas hydrophila hydrophila.. In : fish vaccination. A. E. ellis (ed). Academic press, London. 112-123 p. Kedokteran. Binarupa aksara. Jakarta. Sujudi, H., 1993. Buku 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Thune, R. L., 1980. Immunization Of Channel Catfish (Ictalurus Punctatus) Againts Aeromo Aeromonas nas Hydroph Hydrophil ila a Via Hyperosm Hyperosmoti oticc Infilt Infiltrati ration on. M. S. thes thesis is.. Aubu Auburn rn university, 55 p.
A. EPIDEMIOLOGI
I. TUJUAN
1. Mengetahui Mengetahui mortalit mortalitas as dan morbidit morbiditas as yang diakibat diakibatkan kan oleh serangan serangan parasit. parasit. 2. Menganalisi Menganalisiss kemungkinan kemungkinan faktor faktor determinan determinan atau atau penentu penentu suatu serangan serangan parasit parasit
II. MANFAAT
1. Dapat Dapat mengetahui mengetahui sejara sejarah h baik baik itu itu sejara sejarah h ikanny ikannya, a, lokasi lokasi pngambil pngambilan an sampel sampel ataupun distribusi penyakitnya.
2. Dapa Dapatt meng menghi hitu tung ng mort mortal alit itas as dan dan juga juga morb morbid idit itas as yang yang meli melipu puti ti fakt faktor or prevalency dan incidency.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan public health) health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit masyarakat ( public ataupun masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat (Bustan, 2006). Pengertian lain epidem epidemiol iologi ogi adalah adalah ilmu ilmu tentan tentang g distri distribus busii (penye (penyebar baran) an) dan determ determina inant nt (fakto (faktor r penentu) penentu) masalah masalah kesehatan kesehatan untuk development (perencanaan) (perencanaan) dari penanggulanga penanggulangan n masalah kesehatan. Berbaga Berbagaii defini definisi si telah telah dikemu dikemukak kakan an oleh oleh para para penuli penuliss dan para para pakar pakar yang yang mencurahkan waktunya dalam epidemiologi. Beberapa diantara mereka dapat disebutkan di sini :
1. Wade Wade Hampto Hampton n Frost Frost (1927) (1927),, Guru Besar Epidem Epidemiol iologi ogi di School School of Hygien Hygiene, e, Univ Univer ersi sita tass
John John
Hopk Hopkin inss
mend mendef efin inis isik ikan an
epid epidem emio iolo logi gi
seba sebaga gaii
suat suatu u
pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomen) phenomen) penyakit infeksi atau history) penyakit menular. sebagai riwayat alamiah (natural (natural history) 2. Green Greenwo wood od (1934 (1934), ), Prof Profes esso sorr di Scho School ol of Hygi Hygiene ene and and Trop Tropic ical al Medi Medici cine, ne, London, mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas di mana dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (herd (herd ) penduduk. 3. Kemudian Kemudian Brian Macmohan Macmohan (1970), (1970), pakar pakar epidemiol epidemiologi ogi di Amerika Amerika Serikat Serikat yang yang bersama Thomas F. Pugh menulis buku Epide buku Epidemiolo miology; gy; Principles Principles and Methods Methods menyatakan bahwa epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in man. man. Epidemiolog Epidemiology y adalah studi tentang penyebaran penyebaran dan pen penye yeba bab b keja kejadi dian an peny penyaki akitt pada pada manus manusia ia dan dan menga mengapa pa terj terjad adii dist distri ribu busi si semacam itu. Primerr Of Epidemiolog