LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA An.C.K DENGAN DIARE AKUT
DI RSUD SAM RATULANGI TONDANO
Di Susun Oleh :
I Putu Agus Faryastawan, S.Kep (17062001)
Kristy Hana Palit, S.Kep (17062002)
Tasya Maria, S.Kep (17062003)
Sampul Natalia Christien, S.Kep (17062004)
Rosalina MahupaleS.Kep (17062005)
Marsella F. Tamangendar, S.Kep (17062006)
CI :
Ns. Olha Turang, S.Kep
CT :
Dr. Indriani Yauri, MN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas tuntunan-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Kelompok dengan Asuhan Keperawatan Sistem Reproduksi pada pasien Intranatal Care di RSUD Sam Ratulangi Tondano dengan baik.
Laporan Kasus dengan Intranatal Care pada Ny. F.T. ini disusun untuk menambah ilmu keperawatan kami selama proses pendidikan Profesi Ners dilaksanakan. Selain itu, laporan kasus ini juga diajukan untuk melengkapi tugas stase Maternitas kami.
Kami juga menyadari akan keterbatasan dalam penyusunan Laporan Kasus ini. Namun, berkat usaha dan kerja keras, Laporan Kasus dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian Laporan Kelompok kami juga tidak lepas dari bimbingan oleh Dosen Pembimbing Ma'am Dr.Indriani Yauri, MN, dan CI klinik Bidan ( … ) yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kasus kami. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati kami mengucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
Identifikasi
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Pendahuluan
2.2 Asuhan Keperawatan Teori
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Klasifikasi Data
3.3 Analisa Data
3.4 Diagnosa Keperawatan
3.5 Intervensi dan Rasional
3.6 Implementasi dan Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis antara Tinjauan Teori dengan Kasus Kelompok
4.2 Analisis antara Asuhan Keperawatan Teori dengan Asuhan Keperawatan Kasus.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE AKUT PADA ANAK
PENGERTIAN
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Alimul H, 2006).
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekuwensi defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner&Suddart, 2014).
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari Depkes RI (2005).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang, 2004)
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi
Menurut Syaifuddin, (2003), susunan pencernaan terdiri dari :
Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi.
Bibir
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam di tutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut.
Pipi
Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
Gigi
Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih kebelakang yang terdiri dari 2 palatum. Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu: Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua + ujung lidah. Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting- puting pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun Lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang rahang atas bagian tengah, kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.
Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di sebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni bermuara di rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah didasari oleh saraf-saraf tak sadar.
Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (m mandibularis, oshitoid dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah. M genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.
Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna vertebralis, dibelakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung kedepan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fudus uteri.
Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari :
Lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)
Otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu:
Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan kimus
Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama di hancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun sepanjang dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan- pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan "peristaltic rusrf" merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa menit. Intesinum minor terdiri dari :
Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan di sebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus ) dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini. Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang vili di lapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini di sebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya berhubung dengan rectum.
Fungsi kolon: Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam:
Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.
Pergarakan pendorong "Mass Movement", yaitu kontraksi usus besar yang mendorong feses ke arah anus.
Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di antara pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter:
Sfingter Ani Internus
Sfingter Levator Ani
Sfingter Ani Eksternus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement. Mekanisme :
Kontraksi kolon desenden
Kontraksi reflek rectum
Kontraksi reflek sigmoid
Relaksasi sfingter ani
ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokan sebagai berikut:
Infeksi
Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium perfringens, Staphilococ Usaurfus,Camfylobacter, Aeromonas)
Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
Parasit
Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli, Crypto Sparidium)
Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis)
2. Malabsorpsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
3. Alergi: alergi makanan
4. Keracunan :
Keracunan bahan-bahan kimia
Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
Jazad renik, Algae
Ikan, Buah-buahan, Sayur-sayuran
Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids, dll
Sebab-sebab lain: faktor lingkungan dan perilaku, psikologi: rasa takut dan cemas
KLASIFIKASI
Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
Suhu tubuh meninggi/demam
Feces encer, berlendir atau berdarah
Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
Anus lecet
Muntah sebelum dan sesudah diare
Anoreksia
Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
Keram abdominal
Mual dan muntah
Lemah
Pucat
Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
PATOFISIOLOGI DAN PATOFLOW
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut :
Lekosit Feses (Stool Leukocytes)
Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
Volume Feses
Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam
Jika berat feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
Lemak Feses
Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.
