LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Judul
: Isolasi Isolasi Eugenol
TujuanPercobaan
: 1. Mempelajari teknik pemisahan cara kimia (cair-cair).
2. Mempelajari teknik isolasi eugenol dari minyak cengkeh. Pendahuluan
Eugenol merupakan salah satu komponen utama dalam minyak cengkeh yang diperoleh dari daun, tangkai, dan bunga pohon cengkeh. Kandungan eugenol dalam minyak cengkeh adalah sebesar 80% - 90% dan sisanya mengandung kariofilen sebesar 10%. Eugenol mengandung gugus hidroksi yang menjadikannya sebagai senyawa fenolik yang bersifat asam dan mudah dipisahkan dari senyawa non fenolik, yaitu dengan cara ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut aktif (Tim penyusun praktikum kimia or ganik, 2017). Eugenol merupakan zat yang terkandung dalam minyak atsiri dan bersifat volatile atau volatile atau mudah menguap serta melepaskan aroma wangi. Susunan kimia eugenol terdiri dari unsur C, H dan O (C12H24O2). Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik (Kardinan, 2005). Secara kimia eugenol mempuyai rumus struktur sebagai berikut :
OH3C
CH2
HO Gambar 1. eugenol Berdasarkan struktur diatas dapat dilihat bahwa eugenol memiliki gugus hidroksi, metoksi dan alil. Adanya gugus hidroksi , menyebabkan eugenol bersifat asam dengan demikian akan mudah dipisahkan dipisahkan dari senyawa lain yang tidak bersifat bersifat fenolik (Tukiran, (Tukiran, 1994). Ekstraksi merupakan cara untuk pembuatan minyak atsiri yang bahan bakunya memiliki rendemen kecil, rusak pada suhu tinggi, dan rata-rata rusak dalam air. Cara ekstraksi biasanya digunakan untuk bahan baku minyak atsiri berupa bunga. Pemurnian eugenol dari minyak daun cengkeh dilakukan dengan proses ekstraksi yang direaksikan dengan basa alkali dan selanjutnya pemisahan eugenol menggunakan asam-asam organik. Proses yang terpenting dalam isolasi eugenol dari minyak cengkeh ini adalah pengekstrakan komponen bukan eugenol (larutan non eugenolat) yang berada dalam air. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan corong pemisah. Proses ekstraksi demikian disebut ekstraksi cair-
cair tak kotinyu (Rusli, 1980). Eugenol jika dilihat dari rumus strukturnya mengandung gugus hidroksi ( -OH). Adanya gugus hidroksi memberikan akibat akibat eugenol bersifat asam, dengan demikian eugenol dapat diisolasi dengan menggunakan cara ekstraksi dan menggunakan prinsip safonifikasi. Secara garis besar, isolasi eugenol dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Eugenol direaksikan dengan suatu basa alkali, maka akan dihasilkan eugenolat yang larut dalam air. b. Larutan kemudian diekstraksi dengan eter maka akan membentuk 2 lapisan, yaitu fasa air dan fasa eter. Karena eugenolat larut dalam air, maka zat tersebut akan berada dalam fasa air (bagian bawah). c. Kedua fasa dipisahkan, dan pada fasa air direaksikan dengan asam kuat (HCl) untuk menetralkan kembali eugenolat menjadi eugenol. d. Kemudian larutan ditambah dengan eter dan membentuk 2 lapisan, karena eugenol tidak larut dalam air, maka zat tersebut akan berada dalam fasa eter yang terletak pada bagian atas. e. Fasa eter kemudian didestilasi vakum untuk memisahkan eugenol dari pelarutnya. (Mintadi, 1995). Eugenol yang diperoleh dari isolasi kemudian diidentifikasi untuk membuktikan bahwa zat yang diisolasi benar-benar eugenol dengan menggunakan uji reaksi kimia. Uji reaksi kimia yang dimaksud adalah pengujian suatu senyawa dengan menggunakan reagen kimia tertentu. Zat-zat organik seperti eugenol memiliki gugus fungsi tertentu dimana setiap setiap gugus
fungsi
memiliki hasil reaksi yang spesifik. Gugus fungsi yang terdapat dalam
