LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI
Oleh : AULIA RAHMA 70300111012
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT , atas berkat dan rahmatnya yang senantiasa dicurahkan kepada kita semua sehingga penulis mampu menyelesaikan “Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi” ini. Teriring pula salam dan syalawat kepada junjungan junjungan Nabi besar besar Muhammad Muhammad SAW, beserta beserta keluarga keluarga dan para para sahabatnya. sahabatnya. Banyak Banyak hal yang penulis peroleh atas penyusunan “Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi” ini. Meskipun demikian, penulis akan terus mencari dan menambah pengetahuannya tentang hal ini. Dan penulis juga mengharapkan saran ataupun kritikan yang sifatnya membangun agar laporan ini senantiasa mendekati kesempurnaan. Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada orang tua, pembimbing, asisten, dan teman-teman yang telah mendukung sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI
Disusun dan diajukan oleh: AULIA RAHMA 70 300 111 012
Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Praktikum Mata Kuliah Fisiologi
Koordinator Praktikum
Eny Sutria, S.Kep, Ns, M.Kes.
Dosen Penanggung Jawab
dr. Rosdiana, S.Ked
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI LAPORAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH LAPORAN PEROBAAN HARVARD (HARVARD STEP TEST) LAPORAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS LAPORAN BERAT JENIS URINE LAPORAN PEMERIKSAAN PERNAFASAN LAPORAN ELEKTROKARDIOGRAF PADA MANUSIA BIOGRAFI PENULIS
Samata, 13 Juli 2012
Aulia Rahma
LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Samata, 18 juni 2012
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
Di Susun Oleh : Nama
: Aulia Rahma
Nim/kelas
: 70300111012/Kep-A1
Pembimbing
: Anwar Hafid,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Asisten
: A.Budiyanto,s.Kep.,Ns.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2012
DAFTAR ISI
Halaman Sampul……………………………………………………………..……i Daftar isi………………………………………………………………………..….ii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………1 B. Tujuan…………………………………………………………………........ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Tekanan Darah…………………………………………………….3 B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah…………………………..3 C. Pengukuran tekanan darah dan arteri sistolik dan diastolic…………………4 D. Metode pengukuran tekanan darah………………………………………….5 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan…………………………………………………………….8 B. Alat dan bahan………………………………………………………………8 C. Prosedur kerja……………………………………………………………….8 D. Hasil percobaan…………………………………...………………………..11 E. Analisis hasil percobaan…………………………………..….…………….11 BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………..………………..…………....13 B. Saran…………………………………..……………………..……….…….13 Daftar pustaka…………………………………………………………………….14 Lampiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu di perlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah dalam arteri, arteriola, kapiler, dan siste vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke arteri pembuluh arteri. Pada sistem sirkulasi tertutup, aktivitas rongga jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. Pada arteri sampai puncaknya sekitar 120mmHg, tekanan ini disebut tekanan sistol. Tekanan ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekanannya turun sedikit. Pada saat diastol ventrikel , tekanan aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut tekanan diastolic. Dengan adanya perubahan siklus jantung inilah yang menyebabkan terjadinya aliran darah dalam sistem sirkulasi tertutup pada manusia. Pada pemeriksaan takanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah di peroleh pada saat jantung bereaksi (dastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefenisikan sebagai “normal”. Pada saat tekanan darah tinggi, biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kaIi dalam jangka beberapa minggu. Tekanan darah dipengaruhi oleh faktor beberapa yang mengoda yang adalah output jantung. Tekanan dinding arteri lebih besar sebagai volume aliran darah meningkat. Faktor kedua yang mempengaruhi tekanan darah resistensi perifer, atau resistensi terhadap aliran darah arteri kecil dari tubuh (anterior). Resistensi perifer dipengaruhi oleh viskositas dari darah khusus, jumlah sel darah merah dan jumlah plasma berisi darah. Sangat darah menghasilkan tekanan darah tinggi. Selain itu, tekanan darah dipengaruhi oleh struktur dinding arteri. Tekanan darah akan lebih tinngi. Kronis tekanan darah tinggi disebut hipertensi merupakan konsekuensi dari terlalu tinggi output jantung atau terlalu tinggi perifer.
B. Tujuan
1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri. 2. Memepelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluhpembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan. a. Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole samapi serendah 0 mmHg saat diastole. b. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100mmHg. Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100 mmHg) menuju arteri ( dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmhg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg ke 5 mmHg di ujung vena) menuju vena cava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg). 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu: a. Curah jantung Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa kedalam aorta oleh jantung setiao menit dan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi. Curah jantung mungkin merupakan faktor terpenting yang harus kita fikirkan dalam hubungannya dengan sirkulasi. Aliran balik vena adalah jumlah darah yang mengalir dari berbagai vena kedalam atrium kanan setiap menit. b. Tekanan perifer terhadap tekanan darah
Tekanan darah berbanding terbaik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu : (1) Viskositas darah Semakin vanyak kendungan protein dan sel dalam plasma, semakin besar tahanana selama aliran darah, peningkatan hemotokrit menyebabkan peningkatan viskositas : pada anemia kandungan hemotolrot dan viskositas berkurang. (2) Panjang pembuluh Semakin panjang pembuluh semakin, semakin besar tekanan terhadap aliran darah. (3) Radius pembuluh Tahanan perifer berbandiung terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat keempatnya. a. Jika radius pembuluh digantikan seperti yang terjadi pada fase dilatase, maka aliran darah akan meningkat em belas kali lipat. Tekanan darah akan turun. b. Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokontraksi, maka tahanan terhadap aliran akan meningkatenambelas kalip lipat dan tekanan darah akan naik. (4) Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan dalam tekanan darah dapat didapat adri perubahan radius pembuluh darah. 3. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik Dan Diasrtolik
Peraturan tekanan darah arteri tekanan darah arteri dipertahankan dalam rentang normal oleh perubahan curah jantung dan resistensi perifer. Tekanan reseptor berlokasi di dinding arteri besar di dada dan leher dan dalam bentangan aorta. Reseptor ini merespon ketika dinding yang mebujur oleh peningkatan mendadak tekanan. Tindakan potensi dari reseptor ditransminasikan ke jantung dan pusatpusat motorik dalam medula oblongata. Pusat di medula merespon dengan mengikat sinyal bahwa penurunan denyut jantung dan menyebabkan resistensi vasodilationdecrease perifer. kembali tindakan ini tekanan darah menuju normal.
Penurunan tekanan darah mengurangi frekuensi potensi aksi dari reseptor, yang meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan contriction vaso. Baroreseptors ar penting untuk saat ke saat pendek jangka pendek tekanan peraturan. Pengukuran tekanan darah arteri sistolik dan diastolik yaitu: a. Ventrikel sistolik Terjadinya konsetrasi vebrikular bertepatan dengan puncak gelombang R di EKG dan dengan getaran awal suara jantung pertama. Hal ini menunjukkan kurva tekanan ventrikel sebagai peningkatan tekanan ventrikel paling awal setelah kontraksi aktrial. Waktu antara awal sistol ventrikel dan pembukaan velves semilunar (ketika tekanan ventrikel muncul tiba-tiba) disebut kontraksi isometrik. b. Ventrikel diastol Isovolumik relaksasi. Penutup klep yang aorta menghasilkan karakteristik pada otot yang turun dari kurva- tekanan aortik dan juga menghasilkan bunyi yang ke dua (dengan beberapa getaran yang jelas pada atrial kurva-tekanan). Incicura menandai akhir ventrikel sistole. Periode antar penutup dari semilunar klep dan pembukaan AV klep dimasukkan relaksasi isovolumik. 4. Metode Pengukuran Tekanan Darah
Bila kanula dimasukkan kedalam arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketergantungan yang sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada potongan kertas yang bergerak. Bila arteri diikat di atas titik tempat memasukkan kanula, suatu tekanan ujung terekam. Alirandarah arteri terganggu, dan semua energy kinetik dari aliran dikonversi menjadi energi tekanan. Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung: a. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan kedalam arteri. b. Pengukuran tidak langsung dengan sfigmamometer dan stetoskop. 1. Cara palpasi (metode riva rocci) Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menetukan tinggi tekanan yang diharapkan. Palpasi juga dilakukan bila
tekanan darah sulit didengar. Tetapi, dengan palpasi tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat. Cara auskultasi Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter rusia yaitu korotkoff pada tahun 1905.kedua tekanan sistolik dan diastolik dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini timbul akibat aliran turbelun dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5cm, antara manset dan tempat meletakkan stetostop. Bunyi yang terdengar disebut korotkoff dan dapat di bagi dalam empat fase yang berbeda: Fase 1 : timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan. Fase ll : bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15mm-20 Hg. Fase lll : bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas dank eras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya. Fase lV : bunyi meredam (melemah) salaam penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah itu menghilang. Fase V : titik dimana bunyi menghilang. a. Permulaan dari fase 1 yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistolis. b. Permulaan fase lV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sebagai berikut : fase lV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi dari pada tekanan diastolis intra arterial yang diukur secara langsung.
c. Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkatkan aliran darah maka fase V jauh lebih rendahdari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak fase lV lebih tepat digunakan sebagai indeks tekanan diastolis. 2. Cara osilasi Yaitu dengan melihat osilasi pada manometer. Saat timbulnya osilasi pasa manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus diturunkan sampai osolasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama percobaan
Pemeriksaan tekanan darah. B. Alat yang dibutuhkan
1. Manometer air raksa atau aneroid 2. Stetoskop C. Prosedur kerja
Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan yang menyenagkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat mempenaruhi hasil pencatatan. Pencacatan tekanan darah ini dengan metode tak langsung. 1. Cara palpasi (metode riva rocci) Segala bentuk pakaian harus dilepas dari lengan atas dan manset di pasang ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinngi. Saluran ketat dari manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi (denyut arteri radialis ) menghilang. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3mm/dt. Saat dimana denyut nadi arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolik. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menetukan tinggi tekanan yang diharapkan. 2. Cara auskultasi Metode pertama kali diperkrnalkan oleh seorang dokter rusia yaitu korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolik dan diastolik dapat diukur denganmetode ini dengancara mendengar (auskultasi ) bunyi yang timbul pada
arteri brachialis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini timbul akibat aliran turbelun dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5cm, antara manset dan tempat meletakkan stetostop.mulamula rabalah arteri brachialis untuk menetukan temapt meletakkan stetostop. Kemudian pompalah manset sehingga tekananya melebihi tekanan diastolis (yang diketahui dari palpasi). Tutunkan tekanan manset perlahan lahan sambil melekatkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mula mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terkadilah turbulensi. 3. Cara osilasi Yaitu dengan melihat osilasi pads manometer. Manset dipompa sampai tekanan 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis yang di tentukan dengan metode riva rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada msnometer menujukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis. Protokol
1. Tekanan darah istirahat Ukurlah tekanan darah orang ocba setelah berbaring 5 menit, setelah duduk 5 menit dan setelah berdiri 5 menit. Orang ocba harus benar-benar dalam keadaan santai ! bandingkanlah hasil ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah, gunakan kombinasi ketiga cara tadi. 2. Pengaruh perubahan sikap Orang coba berbaring 5 menit. Ukurlah tekanan darah, kemudian orang coba diminta segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus kebawah. Tekanan diukur 0,1,2,3,4, dan 5 menit sesudah berdiri.
3. Pengaruh kerja otot Orang coba minta untuk melakukan kegiatan misalnya berlari ditempat selama kurang lebih 3-5 menit kemudian catatlahtekanan darah control (sebelum kegiatan). 4. Pengaruh berfikir Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian coba diminta berfikir dengan kuat yaitu memecahkan soal matemmatika yang sudah. Catatlah tekanan darahnya secepat mungkin, kalau perlu selagi berfikir. Bandingkanlah dengan tekanan darah kontrol. 5. Percobaan valsava (valsava manuver) Butlah pencatatan kontrol. Orang cobas minta untuk melakukan ekspresi kuat dan glottis tertutup (mengedam). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan bandingkanlah dengan tekanan darah kontrol. 6. Percobaan muller Orang coba minta untuk kuat dengan glottis tertutu. Ukurlah tekanan darah dan bandingkanlah dengan tekanan kontrol. D. Hasil Percobaan
Dalam keadaan normal, tanpa dipengaruhi faktor-faktor pengukuran tekanan darah, misalnya pengaruh perubahan sikap, pengaruh kerja otot dan lain lain dengan metode : 1.
Cara palpasi
2.
Cara auskultasi
3.
Cara osilasi
E. Analisis Percobaan
Dalam keadaan normal, tanpa dipengaruhi faktor faktor pengukuran tekanan darah, misalnya pengaruh perubahan sikap, pengaruh kerja otot dan lainlain. 1.
Cara palpasi Pada saat mengukur tekanan darah dengan cara palpasi diperoleh hasil normal. Namun, dengan menggunakan cara palpasi ini diperoleh hasil yang kurang akurat karena hanya mengetahui tekanan sistolnya saja.
2.
Cara auskultasi
Pada saat mengukur tekanan darah dalam cara auskultasi diperoleh hasil pengukuran 110/60 dan 110/70 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan normal dan rileks. Sehingga diperoleh hasil pengukuran tekanan darah normal. 3.
Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara osilasi diperoleh hasil pengukuran 110/70 mmHg. Ini disebabakan karena orang coba masih dalam keadaan normal dan rileks. Sehingga di peroleh hasil pengukuran tekanan darah normal. Dala ketiga cara di atas di peroleh hasil yang sama yaitu 110/70 mmHg , ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan normal, rileks, dan belum beraktivitas keras. a. Pada saat pengukuran tekanan darah waktu istirahat di peroleh hasil yang normal dimana pada saat duduk hasilnya 110/70 dan pada saat berdiri hasilnya 120/80, ini disebabkan karena pada saat berdri kekuatan jantung memompa darah lebih cepat. b. Pada saat mengukur tekanan darahdengan pengaruh perubahan sikap diperoleh hasil pada saat berbaring 5 menit 110/70 dan pada saat berdiri tekanan darah 1 menit 135/70 ini diisebabkan karena posisi berdiri akan memperkuat gaya gravitasi yang tidak tertahankan sehingga tekanan-tekanan darah turun dan kadangk-kadang sampai tak terukur. c. Pada saat pengukur tekanan darah dengan pengaruh kerja otot hasilnya sebelum berlari 160/80 dan menerun menjadi 110/70 hal ini disebabkan karena ke elastisitas dinding aliran darah di pengaruhi oleh otot yang membungkus arteri dan vena. d. Pada saat mengukur tekanan darah dengan pengaruh berfikir diperoleh hasil tekanan darah control 110/80 mengikat setelah berfikir menjadi 120/80 hal ini di sebabkan karena fikiran sangat berpengaruh pada saat pengukuran tekanan darah di maan jika orang memiliki banyak pikiran maka tekanan darahnya juga akan meningkat karena otak sangat bekerja pada saat berfikir. e. Pada saat mengukur tekanan darah kontrol diperoleh pengukuran tekanan darah 110/70 mmHg. Hal ini disebabkan pada saat melakukan ekspirasi memerlukan usaha sehingga kontraksi otot meningkat.
f. Sewaktu mengkukur tekanan darahtanap inspirasi dalam diperoleh hasil pengukuran tekanan darah yaitu 110/70 mmHg.pada waktu pengukuran tekanan darah dengan ispirasi dalam, tekanan darah meningkat menjadi 120/80 mmhg. Hal ini di sebabkan karena pada saat inspirasi dalam rongga toraks aik sehingga tekanan CO2 dalam paru-paru meningkat dan terjadi vosodilitasi pada pembuluh darah.
BAB lV PENUTUP A. Kesimpulan
Metode pengukuran tekanan darah: 1. Cara palpasi 2. Cara auskultasi 3. Cara osilasi a. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah : a.Kekuatan memompa jantung b.Banyaknya darah yang beredar c.Kecepatan aliran darah d.Getaran yang dihasilkan pernafasan. b.
Inspirasi dalam merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan tekanan darah. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan darah yaitu : 1. Nutrisi 2. Kelelahan 3. Istirahat yang cukup
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya pembimbing dihadiran supaya kami lebih dapat mengerti akan percobaan yang kami lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate.2004.Anatomy And Phisiology Kedokteran. Berne,Robert M.Leux.Mattew N.Koerpen.Brue M.Staton Bouce A.2004.Physiology.Fifth Edition.Mosby. Ganong,William F.2003.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 20.jakarta.Kedokteran EGC. Shelley.2003. Health Physikology.Fifth Edition.Mc Graw.Los Angeles. Smitzer,Bere.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Kedokteran EGC. Yuki‟s,wolfman.2010.Tekanan Darah. Http://yuki24.wordpress.com.
LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Samata, 18 juni 2012
PERCOBAAN HARVARD (HARVARD STEP TEST)
Disusun Oleh : Nama
: Aulia Rahma
Nim/kelompok
: 70300111012/8
Pembimbing
: Nur Hidayah,S.Kep.,Ns.,M.Kes
Asisten
: A.Adriana Amal,S.Kep.,Ns
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2012
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………1 B. Tujuan……………………………………………………………………..2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra…………...…3 B. Proses pembentukan urine……………………………………………......6 C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Urine..………………….…....10 D. Ciri-ciri Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal…………………...12 E. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal ……………………………...……....13 F. Mekanisme Pemekatan Dan Pengenceran Urin.…………………………14 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Pembahasan……………………………………………………..….17 B. Alat Dan Bahan………………………………………………………...….17 C. Prosedur Kerja………………………………………………………....…..17 D. Hasil Percobaan……………………………………………………...…….18 E. Analisis Hasil Percobaan…………………………………………...……...19 BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan………………………………………………………....……...21 D. Saran…………………………………………………………….....……….22 DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan tubuh kita tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang kita konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau latihan fisik yang kita lakukan. Dengan berolahraga secara teratur dapat memilihara jantung, peredaran darah, dan frekwensi nadi. Umumnya semua orang mengetahui bahwa olahraga adalah baik untuk kita, tetapi hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa olahraga adalah mutlak perlu untuk kesehatan kita, oang yang selalu berolahraga mempeoleh tenaga yang lebih besar karena olahraga menghasilkan lebih banyak tenaga dari pada tenaga yang dipakainya pada saat berolahraga. Dibandingkan dengan orang yang tidak pernah berolahraga. Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana kesanggupan kita melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki gedung dengan tangga bersama teman, ada yang merasa sangat lelah dan adapula yang terlihat biasa saja. Hal ini dipengaruhi oleh kebugaran jasmani setiap orang. Orang yang sering berolahraga, tubuhnya akan terbiasa atau beradaptasi sehingga ketika melakukan aktivitas yang berat cadangan kekuatannya lebih banyak dibandingkan dengan yang jarang berolah raga. Selain itu, orang yang rajin berolah raga juga memiliki kerja jantung yang baik dan berujung pada lebih rendahnya tekanan darah dibanding yang jarang berolah raga. Oleh karena itu, mengetahui proses peningkatan maupun penurunan denyut nadi dan tekanan darah menjadi penting karena kita bisa mengetahui sejauh mana kesanggupan kita dalam melakukan aktivitas kerja. Untuk itu melakukan percobaan Harvard adalah salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana kesanggupan kita dalam melakukan aktivitas kerja. Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesanggupan badan untuk melakukan suatu kerja (menentukan kapasitas kerja).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Harvard
Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan atau mendiagnosa kelainan kardiovaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka semakin bugar tubuhnya (Healt, 2009) Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan fisik seseorang. 1. Kelebihan tes Harvard a. sederhana b. Mudah untuk dilakukan Peralatannya c. Dapat dikelolah sendiri 2. Kekurangan tes Harvard a. Tingkat stres tinggi b. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak c. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung.
Gambar :2.1 Percobaan Harvard (Harvard Step Test) B. Otot 1. Defenisi otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi. Dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan sel dari jaringan lain. semua
ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil (Andrian, 2008). 2. Jenis - Jenis Otot
Menurut smith (2005), Otot secara umum dibagi atas tiga jenis yaitu, otot rangka, otot jantung, dan otot polos. a. Otot rangka
Gambar:2.2 otot rangka Otot rangka adalah salah satu organ dari sistem otot. Penyusun utama dari otot rangka adalah jaringan otot, jaringan saraf, darah dan jaringan penghubung. Otot rangka seseorang adalah tersendiri dari otot dan mengadakan posisi oleh lapisan dari jaringan saraf tebal yaitu fascia. Otot rangka merupakan massa yang besar yang menyusun yang menyusun jaringan otot somatik. Gambaran garis – lintang sangat jelas, tidak berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari saraf, tidak ada hubungan anatomik dan fungsional antara sel – selnya. Otot rangka tersusun dari serat – serat yang merupakan unit penyusun (“building blocks”) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf. Hampir setiap otot rangka berawal dan berakhir di tendo, dan serat – serat otot rangka tersusun sejajar di antara ujung – ujung tendo, sehingga daya kontraksi setiap unit akan saling menguatkan
b. Otot polos
Gambar :2.3 otot polos Meskipun otot polos bukan satu kategori tunggal homogen. Otot pols dibedakan secara secara anatomis dari otot rangka dan otot jantung, karena otot polos tidak memperlihatkan adanya gambaran garis lintang. Memiliki aktin dan miosin – II yang menggeser satu pada yang lainnya untuk menghasilkan kontraksi. Akan tetapi fiamen – filamen itu tidak tertata dalam susunan yang teratur, seperti pada ototrangka dan otot jantung, sehingga tidak memperlihatkan garis lintang. Otot polos juga mengandung tropomiosin, tetapi tampaknya tidak memiliki troponin. Bentuk isoform aktin dan miosin berbeda dengan yang terdapat pada otot rangka. Terdapat retikulum sarkoplasmi tetapi tidak berkembang dengan baik. Secara umum otot polos memiliki sedikit mitokondria, dan sangat bergantung kepada proses glikolisis untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya. c. Otot jantung
Gambar :2.4 otot jantung Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan/ bekerja secara tak sadar (dipengaruhi oleh susunan syaraf otonom (Syiham, 2010)
3. Kontraksi Otot Menurut syaifuddin (2009) Mekanisme Umum dalam Kontraksi Otot : a. Potensial aksi berjalan sepanjang saraf motorik sampi ke ujung serat saraf b. Setiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter
yaitu asetilkolin,
dalam jumlah sedikit. c. Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran serat otot untuk membuka saluran asetikolin banyak kanal melalui molekul-molekul protein yang terapung dalam membrane serat otot. d. Terbukanya saluran kanal menimbulkan sejumlah besar ion natrium mengalir ke bagian dalam membran serabut otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi serat saraf. e. Potensial aksi akan berjalan sepanjang membran saraf otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf. f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane serat otot, berjalan dalam serabut otot dimana potnsial aksi menyebabkan retikulum sarkolema melepaskan sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam retikulum ke dalam miofibril. g. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin sehingga menyebabkan gerakan bersama-sama dan menghasilkan kontraksi. h. Setelah kurang lebih satu detik, kalsium di pompa kembali ke dalam retikulum sarkolema tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi. C. Gangguan Pada Otot Manusia
Menurut Godam (2007), Pada manusia terdapat beberapa masalah atau gangguan kesehatan pada otot yang terdapat pada tubuh yaitu : 1. Kelelahan Otot Kelelahan otot adalah suatu keadaan di mana otot tidak mampu lagi melakukan kontraksi sehingga mengakibatkan terjadinya kram otot atau kejangkejang otot.
2. Astrofi Otot Astrofi otot adalah penuruunan fungsi otot akibat dari otot yang menjadi kecil dan kehilangan fungsi kontraksi. 3. Distrofi Otot Disrtofi otot adalah suatu kelainan otot yang biasanya terjadi pada anak-anak karena adanya penyakit kronis atau cacat bawaan sejak lahir. 4. Kaku Leher/stiff Kaku leher adalah suatu kelainan yang terjadi karena otot yang radang/ peradangan otot trapesius leher karena salah satu gerakan atau adanya bentakan pada leher serta menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada leher. 5. Hipotrofi Otot Hipotrofo otot adalah suatu jenis kelainan pada otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan tampak kuat disebabkan karena aktivitas otot yang berlebihan yang umumnya karena kerja dan olahraga berlebih. 6. Hernis Abdomonal Hernis abdominal adalah kelainan pada dinding otot perut yang mengakibatkan penyakit hernia. D. Pengaruh Aktivitas Terhadap kardiovaskuler
1. Frekuensi Denyut Jantung Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur dan cukup informatif untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantung berkisar antara 60-80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulsemeter, cardiac monitoring dan sebagainya. Tempat pengukuran dapat di a. radialis, a. carotis, dan pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meniungkat dan posisi berdiri meningkat lebih tinggi dari posisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek gravitasi
yang mengurangi jumlah isi sekuncup. Frekuensi maksimal denyut
jantung = 220 – usia dengan standar deviasi ± 10 denyut. 2. Curah Jantung/ Cardiac Output (CO)
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya 3
-1
3
oleh ventrikel selama satu menit. Satuannya dalam dm min (1 dm sebanding 3
dengan 1000 cm atau 1 liter). Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung, rangsangan simpatis, meningkatkan denyut jantung dan perangsangan parasimpatis menurunkannya. Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal dalam ventrikel dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sisitol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang (Guyton, 2007) 3. Volume Sekuncup (Stroke Volume) Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel kiri dan diukur dalam ml/ kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata- rata 50-70 ml/kontraksi dan dapat
meningkat
menjadi
110-130
ml/kontraksi
secara
intensif,
ketika
melakukan aktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaaan istirahat memilki stroke volume rata- rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220 ml/ kontraksi. 4. Arus darah Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% suplai darah di sirkulasi pada otot seklet. Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85 % dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas. Bila suatu otot berkontraksi, kompresi pembuluh darah akan terjadi di dalamnya. Jika tegangan yang terjadi lebih besar daripada 70% tegangan maksimum, aliran darah akan terhenti sama sekali. Namun, diantara kontraksi aliran darah akan sangat meningkat sehingga aliran darah persatuan waktu di suatu ototr yang berkontraksi secara ritmik meningkat sampai 30 kali lipat.
Sistem sirkulasi secara fungsional menyediakan aliran darah ke seluruh jaringan tubuh. Kemudian membawa oksigen dan nutrisi ke sel dan mengambil karbon dioksida. Sistem sirkulasi darah membawa oksigen dari ventrikel kiri melalui arteri, ke kapiler, kembalinya darah beroksigen melalui sistem vena ke atrium kanan jantung. Bagian lateral jantung dibatasi oleh paru-paru, posterior, dan kolom tulang belakang, dan anterior oleh dasar tulang dada, yang melekat pada beberapa pembuluh darah besar. Darah dari sisi kiri jantung mengalir melalui aorta dan masuk ke arteri. Cabang arteri ke atriol kecil dan cabang lebih lanjut kedalam pembuluh terkecil, kapiler, di mana pertukaran hara terhambat sehingga terjadi persisitesi darah dan jaringan terjadi. Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuuhan masing-masing jariangan baik dalam kedadaan istirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/ konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat 5. Tekanan Darah Dalam keadaaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 2000 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastole relatif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikan lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa
tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun. Kedua, dan mungkin yang sama pentingnya orang sehat secara atletik memilki cadangan kebugaran jaasmaniyang lebih banyak bila ia sedang sakit (Moeloek, 2009).
BAB III PEMBAHASAN
A. Judul Percobaan
“ Percobaan Harvard (Harvard Step Test) “ B. Alat Yang Dibutuhkan
1. Bangku Harvard 2. Metronom 3. Stopwatch 4. Sphygnomanometer 5. Stetoskop C. Cara Kerja
1. Sebelum percobaan di mulai metronome dengan kecepatan 30 kalipermenit yaitu sesuai dengn kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan. 2. Ukurlah tekanan darah dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan istirahat (duduk) 3. Bila tekanan darah melebihi 160 mmHg (sistole), sebaiknya percobaan ini tidak dilakukan pada orang tersebut. 4. Sekarang meminta orang tersebut melakukan kerja naik turun bangku Harvard dengan kecepatan tetap 30 kali naik turun dalam satu menit sesuai dengan bunyi metronom. 5. Kerja dilakukan sesanggup mungkin tetapi tidak melebihi 5 menit. 6. Setelah selesai dengan kerja ini orang segera diminta duduk dan ukurlah tekanan darah dan denyut nadi orang coba. 7. Kemudian lakukan pencataant denyut nadi pada 1 menit, 2 menit, 3 menit. Setelah percobaan (denyut nadi dihitung selama 30 detik) Pencatatan denyut nadi: F1 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik kemudian. F2 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik kemudian.
F3 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik kemudian. 8. Menghitung Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut: RUMUS INDEKS KESANGGUPAN BADAN Cara Cepat: IKB
=
T X 100 5,5 F1
Cara Lambat: IKB
=
T X 100 2 (F1 + F2 + F3) Ket : T = lamanya orang turun naik (dalam detik)
PENILAIAN Cara cepat < 50 : kesanggupan kurang 50 – 80 : kesanggupan sedang >80 : kesanggupan baik Cara lambat < 55: kesanggupan kurang 55 – 64 : kesanggupan sedang >64 kesaanggupan baik
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Nama
: Tuan A
Umur
: 19 tahun
Pekerjaan
: Mahasiswa
Jenis kelamin : Laki-laki 1. Sebelum beraktifitas Tekanan darah : 120/90 mmHg Denyut nadi
: 68/i
2. Saat beraktifitas T = 125/100 3. Sesudah beraktifitas Tekanan darah : F1 = 46 F2 = 38 F3 = 36 Indeks Kesanggupan Badan (IKB) orang coba adalah a. Cara cepat IKB
=
T X 100 5,5 F1
IKB
= 300 X 100 5,5 X 46 = 118,57 (kesanggupan baik)
b. Cara lambat IKB
= 300 X 100 2(F1+F2+F3)
IKB
= 300 X 100 2(46+38+36) = 125 (kesanggupan baik)
B. Analisis Hasil Percobaan
Pada percobaan diatas di dapatkan hasil yaitu, tekanan darah orang coba pada saat istirahat adalah 120/90 mmHg dan denyut nadinya yaitu 68 kali permenit, adalah normal karena orang coba belum melakukan aktifitas fisik apapun. Kemudian tekanan darah orang coba sesudah melakukan kegiatan naik turun bangku harvard yaitu 130/100 mmHg dan denyut nadi pada F1 adalah 46 kali per 30 detik, F2 sebanyak 38 kali per 30 detik dan F3 sebanyak 36 kali per 30 detik Pada orang coba dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan tekanan darah (diastole). Hal ini disebakan karena kardiak output jantung yang keaktivitasannya meningkat, organ tubuh lain juga akan memerlukan suplai O 2 dan nutrisi yang di dapatkan dari jantung. Oleh karena itu, kardiak output juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena peningkatan kardiak output inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat. Dalam pengaliran darah ke seluruh tubuh ketika beraktivitas, pembuluh darah disekitar otot akan mengalami vasodilatasi (lebih besar) agar darah lebih banyak dialirkan. Vasodilatasi ini akan berlanjut pada penurunan tahanan perifer. Hal ini dapat diandaikan dengan dua buah pipa yaitu pipa kecil dan pipa besar. Tentunya pipa kecil akan memilki tahanan yang lebih besar dibandingkan dengan pipa besar. Selain itu, tekanan pada pipa besar lebih rendah dibandingkan pipa kecil demikian halnya dengan pembuluh darah. Selain itu peningkatan kardiak output juga dipengaruhi oleh peningkatan aliran balik vena akibat dari meningkatnya tonus otot karena pergerakan fisik dan penurunan tekanan intratorak. Penurunan tekanan intratorak merupakan akibat dari reaksi tubuh yaitu inspirasi yang dalam pemenuhan kebutuhan O2 untuk menghasilkan energi. Udara mengalir dari atmosfir ke paru-paru juga karena tekanan di atmosfir lebih tinggi dibandingkan tekanan intratorak. Karena penurunan tekanan ini maka tekanan pada vena pada bagian ekstremitas bawah akan lebih tinggi sehingga akan meningkatkan aliran darah ke jantung. Peningkatan
kardiak output juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Perlu diketahui bahwa perangsangan saraf simpatis akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada bagian tubuh yang lain kecuali pada pembuluh di disekitar otot yang telah diuraikan sebelumnya, berhubungan dengan kardiak output, dapat dijelaskan pula bahwa semua orang memilki kardiak output yang sama. Akan tetapi, yang membedakan adalah pada kualitas volume sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan jantung setiap kontraksi). Setiap kali jantung berkontraksi akan menghasilkan darah yang lebih banyak dibandingkan orang biasa. Sehingga untuk menghasilkan kardiak output yang sama dengan orang beraktifitas berat, jantung orang biasa akan lebih banyak berkontraksi. Seperti yang kita ketahui kardiak output didapatkan dari pengalian denyut jantung dengan volume sekuncup.Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa kontraksi jantung pada orang yang terbiasa beraktifitas berat lebih sedikit tetapi karena volume sekuncup lebih banyak sehingga bisa menyamai kardiak output dari orang biasa yang jantungnya lebih banyak berkontraksi, tetapi volume sekuncupnya lebih sedikit. Kemudian Indeks Kesanggupan badan pada orang coba berdasarkan penilaian dari data yang ada termasuk pada tingkat kesanggupan kurang. Keadaan tersebut mungkin belum tentu menunjukan bahwa kesanggupan menunjukan kesanggupan badan orang coba kurang. Karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan tidak terlalu berat, frekuensi naik turun bangku Harvard kurang maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari lur negeri, dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan orang indonesia. Misalnya karena faktor pemenuhan gizi dan aktifitas kerja sehari – hari.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kapasitas kerja adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan kerja, sefisien mungkin hingga batas kemampuan kerja. 2. Perubahan – perubahan kardiovaskuler yang terjadi akibat kerja adalah: a. Frekuensi jantung b. Curah jantung c. Volume sekuncup d. Arus darah e. Tekanan darah 3. Berdasarkan hasil percobaan bahwa orang coba memiliki kapasitas kerja dengan kesanggupan baik (>80) B. Saran
Adapun saran yang bisa saya berikan adalah: 1. Agar kita selalu melakukan aktivitas sehari-hari agar terjadi homoestasis 2. otot harus sering tetap terlatih untuk aktivitas fisik atau gerak agar tidak terjadi penurunan tonus.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate.2004.Anatomy And Physiology. Third Edtion.Usa.Evollve. David.2004.Hole‟s Human Anatomy And Physiology. Tenth Edition: New York. Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com . David.2004. Hole‟s Human Anatomy And P hysiology.Tenth Edition: New York. Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com . Guyton dan Hall. 2006. Text Book Of Medical Physiology. Edisi 11. Elsevier saunders: Pennsylvania. Anshul. 2010 .Pengaruh Kelainan Fungsi Ginjal. In http:// Blogger Template .Last update 22 Juni 2011.
