LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN BINTARO PLAZA RESIDENCES TOWER ALTIZ Jl. Bintaro Utama Sektor 3A Tangerang Selatan, Banten
DISUSUN OLEH : Mohammad Radiansyah Taviputra 1106070350 Reynanda Adrian Namara 1106070136 1106070136 Ratih Dwi Anggraeni 1106068674
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Kerja Praktek ini adalah hasil karya kami sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar.
Nama
: Mohammad Radiansyah Taviputra Taviputra
NPM
: 1106070350
Tanda Tangan : Tanggal
: 1 Desember 2014
Nama
: Reynanda Adrian Namara
NPM
: 1106070136
Tanda Tangan : Tanggal
: 1 Desember 2014
Nama
: Ratih Dwi Anggraeni
NPM
: 1106068674
Tanda Tangan : Tanggal
: 1 Desember 2014
Universitas Indonesia
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Kerja Praktek ini adalah hasil karya kami sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar.
Nama
: Mohammad Radiansyah Taviputra Taviputra
NPM
: 1106070350
Tanda Tangan : Tanggal
: 1 Desember 2014
Nama
: Reynanda Adrian Namara
NPM
: 1106070136
Tanda Tangan : Tanggal
: 1 Desember 2014
Nama
: Ratih Dwi Anggraeni
NPM
: 1106068674
Tanda Tangan : Tanggal
: 1 Desember 2014
Universitas Indonesia
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktek dengan judul
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN BINTARO PLAZA RESIDENCES TOWER ALTIZ
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ir. Syahril A. Rahim, M.Eng
(
)
Penguji
(
)
: Ir. Madsuri, MT
Ditetapkan di
:
Tanggal
:
Universitas Indonesia
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunianya yang begitu besar, penulis dapat melakukan Kerja Praktek (KP) pada Proyek Pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz hingga pada akhirnya menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Dalam kerja praktek ini, penulis diberi kesempatan oleh PT.WIKA Gedung selaku kontraktor utama pada Proyek Pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz yang telah mengizinkan penulis untuk bisa melaksanakan serangkaian kerja praktek pada proyek tersebut selama kurun waktu 1 bulan, yaitu bulan Juni – Juli. Segala data mengenai proyek tersebut, setiap pekerjaan di proyek, manajemen proyek dan berbagai permasalahan terkait dengan proyek beserta dengan saran penulis satukan dalam bentuk laporan i ni. Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua seluruh pihak yang telah memberikan sumbangan pemikiran, motivasi serta saran yang sangat bermanfaat demi terselesaikannya laporan ini. Ucapan terima kasih ini tim penulis sampaikan kepada : 1) Bapak Ir. Syahril A. Rahim, M.Eng, selaku dosen pembimbing pertama Kerja Praktek ini yang selalu memberikan pengetahuan dan arahan/saran agar tim penulis mampu memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang banyak dalam Kerja Praktek yang dilakukan. 2) Bapak Donni D Putranugraha selaku Project Manager pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz yang telah menerima kami untuk kerja Praktek disini 3) Seluruh anggota keluarga PT. WIKA Gedung yang bekerja Proyek Pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala bantuannya. 4) Mbak Dian selaku pegawai tata usaha Departemen Teknik Sipil yang selalu membantu kami dalam urusan surat menyurat untuk keperluan kerja praktek ini.
Universitas Indonesia
v
5) Kedua orangtua dan keluarga ketiga penulis yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. 6) Rekan-rekan
mahasiswa/mahasiswi
Jurusan
Teknik
Sipil
dan
Teknik
Lingkungan angkatan 2011, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. 7) Seluruh pihak-pihak lain yang telah membantu tim penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Depok, 2014
Tim Penulis
Universitas Indonesia
vi
ABSTRAK
Nama
: Mohammad Radiansyah Taviputra, Reynanda Adrian Namara, Ratih Dwi Anggraeni
Program Studi : Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan Judul
: Proyek Pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz
Kerja Praktek merupakan mata kuliah wajib yang menjadi salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum jenjang sarjana bagi mahasiswa Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Melalui Kerja Praktek, mahasiswa diharapkan untuk mengamati langsung proses konstruksi yang sedang berjalan dan dapat membandingkan dengan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan. Dalam kerja praktek, mahasiswa juga diminta untuk mengamati setiap permasalahan yang terjadi di proyek tersebut. Proyek konstruksi yang dipilih adalah Proyek Pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz yang terletak di Jl.Bintaro Utama Sektor 3A Tangerang Selatan, Banten. Owner proyek konstruksi pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz adalah PT.Jaya Real Property TBK, sedangkan untuk kontraktor utamanya adalah PT.WIKA Gedung. Dalam laporan Kerja Praktek ini, akan dibahas mengenai proses konstruksi dan metode konstruksi dari pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, mass concrete, pekerjaan kolom serta core wall hingga berbagai aspek manajemen proyek yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan.
Kata Kunci : Kerja Praktek, Proyek, Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz, Manajemen Proyek
Konstruksi,
Universitas Indonesia
vii
DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................................... II HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................... III KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... IV ABSTRAK .................................................................................................................................... VI DAFTAR ISI ................................................................................................................................ VII DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... X DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... XIII BAB 1 ........................................................................................................................................ 14 1)
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 14 1.1
LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 14
1.2
TUJUAN KERJA ................................................................................................................... 15
1.3
RUANG LINGKUP ................................................................................................................ 15
1.4
METODOLOGI PENULISAN .................................................................................................... 16
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN .......................................................................... ............................ 17
BAB 2 ........................................................................................................................................ 20 2)
GAMBARAN UMUM PROYEK ............................................................................................ 20 2.1
LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN PROYEK ............................................................................. 20
2.2
DESKRIPSI UMUM PROYEK ................................................................................................... 21
2.3
FUNGSI PEMBANGUNAN PROYEK ............................................................................. .............. 22
2.4
DATA PROYEK .................................................................................................................... 22
2.4.1
Informasi Umum dan Data Teknis ............................................................................. 22
2.4.2
Data Non-Teknis ........................................................................................................ 23
BAB 3 ........................................................................................................................................ 25 3)
PEKERJAAN PERSIAPAN .................................................................................................... 25 3.1
SURVEI LOKASI ................................................................................................................... 25
3.1.1
Pengukuran dan Survey ............................................................................................. 25
3.1.2
Site Plan .......................................................................... ........................................... 26
3.1.3
Pembuatan Shop Drawing ........................................................................... .............. 28
3.1.4
Pemotongan Tiang Pancang ..................................................................................... 29
3.1.5
Mobilisasi Peralatan .................................................................................................. 29
3.2
PEKERJAAN PEMOTONGAN TIANG PANCANG ........................................................................... 32
3.3
PENYELIDIKAN TANAH.......................................................................................................... 34
BAB 4 ........................................................................................................................................ 36 4)
MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI ........................................................................ 36 4.1
PERALATAN DALAM PEMBANGUNAN PROYEK KONSTRUKSI ......................................................... 36
4.1.1
Peralatan Survei ........................................................................................................ 36
4.1.2
Peralatan Pengelasan .................................................................................. .............. 41
4.1.3
Peralatan Pengecoran ............................................................................................... 41
4.1.4
Peralatan Mekanik .................................................................................................... 47
4.2
MATERIAL YANG DIGUNAKAN PADA PROYEK KONSTRUKSI .......................................................... 50
Universitas Indonesia
viii
4.2.1
Material Struktur ....................................................................................................... 50
4.2.2
Material Arsitektur .................................................................................................... 55
4.3
PENGUJIAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI ................................................................ 64
4.3.2
Pengujian Material Baja Tulangan .......................................................................... .. 64
4.3.3
Pengujian Material Beton Ready Mix ........................................................................ 65
4.3.4
Uji Tekan Beton ......................................................................................................... 65
BAB 5 ........................................................................................................................................ 67 PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH ................................................................................................ 67 5.1
PEKERJAAN PONDASI TIANG ................................................................................................. 67
5.2
PEKERJAAN GALIAN TANAH .................................................................................................. 68
5.3
PEKERJAAN PILE C AP DAN T IE BEAM....................................................................................... 70
BAB 6 ........................................................................................................................................ 73 5)
PEKERJAAN STRUKTUR ATAS ............................................................................................ 73 6.1
PEKERJAAN BALOK DAN PELAT .............................................................................................. 74
6.2
PEKERJAAN KOLOM ................................................................................. ............................ 78
6.3
PEKERJAAN SHEAR WALL ...................................................................................................... 81
6.4
PEKERJAAN TANGGA ........................................................................................................... 82
6.5
PEKERJAAN ARSITEKTUR........................................................................... ............................ 82
6.5.1
Pekerjaan Dinding Bata ............................................................................................. 83
6.5.2
Pekerjaan Kolom Praktis .............................................................................. .............. 83
6.5.3
Pekerjaan Plesteran Dinding ..................................................................................... 83
6.5.4
Pekerjaan Pemasangan Plafond .............................................................................. .. 83
6.5.5
Pekerjaan Kusen ........................................................................................................ 84
6.5.6
Pekerjaan Pemasangan Keramik Lantai .................................................................... 84
6.5.7
Pekerjaan Pemasangan Keramik Dinding ................................................................. 84
6.5.8
Pekerjaan Pengecatan ................................................................................. .............. 84
6.5.9
Pekerjaan Sanitair ..................................................................................................... 85
6.5.10
Pekerjaan Waterproofing...................................................................................... 85
BAB 7 ........................................................................................................................................ 87 6)
MANAJEMEN PROYEK ....................................................................................................... 87 7.1
GAMBARAN UMUM ............................................................................................................ 87
7.1.1
Tahapan Kegiatan Manajemen Proyek ..................................................................... 88
7.1.2
Jenis Kontrak ....................................... ...................................................................... 89
7.2
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA .................................................................................. 91
7.2.1
Pendahuluan.............................................................................................................. 91
7.2.2
Pihak-pihak dalam Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz ............................ 93
7.2.3
Struktur Organisasi Kontraktor Utama ................................................................... 100
7.3
MANAJEMEN WAKTU .............................................................................. .......................... 106
7.3.1
Uraian Umum .......................................................................................................... 106
7.3.2
Manajemen Waktu Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz ......................... 112
7.4 7.4.1 7.5
MANAJEMEN BIAYA .......................................................................................................... 115 Uraian Umum .......................................................................................................... 115 MANAJEMEN PENGADAAN ................................................................................................. 120
7.5.1
Uraian Umum .......................................................................................................... 120
7.5.2
Manajemen Pengadaan Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz ................. 124
7.6
MANAJEMEN MUTU DAN PENGAWASAN ............................................................................... 125
Universitas Indonesia
ix
7.6.1
Uraian Umum .......................................................................................................... 125
7.6.2
Manajemen Mutu dan Pengawasan Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz 126
BAB 8 ...................................................................................................................................... 130 7)
K3L PROYEK .................................................................................................................... 130 8.1
TUJUAN DAN SISTEM K3 .................................................................................................... 130
8.2
KONDISI LINGKUNGAN ............................................................................. .......................... 132
8.3
STRUKTUR ORGANISASI............................................................................ .......................... 134
8.4
IMPLEMENTASI K3L DI PROYEK................................................................................ ............ 135
8.5
PROGRAM K3L ................................................................................................................ 141
BAB 9 ...................................................................................................................................... 145 TOPIK LINGKUNGAN PROYEK .................................................................................................. 145 9.1
ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)........................................................... 145
9.2
KERANGKA ACUAN-ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) ................................. 146
9.3
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)........................................................................ 152
9.4
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) ........................................................................ 153
9.5
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK DAN KONSTRUKSI ..................................................... 153
9.6
ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS (ANDALALIN) PEMBANGUNAN BINTARO PLAZA RESIDENCES ....... 155
BAB 10 .................................................................................................................................... 160 10)
PERMASALAHAN PROYEK ........................................................................................... 160
BAB 11 .................................................................................................................................... 165 11)
PENUTUP .................................................................................................................... 165
11.1
KESIMPULAN........................................................................... ......................................... 165
11.2
SARAN ................................................................................... ......................................... 166
Universitas Indonesia
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bintaro Plaza Residences-Tower Altiz .............................................. 21 Gambar 2.2 Peta Lokasi Proyek ............................................................................. 21 Gambar 2.3 Pembagian Zona Plaza Tower Altiz ................................................... 24 Gambar 3.1 Site Plan Proyek ................................................................................. 30 Gambar 3.2 Area Tower Crane .............................................................................. 31 Gambar 3.4 Penggalian Tiang Pancang .................................................................33 Gambar 3.3 Pemotongan Tiang Pancang ............................................................... 33 Gambar 3.5 Boring Log .........................................................................................35 Gambar 4.1 Theodolite ........................................................................................... 37 Gambar 4.2 Level ................................................................................................... 38 Gambar 4.3 Total Station ....................................................................................... 38 Gambar 4.4 Bar Cutter ........................................................................................... 40 Gambar 4.5 Bar Bender ......................................................................................... 40 Gambar 4.6 Proses Pengelasan .............................................................................. 41 Gambar 4.7 Mixer Truck ........................................................................................ 42 Gambar 4.8 Pompa Kodok dan Concrete Pump ....................................................43 Gambar 4.9 Concerete Bucket ................................................................................ 44 Gambar 4.10 Concrete Vibrator ............................................................................45 Gambar 4.11 Scaffholding ...................................................................................... 47 Gambar 4.12 Denah dan Area TC .......................................................................... 49 Gambar 4.13 Material Baja .................................................................................... 53 Gambar 4.14 Pengetesan Slump ............................................................................. 54 Gambar 4.15 Material Kayu................................................................................... 55 Gambar 4.16 Pengetesan Beton .............................................................................66 Gambar 5.1 Pekerjaan Galian Pondasi ................................................................... 69 Gambar 5.2 Pembesian Pile Cap ...........................................................................70 Gambar 5.3 Pekerjaan Lantai Kerja .......................................................................71 Gambar 5.4 Pengecoran Pondasi ........................................................................... 72 Gambar 5.5 Denah Pondasi Proyek ....................................................................... 72 Gambar 6.1 Sequence Pekerjaan Balok ................................................................. 73 Gambar 6.2 Bekisting sistem ................................................................................. 74 Gambar 6.3 Bekisting sistem ................................................................................. 75 Gambar 6.4 Arah Pekerjaan Balok......................................................................... 78 Gambar 6.5 Pemasangan Kolom ............................................................................ 80 Gambar 6.6 Pemasangan Bekisting........................................................................ 80 Gambar 6.7 Pekerjaan Tangga ............................................................................... 82 Gambar 7.1 Triple Constrain ................................................................................. 87 Gambar 7.2 Alur Proses Manajemen Proyek ......................................................... 88 Gambar 7.3 Diagram Alir Perencanaan Sumber Daya Manusia............................ 91 Gambar 7.4 Diagram Alir Pembentukan Tim Proyek............................................ 92 Gambar 7.5 Diagram Alir Pengaturan Tim Proyek ...............................................92 Gambar 7.6 Diagram Alir Mengelola Tim Proyek ................................................ 92
Universitas Indonesia
xi
Gambar 7.7 Logo PT. Jaya Property ...................................................................... 94 Gambar 7.8 Logo PT. Arkonin .............................................................................. 96 Gambar 7.9 Manajemen Konstruksi ..................................................................... 99 Gambar 7.10 Struktur Organisasi ......................................................................... 100 Gambar 7.11 Diagram Alir Merencanakan Manajemen Jadwal .......................... 107 Gambar 7.12 Diagram Alir Proses Mendefinisikan Aktivitas .............................108 Gambar 7.13 Diagram Alir Keterkaitan Antar Aktivitas ..................................... 108 Gambar 7.14 Diagram Alir Estimasi Sumber Daya Aktivitas ............................. 109 Gambar 7.15 Diagram Alir Proses Estimasi Durasi Aktivitas ............................. 110 Gambar 7.16 Diagram Alir Pengembangan Jadwal ............................................. 111 Gambar 7.17 Diagram Alir Kontrol Jadwal .........................................................112 Gambar 7.18 Master Schedule Utama ................................................................. 112 Gambar 7.19 Master Schedule Bidang Pelaksana................................................ 113 Gambar 7.20 Schedule Alat Kerja ........................................................................ 114 Gambar 7.21 Gap Pada S Curve ..........................................................................114 Gambar 7.22 Proses Manajemen Biaya Proyek ................................................... 115 Gambar 7.23 Diagram Alir Perencanaan Manajemen Biaya ............................... 116 Gambar 7.24 Diagram Alir Proses Estimasi Biaya .............................................. 116 Gambar 7.25 Matriks Estimasi Biaya ..................................................................117 Gambar 7.26 Diagram Alir Proses Menentukan Anggaran ................................. 118 Gambar 7.27 Kurva S proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz ............... 119 Gambar 7.28 Diagram Alir Proses Kontrol Biaya ............................................... 120 Gambar 7.29 Diagram Alir Proses Manajemen Rencana Pengadaan .................. 122 Gambar 7.30 Diagram Alir Pelaksanaan Pengadaan ........................................... 123 Gambar 7.31 Diagram Alir Proses Pengendalian Pengadaan .............................. 124 Gambar 7.32 Diagram Alir Merencanakan Kualitas............................................ 125 Gambar 7.33 Diagram Alir Melaksanakan Jaminan Kualitas .............................. 126 Gambar 7.34 Diagram Alir Kontrol Kualitas ....................................................... 126 Gambar 7.35 Sertifikat SICS ...............................................................................128 Gambar 7.36 Sertifikat Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja .....................................................................................................................129 Gambar 7.37 Formulir Persetujuan Material Formulir Persetujuan Material ...... 129 Gambar 8.1 Sertifikasi OHSAS 18001-2007 ....................................................... 131 Gambar 8.2 Sertifikasi ISO 14001-2004.............................................................. 132 Gambar 8.3 Barak Pekerja ................................................................................... 133 Gambar 8.4 Akses Pintu Depan Proyek ............................................................... 133 Gambar 8.5 Toilet Pegawai Proyek ..................................................................... 134 Gambar 8.6 Mushala dan Tempat Wudhu ........................................................... 134 Gambar 8.7 Struktur Organisasi Tanggap Darurat .............................................. 135 Gambar 8.8 Pemasangan Rambu-Rambu di Proyek ............................................ 135 Gambar 8.10 Tabung APAR ................................................................................ 136 Gambar 8.9 Spanduk Keselamatan ...................................................................... 136 Gambar 8.12 Urinoir ............................................................................................ 137 Gambar 8.11 Klinik K3 ........................................................................................ 137 Gambar 8.13 Rekap Monitoring Jumlah Pekerja .................................................138
Universitas Indonesia
xii
Gambar 8.14 Safety Net di Tepi Proyek ............................................................... 138 Gambar 8.15 Safety Deck ..................................................................................... 139 Gambar 8.16 Pembersihan Area Proyek .............................................................. 140 Gambar 8.17 Terminal ......................................................................................... 140 Gambar 8.18 Kegiatan Safety Meeting ................................................................ 141 Gambar 8.19 Lembar Hasil Inspeksi.................................................................... 142 Gambar 8.20 Safety Patrol oleh Pimpinan...........................................................142 Gambar 8.22 Safety Talk Pekerja ......................................................................... 143 Gambar 8.21 Alat Fogging .................................................................................. 143 Gambar 8.23 Pelatihan K3 ...................................................................................144 Gambar 8.24 Kegiatan Senam dan Olahraga ....................................................... 144 Gambar 9.1 Prosedur Melakukan AMDAL ......................................................... 146 Gambar 9.2 Identifikasi Dampak ......................................................................... 151 Gambar 9.3 Tempat Sampah Proyek ................................................................... 154 Gambar 10.1 Pemasangan Tower Crane ..............................................................160 Gambar 10.2 Minimum Waktu Pembongkaran Cetakan ..................................... 163
Universitas Indonesia
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Material Arsitektur ................................................................................. 56 Tabel 4.2 Standar Nilai Slump ...............................................................................65 Tabel 5.1 Area Galian ............................................................................................ 69 Tabel 6.1 Volume Pengecoran ............................................................................... 76 Tabel 6.2 Volume Pengecoran Kolom ................................................................... 79 Tabel 9.1 Matriks Dampak Positif-Negatif Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan ................................................................................. 148 Tabel 9.2 Matriks Dampak Penting-Tidak Penting Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan ................................................................. 149
Universitas Indonesia
14 BAB 1 1)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini setiap individu dituntut untuk memiliki keterampilan dan keahlian yang memadai sesuai bidangnya karena persaingan di dunia kerja sangat ketat akibat pesatnya perkembangan teknologi dan pembangunan. Dengan adanya Kerja Praktek, mahasiswa diharapkan tidak hanya terampil dari segi teoritis saja, namun juga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan secara praktikal di lapangan dan dunia kerja. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia memberikan mata kuliah wajib yaitu kerja praktek dengan bobot 3 sks. Setiap kelompok yang terdiri dari mahasiswa teknik sipil dan mahasiswa teknik lingkungan wajib melaksanakan kerja praktek pada proyek teknik sipil atau teknik lingkungan selama minimal 150 jam. Untuk mengambil mata kuliah ini, mahasiswa harus mengambil mata kuliah syarat kerja praktek sebelumnya, seperti Konstruksi Bangunan, Manajemen Konstruksi, Mekanika Tanah, dan lain lain. Materi Teknik Sipil yang direalisasikan pada kerja praktek secara garis besar mencangkup pada lima bidang yaitu struktur, keairan, geoteknik, transportasi, serta manajemen konstruksi, serta materi Teknik Lingkungan secara garis besar mencangkup lingkup Air Bersih, Air Kotor (Limbah Cair), Sampah (Limbah Padat), dan Udara dirasa perlu untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu tersebut dalam dunia nyata. Dalam melakukan kerja praktek, mahasiswa dituntut untuk mengamati lapangan dan menyesuaikannya dengan teori yang didapat selama perkuliahan. Selain itu, selama menjalani Kerja Praktek, mahasiswa juga akan memperoleh banyak ilmu lain yang memang tidak dipelajari selama masa perkuliahan. Salah satu contohnya adalah permasalahan proyek yang pada dasarnya tidak pernah dijabarkan selama menjalani masa perkuliahan. Mahasiswa juga akan berpikir bagaimana cara untuk menyikapi setiap permasalahan yang timbul di lapangan juga menjadi satu ilmu tersendiri yang dapat dipelajari selama Universitas Indonesia
15
15 menjalani mata kuliah ini. Segala ilmu dan pengalaman di lapangan inilah yang memiliki nilai sangat berharga dan hanya bisa diperoleh melalui mata kuliah spesial Kerja Praktek. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis melaksanakan Kerja Praktek selama satu bulan dengan lokasi kerja di Proyek Pembangunan Bintaro Plaza Residences, Tower Altiz yang berlokasi di Bintaro. Aspek yang kami tinjau meliputi aspek manajemen konstrusi, aspek struktural dan aspek lingkungan.
1.2 Tujuan Kerja
Adapun tujuan dibuatkannya laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut: Untuk memenuhi mata kuliah wajib Teknik Sipil Strata 1 sebagai persyaratan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksana Kerja Praktek terhadap
PT.WIKA Gedung sebagai tempat pelaksanaan kerja praktek mahasiswa bersangkutan. Mengasah kemampuan dan keterampilan mahasiswa secara optimal dalam
aspek mengamati pelaksanaan suatu proyek secara langsung dan memecahkan permasalahan di ruangan maupun di lapangan sehingga menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi pembacanya.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum proyek
Struktur dan fungsi organisasi proyek
Koordinasi kerja
Laporan harian, mingguan, dan bulanan
2. Manajemen sumber daya manusia
Universitas Indonesia
16
16
Owner
Manajemen Konstruksi
Konsultan
Kontraktor
Direct Contractor
Kontrak Kerja
3. Manajemen Pengadaan Material dan Peralatan 4. Manajemen Biaya, Waktu dan Mutu 5. Pekerjaan Teknis
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan Mass Foundation
Pekerjaan Upper Structure
Pekerjaan Arsitektur
6. Manajemen Lingkungan
AMDAL lalu lintas
K3
AMDAL Lingkungan
7. Permasalahan dan Penyelesaian masalah
1.4 Metodologi Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan Kerja Praktek ini berupa penyajian data-data yang diperoleh dari :
Pengamatan di lapangan Pengamatan langsung di lapangan yaitu mobilisasi dan pengadaan material, macam-macam pekerjaan, metode konstruksinya, dan peralatan yang dipakai.
Wawancara Data ini diperoleh dari bertanya langsung kepada pihak yang bertanggung jawab mengenai ruang lingkup di dalam proyek, seperti manajemen Universitas Indonesia
17
17 proyek, struktur organisasi, teknis pekerjaan pelaksanaan proyek, dan permasalahan apa yang biasanya terjadi dan apabila terjadi ketidakjelasan. Laporan Pelaksanaan Proyek
Laporan yang berupa laporan mingguan, ataupun bulanan. Data ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan perkembangan proyek. Gambar Kerja
Gambar kerja ini memberikan ruang lingkup baik secara umum maupun detail untuk pekerjaan pelaksanaan proyek, data ini dapat digunakan untuk membandingkan pekerjaan hasil perencanaan yang sudah dibuat dengan pelaksanaan yang ada dilapangan serta perubahan yang ada jika diperlukan, hal ini diperlukan untuk memantau pekerjaan perkembangan ketika pelaksanaan proyek.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang dilaksanakannya kerja praktek, tujuan kerja praktek, metodologi penulisan laporan, pembatasan masalah, sumber data penulisan, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II
: GAMBARAN UMUM PROYEK Bab ini memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan proyek, yang meliputi latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek, data-data umum proyek beserta standar-standar yang digunakan.
BAB III : PEKERJAAN PERSIAPAN Bab ini berisi tentang sistem manajemen proyek yang diterapkan, struktur organisasi proyek beserta tugas dan tanggung jawab setiap pihak yang terkait dalam proyek, dan penentuan volume dan harga satuan setiap pekerjaan. Selain itu juga tentang uraian umum Universitas Indonesia
18
18 manajemen proyek serta unsur-unsur yang terlibat dan pola hubungan kerja dalam proyek.
BAB IV : MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI Bab ini membahas tentang berbagai sumber daya (material, peralatan, dll) yang digunakan selama pelaksanaan konstruksi berlangsung di proyek.
BAB V
: PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH Bab ini membahas tentang pekerjaan pemasangan dan pengujian pondasi, pekerjaan galian tanah, pekerjaan lantai kerja, dan kontrol pekerjaan pondasi.
BAB VI : PEKERJAAN STRUKTUR ATAS Bab ini membahas tentang pelaksanaan setiap pekerjaan struktur atas yang
meliputi
pekerjaan
pengukuran,
bekisting,
pembesian,
pengecoran, dan pekerjaan arsitektur.
BAB VII : MANAJEMEN PROYEK Bab ini berisi tentang sistem manajemen proyek yang diterapkan, struktur organisasi proyek beserta tugas dan tanggung jawab setiap pihak yang terkait dalam proyek, dan penentuan volume dan harga satuan setiap pekerjaan. Selain itu juga tentang uraian umum manajemen proyek serta unsur-unsur yang terlibat dan pola hubungan kerja dalam proyek.
BAB VIII : K3L PROYEK Bab ini berisi tentang sistem manajemen K3L yang diterapkan di proyek pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz.
Universitas Indonesia
19
19 BAB IX
: TOPIK LINGKUNGAN PROYEK Bab ini berisi tentang sistem pengolahan limbah padat, AMDAL Lingkungan serta AMDAL Transportasi yang diterapkan di proyek pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz.
BAB X
: PERMASALAHAN PROYEK Bab ini membahas mengenai hal-hal yang terjadi di lapangan yang tidak sesuai dengan rencana menurut pengamatan selama Kerja Praktek serta tindakan yang diambil sebagai solusi masalah tersebut.
BAB XI : PENUTUPAN Berisi tentang ringkasan penjelasan, kesimpulan dan saran dari kerja praktek ini.