senyawa eugenol adalah gugus alkohol khususnya fenol. Gugus fungsi fenol akan memberikan hasil reaksi yang spesifik dengan reagen FeCl 3 yang memberikan warna hijau tua (Day, 1989). Cara ekstraksi cair-cair kontinyu untuk pemurnian eugenol dalam minyak cengkeh digunakan untuk meminimalisir masalah yang timbul seperti adanya pengocokan berulangulang, terjadi kenaikan tekanan internal, dan emulsi dalam corong pemisah serta kehilangan pelarut yang lebih besar. Masalah-masalah tersebut muncul sebagai akibat dari penggunaan cara ekstraksi cair-cair tak kontinyu (Svehla, 1989). M ater ial Sef ety Data Sheet (M SDS)
1. Natrium Hidroksida (NaOH) Natrium hidroksida mempunyai rumus kimia NaOH. Natrium hidroksida memiliki bentuk fisik berupa padatan kristal berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa. Natrium
hidroksida mempunyai berat molekul sebesar 40 g/mol, titik didihnya sebesar 1388 , titik lelehnya sebesar 323 dan pH nya sebesar 13,5. Natrium hidroksida larut dalam air, metanol dan etanol. Natrium hidroksida yang terkena kontak dengan mata dapat menyebabkan iritan dan korosif. Natrium hidroksida yang mengenai mata harus segera dibasuh dengan banyak air selama 15 menit (Anonim, 2017). 2. Kloroform (CHCl3) Kloroform mempunyai rumus kimia CHCl 3. kloroform memiliki bentuk fisik berupa cairan tidak berwarna, berbau tajam dan bersifat volatile . Kloroform memiliki berat molekul sebesar 119,5 g/mol, titik didihnya sebesar 61 dan titik lelehnya sebesar -116,3 . Kloroform larut dalam aseton dan sedikit larut dalam air dingin. Kloroform berbahaya apabila tertelan yang dapat menyebabkan iritasi dan gangguan pada saluran pencernaan. Kloroform yang tertelan ditangani dengan cara tidak memberikan apapun melalui mulut kepada korban dan tidak menyuruh untuk memuntahkannya, segera dapatkan penanganan medis (Anonim, 2017). 3. Asam Korida (HCl) Asam klorida mempunyai rumus kimia HCl. Asam klorida memiliki bentuk fisik berupa cairan tidak berwarna dan berbau tajam. Asam klorida mempunyai berat molekul sebesar 36,5 g/mol, titik didihnya sebesar 108,58 , titik lelehnya sebesar -62,25 . Asam klorida larut dalam air dingin, air panas dan dietil eter. Asam klorida berbahaya apabila terkena kontak dengan kulit yang dapat menyebabkan iritasi. Asam klorida yang terkena kontak dengan kulit ditangani dengan cara membasuh kulit dengan air selama 15 menit dan kemudian diolesi dengan emolien (Anonim, 2017). 4. Magnesium Sulfat Anhidrat (MgSO4.H2O) Magnesium sulfat anhidrat memiliki rumus kimia MgSO 4.H2O. Senyawa ini mempunyai bentuk fisik berupa padatan kristal berwarna putih dan tidak berbau. Magnesium sulfat anhidrat memiliki berat molekul sebesar 120,38 g/mol, titik didih nya sebesar 100 , dan tekanan uapnya sebesar 17,535 mmHg. Magnesium sulfat anhidrat sangat mudah larut dalam air dingin. Magnesium sulfat anhidrat sebaiknya disimpan ditempat khusus bahan korosif. Tempat penyimpanan seharusnya kering, dingin dan berventilasi baik. Selain itu, diusahakan tempat selalu tertutup rapat dan terhindar dari bahan yang tidak cocok dengan magnesium sulfat anhdrat. Magnesium sulfat anhidrat berbahaya apabila terkena kontak dengan mata yang mengakibatkan iritasi, cara penanganannya yaitu cuci mata yang terkena bahan dengan
air mengalir selama 15 menit (Anonim, 2017). 5. Besi(III) Korida (FeCl3) Besi(III) klorida mempunyai rumus kimia FeCl3. Besi(III) klorida memiliki bentuk fisik berupa padatan, tidak berbau dan tidak berasa. Besi(III) klorida mempunyai berat molekul sebesar 162,21 g/mol, titik didihnya sebesar 316 , dan titik lelehnya sebesar 306 . Besi(III) klorida larut dalam air dingin. Besi(III) klorida berbahaya apabila terhirup yang dapat mengakibatkan gangguan saluran pernapasan. Besi(III) klorida yang terhirup ditangani dengan cara memindahkan korban ke ruang terbuka, segera dapatkan penanganan medis (Anonim, 2017). Prinsip Kerja