Laboratorium Ilmu Fisiologi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Samata, 19 Juni 2011
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGI
Disusun Oleh : Nama
: Aulia Rahma
NIM/kelompok
: 70300111012
Pembimbing
: Eny Sutria, S.Kep., Ns., M.Kes
Asisten
: Khumaidi Arief, S.Kep., Ns.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................. ..........................................
i
Daftar Isi .........................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan .......................................................................................
1
A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Tujuan ..............................................................................................
3
BAB II Tinjauan Pustaka ..............................................................................
4
A. Sel Saraf ................................................ ..........................................
4
B. Pengertian Refleks .................................................. .........................
7
C. Mekanisme Gerak Refleks............................................... ................
8
D. Lengkung Refleks................................................... .........................
9
E. Waktu dan Kekuatan Refleks...........................................................
11
F. Sifat Umum Refleks ............................................... .........................
12
G. Derajat Refleks .............................................. ..................................
13
H. Macam-macam Gerak Refleks ................................................. .......
14
BAB III Hasil dan Pembahasan ....................................................................
17
A. Tujuan Pecobaan ................................................. ..................................
17
B. Alat yang dibutuhkan .................................................. .........................
17
C. Cara Kerja..............................................................................................
17
D. Hasil Percobaan ................................................... ..................................
20
E. Analisa Hasil Percobaan ............................................... .........................
20
BAB IV Penutup ................................................... ..........................................
24
A. Kesimpulan ................................................. ..........................................
24
B. Saran ................................................. ....................................................
24
Daftar Pustaka ...............................................................................................
iii
Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baik
disadari
maupun
tidak,
tubuh
kita
selalu
melakukan
gerak.
Bahkanseseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak. Saat kita tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot. Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf (http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia ). Dan dalam melakukan gerak tubuh kita melakukan banyak koordinasi dengan perangkat tubuh yang lain.Hal ini menunjukkan suatu kerja sama yang siergis.Kita dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap Semua indera kita pun akan siap siaga.Telinga pasti akan mendengar segala sesuatu sehalus apa pun. Kemudian kita menabrak sesuatu. Dalam keadaan seperti itu diri kita pasti refleks melompat bahkan akan menjerit. Denyut jantung akan cepat dan secara refeks kita pun berlari. Begitulah salah satu contoh gerak refleks yang terjadi pada diri kita (http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia ). Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun system saraf tersusun dengan sangat kompleks,tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia (http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia ).
Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapi dalam organisasi dan kordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerja otot(Setiadi, 2007). Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai
perintah
yang
harus
dilaksanakan
oleh
efektor(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/ ). Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan
seseorang(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-
manusia/ ).
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang
belakang misalnya refleks pada lutut (http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerakrefleks-pada-manusia/ ). B. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan reflex fisiologis pada manusia. 2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sel Saraf
Sistem saraf ialah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap srimulasi. Diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama(Ethel Sloane, 2004). 1. Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor yang terletak di tubuh baik eksternal ( reseptor somatik) maupun internal (reseptor viseral). 2. Aktivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar disepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus. Sehingga respons terhadap informasi bisa terjadi. 3. Output motorik. Impuls dari otak dan medulla spinalis memperoleh respons yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh. Yang disebut sebagai efektor(Ethel Sloane, 2004).
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya(http://kambing.ui.ac.id . 13 juli 2009.15.45 wita)
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit) (http://kambing.ui.ac.id . 13 juli 2009.15.45 wita).
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat
panjang.
Sebaliknya,
dendrit
pendek (http://kambing.ui.ac.id . 13 juli
2009.15.45 wita).
Gambar Struktur Sel Saraf
Gambar Struktur Sel Saraf
Neuron
mempunyai
fungsi
yang
sangat
besar
untuk
menerima
mengintegrasikan dan menyebarkan informasi pada sel lain. Neuron terdiri atas tiga
bagian: dendrit, yang mana mempunyai proses yang panjang dari lingkungan atau dari neuron lain, sel tubuh, dimana berisikan nukleus, dan akson yang panjangnya kira – kira 1 meter yang mengkonduksikan impuls ke kelenjar atau neuron lain(William F. Ganong, Access Medicine). Ada tiga tipe dari struktur neuron, multipolar neuron, bipolar neuron, dan unipolar neuron. Multipolar neuron mempunyai banyak dendrit dan satu akson utama. Bipolar neuron mempunyai hanya satu akson dan satu dendrit, unipolar neuron terdiri dari sel tubuh dan satu proses dimana umumnya pada bagian akson(Robert Bauman, 2008). Meskipun system saraf tersusun dengan sangat kompleks,tetapi sebenarnya hanya
tersusun
atas
2
jenis
sel,yaitu
sel
saraf
dan
sel
neuroglia(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/ ). 1.
Sel saraf sensorik Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).SEl saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera,karena berhubungan dengan alat indra.
2.
Sel saraf Motorik Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju to atau kelenjar
tubuh.
Sel
saraf
motorik
disebut
juga
dengan
sel
saraf
penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak. 3.
Sel saraf penguhubung Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik (http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/ ).
Pembagian susunan saraf
Bagian-bagian sistem saraf ialah : 1. Sistem saraf pusat (central Nervous System, CNS) Komponen : a. Modula spinalis (sumsum tulang belakang) b. Otak (otak besar, kecil, batang otak) 2. Sistem saraf tepi (Peripheal Nervous System)(Setiadi, 2007) Komponen : a) Sumsum saraf somatik b) Susunan saraf otonom : 1. Susunan saraf simpatis 2. Susunan saraf para simpatis B. Pengertian Refleks
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut(Mekanisme Pengantar Impuls in www.kambing.ui.ac.id)
Gambar Lengkung refleks yang menggambarkan mekanisme jalannya impuls pada lutut yang dipukul
Dalam tubuh manusia terdapat otot dalam daging yang perlu diperhatikan. Banyak atau tidak itu tidak dibatasi karena ada dalam daging(Guyton & Hall, 2008) C. Mekanisme Gerak Refleks
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron,dan neuron motor, yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor (http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/ ). Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. Brikut skema gerak refleks (http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/ ): Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensoris langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali dengan mekanisme gerak biasa. (http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/ ).
Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disadari. (http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/ ). Regangan atrium juga menyebabkan dilatasi refleks pada arteriol aferen dalam ginjal. Sinyal-sinyal lain juga dijalankan serentak dari atrium ke hipotalamus untuk mengurangi sekresi hormon antideuretik. Penurunan tahanan arteriol aferen dalam ginjal menyebabkan tekanan kapiler glomerolus meningkat, dengan demikian menghasilkan peningkatan filtrasi cairan dalam tubulus ginjal. Pengurangan hormone antideuretik akan mengurangi reabsorpsi air dari tubulus. Kombinasi kedua efek ini-peningkatan filtrasi glomerulus dan penurunan reabsorbsi cairan, meningkatkan pengeluaran cairan oleh ginjal dan mengurangi peningkatan volume darah agar kembali menuju normal(Guyton & Hall,2008). Peningkatan tekanan atrium juga menyebabkan peningkatan frekwensi jantung, kadang-kadang frekuensi tersebut dapat mencapai 75 %. Sebagian kecil peningkatan ini disebakan oleh feek langsung peningkatan volume atrium untuk meregangkan nodus sinus. Regangan langsng semacam ini dapat meningkatkan frekuensi sebanyak 15 persen. Tambahan kenaikan frekuensi jantung sebesar 40 sampai 60 persen disebakan oleh refleks saraf yang disebut refleks Bainbridge. Reseptor regang pada atriumyang menyebakan refleks Bainbridge menjalanka sinyal-sinyal aferennya melalui nervus vagus yang menuju ke medula otak. Kemudian, sinyal-sinyal aferennya dijalarkan kembali melalui nervus vagus dan saraf simpatis untuk meningkatka frekuensi jantung dan memperkuat kontraksi jantung. Jadi, refleks ini membantu mencegah pembendunga darah dalam vena, atrium dan sirkulasi pulmonal(Guyton & Hall,2008). D. Lengkung Refleks
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks(Syaifuddin, 2006) :
1. Reseptor rangsangan sensoris yang peka terhadap suatu rangsangan misalanya kulit 2.
Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat (medulla spinalis-batang otak)
3. Pusat saraf (pusat sinapas) tempat integrasi masuknya sensoris dan dianalisis kembali ke neuron eferen. 4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer. 5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang di wakili oleh sermonosInt otot atau kelenjar. Reseptor adalah suatu struktur khusus yang peka terhadap suatu bentuk energy tertentu, dan dapat mengubah bentuk energi menjadi aksi-aksi potensial listrik atau impuls-impuls saraf . Efektor, percabangan akhir serat-serat eferen (motorik) di dalam otot serat lintang, ototo polos, dan kelenjar (alat efektor)(Syaifuddin,2006). Refleks dapat dikelompokkan dalam berbagai tujuan, refleks dikelompokkan berdasarkan(Syaifuddin,2006) : a. Letak reseptor yang menerima rangsangan :
1. Refleks ekstroseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor permukaan tubuh. 2. Refleks interoreseptif (viseroreseptif), timbul karena rangsangan pada alatalat dalam atau pembuluh darah misalnya dinding kandung kemih dan lambung 3. Refleks proreseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor otot rangka.
Tendon, dan sendi untuk keseimbangan sikap. b. Bangian Saraf pusat yang terlibat
1. Refleks spinal, melibatkan neuron di medulla spinalis 2. Refleks Bulbar, melibatkan neuron di medulla oblongata 3. Refleks kortikal, melibatkan neuron korteks serbri. Sering terjadi refleks yang melibatkan berbagai bagian pada saraf pusat. Dengan demikian pembagian di atas tidak dapat diginakan. c. Jenis atau ciri jawaban
1. Refleks motorik, efektornya berupa otot dengan jawaban relaksasi atau kontraksi otot 2. Refleks sekretorik, efektornya berupa kelenjar dengan jawaban berupa peningkatan / penururnan sekresi kelenjar, 3. Refleks vasomotor , efektornya berupa pembulu darah dengan jawaban berupa vasodilatasi/ vasokonstriksi d. Timbulnya Refleks. Refleks telah timbul sejak lahir, ada juga muncul setelah memenuhi persarafan yang dibutuhkan, dan refleks terakhir di dapat selama makhluk berkembang berupa pengalaman hidup . Berdasarkan hal tersebut di atas refleks di bagi dalam : 1. Refleks tidak bersyarat, refleks yang di bawah sejak lahir , bersifat mantap tidak pernah berubah, dan dapat ditimbulkan bila ada rangsangan yang cocok, misalnya mengisap jari pada bayi 2. Refleks bersyarat di dapat selama pertumbuhan berdasarkan pengalaman hidup, memerlukan proses belajar . Mempunyai ciri-ciri bersifat individual (seseorang memiliki tapi orang lain belum tentu), tidak mantap ( dapat diperkuat dan bias hilang), dapat timbul oleh berbagai jenis rangsangan pada beberapa jenis reseptor asal disusuli oleh rangsangan bersyarat. e. Jumlah neuron yang terlibat (Syaifuddin, 2006): 1. Refleks monosinaps melalui satu sinaps dan dua neuron (satu neuron aferen, satu neuron eferen) yang langsung berhubungan pada saraf pusat.Contohnya refleks regang. 2. Refleks polisinaps melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa interneuron yang menghubungkan neuron eferen dengan neuron aferen, semua refleks lebih dari satu sinaps kecuali refleks regang otot.
E. Waktu Refleks dan Kekuatan Refleks
Penghantaran kegiatan sejak pemberian rangsangan pada reseptor sampai timbul jawaban di efektor , atau masa pemberian rangsangan hingga timbul jawaban. Waktu refleks ini ditentukan oleh perlambatan rangsangan pusat yang
dialami terutama bila melalui sinaps, gangguan pada masing-masing bagian lengkung refleks dapat mempengaruhi waktu refleks(Syaifuddi, 2006). Sering terjadi jawaban refleks terus berlangsung meskipun rangsangan sudah lama dihentikan. Hal ini disebut lama refleks atau aksi ikutan refleks. Hal ini karena adanya susuanan hubungan neuron berupa rantai tertutup atau rantai terbuka impuls yang berputar-putar anatar neuron tersebut, meskipun rangsangan sudah dihentikan serat eferen terus mendapat rangsangan dari interneuron sehingga menyebabkan jawan refleks akan tetap terjadi (Syaifuddin, 2006). Kekuatan refleks ditentukan oleh kekuatan rangsangan serta lama pemberian rangsangan. Bila diberikan dengan kekuatan yang lebih besar maka lebih banyak reseptor yang terlihat .Bila lebih banyak serat eferen yang menerusakan ke saraf pusat akan lebih banyak serat eferen terlihat menenruskan kegiatan ke efektor yang akan mengakibatkan peningkatan jawaban efektor(Syaifuddin, 2006). F.
Sifat Umum Refleks
Sifat – sifat refleks monosinaptik dan polisinaptik tampak bahwa aktifitas refleks bersifat stereotipik dan khas baik dalam hal rangsangan maupun responnya; rangsangan tertentu akan mencetuskan respon tertentu(Ganong, 2008). 1.
Rangsangan Adekuat Rangsangan yang memicu terjadinya refleksumumnya sangat tepat (presisi). Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refeks tersebut. Suatu contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing.
2.
Jalur Bersama Akhir Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan bagian eferen dari berbagai lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dan karena itu dinamakan jalur bersama akhir.
3.
Berbagai Keadaan Eksitasi Dan Inhibisi Sentral Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan eksitasi. Efek inhibitoriklangsung dan prasinaps juga dapat menyebar. Efek ini pada umumnya bersifa sementara. Namun, medula spinalis juga menunjukkan perubahan eksitabilitas yang berkepanjangan, yang mungkin disebabkan oleh aktifitas
pada
sirkuit
berkepanjangan.
Istilah
bergema ini
atau
digunakan
pengaruh untuk
mediator
sinaps
menggambarkan
yang
keadaan
berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh eksitasi mengalahkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya. 4.
Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks Refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan bahwa respon tersebut dapat berubah melalui pengalaman(Ganong, 2008).
G. Derajat Refleks
Hilangnya refleks adalah sangat berarti,walaupun sentakan pergelangan kaki (reflex Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon refleks sering dikelaskan antara 0 samapai 4+,yaitu(Brunner & Suddarth, 2002): 4+ :hiperaktif dengan klonus terus-menerus 3+ : hiperaktif 2+ : normal 1+ : hipoaktif 0 : tidak ada refleks(Brunner & Suddarth, 2002). Seperti
diuraikan
sebelumnya,
peringkat
skala
sangat
subjektif.