Epidemiologyy 4. Gary Gary D. Friedma Friedman n (1974), (1974), selanj selanjutn utnya ya dalam dalam bukunya bukunya Prime menuliskan menuliskan bahwa epidemiology is the study of disease occurance in human populations. Batasan ini lebih sederhana dan tampak senapas dengan apa yang dikemukakan oleh macmohan. Dan ini pula yang kurang lebih dikemukakan oleh Anders Anders Ahlbom Ahlbom dan Staffa Staffan n Norel Norel (1988s (1988s)) dalam dalam bukunya bukunya Introduction Introduction Of Modern Epidemiology. Dikatakan bahwa epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. Dengan demikian definisi definisi epidemiologi, epidemiologi, Last (1988) dalam Bustan (2006), (2006), mengatakan mengatakan bahwa ” epidemiology is the study of the distribution and determinants of health-related states or eventsin specified populations and the application of this study to the control of health problems “. Epidemiolog Epidemiologii diharapkan diharapkan dapt berperan dalam pembangunan kesehatan secara keseluruhan. keseluruhan. Bentuk Bentuk peran itu dapat dijabarka dijabarkan n dalam 7 peran utama (Valanis, (Valanis, 1999) 1999) yaitu : 1. Invest Investiga igasi si etiolo etiologi gi penyak penyakit it 2. Identi Identifik fikasi asi factor factor resiko resiko 3. Identifik Identifikasi asi sindrom sindrom dan klasifikas klasifikasii penyaki penyakitt
4. Mel Melakuk akukan an
diag diagno nossis
band bandiing
(differ differenti ential al
diagno diagnosys sys))
dan dan
per perenca encana naan an
pengobatan 5. Surv Survei eila lan n statu statuss keseh kesehat atan an 6. Diagnosis Diagnosis komunitas komunitas dan perenca perencanaan naan pelaya pelayanan nan kesehat kesehatan an 7. Evaluasi Evaluasi pelayanan pelayanan kesehat kesehatan an dan dan interve intervensi nsi kesehatan kesehatan diagnosis adalah upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis penyakit yang diderita oleh makhluk hidup baik hewan maupun manusia. Untuk mengetahui adanya penyakit dapat dilakukan diagnosis dengan melakukan 3 cara utama (Ahlbom, 1988) : 1. Anamnese 2. Tanda ( sign) sign) 3. Tes (uji) preval prevalens ensii merupa merupakan kan ukuran ukuran tentan tentang g jumlah jumlah atau atau propor proporsi si dari dari kasus kasus atau atau masalah kesehatan pada suatu populasi tertentu. Sedangkan insidensi dirumuskan sebagai banyaknya banyaknya kasus baru yang ditemukan ditemukan pada suatu periode waktu tertentu dibagi dengan popu popula lasi si bere beresi siko ko (Bus (Busta tan, n, 2006) 2006).. Etio Etiolo logi gi berka berkait itan an denga dengan n lingk lingkup up kegia kegiata tan n epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Sedangk Sedangkan an epidem epidemiol iologi ogi dalam dalam klinik klinik digunak digunakan an dalam dalam penentu penentuan an abnorma abnormalit litas; as; menentukan batas seseorang atau hewan dapat disebut sakit atau mempunyai suatu kadar hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal. IV. METODOLOGI
. Alat dan Bahan No Alat 1 seser 2 Term Termom omet eter er 3 Botol aqua 4 Skalpel 5 Pinset 6 Piring preparat 7 Kertas lakmus 8 Gelas benda 9 Cover glass
Kegunaan Menangkap sampel Meng Menguk ukur ur suhu suhu air air Tempat sampel air Membedah ikan Membedah ikan Membedah ikan
Mengukur pH Meletakka kkan samp ampel Melindungi mikroskop dari sampel
No 1. 2. 3.