Isolasi eugenol dari minyak cengkeh ini mengunakan cara ekstraksi cair-cair, yang menggunakan 2 pelarut berbeda sehingga terjadi distribusi solute diantara 2 pelarut tersebut dimana eugenol direaksikan dengan basa alkali sehingga membentuk eugenolat yang larut dalam air yang kemudian diekstraksi dengan eter untuk membentuk 2 fasa yaitu fasa eter d an fasa air (bagian bawah), kemudian kedua fasa dipisahkan, dengan menambahkan HCl pada fasa air akan mengubah kembali eugenolat menjadi eugenol. Larutan ditambah dengan eter sehingga membentuk 2 fase, dimana eugenol yang tidak larut dalam air akan berada pada fase eter (lapisan atas) yang kemudian fase eter tersebut akan didestilasi untuk memisahkan eugenol dengan pelarutnya. Alat
Beaker glass, batang pengaduk, corong pisah, gelas ukur, pipet tetes, penangas air, termometer, timbangan, dan tabung reaksi. Bahan
Minyak cengkeh, NaOH 10%, Koroform, HCl 25%, kertas lakmus biru, MgSO 4 anhidrat, dan FeCl3. Prosedur Kerja
Pertama dimasukkan 25 gram minyak cengkeh kedalam beaker glass kemudian ditambahkan 25 mL larutan NaOH 10%, kemudian diaduk sampai homogen. Kedua ditambahkan 10 mL dietileter lalu dipindahkan kedalam corong pisah, dikocok kuat-kuat dan diamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan. Fasa polar (anorganik), yang berada dilapisan bawah, dipisahkan dan ditampung dalam beaker glass. Ketiga fasa non polar
(organik), yang berada dilapisan atas, ditambahkan 10 mL larutan NaOH 10% dikocok kuatkuat, lalu didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Fasa polar (anorganik) dipisahkan dan digabung dengan fasa polar sebelumnya. Keempat ditambahkan HCl 25% tetes demi tetes kedalam fasa polar (bagian bawah) sampai terbentuk gumpalan-gumpalan coklat atau mempunyai pH ± 3 (tes menggunakan lakmus biru). Setelah itu pindahkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan dietileter 10 mL. Dikocok kuat-kuat, kemudian didiamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan. Fasa organik ditampung dalam beaker glass. Keenam uapkan pelarut dietileter yang terdapat dalam fasa organik tersebut, dalam lemari asam o
menggunakan penangas air (suhu air 50 C). Residu yang diperoleh ditambahkan sejumlah kecil kristal MgSO4. Lalu dekantasi residu yang mengandung eugenol tersebut. Timbang berat eugenol dan ukur volumenya juga menggunakan gelas ukur. Hitung rendemen/kadar eugenol dalam minyak cengkeh tersebut. Terakhir dilakukan uji positif akan adanya eugenol dalam residu yang diperoleh adalah terbentuknya warna ungu jika ditambahkan larutan FeCl 3. Waktu yang dibutuhkan selama percobaan
No
Pengamatan
Jam
Waktu
1
Persiapan praktikum ( pre-test )
14.20 – 14.40
20 menit
2
Preparasi sampel
14.40 – 14.55
15 menit
3
Prosedur kerja pembentukan fasa
14.55 – 15.40
45 menit
15.40 – 16.35
35 menit
16.35 – 17.15
40 menit
Prosedur kerja pemindahan dalam
4
corong pisah Prosedur kerja pemanasan dan uji
5
positif eugenol Total waktu yang dibutuhkan
2 jam 35 menit
Data dan Perhitungan a. Data No.
Bahan
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
23,5 mL minyak cengkeh
-
Berwarna kuning bening
2.
23,5 mL minyak cengkeh
+ 25 mL NaOH
- Menjadi kuning keruh agak
pekat. - Menghasilkan panas - terbentuk dua fasa Bagian bawah berwarna kuning keorangean dan bagian atas
3.
23,5 mL minyak cengkeh + 25 mL NaOH
+ kloroform dan dikocok kemudian didiamkan
berwarna coklat. - Lapisan atas fase anorganik (polar) - Lapisan bawah fase organik (non polar) - Suhu semakin panas.
4.
Fase nonpolar (organik)
+ 10 mL NaOH
Terbentuk dua fasa (atas anorganik-bawah organik) Bewarna putih keruh terbentuk gumpalan seperti gelembung-
Fasa polar (anorganik) 5.
+200 tetes HCl
gelembung pada bagian dasar beaker gelas, kemudian di tes
total (gabungan point 3
menggunakan kertas lakmus
dan 4 yang sudah
biru.
dipisahkan)
Terbentuk dua fase, pada +10 mL kloroform
lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah berwarna coklat.