Bila
menggunakan tersebut temuan dituliskan dengan pecahan, yang menunjukkan rentang skala(mis 2/4). Beberapa orang penguji lebih suka menggunakan dalam bentuk ada, tidak ada dan berkurang ketika menggambarkan refleks(Brunner & Suddarth, 2002).
H. Macam – Macam Gerak Refleks.
1. Refleks Biseps
Gambar Refleks Biseps
Refleks bisep didapat melalui peregangan tendon biseps pada siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks. Respon normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi biseps(Brunner & Suddarth, 2002). 2. Refleks Triseps
Gambar Refleks Triseps
Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan di depajn dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5- 5 cm di atas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkann kontraksi otot triseps dan ekstensi siku(Brunner & Suddarth, 2002).
3. Refleks Brakhioradialis Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, pennguji meletakkan lengan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut, ketukkan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi supinasi(Brunner & Suddarth, 2002). 4. Refleks Patella
Gambar Refleks Patella
Refleks patella ditimbulakan dengan cara mengetok tendon patella tepat dibawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur telentang. Jika pasien telentang, pengkaji menyokong kaki untuk memudalikan relaksasi otot. Kontraksi Quadriseps dan ekstensi lutut adalah respons normal(Brunner & Suddarth, 2002). 5. Refleks Ankle
Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorso fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Refleks normal yang muncul adalah fleksi pada bagian plantar . jika penguji tidak dapat menimbulkan refleks pergelangan kaki dan kemungkinan tidak
dapat rileks, pasien di instruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau tingginya sama dengan penguji. Tempatkan pada pergelangan kaki dengan posisi dorso fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles di gores menurun dan terjadi fleksi plantar(Brunner & Suddarth, 2002). 6. Klonus Bila terjadi refleks yang hiperaktif, maka keadaan ini di sebut klonus. Jika di buat dorso fleksi dengan tiba – tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali “gerakan ” sebelum selesai pada posisi istirahat. Kadang – kadang pada penyakit SSP terdapat aktivitas ini dengan kaki tidak mampu istirahat di mana tendon menjadi longgar tetapi aktifitas berulang – ulang. Tidak terus menerus klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi rileks hiperaktif tidak dipertimbangkan sebagai keadaan patologis. Klonus yang terus menerus indikasi adanya penyakit SSP dana membutuhkan evaluasi dokter(Brunner & Suddarth, 2002). 7. Refleks Kontraksi Abdominal
Refleks superfisial yang ada di timbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang di dapat adalah kontraksi yang tidak disadari otot abdomen, dan selanjutya menyebabkan skrotum tertarik (Brunner & Suddarth, 2002). SINDROMA “THORACIC OUTLET” Sindroma “Thoracic Outlet”
merupakan gejala dan tanda yang terjadi akibat penekanan
arteri subklavia dan pleksus brakhialis pada pintu atas rongga dada antara koste pertama dengan klavikula. Sindroma ini terjadi dari rasa nyeri dan parestesia pada leher, bahu,
lengan, dan tangan (C8 – T1), kelemahan tangan, perubahan warna kulit tangan yaitu jari-jari menjadi pucat, dan pada penggunaan anggota gerak atas gejala-gejala tersebut makin jelas. Gejala lain tergantung pada titik berat penekanan, pembuluh darah atau saraf, dapat dijumpai adanya “bruit” pada daerah supraklavikularis, pulpasi nadi radialis yang melemah atau hilang, kelemahan tangan disertai gangguan sensorik, dan nyeri yang dapat ditimbulkan dengan penekanan pada fosa supraklavikularis atau dengan mengangkat lengan. Kadang didapatkan kelainan transversus C7(Howard & Lawrence, 2008).
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tujuan percobaan
1. Memperoleh cara-cara pemeriksaan refleks yang fisiologis pada manusia 2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf B. Alat Dan Bahan Alat yang dibutuhakan adalah : 1. Palu perkusi 2. Lampu senter 3. Kapas 4. Jarum 5. Baki alat C. Prosedur Kerja
1. Refleks Kulit Perut Orang coba berbaring terlentang dengan kedua tangan terletak lurus disamping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral ke arah umbilicus. Respon yang terjasi berupa kontraksi otot dinding perut. 2. Reflex Perioust Radialis Lengan bawah orang coba setengah \difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respon berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan . 3. Refleks Perioust Ulnaris Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi. Ketuklah pada perioust prosessus stilodeus. Respon berupa pronasi tangan. 4. Knee Pess Reflex (KPR) Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
5. Achilles Pess Peflex (APR) Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketukalah tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastocnemius. 6. Reflex Biseps Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo biseps akan menyababkan flesi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps. 7. Reflex Triseps Leangan bawah difleksikan pada sendi siku sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo triseps 5 cm diatas siku akan menyebabkan ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. 8. Wtihdrawl Reflex Lengan orang coba diletakkan diatas meja dalam keadaan ekstensi. Tunggulah sampai orang coba tidak melihat saudara,tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit tangan dengan jarum suntik steril,sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respon berupa flaksi lengan tersebut menjauhi stimulus. D. Hasil Percobaan
Hasil percobaan yang telah dipraktekkan adalah sebagai berikut: Identitas orang coba : Nama : Tn.A Umur : 19 tahun BB
: 55 kg
Jenis percobaan: 1. Refleks Kulit Perut
: normal (berkontraksinya otot perut ketika diberi impuls)
2. Refleks Periost Radialis
: normal (berkontraksinya otot perioust radialis)
3. Refleks Periost Ullnaris
: normal (berkontraksinya otot perioust ulnaris)
4. Knee Pess Reflex (KPR)
: normal (berkontraksinya otot perioust tibia)
5. Achilles Pess Reflex (APR) : normal (bergeraknya tungkai)
6. Reflex Biseps
: tidak normal (otot biseps tidak berkontraksi)
7. Reflex Triseps
: normal (otot triseps berkontraksi)
E. Analisa Hasil Percobaan
1. Reflex Kulit Perut Pada percobaan refleks kulit perut yang dilakukan pada orang coba, orang coba tersebut diminta untuk berbaring dan melepaskan baju agar kita bias melihat respon apa yang terjadi pada otot perut ketika kulit perut digores pada daerah abdomen dari lateral ke arah umbilicus. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah terjadi kontraksi otot dinding perut (normal). Penghantaran impus dari eferen ke efektor yaitu : Rangsangan (goresan kulit abdomen) Impuls
reseptor
s.sensorik/afferent
medulla spinalis ( perut bagian bawah: T11-T12&L, perut bagian tengah: T9-
T11, perut bagian atas: T7-T9 )
n.asosiasi/perantara
s.motorik efektor
(kontraksi otot dinding perut). 2. Refleks Periost Radialis Pada refleks perios radialis orang coba dianjurkan berbaring dengan rileks agar dalam pemeriksaan tidak ada kesalahan kemudian ketuk pada bagian periosteum pada ujung distal os radii dengan menggunakan hammer refleks. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah respon berupa fleksi pada lengan bawah kemudian terjadi supinasi pada pergelangan tangan. Bersifat normal Rangsangan (ketukan periousteum os. radialis) Impuls s.sensorik/afferent n.asosiasi/perantara
(n.Radialis)
medulla
spinalis/C5-T1
reseptor
(pusat)
s.motorik (n. Radialis) efektor (otot-otot supinator dan
flexor). 3. Refleks Periost Ullnaris Pada percobaan refleks periost Ulnaris orang coba dianjurkan untuk berbaring selanjutnya ketuk bagian periost processus stilodeus dengan mengguankan hammer refleks. Respon yang nampak adalah respon berupa pronasi pada pergelangan tangan. Respon bersifat normal
Rangsangan (ketukan pada perious prosessus stilodeus) Impuls s.sensorik/afferent n.asosiasi/perantara
(n.Ulnaris)
medulla
s.motorik (n. Ulnaris)
spinalis/C7&T1
reseptor (pusat)
efektor (otot-otot pronasi).
4. Knee Pess Reflex (KPR) Pada knee pess refleks orang coba diminta untuk duduk diatas tempat tidur dengan posisi kaki melayang dan tungkai pada sendi lutut difleksikan. Selanjutnya ketuk tendo patella dengan hammer refleks. Setelah itu diperoleh hasil berupa kontraksi otot pada kuadriceps dan terjadi ekstensi pada kaki. Respon bersifat normal Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls Femoris)
(n. Femoris)
medulla spinalis/L3-L4 (pusat)
reseptor
n.asosiasi/perantara
s.sensorik/afferent (n.
s.motorik
efektor (n. Quadratus femoris) (ekstensi tungkai & kontraksi otot
kuadrisep) 5. Achilles Pess Reflex (APR) Pada percobaan Achilles pess refleks (APR) orang coba diminta untuk berbaring kemudian kaki agak dibengkokkan sedikit selanjutnya
pergelangan kaki
difleksikan. Kemudian ketuk tendo acilles dengan hammer refleks. Hasil yang diperoleh berupa kontraksi pada otot gastrocnemius dan terjadi fleksi pada kaki. Bersifat normal Rangsangan (ketukan tendo acilles) Impuls Tibialis)
(n. Tibialis)
medulla spinalis/L5&S2 (pusat)
reseptor
s.sensorik/afferent (n.
n.asosiasi/perantara
s.motorik
efektor (m. gastocnemius).
6. Reflex Biseps Pada lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo biseps dengan hammer refleks yang akan menyababkan fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps tapi yang terjadi kelainan karena pada saat pengetukan/pemukulan dengan hammer refleks orang yang memukulkannya terlalu keras sehingga data yang di dapatkan tidak valid Rangsangan (ketukan tendo otot biseps) Impuls (n. Musculocutaneus)
reseptor
medulla spinalis/C5-C6 (pusat)
s.motorik (n. Musculocutaneus)
s.sensorik/afferent
n.asosiasi/perantara
efektor (m. Biceps Brachii).
7. Reflex Triseps Pada percobaan ini orang coba diminta untuk berbaring kemudian lengan difleksikan setengah. Pada bagian otot triseps kemudian diketuk dengan hammer dan diperoleh hasil berupa ekstensi pada lengan tangan dan terjadi kontraksi pada otot triseps (.Bersifat normal) Rangsangan
(ketukan
tendo
s.sensorik/afferent
(n.Radialis)
n.asosiasi/perantara
otot
triseps) medulla
s.motorik (n. Radialis)
Impuls
spinalis/C5-C7
reseptor
(pusat)
efektor (m. Triceps Brachii).
8. Wtihdrawl Reflex Berdasarkan hasil percobaan kami hasil yang di dapatkan adalah Respon berupa fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus .ini di akibatkan karena Pada saat kulit tanga ditusuk (rangsangan), ujung – ujung saraf (reseptor) meneruskan pesan melalui neuron sensoris ke medulla spinalis. Dari sini impuls di teruskan melalui interneuron/n.asosiasi menuju neuron motorik. Neuron motorik pada selanjutnya meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu ke otot triseps (efektor). Sehingga terjadi Respon yang berupa fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus. Karena tidak diolah dalam otak maka berlangsung dengan cepat Perjalanan impuls yaitu rangsangan (tusukan kulit tangan) Impuls s.sensorik/afferent
medulla spinalis
reseptor
n.asosiasi/perantara s.motorik
efektor (fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus).
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
1. Dalam pemeriksaan gerak refleks, terdapat beberapa bentuk atau macam cara yaitu : a.
Refleks kulit perut
b.
Refleks perioust radialis
c.
Refleks perioust ulnaris
d.
Knee pess refleks
e.
Achilles pess refleks
f.
Refleks biseps
g.
Refleks triseps
2. Tidak terdapat gangguan konduksi impuls pada sistem saraf. B. Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum, asisten dan pembimbing harus benarbenar mengontrol dan terus mengarahkan para praktikan selama praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2008. Mekanisme Pengantar impuls. In www.kambing.ui.ac.id . Last update 21 Juni 2010, pukul 15.05. Bauman, Robert. 2008. Human Anatimy and Physiology, Laboratory TeksBook. Wp whitter publications ino. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan ,Medikal Bedah, Edisi 8, volume 3. Kedokteran EGC: Jakarta Fihtranta. B. Johny. 2009. Gerak Refleks. In http://www.scribds.com . Last update 21 Juli. Guyton & Hall. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Elevent Edition. Elsevier Saunders: China. Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC: Jakarta. Jhonson.2010.Refleks.In http:// johnson.unjabisnis.com.2009/07/17/refleks/ . Last update 21 juli 2011, pukul 16.07. Pratama Tomi. 2009. Gerak Refleks Pada Manusia. In
http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-refleks-pada-manusia/ .
update 21 Juni 2011, pukul 14.30 Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta Sloane Ethel, 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat Edisi 3. Buku Kedokteran EGC: Jakarta WF. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. EGC: Jakarta William F. Ganong. Access Medicine. Mc Graw-Hill‟s: California. Weiner L. Howard. 2008. Neurologi. Edisi 5. EGC: Jakarta.
Last
LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Samata, 18 juni 2012
PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE
Disusun Oleh : Nama
: Aulia Rahma
Nim/kelompok
: 70300111012/8
Pembimbing
: dr. Tihardimanto,S.Ked.S.Ked.,
Asisten
: Syaputra Artama,S.Kep.,Ns.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2012
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang……………………………………………………………1 F. Tujuan……………………………………………………………………..2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
G. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra …………...…3 H. Proses pembentukan urine……………………………………………......6 I.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Urine..………………….…....10
J. Ciri-ciri Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal…………………..12 K. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal ……………………………...……....13 L. Mekanisme Pemekatan Dan Pengenceran Urin.…………………………14 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
F. Nama Pembahasan……………………………………………………….17 G. Alat Dan Bahan………………………………………………………….17 H. Prosedur Kerja……………………………………………………….…..17 I.
Hasil Percobaan………………………………………………………….18
J. Analisis Hasil Percobaan………………………………………………...19 BAB IV PENUTUP
G. Kesimpulan……………………………………………………………...21 H. Saran…………………………………………………………………….22 DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang sering diminati dalam membantu menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit. Ada kementakan (probality) bahwa urinalis adalah pemeriksaan labolatorium yang paling tua. Pakarpakar dahulu kalau mencari korelasi antara penyakit tertentu dengan penampilan urin yang sangat tepat. Urin normal jumlahnya rata- rata 1-2 liter sehari tetapi, berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Kekurangan vitramin menyebabbkan kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua subtansi dalam urin meningkat), sehingga mempermudah pembentukkan batu. Sehingga air minum jenuh mineral, berpengaruh besar terhadap pembentukkan batu. Menurunnya absorbsi kalsium mengakibatkan kalsium dari aliran darah larut dalam urin dan dapat mempengaruhi berat jenis urin. Berat jenis urin tergantung dari jumlah zat yang larut di dalam urin atau terbawa didalam urin. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010. Bila ginjal mengencerkan urin (misalnya sesudah meminum air) maka jenisnya kurang dari 1010. Bila ginjalmemekatkan urin (sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urin naik diatas 1010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi yang dapat dihasilkan, yang seharusnya dapat lebih dari 1025. Pengukuran berat jenis dipengaruhi oleh adanya zat- zat bermolekul besar yang terlarut dalm urin. Zat – zat tersebut dapat berasala (endogenous) misalnya glukosa, protein dan kalsium atau yang sengaja dimasukkan dari luar (exogenous0 yang nantinya akan keluar bersama urin. Banyaknya kalsium yang dikeluarkan melalui urin menyebabkan urin tersebut menjadi pekat. [pekatnya urin memberikan kesan bahwa berat jenis urin tersebut juga tinggi.
B. Tujuan
1. Mengukur berat jenis urin 2. Melihat fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urin.
BAB II TINJAUN PUSTAKA
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). fungsi dari urin yaitu mengeluarkan sisa
metabolism, mengendalikan volume
darah dengan peraturan volume dari urin yang diproduksi, mengatur konsentrasi dan ion yang mengalir di tubuh, mengatur pH pada cairan tubuh, mengatur konsentrasi pada sel darah merah, mengambil bagian dengan hati dan kulit di vitamin D. (buku bhs.ing) Sistem urinary terdiri atas : 1. Ginjal, yang mengeluarkan secret urin/ memproduksi urine 2. Ureter, yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kencing 3. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung 4. Uretra, yang mengeluarkan urin dari kandung kencing. (paramedic) A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra
1. Ginjal Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi columna vertebralis, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Ginjal kiri biasanya berada 1 cm superior ginjal kanan. Tepi atas ginjal kiri berada setinggi interspace columna vertebrae thorakal 11-12. Tepi bawah ginjal kanan berada setinggi tepi atas columna vertebrae lumbal 3. Ginjal berbentuk seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 disebelah kanan dan kiri, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal perempuan. Berat ginjal pada orang dewasa sangat ringan, ± 150 gram.