Bahan Kegunaan Ikan sampel Identifikasi patogen Air Air samp sampel el Meng Menget etah ahui ui pH air air Aquades Membasahi sampel
10 11
Mikroskop Wada Wa dah h ikan ikan
Melihat patogen Untu Untuk k meng mengam amat atii pergerakan ikan di kolam
b. Cara kerja
1. Mendiagnosa Mendiagnosa penyakit penyakit ikan ikan dengan dengan menanyakan menanyakan status status ikan dan dan riwayat riwayat penyakit penyakit ikan kepada pemilik ikan 2. Mendiagnosa Mendiagnosa ikan ikan secara secara fisik fisik ketika ketika dikolam dikolam dengan dengan mengamati mengamati kelakua kelakuan n ikan, cara renang, gerakan tubuh. 3. Pemeriksaan Pemeriksaan eksterna eksternall terhadap terhadap kemungkinan kemungkinan abnormali abnormalitas tas meliputi meliputi warna warna ikan, ikan, produksi lendir, kelengkapan organ, parasit eksternal (kulit dan insang) 4. Pemeriksaan Pemeriksaan intern internal al dengan pembeda pembedahan han untuk mengeta mengetahui hui keadaan keadaan organ-organ organ-organ dalam. 5. Mengamati Mengamati dan mencatat mencatat kondisi kondisi lingkungan lingkungan saat dilungk dilungkungan ungan meliputi meliputi kualit kualitas as air, sumber air, jumlah dan frekuensi pakan, pengobatan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a. Diagnosa penyakit ikan : 1. Status ikan parameter Kelompok I Jenis Gurami Populasi
Gurami
Umur
4 bulan
Jenis kelamin
Jant antan
Kelompok II a. nila b. bawal Bawal 2 kuintal a.nila 5-6 bulan b.b b.baw awal al 5 bulan a. janta antan n b. betina
Kelompok III Lele
Kelompok IV lele
3000 ekor/ 2000 ekor/ 2 kolam (3x 5 m ) kolam (3x4) 1 bulan 2 bulan
Jantan
Jantan
Ukuran
17,5 cm
Berat
78 gram
Asal Asal daerah daerah
Grojog Grojogan an bantul bantul
Manajemen Intensif pemeliharaan monokultur
a. 27,5 cm b. 30 cm a. 600 gram b. 320 gram a. Lokal Lokal b. Ngrajek
a. kecil 9,8 cm b. besar 23 cm a. 10 gram b. 100 gram Bokesan cangkringan
Intensif, Intensif pol polik ikul ultu turr, air air dari dari S. Gaja Gajah h Wong
a. kecil 24 cm b. besar 27 cm. a. 105 gram b. 160 gram Muntilan bokesan ngrajek Intensif
b. Riwayat penyakit parameter Kelompok I Kelompok II Kelompok III Waktu 29 maret 2008 29 maret 2008 1 minggu setelah kejadian penebaran Frekuensi tiap bul bulan ada, ada, Perubahan Tiap Tiap peneb penebar aran an / paling puncak bulan juli- musim bibit sering agustus Tingkat 1-2 ekor/ hari Bawal : 0% 15-20 % kematian Nila: ada 2 . Diagnosa fisik di kolam parameter Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelaku Kelakuan an Gelisa Gelisah, h, muncul muncul nila: Tidak Meng Menggan gantu tung ng , dipermukaan, berdiam di bahkan ada yang tidak menggesek- dasar posisinya gesekkantubuh baw bawal al:: Tida Tidak k terbalik. pada dinding berdiam diMenggesekkolam, sisik lepas dasar kolam gesekka gesekkan n tubuh tubuh pada dinding
Cara berenang Gerakan tubuh
Lambat, gelisah
Kelompok IV Musim penghujan Musim penghujan (jamur) 20 kg
Kelompok IV Mengapung, menggantung dipermukaan air, tidak Menggesekgesekkan tubuh pada dinding
Keduanya Berputar-putar Diam da n lincah lalu mengapung terlihat lemas Kura Kurang ng linc lincah ah , Bawal ; lincah Tida Tidak k seli selinc ncah ah Kurang lincah tidak seperti yang Nila sedikit yang lain lain lemah 3. Pengamatan eksternal terhadap kemungkinan abnormalitas parameter Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Pertum Pertumbuha buhan n Norma Normal, l, Nafsu Nafsu Normal Badan kurus danBesar : Normal makan kurang kecil Kecil : Normal Warn Wa rnaa kulit kulit Hita Hitam m kusa kusam, m, Bawal : Hitam agak Bes Besar: ar: Hit Hitam tidak segar kehitaman kehitaman dan pucat kekuningan berwarna Keci Kecill: Hit Hitam merah mulai kemerah per perut ut samp sampai ai merahan
Keadaan kulit
Warna insang Produksi lendir
rima oris Nila: hitam keputihan Sisik Sisik sebagi sebagian an Bawal : Halus, lepas sisi sisik k baik baik dan Sirip: kusa usam , halus dan geripi geripiss pada Nil Nila : Lepas sirip ekor dan kasar Sirip: geripis Agsak pucat
-
Banyak di insang Bawal: Banyak Berleb Berlebiha ihan n , kulit Nila: Sedikit
Lain-lain Parasit penempel , Lokasi
Mata normal
Pemeriksaan Internal parameter Kelompok I Dinding Cokl Coklat at perut Warna
Keadaan organ
Pucat
Kelompok II Kelompok III Nila Nila : warn warnaa Tidak ada tanda hijau tanda yang Bawal: Putih berhubungan dengan Heneguya sp.