Osmolalitas Feses
Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na, K dan Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organic yang tidak dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat, propionat dan butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
Pemeriksaan parasit atau telur pada feses
Untuk menunjukkan adanya Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.
Pemeriksaan darah
Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal. Skrining awal CBC, protrombin time, kalsium dan karotin akan menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe, VitB12, asam folat dan vitamin yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe,folat dan albumin mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.
Tes Laboratorium lainnya
Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison's disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
Diare Factitia
Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah. Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain dapat dilakukan pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2 PO4.
Pemeriksaan Penunjang Lain
Biopsi Usus Halus
Biopsi usus halus diindikasikan pada (a) pasien dengan diare yang tidak dapat dijelaskan atau steatore,(b) anemia defisiensi Fe yang tidak dapat dijelaskan yang mungkin menggambarkan absorbsi Fe yang buruk pada celiac spure dan (c) Osteoporosis idiopatik yang menggambarkan defisiensi terisolasi terhadap absorbs kalsium.
Enteroskopi Usus Halus
Memerlukan keterampilan khusus yang dapat membantu menidentifikasi lesi pada usus halus.
Protosigmoidoskopi dengan Biopsi Mukosa
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus mikroskopik, melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone laksatif.
Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus
Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi dalam memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30 menit. Tube dimasukkan ke usus halus melewati ligamentum treitz, kemudian diijeksikan suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil selulosa diinjeksikan.
Imaging
Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal aatas atau enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi Chron's disease, Limfoma atau sindroma carcinoid. Kolososkopi dapat membantu mengevaluasi IBD. Endoskopi dengan biopsy usus halus berguna dalam mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat penyakit pada mukosa. Endoskopi dengan aspirasi duodenum dan biopsy usus halus berguna pada pasien AIDS, Cryptosporidium, Mccrosporida, Infeksi M Avium Intraseluler. CT Abdpminal dapat menolong dalam mendeteksi pankreatitis kronis atau endokrin pancreas.
Beberapa Tes Untuk Malabsorbsi (Daldiyono, 1990 cit Sutadi, 2003)
Tes Untuk Menilai Abnormalitas Mukosa
The d-xylose absorption test
Absorbsi xylose tidak lengkap dimetabolisme di usus halus bagian proksimal, Abnormalitas ini ditandai jika eksresi pada ginjal rendah kurang dari 4 gram urine setelah pemberian 25 gr dosis oral. False positif terjadi pada renal insufisiensi, hipertensi portal dan penggunaan NSAID.
Breath Hidrogen Test
Hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri dari karbohidrat, dimana akan meningkat pada pertumbuhan bakteri dan intolerans laktosa. Hidrogen Breath Test akan mencapai pucaknya 2 jam setelah pertumbuhan bakteri dan 3-6 jam pada pasien dengan defisiensi lactase atau insufisiensi pancreas. Membedakan defisiensi lactase dan insufisiensi pancreas, pemberian enzim pancreas akan menurunkan Breath hydrogen.
Test Menilai Fungsi Pancreas
Schiling Test
Protease pancreas dari ikatan R-protein diperlukan untuk pembelahan B12 sebelum bergabung dengan factor intrinsic dimana pada insufisiensi pancreas berat kan menurunkan absorbsi B12. Label yang digunakan adalah Cobalamin (CO) dengan isotop yang berbeda. CO ini mengikat R protein dan factor intrinsic. Pada insufisiensi pancreas CO tidak diabsorbsi.
