BAB I DESKRIPSI PROYEK
1.1
Latar Belakang Proyek
Kawasan Bandung selatan telah menjadi kawasan padat penduduk di Kab Bandung. Dengan adanya permasalahan kepadatan penduduk tersebut, maka menjadi daya tarik bagi para Investor untuk membuka usaha di bidang properti seperti apartemen di kawasan Bandung Selatan. PT. Multi Karya Land Development melihat peluang tersebut menjanjikan, sehingga pemerintah Kabupaten Bandung mendukung maksud PT.Multi Karya Land Development untuk membenahi permasalahan ini. Jalan Telekomunikasi Raya, Terusan Buah Batu, Bandung Selatan menjadi salah satu jalan penghubung antara Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung sehingga dengan dibangunnya apartemen di Jalan Telekomunikasi Raya tersebut, maka apartemen tersebut diprediksi memiliki nilai jual yang tinggi, terutama dengan adanya kerjasama antara PT.Multi Karya Land Development dengan Telkom Foundation.
1.2
Maksud dan Tujuan Proyek Maksud proyek pembangunan Bandung Technoplex Living Apartement ini yaitu
sebagai hunian vertikal terutama bagi mahasiswa TelkomUniversity dan umumnya bagi masyarakat
yang
tinggal
di
sekitar
Bandung.
Upaya
mewujudkan
pemerataan
pembangunan dengan teknologi agar masyarakat tidak terpusat di satu wilayah, Apartemen Bandung Technoplex Living Apartment mempersembahkan suatu konsep hunian eksklusif yang menerapkan konsep terpadu o ( ne stop living) dengan adanya dukungan fasilitas lengkap, seperti fasilitas olahraga ( Gym, Jogging Track, Table Tennis, Billiard, Basketball
court 3 on 3 ) , fasilitas kemanan berupa CCTV, Card Access, serta fasilitas pendukung lainnya seperti Lazy Garden, Alfresco Dining, Shopping Center, Barbeque Zone, Medical
Center, Wi-Fi Internet, dan Cable TV sehingga membuat penghuninya merasa nyaman, dengan begitu diharapkan pembangunan proyek ini selesai dengan maksimal.
1
1.3
Data Proyek Data yang tercantum pada proyek pembangunan BandungTechnoplex Living
Apartement ini mmerupakan data yang mencakup keadaan prooyek secara keseluruhan yang meliputi data umum, data teknis, dan data jasa yang digunakan dalam pembangunan
Technoplex Living Apartement.
1.3.1 Data Umum Proyek
Data umum proyek pembangunan BandungTechnoplex Living Apartement adalah sebagai berikut : 1. Nama proyek
: Pembangunan Technoplex Living Apartment.
2. Alamat proyek
: Jl. Telekomunikasi Bojong Soang-Bandung.
3. Jenis bangunan
: Gedung Apartmen.
a.
Batas wilayah -
Utara
: Kios Makanan
-
Selatan
: Perumahan Warga
-
Barat
: Kampus Telkom University
-
Timur
: Jalan Terusan Buah Batu
Gambar 1.1 Foto lokasi proyek
b. Lama pembangunan
: 17 Bulan terhitung dari Hari Kalender
c. Pemilik Proyek
: PT. Multikarya Land Development
(1 Oktober 2015 s/d Maret 2017 ).
2
d. Konsultan Perencana -
Konsultan Arsitektur
: PT. Megatika International
-
Konsultan Struktur
: PT. Anugrah Multi Cipta Karya
-
Konsultan ME
: PT. Metakom
e. Konsultan MK
: PT.Gerald Dean Mandiri
f. Kontraktor Pelaksana Utama
: PT. PP (Persero)
g. Subkontraktor -
Gali Tanah
: PT. Bintang Multi Science
-
Bekisting
: CV. Matrik
-
Bore Pile
-
Floor Hardener
: PT. Franki Pile Indonesia : PT. Sinar Jaya Protection
h. Jenis kontrak
: Lump sump
i. Nilai Kontrak
: Rp. 255.200.000.000,- (termasuk PPn)
j. Jenis pembayaran
: Progress Payment
k. Masa pemeliharaan
: 12 bulan
1.3.2
Data Teknis Proyek
1. Tipe struktur
: Sistem Portal Tertutup
2. Fungsi bangunan
: Gedung Apartemen
3. Luas tanah
: 75.279 m²
4. Jumlah lantai
: 20 Lantai + 1 Basement + Roof Garden
5. Fungsi Lantai Bangunan •
Lantai Semi Basement
: Parkir
•
Lantai Ground (GF)
: Shop dan Café
•
Lantai P1
: Unit dan Parkir
•
Lantai P2
: Unit dan Parkir
•
Lantai 2
: Podium
•
Lantai 2-20 (19 lantai)
: Hunian
•
Lantai Atap
: Roof Garden
3
Tabel 1.1 Data Geometri dan Fungsi Lantai untuk Gedung Utama
Lantai
Fungsi
Basement
Elevasi (m) - 07,50
Parkir
Semi Basement
Ebony Oak Tower Tower Luas (m2) 4930
- 03,50
4930
Ground Floor
Shop dan Café
+ 00,00
4930
Lantai P1 Lantai p2
Unit dan Parkir Podium dan Hunian
+ 04,50 + 07,60
3950 3950
Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6 Lantai 7 Lantai 8 Lantai 9 Lantai 10 Lantai 11 Lantai 12 Lantai 13 Lantai 14 Lantai 15 Lantai 16 Lantai 17 Lantai 18 Lantai 19 Lantai 20 Atap
Hunian
Roof Garden
+ 11,40 + 14,30 + 17,20 + 20,10 + 23,00 + 25,90 + 28,80 + 31,70 + 34,60 + 37,50 + 40,40 + 43,30 + 46,20 + 49,10 + 52,10 + 55,10 + 58,00 + 60,90 + 63,80 + 67,30 Total Luas
3950 30350 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1786 1600
20538 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1209 1081 75279
6. Tahap pekerjaan -
Tahap 1
: Fondasi
-
Tahap 2
: Galian tanah basement dan struktur P1 & P2
-
Tahap 3
: Lantai GF sampai lantai 20
4
7. Fondasi a. Jenis Fondasi
: Fondasi Bore Pile
b. Jenis Struktur
: Beton Bertulang
c. Mutu beton Borepile
: K-250
d. Mutu beton Pilecap & Tie Beam
: K-300
e. Mutu Baja Tulangan
: Ø < 10 mm, U24
f. f. Ukuran Baja Tulangan
: D22, D19, D13, D10
8. Kolom a. Material : Beton Bertulang b. Mutu
: LT.SB – L 10 K-450 LT 11 – L 22 K-400
c. Dimensi : ( Dapat dilihat pada tabel 1.2 )
Tabel 1.2 Data Dimensi Kolom
Lantai
Keterangan Dimensi
Basement
Mutu Tulangan Dimensi
SB - Lt. 4
Mutu Tulangan Dimensi
Lt. 5 – Lt.10
Lt. 11 – Lt. 16
Lt. 17 – Lt. 22
Mutu Tulangan Dimensi Mutu Tulangan Dimensi Mutu Tulangan
K1
K2
-
-
500 mm x 1000 mm K- 450 24 D22 500 mm x 1000 mm K- 450 24 D22 400 mm x 900 mm K- 400 24 D22 400 mm x 800 mm K- 400 24 D22
800 mm x 800 mm K- 450 28 D22 800 mm x 800 mm K- 450 24 D22 700 mm x 700 mm K- 400 20 D22 700 mm x 700 mm K- 400 16 D22
K3 600 mm x 600 mm K- 450 16 D22
K4 Dia - 700 mm K- 450 16 D22
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
9. Balok a. Material
: Beton Bertulang
b. Mutu
: LT. SB – L 10 K-350
c. Dimensi
: ( Dapat dilihat pada tabel 1.3 )
LT. 11 – L 22 K-300
Tabel 1.3 Data Dimensi Balok
Balok Dimensi Tulangan Tulangan Atas Tulangan Bawah Sengkang
B1 400 mm x 700 mm Tumpuan Lapangan 8D22 4D22 5D22
8D22
D13 - 100
D13 –200
B2 300 mm x 600 mm Tumpuan Lapangan 6D22 3D22 4D22 D10- 100
4D22 D10 - 200
B3 250 mm x 500 mm Tumpuan Lapangan 7D19 3D19 4D19 D10 - 100
4D19 D10 - 200
Balok
BK1
BK2
B4A
Dimensi Tulangan Tulangan Atas Tulangan Bawah Sengkang
300 mm x 600 mm Tumpuan Lapangan 6 D22 6 D22
250 mm x 500 mm Tumpuan Lapangan 6 D16 2 D16
250 mm x 400 mm Tumpuan Lapangan 6 D19 3 D19
Balok Dimensi Tulangan Tulangan Atas Tulangan Bawah Sengkang
4 D22 D10 - 100
4 D22 D10 –100
BA2 250 mm x 400 mm Tumpuan Lapangan 6 D16 2 D16 4 D16
3 D16
D10 - 100
D10 –200
4 D16 D10 - 100
3 D16 D10 - 200
BA3 200 mm x 300 mm Tumpuan Lapangan 4 D16 2 D16 2 D16 D10 - 100
3 D16 D10 - 200
4 D19 D10 - 100
3 D19 D10 - 200
BA4 250 mm x 500 mm Tumpuan Lapangan 6 D16 3 D16 4 D16 D10 - 100
4 D16 D10 - 200
6
10. Pelat a. Material
: Beton Bertulang
b. Mutu
: LT.SB – L 10 K-350
c. Tebal
: ( Dapat dilihat pada tabel 1.4 )
LT 11 – L 22 K-300
Tabel 1.4 Data Tebal Pelat
Lantai Basement SB - Lt. 4 Lt. 5 – Lt.10 Lt. 11 – Lt. 16 Lt. 17 – Lt. 22
Keterangan Tebal Mutu Tebal Mutu Tebal Mutu Tebal Mutu Tebal Mutu
S0 300 mm K-350 K-350 K-350 K- 300 K- 300
S2 130 mm 130 mm -
S2' 120 mm 120 mm 120 mm -
S3 200 mm -
11. Core wall a. Material b. Mutu dan Tulangan
: Beton Bertulang : ( Dapat dilihat pada tabel 1.7 )
7
Tabel 1.5 Data Core wall
Lantai
Keterangan
CW1 A
CW1 B
CW1 C
CW1 D
CW2 A
CW2 B
CW1 D
Mutu
K- 450
K- 450
K- 450
K- 450
K- 450
K- 450
K- 450
Tulangan
28 D22
28 D22
28 D22
28 D22
28 D22
28 D22
28 D22
Mutu
K- 450
K- 450
K- 450
K- 450
K- 450
K- 450
K- 450
Tulangan
30 D19
24 D22
30 D19
24 D22
30 D19
24 D22
24 D22
Mutu
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
Tulangan
26 D19
20 D22
26 D19
20 D22
26 D19
20 D22
20 D22
Mutu
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
Tulangan
16 D22
16 D22
16 D22
16 D22
16 D22
16 D22
16 D22
Mutu
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
K- 400
Tulangan
16 D22
16 D22
16 D22
16 D22
16 D22
16 D22
16 D22
SB – Lt. 8
Lt. 9 – Lt.14
Lt. 15 – Lt.20
Lt. 17 – Lt. 22
Lt. 23 – Atap
12.
Atap a. Material
: Beton Bertulang (dak beton)
b. Mutu
: K-300
c. Tebal pelat dak
: 120 mm
13. Ready mix
: PT. Jaya Readymix
14. Merk baja tulangan
: MS (Master Steel) BJTD U40
= 400 Mpa)
( 15. Kawat pengikat
: 1 mm (baja lunak)
8
1.4
Peraturan yang Digunakan Peraturan dan acuan yang digunakan pada proyek pembangunanTechnoplex Living
Apartement dinyatakan dalam spesifikasi ini, secara umum harus mengikuti peraturanperaturan dalam standar umum yang berlaku sebagai berikut: 1. Penelitian pemadatan lapangan, ASTM D1557. 2. Cetakan dan perancah untuk beton, PBI 1971 NI-2. 3. Recommeded Practice for Concrete Formwork, ACI 347. 4. Tolerances for Reinforced Building, ACI 301. 5. Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Benda-Benda yang Tertanam Dalam Beton, PBI 1971 NI-2. 6. Pembongkaran cetakan dan pengencangan kembali perancah, PBI 1971 NI-2. 7. Standar Industri Indonesia-Baja Tulangan Beton, SII-0136. 8. Specification for Structural Concrete of Building , ACI-301. 9. Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete, ACI-315. 10. Building Code Requirements for Reinforced Concrete, ACI-318. 11. Standart Specification for Deformed and Plain Billet Steel, ASTM A165. 12. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung,SKSNI T15 1991 03. 13. Reinforcing Steel Weding Code, AWS 121. 14. Chemical requitment, ASTM A706. 15. Pemasangan dan pembuatan tulangan sesuai, SKSNI T15 1991 03. 16. Pembengkokan dan Toleransi Pelaksanaan Besi Beton, PBI 1971. 17. Distribusi Ukuran Partikel Agregat Halus, ACI 304. 18. Bahan umum bangunan, PUBI 1982. 19. Standard Specification for Ready Mixed Concrete, ASTM C94. 20. Standart Secification for Concrete Aggregates, ASTM C33. 21. Building Code Requirements for Reinforced Concrete, ACI 318. 22. Standard Test Method for Slump of Porland Cement Concrete, ASTM C143 23. Additive in Concrete, ASTM C494. 24. Mass Concrete, ACI 207. 25. Standard Methode of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams og
Concrete, ASTM C42. 26. Hammer Test, ASTM, C805 79. 27. Drilled Core Test, ASTM C42 77. 28. Loading Test, PBI 1971.
9
29. Pencampuran dan pengadukan mixer, PBI 1971. 30. Cara Pembuatan dan Jumlah Benda Uji Silinder, SNI 03-2847-2013. 31. Beton di cor harus sesuai, PBI 1971. 32. Perawatan dan pemeliharaan harus sesuai, PBI 1971 bab 6.6.
33. Desain for Fire Resistance of Precast Prestressed Concrate, ACI 216.1. 34. Baja tulangan Prestress, ASTM A416. 35. Material beton, ASTM A722. 36. Sambungan baja Carbon steel shapes and plates, ASTM A36. 37. Stainless stell plate, ASTM A666. 38. Specification for welding electrodes, AWS D1.1. 39. Besi beton, BJTD 24 dan BJTD 40.
1.5
Ruang Lingkup
1.5.1 Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek
Secara umum, ruang lingkup pekerjaan proyek Technoplex Living Apartement sebagai berikut: 1. Pekerjaan persiapan. a. Pembersihan lahan. b. Pengukuran dan survey. c. Pengadaan material. d. Mobilisasi peralatan. 2. Pekerjaan tanah. a. Pekerjaan galian tanah. b. Pekerjaan pemadatan tanah. 3. Pekerjaan struktur. a. Pekerjaan pondasi tiang pancang. b. Pekerjaan pile cap. c. Pekerjaan tie beam. d. Pekerjaan GWT/STP. e. Pekerjaan kolom. f. Pekerjaan balok. g. Pekerjaan plat lantai. h. Pekerjaan tangga. i. Pekerjaan Ramp.
10
4. Pekerjaan arsitektur a. Pekerjaan pasangan bata ringan b. Pekerjaan plesteran dan acian c. Pekerjaan pengecatan d. Pekerjaan pemasangan kusen e. Pekerjaan railing tangga f. Pekerjaan precast faasad g. Pekerjaan sanitary
1.5.2 Lingkup Pelaporan
BAB I Deskripsi Proyek Nama proyek, lokasi, pemilik, konsultan perencana, kontraktor,konsultan MK/Pengawas, biaya proyek, dan waktu pelaksanaan.
BAB II Kajian Perencanaan Struktur Konsep perencanaan struktur: -
Pembebanan.
-
Jenis struktur.
-
Analisis struktur.
BAB III Kajian Manajemen Proyek Kajian manejemen proyek meliputi: -
Proses pengadaan konsultan.
-
Proses pengadaan kontraktor.
-
Kontak.
-
Organisasi proyek.
BAB IV Kajian Metoda Pelaksanaan Konstruksi di Lapangan Kajian metoda pelaksanaan kontruksi terhadap: -
Material yang digunakan.
-
Peralatan konstruksi yang dipergunakan.
-
Metoda pelaksanaan konstruksi.
11
BAB V Pengendalian dan Pengawasan Pengendalian dan pengawasan mutu terhadap: -
Mutu pengerjaan (material dan hasil pegerjaan)
-
Waktu pelaksanaan konstruksi
-
Biaya pelaksanaan proyek
BAB VI Pembahasan -
Terhadap aspek perencanaan.
-
Terhadap proses pengadaian.
-
Terhadap kontrak.
-
Terhadap mutu material.
-
Terhadap mutu pelaksanaan.
-
Terhadap waktu pelaksanaan konstruksi.
BAB VII Kesimpulan dan Saran Kesimpulan: -
Terhadap aspek perencanaan.
-
Terhadap proses pengadaian.
-
Terhadap kontrak.
-
Terhadap mutu material.
-
Terhadap mutu pelaksanaan.
-
Terhadap waktu pelaksanaan konstruksi.
