BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dipilih dan dirancang untuk menghilangkan menghilangkan semua jenis kontaminasi kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis. (Lachman hal. 122! "njeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. #mumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intra$ena. Suspensi tidak bisa diberikan karena bahaya hambatan pembuluh kapiler. Suspensi air, minyak dan larutan minyak biasanya tidak dapat diberikan secara subkutan, karena akan timbul rasa sakit dan iritasi. %aringan otot mentolerasi minyak dan partikel-partikel yang tersuspensi cukup baik, di dalam minyak sehingga jaringan tersebut merupakan satu-satunya rute yang biasanya cocok untuk minyak dan suspensi dalam minyak. Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa $ial. "njeksi $ial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau $olume &,' mL 1&& mL. "njeksi $ial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk me)adahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan $olume sebanyak ' mL atau pun lebih.
1
"njeksi *hlorpheniramine +aleas adalah larutan steril *hlorpheniramine +aleas dalam air untuk injeksi yang telah dibuat isotonik dengan penambahan a*l (" " hal. 11/!. Persyaratan 0 "njeksi *hlopheniramine +aleas mengandung *hlorpheniramine +aleas *1131 2!.*4434, tidak kurang dari &,& 5 dan tidak lebih dari 11&,& 5 dari jumlah yang tertera pada etiket. 1.2 Tujuan
6dapun tujuan dilakukannya praktikum 7eknik Sediaan Steril kali ini adalah sebagai berikut 0 1. +ahasis)a dapat memahami cara fomulasi sediaan farmasi steril pada injeksi *hlorpheniramine +aleas. 2. +ahasis)a dapat memahami cara-cara sterilisasi bahan-bahan obat, bahan pembantu, alat dan )adah sediaan farmasi steril pada injeksi *hlorpheniramine +aleas. 8. +ahasis)a dapat menge$aluasi cara pengemasan sediaan farmasi steril *hlorpheniramine +aleas.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Injeksi
"njeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. (" """ 1/ al 18! Sedangkan menurut armakope "ndonesia 9disi ", injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam )adah 1&& mL atau kurang. #mumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intra$ena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler. (" " 1'! "njeksi (obat suntik! adalah sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. "njeksi diracik dengan melarutkan , mengemulsi, atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam )adah dosis tunggal atau )adah dosis ganda. (Pengatar :entuk Sediaan armasi hal 8! 2.2 Penggolongan
+enurut cara penyuntikannya, terbagi menjadi yaitu 0 1. 2. 8. 4. '. . /. ;. .
"ntracutan (i.c! Subcutan (s.c! "ntramuscular (i.m! "ntra$enus (i.$! "ntratekal (i.t! "ntraperitoneal (i.p! Peridural (p.d! "ntrasisternal (i.s! "ntrakardial (i.kd!
Pemberian secara subkutan digunakkan untuk menyuntikkan sejumlah kecil obat. 3bat disuntikkan diba)ah permukaan kulit yang umumnya dilakukan di jaringan interstitial longgar lengan, lengan ba)ah, paha atau bokong. olume suntikkan subkutan
3
jarang lebih besar dari 2ml dengan jarum sepanjang '<; atau /1; inci yang berukuran 21-2 gauge. (Pengatar :entuk Sediaan armasi hal 4&4! +enurut Prinsip =erjanya, sediaan injeksi steril dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu 0 1. NaSteril !sterilisasi ak"ir#$ yaitu *ara kerja yang dilakukan dengan penyeterilan dilakukan di akhir proses pencampuran. al ini biasa dilakukan pada bahan obat yang tahan pemanasan. 6lat yang digunakan dicuci bersih dan bahan obat baru disterilkan pada akhir proses pembuatan dengan )adah yang sudah tertutup rapat dan siap dikemas 2. Ase%tis yaitu *ara kerja yang dilakukan untuk mencegah sedapat mungkin agar mikroba tidak masuk. >alam hal ini mikroba tidak dimusnahkan. *ara kerja ini digunakan untuk obat-obatan yang sama sekali tidak tahan pemanasan. Semua alat yang digunakan dalam prinsip ini harus steril, obat yang dapat disterilkan harus disterilkan lebih dahulu. ?uang kerja yang digunakan harus bersih (steril!, sedapat mungkin pekerja menggunakan pakaian steril karena kemungkinan paling banyak mengkontaminasi terletak pada pekerja, terutama tangan dan nafasnya. >alam hal ini, "nj. *7+ dibuat dengan cara a-Steril, karena bahan obat yang digunakan tahan terhadap pemanasan. 2.& S'arats'arat Se(iaan Injeksi )ial