Usus sus ber berwarn warnaa Nila : ginja njal putih tida panjang k lemb lembek ek , orga organ n 7 cm dan usus dal dalam bai baik dan dan 0,5 cm normal Bawa Bawall : orga organ n Jantu ntung warna bai baik k Jant Jantun ung, g,
Besar: Sirip normal Keci Kecil: l: Berc Bercak ak kemerahan,sirip normal berwarna kemerahan Pucat Besar: Besar: Sediki Sedikitt di insang maupun kulit Kecil ; Banyak di insang maupin di kulit Mata normal
Kelompok IV Besa Besar: r: Wa Warn rnaa pucat pucat kompak kompak dan kenyal Kecil : Keme Kemerrahan ahan , kenyal Keadaan normal Besa Besar: r: Limf Limfaa hitam usus dan hati kuning pucat, pucat, ginjal ginjal hitam Keci Kecill : limp limpaa
Timbunan cairan
merah pucat, Hati dan limpa limpa warna merah, gelembung renang renang putih putih dan kecil, ginjal merah segar Tida Tidak k ada ada cair cairan an
hati hati berw berwar arna na kemerahan , limpa kehijauan gelembung renang putih
dan ginjal merah kehitaman, hati kemerahan
Nila Nila:: cair cairan an sedikit , sedikit lemak Bawal: Bawal: Cairan Cairan sedikit , banyak lemak
Besar; Banyak Kecil : sedikit
Parasit dalam organ
Kondisi lingkungan parameter Kelompok I Sumb Sumber er air air Sung Sungai ai gaja gajah h wong dialir dialirkan kan melalui selokan Kual Kualit itas as air air Agak Agak jern jernih ih,, warna hijau jika musim hujan agak keruh namun bila muim muim kemara kemarau u jernih Jumlah dan Pele Pelett 2% bera beratt ukuran pakan tubuh, tubuh, senthe senthe dan roti seba sebany nyak ak ikan ikan mau Frekuensi 2 kali sehari pakan Pengobatan Pengobatan Kolam: Kolam: Garam dapur 2 ons/m3 dicairkan dalam air dan di masukkan kolam ,
Kelompok II Kelompok III Sung ungai gajah Sungai opak wong Warna kecoklatan, pH7,1 , suhu air dan udara 27 ºC
Hijau, pH 7 Suhun air Suhu air 26 ºC ºC, pH 6,8 suhu suhu udar udaraa 28 ºC
Nila: pelet daun Pel Pelet pokh pokhpa pand nd hijau Bawal: usus roti roti daun hijau hijau (kayu apu) 3 kali sehari 1-2 kali sehari Penambahan garam 0,5 ons / m3 untuk pencegahan diberikan seminggu setiap
Kelompok IV Sungai opak
28
5% ber berat tubu tubuh h satu hari 10 sak (@ 30 kg)
2 kali sehari
Penggaraman Jamur : garam Pemupukan Supertetra : Kapur pen penya yaki kitt ikan ikan Dibe Diberri pupu pupuk k muter-muter puyuh pada kolam
Lain –lain
diberikan hari fdalam selama 3 hari jang angaka tiap Individu: tiga hari menc mencel elup up ikan ikan pada cairan garan selam 4-5 detik Terbuka , Tidak ditanami talas vegetasi peneduh
ada Saluran air bersistem seri
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1, apabila dilihat dari hasil pemeriksaan ekste ekstern rnal al
terh terhad adap ap
kemu kemungk ngkin inan an
abnor abnorma mali lita tass
yait yaitu u
dimu dimula laii
dari dari
peng pengam amat atan an