Saran: Masukan-masukan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh manajemen proyek namun tidak dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
12
BAB II KAJIAN ASPEK PERENCANAAN STRUKTUR
2.1
Tipe struktur dan jenis material Tipe struktur adalah sistem portal tertutup berupa sistem rangka bangunan dinding
geser beton bertulang khusus. Jenis material adalah beton bertulang, karena bangunan ini dibangun pada daerah yang berpotensi rawan gempa maka dalam desain nya harus direncanakan sebagai bangunan tahan gempa.
2.2
Kriteria Perencanaan Pada proyek ini untuk mendesain bangunan menjadi tahan gempa digunakan SNI
03-1726-2012 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, maka perencanaan pembangunan gedung bertingkat harus memenuhi aspek sebagai berikut: 1. Kategori Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban gempa. 2. Koefisien modifikasi respon Ra . 3. Gempa rencana dalam arah ortogonal, pada arah suatu sumbu bernilai 100% dan pada arah ortogonal bernilai 30%. Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan Technoplex Living
Apartement, yaitu : 1. SNI 03-1726-2012 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. 2. SNI 03-2847-2013 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
13
Berdasarkan SNI 1726-2012
Fungsi Bangunan : Gedung apartemen Kategori Risiko II
Gambar 2.1 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk Beban Gempa
Gambar 2.2 Response Spectrum Kota Bandung untuk Tanah Sedang
14
= 1)
Kategori Risiko II Faktor Keutamaan Gempa (
Gambar 2.3 Faktor Keutamaan Gempa
Berdasarkan website Puskim untuk tanah sedang di Kota Bandung diperoleh:
=1,450 =0,486 Koefisien Situs, Fa (SNI-1726-2012)
Gambar 2.4 Tabel Koefisien Situs, Fa
Koefisien Situs, FV (SNI-1726-2012)
Gambar 2.5 Tabel Koefisien Situs, Fv
15
(SNI-1726-2012)
Gambar 2.6 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada Periode Pendek
Karena nilai
=0,967 dan termasuk kategori risiko II maka termasuk kategori risiko
D.
2.3
Pembebanan Struktur Pada proyek Technoplex Living Apartement acuan yang digunakan dalam
pembebanan adalah SNI 03-2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. Beban yang diperhitungkan dalam analisis struktur Technoplex Living
Apartement meliputi beban mati, beban hidup, dan beban gempa.
2.3.1
Beban Mati (Dead Load/DL) Beban mati yang bekerja pada strukturTechnoplex Living Apartement berupa
beban sendiri pelat, beban sendiri balok, dan beban sendiri kolom dengan berat jenis beton yang digunakan adalah 2400 kg/m3.
2.3.2
Beban Mati Tambahan ( Superimposed Dead Load/SDL) Beban mati yang bekerja pada struktur bangunan berupa : a.
Dinding precast
= 783 kg/m
b. Berat spesi tebal 2 cm
= 42 kg/m2
c.
= 24 kg/m2
Berat lantai keramik tebal 1 cm
d. Berat rangka + plafond
= 18 kg/m2
e.
AC + pipa
= 10 kg/m2
f.
Berat plumbing
= 25 kg/m2
16
2.3.3
Beban Hidup (Live Load/LL) Beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung. Beban
hidup yang diperoleh bergantung pada fungsi bangunan tersebut. Pada proyek pembangunan Technoplex Living Apartment fungsi bangunan tersebut adalah Apartment dimana beban hidup yang dipikul ada didalam SNI 1727-2013 mengenai beban minimum untuk perancangan bangunan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Beban hidup merata dan terpusat minimum
Hunian atau penggunaan
Merata psf (kN/m2)
Rumah tinggal semua ruang kecuali tangga dan balkon atap digunakan untuk taman atap
2.3.4
Terpusat lb (kN)
40 (1,92)
-
100 (4,79)
-
Beban Gempa (Earthquake/E) Beban gempa yang digunakan dalam perencanaanTechnoplex Living Apartement
diasumsikan sebagai respon spektrum gempa pada wilayah Bandung– Jawa Barat untuk tanah sedang. , penginputan beban gempa atau respons spektra bisa diakses pada website puskim dengan menginputkan koordinat lokasi proyek.
Gambar 2.7 Menunjukkan nilai spektral percepatan untuk tanah sedang di kota Bandung
seperti yang bersumber dari puskim.pu.go.id.
17
Gambar 2.8Gempa maksimum yang di pertimbangkan risiko-tertarget (Ss, MCER), kelas sit us tanah sedang
18
Gambar 2.9Gempa maksimum yang di pertimbangkan risiko-tertarget (S1, MCER), kelas situs tanah sedang
19
Gambar 2.10Gempa maksimum yang di pertimbangkan risiko-tertarget (PGA, MCEG), kelas situs tanah sedang
20
Gambar 2.11Koefisien risiko terpetakan (CRS) perioda respons spektral 0.2 detik
21
Gambar 2.12Koefisien risiko terpetakan (CR1) perioda respons spektral 1 deti k
22
2.4 Jenis Struktur Pada proyek Technoplex Living Apartement, jenis struktur yang digunakan adalah beton bertulang. Pihak pemilik proyek memilih material beton bertulang karena dari segi
loading material tidak sulit, lalu dari segi estetika mudah dibentuk, dan dari segi kekuatan struktur beton bertulang mampu memikul beban gempa. Sistem struktur yang digunakan dalam perencanaan gedung ini ialah sistem rangka yang terdiri atas elemen kolom, balok, pelat, dan core wall
2.5 Tipe Struktur Berdasarkan SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung,Technoplex Living Apartement termasuk ke dalam kategori sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25% gaya gempa yang ditetapkan. Sistem rangka atau skeleton yang terdiri dari pelat, balok, kolom, dan core wall.
2.6
Analisis Struktur Perangkat lunak (software) yaitu SAP 2000 digunakan sebagai alat bantu dalam
menganalisis struktur Technoplex Living Apartment. Bagian struktur yang akan dianalisis adalah balok dan kolom struktur gedung tower L , balok yang ditinjau adalah balok B3 sedangkan kolom yang ditinjau kolom K1. Tahapan analisis dengan menggunakan software SAP 2000 dimulai dari pemodelan struktur, define meterial, define penampang, pembebanan, analisis, dan pemeriksaan data output dari SAP 2000.
23
Gambar 2.13 Bagian struktur yang dianalisis pada SAP2000 adalah struktur L yang
terletak dikanan pada gambar
24
2.6.1 Tahap Input Data Pada bagian ini, tahapan yang digunakan untuk memasukan data kedalam software SAP 2000 meliputi pembuatan grid, joint, frame, material dan penampang yang digunakan. 1. Membuat grid tahapan pembuatan grid padasoftware SAP 2000 yang berfungsi sebagai garis bantu untuk membuat frame : File → new model → pilih grid only → klik OK → klik dua kali pada grid → masukan grid sesuai dengan denah yang ada → klik OK.
Gambar 2.14 Membuat grid
25
Gambar 2.15 Edit grid system data
2. Membuat joint Klik draw special joint → klik pada bagian grid yang telah dibuat pada tahap sebelumnya → lanjutkan langkah sebelumnya sampai joint telah diberikan pada seluruh pemodelan struktur sesuai dengan denah yang ada.
Gambar 2.16 Draw joint
26
Gambar 2.17 Mengaplikasikan joint pada grid
3. Membuat frame Tahapan membuat frame cukup mudah yaitu hanya klik draw frame → hubungkan joint yang telah dibuat pada tahap sebelumnya → lakukan langkah sebelumnya sampai semua joint telah terhubung sesuai dengan denahh yang ada.
Gambar 2.18 Frame struktur
4. Membuat pelat Klik draw poly area untuk pelat yang tidak berbentuk segiempat atau dapat menggunakan draw rectangular area untuk pelat yang berbentuk persegi kemudian aplikasikan padaframe.
27
Gambar 2.19 Membuat area pelat
5. Define material
Define material berfungsi untuk memasukan jenis material apa saja yang digunakan pada struktur tersebut mulai dari mutu beton, mutu baja, dan lainlain yang mencakup tentang material yang digunakan pada struktur proyek tersebut. Langkah untuk define material : Klik define → pilih material → klik add new material → masukan parameterparameter material yang digunakan seperti berat jenis, mutu beton, modulus elastisitas dan poission ratio. •
Mutu beton :
fc’ = 37,35 MPa (K-450) fc’ = 33,2 MPa (K -400) fc’ = 29,05 MPa (K-350) fc’ = 24,9 MPa (K -300) •
Mutu baja tulangan, fy = 400 MPa dan fys = 240 MPa
•
Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 fc MPa
•
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
•
Poisson’s ratio = 0,3
√
,
28
Gambar 2.20 Input material property data
6. Define penampang Elemen struktur yang digunakan pada gedung ini yaitu balok, kolom, dan pelat. Elemen–elemen struktur tersebut menggunakan material beton dan tulangan. Langkah untuk define penampang : Klik define → pilih section properties → frame section → add new properties
→ pilih frame section properties sesuai dengan penampang yang ingin digunakan → klik OK → masukan dimensi penampang → concrete
reinforcement → masukan data diameter tulangan baja, mutu baja, selimut, dan jumlah tulangan → klik OK
29
Gambar 2.21 Memasukan dimensi kolom
Gambar 2.22 Memasukan data penulangan
30
7. Define beban Tahapan pendefinisian beban pada SAP 2000 dimulai dengan menentukan
Static Load Cases, lalu selanjutnya menentukan Load Combinations. Cara pendefinisian beban pada program SAP 2000 : a.
Penentuan Static Load Cases yaitu Define → Static Load Cases, masukkan
nama–nama
beban
yang
akan
didefinisikan
(DL/LL/SDL/EX/EY).
Gambar 2.23 Pembebanan
b. Define load combinations yaitu define → Define load combinations
→ add new combo → masukan jenis kombinasi yang ada pada SNI 1727_2013, semakin banyak kombinasi beban yang dimasukan maka semakin dapat diketahui dampak terbesar yang akan diterima oleh struktur tersebut. Kombinasi 1
= 1,4 DL
•
Kombinasi 2
= 1,2 DL + 1,6 LL
•
Kombinasi 3
= 1,2 DL + 0,5 LL + 1,0 EX + 0,3 EY
•
Kombinasi 4
= 1,2 DL + 0,5 LL + 1,0 EX - 0,3 EY
•
Kombinasi 5
= 1,2 DL + 0,5 LL - 1,0 EX + 0,3 EY
•
Kombinasi 6 Kombinasi 7
= 1,2 DL + 0,5 LL - 1,0 EX - 0,3 EY = 1,2 DL + 0,5 LL + 0,3 EX + 1,0 EY
•
Kombinasi 8
= 1,2 DL + 0,5 LL + 0,3 EX - 1,0 EY
•
Kombinasi 9
= 1,2 DL + 0,5 LL - 0,3 EX + 1,0 EY
•
Kombinasi 10 = 1,2 DL + 0,5 LL - 0,3 EX - 1,0 EY
•
Kombinasi 11 = 0,9 DL + 1 EX + 0,3 EY
•
Kombinasi 12 = 0,9 DL + 1 EX - 0,3 EY
•
Kombinasi 13 = 0,9 DL - 1 EX + 0,3 EY
•
•
31
•
Kombinasi 14 = 0,9 DL - 1 EX - 0,3 EY
•
Kombinasi 15 = 0,9 DL + 0,3 EX + 1 EY
•
Kombinasi 16 = 0,9 DL + 0,3 EX - 1 EY
•
Kombinasi 17 = 0,9 DL - 0,3 EX + 1 EY
•
Kombinasi 18 = 0,9 DL - 0,3 EX - 1 EY
Gambar 2.24 Input load combinations
Setelah
semua
langkah-langkah
diatas
terpenuhi,
tahap
selanjutnya
adalah
mengaplikasikan seluruh material, penampang, dan beban pada frame yang telah dibuat dengan menggunakan tool assign. Setelah selesai maka tampilan 3D pada SAP 2000 akan terlihat seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.25 Tampilan 3D struktur
32
2.6.2 Run Analysis Run Analysis merupakan perintah untuk mendapatkan output dari seluruh pendefinisian dan peletakan beban. Sebelum di Run Analyze, Analyze Option diatur dahulu, tahapannya adalah Analyze → Analyze Option → centang Dynamic Analysis dan Include P-Delta, kemudian Run Analysis tahapannya adalah Analyze → Run analysis.
Gambar 2.26 Run analysis
2.6.3 Output Output atau hasil dari SAP 2000 berupa gaya dalam (normal, geser dan momen) dengan gambar gaya dalam dari struktur yang dianalisis.
33
Gambar 2.27 Diagram momen akibat bebanenvelope
Gambar 2.28 Diagram geser akibat bebanenvelope
34
2.6.4 Perhitungan tulangan pada balok Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui jumlah dan diameter tulangan balok pada proyek, perhitungan menggunakan aplikasi SAP 2000
dilakukan dengan
menggunakan data luas tulangan yang didapatkan dari output SAP 2000. Balok yang dihitung adalah balok dengan dimensi 500 x 250 mm. Berikut adalah hasil perhitungan tulangan yang telah didapatkan.
Gambar 2.29 Data required rebar
Gambar 2.30 Data required rebar pada tumpuan dan lapangan
Berdasarkan hasil luas tulangan yang telah didapatkan dari output SAP 2000 , maka luas tulangan tersebut dibandingkan dengan luas tulangan masing-masing diameter tulangan yang direncanakan, yang pada akhirnya didapatkan jumlah tulangan yang dibutuhkan.
35
Tumpuan (928 mm2)
Lapangan (294 mm2)
Tumpuan (511 mm2)
(448 mm2)
( 594 mm2)
(334 mm2)
Gambar 2.31 Luas Tulangan Tumpuan dan Lapangan hasil analisis
•
Diambil diameter 19 mm ( Tumpuan kiri ) Luas Tulangan
= 0,25 ×
2 ×d = 0,25 ×
2 ×19 = 283,385 mm2
928
283,385 = 3,274 ≈ 4 batang 448 Jumlah tulangan = 283,385 = 1,581 ≈ 2 batang Jumlah tulangan =
•
Diambil diameter 19 mm ( Lapangan ) Luas Tulangan
= 0,25 ×
2 ×d = 0,25 ×
2 ×19 = 283,385 mm2
294
283,385 = 1,037 ≈ 2 batang 594 Jumlah tulangan = 283,385 = 2,096 ≈ 3 batang Jumlah tulangan =
•
Diambil diameter 19 mm ( Tumpuan kanan ) 2 Luas Tulangan = 0,25 × ×d2 = 0,25 × ×19 = 283,385 mm2 511
283,385 = 1,803 ≈ 2 batang 334 Jumlah tulangan = 283,385 = 1,178 ≈ 2 batang Jumlah tulangan =
36
Gambar 2.32 Tulangan balok aktual
Berdasarkan hasil perhitungan pada tulangan Balok 500 x 250 mm, maka didapatkan jumlah tulangan tumpuan yaitu bagian atas 4 buah dan bawah 2 buah dengan diameter 19 mm. Sedangkan tulangan lapangan atas 2 buah dan bawah 3 buah dengan diameter yang sama 19 mm, jika dibandingkan dengan jumlah tulangan balok antara gambar rencana pada proyek pembangunan technoplex living apartment dengan hasil perhitungan didapat perbedaan. Perbedaan hasil rencana pada SAP 2000 dengan rencana pada proyek ini diakibatkan karena saat merencanakan pemodelan pembebanan yang dimasukan tidak sekompleks dengan apa yang dibuat oleh perencana profesional, kemudian distribusi bebannya juga tidak sedetail dengan perencana sehingga hasil dari perencanaan pada SAP 2000 ini jauh berbeda dengan tulangan rencana pada proyek ini.
37
2.6.5
Perhitungan tulangan pada kolom Untuk menentukan jumlah tulangan dan dimensi pada kolom digunakan software
PCA colomn agar mempermudah perhitungan. Beban yang dipikul oleh kolom didapat dari hasil run analysis pada software SAP 2000 kemudian dapat langsung di input kedalam
software PCA colomn. Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan :
Gambar 2.33 Element Column Force
Berdasarkan hasil data Output dari element force frame yang diperoleh dari
software SAP 2014, didapat data untuk menghitung tulangan kolom pada elemen kolom K1, yaitu: •
Aksial maksimum
= -5043,533 KN
•
Momen maksimum arah-X
= -11,833 KNm
•
Momen maksimum arah-Y
= -248,19 KNm
Tulangan kolom yang ditinjau adalah kolom dengan dimensi 1000×500 mm karena kolom tersebut memikul segmen terbesar dari struktur yang dianalisis. Dalam menganalilsis kapasitas tulangan pada kolom ini digunakan alat bantu software yaitu PCA Column.
38
Gambar 2.34 Output data kolom 1000×500 mm
Berikut ini adalah tahapan pengerjaan peng-input-an perhitungan kapasitas tulangan menggunakan program PCA Column.
1. Klik Input → pilih General Information → masukkan data proyek → klik OK.
Gambar 2.35 Pendefinisian general information
39
2. Klik Input → pilih Material Properties → masukkan data
´ dan → OK
Gambar 2.36 Pendefinisian material properties
3. Klik Input → pilih Section → pilih Rectangular → masukkan data dimensi kolom → klik OK.
Gambar 2.37 Pendefinisian dimensi kolom
4. Klik Input → pilih Reinforcement → pilih Side Different → masukkan data pada kolom No of Bar, Bar size dan Clear Cover-nya lalu pilih Cover to Transverse
Bars → klik OK.