6dapun syarat dari pembuatan sediaan injeksi $ial adalah sebagai berikut 0
1. Steril, yaitu sediaan $ial harus bebas dari mikroorganisme yang bersifat pathogen yang dapat mengurangi khasiat sediaan $ial. 2. :ebas bahan partikulat, yaitu bebas dari bahan asing atau bahan yang tidak larut agar tidak terjadi penyumbatan pada pembuluh darah saat digunakan. 8. +engandung @at penga)et, sediaan $ial memungkinkan pengambilan secara berulang. #mtuk itu, harus digunakan bahan penga)et untuk mempertahankan khasiat @at aktif. 4. Stabil, tidak berubah khasiat obat setelah pengambilan obat secara berulang kali dan tidak berubah bentuk atau p dari sediaan $ial. '. arus isotonis, sediaan $ial merupakan sediaan parenteral. #ntuk itu, sediaan $ial harus isotonis atau sesuai dengan p darah agar tidak terjadi hipertonis
4
(penyempitan pembuluh darah! atau hipotonis (pembesaran pembuluh darah! yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah. (6nonim. Penuntun Praktikum Farmasetika I . 2&11! 2.* Keuntungan Injeksi
=euntungan dari dibuatnya sediaan farmasi dalam bentuk injeksi adalah sebagai
berikut 0 1! ?espon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok. 2! 7erapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik. 8! 3bat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara injeksi. 4! :ila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. %uga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima obat secara oral. '! Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada gigi dan anestesi. ! >alam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin periode panjang secara i.m. /! 7erapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan elektrolit. ;! :ila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral. ! 6ksi obat biasanya lebih cepat. 1&! Seluruh dosis obat digunakan. 11! :eberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral. 12! :eberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika diberikan secara intra$ena, misalnya larutan kuat dektrosa. 18! %ika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intra$ena dapat menyelamatkan hidupnya. 2.+ Kerugian Injeksi
6dapun kerugian dari dibuatnya sediaan farmasi bentuk injeksi adalah sebagai
berikut 0 1! :entuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan )aktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain. Pada pemberian
5
parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari 2! 3bat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya. 8! Aang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain. 4! :eberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila sulit untuk mendapatkan $ena yang cocok untuk pemakaian i.$. '! >alam beberapa kasus, dokter dan pera)at dibutuhkan untuk mengatur dosis. ! Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. %ika pasien hipersensiti$itas terhadap obat atau o$erdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi. /! Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. 9fek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan.
BAB III ,-/ULASI
&.1 Pre0orulasi A. 3at Akti0 4"lor%"eniraini /aleas !B/ &56$78#
=lorfeniramina maleat *11*l2.*4434, mengandung tidak kurang dari ;,'5 dan tidak lebih dari 1&1,&5 , dihitung terhadap @at yang telah dikeringkan. Pemerian 0 Serbuk hablur putih B tidak berbau B rasa pahit. p 4 dan ' =elarutan 0 mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam kloroform, sukar larut dalam eter dan dalam ben@ene.
6
:uku pembanding
0 =lorfeniramin maleat :P", lakukan pengeringan pada suhu
1&'C selama 8 jam sebelum digunakan. "dentifikasi 0 spectrum serapan inframerah @at yang disuspensikan dalam =alium :romide P menunjukan maks hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada klorfeniramin maleas :P". Sterilisasi 0 3toklaf (+artindale 9d 2; hal. 12! Dadah dan Penyimpanan 0 dalam )adah tertutup baik, terlindungi dari cahaya =hasiat 0 6ntihistamin Literatur 0 " " al 21& B. 3at Pe9a:a Ben;'l Alko"ol !Penga:et#
Pemerian
0 *airan B tidak ber)arna B hampir tidak berbau B rasa tajam dan
membakar. =elarutan
0 larut dalam 2' bagian air B dapat campur dengan etanol ('5! P, dengan
kloroform dan dengan eter P. Sterilisasi
0 3toklaf < filtrasi (+artindale 9d 2; hal.8!