Universitas Indonesia
20
20 BAB 2 2) GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1 Latar Belakang Pembangunan Proyek
Bintaro Jaya dikembangkan sejak tahun 1979 oleh PT. Jaya Real Property Tbk, salah satu anak perusahaan PT. Pembangunan Jaya yang sahamnya mayoritas milik pemda DKI Jakarta. Jaya Property selama lebih dari seperempat abad telah dikenal sebagai salah satu perusahaan real estate terkemuka di ibukota, dengan sejumlah keberhasilan pembangunan dan manajemen proyek perumahan dan property, antara lain adalaha Graha Raya, Puri Jaya, Plaza Bintaro, Plaza Slipi Ja ya dan Pusat Perdagangan Senen Blok IV-V. PT. Jaya Real Property Tbk telah terdaftar pada Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1994 dan selalu berhasil mempertahankan daya saing tinggi dengan cara membangun hubungan jangka panjang dengan para pelanggan, mengantisipasi kebutuhan mereka serta terus menerus berinovasi menciptakan nilai tambah produknya baik bagi kepentingan para pelanggan maupun peme gang saham. Bintaro Jaya sebagai proyek pengembangan kebanggaan perusahaan, memiliki sejarah panjang sebagai pelopor yang mengedepankan konsep inovatif untuk menanggapi kebutuhan pelanggan. Pada tahun 1979, PT Jaya Real Property Tbk menjadi developer pertama yang memper kenalkan konsep “kota taman” di Indonesia. Dua puluh enam tahun kemudian, Bintaro Jaya telah menjelma menjadi “The Professional’s City”, hunian pilihan bagi kaum intelektual dan profesional Jakarta. Dengan tersedianya fasilitas pendukung dan lingkungan fisik dan sosial yang telah dirancang dengan baik, Bintaro Jaya dapat memenuhi kebutuhan warganya akan sebuah hunian yang nyaman untuk ditinggali. Semangat inovasi tersebut akan selalu dipertahankan dan mewarnai pertumbuhan Bintaro Jaya untuk memberikan respon atas dinamika kebutuhan warganya.
Universitas Indonesia
21
21
Gambar 2.1 Bintaro Plaza Residences-Tower Altiz Sumber : Dokumen Proyek
2.2 Deskripsi Umum Proyek
Lokasi Kegiatan pembangunan Bintaro Plaza Residences - Tower Altiz terletak di Jalan Bintaro Utama Sektor 3A, masuk dalam wilayah Kota Administrasi Tangerang Selatan.
Gambar 2.2 Peta Lokasi Proyek Sumber : Google Map
Universitas Indonesia
22
22 2.3 Fungsi Pembangunan Proyek
Maksud pembangunan proyek Bintaro Plaza Residences - Tower Altiz ini bertujuan untuk menyediakan suatu hunian dalam jumlah banyak pada suatu lahan yang terbatas dengan cara pembangunan secara vertikal dan berlokasi dekat dengan pusat bisnis, lembaga pendidikan dan rekreasi.
2.4 Data Proyek
2.4.1 Informasi Umum dan Data Teknis
Jenis dan bentuk bangunan
: Apartemen
Luas total bangunan
: ± 33,285 m
Jumlah dan tingkat bangunan
:
2
-
Tower Apartemen Highzone memiliki 24 Lantai
-
Tower Apartemen Midzone memiliki 20 Lantai
-
Tower Apartemen Lowzone memiliki 15 Lantai
Material utama bangunan
: Beton bertulang
Jenis tiang pondasi
: Tiang Pancang
Sistem pondasi
: Piled-raft foundation
Jenis baja tulangan
: Baja ulir
Dinding
: Beton precast dan bata ringan
gypsum board
Atap bangunan
: Beton bertulang
Suplai air bersih
: PDAM
Batas proyek -
Batas Timur
: Bangunan Lama
-
Batas Selatan
: Lahan Parkir Bintaro Plaza
-
Batas Barat
: Bintaro Plaza
-
Batas Utara
: Ruko Bintaro
Universitas Indonesia
23
23 2.4.2 Data Non-Teknis
Nama proyek
: Bintaro Plaza Residence – Tower Altiz
Alamat proyek
: Jalan Bintaro Utama Sektor 3A Bintaro, Tangerang Selatan
Kontraktor
: PT. WIKA Gedung
Pemilik
: PT. Jaya Real Property
Jenis proyek
: Bangunan gedung
Lingkup
: Struktur, Arsitektur dan Plumbing
Mulai proyek
: Februari 2014
Selesai proyek
-
High zone
: Mei 2015
-
Mid zone
: Mei 2015
-
Low zone
: Mei 2015
Jenis proyek
: Proyek komersial untuk hunian dan investasi
Nilai kontrak
: ± Rp 133.045.000.000,-
Masa pemeliharaan
: 180 hari
Konsultan
-
Perencana Struktur
: PT. Gistama Inti Semesta
-
Perencana Arsitektur
: PT. Arkonin
-
Pengawas Pekerjaan
: PT. Ciriajasa CM
-
Bidang ME
: PT. Meltech Consultindo Nusa
-
Bidang Surveyor Kuantitas: PT. Korra Antar Buana
Sub-kontraktor dan Supplier -
Pengeboran Tiang Pancang: PT. Palumas
-
Pekerjaan tanah
: PT. Solefund Sakti
-
Ready mix
: PT. Merah Putih
-
Precast
: PT. Griyaton Indonesia
-
Waterproofing
: PT. Prasetyo Mega Perkasa
Universitas Indonesia
24
24 -
Pasangan Bata ringan
: PT. Jaya Celcon
-
Keramik roman
: PT. Satya Langgeng Sentosa
-
Keramik Mulya
: PT. Multi Karya
-
Homogenius tile
: PT. Asri Panca Warna
-
Aluminum frame
: PT. Gudang Gajah Lestari
-
Plafond, Pintu, Kusen
: PT. Bintang Jati Makmur
-
Iron Mongoris
: PT. Karya Megah Gunungmas
-
Cermin
: PT. Halim Jaya
-
Railing, grill, tangga
: PT. Putra Buana Abadi
-
Baja
: CV. Fero
-
Sanitair
: PT. Surya Pertiwi
-
Plumbing
: PT. Transnasional Elektrindo
Gambar 2.3 Pembagian Zona Plaza Tower Altiz Sumber : Dokumen Proyek
Universitas Indonesia
25
25 BAB 3 3) PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan pertama yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi. Pekerjaan persiapan ini harus direncanakan mulai dari tender proyek karena merupakan bagian dari penawaran proyek tersebut. Perencanaan pekerjaan persiapan harus dibuat sedemikian rupa sehingga persiapan yang dilakukan dapat berjalan efiseien dan juga mencakup segala hal yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut. Pekerjaan persiapan merupakan implementasi tahap pekerjaan berupa gambar kerja menjadi sebuah konstruksi yang memiliki spesifikasi. Pekerjaan persiapan meliputi beberapa kegiatan, seperti site installation, perhitungan kebutuhan sumber daya untuk proyek, perizinan dan surat-surat yang berkaitan dengan pembangunan proyek, mobilisasi alat berat, review design, proses approval material, pekerjaan pemasangan Tower Crane dan juga pekerjaan tanah.
3.1 Survei Lokasi
3.1.1 Pengukuran dan Survey Metode pelaksanaan pekerjaan ini akan menggambarkan tahapan dari sebuah proyek konstruksi serta material dan peralatan yang dibutuhkan. Namun sebelum dilakukan pekerjaan persiapan, hal yang perlu dilakukan adalah penentuan titik 0 pada proyek. Titik ini menentukan letak koordinat (0,0) pada proyek yang akan dijadikan acuan elevasi pada seluruh pekerjaan proyek. Titik 0 ini dihasilkan atas perjanjian antara kontraktor, arsitek, dan owner . Hal pertama yang dilakukan adalah mencari posisi awal dari benchmark DKI Jakarta yang berada di sekitar proyek. Setelah mendapatkan benchmark (BM) tersebut, dilakukan pematokan. BM DKI yang perlu dipatok adalah minimal dua titik. Dengan dua titik, dapat dilakukan pematokan-pematokan selanjutnya karena jika dua titik tersebut dihubungkan maka dapat terbentuk sudut yang menjadi acuan pematokan di titik-titik lain.
Universitas Indonesia
26
26 Sebelum melakukan tahapan pekerjaan hingga ke pekerjaan struktur bawah, diperlukan adanya kegiatan surveying . Survey Survey yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting yang telah dan yang masih beroperasi di lapangan. Setelah melakukan survei lapangan, hal selanjutnya yang dilakukan adalah pekerjaan pembersihan yang melingkupi pembersihan lahan, semak, pepohonan ataupun hal lain yang mengganggu proses konstruksi selanjutnya di lahan yang telah disiapkan. Hal yang harus diperhatikan adalah jika adanya jalur perpipaan dan jalur kabel yang masih berfungsi untuk menghidupi lingkungan sekitar proyek. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka sebelumnya dilakukan konsultasi dengan konsultan MK atau pengawas proyek. Setelah melakukan pembersihan lahan, kemudian dilakukan pekerjaan pengukuran.
Pekerjaan
pengukuran
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
menggambarkan ukuran mengenai ketinggian tanah, luasan proyek, serta batasan batasan tanah. Pengukuran dilakukan dari pihak sub-kontraktor hingga proses pekerjaan konstruksi yaitu struktur atas. Setelah dilaksanakan pengukuran dan hasilnya disepakati bersama, maka dibuat titik patok bantuan yang permanen atau benchmark . Alat-alat yang dibutuhkan untuk pekerjaan surveying pekerjaan surveying adalah adalah alat ukur (Theodolite, Theodolite, Waterpass, Level) alat pemotong, penduga, dan penarik, alat bantu lainnya.
3.1.2 Site Plan Perencanaan site plan plan dibuat untuk mengatur penempatan peralatan yang akan digunakan selama proyek ini. Hal yang ditempatkan dan harus diatur meliputi peralatan, stok material, dan saran penunjang yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek misalnya direksi keet, keet, gudang, posisi tower crane, crane, stok material dan lainnya. Penempatan material tersebut akan dibuat sedemikian rupa sehingga :
Tidak mengganggu kelancaran dan kemanan lingkungan disekitarnya
Memudahkan pemeriksaan dan penelitian material
Tidak menyumbat saluran air
Terjamin keamanan dan kebersihannya Universitas Indonesia
27
27
Memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan
Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja Koordinasi antar bagian dilakukan dengan memperkuat sistem komunikasi
menggunakan handy talky. talky. Untuk listrik kerja yang digunakan pada proyek ini menggunakan daya listrik dari sambungan PLN namun pihak kontraktor tidak menyiapkan genset karena daya dari PLN dirasa sudah cukup untuk menghidupi listrik proyek selama pembangunannya sedangkan air untuk menghidupi proyek selama dijalankan ini didapatkan menggunakan sumur atau PAM. Lalu lintas keluar proyek atau jalan kerja akan dikelilingi oleh pagar proyek yang terbuat dari seng dan dilengkapi dengan fasilitas pos penjagaan. Site plan plan yang dimaksud meliputi : 1. Pintu masuk dan keluar 2. Pos keamanan 3. Papan nama proyek 4. Pagar 5. Stockyard kayu kayu 6. Stockyard besi besi 7. Keet Kontraktor Kontraktor & Direksi 8. Gudang material 9. Jalan Akses 10. TC 1 Radius 50 M 11. Passenger 11. Passenger Hoist 2,4 2,4 ton 12. Cleaning pit Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan layout dari fasilitas dan sarana penunjang bagi proyek yaitu :
Penempatan semua fasilitas proyek diluar dan bagian denah bangunan yang akan dikerjakan hingga tidak mengganggu pelaksanaan proyek kecuali jika lahan yang digunakan terlalu sempit atau terdapat lahan untuk basement untuk untuk dapat ditempati. Pada proyek ini, sisa lahan yang ada tidak terlalu sempit sehingga dapat dimanfaatkan untuk stockyard untuk stockyard material material dan gudang. Kemudian
Universitas Indonesia
28
28 direksi keet yang yang ada juga tidak mengalami perpindahan hanya dialihfungsikan untuk kantor MK dan untuk direksi keet yang yang baru terdapat perluasan.
Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya sehingga memudahkan penyimpanan dan pengambilannya.
Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti semen maupun material finishing material finishing lainnya lainnya dalam gudang tertutup.
Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane crane pada posisi strategis, agar dapat menjangkau seluruh area kerja yang diperlukan dengan tetap memperhatikan aspek kemudahan erection erection dan dismantling . Di samping itu perlu juga untuk memperhatikan area lingkungan sekitar yang te rlewati oleh jib TC.
Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar agar tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun manuver alat-alat berat.
Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material.
Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi seluruh kegiatan proyek.
Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika, namun tetap efisien.
Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari lokasi proyek.
3.1.3 Pembuatan Shop Drawing Shop drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Dengan adanya gambar kerja, pekerjaan lapangan menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan dan dapat terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja. Gambar kerja harus disiapkan pada tahap awal proyek dan mendapatkan pengesahan dari pihak pengawas atau konsultan perencana, sebelum dilaksanakan di lapangan. Shop drawing disiapkan oleh bagian
Universitas Indonesia
29
29 engineering dan berpedoman pada desain bangunan dari konsultan pada gambar for construction drawing .
3.1.4 Pemotongan Tiang Pancang Metode pelaksanaan untuk pengadaan material tidak ada yang khusus. Untuk pekerjaan persiapan, tidak begitu banyak memerlukan material. Material yang dibutuhkan terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan kantor proyek, kantor konsultan dan pengawas, gudang, barak pekerja, basecamp staf, pagar proyek, dan bangunan-bangunan yang bersifat sementara lainnya.
3.1.5 Mobilisasi Peralatan Peralatan yang dimobilisasi pada tahap awal, adalah peralatan yang diperlukan untuk membangun fasilitas-fasilitas proyek, seperti: kantor proyek, gudang, stock yard (gudang terbuka), dan bangunan-bangunan sementara lainnya. Pada tahap ini, peralatan yang dibutuhkan masih terbatas pada peralatan-peralatan ringan, seperti alat-alat untuk pengukuran. Mobilisasi alat-alat berat, seperti alat-alat pancang maupun alat-alat bor untuk pekerjaan pondasi, mulai dilakukan setelah tahapan pekerjaan persiapan selesai dan pengukuran titik-titik pondasi telah ditetapkan. Mobilisasi dan demobilisasi alat-alat
berat terutama tower crane dan passanger hoist perlu
direncanakan dengan baik. Pertimbangan tingkat kesulitan menjadi pertimbangan utama dalam perencanaan metode khususnya pada metode erection dan dismatling alat berat.
Universitas Indonesia
30
30
Gambar 3.1 Site Plan Proyek Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
31
31
Gambar 3.2 Area Tower Crane Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
Universitas Indonesia
32
32
3.2 Pekerjaan Pemotongan Tiang Pancang
Lokasi proyek yang akan dibangun sebelumnya adalah tanah lapang yang tidak memiliki tiang pancang eksisting pada lahan tersebut. Pekerjaan penanaman tiang pancang diserahkan kepada pihak sub-kontraktor yaitu PT.Palumas dengan seluruh metode yang diaplikasikan sudah dikonsultasikan kepada pihak owner dan kontraktor. Pihak sub-kontraktor sudah mengerjakan penanaman tiang pancang sebelum pihak kontraktor masuk ke lokasi proyek untuk melanjutkan proses tersebut ke struktur bawah. Sementara dengan jenis pondasi raft foundation yang memiliki kedalaman yang tidak seragam ini harus menggunakan tiang pancang dengan tinggi efektif yang berbeda tergantung jenis tanah yang sudah diuji sebelumnya. Pemotongan tiang pancang ini juga bertujuan agar raft foundation yang dibangun dapat disusun dan dapat digunakan secara maksimal. Oleh karena itu, dilakukan pemotongan tiang pancang dengan kedalaman 1,5 m hingga 2 m dengan menggunakan excavator . Galian tersebut diukur 20 cm dari dasar raft foundation. Pekerjaan pemotongan tiang pancang juga bertujuan untuk membuat pile cap yang seukuran dengan dimensi dan jumlah tiang pancang yang akan dibuat pile cap sesuai denah bangunan. Berbagai hambatan yang ditemukan pada saat pemotongan tiang pancang yaitu banyak tiang yang koordinatnya tidak pas dan mengalami pergeseran saat sudah tertanam, oleh karena itu harus dilakukan penyesuaian pada saat dilakukan pemotongan dan pekerjaan pembesian tiang pancang satu dengan yang lainnya. Dalam satu titik pemancangan dapat ditanam 810 tiang tergantung dari jenis bangunan yang akan dibuat diatasnya, semakin berat atau kompleks struktur atasnya maka akan semakin banyak tiang yang ditanam untuk menahan beban dan mendistribusikannya ke tanah. Berikut ini peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini :
Excavator jenis back hoe
Breaker
Dump truck
Mixer truck Universitas Indonesia
33
33
Cangkul dan peralatan pendukung lainnya
Gambar 3.3 Pemotongan Tiang Pancang Sumber : Dokumentasi WIKA gedung
Gambar 3.4 Penggalian Tiang Pancang Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
Universitas Indonesia
34
34 3.3 Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui kekuatan tanah, daya dukung tanah maupun jenis tanah yang akan dibangun diatasnya. Penyelidikan tanah yang dilakukan tidak meliputi dewatering karena pada bangunan ini tidak menggunakan basement . Pekerjaan dewatering merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk menurunkan muka air tanah awal (MAT) sehingga berada dibawah elevasi rencana galian. Penurunan muka air tanah ini dimaksudkan agar tidak mengganggu pekerjaan galian dan konstruksi besement . Pekerjaan dewatering ini mutlak diperlukan untuk menjaga gaya uplift selama pekerjaan konstruksi besement sampai perhitungan berat konstruksi bangunan dapat mengimbangi gaya uplift . Penyelidikan tanah yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis tanah dan lokasi Muka Air Tanah (MAT) di lokasi proyek. Oleh karena itu, penyelidikan tanah yang dilakukan oleh sub-kontraktor yaitu PT.Solefund Sakti meliputi : 1. Pengeboran dalam sebanyak 3 lubang hingga kedalaman 40 m masing-masing lubangnya 2. Percobaan Standard Penetration Test (SPT) pada pengeboran yang dilakukan sebanyak 20 kali 3. Penentuan Muka Air Tanah (MAT) kedudukan MAT didalam lubang bor diukur selama 24 jam setelah mencapai 6 m. Kemudian dilanjutkan dengan uji laboratorium, yaitu :
Grain size analysis test
Index properties test
Atterberg limit test
Unconfined compression test
Unconsolidated undrained triaxial test
Consolidated undrained test
Consolidation test
Direct shear test Dari uji tersebut dapat diketahui daya dukung tanah tersebut serta letak muka
air tanah yang terdapat pada tanah lokasi proyek dan juga kuat geser maupun Universitas Indonesia
35
35 batasan kekuatan tanah sebelum tanah tersebut mencapai tegangan maksmalnya dan kemudian hancur. Muka air tanah pada proyek ini dapat ditemukan pada kedalaman tanah berkisar 2,5-3 meter dari permukaan tanah setempat. Uji Lapangan SPT yang dilakukan dengan interval 1,5 m, dapat mengetahui konsistensi maupun kepadatan tanah, dari hasil uji SPT analisa kedalaman pada masing-masing lubangdan jenis tanah dapat dilihat pada grafik. Dari uji SPT, dapat dilakukan logging untuk jenis tanah, baik warna dan sifat fisik lainnya dapat dilihat pada boring log .
Gambar 3.5 Boring Log Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
36
36 BAB 4 4)
MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI
Material dan peralatan konstruksi merupakan komponen yang tidak dapat dilupakan dalam suatu proyek pembangunan. Harga dari suatu proyek bersumber kurang lebih 60% dari pengadaan material yang dilakukan oleh proyek tersebut dan juga alat yang digunakan untuk pembangunan proyek tersebut (Boosink dan Broures, 1990). Oleh karena itu, perlu diketahui secara mendetail mengenai material dan peralatan yang dibutuhkan selama proyek konstruksi tersebut serta perawatan yang diperlukan.
4.1 Peralatan dalam Pembangunan Proyek Konstruksi
Dalam proyek pembangunan apartemen Bintaro Plaza Recidences Tower Altiz ini melibatkan berbagai macam peralatan dan material dengan spesifikasi tertentu. Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai peralatan yang digunakan selama proyek konstruksi. Pada pembahasan peralatan yang digunakan dalam proyek pembangunan tower apartemen ini, peralatan yang digunakan dibagi menjadi menjadi empat bagian, yaitu peralatan survey, peralatan fabrikasi, peralatan pengecoran, dan alat berat. Berikut uraian mengenai peralatan berdasarkan jenisnya.
4.1.1 Peralatan Survei Peralatan survei adalah peralatan atau alat-alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan surveying . Fungsi dasar dari peralatan ini adalah melakukan pengukuran dan pematokan di lapangan. Dalam kegiatan survei, terdapat 3 alat penting yang digunakan, yaitu theodolite, level, dan total station. Ketiga alat tersebut dapat digunakan bergantian maupun saling melengkapi sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan dari kegiatan surveying tersebut. Meskipun terdapat peralatan lain yang menunjang kegiatan surveying ini, peralatan lain ini hanya digunakan sebagai pendukung peralatan utama tersebut. Berikut merupakan uraian dari alat-alat pada kegiatan surveying ini. Universitas Indonesia
37
37 4.1.1.1
Theodolite Theodolite merupakan alat ukur tanah yang berfungsi untuk menentukan
tingga tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak (horizontal dan vertikal). Cara kerja alat ini menyerupai teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk piringan yang dapat diputar mengelilingi sumbu vertikal sehingga memungkinkan pembacaan sudut vertikal. Teleskop tersebut juga dapat mengelilingi sumbu horizontal sehingga pembacaan sudut horizontal juga mungkin dilakukan. Tingkat ketelitian yang dapat dihasilkan oleh alat ini juga dapat tergolong sangat tinggi (Farrinfton,1997). Dalam penggunaan survey, theodolite digunakan untuk pengukuran pekerjaan vertikal. Pekerjaan vertikal tersebut meliputi pengukuran jarak kolom dari as ke as,pengukuran panjang shear-wall , pematokan titik acu bangunan dan lain sebagainya.
Gambar 4.1 Theodolite 4.1.1.2
Level
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Secara bentuk fisik, level mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada theodolite, namun cara kerja dan prinsip pemakaiannya hampir menyerupai theodolite. Level dipergunakan untuk pengukuran pekerjaan horizontal, seperti pengukuran ketinggian balok, joist floor, slab, ereksi pada tower crane dan lain sebagainya. Teropong yang ada pada level memungkinkan pengguna level melihat garis-garis yang menunjukan level (ketinggian) suatu titik. Melalui garis-garis tersebut dapat dilihat dan dapat diketahui posisi ketinggian titik yang akan diukur dan titik acuan.
Universitas Indonesia
38
38
Gambar 4.2 Level Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.1.1.3
Total Station Total station dapat dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki produktivitas
yang tinggi. Pada total station terdapat program yang dapat mempermudah penggunaan alat ini, sehingga pengukuran jarak yang dilakukan dapat berjalan efektif dan mendapatkan hasil yang akurat. Tingkat ketelitian total station pun tergolong tinggi sehingga produktivitas pekerjaan menjadi tinggi. Total station dapat dipergunakan untuk pengukuran jarak, seperti pengecekan jarak kolom dari as ke as dan pengecekan jarak lainnya.
Gambar 4.3 Total Station Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.1.1.4
Alat Bantu Ukur Lainnya
Penggunaan ketiga alat tersebut membutuhkan bantuan alat-alat lainnya. Alat lainya dipergunakan untuk menunjang hasil dari alat-alat pengukuran utama tersebut. Alat-alat bantu yang ada terdiri dari: a.
Patok Patok merupakan alat yang berfungsi untuk acuan titik yang akan diukur dengan salah satu alat pengukuran utama tersebut. Untuk menggunakan patok, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan seperti halnya posisi Universitas Indonesia
39
39 patok pada saat akan ditembak harus tegak lurus dengan permukaan tanah. Kurangnya perhatian terhadap hal-hal seperti ini akan mempengaruhi hasil pengukuran dan juga akan berpengaruh hingga ke salahnya perhitungan yang dilakukan dengan medan yang terdapat di lapangan.
b.
Pita ukur Pita ukur berfungsi sebagai alat ukur jarak. Sebelum pengukuran jarak menggunakan theodolite, terlebih dahulu dapat dilakukan pengukuran jarak dengan pita ukur yang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran walaupun hasil dari pengukuran pita ukur tidak seakurat pengukuran dengan menggunakan thedolite. Pengukuran dengan pita ukur dilakukan untuk meraba-raba jarak pengukuran yang dilakukan sebelumnya.
c.
Kalkulator Pada kegiatan surveying ini, kalkulator berfungsi untuk
membantu
perhitungan, seperti perhitungan sudut pada kegiatan pematokan. Kalkulator yang digunakan pada kegiatan ini biasanya di- setting terlebih dahulu sesuai kebutuhan agar ketika kegiatan pengukuran dilakukan, perhitungan oleh kalkulator dapat dilakukan dengan cepat dan efektif.
d.
Peralatan Fabrikasi Terdapat beberapa jenis material yang difabrikasi terlebih dahulu sebelum akhirnya digunakan. Dalam proses fabrikasi tersebut, memerlukan peralatan khusus untuk dapat mengolah material. Berikut peralatan yang dipergunakan untuk proses fabrikasi tersebut.
e.
Bar Cutter Sesuai dengan namanya, bar cutter digunakan untuk memotong baja tulangan untuk mencapai panjang yang dibutuhkan untuk pemasangan kolom,balok, dan lain sebagainya. Pada saat pengiriman baja, baja yang mempunyai panjang sekitar 20 m harus dipotong untuk dapat digunakan Universitas Indonesia
40
40 dalam pembangunan karena itulah pada proyek ini digunakan bar cutter . Alat yang bersumber dari tenaga mekanik ini mempunyai cara kerja dengan meletakkan baja di bawah mata pisaunya terlebih dahulu kemudian mata pisau tersebut diturunkan perlahan hingga baja tersebut dapat terpotong.
Gambar 4.4 Bar Cutter Sumber : Dokumentasi Pribadi
f.
Bar Bender Pada desain bangunan, terdapat material tulangan baja yang berbentuk U maupun L hingga menyerupai angka 2 sementara tulangan baja yang tersedia berbentuk lurus. Alat yang digunakan untuk melengkungkan baja tersebut dinamakan bar bender . Alat ini biasa dipergunakan untuk melengkungkan baja untuk pembuatan tulangan sengkang, beam dan juga cakar ayam yang berfungsi untuk mengikat pelat ganda agar tidak menyatu saat proses pengecoran serta untuk keperluan tulangan lainnya yang membutuhkan baja yang tidak lurus.
Gambar 4.5 Bar Bender Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Indonesia
41
41 4.1.2 Peralatan Pengelasan Peralatan
pengelasan
dalam
proses
fabrikasi
digunakan
untuk
menyambungkan material contohnya material baja, besi, dan lain sebagainya. Mutu las yang digunakan adalah E70XX. Untuk menggunakan peralatan pengelasan ini, pengguna peralatan diharuskan menggunakan kacamata untuk melindungi agar tidak terjadi kecelakaan di lapangan.
Gambar 4.6 Proses Pengelasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.1.3 Peralatan Pengecoran Pada proses pengecoran juga melibatkan banyak peralatan yang berbagai macam jenisnya. Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai peralatan yang dibutuhkan untuk menjalankan proses pengecoran.