Gambar 2.38 Pendefinisian data tulangan kolom
40
5. Klik Input → pilih Loads → pilih Factored → masukkan data hasil analisis
Element Frame yang diperoleh sebelumnya →Insert → klik OK.
Gambar 2.39 Pendefinisian pembebanan kolom
Gambar 2.40 Output data tulangan
6. klik solve → klik Execute atau tekan F5
Gambar 2.41 Penyelesaian
41
Kemudian diagram
momen yang terjadi pada kolom K1 akan muncul dan
menunjukkan kekuatan aksial dan momen kolom tersebut.
Oktaf 1
Gambar 2.42 Output data tulangan menggunakansoftware PCA Column
Gambar 2.43 Output data kolom 1000×500 mm
Dari output PCA Column didapat bahwa jumlah dan diameter tulangan untuk kolom K1 berdimensi 1000×500 mm dengan rincian sebagai berikut:
42
•
Jumlah tulangan
= 14 buah
•
Diameter
= 22 mm
Gambar 2.44 Tulangan kolom aktual
Berdasarkan hasil perhitungan pada tulangan Kolom 1000x500 mm, maka didapatkan jumlah tulangan yaitu 14 buah dengan diameter 22 mm. Dengan membandingkan jumlah dan dimensi tulangan kolom antara gambar rencana pada proyek pembangunan Technoplex Living Apartment dengan hasil perhitungan didapat perbedaan antara jumlah dan dimensi tulangan. kolom dapat memikul beban maksimum yang bekerja dengan tulangan yang lebih sedikit daripada desain di lapangan yaitu 14 buah dari 24 buah. Hal ini disebabkan beban yang dimasukan tidak sekompleks dengan apa yang ada pada proyek tersebut seperti beban angin yang seharusnya dimasukan tetapi pada analisis perhitungan tidak dimasukan karena keterbatasan pengetahuan tentang beban angin, serta bebas Core wall tidak dimasukkan memungkinkan analisis kolom tidak teliti.
BAB III MANAJEMEN PROYEK
43
3.1 Pengadaan Kontraktor Dalam
proyek
pembangunan Technoplex
Living Apartement
pihak
owner
PT.Multikarya Land Development memilih proses pengadaan jasa kontraktor dengan cara Pelelangan Umum. yang dimenangkan oleh PT.PP (persero) sebagai kontraktor utama dalam pembangunan Technoplex Living Apartement. Setelah
PT.PP (Persero) menjadi pemenang tender,
PT.Multikarya Land
Development sebagai owner memberikan surat perintah kerja kepada PT.PP (Persero) untuk melaksanakan pembangunan Technoplex Living Apartement dengan kontrak 17 bulan (1 Oktober 2015 s.d. 30 Maret 2017). Selain PT. PP (Persero) sebagai kontraktor utama, terdapat Subkontraktor yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan Technoplex
Living Apartement yaitu PT.BintangMulti Science (Galian Tanah), CV.Matrik (Bekisting), PT. Franki Pile Indonesia (Bore Pile), dan PT.Sinar Jaya Protection (Floor Hardener).
3.2 Pengadaan Konsultan Proses pengadaan konsultan perencana dan konsultan MK menggunakan sistem penunjukan langsung, yang ditunjuk adalah PT.Megatika Internasional sebagai konsultan arsitektur, PT.Anugrah multi cipta karya sebagai konsultan struktur, dan PT.Metakom sebagai konsultan ME, dan PT.Gerald Dean Mandiri sebagai konsultan MK.
3.3 Kontrak Jenis kontrak yang disepakati pada proyek Technoplex Living Apartement adalah jenis kontrak lumpsum. Alasannya disepakati kontraklumpsum ini karena keinginan dari pihak PT.Multikarya Land Development sebagai owner. Sistem pembayaran menggunakan sistem pembayaran bertahap, lebih tepatnya Pembayaran Bulanan Monthly ( Payment). Dalam sistem pembayaran ini, pembayaran kepada PT.Gerald Dean Mandiri dilakukan setiap bulan sampai dengan waktu kontrak selesai dengan jumlah yang tetap sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. Dipilihnya sistem pembayaran ini merupakan keinginan dari pihak owner, menilai dari jenis pekerjaan konsultan pengawas yang hanya mengawasi dan mengarahkan manajemen pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Dalam sistem pembayaran ini, PT. PP (Persero) akan mendapatkan pembayaran secara rutin oleh owner atas dasar kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai gambar dan spesifikasi yang berlaku dalam kontrak. Tabel 3.1 Rencana Sistem Pembayaran Kontraktor
44
3.4 Organisasi Proyek
Struktur organisasi proyek bertujuan untuk mempermudah dalam pelaksanaan proyek dimana dalam organisasi ini digambarkan pembagian peranan dan tanggung jawab serta hubungan fungsional dan hubungan kontraktual dari masing-masing pihak. Adapun Hubungan kerja yang baik dan terorganisir mutlak diperlukan dalam mengelola suatu proyek konstruksi. Dimana semua pihak dari unsur-unsur proyek harus tunduk dan patuh kepada peraturan yang telah ditetapkan. Unsur-unsur proyek yang terlibat dalam Proyek Pembangunan Technoplex Living Apartement adalah owner, owner lapangan
memberikan tugas/pekerjaan kepada konsultan pengawas, konsultan perencanan dan kontraktor pelaksana. Adapun hubungan kerja antar unsur proyek ditunjukan oleh gambar berikut:
45
Konsultan MK PT. Gerald Dean Mandiri
Gambar 3.1 Hubungan kerjan dan unsur proyek di Technoplex Living Apartement
3.4.1
Hubungan Pemilik Proyek ( owner) dengan Konsultan Perencana
Hubungan antara pemilik proyek o ( wner) dan konsultan perencana terikat dalam suatu kontrak kerja. Konsultan perencana ditunjuk oleh pemilik proyek untuk mendesain dan merencanakan bangunan sesuai apa yang diinginkan oleh pemilik proyek. Hasil desain dan perencanaan konsultan perencana akan ditunjukkan dan diserahkan kepada pemilik proyek untuk mendapatkan persetujuan dan nantinya dapat dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana. Pemilik proyekakan memberikan imbalan jasa kepada konsultan perencana.
3.4.2
Hubungan Pemilik Proyek (owner) dengan Kontraktor Pelaksana
Hubungan antara pemilik proyek dan kontraktor pelaksana terikat dalam suatu kontrak kerja. Kontraktor pelaksana melaksanakan pekerjaan proyek hingga selesai secara keseluruhan. Hasil pekerjaan kontraktor pelaksana, akan diserahkan kembali kepada pemilik proyek. Hasil yang diharapkan adalah pekerjaan yang tepat mutu, tepat biaya, tepat waktu, dan sesuai dengan kontrak kerja. Pemilik proyek akan menyediakan dana sebagai biaya pelaksanaan dan jasa bagi kontraktor pelaksana. 3.4.3
Hubungan Pemilik Proyek (owner) dengan Konsultan MK
Hubungan antara Pemilik proyek dengan Konsultan MK adalah terikat kontrak. Konsultan MK bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan yang dilakukan oleh kontraktor
46
pelaksana dan melaporkan kemajuan hasil pekerjaan kepada pemilik proyek. Pemilik proyek akan memberikan imbalan jasa bagi konsultan manajemen konstruksi.
3.4.4
Hubungan Konsultan MK dengan Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana harus melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Sedangkan pihak konsultan MK akan mengawasi bagaimana kinerja dari kontraktor. Pihak konsultan MK akan memastikan bahwa spesifikasi yang ada harus dilaksanakan dengan baik oleh kontraktor pelaksana. Kontraktor pelaksana dapat mengkonsultasikan masalah-masalah yang timbul di lapangan dengan Konsultan MK.
3.4.5
Hubungan Konsultan Perencana dengan Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana melaksanakan pekerjaan proyek rencana kerja dan syarat (RKS) dan gambar rencana kerja yang disusun oleh konsultan perencana. Kontraktor dapat berkoordinasi langsung dengan konsultan perencana terkait perubahan desain atau ketidaksesuaian antara perencanaan dan kondisi di lapangan.
3.4.6
Hubungan Kontraktor Pelaksana dengan Sub Kontraktor
Kontraktor pelaksana mempunyai wewenang untuk memberi tugas ke sub kontraktor. Sub kontraktor berkewajiban menyediakan alat, bahan, ataumenyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh kontraktor pelaksana sesuai dengan perjanjian kedua pihak. Kontraktor pelaksana akan memberikan imbalan jasa kepada sub kontraktor.
47
3.4.7 Hubungan Kontraktor Perencana dengan Konsultan MK
Berkoordinasi dalam hal pengelolaan dan pengawasan jalannya pekerjaan agar sesuai dengan rancangan konsultan perencana. Selain itu hubungan kerja dan konsultasi dapat dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan terhadap perencanaan gambar dan anggaran biaya sesuai keinginan pemberi tugas.
3.5
Struktur Organisasi Kontraktor Utama
Pengorganisasian merupakan salah satu bentuk manajemen yang harus diterapkan dalam suatu perusahaan. Pada Proyek PembangunanTechnoplex Living Apartement, kontraktor pelaksana memiliki struktur oganisasi dengan tugas dan wewenangnya masingmasing sebagai berikut:
Gambar 3.2 Struktur organisasi kontraktor pada proyek Technoplex Living Apartement
3.5.1 Project Manager (PM)
Preject manager merupakan pemimpin diproyek,berfungsi sebagai penanggung jawab tercapainya tujuan proyek, pengelola dan bertanggung jawab pada seluruh sumber daya sehingga efekif dan efisien guna tecapainya sasaran/tujuan di unitnya dan bertanggung jawab untuk terlaksananya sistem manajemen mutu ISO-9000 dan K3L.
48
Project manager bertanggung jawab langsung kepada cabang, atas terlaksananya tugas dengan baik. Adapun tugas dari project manager : 1.
Membuat RAPK dan Kegiatan perencanaan yang lain.
2.
Mempresentasikan RAPK untuk disahkan.
3.
Menggerakkan sumber daya guna tercapainya sasaran proyek dari segi biaya, mutu, waktu dan K3.
4.
Membina hubungan kerja dengan owner, konsultan prencana/pengawas, sub kontaktor, supplier dan mandor.
5.
Melaksanakan atau menelenggarakan rapat mingguan atau rapat bulanan internal dan eksternal.
6.
Membina Site Manager guna meningkatan kinerjanya dalam mendukung visi perusahaan.
3.5.2 Safety, Health, and Environtment Officer (SHEO)
Dalam proyek ini, terdapat divisi Safety, Health, and EnvironmentOfficer (SHEO) yang bertanggung jawab atas keperluan proyek atas kelengkapan keamanan karyawan, kesehatan karyawan, kualitas kerjaan, dan kondisi lingkungan. Di proyek ini, divisi SHEO dipimpin oleh seorang Manajer SHEO. Divisi SHEO memiliki wewenang dan tanggung jawab : 1.
Melakukan dokumentasi pekerjaan berupa foto,
2.
Pemeriksaan hasil pekerjaan dengan membuatcheck list hasil pekerjaan,
3.
Mengawal proses uji kekuatan material.
4.
Bertanggungjawab atas kelengkapan Alat Perlindungan Diri (APD) bagi para karyawan dan pekerja yang ada di lapangan.
5.
Bertanggungjawab atas perlengkapan pemadam kebakaran.
6.
Mengkoordinasikan mengenai rambu-rambu keselamatan dan rambu petunjuk di area proyek.
7.
Membuat laporan yang berkaitan dengan keselamatan kerja seperti laporan kecelakaan.
8.
Bertanggungjawab atas pembuatan surat-surat yang berkaitan dengan laporan pekerjaan dan mutu pekerjaan.
49
3.5.3 Site Administration Manager
Site Administration Manager merupakan penanggung jawab keuangan selama proyek berlangsung. Adapun tugas dan tanggung jawab dari Site Administration Manager adalah sebagai berikut: 1.
Memonitoring pembelian barang.
2.
Menyetujui atau menolak pembelian suatu barang.
3.
Bertanggung jawab atas pengendalian biaya-biaya yang dikeluarkan selama proyek berlangsung termasuk upah pekerja. Site Manager Engineering
Site Manager Engineeringmerupakan penanggung jawab bidang perencanaan teknis dan pengendalian operasional.Site managerengineering membawahi engineer struktur dan
engineer M&E. Adapun tugas dari site manager engineering : 1.
Membuat perencaaan operasional meliputi quality plan, metode pelaksanaan, perhitungan konstruksi yang diperlukan dan scheduling.
2.
Mempelajari dan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam kontrak kerja denga pihak I (Owner) dan pihak III (Sub kontraktor).
3.
Membuat laporan-laporan proyek baik harian, minguan atau bulanan.
4.
Melakukan seleksi dan negoisasi dengan sub kontraktor dan supplier sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5.
Mengadakan komunikasi dengan pihak perencana/pengawas dalam bidang teknis operasional.
6.
Melaksanakan pengawasan terhadap mutu produk melalui jadwal inspeksi, terhadap biaya, progress fisik dan pendatangan material.
7.
Menyusun administrasi pekerjaan tambah/kurang dan menyusunnya dalam adendum kontrak.
3.5.4
Site Manager Architecture Site Manager Architecture merupakan penaggung jawab bidang perencanaan
arsitektur.Tugas dan tanggung jawab dari Site manager architecture yaitu : 1.
Bertanggung jawab dalam realisasi Shop Drawing Architecture
2.
Melakukan time control, scheduling dan pengawasan selama pekerjaan arsitektur
3.
Melakukan seleksi dan negosasi dengan sub kontraktor dan supplier arsitektur sesuai dengan prosedur yang berlaku.
4.
Mengadakan komunikasi dengan pihak perencana/pengawas dalam bidang teknis operasional.
50
3.5.5 Site Manager Strucure
Site Manager Structuremerupakan penaggung jawab bidang pelaksanaan teknis agar sesuai dengan shop drawing. Site managerengineering membawahi tim surveyor struktur dan supervisor struktur.Tugas dan tanggung jawab dari Site manager structure : 1.
Bertanggung jawab atas pengelolaan pelaksanaan pekerjaan.
2.
Memperhatikan metode konstruksi, sistematika dan tahapan pelaksanaan selama proyek berlangsung.
3.
Menyelesaikan permasalahan dan mengatur suatu pekerjaan agar sesuai dengan
schedule proyek yang telah di sepakati.
3.5.6 Logistic
Logistic merupakan penaggung jawab bagian pengadaan barang selama proyek berlangsung.Tugas dan tanggung jawab dari Logistic : 1.
Memilih, merancang dan menghubungisupplier.
2.
Melakukan proses pembelian.
3.
Bertanggung jawab atas ketepatan waktu kedatangan barang baik bahan bangunan maupun alat-alat yang diperlukan.
4.
Memelihara dan bertanggung jawab dalam pemeliharaan barang baik berupa bahan bangunan maupun alat-alat konstruksi.
3.5.7 Quantity Surveyor
Quantity Surveyor bertugas menghitung volume dan kebutuhan material bangunan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan proyek pembangunan baik itu gedung maupun infrastruktur.Tugas Quantity Surveyor : 1.
Menghitung luas m2 pekerjaan bangunan seperti pasangan batu bata, plesteran, pasangan keramik, pekerjaan genteng, dan sebagainya 3
2.
Menghitung volume setiap m pekerjaan seperti pekerjaan beton, lantai, urugan tanah, dan sebagainya
3.
Menghitung volume kg pada besi beton bertulang, alumunium, profil baja dan lainnya
4.
Bekerja sama dengan logistik untuk memberikan informasi mengenai kebutuhan barang yang harus didatangkan ke lokasi proyek
5.
Menghitung kebutuhan material yang dibutuhkan dalam setiap item pekerjaan bangunan
51
6.
Mengecek penggunaan material apakah sudah sesuai dengan apa yang dihitung
7.
Mengecek setiap gambar shop drawing baru apakah sudah sesuai dengan apa yang dihitung sebelumnya, jika terjadi perubahan maka tugas quantity surveyor adalah menghitung ulang pada item pekerjaan yang yang mengalami perubahan atau menghitung pekerjaan tambah kurang saja
3.5.8 Quality Control
Quality Control bertugas memastikan kualitas setiap item pekerjaan di proyek sudah diproduksi maksimal sesuai dengan standar perusahaan akan kualitas produk bangunan.Tugas Quality Control pada proyek konstruksi bangunan: 1.
Membuat permintaan untuk pemeriksaan atau pengetesan barang untuk intern kontraktor maupun bersama dengan konsultan pengawas atau owner untuk memastikan kualitas material yang digunakan sudah sesauai dengan perencanaan
2.
Melakukan pengecekkan terhadap material yang akan didatangkan maupun yang sudah tiba di lokasi proyek untuk memberikan status kepada bahan bangunan tersebut apakah ditolak atau diterima setelah melihat kualitas bahan.
3.
Mengikuti jalannya pelaksanaan pembangunan sehingga setiap pelaksanaan dalam pembangunan yang dapat mengurangi mutu pekerjaan dapat dicegah, hal ini lebih baik daripada perilaku pengecekan pengerjaan pada hasil akhir saja sehingga apabila terjadi hasil dengan mutu yang kurang baik harus dilakukan bongkar pasang sehingga menyebabkan biaya tambahan.