=hasiat
0 Eat penga)et
Dadah
0 >alam )adah tertutup rapat, jauh dari api.
Literatur
0 " 9disi """ hal 118
Natriu 4"ori(a
atrium chloride mengandung tidak kurang dari ,&&5 dan tidak lebih dari 1&1,&&5 a*l dihitung terhadap @at yang telah dikeringkan tidak mengandung @at tambahan. Pemerian
0 ablur bentuk kubus, tidak ber)arna atau serbuk hablur putih, rasa
asin. =elarutan
0 +udah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih,
larut dalam glyserin, sukar larut dalam etanol. Sterilisasi
0 6utoklaf 121F* 1' menit
Penggunaan 0 Pengisotonis dalam intra$ena atau ophthalmic solutions (diatas &,5!
7
Literatur
0 " " hal ';4, Pharmaceutical 9Gcipient hal. 2/
A
6ir steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. 7idak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya. 6ir untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi 6 atau *. ( +. 6nief ! Pembuatan air suling segar menggunakan alat kaca netral atau )adah logam yang cocok yang dilengkapi dengan labu percik. :uang sulingan pertama, tampung sulingan berikutnya dalam )adah yang cocok. Sterilkan segera dengan cara sterilisasi otoklaf atau penyaring bakteri tanpa penambahan bakterisida. #ntuk memperoleh air untuk injeksi bebas udara (bebas karbondioksida! didihkan sulingan selama tidak kurang 1& menit sambil mencegah sesempurna mungkin hubungan dengan udara, dinginkan, masukkan dalam )adah tertutup kedap, sterilkan segera dengan cara sterilisasi 6. 9ndotoksin bakteri tidak boleh lebih dari &,2' unit 9ndotoksin " per ml, menggunakan 9ndotoksin :P" sebagai pembanding. Pemerian 0 *airan, jernih, tidak ber)arna B tidak berbau. =egunaan 0 Sebagai @at pemba)a Sterilisasi 0 >idihkan selama 8& menit Literatur 0 - armakope "ndonesia 9disi ", hal. 112 &.2 Pen(ekatan ,orulasi a. 4"lor%"eniraini aleas
*hlorpheniramini +aleas merupakan Serbuk hablur putih ,tidak berbau, rasa pahit. +emiliki kelarutan Larut dalam 4 bagian air, dalam 1& bagian etanol ('5! P dan dalam 1& bagian kloroform P B sukar larut dalam eter P. +emiliki Ph 4.&-'.2 dan sterilisasi bahan dilakukan dengan cara di otoklaf selama 1' menit selama 1' menit. >alam larutan *hlorpheniramine +aleas berlaku sebagai anti histamine. 9. Ben;'l Alko"ol
:en@yl 6lkohol merupakan cairan, tidak ber)arna, hampir tidak berbau, rasa tajam dan membakar. >engan kelarutan larut dalam 2' bagian air B dapat campur dengan etanol ('5! P, dengan kloroform dan dengan eter P. Sterilisasi bahan dilakukan dengan cara iltrasi pada akhi rpembuatan. >alam larutan berkhasiat sebagai penga)et. 6lasan dipilih :en@yl 6lkohol sebagai penga)et karena :en@yl 6lkohol tidak menimbulkan
8
reaksi apapun terhadap *hlorpheniramine +aleas sehingga keamanan dan keterjaminan khasiat obat dapat dijamin. =. Natriu 4"ori(a