Diuapkan
6.
Fasa organik
Coklat muda
Ditambah MgSO4
-
Ditimbang
-
+FeCl3
Bewarna ungu dibagian atas larutan
b. Perhitungan
Tidak dapat melakukan perhitungan rendemen dikarenakan pada saat setelah fasa organik dipanaskan (diuapkan), tidak ada gelembung coklat (eugenol) pada larutan, sehingga tidak
dapat dilakukan dekantasi untuk memisahkan eugenol dengan pelarut nya. Hasil No.
Gambar
Keterangan
Kondisi awal Minyak cengkeh sebelum di 1.
ekstraksi V=23,5 mL
Minyak cengkeh + NaOH. Penambahan 2.
NaOH , agar eugenol bisa terbentuk dalam garamnya yang larut dalam air
- Setelah
penambahan
kloroform,
kemudian dilakukan pengocokan dan pendiaman terbentuk dua fasa kemudian dipisahkan. - Lapisan atas merupakan fasa polar 4.
(anorganik) - Lapisan bawah merupakan fasa non polar (organik) - Kemudian pada fase non polar (organik) ditambahkan
dengan
NaOH
mendapatkan eugenol yang tersisa.
untuk
- Setelah penambahan NaOH dilakukan pengocokan
dan
didiamkan
hingga
terbentuk 2 fase. 7.
- Diambil fase polar (anorganik) yang berada di lapisan
bawah kemudian
digabung dengan hasil ekstraksi yang pertama.
8.
Total hasil penampungan Na-eugenolat yang merupakan fasa anorganik
Penambahan HCl hingga 200 tetes dan 9.
sambil dicek dengan lakmus biru untuk mengetahui
sudah
bersifat
asam
apa
belum larutan yang terbentuk.
Penambahan kloroform pada fasa eugenol 10.
yang
telah
dikocok
dan
sehingga terbentuk 2 fasa.
didiamkan
Fasa
organik
yang
telah
dipanaskan
menggunakan penangas air pada suhu 50
untuk
menguapkan
pelarut
kloroform. 11.
Seharusnya Setelah diuapkan ,dilakukan penambahan MgSO4 untuk mengikat air yang tersisa. Tetapi langkah ini tidak dilakukan karena tidak adanya gumpalan yang menandakan eugenol.
Penambahan FeCl3 untuk menguji ada tidaknya
12.
adanya
eugenol. eugenol
Dan karena
menunjukkan warna
yang
terbentuk bewarna ungu
Pembahasan
Percobaan kali ini membahas mengenai isolasi eugenol dari minyak cengkeh, dimana volume minyak cengkeh yang digunakan adalah sebesar 23,5 mL. Eugenol merupakan komponen utama dan paling banyak ditemukan dalam minyak cengkeh. Kadar eugenol dalam minyak cengkeh adalah sebesar 80-90%. Isolasi eugenol dari minyak cengkeh ini menggunakan proses ekstraksi cair-cair yang menggunakan 2 pelarut berbeda. Teknik ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur dengan sebagian komponen larut dalam pelarut fase pertama dan sebagian lagi larut dalam fase pelarut kedua. Kedua fase tersebut kemudian dikocok dan didiamkan hingga pemisahan terjadi secara sempurna, kemudain akan terbentuk dua lapisan dengan komponen kimia yang terpisah pada kedua fase tersebut berdasarkan sifat kepolarannya. Isolasi eugenol dari minyak cengkeh kali ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu ekstraksi menggunakan NaOH dan kloroform, pengasaman dengan HCl, ekstraksi eugenol menggunakan pelarut kloroform dan kemudian dilakukan proses evaporasi untuk memurnikan eugenol yang didapatkan. Langkah pertama yaitu penambahan NaOH pada
minyak cengkeh. Hal ini bertujuan untuk membentuk Na-eugenolat yang bersifat polar dan akan larut didalam air tetapi tidak larut dalam pelarut organik. Ion Na + dari NaOH akan mensubstitusi ion H+ dari eugenol sehingga akan membentuk Na-eugenolat. NaOH merupakan basa kuat, sehingga dapat mengikat eugenol. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut: HO
Na-O
+ NaOH (aq) CH2 (aq)
H3CO eugenol
+ CH2 (aq)
H3CO
H2 O (l)
Na-eugenolat