Test Stimulasi Pankreas
Pankreas dapat distimulasi dengan CCK intravena atau sekretin atau makanan yang mengandung lemak,protein dan karbohidrat. Cairan pancreas diaspirasi melalui kateter dari duodenum sebagai bikarbonat atau enzim pancreas spesifik. Tidak adanya peningkatan bikarbonat atau enzim pancreas setelah distimulasi menunjukkan insufisiensi pancreas.
Test Menilai Pertumbuhan Bakreri
Kultur bakteri kuantitatif : Dilakukan intubasi pada duodenum atau jejunum proksimal kemudian diinjeksikan NaCl steril kedalam lumen dan kemudian ddiaspirasi. Terdapatnya >105 bakteri/ml menunjukkan pertumbuhan bakteri.
PENATALAKSANAAN
Pemberian cairan.
a. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu.
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)
Obat anti sekresi.
Obat anti spasmolitik.
Obat pengeras tinja.
Obat antibiotik.
KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
Dehidrasi
Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
Renjatan hipovolemik
Hipokalemia
Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Ed 12. Jakarta: EGC
Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 7. Jakarta: EGC
Markum.AH. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
DIARE AKUT
Pengkajian Keperawatan
Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya
Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
Meniru membuat garis lurus (GH)
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
Melepasa pakaian sendiri (BM)
Pemeriksaan Fisik
pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
Mata : cekung, kering, sangat cekung
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni
Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
Jenis cairan
Cara rehidrasi oral
Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.
Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
Cara parenteral
Cairan I : RL dan NS
Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
Jalan pemberian
Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
Jumlah Cairan ; tergantung pada :
Defisit ( derajat dehidrasi)
Kehilangan sesaat (concurrent less)
Rumatan (maintenance).
Jadwal / kecepatan cairan
Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
BB (kg) x 50 cc
BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta dietetic
Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
Ketidakefektifan termoregulasi
Resiko Ketidakseimbangan Cairan
Defisit Nutrisi
Ansietas
Gangguan Pola Tidur
Dx. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan kenaikan produksi panas dalam tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan ketidakefektifan termoregulasi teratasi.
Kriteria Hasil : 1. Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu
Berkeringat saat panas
Perubahan warna kulit dari sedang menjadi ringan.
INTERVENSI
RASIONAL
Monitor tanda-tanda vital dan warna kulit
Hentikan aktivitas fisik
Tutup pasien dengan selimut, atau pakaian ringan
Berikan kompres hangat
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Memonitor suhu tubuh menggunakan alat yang sesuai
Instruksikan pasien mengenai tindakan-tindakan untuk mencegah kondisi sakit yang berhubungan dengan panas.
Monitor warna kulit dan suhu
Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas : jika diperlukan.
Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering
Kolaborasi dalam berikan antipiretik
Untuk mengetahui status termoregulasi
Aktivitas fisik yang berlebih dapat meningkatkan keletihan dan pengeluaran energy yang berlebih.
Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat
Untuk menurunkan suhu tubuh pasien dalam batas normal
Dengan melonggarkan pakaian dapat membuat kenyamanan dan produksi panas tidak terakumulasi pada tubuh.
Pantauan suhu tubuh untuk mengetahui kenaikan suhu yang terjadi.
Tindakan yang mencegah kondisi panas, seperti kelelahan, aktivitas yang berlebih, dan mudahnya terpapar dengan infeksi dan kuman yang ada dilingkungan.
Untuk memantau adanya gejala dan tanda perubahan pada kulit.
Membatasi aktivitas yang berlebih, dan hanya aktivitas yang mampu dilakukan.
Mukosa bibir dan hidung yang kering dapat terjadi pecah-pecah sebagai tanda awal dehidrasi
Antipiretik dapat menurunkan demam
Dx. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
Kriteria Hasil :
Intake dan Output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.
INTERVENSI
RASIONAL
Monitor vital sign
Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
Hitung atau timbang popok dengan baik
monitor intake dan output.
Monitor status hidrasi
Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan.
Monitor status hidrasi
Berikan cairan dengan tepat
Berikan diuretic yang diresepkan
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik.
Tawari makanan ringan
Anjurkan untuk minum sedikit namun sering
Berikan obat antimietik
Vital sign merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
Untuk mengetahui kenaikan BB dan keseimbangan cairan yang masuk.