4.1.3.1 Mixer Truck Mixer Truck merupakan kendaraan yang digunakan oleh supplier beton untuk membawa beton ke lokasi proyek. Mobil yang berbentuk pick-up besar ini akan terus berputar agar beton yang ada di dalamnya tidak mengering. Perlu diperhatikan waktu paling lama untuk pendistribusian beton dari pabrik sampai beton tersebut digunakan adalah 4 jam. Jika beton tersebut belum digunakan selama 4 jam dan masih berada di dalam mixer truck , hal yang akan terjadi adalah
Universitas Indonesia
42
42 penurunan mutu dari beton tersebut. Mixer truck dilengkapi dengan tangga yang digunakan untuk mengontrol atau melihat beton basah yang terdapat di dalam ruangan berputar pada badan mixer truck . Pada mixer truck terdapat juga sebuah saluran yang dapat dibelokkan dan berfungsi untuk menyalurkan beton basah dari dalam concrete mixer . Jika saluran tersebut dibelokkan, maka saluran ini dapat menyalurkan beton basah ke dalam bucket . Beton yang disalurkan ke dalam bucket digunakan untuk pengecekan slump beton dan juga untuk membuat tahu beton.
Gambar 4.7 Mixer Truck Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.1.3.2
Concrete Pump & Pompa kodok Concrete pump berfungsi untuk menyalurkan beton yang masih basah ke
lokasi pengecoran dilaksanakan. Pipa concrete pump yang cukup panjang dapat dan juga dapat disesuaikan sehingga memungkinkan untuk menjangkau daerah rendah maupun daerah tinggi. Lain halnya dengan pompa kodok yang hanya dapat menyalurkan beton hingga ketinggian kurang lebih 7 lantai, concrete pump dapat menjangkau area yang lebih tinggi. Untuk fungsi pompa kodok sama dengan concrete pump tetapi hanya batas jangkauannya yang berbeda. Concrete pump truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa dan lengan (boom) untuk memompa campuran beton ready mix ke tempat-tempat yang sulit dijangkau. Untuk pengecoran lantai yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump truck dapat dilakukan dengan cara disambung dengan pipa secara Universitas Indonesia
43
43 vertikal sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan, pipa dan lengan ini dapat dipasang kombinasi vertikal dan horizontal atau miring sehingga pemompaan merupakan cara yang fleksibel pada lokasi yang sulit untuk memindahkan campuran beton ke sembarang tempat pada bidang pengecoran. Resiko segregasi sangat kecil dan merupakan cara yang paling cepat dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan cara lainnya. Dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump dari campuran beton yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu kecil maka kerja pompa akan menjadi berat. Concrete pump truck biasanya digunakan untuk pengecoran lantai atau slab, alat ini mempunyai 3
kapasitas pengecoran 10 s/d 100 m per jam. Pada proyek ini, concrete pump digunakan untuk pengecoran slab dan pondasi dan di dalam bangunan dibuatkan jalur pipa concrete pump yang diikatkan setiap 3 m. Hal ini bertujuan agar mempermudah proses pengecoran dan menjangkau tempat yang sulit dijangkau jika tidak diberikan sambungan. Tipe concrete pump yang digunakan dalam proyek ini adalah mobile concrete pump. Hal ini dikarenakan mobile concrete pump lebih mudah di mobilisasikan dan juga dapat menyalurkan beton dengan volume lebih besar daripada pompa kodok. Tetapi selama pengecoran untuk lantai 1-7 masih menggunakan pompa kodok.
Gambar 4.8 Pompa Kodok dan Concrete Pump Sumber : Dokumentasi Probadi
Universitas Indonesia
44
44 4.1.3.3
Concrete Bucket Concrete bucket berfungsi untuk menyalurkan ready mix beton dari mixer
bucket ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete bucket ini biasanya untuk pengecoran yang mempunyai volume tidak terlalu besar seperti kolom, balok maupun shear wall . Untuk melakukan pengecoran, concrete bucket diangkat dengan menggunakan tower crane ke tempat pengecoran. Pada concrete bucket 3
yang memiliki kapasitas 0,8 m dan berat 300 kg juga terdapat tempat pijakan lebih yang memungkinkan seseorang operator untuk berdiri di sampingnya dan mengatur waktu penjatuhan beton untuk pengecoran. Dalam pengerjaannya dibutuhkan satu orang sebagai operator concrete bucket yang bertugas untuk membuka atau mengunci agar cor-an beton tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran dengan tower crane. Concrete bucket yang digunakan pada proyek ini 3
mempunyai kapasitas sebesar 0,8 m dan berat concrete bucket adalah 300 kg. Pada proyek ini, pengecoran dengan concrete bucket hanya untuk pengecoran kolom , shear wall/core wall . Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton pada saat pengecoran. Pipa tremie biasa dipasang pada ujung bawah concrete bucket sehingga beton yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh dan menumbuk lokasi pengecoran. Usahakan sedekat mungkin antara pipa tremie dengan permukaan beton lama, hal ini dilakukan untuk menghindari agregat kasar, terlepas dari adukan beton. Pipa tremie yang digunakan pada proyek ini adalah jenis hoist tremie pipe dengan diameter 8”.
Gambar 4.9 Concerete Bucket Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Indonesia
45
45 4.1.3.4
Concrete Vibrator Concrete Vibrator merupakan alat yang digunakan selama proses
pengecoran untuk menyalurkan agregat-agregat dari beton tersebut sehingga dapat terdistribusi secara merata. Penyaluran agregat tersebut agar merata di setiap titiknya dan mendapatkan mutu beton yang sama di setiap titik pengecoran tersebut dilakukan secara penggetaran (vibrator ). Penggunaan alat ini juga menyebabkan campuran beton menjadi lebih padat karena selama proses pemadatan tersebut, rongga udara pada beton menjadi hilang sehingga mengurangi volume void yang ada. Concrete vibrator juga tidak boleh dipergunakan hanya di satu titik dan tidak berpindah karena akan menyebabkan segregasi pada beton. Penggunaan vibrator tersebut hanya dipergunakan selama 5-15 detik untuk suatu titik. Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira vertikal, tetapi o
dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45 . Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal karena hal iniakan menyebabkan pemisahan bahan-bahan. Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
Gambar 4.10 Concrete Vibrator Sumber : Dokumentasi Pribadi
Universitas Indonesia
46
46 4.1.3.5
Peralatan Curing Beton Setelah melakukan pengecoran, terdapat suatu langkah pengerjaan beton
yaitu beton tersebut harus di curing. Curing berfungsi untuk meredam panas hidrasi, dan mencegah keretakan. Jika pada beton volume kecil, curing dapat dilakukan dengan cara merendam beton. Pada beton yang mempunyai volume besar, curing dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan curing compound dengan merk SIKA dengan jenis SIKA Antisol untuk beton setelah bekisting dilepas kurang lebih 6 jam setelah pengecoran. Antisol merupakan bahan curing yang berbentuk cairan dari parafin dan white pigmented yang berguna untuk memantulkan cahaya untuk menjaga kadar air pada beton tersebut. Setelah disemprotkan akan menjadi satu lapisan semacam membran yang melindungi beton tersebut dari kehilangan air di dalam kandungannya.
4.1.3.6
Peralatan Stop Cor Untuk pengecoran dengan volue yang sangat besar seperti halnya untuk
pekerjaan mass foundation, pengecoran tersebut dilakukan secara bertahap. Tujuan dari pembagian tahapan ini agar proses pengecoran dapat dilakukan secara merata sehingga mutu beton terjaga. Alat yang digunakan untuk stop cor ini adalah kayu dan kawat ayam. Pada bagian yang sudah diberi stop cor , maka beton akan terhambat dan tidak dapat mengalir ke daerah tersebut sehingga terjadilah stop cor .
4.1.3.7
Cetakan Decking
Cetakan decking ini digunakan sebagai acuan pada saat pemasangan bekisting, sehingga pada saat pengecoran mendapatkan tebal decking sesuai dengan yang ditentukan. Beton decking memiliki bentuk seperti silinder yang terbuat dari pasta semen dan pasir halus serta ukurannya berbeda-beda karena memiliki ketinggian yang berbeda. Tinggi beton decking berdasarkan tebal selimut beton kolom, balok, dan pelat.
Universitas Indonesia
47
47 4.1.4 4.1.4.1
Peralatan Mekanik Perancah/ scaffholding Perancah dan scaffholding berfungsi sebagai penahan atau support pada
pekerjaan bekisting serta mempertahankan ketinggian yang sama untuk balok dengan balok lainnya. Perancah terdiri dari standard , forkhead , jack base, ledger dan trigger base serta U head . Sementara scaffholding adalah bagian lain dari perancah yang berbentuk segi empat memanjang dan besi diagonal/menyilang pada bagian tengah.
Gambar 4.11 Scaffholding Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.1.4.2
Tower Crane Tower crane dibutuhkan untuk melakukan aktivitas seperti pengangkatan
material, pengecoran dengan concrete bucket , pemasangan bekisting kolom maupun shear-wall dan berbagai aktivitas lainnya yang membutuhkan bantuan tower crane. Terlebih lagi proyek yang dibangun merupakan proyek dengan ketinggian mencapai 21 lantai. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang dapat mengangkut material hingga menjangkau ketinggian tersebut. Setiap penambahan 3 lantai, maka tower crane tersebut harus ditambahkan elevasi ketinggiannya. Kegiatan penambahan ketinggian pada tower crane disebut dengan kegiatan erection. Saat erection, tower crane akan ditambahkan satu buah balok.
Universitas Indonesia
48
48 Sementara, untuk perkuatan tower crane maka balok crane akan diikatkan pada bangunan setiap 3 lantai agar tidak mudah goyah dan bergo yang. Pada ujung tower crane terdapat control panel yang digunakan oleh operator untuk mengoperasikan tower crane tersebut. Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib, counterweight , trolley dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri di atas base atau dasar. Jib merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan berdasarkan jangkauan yang diinginkan. Dengan metode diikat ke TC ke kolom (collar frame) setiap 13 section tower crane. Instalasi tower crane :
Cek Angkur Horizontal Dan Pengecoran Pondasi serta pemasangan Basic Section 7,5 meter
Pemasangan Section Tower Head
Pemasangan Tower Head
Pemasangan Counter Jib
Pemasangan Pulley dan Yuke ke Tower Head
Pemasangan Counter Weight
Pemasangan Boom danTali/Besi Sikuper Section
Pemasangan Akhir Lengan TC
Penambahan Section TC Berikut ini adalah titik penempatan tower crane pada proyek ini dan
jangkauan serta radius dari masing-masing tower crane yang dibuat menyeluruh agar keseluruhan proyek ini dapat dijangkau oleh tower crane tersebut.
Universitas Indonesia
49
49
Gambar 4.12 Denah dan Area TC Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
50
50 4.2 Material yang Digunakan Pada Proyek Konstruksi
Material yang digunakan dalam pekerjaan proyek ini sebelumnya telah diatur dalam spesifikasi teknik yang dibuat oleh owner beserta konsultan perencana. Dalam panduan tersebut sudah tertera ketentuan dan merk material yang akan digunakan untuk perencanaan pembangunan proyek Bintaro Recidences Tower Altiz. Pada spesifikasi tersebut pada telah dibagi menjadi dua besar material yaitu material struktur dan material arsitektur, berikut merupakan uraian pembagian material tersebut.
4.2.1 Material Struktur 4.2.1.1
Semen
Semen berfungsi sebagai material pengikat (binder ) pada adukan beton. Penggunaan semen selain harus melihat peraturan dalam SNI 2847 bab 3.2 juga harus memenuhi persyaratan dalam SII 0013-81 untuk butir pengikat awal, ketebalan bentuk, kekuatan tekan adukan dan susunan kimianya. Spesifikasi semen yang digunakan adalah semen portland.
Tempat penyimpanan harus diusahakan sedemikian rupa sehinggga terbebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.
Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan dipakai atau tidak semen tersebut.
Semen-semen ini dapat juga dipakai dalam pekerjaan plesteran dinding, pekerjaan waterproofing (untuk coating lantai atau dinding), pekerjaan pembataan, beton praktis dan lain-lain.
4.2.1.2
Agregat Kasar
Agregat kasar dapat berupa kerikil yang merupakan hasil disintegrasi alami batuan serta batu pecah yang merupakan hasil dari mesin pemecah batu (stone crusher ).
Universitas Indonesia
51
51
Agregat kasar yang digunakan harus bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia.
Apabila agregat mengandung lumpur dan bahan organik atau bahan organik lainnya lebih dari 1% maka harus dicuci terlebih dahulu.
Dalam proyek ini digunakan agregat dengan ukuran maksimum 40 mm karena ukuran agregat kasar sangat mempengaruhi mutu beton dan penampakan beton setelah pengecoran selesai dan beton cor sudah mengering.
Untuk plesteran dinding atau beton, campuran agregat untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan bebas dari segala macam kotoran dan melewati ayakan ukuran 1,6 – 2,0 mm.
4.2.1.3
Agregat Halus
Agregat halus seperti pasir berfungsi sebagai filler atau pengisi ronggarongga pada beton. Dalam proyek ini digunakan pasir dari yang dianggap baik mutunya. Persyaratan pasir yang digunakan, yaitu :
Pasir yang digunakan terdiri dari butiran yang bersih, tajam, keras, bebas lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
Memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam Peraturan Beton Indonesia.
Pasir untuk beton terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan organis, lumpur dan sebagainya. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil dan harus terdiri dari butiran yang keras dan padat.
Pasir yang digunakan dalam membuat adukan baik untuk beton, plester, ataupun grouting , harus mendapatkan persetujuan dari pengawas.
4.2.1.4
Besi dan Baja
Besi dan baja merupakan salah satu material yang paling banyak digunakan hampir pada setiap proyek, tidak terkecuali proyek ini. Baja banyak digunakan untuk pembuatan tulangan, baik tulangan slab, kolom, balok, caping beam, dan Universitas Indonesia
52
52 lain sebagainya. Selain untuk pembuatan tulangan, pada proyek ini baja juga digunakan untuk konstruksi strutting . Terdapat dua jenis baja yang digunakan yaitu baja ulir dan baja polos. Kode untuk baja ulir adalah D dan untuk baja polos yaitu Ø.
Baja Tulangan D-32 : Tulangan Kolom, Raft Kolom, Raft Foundation
Baja Tulangan D-29 : Tulangan Kolom, Raft Kolom, Raft Foundation
Baja Tulangan D-25 : Tulangan Kolom, balok, dan shearwall dan shearwall
Baja Tulangan D-22 : Tulangan Kolom, balok, dan shearwall dan shearwall
Baja Tulangan D-19 : Tulangan Kolom, balok, dan shearwall dan shearwall
Baja Tulangan D-16 : Tulangan balok dan shearwall dan shearwall
Baja Tulangan D-13 : Tulangan sengkang, tulangan shearwall tulangan shearwall
Baja Tulangan D-10 : Tulangan pada pelat lantai, tulangan sengkang Mengenai pengadaan dan material besi dan baja ini, main contractor
membelinya dari supplier yang telah diatur jumlah dan waktu kedatangannya terlebih dahulu. Tulangan baja yang didatangkan dikirim dengan menggunakan truk container yang mengangkut tulangan baja sepanjang 20 m. Kemudian material baja tersebut akan mengalami proses fabrikasi sehingga panjang dan bentuknya sesuai dengan kebutuhan pembangunan proyek. Untuk menyimpan material besi dan baja tersebut, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
Tumpukan baja tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah
Tumpukan ini ditahan dengan balok beton
Setiap tumpukan baja terdiri dari satu jenis baja
Setiap tumpukan baja diberikan kode dan terdapat kertas warna untuk membedakan baja sesuai dengan diameternya dan jenisnya.
Universitas Indonesia
53
53
Gambar 4.13 Material Baja Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.2.1.5
Beton
Beton yang digunakan dalam proyek ini bersumber dari PT.Merah Putih. Pemesanan beton ini disesuaikan dengan waktu pekerjaan pengecoran. Beton yang digunakan terdiri dari berbagai macam mutu yang digunakanuntuk berbagai macam keperluan konstruksi yang menggunakan spesifikasi mutu tersebut. Berikut adalah daftar mutu beton beserta konstruksi yang menggunakan spesifikasi umum tersebut.
Beton fc 25 : caping beton beton
Beton fc 30 : pengecoran pelat, pengecoran raft foundation pondasi, tangga, kolom, dan pile dan pile cap
Beton fc 30 (15% fly (15% fly ash) ash) : pengecoran balok
Beton fc 40 : pengecoran kepala kolom dan shearwall dan shearwall
Beton fc 45 : tiang pancang Dalam menjaga kualitas beton maka pihak supplier sebelumnya telah
melakukan kesepakatan dengan pihak kontraktor mengenai beberapa ketentuan. Salah satu ketentuannya adalah mengenai waktu antar dan tunggu beton tersebut. Beton yang diantarkan dengan menggunakan mixer truck mempunyai batas waktu tungguyaitu 4 jam untuk menjaga kualitas beton, karena itu untuk proses pengadaan tersebut harus disesuaikan dengan waktu pengecoran. Jika ready mix beton tersebut telah menunggu lebih dari 4 jam maka beton tersebut harus dikembalikan ke batching plant karena beton akan mengeras hingga mutu beton akan menurun
Universitas Indonesia
54
54 Campuran beton yang terdapat fly ash ash sebanyak 15% di dalam campuran semen membuat beton lebih lama kering dan hal ini dapat menyebabkan mutu beton tidak mencapat target pada pengujian sampel beton, tetapi jika beton yang terdapat fly ash ash sudah kering maka mutu yang dicapai akan melonjak pada pengujian
selanjutnya.
Sebelum
pengecoran
dilakukan slump
test
untuk
mengetahui workability atau kekentalan beton yang akan dipakai, nilai slump nilai slump test beton agar diizinkan untuk digunakan yaitu 12 ± 2. Kemudian terdapat pengujian 3
beton yaitu uji tekan beton dilakukan setiap 35 m atau kurang lebih 7 mixer truck diambil satu sampel yang akan diuji di laboratorium. Sampel berbentuk silinder tersebut akan diuji saat umur beton mencapai 7, 14, 21, dan 28 hari. Jika sampel tidak lolos uji saat mencapai umur 28 hari akan dilakukan hammer test di lokasi proyek. Beton yang diantarkan menggunakan bahan campuran yaitu superplasticizer. yaitu superplasticizer. Superplasticizer merupakan
bahan
tambah
(admixture). (admixture). Bahan
tambah,
additive dan admixture adalah bahan selain semen, agregat dan air yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau selama pengadukan beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan keinginan perencana.
Gambar 4.14 Pengetesan Slump Pengetesan Slump Sumber : Dolumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
55
55 4.2.1.6
Kayu
Material kayu yang digunakan dalam proyek ini lebih banyak digunakan untuk bahan bekisting, bangunan sementara seperti pos dan juga alat sederhana (seperti digunakan untuk tangga sederhana). Material kayu yang digunakan untuk bekisting slab dapat digunakan berulang kali, selama masih layak dan memungkinkan untuk dipergunakan. Alasan utama kayu dipilih untuk material bekisting karena pembentukan kayu relatif lebih mudah dari material lainnya. Selain itu kayu lebih murah dan ekonomis dibandingkan material lainnya. Kekurangan dari kayu adalah dapat terjadinya susut saat bekisting dilepaskan sehingga tidak dapat dipakai lagi.
Gambar 4.15 Material Kayu Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.2.2 Material Arsitektur Seperti pada bagian struktur terdapat material struktur atau material yang menunjang pembangunan bangunan secara struktural, terdapat pula material arsitektur yang pada dasarnya sama dengan material struktur yaitu penunjang utama bagian arsitektural dari bangunan tersebut. Untuk pekerjaan arsitektur ini, pemilihan supplier pihak kontraktor ataupun sub-kontraktor terlebih dahulu harus meminta persetujuan terlebih dahulu dengan menyertakan sampel, brosur, dan katalog kepada pihak owner dan konsultan perencana serta pengawas. Berikut ini adalah daftar material arsitektur yang digunakan pada proyek ini:
Universitas Indonesia
56
56 Tabel 4.1 Material Arsitektur NO I.
ITEM PEKERJAAN
URAIAN
MEREK
PEK.PASANGAN DAN PLESTERAN
A.
PASANGAN
Bahan
:
Interior
: Bata ringan dengan
ukuran standard yang terdapat di
Ziegel
pasaran celcon Indonesia Hebel Exterior
: Bata ringan dengan
ukuran standard yang terdapat di
Ziegel
pasaran Dinding panel bata ringan
celcon Indonesia Hebel
Adukan
: Untuk pasangan bata
ringan, menggunakan semen instant jenis MU-380, dengan tebal spesi = 3 mm - untuk beton ringan tebal 10 cm, dengan daya sebar 10 m 2/ sak 40 kg
Mortar utama
Drymix
Holcim
- untuk beton ringan tebal 7,5 cm, 2
dengan daya sebar 16 m / sak 40 kg B
PLESTER & ACIAN
Tipe Plesteran : Finish plester (plester sealigus acian), menggunakan jenis MU-290,
Mortar utama
dengan tebal aplikasi 5 mm, dan maksimal ketebalan 8 mm
Drymix
perekat dinding keramik menggunakan jenis MU-400, dengan tebal aplikasi 3 m, daya sebar + 5 m / 25 kg
Universitas Indonesia
57
57
C
ANTI RAYAP
Dipilih yang tidak membahayakan manusia dan sudah disetujui oleh Ditjen POM Depkes RI
Bayer Basileum 505 setara CV duta chemical
II.
PEK.FINISHING
A.
LANTAI
1.
Keramik
Keramik 200x200 (area balkon) Keramik 200x200 area toilet hunian (type venere dust gol A) Keramik 300x300 area GWT,PLN Area service ME (type whie 3708) Keramik 400x400 Area hunian Keramik 400x400 Area Koridor dan komersial
Grouting
Roman Roman
mulia Roman mulia
MU AM grout ASA grout
Slip nosing sesuai standar keramik yang dipakai
Roman setara
2.
Homogenious tile
Homogenious tile 60/60 atau sesuai gambar
Grouting
INDOGRESS
MU AM grout ASA grout
Slip nosing homogenious tile 10/60 potong di tempat dengan di beri alur/
INDOGRESS
takik.
Skirting untuk homogenious tile & keramik 10/60-10/30 sesuai ukuran
Universitas Indonesia
58
58 yang digunakan
3.
Waterproofing
tipe coating untuk toilet
triscoal
tipe coating non toxic untuk GWT
fosroc
untuk balkon tanaman,roof (atap), balkon belakang memakai anti
FSHELL flinkcote
membrane
untuk roof garden memakai tipe
Eradix casali
membrane anti bakar
4.
Floor Hardener
warna
triscoal
finishing : standard sesuai
fosroc
adukan/natural density : non metalic
chichihibu
: R.MEP & tangga kebakaran : 3 kg/M
B.
DINDING
1.
Cat dinding
2
: R.Parkir
: 5 kg/M
: Ramp
: 7 kg/M
2
Jenis : Acrylic emulsion interior Weathershield untuk exterior
mowilex cendana mowilex cendana
Lapisan : Epoxy untuk ruang ME satu kali primer, 2 kali finishing minimal sampai kondisi warna diterima oleh perencana
2.
3.
Aluminium composite
Tipe
panel
Warna : ditentukan kemudian
alcopanel
tebal
: 4 mm
ex.korea atau setara
Finish
: PVDF
Jenis
: Anti stalin sealant
Silicon Sealant
: Tray panel
seven
GE
Universitas Indonesia
59
59 dow corning
4.
Gypsum board
Bahan
: Gypsum board
Jaya plaster board
Tebal
: 12 mm
Knauff
Finish
: Cat interior
Insulasi : rockwool, density: 60 3
kg/M
roxul
Rangka : System metal furing standard manufactured
5.
6.
GRC board
Plint skirting
Finish : cat weathershield untuk exterior
Jaya board
Ukuran: sesuai gambar
super panel
Tebal
setara
: 9-12 mm (sesuai gambar)
plint keramik/homogenious tile sesuai dengan finishing lantai dengan ukuran 10/30 cm plint coak finish cat untuk ruang ME tebal 10 cm
7.
Homogenious tile
Homogenious tile 60/120 atau sesuai gambar
INDOGRESS
(Area dinding lobby lantai 1)
8.
Keramik
PAS.Keramik 200x400 type urban cream gol.A (area toilet)
Roman
PAS.Keramik 300x300 type type white 3708 (area dinding dan lantai
mulia
GWT)
C.
SHOPRONT/ FRAMELESS GLASS ASADE
1.
FRAMELESS GLASS
Ukuran : Clear Glass tempered 12 mm
Asahimas
Universitas Indonesia
60
60
Joint Sealend
2.
Pintu Kaca
Tipe
: suspended/standing system
+ Rib Glass Glass to Glass
Ukuran : Clear Glass tempered 12 mm
GE,dow corning
Asahimas
door hardware floor hinges
Glass to Glass
Kenari Djaja/KEND
pull handles
Standard/Bar pull handle
Onassis YALE
D.
WINDOW WALL
1.
Aluminium Frame
2.
Kaca
Aluminium Mullion Tebal
: 1.52 mm
Finish
: Powder coating
Ukuran : tebal 8 mm Tipe
E.
PLAFOND
1.
Gypsum board
Asahimas
: Clear Glass tempered
Finish : Cat Roll
Jayaplester board
Ukuran : sesuai gambar
Knauff
Tebal
: 9 mm
File Rating : 30 menit Rangka
: System metal furing
standard manufactured sistem pemasangan: concealed grid
2.
Calsium Silicate
Finish : cat roll
Board
ukuran: sesuai gambar tebal
Kalsiboard
: 6 mm (atau sesuai gambar)
rangka : system metal furring standard manufactured sistem pemasangan : concealed grid
3.
List Plafond
Bahan : Alumunium Anodized W chanel Ukuran : 2x2 cm
Universitas Indonesia
61
61 F.
KUSEN DAN PINTU JENDELA A. Kusen Alumunium (exterior) fin powder coating ukuran profil 50 x
Alexindo/setara
100 untuk dinding tebal 100 mm dan 50 x 120 mm untuk dinding tebal 120 mm B. Pintu kayu (PA-6) terdiri dari 1 daun pintu ukuran overall 800x2150mm Hollow core/honey comb c. Pintu kayu (PA-5) terdiri dari 1 daun pintu ukuran overall 900x2150 mm Hollow core/honey comb d.Pintu PVC (PA-7,PA-8) terdiri 1 daun pintu ukuran lihat gambar area toilet hunian e.Pintu jendela kaca tempered 8 mm fin powder coating ukuran overall lihat gambar (area hunian)
G.
IRON MONGERIES Finish : satin finish
Onassis
Material : solid stainless stell Spesifikasi : lihat door schedule Garansi : minimal 5 tahun
H.
PEKERJAAN KACA & CERMIN STANDAR ASAHIMAS
ASAHI atau setara
I.
ATAP
1.
Waterproofing dak
Tipe : Liquid membrane/flinkote
fosroc
atap
Tebal : 3 mm fosroc, 1,5 mm
bitutene tricosal
Universitas Indonesia
62
62
2.
Insulasi Kondensasi atap dak beton
: Insulation dak atap : rock wall 32kg/m2 + mwesh + aluminium foil
MDU shield fiber cellucose coll& cossy
J.
LAIN-LAIN
1.
Sanitair
Tipe : white public utilities "heavy duty"
TOTO atau setara
Merk : TOTO Jenis : Lihat Spesifikasi tipe sanitair
2.
Cubicle
Tipe: Solid Phenolic Bentuk & Ukuran : disesuaikan dengan gambar
3.
Cat Metal
Tipe : Cat Duco Oil Base Aplikasi : satu primer,dua kali finish minimal semi gloss, sesuai yang
matrix procubic
ICI dulux jotun
diterima oleh perencana
4.
