LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II PERCOBAAN V DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA
OLEH : NAMA
: HAMZAH AZALI
NIM
: F1F1 13 098
KELAS
: FARM. C
KELOMPOK
: II (DUA)
ASISTEN
: L.M. ANDI ZULBAYU
JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkan sebagai zat biasa, zat cair atau gas. Zat-zat ini dalam ilmu kimia dinamakan koloid. Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut bahkan udara berdebu termasuk sistem koloid. Kimia koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan dan penghidupan manusia. Proses dialam sekitar kebanyakan berhubungan dengan sistem koloid. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan suatu koloid, sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi-reaksi dalam sel. Tanah terdiri dari bahan-bahan koloid dan pemahaman tentang koloid sangat membantu dalam meningkatkan kesuburan lahan. Sistem koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, salep adalah emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri kar et untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak, mewarnai, pemurnian, melibatkan adsorpsi pada permukaan partikel koloid dan karena itu pemahaman sifat-sifat koloid sangat penting. Jadi, terlihat betapa pentingnya koloid dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu diadakan percobaan tentang kimia koloid yang akan dibahas pada laporan ini.
Kimia koloid meliputi koagulasi yaitu peristiwa pengendapan partikel koloid; dispersi yaitu memecah butir-butir yang lebih besar menjadi butir-butir seukuran koloid; emulsi yaitu medium pendispersi dan medium terdispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur; koloid pelindung dengan cara menambahkan zat, seperti gelatin untuk mencegah pengendapan sehingga koloid dapat terbentuk; adsorpsi yaitu penyerapan suatu yang melekat pada permukaan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan gambaran tentang sifat-sifat larutan koloid ?
C. Tujuan
Untuk memberikan gambaran tentang sifat-sifat larutan koloid.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Partikel koloid merupakan partikel diskrit yang terdapat dalam suspensi air baku, dan partikel inilah yang merupakan penyebab utama kekeruhan. Stabilitas koloid tergantung pada ukuran koloid serta muatan elektrik yang dipengaruhi oleh kandungan kimia pada koloid dan pada media dispersi (seperti kekuatan ion, pH dan kandungan organik dalam air). Koagulasi adalah proses penambahan koagulan pada air baku yang menyebabkan terjadinya destabilisasi dari partikel koloid agar terjadi agregasi dari partikel yang telah terdestabilisasi tersebut. Dengan penambahan koagulan, kestabilan koloid dapat dihancurkan sehingga partikel koloid dapat menggumpal dan membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar, sehingga dapat dihilangkan pada unit sedimentasi. Terdapat 4 mekanisme destabilisasi partikel, yaitu (i) pemampatan lapisan ganda, (ii) adsorpsi untuk netralisasi muatan, (iii) penjebakan partikel dengan koagulan, serta (iv) adsorpsi dan pembentukan jembatan antar partikel melalui penambahan polimer (Rachmawati, 2009). 0
Ukuran partikel yang diperoleh dengan inkubasi pada suhu 100 C lebih besar dari pada yang diperoleh dengan inkubasi pada suhu kamar. Demikian juga terhadap stabilitas koloid, diperkirakan bahwa stabilitas koloid dipengaruhi oleh suhu inkubasi, dimana partikel yang diperoleh pada inkubasi suhu 100 oC lebih stabil dibandingkan dengan partikel yang diperoleh dengan inkubasi pada suhu kamar, dengan asumsi bahwa spesispesi dari partikel yang diperoleh dengan inkubasi pada suhu 100 oC lebih sukar pecah dibandingkan dengan spesi-spesi partikel yang diperoleh dengan inkubasi suhu kamar (Yunilda, 2008).
Kekeruhan dalam air banyak disebabkan oleh koloid. Koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel yang cukup besar yaitu 1 - 1000 nm atau 0, 001- 1μm. Koloid pada air dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hidrofilik dan hidrofobik. Koloid hidrofilik mempunyai afinitas yang tinggi terhadap air, dan bersifat stabil. Ukurannya berkisar antara 1-10 nm namun dapat pula lebih besar dari itu pada jenis polymer. Contoh dari koloid hidrofilik antara lain protein, polimer sintetis. Koloid hidrofilik memiliki ukuran molekul yang tergolong besar, sehingga dapat menghamburkan cahaya dan tidak dapat melewati membran. Koloid hidrofobik mempunyai gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh dari koloid hidrofobik yaitu dispersi emas dan belerang dalam air. Koloid hidrofobik tidak terlarut dalam air dan tidak sepenuhnya dapat basah oleh air, tetapi kolid
hidrofobik
terdispersi
sebagai
molekul
yang
sangat
kecil.