Untuk mengetahui hasil dari pengeluaran metabolism tubuh
Pemasukan intake yang adekuat untuk mengetahui kepatenan masuknya cairan dalam tubuh.
Untuk mengetahui adanya tanda-tanda hidrasi.
Hasil laboratorium untuk mengetahui masalah yang ada dalam tubuh.
Untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda hidrasi
Cairan yang tepat untuk mengatasi kurangnya cairan dalam tubuh.
Sesuai dengan instruksi dengan dokter.
Dukungan dari keluarga dapat membantu dalam pemberian asupan makan.
Makanan ringan untuk selingan dalam membantu kenaikan BB
Minum sedikit namun sering dapat membantu dalam pemenuhan cairan
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antimietik untuk mengurangi rasa muntah yang dialami pasien
Dx. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan kualitas tidur tidak terganggu
Kriteria Hasil : 1. Tempat tidur yang nyaman
2. suhu ruangan yang nyaman
3. kualitas tidur tidak terganggu
4. jam tidur tidak terganggu
INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
Monitor pola tidur, dan catat kondisi fisik, keadaan yang menggangu tidur
Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan tidur
Monitor makanan sebelum tidur dan intake minuman yang dapat memfasilitasi/menggangu tidur
Mulai terapkan langkah-langkah kenyamanan seperti pijat, pemberian posisi, dan sentuhan afektif.
Anjurkan tidur siang untuk memenuhi kebutuhan tidur.
Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan tidur.
Memonitor pola tidur untuk ditentukan intervensi yang tepat
Mengkaji status yang menganggu keadaan tidur dan melakukan intervensi untuk mengatasi pola tidur jika ada
Lingkungan yang aman dan tenang membuat siklus tidur lebih efektif
Intake makanan/minuman yang berlebihan dapat menganggu tidur klien
Posisi nyaman, dan pijat membuat tubuh menjadi lebih rileks
Menambah kebutuhan tidur jika pola tidur kurang dari kebutuhan
Membantu menetapkan intervensi yang menambah kebutuhan tidur pada pasien
Dx. Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan napsu makan / diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil:
Intake makanan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup adekuat
Intake cairan lewat mulut yang tidak adekuat ditingkatkan ke cukup adekuat
INTERVENSI
RASIONAL
Monitor intake dan output
Berikan makanan pada anak sesuai usia perkembangannya
Timbang pasien secara berkala
Dukung orangtua untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan (misalnya memandikan, memberikan makan, memberikan obat, atau mengganti balutan)
Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang sudah dikonsumsi sebelumnya
Ganti popok
Keseimbangan cairan dapat menentukan status hidrasi dari pasien
Untuk meningkatkan asupan nutrisi yang sesuai
Untuk mengetahui berat badan yang seimbang
Perhatian orangtua sangat membantu dalam kesembuhan pasien
Untuk mengetahui kandungan nutrisi yang seimbang
Untuk mengetahui jumlah pengeluaran cairan dan dari dalam tubuh
Dx. Ansietas berhubungan dengan kurangnya Pengetahuan Orangtua tentang Penyakit yang diderita Anaknya.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam, diharapkan orang tua pasien memiliki tingkat pemahaman yang disampakaikan tentang perawatan anak.
Kriteria Hasil :
Orangtua pasien dapat beristirahat
Orangtua pasien berjalan tidak mondar-mandir.
Orangtua pasien tidak merasa gelisah
INTERVENSI
RASIONAL
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin akan dialami klien selama prosedur dilakukan.
Berada disisi orangtua pasien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan.
Yakinkan keselamatan dan keamanan pasien.
Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan prognosis.
Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.
Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan.
Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Pendekatan yang baik antara klien dapat membangun hubungan saling percaya.
Meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah sehingga kecemasan dapat teratasi.
Berada disisi orangtua agar rasa aman dapat dirasakan orangtua pasien dan mengurangi kecemasan yang dirasakan.