Adapun ukuran ginjal : a. panjang : 4-5 inchi (10-12 cm) b. lebar : 2-3 inchi (5-7 cm) c. tebal : 1 inchi (5 cm) Struktur Ginjal
Permukaan lateral masing-masing ginjal cembung. Tapi slide medial adalah sangat convace. Depresi medial yang dihasilkan mengarah ke ruang kosong yang disebut sinus ginjal. Melalui pintu masuk ini sinus, disebut hilus, melewati pembuluh darah, saraf, pembuluh limfatik, dan ureter. Ginjal terdiri dari dua daerah disitnct; sebuah medula dalam dan korteks luar. Medula ginjal terdiri dari massa kerucut jaringan disebut piramida ginjal, basis yang diarahkan pada permukaan cembung ginjal, dan apexes yang membentuk papila ginjal. Jaringan dari medula muncul lurik karena terdiri dari tubulus mikroskopis yang mengarah dari korteks ke papila ginjal. Walaupun
kecil,
ginjal
memiliki
fungsi
yang
berfungsinya ginjal dapat menyebabkan kematian. Fungsi ginjal :
a. Pengeluaran zat toksin. b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
sangat
penting.
Tidak
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa cairan tubuh. d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam tubuh. e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, dan amoniak. 2. Ureter Adalah saluran fibromuscular yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih. Sebagian ureter terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Terdiri atas 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesica urinaria). Lapisan dinding ureter terdiri atas :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrous). b. Lapisan tengah lapisan otot polos. c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa. 3. Bladder / Vesica Urinaria Terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Berbentuk seperti kerucut. Dapat mengembang dan mengkerut seperti balon karet. Bagian-bagian vesica urinaria : a. Fundus : bagian yang menghadap ke belakang dan bawah b. Korpus : bagian antara vertex dan fundus c. Vertexs : bagian yang berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
4. Uretra Uretra merupakan saluran membranosa sempit berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih, dari kandung kemih menuju keluar tubuh. Uretra pada pria berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis. Merupakan tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi. Uretra pada laki-laki terdiri atas : a. Uretra prostatika. b. Uretra membranosa. c. Uretra kavernosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit ke arah atas. Hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar tubuh. Uretra pada wanita terdiri atas lapisan :
a. Tunika muskularis (bagian luar). b. Lapisan spongeosa. c. Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). B. Proses Pembentukan Urine
Proses Pembentukan Urin Urin dibentuk di nefron yaitu dengan menyaring darah dan kemudian mengambil kembali ke dalam darah bahan-bahan yang bermanfaat. Dengan demikian akan tersisa bahan tak berguna, yang nantinya akan keluar dari nefron dalam bentuk suatu larutan, yang disebut urin. Sebelum menjadi urin, di dalam ginjal akan terjadi tiga macam proses, yaitu: Filtrasi, Reabsorpsi, dan Augmentasi.
. 1. Filtrasi Filtrasi terjadi di glomerulus. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang filtrasi, terlebih dahulu akan dibahas tentang pengertian filtrasi. Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa metabolisme yang dapat menjadi racun bagi tubuh. Proses filtrasi ini terjadi di glomerulus dan kapsula Bowman yang menghasilkan filtrat gromerulus atau urin primer. Pembentukan urine dimulai ketika air dan
molekul-molekul terlarut dan ion-ion disaring keluar dari
glomerulus plasma kapiler dan masuk ke dalam kapsul glomerulus melalui proses filtrasi di glomerulus. Molekul-molekul besar, seperti protein terbatas masuk ke dalam glomerulus karena ukurannya. a. Tekanan yang menyebabkan filtrasi: Merupakan
hasil
kerja
jantung.
Tekanan
hidrostatik
kapiler
glomerulus kurang lebih ±50 mmHg, tekanan ini cenderung mendorong air dan garam-garam melalui glomerulus. Kapiler glumerulus secara relatif bersifat permeabel terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh disebut tekanan hidrostatik.
Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi adalah sebagai berikut. 1)
Tekanan osmotic (TO) Dari filtrasi kapsula bowman: tekanan yang dikeluarkan oleh air atau pelarut lainnya pada membran semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membran ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang tidak dapat melewati membran.
2)
Tekanan hidrostatik (TH) Tekanan yang dihasilkan dengan adanya filtrasi dalam kapsula Bowman bersama-sama mempercepat gerakan air dalam molekul permeable dari kapsula bowman kembali ke dalam kapiler.
3)
Laju filtrasi glomerulus (LFG) Laju dimana filtrasi dibentuk, jumlah pembentukan filtrasi per menit adalah 125 ml. factor klinis utama yang mempengaruhi LFG adalah tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.
b. Tekanan yang melawan filtrasi Tekanan hidrostatik cairan di dalam kapsul bowman adalah sebesar kurang lebih 5 mmHg, sedangkan tekanan osmotic koloid protein kurang lebih 30 mmHg yang cenderung menarik air dan garam ke dalam pembuluh kapiler. c. Tekanan akhir Menyebabkan filtrasi dikurangi tekanan yang melawan filtrasi sama dengan filtrasi aktif (50 – 30 + 5 mmHg = 25 mm Hg). Kira-kira 120 ml plasma difiltrasi setiap menit. Pada glomerulus membran filtrasi hanya dapat dilalui oleh plasma, garam-garam, glikosa, dan molekul-molekul kecil lainnya. Sel dan plasma terlalu besar untuk difiltrasi dengan cara ini, oleh karena itu dibentuk pengenceran oleh glomerulus 100-150 ml setiap hari. Susunan cairan filtrasi ini sama seperti susunan plasma darah, tetapi tidak ada proteinnya. Membran glomerulus darah bekerja sebagai suatu saringan biasa dan untuk proses ini tidak diperlukan energi.
2. Reabsorpsi Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan menghasilkan urin sekunder. Urin primer yang berkumpul dalam kapsula Bowman masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal dan terjadi proses reabsorpsi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali zat yang berguna oleh dinding tubulus, lalu masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus.Zat-zat yang diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino dan ion-ion anorganik (Na+,K+, Ca++, Cl-, HCO3-, HPO4-3, SO4-3). Proses ini terjadi karena transpor aktif. Hasil dari reabsorpsi urin primer adalah urin sekunder yang mengandung sisa limbah nitrogen dan urea. Dengan demikian urin sekunder adalah hasil saringan dari urin primer yang mengandung limbah nitrogen dan urea. Urine sekunder akan masuk ke lengkung Henle menuju tubulus kontortus distal. Pada saat melewati lengkung Henle desenden, air berosmosis keluar sehingga volume urin sekunder menurun dan menjadi pekat. Saat melewati lengkung Henle asenden, garam (Na+) dipompa keluar, sehingga kepekatan urin berkurang tetapi volume urin tetap. Dengan demikian konsentrasi garam di luar tubulus meningkat. 3. Augmentasi Dari lengkung Henle asenden, urin sekunder akan masuk ke tubulus distal. Di dalam tubulus distal urin sekunder mengalami augmentasi yaitu proses penambahan zat – zat zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Zat sisa yang dikeluarkan dari pembuluh darah kapiler adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), NH3dan kreatinin. Pengeluaran (H+) ini membantu menjaga pH yang tetap dalam darah. Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus, urin kehilangan banyak air (H2O) sehingga konsentrasi urin semakin pekat. Setelah itu urin memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica urinaria untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urin diatur oleh otototot sfingter. Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml.
Kadung kemih di kendalikan oleh saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari plexus hipogastrik. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja urine
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah : 1. Hormon ADH Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel. 2. Aldosteron Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin. 3. Prostaglandin Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal. 4. Gukokortikoid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium 5. Renin Selain itu ginjal menghasilkan renin yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerular jukstaglomerularis is pada : a. Konstriksi arteria renalis (iskhemia ginjal) b. Terdapat perdarahan (iskhemia ginjal) c. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra) d. Innervasi ginjal dihilangkan e. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal ) Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi
ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II, dan ini efeknya menaikkan tekanan darah. a. Zat - zat diuretik, banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urine bertambah. b. Suhu internal atau eksternal, jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi volume urine. c. Konsentrasi Darah, jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urine menurun. d. Emosi, emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urine. D. Ciri-Ciri Urine Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal
Adapun ciri-ciri urine yang normal yaitu:
)
1. Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protein yang dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya. 2. Warnanya bening orange pucat tanpa endapan, tetapi ada kalanya jonjot lender tipis tampak terapung di dalamnya. 3. Baunya tajam. 4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 5. Berat jenis berkisar dari 1010 sampai 1025. Urine terutama terdiri atas, air, urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram gram protein dalam 24 jam, jumlah persen persen air danbenda danbenda padat padat dalam urine adalah adalah sebagai sebagai berikut: a. Air 96% b. Benda padat 4% (terdiri atas urea 2 % dan produk metabolit lain 2%) c. Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan
diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, d. tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. e. Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3 mg setiap 100 ccm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam urine. f.Keratin adalah hasil buangan keratin dalam otot. Produk metabolism lain mencakup benda-benda purine, oksalat, fosfat, sulfat, dan urat. Elektrolit atau garam, seperti natrium dan kalium klorida, diekskresikan untuk mengimbangi jumlah ytang masuk ke dalam mulut. E. Pengaruh gangguan fungsi ginjal
Ada beberapa kelainan yang umum terjadi pada beberapa penyakit ginjal. Sering kali pada beberapa jenis penyakit ginjal ditemukan adanya protein dalam urine, leukosit, sel darah merah dan silinder, yaitu potongan-potongan protein yang mengendap di tubulus dan di dorong oleh urine ke dalam vesika urinariaa. Akbat penyakit ginjal lainnya yang juga penting adalah hilangnya kemampuan pemekatan atau pengenceran urine, uremia, asidosis dan retensi Na
+
abnormal.
1. Proteinuria Pada beberapa penyakit ginjal dan pada kelainan ginjal yang tidak berbahaya, permeabilitas kapiler glomerulus meningkat, dan protein dapat ditemukan di urine dalam jumlah yang lebih besar dari pada normal (proteinuria). Sebagian besar protein ini berupa albumin, dan kelainan ini biasanya disebut albuminuria. 2. Hilangnya kemampuan pemekatan dan pengenceran: Pada penyakit ginjal, urine yang terbentuk mungkinkurang pekat dan volumenya seiring bertambah, yang menimbulkan gejala-gejala poliuria dan nopturia (bangun malam untuk berkemih). Kemampuan untuk membentuk urine yang encer seringkali tetap ada, tetapi pada penyakit ginjal yang lanjut, osmolalitas urine menetap kira-kira sama dengan plasma yang menunjukkan bahwa fungsi pengenceran dan pemekatan ginjal sudah tidak ada lagi.
Kehilangan ini sebagian disebabkan oleh kerusakan pada mekanisme countercurrent tetapi penyebab yang lebih penting adalah rusaknya nefronnefron yang berfungsi. 3. Uremia Bila hasil metabolism protein menumpuk di dalam darah akan menimbulkan gejala yang disebut uremia. Gejala uremia antara lain, letargia, anoreksia, mual dan muntah, deteriorasi mental dan kebingungan, kedutan otot, kejang-kejang dan akhirnya koma. Kadar BUN dan kreatinin tinggi, dan kadar zat-zat ini dalam darah dapat digunakan sebagai indeks beratnya uremia. Kemungkinan bukan penumpukan ureum dan kreatinin saja yang menimbulkan gejala-gejala ini, melainkan penumpukan zat-zat toksik lainseperti asam-asam organic atau fenol dan menimbulkan gejala-gejala uremia. 4. Asidosis Asidosis sering ditemukan pada penyakit ginjal menahun akibat penurunan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan asam-asam hasil pencernaan dan metabolisme. 5. Gangguan Metabolisme Na
+
Sering kali pada penyakit ginjal ditemukan adanya retensi Na
+
yang
berlebihan disertai edema. Sedikitnya ada tiga penyebab retensi Na
+
pada
penyakit ginjal. Pada glomerulonefritis akut, suatu penyakit yang terutama +
mengenai glomerulus terdapat penurunan nyata jumlah Na yang difiltrasi. F. Mekanisme Pemekatan dan Pengenceran Urine
1. Hormone ADH Mengatur Konsentrasi Urine Bila osmolalitas cairan tubuh meningkat di atas normal (yaitu, zat terlarut dalam cairan tubuh menjadi terlalu pekat), kelenjar hipofisis posterior akan menyekresi lebih banyak ADH, yang meningkatkan permeabilitas tubulus
distal
dan
duktus
kolingentes
terhadap
air.
Keadaan
ini
memungkinkan terjadinya reabsorpsi air dalam jumlah besar dan penurunan volume urine, tetapi tidak mengubah kecepatan ekskresi zat terlarut oleh ginjal secara nyata.
Bila terdapat kelebihan air di dalam tubuh dan osmolaritas cairan eksternal menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun. Oleh sebab itu, permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air akan menurun, yang menghasilkan sejumlah besar urine encer. Jadi, kecepatan sekresi ADH sangat menentukan encer atau pekatnya urine yang akan dikeluarkan oleh ginjal. 2. Mekanisme ginjal untuk mengeluarkan urine encer Bila
terdapat
kelebihan
air
di
dalam
tubuh,
ginjal
dapat
mengeluarkan urine encer sebanyak 20 liter perhari, dengan konsentrasi sebesar 50 mOsm/l. ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan mereabsorpsi zat terlarut terus menerus, dan pada saat yang sama, tidak mereabsorpsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi tubulus distal akhir dan duktus koligentes.air yang tak tergantung p Pada awal pembentukan filtrat glomerulus, osmolaritas filtrat kira-kira sama dengan osmolaritas plasma (300 mOsm/L). Untuk mengeluarkan kelebihan air, penting untuk mengencerkan filtrat ini sewaktu filtrat melewati tubulus. Hal ini dicapai dengan mereabsorbsi lebih banyak terlarut daripada air. 3. Kebutuhan untuk Mengekskresi Urine Pekat kadar ADH yang Tinggi Kebutuhan dasar untuk membentuk urine pekat adalah kadar ADH yang tinggi, yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air, sehingga membuat segmen-segmen tubulus ini mereabsorbsi air cukup banyak, dan osmolaritas yang tinggi dari cairan interstisial medula ginjal, yang membentuk gradien osmotik yang diperlukan untuk terjadinya reabsorbsi air dengan kadar ADH yang tinggi. Interstisium
medula
ginjal
yang
mengelilingi
duktus
koligentes
normalnya bersifat sangat hiperosmotik, sehinga bila kadar ADH tinggi, air bergerak melewati membran tubulus secara osmosis ke dalam interstisium ginjal, dari sana air akan dibawa oleh vasa rekta kembali ke dalam darah. Jadi, kemampuan pemekatan urine dibatasi oleh kadar oleh ADH dan oleh derajat hiperosmolitas medula ginjal.
Ginjal mengeluarkan kelebihan air dengan membentuk urine yang encer. Ginjal normal memiliki kemampuan yang besar untuk membentuk berbagai perubahan. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan tubuh menurun, ginjal akan menegleuarkan urine dengan osmolaritas sebesar 50 mOsm/L, yaitu suatu konsentrasi yang hanya sekitar seperenam dari osmolaritas cairan ekstrasel normal. Sebaliknya bila terjadi kekurangan air dan osmolaritas cairan ekstrasel tinggi, ginjal dapat mengeluarkan urine dengan konsentrasi 1200 sampai 1400 mOsm/L. Yang juga penting, ginjal juga dapatmengeluarkan sejumlah besar urine encer atau sejumlah kecil urine pekat tanpa perubahan besar dalam kecepatan ekskresi zat terlarut seperti.natrium dan kalium. Kemampuan unutk mengatur pengelua ada pengeluaran zat terlarut ini, penting untuk pertahanan hidup, terutama bila asupan terbatas.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Nama percobaan
“pemeriksaan berat jenis urine” B. Alat dan bahan
Gelas penampung Timbangan Strip untuk urinalis (combistik) Handscone Spuit 10 cc C. Prosedur kerja
Penentuan berat jenis urine dapat dilakukan dengan 2 cara : a. Membandingkan berat urine dan H2O pada volume sama Tampunglah urine orang coba dalam gelas penampung. Biarkan beberapa saat sampai suhu sample urine sama dengan suhu ruangan. Kemudian ambillah 10 ml urine dengan spuit dan masukkan dalam gelas 50 ml yang sudah tersedia dan beratnya diketahui. Timbanglah gelas tersebut untuk mengetahui berat dari 10 ml urine tadi. Bandingkanlah berat urine tadi dengan berat dari 10 ml aquades yang di timbung dengan cara yang sama.