Pintu Besi a. Untuk file door
Tipe :normal (tanpa jendela pengintai) Bentuk : lihat skema kusen pintu & jendela Finishing: Cat Duco
Lion
Bostinco BRS
Fire Rating : 2 jam (DKI)
b. Untuk shaft
Tipe : normal (tanpa jendela pengintai ) Bentuk : lihat skema kusen pintu & jendela Finishing : Cat Duco Fire Rating : 2 jam (DKI)
c.Untuk ruang ME
Tipe: normal Bentuk: lihat skema kusen pintu &
Universitas Indonesia
63
63 jendela Finishing : Cat Duco Fire Rating : 2 jam (DKI)
5.
CANOPY ACP
Alumunium composite panel Ukuran:
Seven
Rangka alumunium t= 4 mm,ukuran sesuai gambar Ukuran: 1,2 thickness
alcopanel ex.korea atau setara
Finish : PVDF
Kaca canopy : double laminated PVB,thk: 5+5 mm clear glass
6.
Pintu Otomatis
Tipe : Unslide 2 special, double sliding tebal 12 mm Finish : Stainless stell cover
7.
Paving Block & Grass
Block Kansteen
Ukuran : 20x20 cm,30x30 cm atau sesuai gambar Ketebalan : 6 cm & 8 cm untuk driveway
asahimas
ex.basam dorma
Dusaspun
Conblock Internusa
Warna : ditentukan kemudian Lengkap dengan Kansteen
8.
Roof Garden
(Plenter Box)
Resevoir/Material : water retention & drainage tray untuk roof garden special high density polyethylene
Guttabeta T20
Versidrain 251
Ketebalan : 1 mm Berat
: 900-1000 gr/M2 ex.gutta T 20
garden,versi drain 251 Waterproofing Tanah & ijuk rumput gajah mini : membrane anti bakar
cassal eradix
Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
64
64 4.3 Pengujian Material dan Peralatan Konstruksi
Untuk mengontrol material dan peralatan agar sesuai spesifikasi, maka salah satu program quality control yang dilakukan pihak kontraktor adalah berupa pengujian sampel material. Pengujian sampel material ini berdasarkan kepada kesepakatan yang telah diatur pada rencana kerja dan syarat atau biasa juga disebut spesifikasi teknis. Rencana kerja dan syarat ini disusun oleh pihak konsultan yang mana peraturan peraturan tersebut mengacu pada peraturan-peraturan berikut ini :
SNI-03-2847-2002
PBI-1921NI-2
ASTM C 143
ASTM C 39
Berikut uraian mengenai uji material yang dilakukan oleh pihak kontraktor. 4.3.2 Pengujian Material Baja Tulangan Pengujian material baja tulangan dilakukan dengan cara pengambilan acak satu sample baja tulangan di setiap 7000 kg baja tulangan, dimana hal tersebut dilakukan pada setiap jenis diameter baja tulangan. Jika hasil dari test tersebut tidak memenuhi persyaratan, maka pengujian sampel akan diulang dengan menguji 2 sampel baja tulangan. Syarat uji material baja tulangan ini harus memenuhi 2
tegangan tarik leleh minimum sebesar 4000 kgf/cm untuk baja tulangan ulir 2400 2
2
kgf/cm untuk baja tulangan polos dan 5000 kgf/cm untuk wiremesh sesuai dengan yang tercantum pada SNI 03-2847-2002. Pengambilan sampel dan uji material baja tulangan ini merupakan tanggung jawab bidang Quality Control . Bidang QC ini akan mencatat setiap kedatangan material utama baja tulangan ini pada laporan monitoring kedatanagan material utama, yang akan dicatat tanggal kedatangan beserta jumlahnya. Dalam laporan monitoring ini juga akan dihitung disetiap kedatangan material baja tulangan tersebut, berapa sampel yang harus diuji beserta tanggal pengujiannya.
Universitas Indonesia
65
65 4.3.3 Pengujian Material Beton Ready Mix Pada pengujian material beton ready mix ini terdapat beberapa jenis pengujian yang dilakukan, yaitu uji slump, uji tekan dan pengontrolan suhu yang dilakukan untuk pengecoran. Berikut uraiannya.
Uji Slump Uji slump yang dilakukan untuk memeriksa kekentalan dari campuran ready mix. Uji slump yang dilakukan mengacu pada ASTM C 143 dan PBI tahun 1971. Pengujian ini dilakukan dengan mengambil satu sampel pada setiap kedatangan truck mixer . Berikut tabel nilai slump yang harus dipenuhi untuk masing-masing ready mix. Tabel 4.2 Standar Nilai Slump
Sumber : Dokumen WIKA Gedung
4.3.4 Uji Tekan Beton Pengujian material beton yang selanjutnya adalah pengujian material beton terhadap tekan. Lain halnya dengan pengujian terhadap slump, pengujian material beton terhadap tekan dilakukan tidak pada setiap kedatangan truck mixer . Sampel uji berukuran 150 x 300 mm untuk sampel dengan bentuk silinder sesuai dengan ASTM C 39. Pengujian 4 sampel tersebut akan dilakukan untuk uji tekan saat beton masing-masing berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Pengambilan 3
sampel dilakukan setiap 35m untuk satu sampel. Jika mutu beton tersebut tidak masuk pada umur 28 hari akan dilakukan hammer test di lokasi proyek. Jika setelah dilakukan hammer test beton tersebut hancur maka akan dilakukan penghancuran untuk beton yang dicor pada waktu bersamaan dengan beton yang telah hancur agar diganti dengan beton baru yang mutunya lebih bagus.
Universitas Indonesia
66
66
Gambar 4.16 Pengetesan Beton Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
Universitas Indonesia
67
67 BAB 5 PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang
Jenis pondasi yang digunakan pada bangunan tower ini adalah raft foundation. Pondasi rakit (raft foundation) adalah pelat beton yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan, yang digunakan untuk meneruskan beban bangunan ke lapisan tanah dasar atau batu -batuan dibawahnya. Pada dasarnya jenis pondasi ini dapat bekerja dengan menghilangkan pile cap dan tie beam serta diganti dengan satu pondasi masif yang menyatukan seluruh pile cap yang ada. Jenis pondasi jenis ini dipilih karena jenis tanah yang menjadi pada lokasi proyek ini relatif lunak, sementara harus menopang beban bangunan tower yang sangat besar. Jenis pondasi tiang yang digunakan dalam proyek ini adalah tiang pancang, tiang pancang yang dipasang pada proyek ini merupakan tiang pancang precast. Precast adalah beton yang difabrikasi dan dicor di pabrik kemudian langsung dibawa ke lapangan untuk dipasang, beton yang dipesan tersebut sudah memiliki spesifikasi dan sasaran yang dibutuhkan oleh pekerjaan proyek tersebut. Pondasi tiang tersebut memiliki panjang efektif sepanjang 13 m. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer . Sistem kerja diesel hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan sekitar. Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer ke lokasi pemancangan harus menggunakan truk tronton yang memiliki crane. Tiang pancang tersebut digunakan merata untuk ketiga zona di proyek ini, yaitu low, mid , dan high zone serta pada pondasi kolam renang yang bertempat di tengah proyek. Diameter tulangan yang dipakai untuk tiang pancang adalah 5 strand (Ɵ12). Tahapan pekerjaan yang dilakukan untuk pekerjaan pondasi tiang pancang adalah :
Melakukan pengetesan terhadap tanah dilokasi rencana pondasi untuk mengetahui jenis tanah dan kedalaman lapisan keras. Universitas Indonesia
68
68
Menghitung struktur pondasi tiang pancang sehingga dapat ditentukan kebutuhan ukuran tiang pancang, spesifikasi material dan kedalaman tiang pancang sehingga kuat untuk menahan beban bangunan yang disalurkan ke titik perhitungan.
Produksi tiang pancang dapat dilakukan dipabrik dengan spesifikasi sesuai perhitungan kemudian di kirim ke lokasi proyek menggunakan kendaraan truk besar.
Pengangkatan tiang pancang dapat menggunakan alat tower crane atau mobil crane dengan posisi titik angkat sesuai perhitungan sehingga tidak terjadi patah dalam pengangkatan.
Surveyor melakukan pengukuran dilapangan untuk menentukan titik-titik sesuai gambar kemudian mendirikan alat theodolit untuk mengecek ketegakan pemancangan, tiang pancang diangkat tegak lurus kemudian posisi ujung diesel hammer dinaikan dan topi paal dimasukan pada kepala tiang pancang.
Ketegakan posisi pemancangan dikontrol menggunakan 2 buah theodolit yang dipasang dari dua arah untuk memastikan posisi tiang pancang tegak dan melakukan kontrol setiap 2 m, pemancangan dilakukan sampai dengan elevasi kedalaman yang direncanakan.
Tiang pancang yang tersisa diatas elevasi rencana akan dibobok betonya sehingga tersisa besi tulangan yang akan dipakai sebagai stek untuk dihubungkan dengan pile cap pada bangunan gedung atau abutmen pada konstruksi jembatan.
5.2 Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah dilakukan dilakukan untuk memotong kepala tiang pancang yang nantinya akan dilakukan pembesian untuk pengecoran pile cap. Galian ditambah sedalam 15 cm, yakni 10 cm pasir urug dan 5 cm lantai kerja. Menentukan titik koordinat tiang pancang sebelum membobok tiang pancang dengan menggunakan mal pembaca koordinat tiang. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan galian pile cap, tie beam, plat lantai, dll. Pekerjaan galian dibagi menjadi 5 zona yang dikerjakan bertahap High Zone, Mid Zone dan Low Universitas Indonesia
69
69 Zone, zona 4 akan dilaksanakan 5 bulan struktur berjalan serta pada zona 5 akan dikerjakan setelah TC-2 akan dibongkar. Tabel 0.1 Area Galian 3
AREA PILE CAP
3.232 m
ARA SLAB
66 m3
AREA GWT
332 m
AREA STP
141 m3
AREA KOLAM RENANG
513 m
SUMUR RESAPAN
162 m
SUMPIT / SEWAGE PIT
38 m3
TANGKI SOLAR MINGGUAN
126 m
TOTAL
4.672 m
3
3
3
3
Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Gambar 0.1 Pekerjaan Galian Pondasi Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
70
70 5.3 Pekerjaan Pil e Cap dan Ti e Beam
Pada pekerjaan pile cap atau dapat disebut juga penutup pada beberapa tiang pancang yang digunakan untuk menyatukan dan memperkuat tiang kedudukan tiang pancang tersebut untuk menahan beban diatasnya dimulai dari pemotongan kepala tiang pancang yang sudah dijabarkan sebelumnya pada pekerjaan pendahuluan.
Tujuan
pemotongan
tiang
pancang
tersebut
adalah
untuk
menggabungkan pembesian yang ada di dalam tiang pancang sehingga dapat disambungkan dengan tiang pancang lainnya melalui lantai kerja yang dibuat juga untuk mengecor pile cap tersebut. Pekerjaan pembesian tersebut bertujuan untuk mengikat beberapa tiang pancang menjadi satu kesatuan untuk menahan beban bangunan dan menyalurkannya ke dalam tanah.
Gambar 0.2 Pembesian Pile Cap Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
Setelah dilakukan galian dan pemotongan tiang pancang kemudian langkah yang dilakukan yaitu mengurug pasir setebal 5 cm untuk dasar lantai kerja tersebut kemudian lantai kerja itu sendiri merupakan beton setebal 10 cm. Kemudian di samping tiang-tiang pancang tersebut merupakan dinding batako yang disambung dengan pembesian untuk pondasi jenis raft foundation dan juga pembesian untuk tie beam dan besi kolom yang dilakukan sesuai dengan gambar rencana. Ketika pembesian untuk raft foundation sudah selesai dilakukan maka terdapat satu Universitas Indonesia
71
71 pekerjaan tambahan yaitu pekerjaan anti rayap agar setelah dilakukan pembesian dan pemasangan lantai kerja, tidak ditemukan adanya hambatan rayap yang dapat mengganggu pekerjaan struktur bawah ini. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pekerjaan anti rayap ini adalah
Cek kesiapan lahan yang akan dilakukan treatment , dalam hal ini adalah lokasi galian pile cap dan raft foundation (dibawah beton).
Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, antara lain: - Drum - Power Spray - Selang - Mesin Sanchin
Ratakan permukaan tanah sesuai level dalam shop drawing sehingga tidak akan terjadi penggalian lagi atau tidak terganggu lagi.
Buang puing-puing atau kotoran seperti : kayu, rumput-rumput, sampah-sampah dll.
Untuk mendapatkan hasil yang baik permukaan tanah yang akan diaplikasi dalam kondisi kering/tidak tergenang air.
Pasang safety line area yang akan di spray agar tidak berbahaya untuk orang lain.
Gambar 0.3 Pekerjaan Lantai Kerja Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
72
72 Kemudian langkah terakhir adalah pengecoran pondasi raft foundation dengan beton dengan mutu 30 Mpa. Pengecoran yang dilakukan tidak menggunakan mass concrete karena pihak kontraktor memilih untuk menggunakan metode pengecoran secara bertahap sesuai dengan alur pekerjaan yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya. Oleh karena itu dengan tidak adanya mass concrete maka tidak diperlukan pengontrolan suhu dengan thermocouple.
Gambar 0.4 Pengecoran Pondasi Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Gambar 0.5 Denah Pondasi Proyek Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
73
73 BAB 6 5)
PEKERJAAN STRUKTUR ATAS
Pekerjaan struktur atas merupakan pekerjaan struktur pada elemen-elemen yang berada di atas permukaan tanah. Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan pokok dalam struktur bangunan bagian atas yaitu pekerjaan balok dan pelat lantai,pekerjaan kolom dan pekerjaan shear wall . Oleh karena itu pada upper structure perlu diperhatikan bahwa pola pergerakan pekerjaan sampai detail material sangat penting karena hal ini saling berkaitan untuk proses pekerjaan agar pekerjaan itu sendiri tidak mengalami hambatan dari pengadaannya. Hal ini bertujuan untuk mencapai irama pekerjaan yang cepat dan stabil sehingga dapat mencapai target dari segi waktu dan dari pemcapaian pelaksanaan per hari sampai per bulannya. Pengaturan material dan tenaga kerja menjadi kunci efisiensi pekerjaan dan ketepatan prediksi waktu pelaksanaan. Pada setiap proyek, item pekerjaan,luasan dan metode yang digunakan akan berbeda-beda. Penyesuaian antara tenaga kerja, kemampuan alat dan sumber daya serta schedule pekerjaan harus disesuaikan dengan data proyek eksisting. Beberapa pekerjaan struktur atas meliputi
Pekerjaan kolom
Pekerjaan dinding shear wall
Pekerjaan balok dan pelat lantai
Pekerjaan tangga
Gambar 5.1 Sequence Pekerjaan Balok
Universitas Indonesia
Sumber : Dokumen WIKA Gedung
74
74 6.1 Pekerjaan Balok dan Pelat
Pekerjaan balok dan pelat merupakan pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan. Hal ini dikarenakan bahwa tulangan balok akan tersambung dengan tulangan pelat. Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengerjakan balok dan pelat adalah pemasangan perancah atau support bekisting , bekisting plywood dan tie rod di area balok. Perancah yang digunakan merupakan perancah besi konvensional yang dapat menahan beban sekitar 4 ton. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan plat adalah sebagai berikut : 1. Install support bekisting dan balok 2. Pemasangan balok suri-suri 3. Pemasangan bekisting balok 4. Pemasangan plywood bekisting plat 5. Pelaksanaan pengecoran Pada high zone di proyek ini diterapkan inovasi dalam perancah yang digunakan agar pola pergerakan pekerjaan semakin efisien dan efektif. Inovasi yang dilakukan dengan menggunakan besi hollow sebagai pengganti dari balok kayu suri-suri dan gelagar. Salah satut tujuan diterapkan inovasi ini untuk mengurangi penggunaan material kayu sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan disamping tuntutan kualitas pekerjaan struktur yang prima. Namun untuk
pembongkaran
bekisting
dan
perancah
masih
sama
dengan
cara
konvensional, hanya pada bentuk dan waktu pemasangan serta pembongkaran yang jauh lebih efisien.
Gambar 5.2 Bekisting sistem
Universitas Indonesia
Sumber : Dokumen WIKA Gedung
75
75
Gambar 5.3 Bekisting sistem Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Setelah perancah tersebut terpasang, maka pekerjaan selanjutnya adalah memasang tulangan balok dan pelat yang telah dirakit pada proses fabrikasi. Tulangan balok dan pelat yang telah siap, diangkat dengan menggunakan tower crane ke area pekerjaan. Kemudian tulangan tersebut dipasang ke lantai kerja dengan alat-alat seperti palu, paku dan beberapa alat sederhana lainnya. Kemudian jika pekerjaan tulangan selesai dan telah diperiksa dari bagian quality control, pekerjaan selanjutnya adalah pengecoran. Pengecoran yang dikerjakan dengan menggunakan concrete pump karena mencakup volume yang besar dalam sekali pengecoran. Namun hal ini tergantung dari durasi waktu yang ada, jika waktu yang ada sudah tinggal sedikit, maka pekerjaan pengecoran dilakukan dengan bucket dan diangkut oleh tower crane. Setelah pengecoran dan curing selesai dilakukan, perancah yang sudah terpasang tidak langsung dibongkar. Pembongkaran perancah dilakukan saat beton telah mencapai umur 7 hari tetapi pada balok dan pelat yang sudah dilepaskan perancahnya masih terpasang propping untuk menumpu balok dan pelat. Propping tersebut dipasang pada saat umur beton mencapai 3 hari. Pembongkaran perancah plat lantai saat umur beton mencapai 14 hari dan propping sendiri dibongkar saat umur beton 21 hari.
Universitas Indonesia
76
76 Tabel 5.1 Volume Pengecoran Lantai 7
3
As
Volume (m )
21-24
70
26-Jun-14
13'-21
78
29-Jun-14
6-13'
102
30-Jun-14
4-6
28
01-Jul-14
1-4
70
17-Jun-14
21-24
89
19-Jun-14
13'-21
70
23-Jun-14
6-13'
91
24-Jun-14
4-6
35
26-Jun-14
1-4
70
10-Jun-14
20'-24
89
12-Jun-14
13-20'
74
17-Jun-14
7-13
68
19-Jun-14
3-7
77
20-Jun-14
1-3
42
04-Jun-14
20'-24
90
06-Jun-14
13-20'
112
08-Jun-14
11'-13
49
25-Jun-14
Pelat
Lantai 6
Lantai 5
Lantai 4
Universitas Indonesia
77
77 09-Jun-14
6'-11'
63
12-Jun-14
3-6'
80
13-Jun-14
1-3
42
23-Mei-14
21-24
100
25-Mei-14
19-21
35
26-Mei-14
14-19
70
28-Mei-14
7-13
117
29-Mei-14
4-7
70
01-Jun-14
1-4
116
08-Mei-14
23-24
35
11-Mei-14
21-23
67
13-Mei-14
20-21
28
14-Mei-14
14-20
90
17-Mei-14
11'-14
70
18-Mei-14
6'-11'
65
22-Mei-14
3-6'
105
Lantai 3
Lantai 2
Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
78
78
Gambar 5.4 Arah Pekerjaan Balok Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Pemasangan tulangan untuk balok dan pelat serta pemasangan bekisting hingga pengecoran dilakukan dari highzone-lowzone. Hal ini dikarenakan high zone mempunyai lebih banyak lantai bangunan dibandingkan dua zona lainnya, oleh karena itu harus dimulai lebih dahulu. Pada high zone juga sudah diterapkan inovasi bekisting agar pemasangan dan sequence dari pekerjaan struktur yang dilakukan menjadi lebih teratur dan efisien serta dapat menghemat waktu pekerjaan. Pada proses pengecoran, tidak cukup hanya sekali proses pengecoran untuk menyelesaikan ketiga zona tesebut, oleh karena itu pengecoran dilakukan paralel dengan pengecoran kolom maupun shear wall dan juga kepala kolom yang mempunyai mutu beton yang berbeda agar irama pekerjaan yang dilakukan tetap terjaga dan teratur.
6.2 Pekerjaan Kolom
Seperti halnya pekerjaan balok dan pelat, pekerjaan tulangan kolom dilakukan terlebih dahulu pada bagian fabrikasi untuk merakit tulangan kolom menjadi seperti yang dibutuhkan di lapangan. Kemudian tulangan yang sudah siap tersebut diangkut ke titik-titik yang telah ditentukan untuk dijadikan kerangka kolom. Setelah dilakukan pemasangan tulangan kolom oleh tukang dengan peralatan sederhana seperti palu dan sebagainya, akan di cek mengenai pembesian
Universitas Indonesia
79
79 kolom tersebut, letak, kualitas, dan kesesuaiannya dengan gambar kerja. Kemudian kolom yang telah diberikan izin untuk dicor akan dipasangkan bekisting besi dan kolom tersebut siap dicor. Pengecoran dilakukan secara bertahap, yaitu tahap 1 dan tahap 2. Pengecoran pertama dilakuakan bersamaan dengan pengecoran pelat dibawahnya, dan pengecoran kedua dilakukan tidak bersamaan dengan pelatnya. Pengecoran kolom biasanya menggunakan concrete bucket , mengingat volume pengecoran kolom yang tidak terlalu besar dan biasanya waktu pengecoram kolom yang satu dan lainnya dilakukan secara terpisah. Tabel 5.2 Volume Pengecoran Kolom Tanggal
19-Mei-14
Jenis
Kolom
As
Jenis
14
SW-9 ; SW-8
15
K.5.1 ; SW-8 ; SW-11
20
K1.7
21
K.1.3 ; K.2.1
22
K.2.1
Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Berikut merupakan rincian tahap pelaksanaan kolom : a. Marking sepatu kolom sebagai tempat batas bekisting. b.
Memasang sepatu kolom pada tulangan sengkang. Sepatu kolom digunakan untuk memastikan kelurusan bekisting dan sebaiknya dipasang pada tulangan sengkang sehingga tidak mengurangi kekuatan dari tulangan utama.
c.
Memasang besi kolom ke dalam stek besi yang sudah ada. Penulangan kolom dikerjakan secara prefabrikasi di workshop dan dibawa menggunakan tower crane ke lokasi kolom yang direncanakan. Selanjutnya disambung dengan stek kolom dengan overlap di sesuaikan dengan spesifikasi.
Universitas Indonesia
80
80
Gambar 5.5 Pemasangan Kolom Sumber : Analisa Penulis
d.
Mengencangkan besi kolom dan stek besi dengan menggunakan sengkang. Lalu kemudian pasang bekisting kolom tempatkan sesuai dengan marking yang ada.
e.
Mengatur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull.
Gambar 5.6 Pemasangan Bekisting Sumber : Analisa Penulis
f.
Lakukan pengecoran dengan menggunakan bucket dan dihubungkan dengan pipa tremi, lakukan pemadatan dengan vibrator .
g.
Bongkar bekisting kolom dan pasang kepala kolom.
Universitas Indonesia
81
81 6.3
Pekerjaan Shear wall
Pekerjaan shear wall merupakan salah satu pekerjaan utama dan pekerjaan yang juga sama pentingnya mengingat fungsi shear wall adalah menahan geser dan puntir yang besar pada bangunan tinggi. Pada proyek ini tidak menggunakan core wall karena bangunan ini dirasa masih sederhana dan hanya dengan menggunakan shear wall sudah cukup untuk menopang beban yang akan ditanggung oleh bangunan ini. Dalam pembuatan shear wall hampir sama dengan cara pembuatan kolom, proses pertama di bagian fabrikasi untuk merakit tulanganya. Untuk pembuatan shear wall tidak dapat di fabrikasi diluar proyek dikarenakan ukuran shear wall yang besar, tinggi dan lebar sehingga tidak memungkinkan proses pengangkutan dengan menggunakan truk jika dikerjakan di luar proyek serta akan menghambat durasi proyek. Dibantu oleh supervisor , tim survei menempatkan shear wall ke lokasi yang telah direncanakan. Setelah terpasang pada lokasi yang ditentukan maka akan dipasang formwork sebagai cetakan untuk beton yang nantinya akan digunakan untuk proses pengecoran. Formwork yang telah dibuat pada area fabrikasi diangkat dan ditempatkan pada lokasi yang ditentukan oleh crane, formwork tersebut dipasang meligkari sisi-sisi dari shear wall . Setelah terpasang dengan baik formwork yang akan digunakan, maka dapat dimulai proses pengecoran. Proses pengecoran shearwall juga tidak berbeda jauh dengan pengecoran kolom, pada proyek ini pengecoran shearwall menggunkan bucket yang diangkat oleh crane, tidak menggunakan concrete pump, hal ini dikarenakan lokasi pengecoran yang sulit dicapai dan dijangkau oleh concrete pump sendiri. Bersamaan dengan proses pengecoran juga dilakukan vibrasi beton precast yang telah dituang ke dalam formwork . Tetapi proses vibrasi ini hanya dapat dilakukan pada bagian atas dari sisi terbuka dari shear wall , tidak dapat masuk ke bagian yang terdalam, karena tulangan yang cukup rapat dan kedalaman yang cukup dalam. Proses ini mengikuti instruksi menurut bagian engineering seharusnya menggunakan eksternal vibrator .
Universitas Indonesia
82
82 6.4 Pekerjaan Tangga
Pada pekerjaan tangga hal pertama yang harus dilakukan adalah memasang perancah sebagai tumpuan bekisting dengan ketinggian sesuai elevasi tangga, kemudian memasang bekisting. Kemudian dilanjutkan dengan merakit tulangan seperti halnya pada perakitan tulangan pelat lantai dan dipasang di tangga yang sedang dikerjakan. Setelah itu memasang bekisting panel trap tangga dengan perkuatan kaso/pipa lalu dilakukan proses pengecoran. Meratakan beton dan finish permukaan sesuai shop drawing ( Floor Hardener / finish struktur yang nantinya akan dipasang keramik).
Gambar 5.7 Pekerjaan Tangga Sumber : Dokumentasi Pribadi
6.5 Pekerjaan Arsitektur
Pekerjaan Arsitektur merupakan pekerjaan yang harus dilakukan disamping pekerjaan struktur. Pekerjaan arsitektur dikerjakan saat bangunan tersebur secara struktural sudah kuat menahan beban lantai diatasnya. Pekerjaan ini menyangkut mengenai kenyamanan dan estetika dari penggunaan bangunan tersebut dan pekerjaan arsitektur memiliki lingkup yang sangat luas dan juga mendetail, kemudian detail-detail inilah yang sangat diperhatikan untuk menjaga kenyamanan dan estetika bangunan itu sendiri. Berikut adalah pekerjaan arsitektur yang dilakukan pada proyek Bintaro Recidences Tower Altiz. Universitas Indonesia
83
83 6.5.1
Pekerjaan Dinding Bata Dinding bata yang dipasang di setiap bangunan berfungsi sebagai pembatas
atau sekat ruangan didalam gedung maupun pembatas ruangan yang ada didalamnya. Dalam perekatan dinding bata tersebut diperlukan campuran semen dan pasir yang disebut mortar. Berbagai jenis dan ukuran maupun jenis komposisi dari dinding bata akan memiliki jenis spesi yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan spesi dapat mempengarui kerapatan dan kekuatan dari dinding bata. Pada pemasangan dinding kusen pintu dan jendela. Hal ini dilakukan agar terdapat space untuk meletakkan kusen tersebut dan agar pekerjaan rapih serta tidak terjadi pembongkaran nantinya. Dinding bata yang digunakan di proyek ini adalah hebel atau bata ringan yang lebih ekonomis dan bagus dalam segi estetika.
6.5.2
Pekerjaan Kolom Praktis Kolom praktis berfungsi sebagai tulangan pada dinding bata serta berfungsi
untuk penahan dan pengikat bata-bata tersebut. Kolom praktis terdiri dari rangkaian besi dan beton. Pemasangan kolom praktis dilakukan pada setiap 2 meter panjang dinding bata dan 2 meter tinggi dinding bata. Hal ini dilakukan agar dinding bata tidak runtuh dan kuat.
6.5.3 Pekerjaan Plesteran Dinding Plesteran dinding berfungsi sebagai pelindung untuk dinding bata dan berfungsi untuk meratakan permukaan dinding. Tebal dari plesteran yang dipakai adalah 2 cm dan tebal tersebut memiliki kriteria tersendiri dilihat dari jenis dinding bata yang digunakan dan jenis plesteran itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan kerekatan antar komponen.