Campuran minyak cengkeh dan NaOH ini kemudian ditambah dengan larutan kloroform. Penambahan kloroform ini bertujuan untuk mengekstrak komponen non eugenol dari minyak cengkeh. Penambahan kloroform dilakukan dalam corong pisah kemudian dikocok kuat-kuat dengan sesekali membuka kran corong pisah untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan dari proses pengocokan tersebut akibat dari senyawa volatil pada campuran minyak cengkeh. Pengocokan didalam corong pisah dilakukan agar komponen non eugenol dari minyak cengkeh terdistribusi ke pelarut yang dapat melarutkannya yaitu kloroform. Selain itu pengocokan terus-menerus dilakukan dengan tujuan mempercepat reaksi dimana partikel-partikel dalam campuran akan bertumbukan sehingga hasil ekstraksinya akan menjadi sempurna. Reaksi berlangsung eksoterm karena menghasilkan panas. Campuran yang telah dikocok kemudian didiamkan selama 10 menit. Pendiaman bertujuan untuk memberi waktu pembentukan dua fase yang memiliki kepolaran berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan setelah pendiaman terbentuk 2 fase didalam corong, dimana lapisan atas merupakan fase polar (anorganik) dan lapisan bawah merupakan fase non polar (organik). Fase polar (anorganik) yang berada dilapisan atas berwarna lebih pekat karena banyak mengandung eugenol (berwarna coklat) sedangkan dilapisan bawah berwarna lebih terang karena mengandung pelarut kloroform dan komponen lain selain eugenol. Kloroform memiliki massa jenis yang lebih besar daripada NaOH, sehingga kloroform berada pada lapisan bawah. Fase polar yang berada di lapisan atas dipisahkan dan ditampung di dalam beaker glass. Fase non polar tetap berada dalam corong pisah, kemudian ditambahkan 10 mL NaOH 10 %. Tujuan penambahan kembali NaOH ini untuk mengikat fasa polar yang masih tersisa. Setelah penambahan NaOH dilakukan pengocokan dan didiamkan hingga terbentuk 2 fase. Fase polar (anorganik) yang berada di lapisan bawah kemudian digabung dengan hasil ekstraksi yang pertama.
Fase polar (anorganik) hasil ektraksi ditampung dalam gelas beker dan digabung dengan fasa polar hasil ekstraksi pertama. Fasa polar (anorganik) yang telah digabung tersebut kemudian ditambahkan larutan HCl 25% tetes demi tetes hingga larutan menjadi bersifat asam yang ditandai dengan berubahnya kertas lakmus berwarna biru menjadi merah dan terbentuknya gumpalan. Penambahan HCl ini bertujuan untuk membebaskan eugenol +
+
dari garam natrium eugenolat dengan cara H dari HCl mensubstitusi Na dari natrium eugenolat sehingga akan diperoleh eugenol kembali. Adapun reaksinya sebagai berikut : Na-O
HO
+ CH2 (aq)
H3CO
H-Cl (aq)
+ CH2 (aq)
H3CO
Na-eugenolat
NaCl (aq)
eugenol
Hasil yang didapat yaitu kertas lakmus biru berubaha warna menjadi merah setelah Penambahan HCl sampai 200 tetes dan terbentuk gumpalan kuning yang berada di lapisan bawah. Larutan yang telah ditambah HCl kemudian ditambah dengan 10 ml kloroform lalu dikocok dan kemudian didiamkan hingga terbentuk 2 fase. Warna larutan yang dihasilkan pada proses ini yaitu bagian atas (fase polar) berwarna putih yang merupakan NaCl dan bagian bawah (fase non polar) berwarna coklat yang merupakan kloroform yang didalamnya mengandung ekstrak eugenol. Bagian nonpolar yang terdapat ekstrak eugenol ini kemudian dipisahkan dari corong dan kemudian diuapkan. Penguapan ini bertujuan untuk menguapkan pelarutnya yaitu kloroform dan air sehingga diperoleh eugenol yang bebas dari pelarutnya dan diperoleh residu hasil isolasi eugenol dari minyak cengkeh. Hasil yang didapatkan tidak sesuai literature dimana seharusnya setelah diuapkan terdapat gumpalan-gumpalan coklat yang merupakan eugenol. Tidak adanya gumpalan-gumpalan tersebut dikarenakan mungkin terlalu banyak memberikan tetesan HCl sehingga menyebabkan pH campuran berada dibawah 3 namun secara teori eugenol ini dapat bereaksi dengan Na-eugenolat pada pH optimum sekitar 3 sehingga penambahan HCl yang terlalu banyak dapat menyebabkan merusak struktur eugenol sehingga akan diperoleh hasil yang menyimpang atau bisa juga disebabkan tercemarnya reagen yang digunakan maupun penggunaan alat yang kurang bersih. Tidak adanya gumpalan coklat setelah penguapan juga disababkan karena mungkin waktu penguapan yang terlalu sebentar sehingga pelarutnya masih banyak dan tidak terbentuk gumpalan coklat yang menandakan adanya eugenol. Proses selanjutnya jika merujuk pada literature adalah penambahan MgSO 4 yang bertujuan untuk mengikat sisa air sehingga eugenol murni dapat dipisahkan. Proses tersebut