pertumbuhan terlihat pada ikan gurami nafsu makan berkurang. Hal ini dimungkinkan bahwa ikan terserang parasit. Kemudian warna kulitnya hitam kusam atau tidak segar, hal ini bisa bisa diseba disebabka bkan n oleh oleh adanya adanya serang serangan an parasi parasitt dan juga juga oleh oleh faktor faktor-fa -fakto ktorr selain selain penyakit. Kelainan warna itu dapat dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit bila tidak ada penyebab lain seperti takut, terkejut atau habis memijah. Lagi pula, perubahan warna tubuh ikan yang disebabkan penyakit sifatnya permanen (berlangsung lama). Berdasarkan pengamatan produksi lendirnya juga banyak, ini menunjukkan kalau ikan tersebut sakit terutama pada ikan yang berwarna gelap. Sebaliknya, kelebihan lendir itu agak sulit diketahui pada ikan dengan tubuh berwarna terang karena lendir berwarna bening sampai agak keabu-abuan. Produksi lendir yang berlebihan berlebihan pada ikan biasanya disebabkan disebabkan oleh parasit yang menyerang bagian kulit. Banyaknya lendir yang dikeluarkan tergantung pada intensitas serangan. Apabila dilihat lagi warna insang pucat (anemia) bisa disebabkan oleh oleh infe infeks ksii bakt bakter erii atau ataupu pun n viru virus, s, seda sedangk ngkan an mata mata menon menonjo joll (eks (eksop opta talm lmia) ia) bisa bisa diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis, infeksi cacing ataupun virus. Berdasarkan hasil pengamatan pengamatan eksternal eksternal di mikroskop, mikroskop, terlihat terlihat pada insang adanya adanya parasit heneguya p. p. Henneguya Yang termas termasuk uk penyak penyakit it endopar endoparasi asitt protoz protozoik oik.. Menurut Menurut Iriant Irianto o (2004) (2004),, Henneguya merupakakan parasit dari kelompok myxosporidia, ciri spesifiknya yaitu adanya 2 kapsul polar dan dinding spora memiliki bagian yang memanjang seperti ekor. Secara klinis ikan yang terinfeksi akan menunjukkan adanya kista putih yang banyak pada kulit dan insang.
Kista akan dapat membesar dan dapat menyebabkan hiperplasia sel-sel epitel insang, selanjutnya menyebabkan anoksia (kekurangan oksigen) akibat disfungsi insang. Infeksi interlamella insang dapat menyebabkan nekrosis dan pada status berat menyebabkan kematian. Pada lapisan lendir jenis parasit non protozoik yaitu diplostonum diplostonum mergi ynag masu masuk k dala dalam m kelo kelomp mpok ok trem tremat atoda oda dige digene nea. a. Jeni Jeniss ini ini memi memili liki ki sikl siklus us hidup hidup yang yang kompleks kompleks dengan melibatkan melibatkan sejumlah sejumlah hewan inang. Ikan dapat dapat berperan berperan sebagai sebagai inang perantara maupun inang definitif tergantung spesies trematoda digenea. Trematoda dapat berupa parasit eksternal atau internal pada berbagai macam organ. Pada kelompok 2, berdasarkan hasil pemeriksaan abnormalitas terlihat kulit pada ikan nila kasar dimungkinkan adanya infeksi oleh ichthyosporodium dan sisik pada ikan nila juga kasar, lepas atau geripis. Hal ini juga dimungkinkan infeksi bakteri atau air yang terlal terlalu u asam. asam. Berdas Berdasark arkan an pengama pengamatan tan ekster eksternal nal secara secara mikros mikroskopi kopis, s, pada lendir lendir ditemu ditemukan kan adanya adanya henneguy henneguyaa dan trichodina. trichodina. Trichod Trichodina ina merupak merupakan an protoz protozoa oa dari dari kelomp kelompok ok ciliat ciliata. a. Memili Memiliki ki bulu bulu getar getar perit peritrik rikha. ha. Trichodina merupakan merupakan agensia agensia penyebab penyakit trikhodiniasis. Sel trichodina berbentuk bundar seperti cawan dengan diameter 50 µm, bulu getar terangkai pada kedua sisi sel, dan memiliki makro serta mikron mikronukl ukleus