Meyakinkan pasien memungkinkan klien lebih semangat
Pemahaman yang baik tentang diagnosa membuat pasien atau keluarga lebih tenang
Adanya keluarga membuat pasien lebih nyaman, dan adanya dukungan.
Rasa aman memberikan kepercayaan antara keluarga dan pasien.
Teknik nafas dalam dapat merungi kecemasan yang dirasakan.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
BIODATA
Identitas Klien
Nama/ nama panggilan : An. C.K
Tempat Tanggal Lahir /usia : Tondano, 15 Desember 2014/ 11
bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : -
Agama : Kristen Protestan
Tanggal Masuk : 03 Desember 2017 Jam 04.00 WITA
Tanggal pengkajian : 04 Desember 2017 Jam 11.00 WITA
Diagnose Medik : Diare akut
Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Tn. P.K
Usia : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/Sumber Penghasilan : Securiti
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kembuan
Ibu
Nama :Ny. J.P
Usia : 31 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan/sumber penghasilan : Honorer
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Kembuan
Identitas Saudara Kandung
No
Nama
usia
Hubungan
Status Kesehatan
1
Sheril
6 tahun
kakak
sehat
Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Muntah 4x/hari, BAB cair ± 7x/hari
Riwayat Kesehatan Lalu ( Khusus unuk anak usia 0-5 tahun)
Pre natal care
Pemeriksaan kehamilan : ± 5 kali
Keluhan selama kehamilan : Ngidam, muntah
Kenaikan BB selama hanil : 55 kg
Imunisasi TT : 2 kali
Golongan darah ibu ; O. Golongan darah Ayah O
Natal
Tempat melahirkan : RS Samratulangi Tondano
Lama dan jenis persalinan : Spontan
Penolong persalinan : Bidan
Cara untuk memudahkan persalinan : obat perangsang
Komplikasi waktu lahir : Robek perineum
Post Natal
Kondisi Bayi: BB Lahir: 2.700 Gram, PB: 48 cm
(Untuk semua usia )
Penyakit yang pernah dialami : Batuk dan panas
Kecelakaan yang dialami : (-)
Dirawat di Rumah Sakit : Tidak Pernah
Alergi : Tidak ada riwayat alergi
Perkembangan anak disbanding saudara-saudaranya: Sama
Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit anggota keluarga: alergi (-), asma (-), TBC (-), hipertens (-), penyakit Jantung (-), stroke (-), anemia (-), hemophilia (-), arthritis (-), migraine (-), DM (-), kanker (-), jiwa (-).
Genogram
pp
p
p
Pasien Pasien pp Keterangan :
Pasien
Pasien
p
p
Laki-lakiLaki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan Perempuan
Perempuan
Perempuan
Riwayat Persalinan
No
Jenis Imunisasi
Waktu Pemberian
Reaksi setelah pemberian
1
BCG
Anak baru lahir
Badan terasa hangat
2
DPT ( I,II,III)
Bulan ke-2, 4 dan 6
Tidak ada
3
Polio (I,II,III,IV)
Bulan ke-2, 4 dan 6
Tidak ada
4
Campak
Bulan ke-9
Tidak ada
5
Hepatitis
Anak baru lahir
Tidak ada
Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan Fisik
BB : 7,5 Kg
Tinggi Badan: 55 cm
Waktu tumbuh gigi: 6 bulan, Tanggal gigi (-) Tahun
Perkembangan tiap tahap
Berguling : 6 bulan
Duduk : 8 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri :10 bulan
Berjalan : 11 bulan
Senyum kepada orang lain pertama kali : 10 bulan
Bicara pertama kali : 8 bulan
Berpakaian tanpa bantuan : 10 bulan
Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI
Pertama kali disusui : Waktu lahir
Cara pemberian : Setiap kali menangis