4.
Meminta contoh material atau brosur yang berisi spesifikasi material bahan kepada supplier sehingga material terpilih sesuai dengan standar kualitas yang dalam kontrak.
5.
Membuat laporan dan data-data yang dibutuhkan perusahaan yang berhubungan dengan pekerjaan quality control pada proyek bangunan
3.5.9 Cost Control
Cost Control adalah yang mengelola arus keuangan selama proyek berlangsung. Tugas dan tanggung jawab dari cost control : 1.
Menyusun RAPK.
2.
Menyusun laporan keuangan proyek.
52
3.5.10 General Affair (GA)
General Affair (GA) merupakan supporting unit dari sebuah organisasi proyek.General Affair membawahi divisi K3 dan Savety/Security.Tugas dan tanggung jawab dari general affair : 1.
Bertanggung jawab atas perizinan, keamanan lingkungan dan kendaraan di proyek.
2.
Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan proyek termasuk dampak limbah yang dihasilkan selama proyek berlangsung.
3.5.11 Surveyor
Surveyor adalah divisi yang bertugas melakukan pemeriksaan lapangan atau mengawasi dan mengamati suatu pekerjaan dalam pelaksanaan proyek.Tugas dan tanggung jawab dari surveyor :
1.
Mengumpulkan data teknis yang diperlukan dalam perencanaan suatu bangunan.
2.
Melakukan pengecekan pada setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
3.
Melakukan evaluasi hasil pekerjaan di lapanganterkait hal-hal teknis seperti ketepatan dan kelurusan sumbu bangunan.
4.
Berkoordinasi dengan timengineer jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
5.
Berkoordinasi dengan timengineer agar hasil pembangunan sesuai dengan shop
drawing.
3.5.12 Engineer Drawing
Engineer Drawing adalah orang yang bekerja membuat atau menyiapkan gambargambar kerja teknik dari proses desain menjadi gambar kerja terjemahan sehingga gambar tersebut dapat dengan jelas dan mudah di mengerti orang lain.Wewenang dan tanggung jawab drafter : 1.
Membuat shop drawing untuk pekerjaan di lapangan,
2.
Menerjemahkan hasil perencanaan dari konsultan struktur menjadi shop drawing,
3.
Membuat gambar pekerjaan sesuai dengan kondisi terbangunas ( built drawing),
4.
Mengajukan shop drawing yang baru di buat maupun telah direvisi ke pemilik proyek (owner) untuk disetujui,
5.
Melakukan revisi atas shop drawing maupun as built drawing yang tidak disetujui hingga didapat gambar yang disetujui oleh owner,
53
6.
Melakukan penyebaran atau distribusi gambar ke divisi-divisi atau unsur proyek seperti konsultan manajemen konstruksi, pemilik proyek, bagian komersial,
surveyor, site manager, dan bagian SHEO. Adapun tugas dan tanggung jawab kontraktor utama antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Project Manager a. Menyusun Rencana Anggaran Proyek berdasarkan RAP awal dariEstimate
Manager dan mempresentasikan pada Direksi hingga diperoleh persetujuan dan membuat rencana Cash Flow Proyek. b. Menentukan metode kerja sesuai kondisi proyek dan menentukanalternative metode kerja untuk efisiensi penggunaan RAP. c. Menyusun pembuatan Rencana Mutu & K-3 Proyek termasuk jadwal serta metode kerja, bersama-sama dengan QC danSite Manager pada awal proyek. d. Melakukan koordinasi dengan fungsi lain terkait untuk kelancaran pelaksanaan proyek. e. Melakukan koordinasi dengan pihak eksternal (owner, konsultan, subkontraktor, masyarakat sekitar proyek) terkait dengan lingkup pekerjaan untuk kelancaran pelaksanaan proyek. f. Melaksanakan dan mengembangkan sistem pengelolaan SDM, material dan peralatan. g. Menganalisis hasil kerja kegiatan pelaksanaan proyek untuk melihat kesesuaian antara rencana dan realisasinya.
2.
Deputy PM a. Membantu dan mengambil alih sementara pekerjaanproject manager apabila
project manager berhalangan hadir di proyek b. Merencanakan pembagian kerja antaraengineer sipil dan Arsitektur. c. Melaksanakan proses dan klarifikasi setiap permintaan perubahan perkerjaan terhadap dokumen kontrak kerja. d. Mengajukan usulan pengembangan sistem pengelolaan berkait dengan efektivitas dan keandalan fungsi engineering. e. Membuat perhitungan keperluan alat dan bahan untuk konstruksi.
3.
Cashier a. Merencanakan dan mengatur pengeluaran yang disesuaikan dengan permintaan dana. b. Melakukan pembayaran untuk keperluan pmbelian tunai dengan persetujuan
Project Manager / Site Manager dan Logitik Pusat.
54
c. Melakukan pencatatan transaksi pada buku kas.
4.
Quality Control Staff a. Menyusun rencana inspeksi dan tes untuk material datang serta rencana inspeksi dan tes untukprosespekerjaan di lapangan. b. Melakukan koordinasi dengan staf lainnya. c. Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas material yang datang dan melakukan pengujian sesuai dengan spesifikasi teknik. d. Mengontrol akurasi dan validasi dokumen hasil pekerjaan.
5.
Site Manager a. Merencanakan, mengatur, dan mengontrol asset yang ada di proyek terpelihara dengan baik. b. Merencanakan, mengatur, dan mengontrol pelaksanaan biaya proyek guna mencapai target biaya. c. Menganalisis kebutuhan dan pemakaian material maupun peralatan.
6.
General Affair a. Merencanakan sasaran dan program kerja urusan kesehatan dan keselamatan kerja. b. Mengatur kegiatan tanggap darurat K3 proyek. c. Memerintahkan penghentian pekerjaan apabila ditemukan kondisi berbahaya atau pekerjaan berbahaya dilakukan tanpa surat ijin bekerja. d. Melakukan safety patrol setiap hari.
7.
Logistik a. Melakukan klarifikasi setiap permintaan perubahan perkerjaan terhadap dokumen kontrak kerja. b. Membuat daftar pengadaan keperluan alat dan bahan untuk konstruksi. c. Melakukan perencanaan, mengaturan dan mengontrol kesiapanstock material dengan kebutuhan lapangan. d. Menyimpan dan mengatur penerimaan material di gudang.
8.
Supervisor (Strucure) a. Merencanakan, melaksanakan, dan mengontrolschedule kebutuhan alat, tenaga dan bahan dari mandor dan subkontraktor, termasuk memverifikasi alat ukur. b. Tertib administrasi sesuai peraturan perusahan yang berlaku dalam membut laporan & memonitor pekerjaan di lapangan sesuai format yang telah disepakati. c. Mengontrol pelaksanaan safety.
9.
Surveyor
55
a. Merencanakan, mengantur dan mengontrol data pengukuran mutu proyek dan melaporkan kepada atasan langsung. b. Mengatur dan mengarahkan secara langsungAss. Surveyor dalam hal pembagian tim, area kerja dan urutan kerja. c. Mengerjakan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan proyek dibagiannya yang diberikan oleh atasan.
10. Asisten Surveyor a. Mengerjakan tugas-tugas lainnya ang berkaitan dengan pekerjaan proyek dibidangnya yang diberikan oleh atasnya. b. Memonitoring kalibrasi peralatan survei.
11. Mechanic a. Melakukan perencanaan, mengaturan dan mengontrol kesiapan peralatan proyek b. Melakukan perawatan, perbaikan dan penggantian suku cadang peralatan yang sedang digunakan maupunstand-by.
12. BBS Supervisor a. Merencanakan, mengatur pendataan besi dan baja tulangan sesuai kebutuhan lapangan. b. Pembuatan BBS pada lembar / format baku dan melengkapi semua penggambaran dan penulisan yang disyaratkan, yaitu sketsa bentuk tulangan, ukuran tulangan, jumlah dan arus/alir pemakaian sisa material hingga sisa akhir.
13. Engineer a. Merencanakan sasaran dan program kerja engineering (memahami dokumen kontrak, shop drawing, asbuilt drawing, approval material) b. Mengevaluasi data teknik supplier / subkontraktor dalam rangka proses persetujuan manajemen konstruksi / owner. c. Memonitor schedule dan pembutan shop drawing struktul dan arsitektur. d. Memonitor proses kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan segera mengusulkan adanya langkah koreksi bila terjadi penyimpangan kepada Chief
Engineer.
14. Drafter a. Membuat gambar-gambar kerja sesuai pengarahanengineer proyek dan schedule. b. Menyusun dan menyiapkan dokumenAs Built Drawing.
15. M & E Supervisor
56
a. Perencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengontrolan kegiatan pekerjaan MEP proyek. b. Menginstruksian pekerjaan mandor / subkontraktor untuk pekerjaan MEP. c. Mengontrol pekerjaan testing commissioning MEP, Kebutuhan material dan peralatan MEP.
57
BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI DI LAPANGAN
4.1.
Tata Letak Tempat Pembangunan (Site Layout)
Menentukan tata letak tempat pembangunan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam pembangunan proyek karena akan menentukan produktivitas proyek tersebut. Berikut ini adalah tata letak pembangunan dalam Proyek Technoplex Living
Apartement seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Layout/Tata Letak Proyek
58
Material yang Dipergunakan Dalam Proyek
4.2.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam suatu pembangunan proyek merupakan salah satu komponen yang utama agar didapatkan hasil yang memuaskan sehingga dibutuhkan bahan yang memiliki kualitas dan mutu yang baik. Biasanya untuk mendapatkannya, pelaksana proyek memesan kepada suatu perusahaan yang memproduksi material dan bahan bangunan. Adapun bahan-bahan yang dipergunakan Proyek Technoplex Living Apartement adalah :
a.
Air
Fungsi air didalam proyek ini sebagai campuran pada saat plesteran , acian dan utilitas. Air yang digunakan adalah air tanah pada area sekitar proyek. b.
Semen
Jenis semen yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah jenis Semen Protland Tipe 1. Semen di pergunakan untuk plesteran dinding.
Gambar 4.2 Semen c.
Baja Tulangan
Baja tulangan berfungsi sebagai tulangan yang menahan momen lentur, gaya geser yang dialami oleh beton. Baja tulangan yang digunakan pada proyek ini menggunakan tulangan polos dan tulangan ulir dengan diameter 10 mm, 13 mm, 16 mm, 19 mm, 22 mm, 25 mm dan 32 mm, baja tulangan ini memiliki kelas baja BJTS-39 yang digunakan untuk kebutuhan kolom, balok dan pelat (Gambar 4.3).
59
Gambar 4.3 Baja Tulangan
d.
Beton Ready mix
Dalam proyek ini beton ready-mixed didatangkan langsung oleh produsen beton yaitu PT. Adimix Precast Indonesia dengan ready-mixed truck bervolume 7 m 3. Campuran beton segar ini digunakan untuk mengecor elemen Beton ready mix merupakan beton segar yang belum melalui proses pengikatan dan perkerasan. Pada proyek ini mutu beton yang digunakan adalah K-350 untuk balok dan pelat lantai, K-450 untuk kolom dan K-450 untuk dinding Ruang khasanah dipergunakan untuk pengecoran struktur seperti kolom, balok dan pelat lantai. Beton ready mix ini dipesan dari perusahaan beton yaitu PT. Adhimix. Keuntungan dari penggunaan beton ready mix diantaranya adalah: 1.
Mutu selalu terkontrol dan terjamin,
2.
Pekerjaan lebih cepat dan efisien,
3.
Tidak perlu menyediakan banyak tenaga supervisi,
4.
Dapat dikirim ke berbagai tempat.
60
Gambar 4.4 Beton Ready mix
e.
Tahu Beton (Beton Decking)
Tebal tahu beton kira-kira ± 3 cm. Tahu beton digunakan sebagai bantalan dari bekisting ke tulangan baja agar baja tulangan memiliki selimut beton.
(a)
Gambar 4.5 (a) Tahu beton dan
f.
(b)
(b) Pemasangan tahu beton untuk pelat
Kawat pengikat
Kawat pengikat adalah kawat yang terbuat dari baja lunak dengan diameter 1 mm yang digunakan untuk mengikat antar tulangan baja agar dapat membentuk struktur yang dikehendaki sesuai gambar kerja
61
Gambar 4.6 Kawat pengikat
g.
Hardener Hardener untuk mempercepat proses pengerasan beton pada pelat lantai,
sehingga
pelat lantai yang sudah dicor dapat langsung diinjak setelah beberapa jam tanpa harus menunggu waktu 7 hari. Hardener yang digunakan pada proyek adalah merk Fosrock tipe 1.
Gambar 4.7 Hardener h.
Papan Multiplek
Multipleks merupakan papan yang terbuat dari kayu yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan bekisting struktur beton bertulang. Multipleks yang digunakan berukuran 1,20 m x 2,40 m dengan tebal 18 mm, yang kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. .
62
Gambar 4.8 Papan Multiplek
i.
Calbond
Calbond adalah lem beton untuk menyambungkan beton yang pengecorannya tidak bisa selesai sekaligus. Dalam pelaksanaan campuran beton, adanya pengerjaan antara beton lama dengan beton baru. Sehingga, perlunya diberikan lem beton yang disebut Calbon guna mengikat antara beton lama dengan beton baru dengan cara pengerjaan cukup disiramkan pada bagian pemukaan ujung beton lama yang kontak dengan permukaan ujung beton baru.
Gambar 4.9 Calbond
63
4.3
Peralatan Konstruksi yang Digunakan Dalam Proyek Dalam pelaksanaan suatu proyek dibutuhkan alat-alat untuk mempermudah dan
mendukung suatu pekerjaan, baik peralatan manual, ringan, maupun peralatan berat untuk dapat menunjang kelancaran kegiatan pembangunan. Alat-alat yang digunakan pada Proyek Technoplex Living Apartement antara lain : a. Tower crane
Tower crane merupakan alat yang digunakan utuk mengangkat barang atau material yang berat dari elevasi yang lebih rendah ke elevasi yang lebih tinggi atau memindahkan alat ke lokasi yang sama. Dilengkapi suatu attachment yang berupa suatu boom khusus sebagai pangangkat vertikal bahan-bahan untuk pekerjaan struktur seperti besi, beton cor, dan material lainnya.. Tower crane yang digunakan, pada Proyek Technoplex Living Apartement dengan panjang jip 50 yang mampu memikul beban hingga 2,4 ton.
Gambar 4.10 Tower Crane b. Ready Mix Truck
Digunakan sebagai alat angkut dari Concrete Batching Plant ke proyek dan untuk mengaduk campuran beton yang dibutuhkan pada pekerjaan konstruksi. Pada proyek ini, ready mix truck yang sering digunakan dalam proyek ini yaitu berkapasitas 7 m3. Pada kedatangan ready mix truck akan dilakukan pengambilan sampel benda uji, 3 benda uji kuat tekan beton berbentuk silinder dari setiap 30 m 3 pengiriman beton ready mix.
64
Gambar 4.11 Concrete Mixer Truck c.
Bucket cor alat yang digunakan untuk membawa adukan beton darimixer truck ke tempat yang akan diisi dengan beton berkapasitas 1m3. Pengecoran dibantu dengan menggunakan
tower crane.
Gambar 4.12 Bucket cor
d. Concrete vibrator
Alat ini berfungi untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terjebak di dalam adukan beton segar. Cara kerja alat ini adalah dengan menggetarkan adukan beton yang telah dituang kedalam bekisting dengan cara memasukan vibrator secara vertikal dengan durasi 10 detik sampai 15 detik setiap titik tanpa mengenai bekisting dan baja tulangan. Vibrator digunakan pada pengerjaan pengecoran pada elemen kolom, balok, pelat dan core wall .
65
Gambar 4.13 Concrete vibrator
e.
Bar Bender (Alat Pembengkok Besi) Alat ini digunakan untuk membengkokkan besi tulangan sesuai dengan gambar rencana proyek Technoplex Living Apartement. Bar Bender yang digunakan dalam peroyek ini menggunakan 1 unit Bar Bender otomatis. Pada saat pembengkokan tulangan, pekerja melakukannya sudah mengikuti standar pembengkokan tulangan karena pada bar bender tersebut sudah terdapat patokan pembengkokanya sesuai standar pembengkokan yang ada, jadi tidak usah diukur kembali pembengkokanya karena sudah ada alat bantu padabar bender tersebut sesuai derajatnya. Pada proyek ini bar bender mempunyai batas pembengkokan maksimal untuk baja tulangan berdiameter 32 mm.
Gambar 4.14 Bar bender
66
f.
Bar Cutter Digunakan untuk memotong besi tulangan sesuai dengan panjang yang dibutuhkan di lapangan. Pemotongan besi tulangan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang lebih singkat. Cara kerja alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukan kedalam gigi bar cutter kemudia pedal diinjak. Pada proyek ini bar cutter mampu memotong baja tulangan hingga diameter 32 mm (Gambar 4.16)
Gambar 4.15 Bar cutter
g. Airman Compressor
Airman compressor adalah sebuah alat compressor angin yang berkuatan tinggi. Alat ini berfungsi sebagai untuk membantu pekerjaan seperti sandblasting untuk membersihkan debu-debu sebelum melakukan pengecoran pelat lantai.