6.5.4 Pekerjaan Pemasangan Plafond Pemasangan plafond berfungsi sebagai estetika pada bagian atap ruangan serta meningkatkan estetika ruangan tersebut secara keseluruhan. Pada tiap ruangan yang biasanya terdapat jalur kabel, pipa dan ventilasi AC maka plafond dipasang agar terlihat lebih teratur. Jenis plafond yang digunakan disesuaikan Universitas Indonesia
84
84 dengan peruntukannya. Misalnya pada lobi, maka jenis plafond yang digunakan adalah yang memliki estetika lebih tinggi dari pada plafond pada ruang kantor.
6.5.5 Pekerjaan Kusen Kusen yang terletak pada dinding dan berfungssi untuk masuknya suatu obejek. Contoh umum kusen adalah pintu dan jendela. Pekerjaan kusen dimulai dengan perakitan kerangka dan pesangan kusen. Pada rakitan yang sudah siap, maka langkah selanjutnya adalah pemasangan kusen tersebut di titik yang telah ditentukan, namun apabila dari pihak Quality Control tidak setuju, maka akan ada perubahan atau perakitan kembali.
6.5.6 Pekerjaan Pemasangan Keramik Lantai Pemasangan keramik lantai sangat mempertimbangan leveling dari lantai tersebut. Seharusnya terdapat benchmark leveling lantai pada daerah tertentu. Jenis lantai yang digunakan disesuaikan dengan peruntukannya. Misalnya pada lobi, maka jenis lantai yang digunakan adalah yang memiliki estetika yang memiliki fungsi sebagai tempat keluar masuk bagi para pengguna bangunan maupun tamutamu.
6.5.7 Pekerjaan Pemasangan Keramik Dinding Pemasangan keramik dinding berfungsi sebagai estetika ruangan. Jenis keramik yang digunakan disesuaikan dengan peruntukannya. Misalnya pada lobi, maka jenis keramik yang digunakan adalah yang memliki estetika, sedangkan pada ruangan kantor tidak perlu dipasang keramik dinding, dan pada toilet digunakan keramik dinding agar tidak ada air yang merebes ke dalam dinding.
6.5.8 Pekerjaan Pengecatan Pengecatan berfungsi membuat ruangan lebih rapi dan tampak indah. Fungsi lain pengecatan adalah agar dinding tidak berjamur dan tidak mudah menyerap air sehingga dinding tersebut dapat tahan lebih lama. Pekerjaan pengecatan dilakukan
Universitas Indonesia
85
85 dengan pengamplasan terebih dahulu agar permukaan dinding rata. Selanjutnya dilakukan pengecatan dasar yang dilanjutkan dengan pengecatan luar.
6.5.9 Pekerjaan Sanitair Pekerjaan sanitair melingkupi semua pekerjaan yang menyangkut dengan sanitasi. Sub pekerjaan sanitair adalah pemasangan kloset, pemasangan wastafel, pekerjaan cubicle toilet, dan pemasnagan aliran pipanya. Pemasangan kloset harus mempertimbangan kesesuaian terhadap lubang pembuangan, sambungan pipa instalasi untuk mengalirkan air dan memastikan tidak ada kebocoran. Pada pemasangan wastafel hal yang dipertimbangkan meliputi tinggi wastafel, jangan terlalu rendah karena pengguna akan terlalu membungkuk atau jangan terlalu tinggi karena akan mengangkat tangan lebih tinggi, hal tersebut sangat membuat pengguna tidak nyaman. Hal lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kesesuaian terhadap pipa inlet dan pipa outlet , menghindari kemungkninan kebocoran yang mungkin terjadi, dan kran yang dipasang harus mudah digunakan. Pada pemasangan cubicle toilet, hal yang perlu dipertimbangkan adalah patisi kubikel penggati dinding harus sederhana dan mudah perawatan, pemasangan mudah, pelaksanaan cepat, bentuk minimalis namun bergaya elegan, aman, dan tahan air serta space yang tidak terlalu sempit karena akan terasa tidak nyaman dan dihindarkan terlalu besar karena karena akan menghabiskan banyak ruang.
6.5.10 Pekerjaan Waterproofing Dalam pembangunan gedung, bahan kedap air (waterproofing ) merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting. Waterproofing berfungsi sebagai pelapis struktur beton untuk oleh tekanan hidrostatik air, pengaruh cuaca, pergerakan alami air pada permukaan beton, di sambungan beton ke beton, dan di antara beton dengan material lain. Dalam pelaksanaannya material yang digunakan struktur akan
dilapisi
dengan
lembaran
logam, self
adhisive.
Pemilihan
bahan
waterproofing yang sesuai dan metode kerja yang tepat adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Kesalahan dalam bahan waterproofing akan menimbulkan masalah kebocoran yang beragam. Biaya yang harus dikeluarkan Universitas Indonesia
86
86 untuk perbaikan tersebut dapat mencapai lebih dari 300% dari biaya pemasangan pada awalnya. Kerugian yang diakibatkan dari kerusakan peralatan dan perlengkapan didalam bangunan bisa mencapai jumlah yang signifikan. Juga harus diperhatikan waktu yang hilang untuk melakukan perbaikan bangunan.
Universitas Indonesia
87
87 BAB 7 6)
MANAJEMEN PROYEK
7.1 Gambaran Umum
Proyek didefinisikan sebagai suatu rangkaian usaha dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk/jasa yang unik. Dilaksanakan oleh manusia dengan memanfaatkan sumber daya, melalui rangkaian proses perencanaan, eksekusi dan kontrol. Proyek memiliki tiga sifat khusus yaitu: a. Sementara
Setiap proyek memiliki jangka waktu tertentu, yang berarti rangkaian aktifitas memiliki titik awal dan titik akhir yang pasti (ditargetkan). b. Unik
Bersifat unik, yang berarti bahwa tidak ada proyek yang menghasilkan produk/jasa yang identik. c. Elaborasi yang Progresif
Pengembangan secara bertahap dan kesinambungan secara bertingkat Dalam suatu proyek konstruksi terdapat triple constrain untuk mengukur keberhasilan suatu proyek, yaitu biaya mutu dan waktu. Ketiga hal ini menjadi hal yang sangat penting untung diperhatikan karena tiga komponen ini akan saling terkait dan berdampak satu sama lain. Dalam perkembangannya triple constrain dirasa belum cukup untuk menggambarkan keberhasilan suatu proyek konstruksi, sehingga pada PMBOK edisi 5 ditambahkan komponen kepuasan stakeholder .
Gambar 6.1 Triple Constrain Sumber : PMBOK
th
5 edition
Universitas Indonesia
88
88 Untuk mencapai keberhasilan pada suatu proyek tersebut, maka dibutuhkan sebuah pengaturan yang dapat membantu pencapaian keberhasilan tersebut. Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai aplikasi dan pengetahuan, keahlian, alat dan teknik pada suatu aktivitas atau kegiatan proyek untuk memenuhi persyaratan proyek dan memenuhi persyaratan proyek dan memenuhi kebutuhan dan harapan proyek. Pedoman manajemen dalam menjalankan sebuah proyek adalah Project Management Body of Knowledge (PMBOK).
7.1.1 Tahapan Kegiatan Manajemen Proyek Tahapan sebuah proyek konstruksi terdiri dari inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan penutupan yang tergambar pada diagram berikut :
Gambar 6.2 Alur Proses Manajemen Proyek Sumber : PMBOK 5th edition
a. Inisiasi Tahapan Inisiasi merupakan awala dimulainya proses manajemen proyek. Pada tahap ini, proses dimulai dengan definisi proyek baru dengan otorisasi untuk memulai proyek. Stakeholder atau pihak-pihak yang terlibat dalam proyek juga diidentifikasikan. Penetapan lingkup dan sumber pendanaan pada proyek juga ada pada tahapan inisiasi ini. Secara garis besar tahapan inisiasi terdiri atas pembuatan Project Charter dan identifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam proyek.
Universitas Indonesia
89
89 b. Perencanaan Untuk menetapkan lingkup proyek dan membuat serangkaian aktivitas agar mencapai tujuan proyek dibutuhkan tahapan berikutnya, yaitu perencanaan. Dokumen proyek yang selanjutnya digunakan sebagai panduan proyek dikembangkan pada tahapan ini. c. Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan atau executing merupakan aplikasi dari proses untuk mengerjakan proyek yang telah didefinisikan pada perencanaan sehingga dapat memenuhi spesifikasi detail proyek. Pelaksanaan atau eksekusi ini merupakan proses koordinasi sumber daya manusia dengan sumber daya bahan dan alat, serta integrasi antara aktivitas proyek dengan perencanaan manajemen proyek. d. Pengendalian Pada tahap ini, dilakukan pemantauan pelaksanaan proyek, identifikasi area yang harus diubah, dan inisiasi respon perubahan. Performa proyek dapat dikontrol dengan konsisten agar dapat tetap memenuhi spesifikasi detail proyek yang telah ditetapkan sejak awal. e. Penutupan Penutupan merupakan proses penyelesaian semua aktivitas proyek secara resmi atau formal. Bagian dari proses penutupan adalah menutup proyek dan menutup pengadaan. 7.1.2 Jenis Kontrak Secara umum, ada beberapa jenis kontrak yang digunakan pada proyek konstruksi di Indonesia, yaitu: a. Unit price, yaitu kontrak dengan harga satuan tetap b. Lump sum, yaitu kontrak dengan harga satuan tetap c. Turnkey, yaitu kontrak yang dibayar saat serah terima proyek d. BOT , yaitu kontrak proyek yang setelah proyek selesai tetap dikelola oleh kontraktor.
Universitas Indonesia
90
90 e. Cost plus fee, yaitu proyek yang besarnya sama dengan pengeluaran (harga tidak tetap). Untuk pembangunan proyek Bintaro Plaza Residence – Tower Altiz kontrak yang disepakati adalah Lump Sum Fixed Price dengan nilai kontrak sebesar ± Rp 133.045.000.000.- Kontrak ini merupakan kontrak konstruksi dimana sistem pengadaan seluruh barang dan jasa atas penyelesaian semua pekerjaan ditentukan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, sedangkan risiko yang akan terjadi selama pelaksanaan ditanggung oleh PT.WIKA Gedung. Adapun isi dari kontrak tersebut menyepakati hal-hal sebagai berikut. 1. Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan 2. Uraian pekerjaan dan syarat pekerjaan 3. Penentuan harga borongan 4. Sanksi apabila terjadi permasalahan 5. Penyelesaian apabila terjadi perselisihan 6. Kesepakatan pembayaran 7. Hak melaksanakan kontrol kualitas 8. Hak mendapatkan laporan berkala PT.WIKA Gedung sebagai kontraktor utama dalam proyek ini melaksanakan tugas pekerjaan berdasarkan dokumen kontrak yang telah disepakati, dimana dikontrak tersebut di aplikasikan dalam bentuk RKS (Rencana Kerja dan Syaratsyarat). Kontrak Lump Sum Fixed Price yang berlaku pada proyek ini berdasarkan pada gambar rencana, spesifikasi material, dan berita acara penjelasan dari konsultan perencana yang dibuat selama proses tender. Volume yang tercantum dalam bill of quantity pada kontrak ini tidak mengikat, sehingga apabila terdapat pekerjaan tambah ataupun kurang harus dihitung ulang dari gambar tender ke gambar shop drawing . Kontrak Lump Sum Fixed Price ini memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri bagi setiap pihak. Keuntungan bagi kontraktor dengan menggunakan kontrak ini adalah disaat adanya penurunan biaya material dan kelebihan biaya pelaksanaan proyek diluar upah. Sementara itu, bagi owner keuntungannya adalah kemudahan dalam Universitas Indonesia
91
91 menyediakan dana dengann hanya cukup menyediakan total biaya yang dibutuhkan tanpa harus memikirkan perubahan biaya yang terjadi, sedangkan kontraktor yang harus memikirkan perubahan biaya yang terjadi. Kerugian yang dialami owner adalah adalah dari segi kontrol yang harus dilakukan secara cermat pada pelaksanaan awal proyek dari awal sampai berakhirnya masa kontrak. Kontraktor juga memiliki kerugian, yaitu keunikan biaya material yang sangat signifikan, sehingga menyebabkan membengkaknya biaya dari yang direncanakan.
7.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
7.2.1 Pendahuluan Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
merupakan
proses
mengatur,
mengorganisasikan, dan memimpin tim proyek. Tim proyek terdiri atas orangorang dengan jabatan dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan keahliannya untuk mencapai tujuan proyek. Jumlah anggota tim proyek tidak pasti dan dapat terus berubah-ubah seiring berjalannya proyek dan melihat akan kebutuhannya. Berikut adalah tahap dalam Manajemen Sumber Daya Manusia: a.
Membuat Perencanaan Sumber Daya Manusia Tahapan ini ialah tahap identifikasi peran proyek, tanggung jawab, keahlian yang dibutuhkan, hubungan pelaporan, dan menciptakan rencana manajemen staffing.
Gambar 6.3 Diagram Alir Perencanaan Sumber Daya Manusia th
Sumber : PMBOK 5 edition
Universitas Indonesia
92
92 b.
Membentuk Tim Proyek Tahap pembentukan tim proyek adalah proses konfirmasi sumber daya manusia dan mendapatkan tim yang dibutuhkan untuk tugas yang ada di proyek secara lengkap.
Gambar 6.4 Diagram Alir Pembentukan Tim Proyek th
Sumber : PMBOK 5 edition
c.
Mengatur Tim Proyek Pengaturan tim proyek merupakan tahapan peningkatan kompetensi, interaksi tim, dan lingkungan tim secara menyeluruh untuk meningkatkan kinerja.
Gambar 6.5 Diagram Alir Pengaturan Tim Proyek th
Sumber : PMBOK 5 edition
d.
Mengelola Tim Proyek Tahap pengelolaan tim proyek adalah proses memberikan umpan balik, memecahkan masalah, dan mengelola perubahan untuk mengoptimalkan kinerja proyek.
Gambar 6.6 Diagram Alir Mengelola Tim Proyek
Universitas Indonesia
th
Sumber : PMBOK 5 edition
93
93 7.2.2 Pihak-pihak dalam Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek apartemen Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz adalah a.
Owner /Pemilik Owner merupakan pemilik dari suatu proyek, yang dapat berupa individu,
ataupun instansi yang bersama-sama memiliki tujuan yang sama, dan dapat memberikan pekerjaannya pada pihak lain sesuai kontrak yang berlaku. Owner memiliki wewenang dalam mengatur suatu proyek konstruksi, karena sumber pendanaan dari suatu proyek berasal dari owner . Dalam suatu proyek konstruksi, owner memiliki peranan dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga proyek selesai. Keterlibatan owner dalam suatu proyek konstruksi sangat lah penting, agar proyek tersebut tetap terlaksana sesuai dengan keinginan. Namun, karena keterbatasan waktu, biasanya owner menunjuk suatu bagian bernama manajemen konstruksi sebagai kaki tangan owner , lebih lanjut mengenai manajemen konstruksi akan dibahas pada sub-bab selanjutnya. Pada saat memutuskan, bahwa owner menunjuk konsultan atau manajemen konstruksi sebagai wakilnya. Perlu diperhatikan beberapa hal, seperti koordinasi. Manajemen konstruksi dimaksudkan untuk mewakili owner dalam mengawasi berlangsungnya suatu proyek, namun hal ini berarti diperlukan adanya persamaan persepsi antara owner dengan manajemen konstruksi. Persamaan persepsi ini bisa diwujudkan, salah satunya dengan mengadakan rapat koordinasi antara manajemen konstruksi dengan pihak owner . Hal ini dapat memperkecil kesalahpahaman yang sangat mungkin terjadi. Hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan sebagai owner suatu proyek konstruksi adalah pemilihan kontraktor. Dalam memilih kontraktor mana yang akan diajak bekerja sama dalam membangun sebaiknya menyesuaikan kualitas dan grade kontraktor agar dapat mewujudkan bagunan yang memiliki kualitas yang semaksimal mungkin dengan harga yang minimal, dan waktu yang sesingkat mungkin. Berikut beberapa tugas dari seorang owner :
Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan proyek
Mengadakan kegiatan administrasi proyek
Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek Universitas Indonesia
94
94
Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas atau manajemen konstruksi (MK)
Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontaktor
Wewenang yang dimiliki owner :
Membuat surat Perintah Kerja (SPK)
Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan
Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi
Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan isi surat perjanjian Pemilik proyek pembangunan Bintaro Plaza Residence - Tower Altiz ini
adalah PT. Jaya Property.
Gambar 6.7 Logo PT. Jaya Property Sumber : Google.com
Dalam Proses Pembangunan Proyek ini, owner menunjuk Konsultan Desain (Arsitek), Struktur, Mechanical Electrical , Quantity Survey, dan Manajemen Konstruksi untuk membuatkan desain bangunan proyek ini. Selanjutnya, setelah penyusunan desain bangunan, owner mengadakan bidding dari proyek tersebut, sehingga terpilihlah kontraktor yang memenangkan tender tersebut. Hubungan lingkup owner dengan konsultan dan kontraktor yang dipilih dalam proyek ini berada pada tipe 1. Pada
tahapan
persiapan
perencanaan
proyek, owner lebih
banyak
berkonsultasi dengan konsultan. Hal ini dimaksudkan agar desain bangunan sesuai dengan selera owner . Selain pada tahapan perencanaan, hubungan owner dengan konsultan juga banyak terjadi pada tahapan bidding proyek. Owner , konsultan, dan manajemen konstruksi sama-sama memilah kontraktor mana yang mengajukan tender terbaik. Setelah masa tender, intensitas hubungan owner lebih dekat banyak kepada Manajemen Konstruksi (dalam proyek ini manajeman konstruksi yang Universitas Indonesia
95
95 dipilih adalah PT. Ciriajasa CM). Owner menunjuk PT. Ciriajasa CM sebagai manajemen konstruksi sebagai wakil dalam mengawasi keberlangsungan proyek konstruksi ini. Dalam masa berlangsungnya proyek ini, owner secara berkala datang ke lokasi proyek untuk melihat progres pembangunan dan juga memberikan masukan dan evaluasi kinerja di lapangan. Hasil evaluasi kerja dari owner ini kemudian akan diserahkan kepada pihak Manajemen Konstruksi (PT. Ciriajasa CM) dan kemudian akan ditindak lanjuti. Selain untuk melihat progres, owner juga akan membahas apabila ada perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dari segi design ataupun metode kerja. Selain itu juga setiap seminggu sekali diadakan rapat koordinasi eksternal antara owner , konsultan, manajemen kontruksi, dan kontraktor mengenai progres pembangunan.
Hal
ini
bertujuan
untuk
selalu
menjaga
koordinasi
dan
mengintegrasikan perencanaan dan pelaksanaan di lapangan. Rapat koordinasi juga dapat diadakan diluar jadwal rutin ini, apabila memang diperlukan.
b.
Konsultan Secara harfiah, konsultan merupakan seorang tenaga profesional yang
menyediakan jasa konsultasi (consultancy service) dalam bidang keahlian tertentu. Dalam proyek konstruksi, konsultan banyak mengambil bagian pada tahapan perencanaan. Konsultan dalam proyek konstruksi akan membuat desain awal, melakukan perhitungan awal mengenai desain proyek dimana akan menghasilkan gambar dan spesifikasi teknis sebagai output pekerjaannya. Gambar-gambar ini akan dijadikan acuan dasar bekerja para kontraktor dalam proses eksekusi proyek. Namun, kinerja konsultan ini tidak terbatas pada tahapan perencanaan saja. Konsultan juga bertugas mengawasi keberlangsungan proyek, juga sarana konsultasi owner dan kontraktor apabila terjadi permasalah di lapangan, yang memungkinkan terjadi suatu perubahan. Dalam pelaksanaan proyek, aktivitas di lapangan yang dilakukan oleh kontraktor harus juga melibatkan persetujuan konsultan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir perbedaan desain dengan pekerjaan di lapangan. Universitas Indonesia
96
96 Dalam proyek pembangunan Bintaro Plaza Residence - Tower Altiz ini, owner menunjuk beberapa konsultan untuk mendesain bangunan tersebut. Berikut list konsultan yang ditunjuk oleh owner .
Konsultan Perencanaan Arsitek
: PT. Arkonin
Konsultan Perencanaan Struktur
: PT. Gistama Inti Semesta
Konsultan Perencanaan MEP
: PT. Meltech Consultindo Nusa
Quantity Surveyor
: PT. Korra Antar Buana
Berikut uraian dari peranan masing-masing konsultan dalam proyek konstruksi ini. -
Konsultan Perencanaan Arsitek Konsultan perencana arsitek memiliki peranan sebagai perencana desain bangunan yang disesuaikan dengan selera owner dan juga mempertimbangkan budget. Perencanaan desain bangunan tersebut mencakup desain tampak bangunan, perspective view, tata letak dan dimensi ruangan, jumlah ruangan, fungsi ruangan, akses ruangan, aksesoris, fasilitas ruangan, dan rencana bahan dari interior maupun eksterior. Dalam proyek pembangunan Bintaro Plaza Residence - Tower Altiz ini, owner menunjuk PT.Arkonin sebagai konsultan perencana arsitek. Mengenai proses pengerjaannya desain bangunan dikerjakan oleh PT.Arkonin yang kemudian menjadi acuan perhitungan perencanaan struktur, dan ditenderkan. PT.Arkonin merupakan perusahaan konsultan arsitek yang didrikan pada tahun 1961 sebagai PT Pembangunan Jaya Jurusan Desain, PT Arkonin didirikan sebagai perusahaan konsultan teknik yang independen pada tahun 1975 dan sampai sekarang telah ribuan proyek yang diselesaikan sehingga PT.Arkonin telah menjadi salah satu perusahaan desain yang di hormati dan berpengaruh di Indonesia.
Gambar 6.8 Logo PT. Arkonin
Universitas Indonesia
Sumber : Google.com
97
97 -
Konsultan Perencana Struktur Konsultan
Perencana
struktur
memiliki
peranan
dalam
membuat
perhitungan dari desain bangunan yang outputnya berupa gambar. Hasil gambar struktur tersebut kemudian akan dijadikan dasar perhitungan BQ dalam menentukan anggaran yang ditenderkan kontraktor sekaligus dasar perhitungan dalam kelangsungan proyek yang dilaskanakan oleh kontraktor. Dalam proyek pembangunan Bintaro Plaza Residence - Tower Altiz ini, konsultan perencana struktur yang dipilih adalah PT.Gistama Inti Semesta. PT.Gistama Inti Semesta merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang perencanaan struktur khususnya bangunan bertingkat tinggi pemikul gaya gempa, yang beralamatkan di Jalan Puri Kencana Blok J1/3B, Jakarta Barat. Selain berperan dalam perencanaan perhitungan desain bangunan, konsultan perencana struktur ini bertugas memantau dan mengawasi pelaksanaan proyek. Apabila terjadi perubahan desain, maka konsultan perencana struktur juga bertugas untuk memberikan
peninjauan
lebih
lanjut
apakah
desain
tersebut
dapat
direalisasikan sesuai dengan kondisi lahan dan faktor lainnya. Selain itu, kosultan perencana struktur bertugas mengadakan update perhitungan apabila diperlukan.
-
Konsultan Perencana MEP Seperti tugas konsultan lainnya yang telah dijelaskan sebelumnya konsultan MEP juga betugas dimulai dari semenjak awal perencanaan dari desain proyek. Konsultan MEP yang ditunjuk adalah PT. Meltech Consultindo Nusa. PT. Meltech Consultindo Nusa berdiri sejak tahun 1992 dan telah berpengalaman dalam merancang mekanikal dan elektrikal berbagai bangunan seperti kantor, hotel, apartemen dan lain-lain. Konsultan perencana MEP memiliki peranan melakukan perhitungan mengenai mechanical , electrical , dan plumbing . Karena pada proyek pembangunan Bintaro Residence Tower- Altiz ini paket kontraktor yang hanya struktur, arsitektur dan plumbing , maka konsultan MEP ini memiliki peranan dalam mengawasi pelaksanaan proyek khususnya pada bagian Universitas Indonesia
98
98 mechanical dan electrical . Hal ini dikarenakan tenaga yang disediakan pihak kontraktor untuk bidang ME ini tidak terlalu banyak. Konsultan MEP pada proyek ini juga secara berkala mengikuti rapat koordinasi khusus bidang MEP yang diikuti oleh perwakilan dari engineering bagian MEP Wika Gedung sebagai kontraktor, Perwakilan MEP dari manajemen konstruksi, serta direct contractor bagian MEP sebagai pelaksana.
-
Konsultan Quantity Surveyor Seperti halnya tugas konsultan yang telah dijelaskan sebelumnya, konsultan QS juga bertugas membuat perencanaan dan sarana konsultasi baik untuk owner ataupun. Sebuah konsultan QS, bertugas untuk mrmbuat perencanaan mengenai perhitungan volume pekerjaan dari perencanaan yang telah dibuat oleh konsultan desain arsitek dan struktur. Hasil perhitungan volume ini selanjutnya akan terus dipantau seiring dengan volume pekerjaan yang dikerjakan di lapangan. Perubahan volume ini mungkin terjadi, apabila terjadi perubahan desain seiring perjalanan pelaksanaan proyek ataupun dikarenakan atas alasan pekerjaan tambah-kurang yang sangat mungkin terjadi pada pelaksanaan proyek. Oleh karena itu, hubungan koordinasi konsultan QS dan pihak kontraktor harus dijaga dengan baik untuk penyesuaian volume pekerjaan yang terjadi dan dibandingkan dengan perencanaan sebelumnya. Pada proyek pembangunan Bintaro Plaza Residence – Tower Altiz ini yang bertindak sebagai konsultan quantity surveyor ialah PT.Korra Antar Buana.
c.
Manajemen Konstruksi Seiring dengan berkembangnya zaman, kehidupan proyek yang lebih dinamis, dalam sebuah proyek konstruksi dibutuhkan adanya manajemen. Lingkup proyek pun membutuhkan banyak tenaga kerja dari spesialis multi disiplin. Hasil akhir dari proses evolusi ini terfragmentasi menjadi fungsi dan peran spesialis. Fungsi desain ini dibagi menjadi fungsi engineering (seperti arsitektur, struktur, mekanikal, elektrikal dll). Keterlibatan banyak pihak bidang spesialisasi ini menimbulkan hubungan yang kadang bertentangan Universitas Indonesia
99
99 antara kelompok 2 fungsi yang berbeda dan hal ini memepengaruhi pengendalian manajemen. Manajemen
konstruksi
merupakan
ilmu
yang
mempelajari
dan
mempraktekan aspek-aspek manajerial dan teknologi konstruksi. Manajeman konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasihat dan bantuan dalam sebuah proyek
pembangunan.
Kehadiran
Manajemen
Konstruksi
juga
dapat
membantu pihak owner dalam membantu manajerialisasi sebuah proyek konstruksi. Seperti yang kita ketahui, tidak semua owner benar-benar memahami organisasi dalam sebuah proyek konstruksi, sehingga adanya manajemen konstruksi ini bisa menjadi sarana owner dalam berkonsultasi dan penasihat, juga sekaligus sebagai pengagnti pengawas keberlangsungan proyek, karena adanya keterbatasan waktu, maupun pemahaman owner mengenai proyek konstruksi. Manajemen Konstruksi ini sangatlah berperan dari mulai awal proyek hingga akhir, seperti yang ditunjukan bagan berikut ini:
a. b. Gambar 6.9 Manajemen Konstruksi Sumber : Analisa Penulis
c.
Main Contractor Kontraktor utama adalah suatu instansi yang melaksanakan pembangunan proyek. Pemilik proyek berhak menentukan kontraktor utama melalui mekanisme tender atau penunjukkan langsung. Untuk Proyek Bintaro Plaza Residence Tower - Altiz, PT.WIKA Gedung ditunjuk langsung oleh PT.Jaya Property sebagai kontraktor utama.