Disebabkan
ketidakstabilannya, koloid hidrofobik dapat tersuspensi sebagai partikel individu dalam jangka waktu yang cukup lama (Mutiarani, 2011). Perolehan senyawa kimia didasarkan pada kesamaan sifat kepolaran terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan like dissolve like (Nurdin, 2010). Penggunaan minyak kelapa sebagai surfaktan memiliki beberapa kelebihan, antara lain bersifat terbarukan (renewable resources), lebih bersih (cleaner) dan lebih murni dibandingkan menggunakan bahan baku berbasis petrokimia. Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan
air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan lingkungan yang baik, permintaan surfaktan yang mudah terdegradasi dan berbasis tumbuhan juga semakin meningkat (Holmberg, 2001). Maka dari itu diperlukan kajian untuk memperoleh surfaktan yang mempunyai dua kriteria tersebut yaitu diperoleh dari bahan baku yang dapat diperbaharui (renewable) dan bersifat degradatif di alam sehingga dapat diterima secara ekologis (Probowati, 2012).
BAB III METODE KERJA
A.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : -
Gelas kimia 100 ml
-
Erlenmeyer 100 ml
-
Gelas ukur 50 ml
-
Turbidimeter
-
Konduktometer
-
Sendok tanduk
-
Pipet tetes
-
Batang pengaduk
-
Botol semprot
2.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : -
Minyak
-
Deterjen
-
Aquadest
B.
Prosedur Kerja
1.
Larutan Deterjen
Deterjen -
Ditimbang sebanyak 1 gr, 2 gr dan 3 gr
-
Dilarutkan masing-masing sebanyak 100 ml aquades dalam labu takar
-
Dimasukkan konsentrasi masing-masing dalam gelas kimia
-
Diukur konduktivitasnya dengan konduktometer
Laruten deterjen konsentrasi 1 % = 115,8 μS Larutan deterjen konsentrasi 2 % = 109,8 μS Larutan deterjen konsentrasi 3 % = 235 μS 2.
Koloid minyak – air dan air – minyak
Minyak -
Dimasukkan sebanyak 50 ml kedalam gelas ukur
-
Dicampurkan larutan detergen konsentrasi 1 %, 2 % dan 3 % kedalam minyak
-
Diaduk hingga tercampur rata
-
Diukur konduktivitasnya dengan konnduktometer
Koloid 1 % = 1 μS Koloid 2 % = 2,27 μS Koloid 3 % = 3,5 μS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Pembuatan Koloid No.
1.
Perlakuan
Gelas Kimia I Sabun 1 gr = aquadest 100 ml
2.
Gelas Kimia II Sabun 2 gr = aquadest 100 ml
3.
Gelas Kimia III Sabun 3 gr = aquadest 100 ml
4.
Erlenmeyer I Larutan sabun 1 gr + minyak goreng 50 ml
5.
Erlenmeyer II Larutan sabun 2 gr + minyak goreng 50 ml
6.
Erlenmeyer III Larutan sabun 3 gr + minyak goreng 50 ml
Hasil
2.
Pengukuran Konduktivitas No.
Konsentrasi Larutan
Konduktivitas (μS)
1.
Deterjen 1 %
119,8
Deterjen 2 %
109,8
Deterjen 3 %
2,35
Koloid 1 %
1
Koloid 2%
2,27
Koloid 3 %
3,5
2.
B. Pembahasan
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang kondisi larutannya terletak antara larutan dan suspensi (larutan kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat dalam keadaan koloid. Secara kasat mata larutan koloid terlihat seperti larutan yang homogen (menyatu), tetapi jika diamati lebih mendetail dengan mikroskop ultra maka akan terlihat heterogen (tidak menyatu), masih dapat dibedakan atas komponen-komponen penyusunnya. Koloid umumnya keruh tetapi stabil (tidak memisah). Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennya terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil. Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan. Sementara larutan adalah campuran homogen, di mana antar komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu, campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya. Dispersi koloid umumnya mempunyai sifat yang berbeda dengan sifat dispersi molekuler (larutan) dengan sifat dispersi kasar (dispersi koloid). Sifat-sifat dari dispersi koloid adalah partikel-partikel koloid umumnya bergerak dan gerakan ini disebabkan oleh tumbukkan atau tabrakan antara partikel-partikel koloid tersebut dengan molekul-molekul pelarutnya. Gerakan molekul-molekul koloidini dalam medium pendispersinya disebut gerak brown. Dengan menggunakan mikroskop ultra dapat terlihat bahwa gerak brown adalah gerakan yang cepat, lurus, tetapi arahnya tidak teratur. Besar kecilnya partikel koloid mempengaruhi kecepatan geraknya. Semakin kecil partikel koloid maka gerakan Brown akan semakin cepat. Partikel-partikel koloid juga dapat menghaburkan berkas