Gambar 4.16 Airman Compressor
67
h. Scaffolding
Scaffolding merupakan alat penyangga beban yang berada diatasnya yang terbuat dari baja yang dapat disusun sehingga menjadi penyangga yang kokoh. Alat ini juga dapat menjadi akses atau akomodasi bagi pekerja pada pembangunan gedung bertingkat.
Gambar 4.17 Scaffolding
68
Tabel 4.1 Komponen dan kegunaan dariScaffolding : No
Nama Alat
1
Main frame
Fungsi
•
•
Ukuran
Akses atau akomodasi Ukuran Main bagi pekerja bangunan
frame190
tinggi.
Panjang =193 cm
Penopang yang mampu Lebar =123 cm menahan suatu beban pada area tertentu.
2
Jack base •
Landasan/tumpuan kaki
Tinggi = 60 cm
main
Diameter = 3 cm
frame
yang
biasanya diletakan di atas balok atau triplek agar
tidak
penyaluran
ada beban
terpusat •
Menahan
posisi
agar
tidak berubah tempat •
Mengatur ketinggian
scaffolding sesuai ketinggian yang diinginkan 3
Cross brace •
Menghubungkan 2 main
Panjang = 220 cm
frame atau lebih •
Menyangga main frame agar tegak atau tidak tertekuk
•
Penguat
posisi
main
frame
69
4
Joint pin Penghubung antara main frame dengan main frame yang lain.
5
Catwalk Tempat
orang
berpijak
atau berdiri serta bekerja di atas scaffolding.
6
U-head Penyangga
hollow
atau
kayu.
7
Tangga Tempat
orang
berpijak
untuk naik ke lantai atas atau turun ke lantai bawah.
70
i.
Lori Bucket Alat yang digunakan untuk mengangkut plester atau bahan-bahan material lainnya .
Gambar 4.18 Lori Bucket
j.
Pelengkap Bekisting Kolom
Pemasangan bekisting kolom dilengkapi dengan alat penyangga, yaitu push pull prop dan kickers brace. Kedua alat ini memiliki fungsi yang berbeda , Fungsi push pull
prop untuk pemasangan bekisting kolom yaitu sebagai pengatur ketegakan bagian atas. Sedangkan kegunaan kickers brace,
yaitu
sebagai
pengatur
kelurusan
bekisting dengan marking pada bagian bawah. Pada masing-masing ujungpush pull
props dan kickers brace dipasang wedge head piece dan base plate sebagai penyambung antara push pull props dengan lantai dan bekisting kolom.
Gambar 4.19 Bekisting
Kolom
71
4.4
Metode Pelaksanaan Konstruksi Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi, PT. PP (Persero) menggunakan
beberapa metode pekerjaan yang telah ditetapkan perusahaan.
4.4.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Prosedur pelaksanaan pekerjaan kolom pada proyekTechnoplex LivingApartment secara keseluruhan sama, meskipun dimensi dan jumlah tulangan pada masing-masing tipe kolom berbeda. Langkah teknis pekerjaan kolom: 1.
Marking kolom
Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan, yang disesuaikan dengan gambar rencana.
2.
Penulangan kolom
Pembesian kolom dilakukan setelah penentuan as dan marking kolom telah selesai dilakukan. Langkah-langkah pembesian kolom adalah sebagai berikut : a. Persediaan baja tulangan Pada proyek ini, tulangan yang digunakan dalam pekerjaan pembesian kolom adalah tipe baja deform. Untuk tulangan utama kolom menggunakan tulangan dengan diameter D22, sedangkan untuk sengkang menggunakan tulangan dengan diameter D13 dan D10. Persediaan baja tulangan tersedia pada area fabrikasi tulangan, yaitu didekat alat bar bender dan bar cutter untuk mempermudah dalam proses pekerjaannya.
Gambar 4.20 Persediaan Tulangan
72
b. Pemotongan tulangan dengan bar cutter Pemotongan sesuai keutuhan bedasarkan data dimensi kolom dan ketinggian antar lantai yang terdapat pada gambar kerjashop drawing.
Gambar4.21 Pemotongan Tulangan denganBar Cutter
c. Pembengkokan tulangan denganbar bender Pembengkokan tulangan ini dilakukan untuk tulangan sengkang kolom dan tulangan kolom yang mengalami pengecilan dimensi. Tulangan sengkang kolom menggunakan baja tulangan deform diameter D10 dan D13. Pada setiap ujung tulangan sengkang diberi tekukan pada masing-masing ujungnya sebagai pengunci
135°. Panjang
antara tulangan utama kolom dan tulangan sengkang sebesar tekukan di ujung tulangan sengkang minimal sebesar 6D.
Gambar 4.22 Pembengkokan tulangan menggunakan bar bender
73
d. Perangkaian tulangan kolom Perangkaian tulangan kolom, diawali dengan menyiapkan sejumlah tulangan utama yang sesuai dengan gambar rencana dan ditempatkan di atas balok-balok besi hollow pada bagian bawahnya untuk mempermudah pekerjaan pengikatan tulangan utama dan tulangan sengkang. Kemudian memberi tanda jarak antar sengkang dengan menggunakan kapur tulis. Lalu, tulangan sengkang dimasukkan satu per satu dan disertai dengan pengikatan dengan kawat bendrat. Pada bagian overlapping yang akan digunakan untuk sambungan tulangan kolom, tidak dipasang tulangan sengkang. Perangkaian tulangan utama dan sengkang kolom ini sesuai dengan gambar kerjashop drawing.
Gambar 4.23 Perangkaian Tulangan Kolom
e. Penyambungan tulangan kolom Penyambungan tulangan kolom dilakukan setelah pekerjaan perangkaian tulangan kolom selesai dikerjakan. Tulangan yang telah selesai dirangkai tersebut kemudian diangkat menggunakan tower crane ke tempat kolom yang akan disambung. Panjang penyambungan kolom adalah 50D dan lokasi penyambungan tulangan kolom dilakukan di tempat dengan momen bernilai 0 pada tengah bentang.
f. Sengkang dipasang dengan jarak antar sengkang lebih rapat di daerah tumpuan, sedangkan di lapangan dipasang lebih renggang. Pada proyek ini jarak antar sengkang kolom di daerah tumpuan adalah 100mm sedangkan jarak antar sengkang kolom di daerah lapangan adalah 200mm.
74
g. Tulangan kolom lantai dasar dijangkarkan ke fondasi dengan sudut penjangkaran 90 derajat ke arah bawah.
Gambar 4.24 Pemasangan Bekisting
Bekisting kolom pada proyek ini menggunakan multipleks yang dirangkai dengan panel bekisting dari besi hollow. Pemasangan bekisting dilakukan setelah tulangan kolom selesai dilakukan penyambungan. langkah-langkah pemasangan bekisting kolom : a. Pemasangan sepatu kolom Sepatu kolom digunakan sebagai alat bantu dalam meletakkan bekisting agar sesuai dengan garis marking kolom yang telah dibuat. Sepatu kolom dipasang oleh tukang besi dengan menggunakan las.
75
Gambar 4.25 Pemasangan Sepatu Kolom
b. Pemasangan beton decking Beton decking digunakan sebagai batas agar selimut kolom terjaga. Pemasangan beton decking dilakukan sebelum proses pemasangan bekisting dengan cara mengikatkannya pada tulangan kolom dengan menggunakan kawat pengikat.
Gambar 4.26 Pemasangan beton decking
c. Pemasangan bekisting kolom Pemasangan bekisting kolom menggunakan bantuan tower crane. Sebelum dipasang, bekisting dibersihkan dan diberi poly floor dahulu agar mudah pada saat pembongkaran bekisting. Setelah bekisting berdiri dilakukan pengencangan terhadap pipa support agar bekisting dapat berdiri tegak.
76
Gambar 4.27 Pemasangan bekisting kolom
d. Cek verticality bekisting Cek verticality atau kelurusan bekisting kolom dilakukan oleh surveyor dengan menggunakan unting-unting. Bila jarak tali bagian atas dengan bawah dengan posisi bekisting sama, maka bekisting kolom sudah lurus.
Gambar 4.28 Cek verticality bekisting kolom
3.
Pengecoran Kolom
Pengecoran dilakukan apabila pekerjaan bekisting telah selesai serta telah dicek dari pihak kontraktor yaitu Quality Control (QC) dan disetujui oleh kepala pelaksana (GSP). Serta mendapat persetujuan dari konsultan MK. Proses pengecoran kolom adalah sebagai berikut : a. Beton ready mix didatangkah dari batching plant menggunakan concrete mixer
truck. b. Melakukan uji slump test c. Campuran beton dituangkan ke dalam concrete bucket yang telah dilengkapi dengan pipa tremie.
77
d. Campuran beton yang telah dituangkan di dalam concrete bucket diangkat menggunakan tower crane ke tempat kolom yang akan dicor. e. Setalah concrete bucket berada pada posisi yang tepat, handle concrete bucket dibuka sehingga campuran beton keluar. Tinggi jatuh campuran beton tidak boleh melebihi 1 meter untuk mencegah terjadinya segregasi pada campuran beton. f. Bersamaan dengan proses pengecroran, juga dilakukan pemadatan campuran dengan concrete vibrator agar campuran beton terpadatkan dan tidak terdapat gelombang udara pada hasil pengecoran. g. Vibrator digunakan dalam pemadatan beton elemen balok, pelat, kolom, tangga, atap dak beton. Dalam pengamatan di lapangan terlihat sudut vibrator saat digunakan adalah 45 derajat dengan lama penggetaran adalah kira-kira 15 detik. Belalai vibrator diangkat jika terlihat secara fisik permukaan beton mengkilat dan muncul gelembung-gelembung udara. h. Proses pengecoran dihentikan ketika telah mencapai elevasi yang direncanakan. Kemudian dilakukan pengecekkan verticality kembali oleh surveyor untuk memastikan kelurusan kolom yang telah dicor.
Gambar 4.29 Pengecoran kolom
Gambar 4.30 Cek verticality
kolom setelah dicor 4.
Perawatan Beton
Perawatan beton berfungsi untuk melindungi beton selama proses pengerasan beton. Perawatan beton dilakukan dengan cara menyiram air 3 kali sehari pada beton yang baru dicor.
78
Gambar 4.31 Curing Kolom
5.
Pembongkaran Bekisting
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan minimal 24 jam setelah pengecoran atau setelah beton dianggap sudah mampu memikul beban sendiri. Pembongkaran bekisting harus mendapat izin terlebih dahulu dari konsultan MK. Proses pelepasan bekisting dilakukan dengan hati–hati untuk menghindarkan kolom dari kerusakan. Proses pembongkaran bekisting kolom adalah sebagai berikut: a. Mengendorkan kunci kunci dan brace, yang secara bersamaan bekisting kolom akan lepas dengan sendirinya dari muka beton. b. Kemudian bekisting kolom tersebut dipindahakan ke kolom berikutnya yang akan dicor dengan menggunakantower crane.
Gambar 4.32 Proses pembongkaran bekisting kolom
79
4.4.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Corewall Corewall pada proyek BandungTechnoplex Living Apartment berfungsi sebagai
tempat lift. Terdapat enam corewall dengan tiga tipe yang berbeda , yang membedakan
corewall satu dengan yang lainya adalah dimensi, jumlah ruangan yang terdapat di corewall. Langkah-langkah teknis pada pekerjaan corewall : 1.
Marking corewall
Titik-titik dari as corewall diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan. Hal ini disesuaikan dengan gambar rencana. Cara menentukan ascorewall membutuhkan alat-alat seperti: theodolit, meteran, tinta (cat atau penanda lainnya), dan sipatan. 2.
Penulangan corewall
-
Perakitan tulangan corewall dikerjakan secara terpisah di tempat lain.
-
Pemasangan corewall di bantu oleh tower crane dan di ikat oleh kawat dengan sistem silang.
-
Kemudian pada elevasi pertemuan tulangan corewall dengan pelat lantai dipasang styrofoam, sehingga setelah dicor dapat diceruk dengan mudah untuk
-
nantinya sambungan dengan pelat lantai. Setelah itu adanya pemboran atau sambungan antaracorewall dengan pelat lantai dengan disambungkan tulangan 12D.
Gambar 4.33 Penulangan corewall 3.
Pemasangan Bekisting Corewall
Pemasangan bekisting corewall dilaksanakan setelah pelaksanaan pembesian tulangan telah selesai dilaksanakan. Berikut ini adalah langkah-langkah secara singkat mengenai proses pemasangan bekisting Corewall: -
Pembersihan area corewall dan marking posisi bekisting Corewall.
80
-
Sebelum bekisting dipasang beri minyak bekisting pada permukaan bekisting yang akan dijadikan alas untuk pengecoran lalu pemasangan bekisting.
4.
-
Atur kelurusan bekisting corewall agar tidak miring.
-
Setelah langkah-langkah di atas selesai dikerjakan, maka corewall siap dicor.
Pengecoran Corewall
Langkah-langkah pekerjaan pengecorancorewall sebagai berikut: -
Persiapan pengecoran Sebelum dilaksanakan pengecoran, corewall yang akan dicor benar-benar dibersihkan dari kotoran agar tidak merusak/membahayakan konstruksi beton.
-
Pelaksanaan pengecoran Adukan beton yang telah siap di tuangkan ke dalam bucket cor yang nantinya diangkat menggunakan tower crane ke lokasi pengecoran. Setelah bucket cor sampai di tempat pengecoran, penuangan adukan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk meghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Pada saat pengecoran tinggi jatuh adukan yang menggunakan tremi <1,5 m sesuai dengan spesifikasi yang ada tidak boleh melebihi 1,5 m. Selama proses pengecoran berlangsung, dibarengi juga dengan proses pemadatan beton menggunakan vibrator hal itu dilakukan agar tidak adanya rongga-rongga udara.
5.
Perawatan Beton Corewall
Perawatan beton Corewall dilakukan setelah bekisting dibongkar dengan cara menyiram permukaan corewall dengan air sebanyak 3 kali sehari.
4.4.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Balok Dan Pelat Balok terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama (balok induk) dan balok anak. Berikut ini adalah langkah-langkah pekerjaan balok: 1.
Marking Balok
Marking ini bertujuan untuk mengatur atau memastikan kerataan ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan theodolite. 2.
Pemasangan scaffolding (PCH)
Langkah-langkah pemasanganScaffolding : -
Scaffolding disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat.
81
-
Menyesuaikan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur jack base atau Uhead jack nya.
3.
Pada U-head dipasang baja hollow agar tidak merusak lapisan bekisting.
Pembesian dan Bekisting Balok
Pada pekerjaan balok dan plat lantai, bekisting balok dan plat lantai dipasang terlebih dahulu. Setelah bekisting selesai terpasang, dilakukan pembesian terhadap balok dan plat lantai . Pemasangan bekisting balok dan plat lantai dikerjakan bersama sehingga menjadi satu kesatuan. Material bekisting yang dipakai adalah multipleks dengan tebal 12 mm yang dirangkai dengan besi hollow sebagai panelnya. Permukaan multipleks diberi oli atau pelumas agar permukaannya licin untuk mempermudah proses pembongkaran bekisting. Untuk menghasilkan bekisting plat lantai yang benar-benar lurus, dipergunakan alat waterpass. Jika plat lantai yang ditinjau cukup luas, maka dilakukan pengecekan dengan waterpass pada 3 hingga 4 titik, sedangkan untuk plat lantai yang kecil cukup dicek pada 2 titik. Bekisting balok dan plat lantai ditumpu oleh balok suri-suri dan balok weller dan diteruskan menumpu pada perancah. Pemasangan bekisting harus dibuat benar-benar rapat, agar beton ready
mix tidak keluar pada saat pengecoran. Langkah-langkahpemasangan bekisting balok dan plat lantai : a. Perancah dipasang dengan posisi melintang dari balok. Pada bagian atas perancah dipasang balok suri-suri sebagai tumpuan bekisting balok dan balok weller sebagai tumpuan bekisting plat lantai. b. Pemasangan bottom form (sisi alas bekisting balok) diatas balok suri-suri diikuti dengan pemasangan side form (sisi tegak bekisting balok). Bottom form dan side
form disatukan dengan menggunakan paku dan sekrup.
82
Gambar 4.34 Pemasangan bekisting balok
c. Menggelar bekisting plat lantai diatas balok weller.
Gambar 4.35 Pemasangan bekisting plat lantai
d. Memperhatikan sambungan atara bekisting pada plat lantai. Sambungan antar bekisting diberi lakban agar sambungan rapat dan tidak terjadi bocor pada saat pengecoran.
83
Gambar 4.36 Hasil pekerjaan bekisting balok & pelat lantai
4.
Pemasangan baja tulangan Balok
Tulangan balok yang digunakan adalah tulangan baja tipe deform dengan diamter 16 mm, 19 mm, dan 22 mm untuk tulangan utama, sedangkan diameter 10 mm dan 13 mm untuk tulangan sengkang. Langkah-langkah pembesian balok : a. Bekisting balok disiapkan dan dipasang pada posisinya. b. Memasang tulangan balok bagian bawah yang diletakkan diatas beton decking. c. Apabila balok menumpu pada kolom ujung, tulangan bawah balok dijangkarkan ke dalam kolom ke arah bawah sepanjang minimal 40D d. Apabila terdapat sambungan, dilakukan overlapping tulangan minimal sebesar 50D. e. Sengkang dipasang dengan jarak antar sengkang lebih rapat di daerah tumpuan, sedangkan di lapangan dipasang lebih renggang. Pada proyek ini jarak antar sengkang balok di daerah tumpuan adalah 100mm sedangkan jarak antar sengkang balok di daerah lapangan adalah 200mm. f. sengkang diikat ke tulangan longitudinal dengan kawat pengikat.