eus.. Ketika Ketika diliha dilihatt secara secara dorsodorso-vent ventral ral,, sel tricho trichodin dinaa berbent berbentuk uk sepert sepertii cakr cakram am deng dengan an bent bentuk ukan an cinc cincin in di dala dalamn mnya ya.. Kemu Kemudi dian an pada pada sis sis dite ditemu muka kan n ichthyophthirius dan henneguya serta pada insang juga ditemukan adanya henneguya. Menurut Hoole et al ., ., (2001) Ichthyophthirius termasuk protozoa yang bersifat parasit obligat. Ichthyophthirius obligat. Ichthyophthirius merupakan protozoa berbulu getar, parasit obligat pada ikan air tawar yang harus menemukan inang baru dalam 48 jam (pada suhu sekitar 25-27 oC). Stadium trofozoitnya (trophozoite (trophozoite)) dapat memiliki diameter hingga 100 µm, berbulu getar getar (cilia) cilia) dan dan memi memilk lkii nukl nukleu euss berb berben entu tuk k tapa tapall kuda. kuda. Pada Pada ikan ikan bawal bawal baik baik itu itu peng pengam amat atan an ekste ekstern rnal al maupu maupun n inte intern rnal al tida tidak k dite ditemu muka kan n gejal gejalaa peny penyaki akit. t. Pada Pada peme pemeri riks ksaa aan n inte intern rnal al ikan ikan nila nila,, di usus usus caci cacing ng jeni jeniss dactylogyrus dan trichodina. trichodina. Dactylogyrus termasuk trematoda monogenea dan merupakan parasit yang biasa disebut sebagai cacing pipih. Beberapa spesies mungkin menginfeksi rektrum, uretra, rongga tubuh bahkan saluran pembuluh darah. Epidemik disertai kematian yang tinggi dapat berlangsung pada hewan budidaya karena densitas yang tinggi, sanitasi yang buruk, dan
menurunya menurunya kualitas kualitas perairan. perairan. Penularan Penularan cacing cacing trematoda trematoda monogenea monogenea dari satu individu individu ke individu individu lainnya terjadi secara kontak langsung. langsung. Monogenea Monogenea tidak mempunyai mempunyai inang antara dan siklus hidupnya sederhana. Hewan dewasa bersifat hermafrodit, monogenea dactylogyrus) membebaskan telur ke kolom air, dan ketika menetas ovipar (misalnya dactylogyrus) sudah dalam bentuk morfologi seperti hewan dewasa. Pada kelompok 3 berdasarkan pengamatan abnormalitas, badan kurus kecil dan hal tersebut tersebut dapat diakibatkan diakibatkan oleh infeksi infeksi tuberkulosi tuberkulosiss dan penyakit penyakit cacing. cacing. Kemudian Kemudian terjadi hemorrhage pada sirip dapat juga disebabkan serangan argulus sp., infeksi bakteri, infeksi trichodina sp., dan gigitan gigitan lintah. lintah. Pada insang ditemukan ditemukan parasit henneguya dan pada kulit ikan lele kecil juga ditemukan henneguya. henneguya. Pada pemeriksaan pemeriksaan internal internal tidak terdapat terdapat tanda-tanda tanda-tanda yang berhubungan berhubungan dengan serangan serangan henneguya sp. Namun, parasit itu sendiri pada ikan lele besar ditemukan di organ insang. Pada kelompok 4 berdasarkan pengamatan eksternal ikan lele besar terlihat warna insa insang ng pucat pucat dan dan para parasi sitt yang yang mene menemp mpel el adal adalah ah jeni jeniss henne hennegu guya ya.. Di atas atas suda sudah h dijelaskan bahwa insang pucat dapat dikarenakan adanya infaksi bakteri ataupun virus. Sedangkan pada pengamatan internal terlihat pada organ hati hati berwarna kuning