+emiliki pemerian hablur bentuk kubus, tidak ber)arna atau serbuk hablur putih, rasa asin. =elarutan mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih, larut dalam glyserin, sukar larut dalam etanol. >an digunakan sebagai pengisotonis dalam sediaan. (. A
+emiliki pemerian *airan, jernih, tidak ber)arna B tidak berbau. Sterilisasi dilakukan dengan cara didihkan selama 8& menit. >alam larutan berkhasiat sebagai pelarut. 6Hua P." digunakan dengan alasan aHua P." merupakan pelarut serbaguna juga aHua P." tidak akan menimbulkan efek yang dapat merusak khasiat obat dan aHua P." bersifat stabil. &.& ,orulasi R/ Inj.Chlorpheniramini Maleas 10mg/ml
=? 0 377 0 *hlorpheniramine maleas bersifat mudah teroksidasi sebagai sehingga harus ditempatkan dalam )adah terlindung dari cahaya. #sul 0 - Dadah<$ial dianggap ber)arna coklat agar tidak terkena cahaya - 7ambahkan a*l supaya larutan menjadi isotonis. - :ahan obat (*hlorpheniramine +aleas, a*l, :en@yl 6lkohol! dianggap steril Teori Pen(ukung 0 >rug formulation +anual (hal 22;!, +artindale 2; hal 18&& 7iap ml mengandung 0 ?< *hlorpheniramini +aleas 1& mg :en@yl 6lkohol 15 6ir untuk inj. :ebas *3 2 ad 1ml Sterilisasi 0 Penyaringan dengan kertas penyaring. Prinsip 0 a Steril (+artindale hal 12! )adah 0 $ial 1& ml p 0 4.&-'.2 (I *l<a3! c.p 0 subkutan B "ntra muskular B intra$ena • • • • •
9
1. Ta9el Peren=anaan
o
ama
=elarutan
p
*hlorphe Larut dalam 4
4.&-
niramini bagian air,
'.&
Sterilisasi
=hasiat
Literatur
Eat 1
+aleat
iltrasi
6ntihistaminikum
•
" " hal
dalam 1& bagian etanol ('5! P
•
21& " """
dan dalam 1&
hal
bagian
1'8
kloroform P B sukar larut 2
:en@yl
dalam eter P. Larut dalam 2'
6lkohol
bagian air B
iltrasi
Eat penga)et
dapat campur
•
" "
•
hal /1 " """ hal 118
dengan etanol ('5! P, dengan kloroform dan dengan eter P. 4
6Hua p.i
>engan
bebas
otoklaf
*32
dan penyaring bakteri
1. Per"itungan
olume yang akan dibuat $ial J 1& ml ?umus K (nI2! I (2G8! K (I2! 1&,' I K ;4 I
10
Eat pemba)a
•
" """
•
hal / " " hal 112
K & Perhitungan :ahan 1&mg 1. *hlorpheniramini +aleas 0 1ml x&ml 1
2. :en@yl 6lkohol 0 Sediaan 1&5 8. a*l 0
1&&
&, =
1&
x &ml
x1&& ml
=
=
=
&&mg
&,ml
ml
&,'2 − (&,&4 x1! + (!,&; x1!
=
&,'/
&,'4
gram 1&&ml
#ntuk & ml K &.'4 gr<1&&ml G &ml K &.'12' gram M&.' g 4. 6Hua p.i bebas *32 ad &ml 2. Peni9angan
1. 2. 8. 4.
*hlorpheniramini +aleas 0 && mg :en@yl 6lkohol 0 ml a*l 0 &.'12' g 6Hua p.i bebas *32 0 ad & ml
&. 4ara Kerja • Teknik Sterilisasi 0 a.Steril • Sterilisasi Alat (an Ba"an
o
6lat N :ahan
*ara Sterilisasi
Literatur
1.
Spatel logam, lambir selama
Dattimeno "
Pengaduk,
2& detik
hal. 4'
=aca arloji elas ukur,
6utoklaf 11'&*-
Pinset,
2.
Pipet, *orong, =ertas saring
11&* selama 8& menit
Dattimeno " hal. //
12&&* selama
+ulai
Daktu Paraf Selesai
Paraf
-
O
-
O
1&.8&
O
11.&&
O
1&.&'
O
1&.8'
O
1' menit 8.
9rlenmeyer, :eaker glass, $ial, tutup
3$en 1/&&*
Dattimeno "
selama 8& menit
hal. 18
aluminium
11
4.