84
Gambar 4.37 Pembesian balok 5.
Pembesian Plat Lantai
Pembesian plat lantai dibuat secara 2 lapis, yaitu lapis atas dan lapis bawah. Tulangan yang digunakan adalah baja tulangan tipe deform dengan diameter 10 mm. Langkah-langkah pembesian plat lantai : a. Pemasangan tulangan bawah lapis pertama diatas betondecking. b. Pemasangan tulangan bawah lapis kedua di atas tulangan bawah lapis pertama dengan arah tegak lurus, kemudian diikat dengan menggunakan kawat pengikat. c. Pemasangan tulangan cakar ayam diatas tulangan bawah lapis kedua, kemudian diikat menggunakan kawat pengikat . d. Pemasangan tulangan atas lapis pertama diatas tulangan cakar ayam, kemudian diikat menggunakan kawat pengikat . e. Pemasangan tulangan atas lapis kedua di atas tulangan atas lapis pertama dengan arah tegak lurus, kemudian diikat menggunakan kawat pengikat.
Gambar 4.38 Pembesian plat lantai
85
6.
Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Pengecoran dilakukan dengan menggunakanconcrete bucket yang diangkat dengan
tower crane. Sebelum dilakukan pengecoran diadakan pemeriksaan meliputi, pemeriksaan bekisting, cek elevasi bekisting menggunakan waterpass, tebal selimut beton, dan pemeriksaan tulangan. Tahap-tahap pengecoran balok dan plat lantai : a. Melakukan pengecekkan elevasi bekisting balok dan plat lantai yang dilakukan oleh surveyor. Pengecekkan menggunakan bantuan alatwaterpass dan bak ukur.
Gambar 4.39 Pengecakkan elevasi bekisting
b. Sebelum dilakukan pengecoran, bekisting serta tulangan balok dan dibersihkan dari kotoran atau debu dengan menggunakan alat air compressor.
Gambar 4.40 Pembersihan dengan air compressor
c. Memasang batas pengecoran/stop cor menggunakan besihollow dan kawat ayam.
86
Gambar 4.41 Batas stop cor
d. Memasang relat sebagai batas elevasipeil pengecoran.
Gambar 4.42 Pemasangan relat
e. Memberi cairan calbond pada sambungan antara beton lama dan beton yang akan dicor.
Gambar 4.43 Penuangan calbond
87
f. Menuangkan beton ready mix ke dalam concrete bucket kemudian diangkat menggunakan tower crane ke tempat balok dan plat lantai yang akan dicor . sebelum beton dituang ke pelat lantai, terlebih dahulu dilaksanakan pemeriksaan
workability dari beton segar yang dipesan. Pada saat meninjau di lapangan diperoleh nilai slump 13,5 cm sehingga beton tersebut memenuhi spesifikasi 12±2 cm. g. Mengangkat handle bucket sehingga beton ready mix tertuang diatas bekisting balok dan plat lantai.
Gambar 4.44 Pengencoran balok & plat lantai
Pengecoran dilakukan selapis demi selapis disertai dengan pemadatan menggunakan concrete vibrator.
Gambar 4.45 Pemadatan dengan vibrator
88
h. Adukan beton diratakan sesuai dengan tinggi peil yang telah ditentukan.
Gambar 4.46Perataan beton
i. Pengecoran dihentikan pada batas stop cor.
Gambar 4.47 Hasil pengecoran balok & plat lantai
7.
Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat Lantai
Setelah proses pengecoran selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran bekisting pada umur beton tertentu: •
Pada bekisting balok, sisi bekisting dapat dibongkar setelah umur beton mencapai minimal 2 hari.
•
Perancah pelat lantai/scaffolding dapat dibongkar setelah umur beton mencapai minimal 10 hari, tetapi besi penyangga pelat tidak dibongkar.
•
Sedangkan untuk perancah/scaffolding balok dapat dibongkar setelah umur beton mencapai minimal 15 hari, tetapi besi penyangga balok tidak dibongkar.
•
Setelah 28 hari semua besi penyangga dibongkar.
89
Pembongkaran bekistingharus mendapat persetujuan dari pihak konsultan MK. Pembongkaran bekisting harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bekisting, sehingga dapat dipergunakan kembali pada pengecoran selanjutnya.
Gambar 4.48 Proses pembongkaran bekisting balok & plat lantai
8.
Perawatan Beton
Perawatan beton balok dan plat lantai dilakukan selama 2 hari sejak permukaan beton pada plat lantai telah kering permukaannya. Proses curing beton ini dilakukan dengan cara menggenangi permukaan beton dengan air, sehingga penguapan berlebih dari beton dapat dikurangi.
Gambar 4.49 Proses curing balok & plat lantai
90
4.5.1
Pekerjaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kesehatan
dan
keselamatan
kerja (K3)
adalah
bidang
yang
terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraanmanusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum masih terabaikan, hal ini ditunjukan dengan angka kecelakaan yang masih tinggi dan tingkat kepedulian dunia usaha yang masih rendah terhadap K3 bidang konstruksi. Bidang jasa konstruksi merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat rentan terhadap kecelakaan, oleh karena itu pelaksanaan K3 dalam penyelenggaraan proyek konstruksi masih perlu ditingkatkan, karena sampai saat ini dalam suatu proyek konstruksi pelaksanaan K3 pada pekerja masih belum optimal, selain disebabkan oleh human error, kurang optimalnya pelaksanaan K3 juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan alat dan penerapan asas tepat guna alat K3 untuk pekerja konstruksi. PT. PP (Persero) yang berperan sebagai kontraktor pelaksana pada Proyek Technoplex Living Apartment sangat memperhatikan mengenai masalah K3 ini. Hal tersebut diperlihatkan dalam beberapa tindakan keselamatan kerja yang dilakukan, seperti diharuskan memakai alat safety berupa helm dan sepatu safety pada setiap pelaksana di lapangan. Dan untuk pekerjaan ketinggian di atas 2 (dua) meter, pekerja diwajibkan menggunakan safety belt. Kelengkapan K3 dapat dilihat seperti pada Gambar
91
Gambar 4.50 Proses kegiatan K3
92
BAB V PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN 5.1.
Pengendalian dan Pengawasan Pada setiap proyek pembangunan terutama yang berskala besar, diperlukan
suatu pengawasandan pengendalian pada proses pelaksanaanya,sehingga pekerjaan proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar dan terus menerus dengan hasil yang optimal sampai saat penyerahan kepada pemilik dengan batas waktu yang sesuai dalam kontrak. Terdapat aspek – aspek dalam pengawasan dan p engendalian proyek, antara lain:
5.2.
1)
Aspek mutu.
2)
Aspek waktu.
3)
Aspek biaya.
Pengendalian dan Pengawasan terhadap Mutu Material dan Pekerjaan
Dalam proyek ini pengawasan dan pengendalian mutu material ditangani oleh PT.PP sebagai pengendalian mutu dan konsultan MK PT.Gerald Dean Mandiri sebagai pengawasan kontraktor dan semua pekerjaan dilapangan.
5.2.1. Pemeriksaan Mutu Material Beton Pemeriksaan mutu beton dalam hal ini terdiri dari beberapa tes, diantaranya slump
test dan uji kuat tekan (compression test) terhadap mutu beton. Berikut ini akan dipaparkan masing-masing dari pengujian. A.
Slump Test Slump Test dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan beton. Tingkat
kekentalan beton berhubungan dengan kemudahan pengerjaan beton workability ( ). Nilai
slump test dipengaruhi oleh faktor air, semen, gradasi semen, dan gradasi butiran dari agregat yang digunakan. Pada proyek Technoplex Living Apartement ini uji slump dilakukan setiap beton pertama datang dari supplier. Untuk truk selanjutnya jika masih dari supplier yang sama, tidak dilakukan uji slump.
93
Gambar 5.1 Uji Slump Tabel 5.1 Konsistensi Adukan Beton pada SNI 2012 Konsistensi Sangat Kental Kental Plastis Lembek
Slump (cm) 0-2 3-5 6-9 10-13
Encer
>14
Pada proyek Technoplex Living Apartement telah ditentukan nilai slump sebesar 12 ± 2 cm atau dapat diartikan juga nilai slump minimum 10 cm dan nilai maksimum 14 cm. Pengujian slump beton segar seperti pada Gambar 5.1 diperoleh nilai slump 13,5 cm yang berarti adukan beton tergolong lembek, hasil ini menandakan konsistensi beton yang sudah sesuai dengan spesifikasi, dimana nilai slump yang diperoleh masih masuk dalam spek. Adapun tindakan yang dilakukan bila nilai slump tidak memenuhi syarat 12 ± 2 maka beton tersebut ditolak atau di reject dan supplier harus mengirim ulang beton ready mix yang baru dengan nilai slump yang sesuai. B.
Uji Kuat Tekan
Uji Kuat Tekan Beton atau Concrete Compressive Strenght Test bertujuan untuk mengetahui kemampuan beton itu sendiri dalam menerima beban tekan yang nantinya akan menunjukkan nilai mutu dari beton tersebut. Dengan pengujian ini, kontraktor dapat mengetahui tekanan maksimal per satuan luas yang dapat dipikul oleh beton sampai mengalami kehancuran. Pada proyekTechnoplex Living Apartement ini pengujian kuat tekan beton dilakukan di laboratorium milik Institut Teknologi Bandung.
94
Berikut adalah hasil dari pengujian kuat tekan beton pada beberapa sampel beton yang digunakan pada proyek ini: Tabel 5.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
No
Indifikasi Benda Uji
Tanggal Tanggal Beton di Beton di Cor Test
Umur (hari)
Luas Kekuatan Beban Kekuatan Berat Slump Bidang tekan Maks tekan (kg) (cm) Tekan kubus 2 (kg) (kg/cm ) (cm2) (kg/cm2)
1
TM 1/PP K-300 17/12/16 TECKNOPLEX/PNR
16/01/17
28
12.42
14
176.71
56500
319.73
385.22
2
TM 1/PP K-300 18/12/16 TECKNOPLEX/PNR
16/01/17
28
12.42
14
176.71
55000
311.24
374.99
3
TM 1/PP K-300 19/12/16 TECKNOPLEX/PNR
16/01/17
28
12.16
14
176.71
55500
314.07
378.40
4
TM 1/PP K-300 18/12/16 TECKNOPLEX/PNR
16/01/17
28
12.60
14
176.71
56000
316.90
381.81
5
TM 1/PP K-300 19/12/16 TECKNOPLEX/PNR
16/01/17
28
12.28
14
176.71
55000
311.24
374.99
Dari kelima data tersebut harus dilakukan perhitungan agar mendapatkan nilai kuat tekan beton rata-rata. Berikut adalah perhitungan kuat tekan rata-rata (Xrt) benda uji:
Xrt
= (385,22 + 374,99 + 378,40 + 381,81 + 374,99) : 5 = 379,085 kg/cm2.
S
=
(−) − = 4,446
Nilai Kuat Tekan Beton (X)
= Xrt – (1,645 x S) = 371,768 kg/cm2
95
5.2.2. Pemeriksaan Mutu Material Tulangan Baja Pada proyek ini, baja tulangan yang digunakan adalah merk MS (Master Steel) dengan diameter D22 mm, D19 mm, D16 mm, D13 mm, dan D10 m. Pada pemeriksaan mutu tulangan baja, pengujian yang dilakukan meliputi uji tarik. Pengambilan contoh tulangan dilakukan dengan pengawasan dari konsultan MK. Pengujian tersebut dilakukan di Laboratorium Rekayasa Struktur Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung . Dengan demikian, baja yang dipesan memiliki kualitas yang terjamin. Parameter yang diukur yaitu, kuat Tarik dan batas leleh baja yang disyaratkan, dan pengujian tes tekuk 180° sesuai dengan SNI 07-2052-2002. Untuk hasil pengujian tulangan yang dilakukan sebagai berikut:
96
Table 5.3 Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja
Indentifi kasi Benda uji
Diame ter Aktual (mm)
Diame ter Nomin al (mm)
Luas Penamp ang Nominal (mm2)
Panja ng Awal (mm)
Panja ng Akhir (mm)
Perpanjan gan (%)
Baja Ulir Baja Ulir
10.09 12.82
10 13
78.54 132.73
100 100
120 122
20 22
Baja Ulir
15.83
16
201.06
100
122
22
Baja Ulir
18.80
19
283.53
100
123
23
Baja Ulir
21.70
22
380.13
150
187
25
Baja Ulir
24.67
25
490.87
150
186
24
Baja Ulir
31.56
32
805.25
150
183
22
Beba n Lulu h (kg) 3650 6300 1025 0 1275 0 1800 0 2375 0 3600 0
Kekua tan Luluh Nomi nal (kg/m m2) 46 47 51 45 47 48 45
Beba n Maks (kg)
Keku atan Tarik Nomi nal
Tes Tek uk 180°
61 61
Baik Baik
63
Baik
60
Baik
62
Baik
63
Baik
62
Baik
4800 8150 1262 5 1687 5 2350 0 3100 0 5000
Tabel 5.4 Standarisasi sifat-sifat Mekanis Baja Tulangan SNI 07-2052-2002 (Revisi)
Kelas Baja Tulangan Polos
Sirip
No Batang Uji
Batas luluh Minimum (kg/mm2)
Kuat Tarik Minimum (kg/mm2)
Regangan Minimum (%)
Sudut Lekuk
No.2 16 Bj. TS 40 57 180° 40 No.3 18 Catatan : Batang uji tarik No. 2 untuk diameter < 25 mm dan batang uji tarik No.3 Untuk diameter > 25 Pada proyek ini mutu baja tulangan yang digunakan yaitu Bj. Ts 40, dapat terlihat bahwa hasil pengujian menunjukan semua tulangan baja yang diuji sesuai dengan persyaratan sesuai SNI 07-2052-2002
97
5.2.3. Pengendalian Mutu Peralatan Alat dipergunakan agar sebuah pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat. Begitu pula dengan kondisi alat berat yang diharuskan dalam kondisi baik agar dapat menjalankan fungsinya. Pertimbangannya dari sisi keselamatan pekerja dan juga produktivitas pekerja agar nantinya tidak terhambat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian mutu peralatan diantaranya: 1. Pengecekan kondisi dilakukan terutama saat sebelum pekerjaan dimulai atau saat kondisi pekerjaan sedang tidak terlalu sibuk 2. Mengadakan pengawasan terhadap peralatan agar tidak mengalami sabotase maupun kehilangan karena musibah-musibah tertentu. Dalam hal perawatan peralatan maupun alat berat merupakan tanggung jawab pihak kontraktor, namun dalam kondisi tertentu tanggung jawab peralatan dilimpahkan kepada sub kontraktor yang menerima pekerjaan yang bersangkutan.
5.2.4. Pengendalian Mutu Hasil Pekerjaan Pengendalian Mutu Hasil Pekerjaan dilakukan oleh QC (Quality Control). QC selanjutnya akan mencatat laporan dalam form check list sebagai laporan mutu hasil pekerjaan yang dinilai selama pekerjaan dan setelah pekerjaan berlangsung. Kegiatan pengawasan di lapangan oleh QC meliputi : Tabel 5.5 Pengawasan Terhadap PemasanganBesi di Lapangan Langkah Inpeksi
Metode Inpeksi
Kriteria Lolos/diterima
Pemeriksaan cara - Diukur jarak dan jumlah pemasangan besi
tulangan
- Jarak dan jumlah tulangan sesuai shop drawing
di lapangan - Diameter tulangan
- Diameter tulangan sesuai dengan shop drawing
- Tebal beton decking
- Tebal beton decking minimal 2-3 cm
Pemeriksaan cara - Panjang overlapping
- Panjang overlap minimal
pemasangan besi
40 d atau sesuai standar
di lapangan
desain - Jarak sengkang
98
- Jarak sengkang sesuai dengan shop drawing
Diamati -
Ikatan besi beton
-
Bentuk tulangan
-
Stek yang diperlukan
- Ikatan besi beton kuat - Bentuk tulangan sesuai dengan shop drawing - Stek sesuai dengan shop
Kebersihan Lokasi
drawing Lokasi dan besi bersih
Tabel 5.6 Pengawasan Pemasangan Bekisting di Lapangan Langkah Inpeksi
Metode Inpeksi
Pemeriksaan
Diukur:
pemasangan bekisting
- As, marking, elevasi
di lapangan
- Jarak perancah
Kriteria Lolos/diterima
- Sesuai dengan shop drawing
- Jarak pengaku/skoor - Dimensi bekisting Diamati: - Permukaan bekisting
- Permukaan bekisting halus dan rata
- Sambungan
- Sambungan rapat
- Kebersihan
- Bekisting bersih
Pengawasan mengenai metode pengecoran, dimana hal tersebut meliputi: a. Waktu pengecoran b. Peralatan pengecoran c. Kebersihan selama pengecoran yang mengharuskan bekisting bebas dari berbagai kotoran seperti debu, sisa-sisa potongan kawat, paku dan lain-lain.