Universitas Indonesia
100
100
d.
Sub-kontraktor Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Main Contractor (dalam proyek ini PT.WIKA Gedung) mengambil paket struktur, arsitek dan plumbing pada proyek ini. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, terdapat beberapa pekerjaan yang diserahkan kepada perusahaan lain yang memang memiliki keahlian di bidangya tersebut. Pembagian pekerjaan ini didasarkan pada efisiesi pekerjaan yang dapat menghemat waktu dan biaya. Perbedaan antara direct contractor dan sub-contractor tersebut terletak pada pemberi tugas dan garis koordinasinya. Apabila direct contractor ditunjuk langsung oleh owner , sehingga garis koordinasinya langsung pada manajemen konstruksi dan owner , maka karena sub-contractor ditunjuk (dipilih) oleh main contractor, maka garis koordinasi sub-contractor terletak dibawah main contractor .
7.2.3 Struktur Organisasi Kontraktor Utama
Gambar 6.10 Struktur Organisasi Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
101
101
Berikut ini adalah job description dari jabatan pada struktur organisasi diatas a. Project Manager b. Commercial Unit
Fungsi Quantity Surveying - Melaksanakan evaluasi, perhitungan ulang volume pekerjaan dan harga satuan perkerjaan. - Melaksanakan Value Engineering dalam upaya mendapat hasil lebih. - Memberikan/membuat data untuk proses perolehan dan negosiasi barang dan jasa (sub kontraktor dan pemasok) - Memeriksa dan mengevaluasi opname pekerjaan mandor maupun sub kontraktor. - Menyajikan
data-data
volume
pekerjaan
kebutuhan
material
dan
sebagainya secara lengkap dan sistimatis. - Menghitung dan memproses pekerjaan tambah dan kurang
Fungsi Cost Control - Menyusun rincian RABP lengkap dengan pola kode tahap dan kode sumber daya, pola pembelanjaan dan mengimplementasikan ke dalam Simpro Produksi. - Memproses penyusunan RKP dan membuat evaluasi biaya secara periodik, konsisten serta mencari peluang-peluang untuk mendapatkan efisiensi biaya pelaksanaan. - Melaksanakan perolehan sub kontraktor dan pemasok. - Melaksanakan monitoring biaya proyek dalam pelaksanaan (BPDP) dibandingkan dengan RABP per tahap pekerjaan dalam bentuk simpro Produksi. - Memberikan informasi terhadap penyimpangan biaya yang terjadi untuk segera diambil langkah-langkah/tindak lanjut. - Membuat dan memproses laporan produksi mingguan dan bulanan serta laporan proyek selesai. - Membantu proses pembuatan laporan kebutuhan dana. Universitas Indonesia
102
102
c. Engineering
Fungsi Engineering Proyek - Menyusun metode kerja pekerjaan Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing (MEP) atau Struktur dan Arsitektur (S/A). - Menyusun penanggulangan masalah teknis pelaksanaan pekerjaan MEP atau SA. - Menyusun dan mengendalikan jadwal pelaksanaan proyek terkait dengan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing atau Str. dan Arsitektur.
Fungsi Design Engineering / Architec - Membuat detail gambar yang diperlukan - Menyelenggarakan
arsip
teknis
pelaksanaan
meliputi
dokumen
pelaksanaan, perhitungan teknis. - Memproses persetujuan material dan alat yang terpasang di proyek yang sedang dikerjakan. - Menyelenggarakan desain gambar arsitek secara detail berikut teknis pelaksanaan dan arsip. - Memproses persetujuan desain gambar arsitek dan distribusi gambar untuk pelaksanaan.
Fungsi Schedule Engineer - Menyusun schedule intern Mekanikal Elektrikal dan Plumbing atau Struktur Arsitektur. - Memonitoring schedule terhadap pelaksanaan. - Revisi/penyesuaian schedule jika ada penyimpangan terhadap pelaksanaan.
Fungsi Surveyor - Membuat as-as dan panduan pengukuran di lapangan berdasarkan ukuranukuran, dimensi dan bentuk yang sesuai dengan gambar bestek maupun shop drawing . - Melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap as-as/panduan pengukuran yang ada.
Universitas Indonesia
103
103 - Melaksanakan
perawatan
dan
menjaga
keamanan
peralatan
yang
digunakan. - Melakukan deteksi terhadap penyimpangan pengukuran akibat kesalahan pekerjaan dilapangan sekaligus mengusulkan alternatif solusi penyelesaian ke seksi design dan planing. - Melakukan deteksi dan melaporkan ke design dan planing mengenai ketidak cocokan satu gambar dengan yang lain baik bentuk maupun dimensi.
d. Pelaksana
Fungsi Struktur Arsitektur (S/A) - Melaksanakan program kerja harian/mingguan termasuk alokasi sumber daya secara optimal sesuai dengan schedule yang ditetapkan oleh Pelaksana Utama S/A. - Membuat schedule kebutuhan sumber daya sesuai dengan kebutuhan standar analisa satuan pekerjaan yang berlaku. - Mengupayakan
terhindarnya
kerusakan
pada
pekerjaan
yang
telah
dilaksanakan baik yang menjadi tanggung jawabnya maupun yang menjadi tanggung jawab pelaksana lain. - Mengupayakan terhindarnya dari pekerjaan ulang pada setiap tahap pekerjaan. - Mengupayakan terjaganya kebersihan dan kerapian di proyek baik pekerjaan, penempatan
bahan
dan
sisa bahan-bahan
pada
tempat
semestinya. - Memberi pengarahan kepada sub kontraktor / mandor borong agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dapat bekerja sama dan menjaga kebersihan dalam tugas serta dapat menghasilkan mutu dan waktu sesuai dengan rencana. - Memberi umpan balik ke Seksi Engineering Proyek terhadap hambatanhambatan yang terjadi selama pelaksanaan proyek terhadap metode kerja yang ditetapkan dan melaporkan ke Pelaksana Utama. Universitas Indonesia
104
104
Fungsi Mekanikal Elektrikan & Plumbing (MEP) - Melaksanakan program kerja harian/mingguan termasuk alokasi sumber daya secara optimal sesuai dengan schedule yang ditetapkan oleh Pelaksana Utama Mekanikal Elektrikal & Plumbing (MEP). - Membuat schedule kebutuhan sumber daya sesuai dengan kebutuhan standar analisa satuan pekerjaan yang berlaku. - Mengupayakan terhindarnya kerusakan pada pekerjaan yang telah dilaksanakan baik yang menjadi tanggung jawabnya maupun yang menjadi tanggung jawab pelaksana lain. - Mengupayakan terhindarnya dari pekerjaan ulang pada setiap tahap pekerjaan. - Mengupayakan terjaganya kebersihan dan kerapian di proyek baik pekerjaan, penempatan
bahan
dan
sisa bahan-bahan
pada
tempat
semestinya. - Memberi pengarahan kepada sub kontraktor/mandor borong agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dapat bekerja sama dan menjaga kebersihan dalam tugas serta dapat menghasilkan mutu dan waktu sesuai dengan rencana. - Memberi umpan balik ke Seksi Enginering Proyek terhadap hambatanhambatan yang terjadi selama pelaksanaan proyek terhadap metode kerja yang ditetapkan dan melaporkan ke Pelaksana Utama MEP.
e. Keuangan dan Administrasi
Fungsi Keuangan - Membuat Bukti Penerimaan Kas/Bank, Bukti Pengeluaran/Bank - Menyelenggarakan catatan kas dan bank pada setiap transaksi yang terjadi secara rapi, tertib dan taat asas - Memproses cek dan giro untuk pembayaran kepada yang berhak - Menerima dan memeriksa kelengkapan tagihan dari Sub Kontraktor / Mandor / Suppiler
Universitas Indonesia
105
105 - Membayar tagihan-tagihan apabila bukti-bukti telah lengkap dan disetujui Kepala Seksi Keuangan dan Administrasi dan disahkan oleh Manajer Proyek - Menyimpan uang tunai secara aman - Mengeluarkan kas kecil sesuai dengan transaksi dan taat asas - Membuat laporan perpajakan
Fungsi Akuntansi - Menginput Bukti Kas/Bank kedalam laporan SIMPRO dan Memorial - Membuat laporan/ “ Print Out “ SIMPRO khususnya fungsi Akuntansi Membuat memorial-memorial : - Penerbitan utang/piutang - Biaya akan dibayar - Pemakaian material - Produksi Penjualan - Uang muka kepada Sub Kontraktor - Beban tarif kendaraan/peralatan - PPN/PPh yang terkait langsung dengan perkiraan-perkiraan yang
terjadi di proyek
Fungsi Personalia dan Umum - Membuat Kontrak Kerja Tenaga Proyek dan Surat Tugas Penempatan - Menyelenggarakan pembayaran gaji dan emulemen lainnya - Menyelenggarakan pengarsipan dokumen-dokumen kepersonaliaan proyek - Menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan yang tertib dan rapi - Menyelenggarakan kegiatan kerumah tanggan yang baik dan rapi - Melaksanakan pembinaan hubungan dengan pihak ekstern terkait
Universitas Indonesia
106
106 f.
Q-HSE
Fungsi Quality Control - Menjamin kualitas sistem kerja proyek - Menerapkan sistem manajemen mutu dalam unit kerja - Memastikan tercapainya standarisasi pekerjaan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien - Menetapkan kebijakan, sistem, prosedur, dan metode untuk menjamin kualitas kerja
Fungsi K3L - Mengendalikan keamanan kerja, kesehatan pekerja, dan lingkungan kerja - Merencanakan dan menerapkan kebijakan K3L di awal proyek - Melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terlibat dalam proyek - Melaporkan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan K3L yang ada didalam proyek dan membuat laporan secara berkala - Menyelenggarakan pelatihan K3L untuk setiap pihak yang terlibat sesuai dengan kapasitas dan kepentingannya - Mengkoordinir setiap bentuk penanganan kecelakaan kerja yang terjadi selama kegiatan proyek berlangsung
7.3 Manajemen Waktu
7.3.1 Uraian Umum Dalam sebuah proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu sasaran utama. Keterlambatan dari proyek konstruksi dapat mengakibatkan berbagai hal yang merugikan. Ooleh karena itu manajemen waktu proyek menjadi hal yang sangat penting diperhatikan. Manajemen Waktu Proyek merupakan proses yang dibutuhkan untuk mengatur penyelesaian proyek terkait waktu pekerjaan. Dalam manajemen waktu, diatur waktu dan jadwal setiap pekerjaan dan hubungan antar pekerjaan sehingga menjadi suatu kesatuan kegiatan yang saling terkait.
Universitas Indonesia
107
107 Terdapat beberapa proses dalam manajemen waktu yang semuanya saling terkait dengan Knowledge Area lainnya. Manajemen waktu proyek dan semua alat yang terkait didokumentasikan pada Manajemen Rencana Waktu. Manajemen Rencana adalah salah satu aspek dari Project Management Plan. Proses manajemen waktu terdiri dari beberapa tahapan antara lain: a.
Merencanakan Manajemen Jadwal Pada proses ini merupakan proses menetapkan kebijakan, prosedur dan dokumentasi untuk perencanaan, pengembangan, pengaturan, ekseskusi dan kontrol terhadap jadwal proyek. Pada proses ini akan dihasilkan petunjuk dan arahan bagaimana jadwal proyek akan diatur dalam proyek. Rencana Manajemen Jadwal mendefinisikan bagaimana kemungkinan jadwal akan dilaporkan dan dinilai. Manajemen Jadwal juga dapat diperbaharui sesuai dengan perubahan yang terjadi ketika proyek berlangsung.
Gambar 6.11 Diagram Alir Merencanakan Manajemen Jadwal th
Sumber : PMBOK 5 edition
b.
Mendefinisikan Aktivitas Mendefinisikan
Aktivitas
adalah
proses
untuk
identifikasi
dan
dokumentasikan tindakan spesifik yang akan dilakukan untuk project deliverables. Proses akan mengelaborasi work package menjadi aktivitas yang menjadi dasar untuk estimasi, penjadwalan, pengawasan dan kontrol pada proyek. Dalam pembuatan Work Breakdown Structure (WBS) akan mengidentifikasi deliverables terendah yang ada pd WBS sehingga paket pekerjaan dapat dijabarkan menjadi komponen yang lebih kecil atau disebut juga sebagai aktivitas.
Universitas Indonesia
108
108
Gambar 6.12 Diagram Alir Proses Mendefinisikan Aktivitas Sumber : PMBOK 5th edition
c.
Keterkaitan Antar Aktivitas Keterkaitan Antar Aktivitas atau sekuensi aktivitas adalah proses identifikasi dan dokumentasi hubungan antara setiap aktivitas yang ada di dalam proyek. Kunci dari proses ini adalah mendefinisikan keterkaitan logis dari setiap pekerjaan untuk mendapatkan efisiensi terbaik saat menjalankan proyek. Aktivitas dan waktunya penting untuk saling terkait minimal dengan satu pekerjaan sebelumnya dan ini merupakan sistem finish-to-start atau start-to start adapun pekerjaan yang menyusul dimana menggunakan sistem finishto-start atau finish-to-finish.
Gambar 6.13 Diagram Alir Keterkaitan Antar Aktivitas th
Sumber : PMBOK 5 edition
d.
Estimasi Sumber Daya Aktivitas Proses ini adalah proses untuk mengestimasi tipe dan kuantitas dari material, sumber daya manusia, peralatan, persediaan yang diperlukan untuk aktivitas yang akan dijalankan selama proyek. Inti dari proses ini ialah dilakukannya Universitas Indonesia
109
109 identifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas sehingga estimasi durasi dan biaya dapat lebih akurat.
Gambar 6.14 Diagram Alir Estimasi Sumber Daya Aktivitas Sumber : PMBOK 5th edition
e.
Estimasi Durasi Aktivitas Estimasi Durasi Aktivitas adalah proses mengestimasi jumlah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah aktivitas dengan perkiraan sumber daya. Proses ini akan menghasilkan jumlah waktu setiap aktivitas untuk selesai. Setelah didapatkan waktu dari setiap aktivitas maka akan digunakan untuk develop schedule process. Estimasi Durasi aktifitas dapat dilakukan dengan menggunakan informasi dari lingkup kerja, tipe sumber daya yang dibutuhkan, jumlah estimasi sumber daya dan jadwal sumber daya. Input untuk estimasi durasi aktivitas ini didapatkan dari orang atau grup yang ahli atau familiar dengan kondisi spesifik pekerjaan tersebut.
Universitas Indonesia
110
110
Gambar 6.15 Diagram Alir Proses Estimasi Durasi Aktivitas Sumber : PMBOK 5th edition
f.
Mengembangkan Jadwal Mengembangkan jadwal adalah proses dari menganalisa keterkaitan, durasi, kebutuhan sumber daya dan hambatan jadwal untuk menciptakan model jadwal proyek. Inti dari proses ini adalah dengan memasukan jadwal aktivitas, durasi, ketersediaan sumber daya dan hubungannya dalam merancang jadwal, akan menghasilkan model penjadwalan dengan tanggal terencana untuk menyelesaikan aktivitas proyek. Mengembangkan jadwal yang dapat diterima seringkali menjadi proses yang berulang. Model jadwal digunakan untuk menentukan rencana awal dan akhir dari aktivitas proyek dan tanggal penting aktivitas berdasar akurasi masukan yang didapat. Dalam pengembangan jadwal perlu dilakukan beberapa kali peninjauan ulang dan revisi dari estimasi durasi dan sumber daya untuk menciptakan jadwal proyek sehingga dapat tercipta jadwal yang disetujui yang dapat menjadi panduan dalam melaksanakan proyek dan mengecek perkembangan proyek.
Universitas Indonesia
111
111
Gambar 6.16 Diagram Alir Pengembangan Jadwal th
Sumber : PMBOK 5 edition
g.
Kontrol Jadwal Kontrol Jadwal adalah proses dari mengawasi status aktivitas proyek terhadap perkembangan proyek dan mengatur perubahan yang terjadi terhadap jadwal untuk mencapai rencana yang telah ditetapkan. Inti dari proses ini adalah menghasilkan penyimpangan yang terjadi dan mengambil langkah korektif dan pencegahan untuk meminimalisir risiko. Dalam kontrol jadwal, akan terkait dengan hal sebagai berikut: - Menentukan status terkini dari jadwal proyek - Mempengaruhi faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal - Menentukan apakah jadwal proyek telah berubah - Mengatur perubahan yang terjadi
Universitas Indonesia
112
112
Gambar 6.17 Diagram Alir Kontrol Jadwal th
Sumber : PMBOK 5 edition
7.3.2 Manajemen Waktu Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz Pada proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz ini telah dibuat master schedule untuk mengontrol progres dari proyek ini.
Gambar 6.18 Master Schedule Utama Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
113
113 Untuk master schedule pada proyek ini terdapat dua jenis dimana yang pertama ialah master schedule yang dibuat oleh bidang engineering dimana ini disesuaikan dengan estimasi yang dibuat pada saat tender dan master schedule yang dibuat oleh bidang pelaksana dimana telah dibuat lebih cepat untuk memotivasi tim agar dapat menyelesaikan proyek sebelum waktu yang disepakati demi mendapatkan keuntungan.
Gambar 6.19 Master Schedule Bidang Pelaksana Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
114
114
Gambar 6.20 Schedule Alat Kerja Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Seperti yang kita ketahui bahwa master schedule itu dapat dibuat setalah adanya schedule sumber daya seperti yang ada pada gambar diatas. Pada Proyek ini juga terdapat pengembangan jadwal sehingga dilakukannya revisi terhadap S curve yang telah dibuat sehingga menghasilkan gap seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 6.21 Gap Pada S Curve Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
115
115 7.4 Manajemen Biaya
7.4.1 Uraian Umum Pada Project Cost Management terdapat beberapa proses yang harus dilakukan
yaitu
perencanaan,
estimasi,
pembuatan
anggaran,
pendanaan,
pengaturan dan kontrol sehingga proyek bisa diselesaikan dengan anggaran yang telah disepakati di kontrak. Seluruh proses diatas berinteraksi satu dengan lainnya dan juga terhadap area pengetahuan lainnya. Tahapan awal merupakan tahapan yang akan lebih besar mempengaruhi biaya. Dalam Project Cost Management harus dipertimbangkan persyaratan dari stakeholder dalam mengatur biaya, karena setiap stakeholder mempunyai cara sendiri untuk mengukur biaya dari proyek. Selain itu, perlu diperhatikan sumber dana untuk menyelesaikan proyek. Pertimbangan lain seperti keputusan yang berdampak terhadap biaya penggunaan, pemeliharaan dan biaya bantuan lain perlu juga dianalisis. Proses diatas diperlukan untuk memastikan proyek diselesaikan dalam anggaran yang telah disetujui.
Gambar 6.22 Proses Manajemen Biaya Proyek th
Sumber : PMBOK 5 edition
Universitas Indonesia
116
116 a. Perencanaan Manajemen Biaya Perencanaan
Manajemen
Biaya
merupakan
proses
yang
membuat
kebijakan, prosedur dan dokumentasi untuk perencanaan, pengaturan, pengeluaran dan pengawasan biaya proyek. Inti dari proses ini adalah menghasilkan panduan dan arahan bagaimana biaya proyek akan diatur.
Gambar 6.23 Diagram Alir Perencanaan Manajemen Biaya Sumber : PMBOK 5th edition
b. Estimasi Biaya Estimasi biaya merupakan kegiatan pengembangan suatu pengembangan perkiraan Biaya dari sumber daya yang diperlukan dalam menyelesaikan setiap jadwal kegiatan Didalam memperkirakan biaya, seorang estimator mempertimbangkan penyebab variasi dari estimasi biaya-biaya termasuk risiko-risiko. Pada proyek Bintaro Plaza Residence – Residence – Tower Tower Altiz ini, pihak yang terlibat dalam proses cost estimating ialah pihak owner (PT. Jaya Property) dan pihak manajemen konstruksi (PT. Ciriajasa CM). Berikut input, tools dan output pada estimasi biaya:
Gambar 6.24 Diagram Alir Proses Estimasi Biaya th
Sumber : PMBOK 5 edition
Universitas Indonesia
117
117 Pada Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz ini estimasi dilakukan oleh bidang komersial dimana akhirnya menghasilkan sebuah matriks estimasi biaya, berikut contoh matriks yang dihasilkan:
Gambar 6.25 Matriks Estimasi Biaya Sumber : Dokumen WIKA Gedung
c. Menentukan Anggaran Menentukan Anggaran Budgeting merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan biaya-biaya yang diperkirakan pada jadwal kegiatan individu atau paket-paket pekerjaan untuk menetapkan suatu acuan total biaya untuk mengukur kinerja proyek. Dalam pernyataan lingkup proyek sebenarnya juga telah mengandung unsur anggaran, jadwal, serta perkiraan biaya per paket pekerjaan yang belum berupa detail anggaran dan otoritas pekerjaan. Sama halnya dengan cost estimating, pihak yang terlubat pada cost budgeting terdiri dari pihak owner , yaitu PT.Jaya Property selaku penyandang dana untuk proyek pembangunan ini, serta pihak manajemen konstruksi, yaitu PT.Ciriajasa CM.
Universitas Indonesia
118
118
Gambar 6.26 Diagram Alir Proses Menentukan Anggaran th
Sumber : PMBOK 5 edition
Pada bagian output cost budgeting , adalah satunya adalah cost baseline. Cost base line merupakan komponen dari project management plan yang dijadikan acuan anggaran yang digunakan sebagai dasar pengukuran, monitorm dan kontrol seluruh kinerja biaya proyek. Pada proyek Bintaro Plaza Residence Tower - Altiz ini, perencanaanya disajikan dalam bentuk kurva-S. Dimana, kurva-S baseline akan dibandingkan dengan kurva- S yang sebenarnya. Pada pembangunan Proyek Bintaro Plaza Residence Tower - Altiz ini terdapat beberapa perbedaan pada kurva-S, dimana pada awal proyek kurva-S progress berada pada bagian kanan kurva-S baseline, yang berarti budget yang dikeluarkan masih sesuai rencana. Sementara, pada pertengahan proyek kurva-S progress berada pada bagian kiri kurva-S baseline yang berarti budget yang dikeluarkan lebih kecil dari budget yang telah ditetapkan sebelumnya dikarenakan adanya percepatan pekerjaan.
Universitas Indonesia
119
119
Gambar 6.27 Kurva S proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz Sumber : Dokumen WIKA Gedung
d. Kontrol Biaya Cost control atau pengendalian biaya dilakukan selama proses monitoring, yaitu dari awal hingga berakhirnya masa konstruksi. Dari pihak kontraktor sendiri, terdapat bagian yang memang menangani mengenai pengendalian biaya tersebut yaitu bagian cost control , yang mana pada struktur organisasi proyek Bintaro Plaza Residence Tower - Altiz ini, bagian tersebut dibawahi oleh bidang comercial. Adapun kaitan yang dilakukan yang dilakukan pada pengendalian biaya terdiri dari: a. Mempengaruhi adanya perubahan acuan biaya, untuk memastikan bahwa perubahan bisa disetujui.
Universitas Indonesia
120
120 b. Menentukan bahwa perubahan acuan biaya telah terjadi dan mengelola perubahan yang nyata ketika perubahan terjadi. c. Meyakinkan bahwa cost overrun tidak melebihi pembiayaan yang diberi hak pada waktu tertentu dan di dalam total proyek. d. Monitoring kinerja biaya untuk mendeteksi dan memahami perbedaan (cost variance)dari cost baseline. e. Perekaman semua perubahan yang sesuai secara teliti terhadap cost baseline. f. Pencegahan kesalahan, tidak sesuai, atau perubahan yang tidak disetujui dari maksud laporan biaya atau pemakaian sumber daya. g. Memberi tahu kepada stakeholders dari perubahan yang disetujui. h. Melakukan untuk membawa terjadinya cost overrun dalam batas yang bisa diterima.
Gambar 6.28 Diagram Alir Proses Kontrol Biaya th
Sumber : PMBOK 5 edition
7.5 Manajemen Pengadaan
7.5.1 Uraian Umum Proyek konstruksi, material dan peralatan merupakan tools utama dalam menjalankan konstruksi. Sebelum lebih lanjut membahas menganai manajemen pengadaan material dan peralatan, terlebih dahulu kita definisikan makna dari material dan peralatan itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, material merupakan bahan yang akan dipakai untuk membuat barang lain; bahan mentah untuk bangunan. Sementara peralatan (alat) merupakan benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Sebagian besar aktivitas pada proyek konstruksi tersebut melibatkan peranan material dan peralatan.
Universitas Indonesia
121
121 Material sendiri merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan biaya dari proyek, karena lebih separuh dari biaya proyek bersumber dari material. Untuk menjalankan proyek konstruksi yang efisien secara waktu, biaya, dan mutu diperlukanlah sebuah manajemen yang mengatur pengadaan material dan peralatan tersebut. Manajemen Pengadaan Proyek mencakup proses-proses yang diperlukan untuk membeli atau memperoleh produk, jasa, atau hasil yang dibutuhkan dari luar tim proyek. Pihak-pihak yang terlibat dapat berupa pembeli atau penjual dari produk, jasa, atau hasil dari sebuah proyek. Manajemen Pengadaan Proyek meliputi manajemen kontrak dan perubahan proses kontrol yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengelola kontrak atau pesanan pembelian yang dikeluarkan oleh anggota tim proyek yang berwenang. Manajemen Pengadaan Proyek juga mencakup pengawasan terhadap kontrak yang dikeluarkan oleh organisasi luar (pembeli) yang memperoleh prermintaan dari organisasi melakukan (penjual), dan administrasi kewajiban kontrak ditempatkan pada tim proyek dalam kontrak. Manajemen pengadaan terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut: a.
Manajemen Rencana Pengadaan Manajemen rencana pengadaan merupakan proses penetapan keputusan
pengadaan dalam proyek, menjelaskan pendekatan dan mengidentifikasi suplier yang potensial. Kunci keberhasilan dari proses ini adalah dapat menentukan apa yang dapat diperoleh dari dukungan luar, bagaimana memperolehnya, berapa banyak yang diperlukan dan kapan diperolehn ya. Manajemen rencana pengadaan mengidetifikasi kebutuhan proyek yang dapat dipenuhi dengan memperoleh produk atau jasa dari luar organisasi proyek, dengan kebutuhan proyek yang dapat dipenuhi oleh tim proyek. Saat proyek membutuhkan sebuah produk atau jasa dari organisasi diluar tim proyek, proses manajemen rencana pengadaaan sampai penutupan pengadaan dilakukan untuk setiap hal yang diperoleh. Proses manajemen rencana pengadaan berisikan evaluasi penjual yang potensial, terutama jika pembeli menginginkan pengelolaan terhadap keputusan yang akan diambil. Proses manajemen rencana pengadaan juga berisikan evaluasi Universitas Indonesia
122
122 terhadap risiko yang berhubungan dengan analisa make-or-buy. Manajemen rencana pengadaan juga berisi tinjauan ulang mengenai jenis kontrak yang direncanakan untuk menghindari atau memitigasi risiko. Berikut adalah diagram proses dari manajemen rencana pengadaan.
Gambar 6.29 Diagram Alir Proses Manajemen Rencana Pengadaan Sumber : PMBOK 5th edition
b.
Pelaksanaan Pengadaan Pelaksanaan pengadaan merupakan proses memperoleh respon penjual,
memilih penjual dan melakukan kontrak. Kunci keberhasilan dari proses ini adalah terjalinnya kesesuaian ekspektasi antara stakeholder internal dan eksternal melalui sebuah kesepakatan. Selama proses pelaksanaan pengadaan, tim proyek akan memperoleh proposal dan menentukan kriteria pemilihan untuk memilih satu atau lebih penjual yang sesuai untuk melakukan pekerjaan. Daftar penjual yang sesuai dapat dikembangkan berdasarkan proposal. Evaluasi yang lebih mendalam dapat dilakukan berdasarkan dokumen kebutuhan yang lebih spesifik yang diminta kepada penjual yang telah dipilih.