pucat atau cokelat kekuning-kuningan atau berwarna seperti tembaga. Hal tersebut bisa dikarenakan infeks infeksii bakteri bakteri dan livoid livoid liver liver degener degenerati ation. on. Pada Pada lele lele kecil kecil terdapa terdapatt banyak banyak bercak bercak merah pada kulit, hal tersebut diindikasikan terserang oleh bakteri aeromonas sp. Bakteri aeromonas termasuk termasuk dalam famili pseudomonadace pseudomonadaceae. ae. Ciri utama bakteri bakteri aeromonas aeromonas adalah bentuknya seperti batang, ukurannya 1-4 × 0,4-1 mikron, bersifat gram negatif, fakultatif aerobik (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak berspora, bersifat motil (bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel (monotrichous (monotrichous flagella) flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya, senang hidup di lingkungan bersuhu15-30 oC dan pH 5,5-9. Lingkun Lingkungan gan adalah adalah bagian bagian dari dari kehidu kehidupan pan yang yang sangat sangat pentin penting. g. Ganggua Gangguan n lingkungan akan mengganggu kesehatan ikan. Diperlukan pengetahuan dan upaya untuk menjaga agar air dan udara tidak tercemar dengan zat-zat yang dapat membawa gangguan atau penyakit pernapasan. Dengan demikian apabila lingkungan baik terbebas dari segala pencemar dan serangan penyakit maka ikan pun juga akan menjadi sehat, karena faktor lingkungan menjadi faktor pembatas (limitting (limitting factor ) yang sangat penting. Definisi sehat
menurut WHO 1948 dalam Bustan 2006 adalah health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Epidemiolog Epidemiologii menekankan menekankan upaya upaya menerangkan menerangkan bagaimana bagaimana distr distribusi ibusi penyaki penyakitt dan bagaimana berbagai komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut. 2. Pengetahuan Pengetahuan tentang tentang jalan jalan masuk suatu suatu penyakit penyakit ke ke dalam tubuh tubuh itu penting penting untuk untuk epidem epidemiol iologi ogi karena karena dengan dengan penget pengetahu ahuan an itu dapat dapat dilaku dilakukan kan penghad penghadanga angan n perjalanan kuman masuk ke dalam tubuh ikan.
Saran
Pencegahan dini mengenai serangan penyakit melalui riwayat penyakit dan distribusinya harus lebih ditekankan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahlbom Ahlbom,, A dan S. Nore Norel. l. 1988 1988.. Pengantar Pengantar Epidemiolo Epidemiologi gi Modern. Modern. Editor : Suhardi, Januar Ahmad. Yayasan Essentia Medica. 1992. Bustan, M. N., 2006. Pengantar 2006. Pengantar Epidemiologi. Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta
Frie Friedm dman, an, GD., GD., 1974. 1974. Prinsip-Prins Prinsip-Prinsip ip Epidemiolo Epidemiologi gi. Yaya Yayasa san n Esse Essent ntia ia Medi Medica. ca. Yogyakarta. Hoole, D.; Bucke, D; Burges, P.; and Wellby, I. 2001. Diseasesof Carp and Other Cyprinid Fishes. Fishes. Fishing News Book. Blackwell Sciences Ltd., Oxford. Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Irianto, A., 2004. Patologi 2004. Patologi Ikan Teleostei.
Methods. Little Brown and MacMohan, B., TF.Pugh. Epidemiology : Principles and Methods. Company. 1970. Valanis, B. Epidemiology In Health Care. Care. Appleton & Lange, Standford, Connecticut. 1999.