99
Tabel 5.7 Pengawasan Pekerjaan Pembukaan Bekisting Langkah Inpeksi
Pemeriksaan permukaan
Metode Inpeksi
Pengamatan visual
Kriteria Lolos/ diterima
- Besi tidak kelihatan
beton setelah bekisting
- Tidak ada keropos yang >20 mm
dibuka
- Tidak terlihat batu koral dari campuran beton
5.3.
Pengendalian Waktu Pengendalian waktu selama pelaksanaan pembangunan proyek merupakan hal yang
sangat penting agar sebuah pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Proses monitoring serta updating yang merupakan cara pengendalian waktu di proyek selalu dilakukan agar mendapatkan jadwal yang paling realistis dalam penetapan durasinya sehingga sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek . Pengendalian waktu pelaksanaan pada proyek Technoplex Living Apartement menggunakan kurva S , Kurva-S secara grafis menggambarkan kemajuan kerja komulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontalnya . Kurva S ini digunakan sebagai acuan terlambat atau tidaknya suatu proyek dari jadwal yang sudah direncanakan. Selain itu, kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya dengan jadwal rencana.Pada Kurva-S rencana dapat diketahui bobot pekerjaan rencana, sedangkan pada Kurva-S aktual dapat diketahui bobot pekerjaan yang telah dilaksanakan. Pengontrolan dilakukan dengan membandingkan kedua kurva tersebut, dari kurva tersebut dapat dilihat intensitas pekerjaan.
Berikut ini adalah fungsi dari time schedule :
a. Sebagai tolak ukur progress atau kemajuan pekerjaan yang dapat dipantau setiap saat dengan bantuan time schedule ini.
b. Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan untuk masing - masing pekerjaan.
c. Sebagai alat koordinasi bagi pimpinan proyek. d. Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan.
100
Dalam Proyek Pembangunan Technoplex Living Apartement ini, pengendalian waktu dilakukan dengan membandingkan bobot prestasi kerja yang sudah dilakukan pada pelaksanaan di lapangan atau yang biasa disebut dengan real progress (%) dengan bobot rencana komulatif pada Kurva S sesuaikan dengan ketetapan pada kontrak.Real progress dapat diketahui melalui laporan - laporan berkala seperti laporan harian, laporan mingguan, ataupun laporan bulanan. Pembuatan laporan yang memuat real progress tersebut dimaksudkan agar kontraktor dapat mengetahui kemajuan atau progress pekerjaan yang telah dilaksanakan. Bagi owner, laporan tersebut digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan proyek yang sedang berlangsung. Walaupun pada beberapa waktu tertentu proyek mengalami keterlambatan terutama karena terkendala cuaca , dan keterlambatan pembayaran dari pihakowner, tetapi keterlambatan yang khususnya diakibatkan oleh cuaca diminimalisir dengan mempercepat pekerjaan pada hari selanjutnya untuk menutupi keterlambatan tersebut, sehingga ketika diadakan laporan baik itu laporan mingguan atau dua mingguan yang diperiksa olek pihak manajemen konstruksi lalu diserahkan ke owner sebagai bukti untuk pembayaran prestasi kerja kontraktor tidak ada denda yang diterima karena progress pekerjaan di lapangan tetap sesuai dengan jadwal rencana. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa pengendalian waktu di Proyek Pembangunan Technoplex Living Apartement dari pihak kontraktor sudah cukup baik karena adanya pengontrolan dan evaluasi setiap harinya, baik itu pengendalian secara berkala dari rapat harian, maupun peninjauan langsung ke lapangan. Ketidaksesuaian realisasi dan rencana disini lebih diakibatkan oleh keterlambatan pembayaran dari pihak
owner.
5.4.
Laporan Kerja Semua hal yang telah dilakukan di dalam proyek harus selalu dikontrol, baik berupa
pemasukan dan pemanfaatan sumber daya, keadaan cuaca, maupun kejadian khusus lainnya. Pengontrolan tersebut berupa laporan tertulis yang dibuat oleh kontraktor dan akan diperiksa oleh manajemen konstruksi untuk selanjutnya diserahkan kepada owner. Laporan kerja dibuat untuk mengetahui perkembangan kemajuan proyek. Macam-macam laporan yang digunakan di dalam proyekTechnoplex Living Apartement adalah sebagai berikut:
101
1. Laporan harian
Laporan harian ini dibuat untuk mengetahui kemajuan pekerjaan proyek dan untuk mengetahui apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini nantinya akan menjadi sebuah pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan oleh pihak kontraktor. Laporan harian berisi data : a. Waktu pelaksanaan. b. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan. c. Jumlah volume pekerjaan yang sudah dilaksanakan d. Jumlah material yang digunakan. e. Kondisi cuaca yang terjadi di lapangan. f. Kendala yang ditemui saat pelaksanaan.
Gambar 5.2 Laporan Harian 2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan harian yang disusun dalam satu minggu tersebut. Laporan mingguan berisi tentang rangkuman pekerjaan yang dilakukan selama seminggu, jenis pekerjaan yang sudah dilakukan, persentase yang telah dicapai dari masing-masing item pekerjaan, foto dokumentasi proyek dan informasi lainnya yang diperlukan owner. Laporan ini akan memberikan informasi kepadaowner tentang perkembangan proyek. Persentase kemajuan atau keterlambatan proyek dapat diketahui melalui laporan mingguan dengan cara dibandingkan dengan kurva S proyek.
102
Gambar 5.3 Laporan Mingguan 3. Laporan bulanan
Laporan bulanan berisi tentang kemajuan proyek selama satu bulan tersebut. Laporan ini merupakan akumulasi dari laporan mingguan, yang dilengkapi dengan foto dokumentasi pelaksanaan, bobot pekerjaan yang telah dilakukan, penjelasan pekerjaan yang telah dilakukan, dan evaluasi kemajuan proyek terhadap rencana awal.
Gambar 5.4 Laporan Bulanan
5.5.
Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang telah
dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini dapat dibandingkan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang telah disusun. Dari perbandingan ini, dapat diketahui apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan biaya sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya.
103
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang digunakan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar absensi pekerja selama satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk menyusun real progress pada master schedule dan untuk memperkirakan persentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.
5.6 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) K3 juga merupakan upaya untuk menciptakan kesesuaian antara pekerja, pekerjaan, dan lingkungan kerja. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tujuan atau sasaran dari K3L di proyek pembangunan Technoplex Living Apartement ini adalah : 1. Tujuan Umum Menciptakan system keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, serta kondisi dan lingkungan kerja. 2. Tujuan Khusus a. Mencegah terjadinya cidera dalam pekerjaan b. Mencegah penyakit akibat kerja c. Menyediakan lingkungan pekerjaan yang sehat aman serta meningkatkan praktekpraktek kerja yang aman d. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang dibentuk dan dipelihara secara aman dan baik e. Mengendalikan penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) Untuk mencapai tujuan dari sistem K3L proyek konstruksi, PT. PP (Persero) menggunakan standar sistem manajemen kualitas internasional yang disebut dengan OHSAS 18001-2007 . OHSAS 18001-2007 adalah standar internasional untuk sistem menagemen keselamatan .
104
5.6.1
Implementasi K3L di Proyek Adapun kelengkapan atau fasilitas yang harus dilengkapi dalam suatu sistem K3
di suatu proyek, sebagai berikut: 1. Alat pelindung diri (APD) a. Helm Helm digunakan untuk melindungi kepala dari kejatuhan benda dan benturan dengan benda keras b. Safety Belt / Safety Harness Melindungi dari bahaya terjatuh dari ketinggian, untuk pekerja yang melakukan pekerjaan di ketinggian > 1,5 m diwajibkan untuk menggunakan safety belt c. Sepatu Safety Digunakan untuk melindungi kaki dari bahaya terkena benda – benda tajam d. Sarung Tangan Sarung tangan digunakan untuk melidungi dari potensi bahaya benda – benda tajam, bahan kimia dan lain sebagainya yang dapat melukai tangan e. Kaca Mata Kaca mata digunakan untuk melindungi mata dari sinar yang dapat merusak mata dan melindungi mata dari debu – debu, misalnya pekerjaan pengelasan 2. Rambu – rambu Pemasangan rambu dalam proyek yang berisikan peran berupa larangan, perhatian, ataupun anjuran yang bertujuan untuk menertibkan setiap orang yang berada di dalam area proyek, baik itu pekerja ataupun tamu yang dating agar tertib dalam K3L.
Gambar 5.5 Rambu – rambu K3 yang t erdapat di setiap sudut proyek
3. Spanduk Pemasangan pemanduk dalam proyek yang berisikan informasi berupa informasi tertentu ataupun tata tertib bertujuan untuk menertibkan setiap orang yang berada di dalam area proyek agar tertib dalam K3L
105
Gambar 5.6 Spanduk keselamatan K3
4. Penempatan tabung APAR Tabung apar ditempatkan disetiap lokasi yang beresiko untuk timbulnya api / kebakaran agar penanggulangannya dapat segera ditangani.
Gambar 5.7 Tabung Apar
5. Pemeriksaan APD dan Jumlah Pekerja Petugas K3 setiap pagi akan mengecek di pintu masuk pekerja tentang penggunaan alat pelindung diri dan perhitungan jumlah pekerja. Seluruh pekerja selama bekerja dan selama berada dalam lingkungan proyek diwajibkan menggunakan APD dengan lengkap.
106
Gambar 5.8 Data Jumlah Pekerja Perhari
6. Safety Net Dipasangkan railing sekeliling tepi gedung sebagai penanda daerah pinggir dan juga berfungsi sebagai pengaman/penahan benda jatuh atau sampah yang terbang.
Gambar 5.9 Safety Net di Sekeliling Proyek
7. Safety deck Safety deck di pasang untuk menahan benda jatuh dari lantai atasnya agar tidak mengenai orang yang berada di bawahnya, safety dek di pasang 4 lantai dari lantai teratas agar benda jatuh dapat tertangkap safety deck.
Gambar 5.10 Safety deck di Lantai P1
107
8. Pengamanan Void Untuk mengamankan dari benda jatuh maka tiapvoid ditutup dengan menggunakan
playwood/jaring pengaman dan tambang. Triplek dipasang di bawah bongkaran untuk menangkap benda jatuh dari pekerjaan pembongkaran pada lubang lift.
Gambar 5.11 Pengamanan pada Void
9. Pembersihan Dilakukan aktifitas pembersihan dan perapihan didalam dan area sekitar proyek serta barak untuk menunjang produktifitas proyek agar sesuai dengan target yang telah direncanakan.
10. Akses kerja Disediakan akses kerja bagi para pekerja yang hendak naik ataupun turun dengan menggunakan tangga scafolding temporari yang dilengkapi dengan shelter tempat orang menunggu sehingga mereka merasa lebih aman dan nyaman.
Gambar 5.12 Akses Tangga para Pekerja
108
11.
Terminal Terminal dipasang untuk tempat menaikan atau menurunkan material selama
proses struktur dan finishing agar pengangkutan dan penurunan material dengan tower
crane dapat berjalan dengan aman dan lancar.
Gambar 5.13 Terminal barang material
109
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Terhadap Aspek Perencanaan Dalam menganalisis struktur proyek technoplex living apartment digunakan
software SAP 2000. Struktur yang ditinjau adalah struktur balok dan kolom tower L, untuk kolom yang tinjau adalah kolom yang memiliki beban axial terbesar antara lantai SB-2 karena pada lantai SB-2 memiliki dimensi kolom yang sama, sedangkan untuk balok di tinjau pada lantai 20 karena memiki momen maksimum Berdasarkan hasil data Output dari element force frame yang diperoleh dari
software SAP 2000 didapat data untuk menghitung tulangan kolom pada elemen kolom , yaitu:
Tabel 6.1 Tabel Gaya Dalam Maksimal Kolom
Gaya
Momen (M)
Tipe kolom
K1
Normal (P) KN
M2
M3
KN-m
KN-m
-5043,533
-11,833
-248,19
Perhitungan penulangan kolom ini ditinjau dari tiga kondisi gaya dalam yang terjadi pada kolom. Kondisi satu kolom memiliki gaya dalam maksimal pada momen arah x, kondisi kedua kolom memiliki gaya dalam maksimal pada momen arah y, dan kondisi ketiga kolom memiliki nilai gaya dalam aksial terbesar. Berikut ini adalah proses perhitungan jumlah dan dimensi tulangan menggunakan program SP Column. Tulangan kolom yang ditinjau adalah kolom K1 dengan dimensi 500×1000 mm pada lantai SB sampai lantai 2. Dalam menganalilsis kapasitas tulangan pada kolom ini digunakan alat bantu software yaitu PCA Column. Setelah diperiksa dengan menggunakan software PCA Column didapat bahwa jumlah dan diameter baja tulangan dan dimensi penampang melintangkolom K1 500×1000 mm dengan rincian sebagai berikut: Jumlah tulangan
= 14 buah
Diameter
= 22 mm
110
= b = 500 mm, h = 1000 mm
Dimensi penampang melintang kolom
Untuk menghitung jumlah dan diameter tulangan balok pada proyek ini, dilakukan dengan menggunakan data momen yang didapatkan dari outputSAP2000. Balok yang dihitung adalah Balok B3 dengan dimensi 250X500 mm. Berikut adalah hasil perhitungan tulangan yang telah didapatkan pada Balok B3
Tabel 6.2 Perbandingan Jumlah dan Dimensi Tulangan pada Balok B3 Analisis
Tumpuan
Aktual
Tumpuan Tumpuan Lapangan
Kiri Tulangan Atas Tulangan Bawah
Tumpuan Lapangan
Kanan
Kiri
Kanan
4D19
2D19
2D19
7D19
3D19
7D19
2D19
3D19
2D19
4D19
4D19
4D19
Dengan membandingkan jumlah dan dimensi tulangan balok aktual pada proyek
technoplex living apartment dengan hasil perhitungan tahapan pada Struktur Beton Bertulang I . Didapatkan perbedaan antara jumlah dan dimensi tulangan antara analisis dengan aktual lapangan karena asusmi penginputan beban yang kami masukan berbeda dengan yang direncanakan konsultan struktur yang lebih kompleks.
6.2
Terhadap Proses Pengadaan
6.2.1 Pengadaan Konsultan
Pengadaan konsultan yang digunakan pada proyek pembangunanTechnoplex
Living Apartment adalah penunjukan langsung. Pengadaan dengan metode penunjukan langsung digunakan pada pembangunan proyek tersebut karena owner telah bekerja sama dengan konsultan utama tersebut yaitu PT. Multi Karya Abadi pada beberapa proyek sebelumnya dan telah mengetahui kemampuan dan kapasitas dari konsultan tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi mengapa dipilih metode penunjukan langsung juga karena metode ini relatif memerlukan waktu yang singkat sehingga proyek dapat dengan cepat
111
dimulai, dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak owner untuk mengadakan pengadaan konsultan juga semakin sedikit. Pengadaan konsultan perencana pada pembangunan proyek tersebut dirasa sesuai karena pemilik proyek tersebut adalah perusahaan swasta yang artinya tidak terikat dengan perpres. Jika pemilik proyek bukan perusahaan swasta maka pengadaan jenis ini tidak boleh digunakan karena pengadaan konsultan dengan metode penunjukan langsung hanya bisa digunakan dalam keadaan tertentu saja seperti penanganan darurat yang tidak bisa direncanakan sebelumnya dan waktu pelaksanaan pekerjaan tidak dapat ditunda contohnya proyek yang disebabkan oleh bencana alam yang harus segera mungkin dilaksanakan.
6.2.2
Pengadaan Kontraktor
Jenis pengadaan kontraktor yang digunakan adalah pelelangan umum. Pelelangan jenis ini sesuai dengan prosedur yang ada yaitu jika nilai kontrak lebih dari 5 milyar rupiah maka pengadaan yang harus digunakan adalah pelelangan umum agar bisa diikuti oleh semua penyedia jasa konstruksi yang berminat tanpa ada batasan. Namun Karena yang mengikuti pelelangan hanya 2 peserta, maka pelelangan ini menjadi pelelangan terbatas Untuk jumlah peserta yang mengikuti pelelangan pada proyek pembangunan
Technoplex Living Apartment hanya ada dua peserta yaitu PT. Wijaya Karya dan PT. Pembangunan Perumahan, seharusnya jika pengadaan yang digunakan adalah pelelangan umum maka jumlah pesertanya bisa lebih dari itu. Setelah di konfirmasi kepada pihak kontraktor yang terpilih yaitu PT. Pembangunan Perumahan mereka menjelaskan bahwa pihak owner memiliki rekan kerja di PT. Pembangunan Perumahan sehingga berapapun jumlah peserta yang ikut pengadaaan tetap saja PT. Pembangunan Perumahan lah yang akan terpilih untuk melaksanakan proyek tersebut. Seharusnya jika memiliki hubungan rekanan kerja seperti kasus diatas kita tetap harus menjalankan prosedur pelalangan secara
fair artinya perusahan-perusahaan lain juga dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan proyek tersebut dan terpilihnya kontraktor pelaksana juga berdasarkan kriteria yang sesuai dan telah diseleksi oleh owner bukan karena hanya memiliki hubungan rekanan kerja.