Universitas Indonesia
123
123 Berikut merupakan diagram proses dari pelaksanaan pengadaan:
Gambar 6.30 Diagram Alir Pelaksanaan Pengadaan th
Sumber : PMBOK 5 edition
c.
Pengendalian Pengadaan Pengendalian pengadan adalah proses mengatur hubungan pengadaan,
mengawasi kinerja kontrak dan membuat perubahan dan koreksi terhadap kontrak sesuai keperluan. Kunci keberhasilan dari proses ini adalah memastikan kinerja antara penjual dan pembeli memenuhi kebutuhan pengadaan berdasar kesepakatan yang telah dibuat. Antara pembeli dan pemjual akan mengatur kontrak pengadaan untuk tuuan tertentu. Masing-masing pihak memerlukan memastikan kepusan kontrak dan hak mereka dilindungi. Pada sebuah proyek besar dengan banyak penyetok, aspek kunci dari pendaftaran kontrak adalah mengatur peranan antara berbagai penyetok. Pengendalian pengadaan terdiri atas aplikasi dari proses manajemen yang sesuai dengan hubungan kontrak dan integrasi hasil dari proses ini kepada seluruh manajemen di sebuah proyek. Integrasi ini sering terjadi pada berbagai tingkatan saat terdapat banyak penjual dan banyak produk atau jasa yang terlibat. Proses manajemen proyek yang diterapkan terdiri atas:
Mengarahkan dan mengatur pekerjaan proyek (untuk mengesahkan pekerjaan penjual pada waktu yang tepat).
Pengendalian kualitas (untuk memastikan kecukupan produk penjual).
Pelaksaaan
pengendalian
perubahan
terintegrasi
(untuk
memastikan
perubahan yang dilakukan telah disetujui dan telah diketahui oleh setiap orang yang berhubungan denga perubahan tersebut). Universitas Indonesia
124
124
Pengendalian risiko (untuk memastikan risiko telah dimitigasi).
Berikut merupakan diagram proses dari pengendalian pengadaan:
Gambar 6.31 Diagram Alir Proses Pengendalian Pengadaan Sumber : PMBOK 5th edition
7.5.2 Manajemen Pengadaan Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz Pada setiap proyek yeng berjalan tentunya memiliki manajemen pengadaan yang berlaku pada proyek tersebut. Pada setiap proyek yeng berjalan tentunya memiliki manajemen pengadaan yang berlaku pada proyek tersebut, begitu pula dengan proyek Bintaro Plaza Residence – Tower Altiz. Berikut adalah tahapan pengadaan dan pengaturan material pokok di proyek Bintaro Plaza Residence – Tower Altiz
Kontraktor utama menghitung dan menentukan jumlah material yang dibutuhkan.
Kontraktor utama melaporkan ke pusat sehingga pusat dapat melakukan Delivery Order .
Pusat melakukan pemesanan sesuai perjanjian kontrak dengan penyedia material.
Penyedia jasa mendapatkan Surat Jalan dari pusat.
Suplier mengirim barang, kontraktor menerima surat dari kantor pusat (invoice)
Kantor pusat melakukan pembayaran sesuai perjanjian kontrak dengan penyedia material.
Setelah
pemesanan
dilakukan,
kontraktor
utama
adalah
pihak
yang
menghubungi penyedia material.
Universitas Indonesia
125
125
Penyedia material mengirim material ke proyek dan mendapatkan bukti penerimaan barang dari kontraktor utama.
Material sudah harus tersedia minimal 1 minggu sebelum material tersebut digunakan. Pendatangan material memiliki jadwal untuk dipenuhi namun semuanya disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kondisi gudang.
7.6 Manajemen Mutu dan Pengawasan
7.6.1 Uraian Umum Manajemen mutu merupakan suatu proses mengatur serta menentukan kualitas, objek, dan tanggung jawab tim proyek untuk mencapai spesifikasi proyek yang diinginkan. Berikut adalah beberapa tahap manajemen mutu. a. Merencanakan Kualitas Merencanakan kualitas adalah tahapan awal dalam manajemen mutu. Pada tahap ini terdapat proses identifikasi persyaratan kualitas dan dokumentasi cara bagaimana proyek dapat memenuhi kualitas tersebut.
Gambar 6.32 Diagram Alir Merencanakan Kualitas th
Sumber : PMBOK 5 edition
b. Melaksanakan Jaminan Kualitas Untuk meyakinkan pihak owner dan mendapatkan standar kontrol dilapangan maka diperlukan audit persyaratan dalam tahap melaksanakan jaminan kualitas.
Universitas Indonesia
126
126
Gambar 6.33 Diagram Alir Melaksanakan Jaminan Kualitas th
Sumber : PMBOK 5 edition
c. Melaksanakan Kontrol Kualitas Untuk tahapan akhir maka diharuskan melakukan kontrol kualitas dengan baik agar mendapatkan rekomendasi perubahan yang diperlukan.
Gambar 6.34 Diagram Alir Kontrol Kualitas th
Sumber : PMBOK 5 edition
7.6.2 Manajemen Mutu dan Pengawasan Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz Berikut standar spesifikasi yang digunakan dalam pembangunan Proyek Bintaro Plaza Residence Tower – Altiz. a. Standar Pekerjaan Cetakan dan Perancah
SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
SII Standard Industri Indonesia
Universitas Indonesia
127
127
ACI-117 Specification for Tolerances for Concrete Construction and Materials
ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
ACI-347 Guide to Formwork for Concrete
b. Standar Pekerjaan Beton Bertulang
SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
ACI - 304 ACI 304.1R, Guide for the Use of Preplaced Aggregate Concrete for Structural and Mass Concrete Applications
ACI 304.2R, Placing Concrete by Pumping Methods
ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete
ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete and Commentary
ACI - 301 Specification for Structural Concrete
ACI - 212 ACI 212.3R , Chemical Admixtures for Concrete
ACI 212.4R, Guide for the Use of High-Range Water-Reducing Admixtures (Superplasticizer) in Concrete
ASTM - C143 Standard Test Method for Slump of Hydraulic Cement Concrete
ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method
ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
ASTM - C172 Standard Practice for Sampling Freshly Mixed Concrete
ASTM - C31 Standard Practice for Making and Curing Concrete Test Specimens in the Field Universitas Indonesia
128
128
ASTM - C42 Standard Test Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
SII Standard Industri Indonesia
ACI - 315 Details and Detailing of Concrete Reinforcement
ASTM - A185 Standard Specification for Steel Welded Wire Fabric, for Concrete
Reinforcement. ASTM – A615 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for Concrete Reinforcement
c. Bentuk-bentuk Quality Assurance pada Proyek Bintaro Plaza Tower – Altiz
Gambar 6.35 Sertifikat SICS Sumber : Dokumen WIKA Gedung
\
Universitas Indonesia
129
129
Gambar 6.36 Sertifikat Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sumber : Dokumen WIKA Gedung
d. Adapun contoh Quality Control yang dilakukan PT. Wika Gedung pada proyek ini, salah satunya :
Gambar 6.37 Formulir Persetujuan Material Formulir Persetujuan Material Universitas Indonesia
Sumber : Dokumen WIKA Gedung
130
130 BAB 8 7)
K3L PROYEK
8.1 Tujuan dan Sistem K3
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah salah satu upaya untuk menjaga dan memenuhi hak asasi manusia yaitu sehat dan selamat. Dalam rangka menjaga HAM dari setiap orang yang ada di lingkungan proyek maka diperlukan aspek hukum untuk menjaga mereka agar terbebas dari kecelakaan. Aspek hukum dalam bentuk K3L tersebut melindungi pekerja di tempat kerja dari resiko yang berdampak buruk terhadap kesehatan kerja dan mencegah munculnya penyakit penyakit yang bersumber dari lingkungan kerja. K3 juga merupakan upaya untuk menciptakan kesesuaian antara pekerja, pekerjaan, dan lingkungan kerja. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tujuan atau sasaran dari K3L di proyek pembangunan Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz ini adalah :
Tujuan Umum Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, serta kondisi dan lingkungan kerja.
Tujuan Khusus 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan sakit akibat kerja. 2. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kerusakan, kebakaran, peledakan dan lainnya. 3. Melindungi investasi yang ada. 4. Membuat tempat kerja yang sehat. 5. Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena menurunnya biaya kompensasi akibat kecelakaan atau sakit akibat kerja. Untuk mencapai tujuan dari sistem K3L proyek konstruksi, PT Wijaya Karya
Bangunan Gedung menggunakan standar sistem manajemen kualitas internasional yang disebut dengan OHSAS 18001-2007. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung menunjukkan komitmen keselamatan kerja sesuai dengan kebijakan perusahaan. Universitas Indonesia
131
131 OHSAS 18001-2007 adalah standar internasional untuk sistem menagemen keselamatan. Sistem ini menjadi benchmark dalam kontrol keselamatan dalam konstruksi. Spesifikasi teknik proyek adalah dokumen yang menjadi standar keselamatan dari proyek konstruksi yang harus dilakukan oleh kontraktor yang dibutuhkan oleh pemilik proyek. Target keselamatan dari PT.Wijaya Karya Bangunan Gedung adalah standar keselamatan konstruksi yang ditetapkan oleh PT.Wijaya Karya Bangunan
Gedung
dengan
tujuan
untuk
standarisasi
keselamatan
dan
meningkatkan kondisi keselamatan dan menyeragamkan benchmark keselamatan yang diinginkan.
Gambar 7.1 Sertifikasi OHSAS 18001-2007 Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
132
132
Gambar 7.2 Sertifikasi ISO 14001-2004 Sumber : Dokumen WIKA Gedung
PT.Jaya Real Property, Tbk sebagai pemberi tugas juga mensyaratkan pelaksanaan K3L secara baik dan benar kepada PT.Wijaya Karya Bangunan Gedung. Proyek pembangunan Bintaro Plaza Residences-Tower Altiz memiliki potensi resiko untuk terjadinya kecelakaan sangat besar (Gedung dengan ketinggian lebih dari 20 lantai) sehingga ditargetkan untuk tidak terjadi kecelakaan fatal ( Zero Fatality Accident ). Dalam pelaksanaan program K3, proyek Bintaro Plaza Residences-Tower Altiz mengacu pada prosedur pelaksanaan K3L dan juga peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi Lingkungan menggambarkan kondisi sekitar proyek tersebut berjalan. Adapun kondisi lingkungan sekitar adalah sebagai berikut :
Lingkungan Fisik
Universitas Indonesia
133
133 1. Sumber air adalah air tanah yang diambil lewat sumur sementara dengan kedalaman 27 meter. 2. Disediakan suplai air bersih untuk kegiatan di lapangan. 3. Di sediakan barak pekerja di dalam lingkungan proyek yaitu dibelakang proyek dan sebagian digunakan lantai 2 bangunan apartemen.
Gambar 7.3 Barak Pekerja Sumber : Dokumentasi Penulis
4. Di sediakan tim kebersihan dan washing bay yang dibantu oleh security untuk menjaga kebersihan dan kerapihan setiap kendaraan keluar dari area kerja dan proyek.
Lalu Lintas Jalan masuk proyek adalah Jalan Bintaro Utama Sektor 3A yang memiliki 2 pintu akses keluar - masuk proyek.
Gambar 7.4 Akses Pintu Depan Proyek Sumber : Dokumentasi Penulis
Universitas Indonesia
134
134
Sarana Kebersihan dan MCK Disediakan sarana MCK di dalam dan di luar lingkungan proyek yang di sesuaikan dengan jumlah kebutuhan pekerja dan staff.
Gambar 7.5 Toilet Pegawai Proyek Sumber : Dokumentasi Penulis
Tempat Ibadah Terdapat mushala yang nyaman serta tempat wudhu yang bersih untuk kegiatan beribadah seluruh pegawai proyek.
Gambar 7.6 Mushala dan Tempat Wudhu Sumber : Dokumentasi Penulis
8.3 Struktur Organisasi
Pelaksanaan SM-K3 berdasarkan OHSAS 18001-2007 salah satunya dilakukan dengan cara menyusun perencanan pelaksanaan K3 (Safety Plan) pada masa persiapan proyek, untuk dijadikan sebagai panduan oleh tim proyek dalam menjalani proyek tersebut. Proyek juga harus membuat rencana tanggap darurat dalam menghadapi kondisi yang harus segera ditangani dan rencana tersebut dapat Universitas Indonesia
135
135 dilakukan dalam waktu singkat sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih parah.
Gambar 7.7 Struktur Organisasi Tanggap Darurat Sumber : Dokumen WIKA Gedung
8.4 Implementasi K3L di Proyek
Rambu-rambu Pemasangan rambu dalam proyek yang berisikan pesan berupa larangan, perhatian, ataupun anjuran yang bertujuan untuk menertibkan setiap orang yang berada di dalam areal proyek, baik itu pekerja ataupun tamu yang datang agar tertib dalam K3L.
Gambar 7.8 Pemasangan Rambu-Rambu di Proyek Sumber : Dokumentasi Penulis
Universitas Indonesia
136
136
Spanduk Pemasangan spanduk dalam proyek yang berisikan informasi berupa informasi tertentu ataupun tata tertib bertujuan untuk menertibkan setiap orang yang berada di dalam areal proyek agar tertib dalam K3L.
Gambar 7.9 Spanduk Keselamatan Sumber : Dokumentasi Penulis
Penempatan tabung APAR. Tabung apar di tempatkan disetiap lokasi yang beresiko untuk timbulnya api / kebakaran agar penanggulangannya dapat segera tertangani.
Gambar 7.10 Tabung APAR Sumber : Dokumentasi Penulis
Klinik dan Peralatan P3K Kotak P3K di sediakan di site klinik, di setiap pos jaga keamanan agar setiap terjadi kecelakaan yang sifatnya kecil dapat segera di beri pertolongan dan tercatat. Apabila luka parah maka akan dibawa ke Klinik yang sudah bekerja sama dengan pihak proyek.
Universitas Indonesia
137
137
Gambar 7.11 Klinik K3 Sumber : Dokumentasi Penulis
Urinoir Untuk fasilitas sanitari disediakan sarana mck di lapangan (urinoir ditiap lantai) sebanyak 1 buah disetiap lantai.
Gambar 7.12 Urinoir Sumber : Dokumentasi Penulis
Pemeriksaan APD dan Jumlah Pekerja Petugas K3 setiap pagi akan mengecek di pintu masuk pekerja tentang penggunaan alat pelindung diri dan perhitungan jumlah pekerja. Seluruh pekerja selama bekerja dan selama berada dalam lingkungan proyek diwajibkan menggunakan APD dengan lengkap.
Universitas Indonesia
138
138
Gambar 7.13 Rekap Monitoring Jumlah Pekerja Sumber : Dokumentasi Penulis
Safety Net Dipasangkan railing sekeliling tepi gedung sebagai penanda daerah pinggir dan juga berfungsi sebagai pengaman/penahan benda jatuh atau sampah yang terbang.
Gambar 7.14 Safety Net di Tepi Proyek Sumber : Dokumentasi Penulis
Safety deck Safety dek di pasang untuk menahan benda jatuh dari lantai atasnya agar tidak mengenai orang yang berada di bawahnya, safety dek di pasang 4 lantai dari lantai teratas agar benda jatuh dapat tertangkap safety deck .
Universitas Indonesia
139
139
Gambar 7.15 Safety Deck Sumber : Dokumentasi Penulis
Pengaman void Untuk mengamankan dari benda jatuh maka tiap void ditutup dengan menggunakan playwood /jaring pengaman dan tambang. Triplek dipasang di bawah bongkaran untuk menangkap benda jatuh dari pekerjaan pembongkaran pada lubang lift .
Pembersihan Dilakukan aktifitas pembersihan dan perapihan didalam dan area sekitar proyek serta barak untuk menunjang produktifitas proyek agar sesuai dengan target yang telah direncanakan.
Universitas Indonesia
140
140
Gambar 7.16 Pembersihan Area Proyek Sumber : Dokumentasi Penulis
Pekerjaan tepi lantai Untuk pekerjaan di tepi lantai seperti pekerjaan pembesian dan pekerjaan begisting, maka dipasang body harness dan scafholding tempat berdiri.
Akses kerja Disediakan akses kerja bagi para pekerja yang hendak naik ataupun turun dengan menggunakan tangga scafolding temporari yang dilengkapi dengan shelter tempat orang menunggu sehingga mereka merasa lebih aman dan nyaman.
Terminal. Terminal dipasang untuk tempat menaikan atau menurunkan material selama proses struktur dan finishing agar pengangkutan dan penurunan material dengan tower crane dapat berjalan dengan aman dan lancar.
Gambar 7.17 Terminal Sumber : Dokumentasi Penulis
Universitas Indonesia
141
141 8.5 Program K3L
1. Orientasi dan pengenalan keselamatan kerja untuk karyawan baru. Dengan tujuan pengenalan keselamatan kerja bagi karyawan baru adalah untuk memberikan pengertian dasar tentang keselamatan kerja serta peraturan-peraturan pencegahan kecelakaan. Meyakinkan mereka bahwa kontraktor memiliki perhatian besar terhadap keselamatan kesehatan kerja, serta upaya pencegahan kecelakaan.
Safety meeting mingguan Untuk
agenda
mendiskusikan
safety
meeting
mingguan
seluruh
masalah
yang
membahas
berhubungan
dan
dengan
keselamatan dan kesehatan kerja yang ditemukan selama masa pelaksanaan konstruksi.
Gambar 7.18 Kegiatan Safety Meeting Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
Safety inspection Melakukan inspeksi pada setiap kegiatan, lingkungan dan peralatan yang memungkinkan untuk terjadinya kecelakaan dan melakukan tindakan pencegahannya secara langsung.
Universitas Indonesia
142
142
Gambar 7.19 Lembar Hasil Inspeksi Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Safety Patrol Melakukan patrol tiap senin siang bersama semua pimpinan bidang ke lapangan untuk mengetahui permasalahan keselamatan kerja di lapangan.
Gambar 7.20 Safety Patrol oleh Pimpinan Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
Universitas Indonesia
143
143
Fogging Penyemprotan nyamuk di lapangan untuk mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh serangga dan sejenisnya sebagai salah satu kepedulian kami terhadap kesehatan pekerja tiap hari minggu.
Gambar 7.21 Alat Fogging Sumber : Dokumentasi Penulis
2. Safety Induction Pemberian pengenalan peraturan safety proyek kepada setiap karyawan dan sub-kontraktor serta mandor yang terlibat dalam peroyek ini untuk partisipasi dan tanggung jawab terhadap keselamatan kerja oleh semua pihak. 3. Safety Talk Memberikan pengarahan kepada setiap pekerja yang terlibat dan untuk menjadikan K3 sebagai suatu kebutuhan dalam bekerja, serta memberikan informasi
tentang
cara
kerja
yang
baik
dan
aman
serta
tidak
membahayakan orang lain.
Gambar 7.22 Safety Talk Pekerja Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
Universitas Indonesia
144
144 4. Weekly Meeting Melakukan koordinasi pekerjaan di lapangan baik itu terhadap subcontraktor ataupun mandor yang meliputi progres minggu lalu dan pekerjaan minggu yang akan datang mengenai safety patrol serta permasalahan safety yang timbul. 5. Training Melakukan pelatihan terhadap para pekerja yang terlibat dalam proyek yang
meliputi
Pemadaman
kebakaran,
Las
oxy-acytelene
dll.
Penanggungjawab K3 juga mendapatkan training dari WIKA pusat.
Gambar 7.23 Pelatihan K3 Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
6. Senam dan Olahraga Setiap dua minggu sekali pada hari Sabtu, diadakan senam dan olahraga bersama semua warga proyek. Pihak proyek mendatangkan instruktur untuk membantu kegiatan senam dan memicu semangat para pekerja untuk berolahraga.
Gambar 7.24 Kegiatan Senam dan Olahraga
Universitas Indonesia
Sumber : Dokumentasi WIKA Gedung
145
145 BAB 9 TOPIK LINGKUNGAN PROYEK
9.1 Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Pembangunan yang dilakukan oleh WIKA Gedung adalah pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan sekarang yaitu kebutuhan hunian tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka atau disebut dengan pembangunan berkelanjutan. Dalam rangka menjadikan proyek tersebut sebagai pembangunan yang berkelanjutan maka WIKA Gedung juga melaksanakan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar atau penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Dengan adanya AMDAL maka dapat diketahui sejak awal dampak positif dan negatif akibat kegiatan proyek dan menjamin aspek keberlanjutan proyek pembangunan. AMDAL mengkaji dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan. (PP No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan). Manfaat AMDAL dari aspek teknis yaitu untuk menghindari dan meminimalisasi dampak lingkungan sehingga terwujud pembangunan yang berkelanjutan serta sebagai proses survei, prakiraan, dan evaluasi dampak berupa polusi, gangguan keanekaragaman ekosistem, hubungan manusia-alam dan lingkungan global (nir emisi, efek rumah kaca). Manfaat lainnya adalah sebagai alat komunikasi yaitu untuk mendapatkan konsensus dengan masyarakat (terkena dampak), akuntabilitas pemrakarsa dan pemerintah, dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan.
Universitas Indonesia
146
146
Gambar 0.1 Prosedur Melakukan AMDAL Sumber : Amdal, 2013 Pada Proyek Apartemen Bintaro Plaza Tower Altiz, kegiatan ini wajib memiliki AMDAL karena ruang lingkup kegiatan yang luas. AMDAL Proyek Apartemen Bintaro Plaza Tower Altiz secara umum terbagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap prakonstruksi, konstruksi, dan tahap operasional.
9.2 Kerangka Acuan-Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
Tahap awal penyusunan AMDAL adalah penentuan potensi dampak penting. Pelingkupan berarti memberikan batas atau menetapkan ruang lingkup dari suatu kegiatan. Dalam Amdal pelingkupan berarti menetapkan batas studi AMDAL yang akan dipakai sebagai dasar untuk melakukan kajian ANDAL. Analisis dampak lingkungan hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan; (PP Nomor 27 Tahun 1999, Pasal 1 ayat 4). ANDAL merupakan dokumen yang berisi pengumpulan data dan perkiraan dampak pada proyek tersebut. Sebagai proses terpenting dalam penyusunan KA ANDAL pelingkupan menghasilkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dampak penting terhadap lingkungan dari suatu rencana kegiatan. Dampak penting artinya dampak yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam dan teliti dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal hal yang kurang penting.
Universitas Indonesia
147
147 2. Batas atau lingkup studi ANDAL berdasarkan batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif. 3. Kedalaman studi ANDAL. Kedalaman studi akan berkaitan dengan metoda yang akan digunakan, jumlah sampel yang akan diambil, lokasi pengambilan sampel, tenaga yang diperlukan (Jumlah dan Kualifikasi).
Universitas Indonesia
148 Tabel 0.1 Matriks Dampak Positif-Negatif Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan
148 Tabel 0.1 Matriks Dampak Positif-Negatif Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan Pra Konstruksi
No FISIKA - KIMI A
1
2
3
Konstruksi
4
1
2
3
4
-
Kualitas Udara
2
Banjir dan Limpasan Air
-
3
Kualitas Air Bersih
-
4
Transportasi
5
Timbulnya Sampah
6
Kebisingan
7
5
6
-
1
-
Operasi
-
1
2
3
4
5
-
-
-
-
-
-
-
-
Perubahan Vegetasi SOSEKBUDKESMAS
1
Pertambahan Penduduk
-
2
Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat
+
3
Kecemburuan Sosial
4
Kesehatan Masyarakat
5
Kenyamanan dan Estetika
6
Persepsi dan Keresahan Masyarakat
-
-
-
-
+
+
+
-
-
-
+ -
-
-
-
+
-
+
+
Dampak +
Positif
-
Negatif
Universitas Indonesia
149
Tabel 0.2 Matriks Dampak Penting-Tidak Penting Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan No
Pra Konstruk si FISIKA – K I M I A
1
2
3
Konstruk si
4
1
2
3
1
Kualitas Udara
2
Banjir dan Limpasan Air
2/P
3
Kualitas Air Bersih
2/P
4
Transportasi
5
Timbulnya Sampah
6
Kebisingan
7
2/P
4
3/P
Operasi
5
2/P
2/P
6
1
2
4
1/TP 3/P
2/P
2/P
2/P
3/P
Perubahan Vegetasi
3/P
SOSEKBUDKESMAS
1 2 3
Pertambahan Penduduk Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Kecemburuan Sosial
4
Kesehatan Masyarakat
5
Kenyamanan dan Estetika Persepsi dan Keresahan Masyarakat
6
1/TP 2
2/P
2/P
1/TP
2/P
2/P
1/TP
1/TP
1/TP
1/TP
1/TP
1/TP
2/P
1/TP 1/TP
1/TP
5
1/TP
2/P
2/P
3
1/TP
2/P
1/TP
1/TP
2/P
149
Tabel 0.2 Matriks Dampak Penting-Tidak Penting Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan No
Pra Konstruk si
1
FISIKA – K I M I A
2
3
Konstruk si
4
1
2
3
1
Kualitas Udara
2
Banjir dan Limpasan Air
2/P
3
Kualitas Air Bersih
2/P
4
Transportasi
5
Timbulnya Sampah
6
Kebisingan
7
2/P
4
3/P
Operasi
5
2/P
2/P
6
1
2
3
5
1/TP 1/TP
2/P
2/P
4
3/P 2/P
2/P
2/P
3/P
Perubahan Vegetasi
3/P
SOSEKBUDKESMAS
1 2 3
Pertambahan Penduduk Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Kecemburuan Sosial
4
Kesehatan Masyarakat
5
Kenyamanan dan Estetika Persepsi dan Keresahan Masyarakat
6
1/TP 2
2/P
2/P
1/TP
1/TP
2/P
2/P
2/P
1/TP
1/TP
1/TP
1/TP 1/TP 1/TP
1/TP
1/TP
1/TP
2/P
1/TP
1/TP
2/P
Universitas Indonesia
150
Range Nilai
P:
Penting
TP :
Tidak Penting
Ket. Rencana Kegiatan
0
Tidak Penting
1
Kecil
1
survey kelayakan
2
Sedang
2
pembersihan lahan
3
Besar
3
penerimaan tenaga kerja
4
penentuan kontraktor melalui open tender
A
Tahap Prakonstruksi
B
Tahap Konstruksi
1
mobilisasi alat berat
2
mobilisasi tenaga kerja
3
mobilisasi bahan material
4
rekonstruksi dan pembangunan
5
penerapan SOP
6
persiapan sarana dan prasarana
C
Tahap operasi
1
penerimaan tenaga kerja
2
perawatan dan pemeliharaan gedung
3
mobilisasi penghuni apartemen kerja sama dengan penjual barang
4
dan jasa
5
transaksi jual beli
150
Range Nilai
P:
Penting
TP :
Tidak Penting
Ket. Rencana Kegiatan
0
Tidak Penting
1
Kecil
1
survey kelayakan
2
Sedang
2
pembersihan lahan
3
Besar
3
penerimaan tenaga kerja
4
penentuan kontraktor melalui open tender
A
Tahap Prakonstruksi
B
Tahap Konstruksi
1
mobilisasi alat berat
2
mobilisasi tenaga kerja
3
mobilisasi bahan material
4
rekonstruksi dan pembangunan
5
penerapan SOP
6
persiapan sarana dan prasarana
C
Tahap operasi
1
penerimaan tenaga kerja
2
perawatan dan pemeliharaan gedung
3
mobilisasi penghuni apartemen kerja sama dengan penjual barang
4
dan jasa
5
transaksi jual beli
Universitas Indonesia
151
Gambar 0.2 Identifikasi Dampak Sumber : Analisa Penulis
151
Gambar 0.2 Identifikasi Dampak Sumber : Analisa Penulis
Universitas Indonesia
152
9.3 Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Rencana Pengelolaan Lingkungan adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan,
dan
penegakan hukum (UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Ruang lingkup RKL Meliputi : 1. Faktor lingkungan yang terkena dampak meliputi faktor biogeofisik kimia dan aspek sosial budaya yang terkena dampak 2. Sumber dampak Uraian tentang komponen kegiatan yang dapat merupakan sumber dampak 3. Bobot dan tolok ukur dampak berkaitan dengan nilai ambang batas suatu polutan
152
9.3 Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
Rencana Pengelolaan Lingkungan adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan,
dan
penegakan hukum (UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Ruang lingkup RKL Meliputi : 1. Faktor lingkungan yang terkena dampak meliputi faktor biogeofisik kimia dan aspek sosial budaya yang terkena dampak 2. Sumber dampak Uraian tentang komponen kegiatan yang dapat merupakan sumber dampak 3. Bobot dan tolok ukur dampak berkaitan dengan nilai ambang batas suatu polutan 4. Upaya pengelolaan lingkungan
Rencana Pengelolaan Lingkungan memiliki tujuan yaitu : 1. Bertujuan mencegah dampak negatif lingkungan melalui pemilihan atas alternatif, tata letak lokasi, dan rancangan bangunan proyek. 2. Bertujuan
menanggulangi/meminimalisasi
dampak
negatif
atau
mengendalikan dampak negatif (sesuai baku mutu/daya dukung lingkungan). 3. Mengendalikan dampak negatif baik yang timbul pada saat kegiatan beroperasi, atau saat kegiatan berakhir . 4. Peningkatan dampak positif 5. Memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak pulih, hilang atau rusak.