tidak dilakukan karena tidak adanya gumpalan coklat setelah proses penguapan. Proses selanjutnya adalah penambahan FeCl 3 untuk uji positif adanya eugenol yng ditandai dengan berubahnya larutan menjadi ungu. Hasil percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan literature yang ada dimana setelah ditambahkan FeCl 3 terjadi perubahan warna larutan mejadi ungu. Hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan adanya gumpalan berwarna ungu yang berada di bagian atas larutan dan dibagian bawah nya terdapat larutan berwarna coklat yang mendominasi atau volumenya lebih banyak daripada gumpalan ungu yang merupakan eugenol. Gumpalan berwarna ungu tersebut merupakan eugenol yang berikatan dengan Fe sehingga membentuk kompleks. Larutan berwarna coklat yang mendominasi tersebut merupakan eugenol asetat yang merupakan kandungan lain dalam minyak cengkeh, karena kandungan dalam minyak cengkeh tidak semuanya berupa eugenol murni. Berdasarkan literature yang ada eugenol asetat tersebut adalah pemberi warna coklat pada minyak cengkeh, semakin banyak kandungan eugenol asetat warna akan semakin oklat dan aroma akan semakin kuat. Adapun reaksi penambahan FeCl 3 adalah sebagai berikut : 3 OH
O OCH3
-
-
OCH3
+
FeCl 3
CH2
3+
+ 3HCl +
Fe
+
3H
CH2
Eugenol
Kesimpulan
- Teknik pemisahan cara kimia (cair-cair) merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan 2 pelarut berbeda yang tidak saling melarutkan. Teknik ekstraksi cair-cair ini dapat dipelajari dengan melakukan ekstrak eugenol dari minyak cengkeh dengan pendistribusian solute di dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. - Isolasi eugenol dapat dipelajari dengan melakukan pengekstrakan pada minyak cengkeh menggunakan NaOH untuk memisahkan komponen eugenol dan komponen non eugenol dalam minyak cengkeh kemudian pengasaman menggunakan HCl untuk membebaskan eugenol dari garamnya dan dilanjutkan dengan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut kloroform serta pengujian hasil isolasi menggunakan FeCl3 dan untuk hasil isolasi positif mengandung eugenol.
Referensi
Anonim. 2016. Material
Safety
Data
Sheet
of
Asam
Klorida.
[serial
online]
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924638. [4 Maret 2017]. Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Besi(III) Klorida. [serial online] https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924508. [4 Maret 2017]. Anonim.
2016.
Material
Safety
Data
Sheet
of
Kloroform.
[serial
online]
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924368. [4 Maret 2017]. Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Magnesium Sulfat . [serial online] https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924920. [4 Maret 2017]. Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Natrium Hidroksida. [serial online] https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99245282. [4 Maret 2017]. Day, RA. 1989. Kimia Analitik Kuantitatif . Jakarta: Erlangga. Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: PT Agomedia pustaka. Mintadi, M. 1995. Isolasi dan Identifikasi Eugenol dari Bunga Cengkeh. Jember: Universitas Jember. Rusli, MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. Shevla. 1989. Vogel:Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Lima Bagian 2.Jakarta:PT.Kalman Media Pustaka Tim Penyusun Praktikum Kimia Organik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Organik . Jember: Universitas Jember. Tukiran. 1994. Isolasi Eugenol, pelatihan type B. Yogyakarta: UGM. Saran
- Proses pengocokan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup lama sehingga hasil ekstraksi nya juga lebih banyak dan kran pada corong pisah harus dibuka sesekali untuk memastikan sudah tidak ada gas didalam corong pisah. - Praktikan harus lebih teliti dalam menentukan fase polar dan fase non polar saat proses ekstraksi, karena jika salah dalam menentukan fasanya akan berdampak pada hasil isolasi eugenolnya. Nama Praktikan
Kartika Indah Aulia (151810301042)