=aret pipet, karet tutup $ial
>idihkan selama 8& menit
Dattimeno " hal. '8
'.
6Hua P" bebas
>irebus selama
Dattimeno "
.
*32 Sterilisasi obat
1& menit 6utoklaf 121C
hal. 8&1 " " hal.
1' menit
112
•
11.8& D":
O
12.&& D":
O
11.8 D":
O
11.4 D":
O
O
4ara Kerja
1. Sterilkan alat dan bahan 2. =alibrasi beaker glass ad & ml. =alibrasi botol $ial ad 1& ml. 8. 7imbang bahan obat dengan kaca arloji yang telah disetarakan (kaca arloji N sendok tanduk stainless steel sudah di flambir! 4. Larutkan *7+ dalam beaker glass yang sudah dikalibrasi, a*l I 6Hua P." '. 7ambahkan :en@yl 6lkohol dan 6Hua P." ad garis tanda kalibrasi, larutkan ad homogen. . *ek P larutan, saring dengan corong N kertas saring sebanyak 2 kali penyaringan. /. +asukan kedalam $ial 1& ml yang sudah dikalibrasi ;. 7utup dengan tutup karet , lapisi dengan tutup alumunium, kencangkan. . Sterilisasi akhir di otoklaf 121C* selama 1' menit. 1&. :eri etiket, masukkan kedalam kardus, beri brosur. &.* E>aluasi Hasil se(iaan • •
• •
Pembuatan injeksi *hlorpheniramine +aleas menggunakan teknik na steril. >ibuat ' $ial injeksi *hlorpheniramine +aleas, dengan $olume masing-masing sediaan 1& ml. +elarutkan semua bahan obat dengan aHua P" sampai homogeny. +enyaring hasil larutan dengan menggunakan corong yang sudah dilapisi oleh kertas saring, berguna untuk menyaring jika kemungkinan ada partikel atau @at yang
• • •
• •
tidak homogeny. >ilakukan penyaringan sebanyak 2 kali. +assa di bagi sama banyak untuk 1& $ial masing-masing sebanyak 1& ml. "njeksi *7+ ditambahkan a*l untuk mengisotonis agar tidak merusak jaringan tubuh atau memecahkan pembuluh darah. "njeksi *7+ ditambahkan ben@yl alcohol sebagai @at penga)et. p dianggap 4, karena indikator p nya tidak ada.
12
O
BAB I) KESI/PULAN
Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan injeksi $olume kecil yaitu sediaan injeksi dengan pelarut larut air dan sebagai @at aktifnya yaitu *hlorpeniramine maleas. Pada saat pengerjaannya, tidak banyak ditemukan kendala karena *hlorpheniramine maleas mudah larut dalam air. *hlorpheniramine maleas yang digunakan disterilisasi dengan sterilisasi akhir menggunakan autoklaf. Sebelum pembuatan sediaan, seluruh alat dan bahan harus disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan cara sterilisasi masing-masing. "njeksi *hlorpheniramine maleas yang digunakan berkhasiat sebagai antihistamin dapat larut dengan air dan dengan penambahan a*l sebagai larutan pengisotonis, :en@yl alcohol sebagai penga)et dan aHua p.i sebagai air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara sesuai tidak mengandung bahan antimikroba
13
a*l digunakan karena larut dalam air. a*l berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh. 6Hua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pemba)a karena bahan-bahan larut dalam air. 6lasan pemilihan yaitu karena digunakan untuk melarutkan @at aktif dan @at-@at tambahan.
DA,TA PUSTAKA
Farmakope Indonesia edisi ketiga. 1/. %akarta 0 >epartemen =esehatan ?epublik
"ndonesia. Farmakope Indonesia edisi keempat.
1'. %akarta 0 >epartemen =esehatan ?epublik
"ndonesia. Dattimena %?. Dasar- dasar pembuatan dan resep – resep obat suntik. 1;. :andung 0 Penerbit 7ernate. 6nsel, o)ard *, Ph.>. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat. 2&&;. %akarta 0 Penerbit #ni$ersitas "ndonesia.
14