Mekanisme
kelembagaan
yang
ditempuh
pemrakarsa
dalam
menanggulangi dampak negatif. Adapun dalam pengumpulan data RKL memiliki beberapa pendekatan yang dilakukan, diantaranya yaitu : 1. Pendekatan teknologi 2. Pendekatan sosial-ekonomi
Universitas Indonesia
153
3. Pendekatan institusi
9.4 Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) adalah dokumen yang berisi upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari suatu rencana usaha dan / ata u kegiatan (PP No. 27 tahun 1999 dan Kepmen no. 45 tahun 2005) Pemantauan merupakan bagian yang amat penting dalam pengelolaan lingkungan hidup. Amdal tanpa diikuti oleh pemantauan tidak akan banyak berarti, tidak akan ada yang dapat mengetahui apakah pendugaan dampak yang tercantum dalam dokumen Amdal dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Ruang lingkup RPL meliputi :
Jenis dampak penting; misal akibat penggunaan bbm berkadar sulfur tinggi
Faktor lingkungan yang dipantau; misal SOx, NOx
Tolok ukur dampak; misal penurunan kualitas lingkungan dan baku mutu ambien
Lokasi
Periode pematauan
Tujuan dari RPL adalah :
Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi lingkungan pada suatu wilayah sebagai dasar suatu tindakan penyempurnaan.
Hasil pemantauan lingkungan akan dipergunakan sebagai dasar untukm menyempurnakan prediksi dan atau upaya pengelolaan dampak lingkungan, agar kondisi lingkungan pada suatu wilayah sesuai yang diharapkan.
Adanya kaitan erat antara upaya pengelolaan dampak lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
9.5 Pengelolaan Limbah Padat Domestik dan Konstruksi
Berdasarkan Undang – Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah yang harus dikelola salah satunya adalah sampah sejenis sampah rumah tangga. Sampah yang dimaksud menurut undang – undang tersebut adalah
Universitas Indonesia
154
sampah yang berasal dari kawasan khusus atau fasilitas lainnya, namun karakteristiknya sama dengan sampah rumah tangga. Sampah di proyek konstruksi yang karakteristiknya sama dengan sampah rumah tangga adalah sampah terdiri dari sampah organik berupa sisa – sisa makanan dan sampah anorganik seperti plastik, kertas dan sebagainya. Menurut Undang – Undang No.18 Tahun 2008, sampah seperti ini harus disediakan fasilitas pemilahan sampah serta dikelola dan ditangani dengan cara yang berwawasan lingkungan. Pada proyek konstruksi Apartemen Bintaro Plaza Tower Altiz, sampah sejenis rumah tangga yang terdapat pada proyek adalah sampah organik sisa makanan yang berasal dari kantin dan sampah kantor yang sebagian besar berupa kertas dan plastik. Pengelolaan sampah yang telah dilaksanakan di proyek adalah pengurangan sampah dan pemilahan sampah. Adanya upa ya pengurangan sampah dapat dilihat dari sistem catering kantin. Dengan adanya sistem catering, tidak diperlukan wadah makanan seperti styreofoam atau kertas pembungkus nasi, sehingga mengurangi timbulan sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan cara menyediakan tempat sampah yang berbeda – beda untuk setiap jenis sampah yang dihasilkan. Pada proyek ini, tempat sampah yang disediakan telah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu untuk sampah organik, sampah anorganik dan sampah padat B3. Berikut ini adalah gambar tempat sampah yang ada di proyek :
Gambar 0.3 Tempat Sampah Proyek Sumber : Dokumentasi Penulis
Universitas Indonesia
155
Sedangkan untuk pengangkutan sampah, pihak proyek telah bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Bintaro. Secara periodik, sampah yang dihasilkan dari kegiatan proyek akan diangkut oleh truk sampah Dinas Kebersihan. Selain sampah sejenis rumah tangga, sampah lain yang mendominasi timbulan sampah proyek konstruksi adalah sampah yang berasal puing – puing bangunan atau sisa material konstruksi. Dalam Undang – Undang No.18 Tahun 2008, sampah seperti ini disebut sebagai sampah spesifik yang harus dikelola dan ditangani oleh kontraktor yang menghasilkan sampah. Sisa material konstruksi yang terjadi dalam proyek konstruksi Apartemen Bintaro Plaza Tower Altiz adalah sebagai berikut.
Pecahan beton
Sisa pengecoran
Sterofoam sisa curing beton pada pekerjaan mass concrete
Kayu dan multiplex
Metal ferrous yang meliputi besi, tulangan beton dan kawat bendrat.
Packaging, yaitu kemasan pembungkus yang berasal dari kertas semen, kertas hardener .
9.6 Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) Pembangunan Bintaro Plaza Residences
Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) merupakan salah satu analisa dampak lingkungan dalam bidang transport. Dampak yang dimungkinkan timbul adalah dampak terhadap terganggunya fungsi lalu lintas umum seperti kemacetan akibat tranpostrasi alat berat, jalan yang kotor akibat ceceran semen dan tanah galian, debu yang beterbangan ke jalan dari proyek maupun akibat transportasi proyek tersebut. Adapun rujukan yang mengatur ANDALALIN pada Proyek Pembangunan Bintaro Plaza Residences tersebut yaitu :
UU Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisa Dampak serta Manajemen Kebutuhan Lalu lintas
Universitas Indonesia
156
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Keputusan
Menteri
Perhubungan
Nomor
KM.61
Tahun
1993
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.63 Tahun 2004 tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas di Jala n
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengamanan Pemakai Jalan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor : 05 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Perhubungan
Berkaitan dengan pembangunan Apartemen Bintaro Plaza Tower Altiz, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah menyetujui proyek tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pembangunan Bintaro Plaza Residences pada lokasi dimaksud tidak bertentangan dengan aturan Kebijakan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan 2. Melaksanakan penanganan dampak lalu lintas, berupa : 1) Pengaturan Arus Lalu Lintas Dan Sirkulasi Pada saat pembangunan apartemen desain lebar pintu masuk sebanyak dua buah pintu masuk yang berada di jalan Bintaro Utama 3A adalah masing-masing selebar 6 meter dan desain lebar pintu keluar sebanyak dua buah pintu keluar yang berada di jalan Bintaro Utama 3A adalah masing-masing selebar 5 meter dan 4 meter dengan radius tikungan keluar dan masuk minimal 12,6 meter dan radius belok dalam minimal 6,1 meter. Pada saat pembangunan Budget Hotel desain lebar pintu masuk yang berada di jalan Bintaro Utama 3A adalah selebar 8 meter dan desain lebar pintu keluar adalah selebar 7,5 meter dengan radius tikungan
Universitas Indonesia
157
keluar dan masuk minimal 12,6 meter dan radius belok dalam minimal 6,1 meter.
2) Desain Jalur Percepatan Dan Perlambatan Untuk mendesain pintu keluar masuk Bintaro Plaza Residences, perlu dilengkapi dengan jalur percepatan dan perlambatan. Jalur percepatan diintegrasikan dengan pintu keluar, sedangkan jalur perlambatan dikombinasikan dengan pintu masuk. Desain jalur percepatan sepanjang 50 meter dengan taper 40 meter dan desain jalur perlambatan sepanjang 30 meter dengan taper 40 meter.
3) Fasilitas Pejalan Kaki Fasilitas bagi pejalan kaki yang disediakan di sekitar lokasi adalah fasilitas penyeberang jalan direkomendasikan dilakukan minimal pemasangan zebra cross dan jika memungkinkan diperlukan pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) pada ruas jalan Bintaro Utama 3A, sedangkan fasilitas pejalan kaki menyusuri dengan membuat trotoar/pedestrian line dengan lebar 1,5 meter didepan lokasi Bintaro Plaza Residences.
4) Fasilitas Angkutan Umum Untuk mengakomodir agar angkutan umum dapat berhenti tanpa menghambat
arus
lalu
lintas
menerus.
Fasilitas
halte
pemberhentian angkutan umum eksisting ada pada ruas jalan Bintaro Utama 3A yang terletak di area depan Mall Bintaro Plaza.
5) Fasilitas Parkir Dari hasil perhitungan kebutuhan ruang parkir oleh konsultan, ruang parkir yang harus disediakan pada Bintaro Plaza Residences adalah pada tahap 1 tahun 2014 diwajibkan menyediakan 20 SRP Mobil, 10 SRP sepeda motor dan dianjurkan menyediakan 13 SRP sepeda. Pada tahap 2 tahun 2017 diwajibkan menyediakan 400
Universitas Indonesia
158
SRP mobil, 200 SRP sepeda motor dan dianjurkan menyediakan 250 SRP sepeda. Pada tahap 3 tahun 2025 untuk 4 blok apartemen diwajibkan menyediakan menyediakan 800 SRP Mobil, 400 SRP sepeda motor dan dianjurkan menyediakan 500 SRP sepeda, sedangkan untuk 50 unit ruko diwajibkan menyediakan 113 SRP mobi, 56 SRP sepeda motor dan dianjurkan menyediakan 70 SRP sepeda.
6) Pemasangan Fasilitas Kelengkapan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Berupa Perambuan, Pemarkaan, dan Fasilitas Kelengkapan Lainnya. Failitas kelengkapan LLAJ yang dipasang meliputi : rambu petunjuk, rambu peringatan, rambu larangan, pita penggaduh (rumble strips) guna membatasi kecepatan kendaraan yang melintas, sedangkan pemarkaan disesuaikan dengan kebutuhan.
7) Penanganan dampak lalu lintas lainnya yang harus dilakukan oleh PT.Jaya Real Property antara lain : a) Melakukan pelebaran Jl.Bintaro Utama 3A menjadi 6/2 D (3x3,5 m per arah) b) Perbaikan desain geometrik simpang traffic light Pondok Betung-Pondok Ranji c) Pembuatan lajur percepatan dan lajur perlambatan di pintu keluar masuk Bintaro Plaza d) Pengaturan ticket box parkir Bintaro Plaza e) Pembuatan perpanjangan median jalan sampai dengan simpang Mandar f) Pengaturan “drop-off ” Sekolah Pembangunan Jaya g) Pembuatan jalan akses Bintaro Plaza Residences 4/2 D (3x3,5 m per arah) h) Pembuatan jalan lingkar Bintaro Plaza Residences i) Pembuatan gedung parkir
Universitas Indonesia
159
j) Melakukan pelebaran Jl.Bintaro Utama 3 menjadi 6/2 D (3x3 m per arah) k) Pembuatan sistem “connectivity” Stasiun KA Pondok Ranji dengan Bintaro Plaza Residences, dengan pembangunan fasilitas sebagai berikut : -
Pembangunan JPO (jembatan penyeberangan orang)
-
Pembangunan fasilitas park and ride
-
Pembangunan fly over/under pass “crossing ” tol dan rel KA
l) Revitalisasi penempatan dan pembangunan fasilitas turun naik penumpang (halte/shelter) m) Pembukaan jalan akses tol baru ke Jakarta di Bintaro Sektor 2 n) Pengadaan traffic light simpang akses tol baru ke Jakarta di Bintaro Sektor 2 3. Dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan Bintaro Plaza Residences harus memperhatikan kelancaran, keselamatan, kenyamanan berlalu lintas di sekitar lokasi dengan memasang rambu-rambu lalu lintas, tanda-tanda peringatan dan atau pemberitahuan yang diperlukan sebagai informasi kepada
masyarakat
(pengguna
jalan)
bahwa
adanya
pekerjaan
pembangunan. 4. Diwajibkan
kepada
pihak
pemrakarsa/pengembang
Bintaro
Plaza
Residences untuk memasang penerangan yang memadai pada malam hari saat pelaksanaan pekerjaan dan membersihkan jalan yang kotor akibat pekerjaan
yang
dilaksanakannya,
serta
menggunakan
kendaraan
pengangkut sesuai dengan kelas jalan yang dilalui. 5. Diwajibkan
kepada
pihak
pemrakarsa/pengembang
Bintaro
Plaza
Residences untuk melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang Selatan dalam pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan manajemen rekayasa lalu lintas dan pemasangan fasilitas kelengkapan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), serta koordinasi dengan instansi terkait lainnya dalam penerapan dan penanganan dampak lalu lintas.
Universitas Indonesia
160
BAB 10 10)
PERMASALAHAN PROYEK
Dalam tahap pelaksanaan proyek konstruksi, pasti akan ditemukan beberapa kendala dan masalah. Apabila perencanaan yang dilakukan sebelum proyek konstruksi dimulai sangat baik, umumnya berbagai kendala dan masalah tersebut sudah dapat diprediksi untuk kemudian dicari solusinya jika kendala dan masalah tersebut benar-benar teraktualisasi. Pada pelaksanaan proyek konstruksi Proyek Bintaro Plaza Residence – Tower Altiz terdapat
permasalahan
beberapa
permasalahan anatar lain: 1.
Pemasangan Tower Crane Pemasangan
tower crane (TC 1 pada gambar) terhambat dikarenakan
letaknya yang berada dipinggir dan dipasang ditengah berjalannya proyek, sehingga pada saat pembangunan kurangnya lahan bebas dan menyulitkan pembangunan crane tersebut. Lahan yang kurang dikarenakan sudah berjalannya pembangunan dapat disiasati dengan adanya pengangkatan struktur
crane diatas
lingkungan
tempat
tinggal
warga
sehingga
membutuhkan persetujuan atau perizinan dari warga sekitar dan solusi keamanan bagi warga yang tinggal dipinggir proyek.
Gambar 10.1 Pemasangan Tower Crane Sumber : Dokumen WIKA Gedung
Universitas Indonesia
161
Secara
teori
untuk
Penyusunan
tata
letak
TC
yang
baik
akan
memperlihatkan suatu penyusunan daerah kerja dan peralatan ( site ( site layout ) yang
paling ekonomis ekonomis untuk dilaksanakan. Disamping Disamping itu, harus tetap
menjamin keamanan dan kenyamanan kerja dari para pekerja dan lingkungan sekitar. Dalam penentuan tata letak TC ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
TC harus mampu menjangkau seluruh area yang dikerjakan.
Pada lokasi penempatan TC minimal harus ada lahan bebas selebar 10 meter
(clearance (clearance
area) area)
untuk
kepentingan
pemasangan
dan
pembongkaran dengan menggunakan alat berat lain seperti Mobile seperti Mobile Crane. Crane.
TC tidak boleh diletakkan di atas fasilitas lain, seperti septic seperti septic tank .
Penempatan material diusahakan terjangkau oleh TC.
Adanya komunikasi yang jelas antara operator dan mandor pekerja di lapangan yang membantu pemasangan dan pembongkaran material.
Solusi yang dilakukan oleh pihak WIKA Gedung ialah memperpendek boom pada boom pada crane dan crane dan proses pembangunannya tidak menggunakan mobile crane melainkan crane melainkan dibantu dengan TC lain yang sudah terpasang. Selain itu juga untuk tetap memastikan pemukiman warga tidak terganggu disaat TC sudah terbangun kurang lebih 15 meter boom pada TC diputar sehingga tidak mengarah ke pemukiman. 2.
Pemasangan Tiang Pancang Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer . Sistem kerja diesel hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan sekitar. Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer ke lokasi pemancangan harus menggunakan truk tronton yang memiliki crane. crane. Tiang pancang tersebut digunakan merata untuk ketiga zona di proyek ini, yaitu low, mid , dan high zone zone serta pada pondasi
Universitas Indonesia
162
kolam renang yang bertempat di tengah proyek. Diameter tulangan yang dipakai untuk tiang pancang adalah 5 strand 5 strand (Ɵ12). (Ɵ12). Cara pemasangan pondasi tiang pancang, yaitu :
Melakukan pengetesan terhadap tanah dilokasi rencana pondasi untuk mengetahui jenis tanah dan kedalaman lapisan keras.
Menghitung struktur pondasi tiang pancang sehingga dapat ditentukan kebutuhan ukuran tiang pancang, spesifikasi material dan kedalaman tiang pancang sehingga kuat untuk menahan beban bangunan yang disalurkan ke titik perhitungan.
Produksi tiang pancang dapat dilakukan dipabrik dengan spesifikasi sesuai perhitungan kemudian dkirim ke lokasi proyek menggunakan kendaraan truk besar.
Pengangkatan tiang pancang dapat menggunakan alat tower crane atau mobil crane dengan posisi titik angkat sesuai perhitungan sehiingga tidak terjadi patah dalam pengangkatan.
Surveyor melakukan melakukan pengukuran dilapangan untuk menentukan titiktitik sesuai gambar kemudian mendirikan alat theodolit untuk mengecek ketegakan pemancangan, tiang pancang diangkat tegak lurus kemudian posisi ujung diesel hammer dinaikan dan topi paal dimasukan pada kepala tiang pancang.
Ketegakan posisi pemancangan dikontrol menggunakan 2 buah theodilit yang yang dipasang dari dua arah untuk memastikan posisi tiang pancang tegak dan melakukan control setiap 2 m, pemancangan dilakukan sampai dengan elevasi kedalaman yang direncanakan.
Tiang pancang yang tersisa diatas elevasi rencana akan dibobok betonnya sehingga tersisa besi tulangan yang akan dipakai sebagai stek untuk dihubungkan dengan pile cap pada cap pada bangunan gedung atau abutmen pada konstruksi jembatan.
Pada saat kontraktor WIKA Gedung memasuki area pekerjaan industri konstruksi, ditemukan beberapa tiang pancang yang tidak
Universitas Indonesia
163
tegak lurus pada saat pemancanganya. Namun tiang pancang yang ditemukan tidak dilakukan pembongkaran untuk tiang pancang tersebut dikarenakan kemiringan tiang pancang dan pergeseran tiang pancang masih memasuki dalam toleransi batas yaitu ½ diameter pancang atau kurang lebih 25 cm. Jika batas tersebut dilewati maka hal yang harus dilakukan adalah pembesaran pile cap cap pada tiang pancang yang menemui menemui permasalahan terebut. 3.
Pembongkaran Bekisting Pada proyek ini terdapat permasalahan pada pembongkaran bekisting balok yang terlalu cepat, yaitu pada umur 8 hari. Permasalahan ini dikarenakan adanya kesalahan kalkulasi pada umur pembongkaran bekisting karena setelah bekisting tersebut dilepas. Propping dilepas. Propping yang bertujuan untuk menumpu balok sebagai penahan momen yang paling besar pada balok yaitu di tengah t engah bentang dilepas, lalu dipindahkan ke lantai atas karena adanya siklus pemasangan dan pelepasan perancah serta bekisting. Pihak kontraktor yang menyadari
kesalahan
pada
pelepasan propping tersebut
kemudian
memasang kembali propping tersebut setelah satu hari dilepas. Pelepasan perancah dilakukan saat beton telah mencapai umur 7 hari tetapi pada balok dan pelat yang sudah dilepaskan perancahnya masih terpasang propping untuk menumpu balok dan pelat. Propping pelat. Propping tersebut tersebut dipasang pada saat umur beton mencapai 3 hari. Pelepasan perancah plat lantai saat umur beton mencapai 14 hari dan propping sendiri dibongkar saat umur beton 21 hari. Hal ini terdapat pada RKS struktur dari pembangunan proyek ini.
Gambar 10.2 Minimum Waktu Pembongkaran Cetakan Sumber : RKS Proyek
Universitas Indonesia
164
4.
Kurang disiplinnya pekerja menggunakan alat kelengkapan safety Terdapat beberapa pekerja yang melanggar peraturan K3, contohnya tidak memakai alat penunjang keamanan (helm, sepatu, dll) saat berada dalam lokasi proyek. Solusi yang perlu dilakukan adalah pengawasan dalam hal K3 sudah sangat ketat. Ketika pekerja melanggar peraturan K3L, safety officer langsung mengingatkan dan memastikan hingga pekerja tersebut menggunakan kelengkapan keamanan. Tetapi sanksi hanya berjalan pada pihak atasan saja, untuk pekerja sanksi belum di laksanakan dengan baik sehingga belum ada efek jera dari para pekerja.
5.
Pengecekan Kualitas Lingkungan Proyek Bintaro Plaza Residence – Tower Altiz berusaha memenuhi permintaan WIKA yaitu mengecek kualitas lingkungan seperti kadar kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembapan. Akan tetapi alat-alat yang dipinjam dari pihak WIKA tidak di cek terlebih dahulu sehingga alat tidak berfungsi dengan baik dan belum dikalibrasi. Selain itu, ketika akan dilakukan pengecekan pihak proyek kurang mengetahui cara pemakaiannya sehingga kemungkinan kesalahan menjadi semakin besar. Seharusnya ada pihak khusus dari WIKA yang telah dilatih serta mengetahui cara mengecek kualitas tersebut dengan baik dan benar dengan alat yang telah dikalibrasi sehingga data yang didapat representatif.
6.
Dokumen AMDAL Lingkungan Pihak Proyek Bintaro Plaza Residence – Tower Altiz tidak memegang dokumen AMDAL Lingkungan sehingga pemantauan proses AMDAL menjadi kurang. Pihak proyek tidak dapat memantau apakah resiko dan dampak yang mungkin terjadi dapat dikendalikan atau tidak. Pihak proyek juga akan berfokus pada hal lain karena kegiatan rencana pada dokumen AMDAL tidak dapat di cek secara berkala.
Universitas Indonesia
165
BAB 11 11)
PENUTUP
11.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang penulis ambil adalah: 1. Tujuan dari pembangunan proyek Bintaro Plaza Residence Tower - Altiz adalah untuk untuk menyediakan suatu hunian dalam jumlah banyak pada suatu lahan yang terbatas dengan cara pembangunan secara vertikal dan berlokasi dekat dengan pusat bisnis, lembaga pendidikan dan rekreasi. 2. Proyek ini adalah proyek milik PT. Jaya Real Property yang akan selesai pada bulan Mei 2015 dengan jeni s kontrak Lump sum fixed price dan total kontrak ± Rp 133.045.000.000, 3. Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan persiapan, site development, struktur bawah, struktur atas, plumbing, mechanical, electrical dan pekerjaan arsitektur. 4. Kontraktor utama proyek ini adalah PT. Wika Gedung yang mengerjakan pekerjaan struktur, arsitektur dan plumbing. 5. Proyek ini terdiri dari pembangunan tiga tower dengan masing-masing memiliki 24, 20 dan 15 lantai dengan luas total bangunan ± 33,285 m 2 6. Secara garis besar dalam manajemen sumber daya manusia, biaya, serta mutu tidak terdapat permasalahan yang signifikan. 7. Pengadaan dan penempatan fasilitas misalnya, pagar proyek, fasilitas dan akses masuk kantor, penempatan alat-alat berat, persediaan air dan toilet , dan listrik untuk kebutuhan proyek telah direncanakan dengan baik, sehingga tidak menggangu jalannya pembangunan proyek. 8. Terjadi keterlambatan pekerjaan pada awal proyek dikarenakan terdapat permasalahan pada tiang pancang yang dikerjakan oleh subkontraktor 9. Proyek Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz dengan kontraktor WIKA Gedung memiliki sistem K3 yang baik dengan peran proyek ini sebagai proyek percontohan.
Universitas Indonesia
166
10. Aspek lingkungan lain seperti pengecekan kualitas lingkungan seperti suhu, kelembapan, kebisingan, dan pencahayaan tidak berjalan sesuai rencana sehingga hasil yang representatif tidak didapatkan
11.2 Saran
Sistem yang ada pada proyek Proyek Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz
dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik hingga proyek yang telah
berjalan sejauh ini, sistem ini didukung dengan pembagian tim dan struktur manajemen yang baik dan kompak pada perencanaan dan pelaksanaannya. Tetapi proyek dapat berjalan lebih baik dan maksimal apabila sistem alur komunikasi pada proyek dapat disempurnakan, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan miskomunikasi antar bidang, terutama antara lapangan atau produksi dengan bagian engineering yang selama pengamatan kami cukup kerap terjadi. Setiap supervisor lapangan yang sudah memiliki walkie-talkie, dapat digunakan fungsinya dengan sebaik mungkin untuk bertanya atau menginformasikan apabila terdapat kejanggalan di lapangan. Dengan memperbaiki faktor komunikasi, dapat mencegah terjadinya kerugian pada proyek dari segi material dan waktu. Lalu jika dilihat pada kualitas tenaga kerja, tenaga kerja pada proyek Proyek Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz sudah memiliki kemampuan pada bidang yang dikerjakan dengan kemampuan yang layak, dengan berbagai sertifikasi. Hal lain yang cukup harus diperhatikan adalah kedisiplinan dari pekerja, mulai dari struktur atas hingga pekerja yang paling bawah. Pada saat kami melakukan kegiatan kerja praktek pada proyek Proyek Bintaro Plaza Residences – Tower Altiz cukup banyak praktek yang tidak sesuai aturan terjadi yang sangat terlihat pada atribut yang tidak lengkap pada saat mengerjakan proyek, sehingga perlu di perketat lagi pengawasan, dan kesadaran akan kedisipilinan dalam pekerja. Dengan meningkatnya kedisiplinan dapat dicegah terjadinya kecelakaan kerja, kesalahan konstruksi yang dapat mengagalkan proyek dan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kesadaran akan keselamatan kerja dan kebersihan lingkungan penting untuk ditumbuhkan dalam masing-masing individu yang terlibat di dalam proyek. Yang terakhir adalah metode yang dilakukan untuk menjaga kolom vertikal di atas memiliki tingkat kesalahan yang cukup tinggi.
Universitas Indonesia
167
Seharusnya diberikan unting-unting serta lubang pada beksiting untuk melihat apakah unting-unting posisinya sudah vertikal. Hal ini lebih akurat karena mengandalkan gaya gravitasi yang arahnya menuju pusat bumi. Pihak kontaktor jugaperlu meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan dokumen AMDAL karena selama kerja praktik dokumen tersebut tidak dapat diperoleh.
Sekian saran yang dapat kami berikan, diharapkan saran ini dapat diterima dan dilakukan pembenahan, dan dapat menajadi suatu hal yang positif bagi keseluruhan kegiatan proyek telkomlandmark tower, dimana proyek dapat sukses mencapai target yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
168
LAMPIRAN
Form Monitoring Penggunaan Isi Kotak Pertolongan Pertama
Contoh Memo
Universitas Indonesia
169
Berita Acara Lapangan
Peraturan Denda K3L (Pekerja Subcont & Mandor)
Universitas Indonesia
170
Nilai Denda K3L (Manajer, Kasie, dan Staff)
Program Kerja Harian SHE
Universitas Indonesia