sinar yang mengenainya kesegala jurusan sehingga sinar yang dihamburkan akan terlihat. Fenomena ini disebut dengan efek Tyndal. Koloid dibagi atas tiga golongan besar yaitu koloid liofilik (koloid yang suka pelarut), koloid liofobik (koloid yang benci pelarut) dan koloid amfifilik (gabungan liofobik dan liofilik). Penggolongan ini berdasarkan pada ada tidaknya solvatasi oleh medium dispersi. Koloid memiliki beberapa sifat – sifat khusus yaitu efek Tyndall, yaitu peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Hal ini terjadi karena sistem partikel koloid mampu menghamburkan berkas cahaya yang diserap kesegala arah. Pemanfaatan dari efek Tyndall yaitu untuk membedakan sistem koloid dengan larutan sejati. Sifat yang kedua adalah Gerak brown, yaitu gerak zig zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak brown itu disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium terdispersi. Selain itu partikel koloid mampu mengadsorbsi perikel-partikel lain dalam suatu sistem. Sifat berikutnya adalah elektroforesis, yaitu suatu cara untuk menunjukkan bahwa gerakan partikel koloid dikarenakan muatan arus listrik dan sifat yang terakhir adalah Koagulasi, yaitu peristiwa penggumpalan oleh suatu zat yang menjadikan zat tersebut suatu partikel koloid. Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya y ang tiba. Turbidimeter merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk mengetahui atau mengukur tingkat kekeruhan air. Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran Karena menggunakan jumlah cahaya yang diabsorbsi untuk pengukuran konsentrasi, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan bergantung pada Jumlah partikel dan Ukuran partikel. Semakin besar
dan banyak jumlah partikel, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan semakin besar. Turbidimetri umumnya menggunakan sumber cahaya yang memiliki panjang gelombang lebih panjang (misalnya, 800 nm-1100 nm) dan efektif digunakan untuk mendeteksi partikel dengan ukuran yang lebih besar. Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui sampel keruh, intensitasnya dikurangi dengan hamburan, dan jumlah cahaya yang tersebar tergantung pada konsentrasi dan distribusi ukuran partikel. Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan elektrolit. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Dari percobaan diatas kami mendapatkan nilai konduktivitas minyak yang ditambahkan larutan detergen dengan kadar yang 1%, 2%, dan 3 % adalah 1 μS, 2.27 μS, dan 3.5 μS. Sedangkan nilai konduktivitas larutan detergen 1%, 2% dan 3 % berturut-turut adalah, 119.8 μS, 109.8 μS, dan 2.35 μS. Minyak merupakan zat nonelektrolit sedangkan air adalah zat elektrlolit. Elektrolit adalah zat atau senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik sedangkan non elektrolit adalah zat yang tidak dapat menghantarkaan arus listrik. Campuran antara minyak, air dan detergen ini tidak dpat menghantarkan arus listrik karena meskipun didalam larutan tersebut terdapat air yang merupakan zat elektrolit tapi komposisi dari minyak yang merupakan zat non elektrolit itu lebih besar dalam campuran senyawa ini sehingga larutannnya lebih cenderung untuk tidak menghantarkan arus listrik. Berbeda halnya dengan campuran air dan detergen saja ini akan memberikan daya hantar listrik karena terdapat air yang merupakan zat elektrolit dan campurannya mengandung komposisi air yang lebih banyak sehingga larutannya cenderung untuk menghantarkan arus listrik. Tapi, jika konsentrasi detergen semakin besar, maka semakin rendah daya hantar listriknya. Hal
ini disebabkan karena berkurangnya sifat air yang mempunyai daya hantar listrik yang besar. Ini sesuai dengan hasil yang kami dapatkan bahwa campuran air, minyak dan detergen nilai konduktivitasnya rendah sedangkan campuran detergen dan air nilai konduktivitasnya tinggi karena semakin meningkat dengan meningkatnya kadar larutan detergen.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sifatsifat koloid dapat digambarakan dengan cara seperti konduktivitas, turbiditas, pengendapan, dan viskositas.
Sistem koloid pada percobaan ini adalah termasuk
hidrofilik atau hidrofobik karena solven atau pelarut yang digunakan adalah air.
B. Saran
Sebaiknya alat yang digunakan dapat dipersiapkan terlebih dahulu agar percobaan yang dilakukan pada praktikum dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Mutiarani, dkk., 2011, Iradiasi Ultrasonik Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Ultrasonic Irradiation In Decreasing Water Turbidity, Vol. 1 No. 1 : 1-10, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Nurdin, M.A., Supriyanti, F.M.T., Zackiyah, 2010, “Penentuan Pelarut Terbaik Dalam Mengekstraksi Senyawa Bioaktif Dari Kulit Batang Artocharpus Heterophyllus”, Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, Vol. 1 No.2 , Universitas Pendidikan Indonesia. Probowati, A., Giovanni, P.C., Ikhsan, D., 2012, “Pembuatan Surfaktan Dari Minyak Murni (VCO) Melalui Proses Amidasi Dengan Katalis NaOH, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 1 No. 1, Universitas Diponegoro. Rachmawati, S.W., Iswanto, B., Winarni, 2009, “Pengaruh Ph Pada Proses Koagulasi Dengan Koagulan Aluminum Sulfat Dan Ferri Klorida”, Jurnal Teknologi LIngkungan, Vol. 5 No. 2, Indomasi Mulia, Jakarta. Yunilda,
2008, “Pembuatan Koloid 188renium-Sn Sebagai Senyawa Terapi Radiosinovektomi”, Jurnal Sains Materi Indonesia, ISSN : 1411-1098, Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) – BATAN, Tangerang.