BJ urine
₌
berat dari 10 ml urine Berat dari 10 ml aquades
b. Menggunakan reagent strip Tampunglah urine orang coba dalam gelas. Kemudian celupkan reagrn strip ke dalam urine tersebut sambil menghilangkan urine yang berlebihan pada pinggir gelas penampung. Biarkan strip selama 45-60 detik. Bandingkanlah perubahan warna pada ujung strip dengan kartu yang tersedia.
D. Hasil percobaan
Dari hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Orang coba I : Nama : Nn. NA Umur : 19 tahun Untuk percobaan pertama. Warna (menit)
0
Volume
68
Warna
Kuning
Berat jenis
1,012 gr/cm
Osmolalitas
-
2. Orang coba II : Nama : Nn. SA Umur : 19 tahun Untuk percobaan kedua. Waktu (menit)
0
40
80
120
79 ml
122 ml
260 ml
41 ml
Warna
Kuning pekat
Kuning
Bening
Kuning
Berat jenis
1,005
Volume
Osmolalitas
1,002
Pekat
1,001
normal
1,004
encer
Normal
3. Orang coba III. Nama : Nn. MA Umur : 19 tahun Untuk percobaan ketiga. Waktu
0
60
120
Volume
32 ml
9 ml
8 ml
Warna
Kuning
Kuning agak pekat
kuning agak pekat
Berat Jenis
1.004 gr/cm
-
-
Osmolalitas
Normal
Agak pekat
Pekat
(menit)
E. Analisis hasil percobaan
Pada coba
pertama yang hanya menentukan berat jenis urine, dengan
melakukan miksi sekali dan didapatkan volume urinnya 68 ml dan warna yang didapatkan adalah warna kuning. Dan kemudian didapatkan hasil berat jenisnya 3
1,012 gr/cm . Pada coba pertama ini alat kita hanya menggunakan satu alat sehingga kita tidak dapat membandingkan hasil dengan alat yang lain Pada coba kedua yang di beri minum sebanyak 15 ml/Kg berat badannya, Dari segi volume mengalami peningkatan setiap 40 menit yang dimulai pada 40 menit pertama, dan warna urinnya pun ikut berubah menjadi lebih encer yaitu dari warna kuning sampai bening, tetapi berat jenis urinnya mengalami 3
3
penurunan pada 40 menit pertama dari 1,005 gr/cm menjadi 1,002 gr/cm . Kemudian pada saat 40 menit kedua dan mengalami penurunan dari 1,005 3
3
gr/cm menjadi 1,0001 gr/cm . Pada saat 40 menit ketiga tampak hasilnya yaitu 3
1,0004 gr/cm Kemudian pada 40 menit kami tidak melakukan percobaan dikarenakan waktu yang tidak mencukupi serta orang coba sudah tidak dapat mengeluarkan urine. Dari segi volume yang selalu meningkat itu sudah sesuai dengan teori, di mana jika terdapat kelebihan di dalam urin, misalnya karena telah minum air yang banyak maka ginjal akan mengeluarkan urin yang encer. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan ekstrasel menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun. Oleh sebab itu, permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air akan menurun, yang menghasilkan sejumlah besar urin encer Pada percobaan orang ketiga yang disuruh melakukan aktifitas yaitu berolahraga selama 15 menit dan tidak diberi minum, urinnya juga mengalami perubahan warna dari kuning jernih menjadi kuning pekat. Berat jenis urin 3
sebelum beraktivitas yaitu 1,004 g/cm . Setelah beraktivitas berat jenisnya tidak diukur lagi karena volume urinnya tidak mencukupi, volume urin setelah beraktivitas pada menit ke-60 hanya 9 mL dan pada menit ke-120 volume urinnya hanya 180 mL. . Hal ini menunjukkan tingkat kenormalan karena banyaknya cairaan yang keluar melalui keringat. Bila terdapat kekurangan air dalam
tubuh,
ginjal
membentuk
urin
pekat
dengan
terus-menerus
mengekskresikan zat terlarut
dan
pada saat bersamaan, juga meningkatkan
reabsorbsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Kemudian untuk memulihkan volume normal maka ADH sangat berperan. Stimulus yang terdiri atas perubahan dalam volume CES. Reseptor peregang dalam porsi tekanan rendah dari sistem kardiovaskuler (seperti vena kava, jantung sebelah kanan, dan pembuluh pulmonal) memantau volume darah. Stimuli dari reseptor ini dihantarkan oleh serabut-serabut afferen ke hipotalamus (melalui batang otak) penurunan volume darah tanpa menstimuli sekresi ADH. Akibat dari peningkatan retensi air meningkatkan volume darah tanpa mempengaruhi tekanan darah arteri. Kenaikan volume darah menghentikan sekresi ADH. Keadaan ini menghambat retensi air, dengan demikian memulihkan volume normal kompartemen CES. Mekanisme ini untuk mengubah sekresi ADH dalam berespon terhadap perubahan-perubahan posisi tubuh. Ginjal manusia dapat memproduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200 sampai 1400 mOsm/L. Kemampuan pemekatan maksimal ginjal menunujukkan banyaknya volume urin yang harus disekresikan setiap hari untuk membuang sisa-sisa produk metabolisme dan ion yang dicerna dalam tubuh. Nilai normal berat jenis urin adalah 1,003-1,030.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Pengukuran berat jenis urin dapat dilakukan dengan 3 cara : a. Membandingkan berat urine dan H2O padav olume sama dengan urinprober b. Menggunakan reagen strip c. Menggunakan BJ meter 2. Fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urine yaitu pada pemekatan urine terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dengan terus menerus mengekskresikan zat terlarut dan pada saat yang bersamaan, juga meningkatkan reabsorbsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Sedangkan pada pengenceran urin, bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat mengelurkan urin encer sebanyak 20 L/hari, dengan konsetrasi sebesar 50 mOsm/L. ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan merabsorbsi zat terlarut terus-manerus. Dan pada saat yang sama, tidak mereabsorbsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi tubulus distal akhir dan duktus koligentes. B. Saran Sabaiknya penambahan alat-alat untuk praktikum supaya lebih mempermudah melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate.2004.Anatomy And Physiology. Third Edtion.Usa.Evollve. David.2004.Hole‟s Human Anatomy And Physiology. Tenth Edition: New York. Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com . David.2004. Hole‟s Human Anatomy And P hysiology.Tenth Edition: New York. Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com . Guyton dan Hall. 2006. Text Book Of Medical Physiology. Edisi 11. Elsevier saunders: Pennsylvania. Anshul. 2010 .Pengaruh Kelainan Fungsi Ginjal. In http:// Blogger Template .Last update 22 Juni 2011.
Laboratorium Ilmu Fisiologi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Samata, 19 Juni 2012
PEMERIKSAAN PERNAFASAN
Disusun oleh : Nama
: Aulia Rahma
NIM/Kelompok
: 70300111012
Pembimbing
: Ns. Risnah, SKM, S.Kep., M.Kes
Asisten
: Nurul Fadhilah Gani, S.Kep., Ns.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012
DAFTAR ISI
Halaman sampul……………………...………………………………………….. 1 Daftar Isi……………………………...………………………………………….. 2 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………..3 B. Tujuan……………………...………………………………………….. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pernapasan……..………………………………………….. 5 B. Fungsi dan Tujuan Pernapasan……………………………………….. 5 C. Organ-Organ Pernapasan…. ………………………………………….. 7 D. Proses Pernapasan dan Jenis Pernapasan. ...........................................7 E. Frekuensi Pernapasan…...………………………………………………8 F. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pernapasan………......................
8
G. Gangguan Pola Respirasi………………………………...................... 9 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Judul Percobaan……………………………………………………….. 11 B. Alat dan Bahan …………....………………………………………….. 11 C. Cara Kerja………………….………………………………………….. 11 D. Hasil Percobaan …………..………………………………………….. 11 E. Analisis Percobaan………...………………………………………….. 12 BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………...………………………………………….. 14 B. Saran………………………………………………………………….. 14 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. ..........15 Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi tempat kita hidup diselubungi oleh suatu lapisan udara yang terdiri dari senyawa gas, antara lain nitrogen (N 2), oksigen (O2), karbon dioksida (CO 2), dan gas mulai. Walaupun tidak menjadi gas yang paling banyak di udara, oksigen sangat penting bagi makhluk hidup. Sel-sel tubuh kita memerlukan oksigen untuk melakukan „pembakaran‟. Makanan „dibakar‟ agar menghasilkan energi. Energi tersebut diperlukan sel untuk menjalankan fungsinya. Karbon dioksida yang dihasilkan pada proses pembakaran ini bila terakumulasi dapat membahayakan tubuh, karenanya harus segera dikeluarkan dari tubuh. Proses dalam uraian di atas disebut respirasi sel. Sistem pernapasan bertugas mengambil oksigen dari udara. Setelah sampai di paru-paru, oksigen dipindahkan ke darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam pembuluh darah, oksigen ditukar dengan karbondioksida. Karbondioksida sebagai hasil oksidasi respirasi sel ini kemudian dibawa ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran O 2 dan CO2 antara udara dengan tubuh makhluk hidup disebut respirasi. Manusia membutuhkan suplai oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas. Energi gerak manusia diperoleh dari metabolisme energi dalam sel otot, yang dalam prosesnya sangat membutuhkan oksigen (O2) yang didapatkan dari pernapasan. Pernapasan merupakan konsekuensi sistem kerja organ tubuh manusia
ketika hidup dan beraktivitas untuk saling mendukung dan berkoordinasi dengan organ fisiologis yang lainnya. B. Tujuan
1. Mengetahui jenis pernapasan pada manusia. 2. Mengetahui frekuensi dan jenis pernapasan pada manusia. 3. Mengetahui cara pemeriksaan nafas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran O2 dan CO2 antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Pernapasan juga merupakan peristiwa menghirup udara dan dari udara yang mengandung O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari oksidasi dari tubuh.
Penghisapan
udara
ke
dalam
tubuh
disebut
proses
inspirasi
dan
menghembuskan udara ke luar disebut proses ekspirasi.(Setiadi,2007) Secara fungsional, system pernafasan terdiri dari serangkaian proses yang terintegrasi yang mencakup sebagai berikut : (Applegate,2004) 1. Ventilasi pulmeonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dan saluran pernapasan dan paru-paru. 2. Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara udara dalam paru-paru dan kapiler pulmonal. 3. Respirasi internal, difusi oksigen dan karbon dioksida antara sel darah dan sel jaringan. 4. Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi dan pelepasan produk oksidasi CO 2 dan air oleh sel-sel tubuh. B. Fungsi dan Tujuan Pernapasan
Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dapat dibagi menjadi empat fungsi utama : 1. Ventilasi paru yang berarti masuk dan keluarnya udara atmosfir paru. 2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah. 3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh. 4. Pengaturan ventilasi dan hal-hal lain dari pernapasan.(Guyton, 2007)
C. Organ-Organ Pernapasan
1. Rongga Hidung Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Sewaktu udara melewati hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum . karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya, udara menjadi hangat dan karena penguapan air dari permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap. 2. Sinus Prasanal Sinus-sinus prasanal termasuk empat pasang rongga bertulang yang dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkat semu yang bersilia. Rongga-rongga ini dihubungkan oleh serangkaian duktus yang mengalir ke dalam rongga. Sinus-sinus disebut berdasarkan letaknya, sinus frontalis, etmoidalis, sfenoidalis, dan maksilaris. 3. Tulang Turbinasi (konka) Tulang turbinasi atau konka (nama yang ditunjukkan oleh penampilannya yang seperti siput). Arus udara yang memasuki lubang hidung diarahkan ke atas depan langit-langit hidung dan mengikuti rute sirkuit sebelum udara mencapai nasofaring. 4. Faring, Tonsil, dan Anedoid Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut (orofaring) dan di belakang laring (faring-laringeal). 5. Laring Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dengan columna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
6. Trakea Trakea atau batang tenggorok kira-kira Sembilan centimeter panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki). 7. Bronkus Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus lobus tengah keluar dari bronkus lobus bawah. 8. Paru-paru Paru-paru merupakan tempat terjadinya penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida yang terletak dirongga dada di atas diafragma. Paru-paru terdiri dari dari dua bagian, bagian kanan yang terdiridari 3 gelambir dan bagian kiri 2 gelambir. Paru-paru dibungkus oleh salaput tipis yang disebut pleura. Di dalam paru-paru tepatnya di ujung bronkiolus terdapat alveoli yang merupakan tempat pengisapan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.(Smitzer,2001) D. Proses Pernapasan dan Jenis Pernapasan
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: (Godam,2008.http://taxonomy) 1. Respirasi luar yang merupakan pertukaran antara O2 da CO2 antara darah dan udara. 2. Respirasi dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh. Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang nafas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu ; 1. Respires/Pernapasan Dada. 1. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut 2. Tulang rusuk terangkat ke atas
3. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan. 2. Respirasi/Pernapasan Perut 1. Otot diafragma pada perut mengalami kontraksi 2. Diafragma datar 3. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara masuk ke paru paru. E. Frekuensi Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal setiap menit adalah : (Evilyn, 2009)
F.
1. Bayi baru lahir
: 30-40 x/menit
2. Dua belas bualan
: 30 x/menit
3. Dari dua sampai lima tahun
: 24 x/menit
4. Orang dewasa
: 10-20x/menit.
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan
Faktor
–
faktor
Yang
Mempengaruhi
Pernapasan
:
(Tutor,2009.http://tutorjunior.blogspot.com) 1. Usia Anak – anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak memerlukan energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih banyak dibandingkan orang tua. 2. Suhu Tubuh Jika dihubungkan dengan kebutuhan energi, ada hubungan antara pernapasan dengan suhu tubuh, yaitu bahwa antara kebutuhan energi dengan suhu tubuh berbanding lurus. Artinya semakin tinggi suhu tubuh, maka kebutuhan energi semakin banyak pula sehingga kebutuhan O2 juga semakin banyak. 3. Gaya Hidup Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan denyut jantung, demikian juga suplai oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predesposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan Pada orang yang sehat system kardiovaskular dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. 5. Jenis Kelamin Laki – laki lebih tinggi frekuensi pernafasannya dari pada perempuan. Semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2 yang diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak daripada perempuan. 6. Posisi Tubuh Posisi tubuh seseorang akan berpengaruh terhadap kebutuhan energinya. Orang yang berdiri lebih banyak frekuensi pengambilan O2 karena otot yang berkontraksi lebih banyak sehingga memerlukan energi yang lebih banyak pula. G. Gangguan Pada Pola Respirasi
Gangguan Pada Pola Respirasi, antara lain :(Setiadi,2007) 1. Hipoksia (anoksia) adalah devesiensi oksigen yaitu kondisi berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ. 2. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai hipoksia. 3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2 dalam darah. 4. Asfisia atau sufokasi, suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia akibat ketidak cukupan ventilasi pulmonal. 5. Penyakit vulmonar obstruksi menahun (PPOM).