112
6.3
Terhadap Kontrak Sistem kontrak yang dilakukan dalam proyek pembangunan Technoplex Living
Apartment adalah sistem kontrak Lump Sum. Jenis kontrak tersebut digunakan karena semua detail pekerjaan telah diketahui sehingga kemungkinan terjadi perubahan volume pekerjaan juga
sedikit. Jika
dilihat dari nilai kontrak awal yang mencapai
Rp.255.200.000.000,- (dua ratus lima puluh lima milyar dua ratus juta rupiah) , proyek ini bisa dikatakan sebagai proyek yang besar dan biasanya pada proyek-proyek besar sangat sulit untuk menentukan detail pekerjaannya sehingga sangat berisiko bagi kontraktor untuk melaksanakan proyek tersebut dengan menggunakan sistem kontraklump sum karena apabila terjadi perubahan volume pekerjaan, kontraktor dapat mendapatkan kerugian. Pada proyek ini juga mengalami dua kali perubahan kontrak. Perubahan kontrak pertama mencakup nilai pekerjaan yang semula Rp.255.200.000.000,- (dua ratus lima puluh lima milyar dua ratus juta rupiah) menjadi Rp.257.238.765.829,- (dua ratus lima puluh tujuh milyar dua ratus tiga puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh lima delapan ratus dua puluh sembilan rupiah). Perubahan tersebut terjadi karena perubahan volume pekerjaan padahal sistem kontrak yang digunakan pada proyek ini adalah lump sum yang artinya tidak boleh ada perubahan nilai kontrak walaupun volume pekerjaannya berubah. Sedangkan
perubahan
kontrak
yang
kedua
dari
yang
semulanya
Rp.257.238.765.829,- (dua ratus lima puluh tujuh milyar dua ratus tiga puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh lima delapan ratus dua puluh sembilan rupiah) menjadi Rp.107.229.706.100 (seratus tujuh milyar dua ratus dua puluh sembilan tujuh ratus enam ribu seratus rupiah). Perubahan kontrak yang kedua terjadi karena owner tidak dapat menyanggupi biaya untuk proyek tersebut sehingga owner mengurangi volume pekerjaan. Hal tersebut merupakan tindakan yang tepat karena jika dipaksakan maka proyek tersebut tidak akan berjalan dengan lancar karena terbatas dengan biaya.
6.4
Terhadap Mutu Material
Pada proyek Technoplex Living Apartment ini mutu material yang diperhatikan khususnya pada pekerjaan struktur adalah mutu beton dan mutu baja tulangan karena jenis struktur yang digunakan pada proyek ini adalah struktur beton bertulang. Selain bertanggung jawab terhadap kegiatan pelaksanaan proyek di lapangan, kontraktor juga bertanggung jawab terhadap proses pengadaan seperti material, alat kerja, alat bantu dan tenaga kerja selama proyek berlangsung.
113
6.4.1
Mutu Beton
Struktur utama bangunan ini adalah struktur beton bertulang dengan menggunakan beton ready mix dari PT. Adhimix Precast dan PT. Pionir beton. Mutu beton dicek dengan dua cara, yaitu uji slump dan uji kuat tekan beton. Pengujian beton dilakukan di laboratorium milik Institut Teknologi Bandung . Untuk pengujian slump sendiri hanya dilakukan pada saat truk pertama dari satu supplier datang untuk truk selanjutnya dari
supplier yang sama tidak dilakukan uji slump. Diperoleh nilai slump 13.5 cm dimana adukan beton tergolong lembek namun memenuhi nilai slump yang telah direncanakan yaitu 12
± 2 cm ,yang berarti adukan tidak kental dan tidak terlalu cair karena masih berada
pada rentang yang diizinkan. Pada proyek Technoplex Living Apartement ini pengujian kuat tekan beton dilakukan di laboratorium milik Institut Teknologi Bandung. Berikut adalah hasil dari pengujian kuat tekan beton pada beberapa sampel beton yang digunakan pada proyek ini:
No
Indifikasi Benda Uji
Tabel 6.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Luas Kekuatan Tanggal Tanggal Beban Kekuatan tekan Beton di Beton di Umur Berat Slump Bidang Maks tekan (hari) (kg) (cm) Tekan kubus 2 Cor Test (kg) (kg/cm ) (cm2) (kg/cm2)
TM 1/PP 1 TECKNOPLEX/ K-300 17/12/16 16/01/17
28
12.42
14
176.71 56500 319.73
385.22
28
12.42
14
176.71 55000 311.24
374.99
28
12.16
14
176.71 55500 314.07
378.40
28
12.60
14
176.71 56000 316.90
381.81
28
12.28
14
176.71 55000 311.24
374.99
PNR TM 1/PP 2 TECKNOPLEX/ K-300 18/12/16 16/01/17 PNR TM 1/PP 3 TECKNOPLEX/ K-300 19/12/16 16/01/17 PNR TM 1/PP 4 TECKNOPLEX/ K-300 18/12/16 16/01/17 PNR TM 1/PP 5 TECKNOPLEX/ K-300 19/12/16 16/01/17 PNR
114
Xrt
= (385,22 + 374,99 + 378,40 + 381,81 + 374,99) : 5 = 379,085 kg/cm2.
S
=
(−) − = 4,446
Nilai Kuat Tekan Beton (X) = Xrt – (1,645 x S) = 371,768 kg/cm2 Dari pengujian kuat tekan beton terhadap benda uji beton k-300 sebanyak 5 buah didapatkan nilai kuat tekan 371,768 kg/cm2 .
6.4.2
Mutu Baja Tulangan
Pada pemeriksaan mutu tulangan baja, pengujian yang dilakukan meliputi uji tarik. Pengambilan contoh tulangan dilakukan dengan pengawasan dari konsultan MK. Pengujian tersebut dilakukan di Laboratorium Rekayasa Struktur Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung . Dengan demikian, baja yang dipesan memiliki kualitas yang terjamin. Parameter yang diukur yaitu, kuat Tarik dan batas leleh baja yang disyaratkan, dan pengujian tes tekuk 180° sesuai dengan syarat sifat-sifat Mekanis Baja Tulangan SNI 07-2052-2002
Tabel 6.4 Sifat-sifat Mekanis Baja Tulangan SNI 07 -2052-2002
Kelas Baja Tulangan Polos
No Batang
Sirip
Uji
Bj. TS
No.2
40
No.3
Batas luluh Minimum (kg/mm2) 40
Kuat Tarik Minimum (kg/mm2)
57
Regangan Minimum
Sudut
(%)
Lekuk
16 18
180°
Catatan : Batang uji tarik No. 2 untuk diameter < 25 mm dan batang uji tarik No.3 Untuk diameter > 25
6.5
Mutu Pelaksanaan Dari segi pelaksanaan di lapangan, karena mayoritas adalah pekerjaan beton
bertulang maka pekerjaan yang mayoritas dilakuakan adalah pembesian dan pengecoran.
115
Tabel 6.5 Pengawasan Terhadap PemasanganBesi di Lapangan Langkah
Metode Inpeksi
Inpeksi
Kriteria Lolos/diterima
Pemeriksaan cara Diukur pemasangan besi
- Jarak dan jumlah tulangan
- Jarak dan jumlah tulangan sesuai shop drawing
di lapangan - Diameter tulangan
- Diameter tulangan sesuai
- Tebal beton decking
- Tebal
dengan shop drawing beton
decking
minimal 2-3 cm
Pemeriksaan cara - Panjang overlapping
- Panjang overlap minimal
pemasangan besi
40 d atau sesuai standar
di lapangan
desain - Jarak sengkang
- Jarak
sengkang
sesuai
dengan shop drawing Diamati -
Ikatan besi beton
- Ikatan besi beton kuat
-
Bentuk tulangan
- Bentuk
tulangan
sesuai
dengan shop drawing -
Stek yang diperlukan
- Stek sesuai dengan shop
drawing Kebersihan Lokasi
Lokasi dan besi bersih
116
Tabel 6.6 Pengawasan Pemasangan Bekisting di Lapangan Langkah Inpeksi
Metode Inpeksi
Pemeriksaan pemasangan
Kriteria Lolos/diterima
Diukur: bekisting
di lapangan
- As, marking, elevasi
- Sesuai dengan shop drawing
- Jarak perancah - Jarak pengaku/skoor - Dimensi bekisting Diamati: - Permukaan bekisting
•
- Permukaan bekisting halus dan rata
- Sambungan
- Sambungan rapat
- Kebersihan
- Bekisting bersih
Pengawasan mengenai metode pengecoran, dimana hal tersebut meliputi: d. Waktu pengecoran e.
Peralatan pengecoran
f.
Kebersihan selama pengecoran yang mengharuskan bekisting bebas dari berbagai kotoran seperti debu, sisa-sisa potongan kawat, paku dan lainlain.
Tabel 6.7 Pengawasan Pekerjaan Pembukaan Bekisting Langkah Inpeksi
Metode Inpeksi
Kriteria Lolos/ diterima
Pemeriksaan permukaan Pengamatan visual
- Besi tidak kelihatan
beton setelah bekisting
- Tidak ada keropos yang >20 mm
dibuka
- Tidak terlihat batu koral dari campuran beton
Dari segi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),dinilai cukup baik karena semua aspek K3 sudah dilakukan, seperti penggunaan alat pelindung diri yang diwajibkan jika memasuki proyek, rambu-rambu pada proyek yang cukup lengkap, railing pembatas pada daerah yang berbahaya, safety net yang cukup banyak terpasang di area tertentu, alat-alat yang cukup lengkap dan safety talk yang dilakukan setiap minggu untuk mengevaluasi pekerjaan selama seminggu. Hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja
117
yang jika terjadi tidak hanya korban yang dirugikan, tetapi pihak kontraktor pun harus mengeluarkan biaya untuk menganggulangi masalah tersebut.
6.6
Waktu Pelaksanaan Kontruksi Durasi waktu pelaksanaan proyek Technoplex Living Apartment adalah 540 hari
kalender, proyek pelaksanaan terhitung dari tanggal 1 Oktober 2015 sampai tanggal 30 Maret 2017. Untuk mengetahui apakah waktu pelaksanaan berjalan sesuai dengan rencana digunakan kurva S. Pada kurva S dapat dilihat apakah progres pekerjaan setiap harinya sesuai dengan apa yang direncanakan dengan cara membandingkan garis grafik rencana dengan garis grafik realisasinya. Proyek Technoplex Living Apartment mengalami beberapa keterlambatan pekerjaan, dilihat dari Kurva-S dan hasil dari wawancara dengan pelaksana di lapangan. Keterlambatan terjadi karena beberapa faktor, diantaranya keterlambatan akibat cuaca hujan, keterlambatan karena jam kerja yang terbatas dan keterlambatan pembayaran oleh pihak owner. Tindakan yang dilakukan untuk menanggulangi masalah ini yaitu dengan cara mengejar ketertinggalan pekerjaan dengan lembur, karena pada proyek ini jam kerja yang dilakukan yaitu 9 jam per hari karena terkendala dengan lingkungan sekitar yang menolak proses konstruksi dilakukan pada malam hari karena berbagai alasan. Hal tersebut harus sejalan dengan pemasukan biaya untuk pelaksanaan konstruksi. Jika dari pihak owner tidak menyanggupi biaya konstruksi sesuai dengan jadwal pada kurva S, maka kurva S harus diubah karena keterlambatan pekerjaan yang sudah tidak mungkin dikejar kembali akibat keterlambatan pemasukan biaya tersebut. Perubahan dapat diusulkan oleh pihak pelaksana ataupun owner. Perubahan yang biasanya diajukan oleh pihak pelaksana adalah mengenai perubahan waktu pelaksanaan pekerjaan, sedangkan dari pihak owner biasanya mengenai perubahan nilai kontrak.
118
BAB VII KESIMPULAN 7.1
Kesimpulan Praktik kerja pembangunan Technoplex Living Apartment yang telah diikuti selama
2 bulan dilapangan Berdasarkan hasil pembelajaran dan pengamatan yang sudah dilakukan selama mengikuti praktek kerja di proyek Technoplex Living Apartment terhitung sejak tanggal 6 Februari – 6 April 2016 , maka dapat di ambil beberapa kesimpulan seperti : 1. Proses pengadaan konsultan pada proyek pembangunan Technoplex Living
Apartment menggunakan sistem penunjukan langsung, yakni menunjuk PT. Anugrah Multi Cipta Karya sebagai konsultan perencana. Hubungan kemitraan yang sudah terjalin serta pengalaman dan prestasi yang ditunjukan oleh masingmasing konsultan membuat pihak owner memutuskan untuk memilih sistem penunjukan langsung. Selain karena proyek ini bukan dikelola oleh pemerintah, sistem ini juga lebih banyak menyingkatkan waktu serta penunjukannya berdasarkan kepercayaan owner terhadap konsultan dengan melihat pengalaman dari konsultan. 2. Proses pengadaan kontraktor pada proyek pembangunan Technoplex Living
Apartment dilakukan melalui sistem pelelangan umumpada awalnya, namun dikarenakan hanya ada 2 peserta, maka dirubah menjadi Pelelangan Terbatas, sehingga terpilihlah PT. Pembangunan Perumahan (PP) sebagai kontraktor , Setelah di konfirmasi kepada pihak kontraktor yang terpilih yaitu PT. Pembangunan Perumahan mereka menjelaskan bahwa pihakowner memiliki rekan kerja di PT. Pembangunan Perumahan sehingga berapapun jumlah peserta yang ikut pengadaaan tetap saja PT. Pembangunan Perumahan lah yang akan terpilih untuk melaksanakan proyek tersebut. Seharusnya jika memiliki hubungan rekanan kerja seperti kasus diatas kita tetap harus menjalankan prosedur pelalangan secara fair artinya perusahan-perusahaan lain juga dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan proyek tersebut dan terpilihnya kontraktor pelaksana juga berdasarkan kriteria yang sesuai dan telah diseleksi oleh owner bukan karena hanya memiliki hubungan rekanan kerja. 3. Sistem kontrak yang digunakan pada proyek pembangunanTechnoplex Living
Apartment adalah Lump Sum. Pemilihan sistem ini dirasa kurang tepat karena kontrak lump sum dengan nilai proyek yang besar hanya akan memberikan risiko
119
kepada pihak kontraktor. Kontrak yang seharusnya digunakan adalah gabungan kontrak gabungan lump sum dan unit price. Kontrak tersebut dirasa lebih adil bagi pihak kontraktor dan owner karena untuk pekerjaan di lapangan terdapat pekerjaan yang pasti sesuai dengan rencana biaya awal dan ada pula yang pekerjaan yang kemungkinan tidak sesuai dengan perhitungan rencana biaya awal, sehingga untuk pekerjaan yang sudah pasti digunakan kontrak lump sum dan untuk pekerjaan yang kuantitasnya masih mungkin berubah menggunakan kontrak unit price. 4. Dari hasil analisis menggunakan Software SAP2000 untuk struktur balok diperoleh ketidak sesuaian jumlah tulangan balok dan kolom dengan rencana di proyek yang diakibatkan oleh pembebanan yang di masukan tidak sekompleks seperti apa yang ada pada perencanaan di proyek dan distribusi bebannya kurang detail. Hasil analisis yang diperoleh dari SAP2000 lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di gambar rencana. 5. Mutu material yang digunakan dalam proyek ini sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 6. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan cukup baik . Koordinasi terjadi antara kontraktor dan manajemen konstruksi, karena segala sesuatu yang akan dilakukan oleh kontraktor harus mendapat persetujuan pihak manajemen konstruksi dan itu dilakukan di lapangan. Dalam hal K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) seluruh pekerja menggunakan atribut K3 seperti helm, rompi dan sepatu safety. 7. Waktu pelaksanaan proyek ini terjadi banyak keterlambatan. Keterlambatan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya cuaca , terbatas nya jam kerja dan terlambatnya pembayaran dari pihak owner. Keterlambatan tersebut dapat dilihat pada Kurva S dimana grafik realisasi berada dibawah garfik rencana yang menandakan keterlambatan pelaksanaan proyek. Apa yang dilakukan oleh pihak kontraktor untuk mengejar ketertinggalan jadwal yang diakibatkan oleh cuaca sudah tepat yaitu dengan memperbanyak pekerjaan dihari selanjutnya, untuk keterlambatan yang diakibatkan pembayaran yang terlambat memang sulit untuk dikejar oleh pihak kontraktor karena jika pembayaran tidak dibayarkan maka proyek pun tidak akan berjalan. Sedangkan keterlambatan akibat terbatas nya jam kerja yang mulai dari pukul 08.00 sd 16.00 tidak dapat menambah jam kerja karena proyek cenderung berisik jadi warga sekitar menolak dengan alasan mengganggu istirahat karena bising .
7.2
Saran
120
Dengan melihat pelaksanaan pekerjaan pada proyek pembangunanTechnoplex
Living Apartment ini maka saran-saran yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, antara lain : •
Koordinasi antar semua elemen baik itu owner, konsultan, kontraktor, supplier, serta para pekerja sangat penting agar pelaksanaan proyek berjalan dengan lancar sesuai rencana dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengerjaan proyek yang mengakibatkan keterlambatan pekerjaan.
•
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan sesuai dengan spesifikasi, pihak pengendali mutu dari pihak kontraktor dan konsultan pengawas sangat penting perannya. Segala sesuatu yang akan dikerjakan harus diawasi oleh pengendali mutu agar hasilnya sesuai dengan rencana.
•
Waktu pelaksanaan yang terlambat harus segera ditangani dengan menambah tenaga kerja. Lalu dengan melakukan penjadwalan pekerjaan kembali akan mencegah terjadinya keterlambatan yang semakin lama.
121