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Judul Percobaan
“Pemeriksaan Pernapasan” B. Alat dan Bahan
1. Stopwatch 2. Stetoskop C. Cara Kerja
1. Menyiapkan orang coba, menempatkan lengan orang coba rileks menyilang abdomen atau dada bawah 2. Observasi satu siklus respirasi lengkap (satu inspirasi satu ekspirasi) 3. Menghitung siklus pernapasan dalam waktu satu menit penuh. Bila respirasi tidak teratur hitung dalam satu menit penuh 4. Saat menghitung, mencatat kedalaman dan frekuensi, kedalaman dan irama pernapasan. 5. Meminta orang coba untuk melakukan lari – lari kecil. 6. Melakukan pemeriksaan seperti langkah di atas. 7. Meminta orang coba melakukan gerakan lari kecil selama 5 menit. 8. Melakukan pemeriksaan pernapasan seperti di atas. 9. Mencatat seluruh hasilnya. D. Hasil Pemeriksaan
Nama
: Ny. AR
Usia
: 19
Berat badan
: 43
Jenis Kelamin
: Perempuan
Waktu
Istirahat
Lari
Lari
kecil 2
kecil 5
menit
menit
Keterangan
Frekuensi
16
28
46
Normal
Kedalaman
Dangkal
Dalam
Lebih
Normal
dalam Irama
Teratur
Tidak
Tidak
teratur
teratur
Normal
E. Analisis hasil percobaan
Pada percobaan di atas dapat lihat bahwa frekuensi pernapasan terus meningkat,hal ini dikarenakan oleh aktivitas yang tinggi dilakukan oleh orang coba. Pada saat melakukan aktivitas fisik orang coba memerlukan energi yang banyak dimana energy sangat dibutuhkan dalam sistem metebolisme tubuh. Sel-sel sangat membutuhkan tubuh O 2 melalui sistem inspirasi secara berkelanjutan atau kontinu dimana berfungsi untuk menunjang reaksi-reaksi tersebut dilakukan eliminasi pada CO2 melalui ekspirasi. Leh karena itu orang coba bernafas dengan frekuensi yang cepat untuk memenuhi kebutuhan energi. Kedalaman dalam menarik nafas berbeda pada saat fase istirahat dan fase larilati selama 2 dan 5 menit, ini dipengaruhi karena pada saat fase istirahat orang coba tidak melakukan aktivitas sehingga inspirasi yang dilakukan bersifat dalam. Sedangkan fase lari-lari kecil selama 2 dan 5 menit inspirasi yang dilakukan oleh orang coba bersifat dangkal, ini dikarenakan aktivitas yang meningkat sehingga inspirasi yang dilakukan cepat untuk mendapatkan oksigen yang banyak untuk memenuhi kebutuhan tubuh akibat dari aktivitas yang meningkat, begitu pula pda kesepakatan pernafasan. Perbedaan kecepatan respirasi pada perempuan dan laki-laki berbeda karena laki-laki lebih banyak membutuhkan energi yaitu O 2 kebutuhan metabolismepria lebih banyak dari pada perempuan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pernafasan yaitu aktivitas,usia,lingkungan,tingkat stress. Frekuensi pernafasan yang normal pada tiap tahapan usia yaitu, pada bayi dari balita memiliki frekuensi bernafas lebih banyak dibanding orang dewasa oleh volume paru paru relatif kecil dan sel-sel tubuh sedang berkembang sehingga membutuhkan banyak. Karena kontraksi otot-otot dada dan diafragma tidak sebaik saat masih mudah sehingga udara pernafasan lebih sedikit.
Adapun frekuensi pernafasan ada bayi/balita dan dewasa adalah : 1. Bayi dan balita :30-40 X/menit 2. Dewasa :16-24 X/menit
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Macam-macam pernapasan adalah pernapasan dada dan pernapasan perut 2. Alat pernapasan pada manusia meliputi, hidung, saluran pernapasan (faring, laring, trakea, bronkus,bronkiolus, alveolus), dan paru – paru. 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pernapasan yaitu umur, jenis kelamin, suhu tubuh, aktifitas tubuh dan posisi tubuh. 4. Fungsi utama sistem pernapasan adalah sebagai pertukaran atra udara di sekitar dalam darah yang terdiri dari tiga tahap yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. 5. Frekuensi pernapasan normal pada manusia adalah: 1. Pada bayi: 20 – 24 kali/menit 2. Anak – anak: 16 – 20 kali/menit 3. Remaja: 12 – 16 kali/menit 4. Dewasa 10 – 20 kali/menit B. Saran
1. Untuk menjaga kesehatan organ pernapasan hendaknya dari sekarang kita memelihara dan menjaga dengan cara berolah raga, tidak merokok dan makan makanan yang bergizi. 2. Alat untuk praktikum sebaiknya ada yang jaga dan memelihara sebab alat yang sudah ada sebagai bahan praktikum akan semakin rusak karena tidak adanya penjaga laboratorium untuk menjaga alat.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate.2004. Anatomy And Physiologi.Third Edition.Usa.Evolve. Godam.2008. Proses Sistem Pernapasan Pada Manusia.http//:organisasi.org/taxonomy.com
Guyton, Arthur C.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 2.Jakarta.EGC Junior,Tutor.2009. Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Respirasi Makhluk Hidup.http//:tutotjunior.blogspot.com
Pearce,Evilyn.2009. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta.EGC. Setiadi.2007. Anatomi & Fisiologi Manusia.Edisi 1.Yogyakarta.Graha Ilmu. Smitzer,Bare.2001. Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 volume 2.Jakarta.Kedokteran EGC.
Laporan Ilmu Fisiologi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Samata, 20 Juni 2012
ELEKTROKARDIOGRAF
Nama
: Aulia Rahma
NIM/Kelompok
: 70300111012/8
Pembimbing
: dr. Rosdiana, S.Ked., M.Kes
Asisten
: Ita Sulistiani, S.Kep., Ns.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i DAFTAR ISI ……………………………………………………… ..………ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang……………………………….……………..……....1 B. Tujuan…………………………………………………… ..………..1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2
A. natomi dan Fisiologis Jantung ……………………......………….2 B. Katup-Katup Jantung. .............................................. ......................... 3 C. Siklus Jantung ................................................. .................................. 4 D. Periode Kerja Jantung .............................................. ......................... 4 E. Curah Jantun ..................................................................................... 5 F. Penyakit-Penyakit Jantung ................................................ ................ 5 G. Pemeriksaan Fisis Jantung ................................................................ 8 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... ....... 14
A. Nama Percobaan.............................................. .................................. 14 B. Alat Dan Bahan ............................................... .................................. 14 C. Prosedur Kerja ................................................. .................................. 14 D. Hasil Percobaan............................................... .................................. 16 E. Analisis Hasil Percobaan................................................................... 16 BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 20
A. Kesimpulan ............................................. .......................................... 20 B. Saran.............................................. .................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elektrokardiogram
(EKG)
adalah
grafik
yang
dibuat
oleh
sebuah
elektrokardiograf , yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu
tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: “elektro”, karena berkaitan dengan elektronika, “kardio” , kata Yunani untuk jantung, “gram”, sebuah akar Yunani yang berarti “menulis”. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting. Elektro kardiogaram adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung yaitu perubahan-prubahan potensial atau perubahan voltage yang erdapat dalam jantung. Elektrokardiogram EKG adalah grapik yang merekm perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Kegiatan listirk jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalului elektroda-elektroda yang dipasan pada permukaan tubuh, kelainan tatalistrik jantung akan menimbulkan kelainan pada gambr EKG. EKG hanyalah salah satu pemeriksaan diagnostik yang merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnostic penyakit jantung. Gamabaran listrik penderita tetap merupakan pegangan yang penting dalam menentukan diagnosis, karena pasien dengan penyakit jantung munkin mempunyai gambaran EKG yang normal atau sebaliknya, individu normal munkin mempunyai gambaran EKG yang abnormal.
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu mencatat kejadian-kejadian elektriks yang terjadi pada jantung manusia dari permukaan tubuh.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologis Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex, dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm dan tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 200 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tengahtengah dada, bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada berada pada tepi cranialis pars cartilanginis costa III dextra, 1 cm dari tepi laternal sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilanginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi laternal sternum. Tepi kiri jantung berada pada tepi caudal pars cartilanginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclaviculari.(Admin, 2008) Jantung terdiri atas empat ruang yang berfundi sebagai pompa yaitu dua ruang yag berdinding disebut dinding atrium, dan dua yang berdinding tebal disebut ventrikel. Atrium kanan menerima menampung darah dari seluruh tubuh lalu disalurkan
keventrikel
kanan
melalui
katup
trikuspidalis,
kemudian
darah
dipomakan keseluruh paru-paru melalui arteri pulmonal. Darah diparu-pru enerim oksigen (02) dan melepaskan karbon dioksida (co 2) melalui pernapasan . atriu kiri menerima darah dari seluruh paru-paru melalui vena pulmonal lal disalurkan ke ventrikel kiri melaui katu p mitralis, kemudian darah dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta. Hubungan fungsional antara atrium dan venrikel diselengarakan oleh jaringan susunan hanrar khusus yag menhantarkan impuls listrik dari atrium ke venntrikel yang disebut system konduksi ( saraf otonom di jantung). System tersebut
terdiri dari nodus sinoatrial (SA-nodes), nodus Antrioventrikuler (AV-Node), berkas his dan serabut-serabut purkinje.(Asry, 2007)
Katup-Katup Jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia, terdiri atas:(Syaifuddin, 2006) 1. Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra yang terdiri dari tiga katup. 2. Valvula bikuspidalis, terietak antara atrium sinstra dengan ventrikel sinistra terdiri dari dua katup. 3. Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra dengan erteri pulmonalis, tempat darah mengalir menuju ke paru-paru. 4. Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta tempat darah mengalir menuju ke seluruh tubuh. Siklus Jantung Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam jantung selam peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus-atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontrksi ini bergerak melalui His kemudian ventrikel berkontraksi. Gerkan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol, dan pengenduran atau diastole. Kontraksi dari kedua atrium terjadi serentak dan disebut sistol atrial, pengendurannya disebut
diastole atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan pengenduran ventrikel disebut juga systole dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap pengendurannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini jantung berdenyut terus menerus, siang-malam, selama hidupnya. Dan otot jantung mendapat istirahat sewaktu diastole ventrikuler. Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya hanya
mengirimkannya
ke
sekitar
paru-paru
di
mana
tekanannya
lebih
rendah.(Evelyn, 2009) Periode Kerja Jantung
Periode kerja jantung, terdiri atas: (Syaifuddin, 2009) 1. Periode sistole: Jantung bagian ventrikel menguncup, katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup, valvula semilunaris aorta dan semilunaris arteri pulmonalis terbuka sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis, masuk ke dalam paru-paru. Darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta dan ke seluruh tubuh. 2. Periode diastole: Jantung mengembang, katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan terbuka, darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang dating dari paru-paru melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra. Darah dari seluruh tubuh melalui vena cava superior dan inferior masuk ke atrium dekstra. 3. Periode istirahat: Waktu antara periode diastole dan periode sistole dimana jantung berhenti sekitar 1/10 detik. Curah Jantung
Curah kerja sekuncup jantung adalah jumlah energy yang diubah oleh jantung menjadi kerja selama setiap denyut jantung sewaktu memompa darah ke dalam
arteri. Curah kerja jantung semenit adalah jumlah total energy yang diubah menjadi kerja dalam 1 menit, jumlah ini sebanding dengan curah kerja sekuncup dikalikan dengan denyut jantung permenit. Curah kerja jantung terbagi dalam dua bentuk. Pertama, sejauh ini bagian yang utama digunakan untuk memindahkan darah dari vena-vena bertekanan rendah ke arteri bertekanan tinggi. Kedua, bagian yang kecil dari energy tersebut digunakan untuk memacu kecepatan ejeksi darah melalui katup aorta dan pulmonalis. Bagian ini disebut komponen energy kinetic aliran darah dari curah kerja, Curah kerja luar ventrikel kanan biasanya sekitar seperenam curah kerja ventrikel kiri karena adanya perbedaan dengan tekanan sistolik sebesar enam kali lipat akibat pemommpaan kedua ventrikel. Curah kerja tambahan dari tiap ventrikel yang dibutuhkan untuk menghasilkan energy kinetic aliran darah adalah sebanding dengan massa darah yang diejeksikan dikali dengan kuadrat kecepatan ejeksi. (Guyton, 2007) Penyakit-Penyakit Jantung
Penyakit jantung banyak sekali macamnya. Para penderitanya juga seringkali terkena lebih dari satu gangguan (komplikasi). Berikut adalah beberapa jenis penyakit jantung yang perlu Anda diketahui. Daftar ini hanyalah sebagian dari belasan jenis gangguan jantung lain yang dapat mengancam kita. 1. Aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan plak (lemak, kolesterol dan buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan menyumbat pasokan darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Bila terjadi pada dinding arteri jantung, maka disebut penyakit jantung koroner (coronary artery disease) atau penyakit jantung iskemik.
Aterosklerosis berlangsung menahun dan menimbulkan banyak gangguan penyakit. Aterosklerosis dimulai dari adanya lesi dan retakan pada dinding pembuluh darah, terutama karena adanya tekanan kuat pada pembuluh jantung. Pada tahap berikutnya, tubuh berusaha memulihkan diri dengan menempatkan zat-zat lemak ke dalam pembuluh darah untuk menutup keretakan. Lambat laun,
karena proses peretakan dan penutupan yang berulang, zat-zat lemak itu bisa menutup pembuluh jantung. Salah satu gejala aterosklerosis jantung adalah Angina pektoris, yaitu rasa nyeri/tidak enak di daerah jantung dan dada karena berkurangnya pasokan darah ke otot jantung. Angina bisa terjadi baik saat beraktivitas fisik maupun beristirahat. Bila berlanjut, angina bisa berkembang menjadi infark miokard akut yang berbahaya.
2. Infark Miokard Akut Infark miokard adalah kematian otot jantung karena penyumbatan pada arteri koroner. Otot-otot jantung yang tidak tersuplai darah akan mengalami kerusakan atau kematian mendadak. 3. Kardiomiopati Kardiomiopati
adalah
kerusakan/gangguan
otot
jantung
sehingga
menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko terkena arritmia dan gagal jantung mendadak. Kardiomiopati masih dibagi lagi
jenisnya
menjadi
kardiomipati
kongestif,
hipertrofik,
restriktif
dan
peripartum.
4. Gagal Jantung Kongestif. Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti bekerja, namun karena tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh lainnya. 5. Fibrilasi Atrial Fibrilasi atrial adalah gangguan ritme listik jantung yang mengganggu atrial. Gangguan impuls listrik ini menyebabkan kontraksi otot jantung tidak beraturan dan memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak sepenuhnya mengosongkan darah menuju ke serambi (ventrikel). Fibrilasi atrial biasanya
terkait
dengan
banyak
gangguan
jantung
lainnya,
termasuk
kardiomiopati, koroner, hipertropi ventrikel, dll. Hipertiroid dan keracunan
alkohol juga bisa menyebabkan fibrilasi atrial.
6. Inflamasi Jantung Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis). Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi. 7. Penyakit Jantung Rematik Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. 8. Kelainan Katup Jantung Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung. Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena pengecilan ( stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna ( prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi dan efek samping pengobatan. (Majalah kesehatan, 2007) Pemeriksaan Fisis Jantung
1. Inspeksi Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan misalnya pada stenosis mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita. Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan pemeriksaan dada adalah: 1) Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL) 2) Garis tengah klavikula (mid clavicular line/MCL) 3) Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL) 4) Garis parasternal kiri dan kanan (para sternal line/PSL) Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paruparu menutupi jantung, sehingga pungtum maksimimnya menghilang, suatu variasi yang khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena itu menghilangnya pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa jantung tidak bergerak bebas. Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser pungtum maksimum kearah kiri, sehingga akan berada diluar garis midklavikula dan kebawah. Efusi pleura kanan akan memindahkan pungtum maksimum ke aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser kekanan. Perlekatan pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan menyebabkan terjadi pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan, meningkat pada berbagai keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam. 2. Palpasi Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan dilakukan perabaan diatas iktus kordis (apical impulse). Lokasi point of masksimal impulse, normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1-2 cm2. Pulsasi ventrikel kiri
Pulsasi apeks dapat direkam dengan apikokardiograf. Pulsasi apeks yang melebar teraba seperti menggelombang (apical heaving). Apical heaving tanpa perubahan tempat ke lateral, terjadi misalnya pada beban sistolik ventrikel kiri yang meningkat akibat stenosis aorta. Apical heaving yang disertai peranjakan
tempat ke lateral bawah, terjadi misalnya pada beban diastolik ventrikel kiri yang meningkat akibat insufisiensi katub aorta. Pembesaran ventrikel kiri dapat menyebabkan iktus kordis beranjak ke lateral bawah. Pulsasi apeks kembar terdapat pada aneurisme apikal atau pada kardiomiopati hipertrofi obstruktif. Pulsasi ventrikel kanan
Area dibawah iga ke III/IV medial dari impuls apikal dekat garis sternal kiri, normal tidak ada pulsasi. Bila ada pulsasi pada area ini, kemungkinan disebabkan oleh kelebihan beban sistolik ventrikel kanan, misalnya pada stenosis pulmonal atau hipertensi pulmonal. Pulsasi yang kuat di daerah epigastrium dibawah prosesus sifoideus menunjukkan kemungkinan adanya hipertropi dan dilatasi ventrikel kanan. Pulsasi abnormal diatas iga ke III kanan menunjukkan kemungkinan adanya aneurisma aorta asendens. Pulsasi sistolik pada interkostal II sebelah kiri pada batas sternum menunjukkan adanya dilatasi arteri pulmonal. Getar jantung ( Cardiac Trill)
Getar jantung ialah terabanya getaran yang diakibatkan oleh desir aliran darah. Bising jantung adalah desiaran yang terdengar karena aliran darah. Getar jantung di daerah prekordial prekordial adalah getaran getaran atau vibrasi yang teraba di daerah prekordial. Getar sistolik (systolic thrill) timbul pada fase sistolik dan teraba bertepatan dengan terabanya impuls apikal. Getar diastolic (diastolic thrill) timbul
pada
fase
diastolik
dan
teraba
sesudah
impuls
apikal.
Getar sistolik yang panjang pada area mitral yang melebar ke lateral menunjukkan insufisiensi katup mitral. Getar sistolik yang pendek dengan lokasi di daerh mitral dan bersambung kearah aorta menunjukkan adanya stenosis katup aorta. Getar diastolik yang pendek di daerah apeks menunjukkan adanya stenosis mitral. Getar sistolik yang panjang pada area trikuspid menunjukkan adanya insufisiensi tricuspid. Getar sistolik pada area aorta pada lokasi didaerah cekungan suprasternal dan daerah karotis menunjukkan adanya stenosis katup aorta, sedangkan getar diastolik di daerah tersebut menunjukkan adanya insufisiensi aorta yang berat, biasanya getar tersebut lebih keras teraba pada waktu ekspirasi. Getar sistolik pada area pulmonal menunjukkan adanya stenosis
katup pulmonal. Pada gagal jantung kanan getar sistolik pada spatium interkostal ke 3 atau ke 4 linea para sternalis kiri. 3. Perkusi Cara perkusi Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan menentukan gambaran gambaran besarnya jantung. Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang jantung merupakan merupakan batas pekak pekak jantung pada pada RSI III pada garis garis parasternal parasternal kiri. 4. Auskultasi Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian hemodemanik darah dalam jantung. jantung. Alat yang digunakan digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece. Macam-macam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah. Bunyi jantung
Bunyi jantung utama: BJ, BJ II, BJ III, BJ IV Bunyi jantung tambahan, dapat berupa bunyi detik ejeksi (ejection click) yaitu bunyi yang terdengar bila ejeksi ventrikel terjadi dengan kekuatan yang lebih besar misalnya pada beban sistolik ventrikel kiri yang meninggi. Bunyi detak pembukaan katub (opening snap) terdengar bila pembukaan katup mitral terjadi dengan kekuatan yang lebih besar dari normal dan terbukanya sedikit melambat dari biasa, misalnya pada stenosis mitral. Bunyi jantung utama
Bunyi jantung I ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi pada awal sistolik, meregangnya daun-daun katup mitral dan trikuspid yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan cepat, meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun katup yang telah
menutup dengan sempurna, dan getaran kolom darah dalam outflow track (jalur keluar) ventrikel kiri dan di dinding pangkal aorta dengan sejumlah darah yang ada didalamnya. Bunyi jantung I terdiri dari komponen mitral dan trikuspidal Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I yaitu:
Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, Makin kuat dan cepat makin keras bunyinya. Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup makin kecil kesempatan akselerasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I dan sebaliknya makin lebar terbukanya katup atrioventrikuler sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup lebih cepat. Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah. Bunyi jantung I yang mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral. BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen aorta), penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal), perlambatan aliran yang mendadak dari darah pada akhir ejaksi sistolik, dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta yang baru tertutup rapat. Bunyi jantung II dapat dijumpai pada Duktus Arteriosus Persisten besar, Tetralogi Fallot, stenosis pulmonalis, Pada gagal jantung kanan suara jantung II pecah dengan lemahnya komponen pulmonal. Pada infark miokard akut bunyi jantung II pecah paradoksal, pada atrial septal depect bunyi jantung II terbelah. BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid filling). Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada pengisisan ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan aliran pengisian. Bunyi jantung III dapat dijumpai pada syok kardiogenik, kardiomiopati, gagal jantung, hipertensi. Bunyi jantung IV dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan akhir diastole ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat. Bunyi jantung IV dapat
dijumpai pada penyakit jantung hipertensif, hipertropi ventrikel kanan, kardiomiopati, angina pectoris, gagal jantung, hipertensi, Irama derap dapat dijumpai pada penyakit jantung koroner, infark miokard akut, miokarditis, kor pulmonal, kardiomiopati dalatasi, gagal jantung, hipertensi, regurgitasi aorta. (undefined, 2010)
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan
“Elektrokardiograf pada Manusia” B. Alat dan Bahan
1. Elektrokardiografi (EKG) 2. Kabel sedapan yang terdiri dari: 1) 4 buah sedapan ekstremitas: a) Tangan kiri (LA) b) Tangan kanan (RA) c) Kaki kiri (LL) d) Kaki kanan (RL) 2) 6 Buah sedapan dada: V1, V2, V3, V4, V5, V6 3. 10 elektroda yang terdiri dari: 1) 4 buah elektroda ekstremitas 2) 6 buah elektroda dada 4. Kertas EKG C. Cara Kerja
Orang coba (pria) berbaring terlentang dengan badan atas bebas dari pakaian. Bahan-bahan logam yang dipakai seperti ikat pinggang, cincin, arloji dan sebagainya, sebaiknya dibuka agar tidak menggangu rekaman. Oleskan EKG cream atau jelly pada tempat-tempat dimana akan dipasang elektroda untuk mengurangi resisten. Pasanglah keempat elektroda ekstremitas pada kedua pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian volar aatu medial. Pasanglah elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sedapan pada EKG dan ujung-ujungnya dihubungkan pada elektroda yang sesuai. Pasanglah elektroda pada dada sebagai berikut: V1: pada ruang intercostalis 4, linea parasternalis dextra V2: Pada ruang intercostalis 4, linea parasternalis sinistra V3: Pada pertengahan antara V2 dan V4
V4: pada ruang intercostalis 5 pada linea mid klavikularis V5: pada level 4, pada linea aksilaris anterior V6; pada level 4 pada linea mid aksilaris Hubungkan pada ujung-ujung kabel sadapan pada elektroda dada yang sesuai. Pasanglah kabel (arde) dan hubungkan EKG pada sumber listrik. Sekaarang mulailah dengan pencatatan. Pencatatan 1. Sadapan ekstremitas bipolar Adalah sadapan asli yang terpilih oleh Einthoven untuk mencatat potensial elektris dalam bidang frontal. Ini diperoleh denagn memutar selector pada EKG pada 1, 2, dan 3. Catatlah mula-mula Lead I, Lead II, dan akhirnya Lead III. Lakukan pencatatn 6 siklus gelombang EKG untuk tiap lead dan 12 siklus untuk lead II. 2. Sadapan unipolar (unipolar lead) Pertama-tama ditemukan oleh Wilson tahun 1932 Pencatatan dilakukan dengan 2 elektroda yaitu : a. Elektroda Indiferen: ketiga sadapan LA, RA, dan LL dihubungkan menjadi terminal sentral dan dihubungkan dengan sadapan RA. b. Elektroda Eksplorasi: adalah sadapan LA Sadapan Ekstremitas Uniplorasi (Augmented = diperkuat) Sadapan aVR : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada RA Sadapan aVL : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada LA Sadapan aVF : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada LL Putarlah selektor pada EKG ke naVR, aVL, aVF untuk mencatat sadapan tersebut. Buatlah 6 siklus untuk tiap sadapan. Sadapan prekordial Elektroda eksplorasi masing-masing pada V1, V2, V3, V4, V5, dan V6. Putarlah selektor EKG pada V1 kemudian catatlah siklus pada kertas EKG. Lanjutkan dengan V2 sampai V6. Denagn demikian saudara telah mencatat 12 sadapan dengan EKG. Hitunglah frekuensi jantung dengan menggunakan Lead II. Perhatikan kemungkinan
adanya kelainan pada gambaran EKG, irama jantung dan besarnya amplitudo gelombang EKG. Sumber Kesalahan 1. Orang coba tidak relaks (pengaruh tonus otot) 2. Letak elektroda 3. Resistensi antara elektroda dan kulit (poor skin contact) 4. Interferensi elektris D. Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan diperoleh hasil sebagai berikut 1. Frekuensi
: 1500/18=x/menit
2. Rhythm
: sinus ritme
3. P ware
: 0,08 detik/0,15
4. PR interval
: 0,14 detik
5. QRS komleks
: lebar : 0,08 detik
Axis
: 80
Konfigurasi
: normal
6. ST sement
: iseolektris (normal)
7. T Wave
: normal
KESAN: normal E. Analisis Hasil Percobaan
1. Frekuensi jantung (HR), dihitgng pada lead ke II. Didentifikasi letak PQRS dan menentukan HR yaitu engan dua cara 1) Regular, apabila R nya pas berada di kotak sedang, maka rumus yang dipkai adalah HR= 300/jumlah kotak sedang Kalau R nya tidak pas, maka rumusnya HR= 1500/jumlah kotak kecil 2) Irregular , kalu tidak teratur, hitung selama enam detik kemudian hitung jumlah R lau dikalikan dengan jumlah 10. Dari hasil pemeriksaan terjadi prekuensi yang regular, namun R nya tidak pas, maka rumus yang digunakan adalah HR= 1500/jumlah kotak kecil.
Diperoleh hasil 83. Berada pada frekuensi jantung normal yaitu 60100x/menit. 2. Rhythm (irama) Dalam menentukan irama ada 3 hal yang perlu diperhatikan 1) HR 60-100x/menit 2) Jarak antara R-R sama atau teratur 3) Gelombang P selalu didikuti gelombang PQRS Apabila memenuhi ketiga cara ini, maka; 1) Irama yang teratur disebut irama sinus 2) Apabila frekuensinya < 60x/menit disebut sinus bradikardi 3) Apabila frekuensinya >100x/menit disebut sinus takikardi Irama yang diperoleh dari hasil pemeriksan EKG pada orang coba adalah sinus ritme karena frekuensinya berada antara 60-100x/menit. 3. P wave (gelombang P) dihitung pada lead II. Untuk mengukur gelombang P, maka kita ukur mulai awal sampai akhir gelombang P. 1) Lebar = 2 kotak kecil x 0,04 detik= 0,08 detik, normalnya < 0,11 detik, jadi kesannya normal. 2) Tinggi = 2 kotak kecil x 0,1= 0,2 mv, normalnya < 0,25 mv, jadi kesannya normal. 4. P-R interval, dihitung pada lead ke II. Diukur dari awal gelombang P sampai dengan awal gelombang PQRS. Diperoleh hasil engan yaitu 4 kotak kecil x 0.04 detik= 0, 16 detik, normalnya adalah 0,12-0,20 detik, sedangkan hasil yang didapatkan dalah 0,16 maka kesanya adalah normal. Apabila tidak normal maka penyakitnya adlah AV blok. 5. QRS kompleks, dihitung pada lead ke III. 1) Lebar QRS, dihitung dari awal gelombang QRS sampai akhir gelombang QRS. Lebarnya = 2 x 0,04 detik = 0,08 detik, normalnya adalah 0,04- 0,10 detik. Jadi kesannya adalah normal. Apabila tidak normal maka penyakitnya dsebut ventrikel ekstrasistol.
2) Axis, dihitung pada lead I, gelombang R pada lead satu adalah R=3 dan Q=1 jadi R =3-1 =2. Sedankan gelombang R pada aVF adalah 12. 3) Nilai Q normalnya yaitu tidak boleh lebih dari 1/3 dari R dimana R =12 dan Q = 1, jadi R = 1/3 x 11= 3,67, dimana disini nilai Q < 3,67. Jadi keannya adalah normal. Jika Q lebih dari 1/3 R maka maka penyakitnya disebut sebagai OMI (old miokard infard) o
o
4) Jika -30 sampai 90 adalah LAD (left axis deviation). Jantung bergeser kekanan. o
o
5) + 110 -180 adalah RAD (right axis deviation). Jantung bergeser ke kiri. 6) Untuk menentukan konfigurasinya kita lihat R nilai normal: + di lead I, II, aVF, V5, V6. -
Di lead aVR, V1, V2 Bifasik di lead III, aVL, V3, V4. Konfigurasi pada data yang diperoleh yaitu: Lead I, II, aVF, V5, V6. Positif, Lead aVR, V1, V2 negatif dan lead III dan V4 positif, lead aVL, V3 negatif. Jadi kesannya adalah normal, tetapi jika terbalik disebut sebagai penyakit aterosklerosis.
6. ST sement, dihitung pada lead ke III. Diukur mulai akhir gelombang QRS sampai awal gelombang T, nilai normal isoelektris (-0,5 mm sampai +2,5mm). diukur untuk mengetahui adanya kelainan pada otot jantung (iskemia dan infrd). Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pas digaris isoeleskris. Jadi kesannnya adalah nomal. Jika ST delevasi maka nama penyakitnya adalah infark miokard, sedangkan bila ST depresi maka nama penyakitnya adalah iskemik. 7. T wave (gelombang T) Diukur tingginy mulai dari garis isoelektrik sampai puncak gelombang T. nilai normal amplitude ( tinggi) < 10 mm di lead precordial dan <5mm di lead ekstremitas minimum 1 mm. a. Konfigurasi gelobang T: 1) Positif dilead I, II, aVF, V2-V6 2) Negative di lead aVR
3) Bispatik di lead III, aVL, V1. Lead ekstremitas Lead I : 2 mm, Lead II :3 mm, Lead III: 1,5 mm, lead aVR 2 mm, lead aVL 1 mm dan lead aVF 2 mm ( < 5 mm). Lead precordial, lead V1: 2 mm, lead V2: 3 mm, lead V4: 8 mm, lead V5: 4 mm, lead V6: 3 mm. (< 10 mm). Konfigurasi gelombang T pada lead I, II, III aVF, V2, V3, V4, V5, V6, bernilai positif. Sedankan pada lead aVR, aVL dan V1 berilai negative. Dari hasil diatas menunjukkan pada keadaan normal. Tetapi apabila gelombang T terbalik menunjukkan adanya arteri coroner.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan EKG yang dilakukan ada beberapa kejadian-kejadian elektriks yang terjadi pada jantung yang dapat diukur melalui EKG antara lain yaitu; frekuensi, rhythm (irama), P ware, PR interval, QRS kompleks (lebar, axis, dan konfigurasi), ST sement, dan T ware. Dari beberapa kejadian elektris yang disebutkan memiliki ketentuan atau nilai normal tertentu, apabila nilai perhitungan EKG seseorang berada pada angka normal tersebut maka dikatakan seabagai normal, tetapi apabila kurang atau melebihi nilai normal maka itu menandakan adanya kelainan pada jantung seseorang, seperti sinus bradikardi, sinus takikardi, AV blok, ventrikel ekstrasistol, pergeseran jantung, iskemia, OMI, asterosklerosis, infard miokard, dan arteri coroner, semuanya dapat diagnosis dengan melakukan pemeriksaan EKG, namun bukan berarti bahwa pemeriksaan EKG ini merupakan alat untuk mendiagnosa suatu penyakit secara pasti atau menyeluruh, masih perlu dilakukan penkajian secara klinis lebih lanjut. Hal ini disebabkan dalam pengukuran EKG terkadan sseorang yang memiliki fisik yang normal biasa menunjukkan hasil EKG yang abnormal begitu pula sebaliknya. Tapi EKG merupakan alat yang baik sekali
untuk
digunakan
mendiagnosa
karena
disamping
mudah
dalam
penggunanaanya juga memiliki data yang cukup akurat . B. Saran
Adapun saran yang bisa diberikan: 1. Sebaiknya dalam melakukan percobaan, orang coba dan pemeriksa terjadi kesepakatan awal. 2. Sebaiknya dalam melakukan percobaan harus tepat waktu. 3. Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan EKG dilakukan penkajian teori yang lebih mendalam. Supaya praktikan dapat memahami leih jauh masalah EKG.
DAFTAR PUSTAKA
th
Admin.2008.http//:www.anatomi fisiologi jantung.com.March 4 . Asri, mahmuddin.2007. EKG praktis sehari-hari. Makassar:
Universitas
Hasanuddin. Guyton & Hall.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11.EGC. Jakarta Majalah kesehatan.2007.gangguan jantung.in http//:majalahkesehatan.com.june th
27
Pearce, Evelyn C.2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka: Jakarta Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk mahasiswa keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta Syaifuddin.2006.
Anatomi
fisiologi
untuk
mahasiswa
3.EGC.Jakarta Undefined.2010.pemeriksaan fisis jantung.in http//: th
www.Undefined.com.february 14
keperawatam.Edisi