Lama pemberian : 3 bulan
Pemberian susu formula
Alasan pemberian : Sebagai asupan nutrisi tambahan
Jumlah pemberian : ± 250-300 ml
Cara memberikan : Menggunakan dot
Pemberian makanan tambahan
Pertama kali diberikan usia : 6 bulan
Jenis : bubur susu, regal
Pola pemberian nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia
Jenis Nutrisi
Lama pemberian
0 - 4 bulan
4 - 12 bulan
Saat ini
Asi, Bubur susu
Susu formula
Bubur beras, sayur, regal
0-4 bulan
4-11 bulan
4-11 bulan
Riwayat Psichososial
Apakah anak tinggal di : Rumah sendiri
Lingkungan berada di : Desa
Apakah rumah dekat : Sekolah
Apakah ada tangga yang bisa berbahaya (tidak), apakah anak punya ruang bermain (tidak)
Hubungan antara anggota keluarga: Harmonis
Pengasuh anak : orang tua
Riwayat Spriritual
Kegiatan keagamaan: Beribadah
Reaksi Hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawaat inap
Mengapa ibu membawa anaknya ke RS? Muntah dan BAB cair
Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: ya
Bagaimana perasaan orang tua saat ini: cemas, khawatir
Apakah orang tua akan selalu berkunjung: ya
Siapa yang tinggal dengan anak: ayah, ibu
Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi
Kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
1. Selera makan
2. Menu makan
3. Frekuensi makan
4. Makanan yang disukai
5. Makanan pantangan
6. Pembatasan pola makan
7. Cara makan
8. Ritual saat makan
Baik
Regal, bubur
3x sehari
Bubur
Tidak ada
Tidak ada
Disuapi oleh ibunya
Berdoa
Baik
Regal, bubur
3x sehari
Bubur, regal
Nasi
Tidak ada
Disuapi oleh ibunya
Berdoa
Cairan
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Jenis minuman
Frekuensi minum
Kebutuhan cairan
Cara pemenuhan
Susu SGM
± 6X/hari
Baik
Dengan dot/gelas
Susu LLM
±6x/hari
Baik
Dengan dot/gelas
Eliminasi (BAB dan BAK)
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Tempat pembuangan
Frekuensi (waktu)
Konsistensi
Kesulitan
Obat pencahar
Popok
BAB (pagi dan siang)
BAK (2x ganti pampers(±400 ml))
BAB (lembek)
Tidak ada
Tidak ada
Popok
BAB ( ±7x/hari)
BAK (2x ganti pampers (±400))
BAB (Cair)
Tidak ada
Tidak ada
Istirahat Tidur
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Jam tidur
a. Siang
b. Malam
Pola tidur
a. Kebiasaan sebelum tidur
b. Kesulitan tidur
± 3 jam
20:00 - 06:00
Minum susu
Tidak ada
±2 jam
19:00 - 06:00
Minum susu
Tidak ada
Olah Raga
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Program olah raga
Jenis dan frekuensi
Kondisi setelah olah raga
Bercanda dengan ibunya
Bermain, saat waktu luang
Senang
Bercanda dengan ibunya
Bermain, selalu
Senang
Personal Hygiene
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Mandi
Cara
Frekuensi
Alat mandi
Cuci rambut
Frekuensi
Cara
Gunting kuku
frekuensi
cara
Gosok Gigi
Frekuensi
cara
Menyirami seluruh tubuh
1 hari 2x mandi
Sabun, air, wascom
Tiap hari
Keramas dengan shampoo
2 minggu 1x
Dilakukan oleh ibunya
Tidak
Tidak
Hanya dibersihkan dengan menggunakan tissu basah
Aktivitas/ Mobilitas Fisik
Kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Kegiatan sehari-hari
Pengaturan jadwal harian
Penggunaan alat bantu
Kesulitan pergerakan tubh
Bermain dengan kakak
Makan, minum susu, tidur
Tidak
Tidak
Bermain dengan kakak
Makan, minum susu, tidur
Tidak
Tidak
Rekreasi
Kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Perasaan saat sekolah
Waktu luang
Perasaan setelah rekreasi
Waktu senggang keluarga
Kegiatran hari libur
Belum sekolah
Selalu
Senang
Sore hari – malam
Tamasya
Belum sekolah
Selalu
Senang
Setiap hari
Istirahat
Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum klien: Lemah
Tanda-tanda vital
Suhu : 39ºc
Nadi : 90x;menit
Repirasi :32x/menit
Tekanan darah : -
Atropometri
Tinggi badan : 55 cm
Berat badan : 7.500 Gram
Lingkar lengan atas : 12 cm
Lingkar kepala : 41 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar perut : 44 cm
Skin fold : -
Sistem Pernapasan
Hidung simetris : kanan – kiri
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), tumor (-)
Dada
Bentuk dada: Normal
Gerakan dada : simetris kanan – kiri, terdapat retraksi (-), otot bantu (-)
Suara nafas: vocal fremitus kanan-kiri, ronchi (-), wheezing (-), stidor (-), rales(-)
Sistem Kardio Vaskuler
Congjutiva: tidak anemia, bibir pucat/cyanosis (+)
Arteri carotis: kuat, tekanan vena jugularis: tidak meninggi
Ukuran jantung: normal, membesar (-), ictus cordis/apex teraba
Suara jantung S1 (ya), S2 (ya), bising aorta (-), mur-mur (-), gallop (-)
Capillary refilling Time: > 2 detik
Sistem pencernaan
Sklera : tidak icterus, bibir kering (+), labio skizis (-)
Mulut : simetris, palato skiziz (-), jumlah gigi, kemampuan menelan: baik
Gaster : kembung (+), gerakan peristaltic 35x/menit
Abdomen : hati: teraba(), lien(-), ginjal (-),
Anus : adanya kemerahan pada sekitar daerah anus
fases: cair sedikit ± 5x warna kuning
System Indra
Mata
Kelopak mata: Normal, bulu mata :Normal, alis: Sedikit
Lapang pandang: Normal
Hidung
Penciuman: normal, perih dihidung (-), trauma (-)
Secret yang mengalami penciuman (-)
Telinga
Keadaan daun telinga: Normal, kanal auditoris : bersih, serumen (-)
Fungsi pendengaran: Normal
Sistem Muskuloskeletal
Kepala: Bentuk Kepala: bulat, gerakan baik tidak ada gangguan
Pelvis : Gaya jalan: tegak, gerakan (+)
Lutut : Bengkak(-) , kaku (-)
Kaki: Bengkak: (-), gerakan(+), kemampuan jalan(+)
Tangan : Bengkak(-), gerakan (+)
Sistem Integumen
Rambut : Warna:hitam
Kulit : warna : putih langsat ,bulu(+), kulit: turgor kulit buruk, erupsi(-), tahi lalat(-) , ruam(-)
Kuku:warna : putih, permukaan kuku:, mudah patah(tidak), kebersihan : bersih
Sistem Endokrin
Kelenjar thyroid: tidak ada pembengkakan
Ekskresi urin berlebihan: (-), polydipsi (-), polyphagia(-)
Suhu tubuh yang tidak seimbang: keringat berlebihan: (tidak)
Riwayat bekas air seni dikeliling semut: (-)
Sistem Perkemihan
Odema palpebral: (-), moon face: (-), odema anasarca (-)
Keadaan kandung kemih: kosong
Nocturia: (-), dysuria: (-), kencing batu (-)
System Reproduksi
Wanita
Payudara : putting (+)
Labia mayora dan minora: bersih, secret (-), bau (+)
Test Diagnostik
Laboratorium :
HEMATOLOGI
HASIL
NILAI NORMAL
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Laju endap darah
Diff. count: Granulosit
Limfosit
Monosit
Golongan darah
Masa pembekuan/CT
Masa pendarahan/BT
Thrombocyt
PCV
Malaria
Wildal
HBs Ag
Dengue IgG/IgM
11.3 gr%
4.12 juta/mm3
8.100 /mm3
79% (40-75%)
17% (20-25%)
4% (2-8%)
212.000 /mm3
31%
L:13,5-17,5 / P:11,5-16,5
L: 4,4-6,5 / P: 3,8-5,8
4.000 – 10.000
40 – 75 %
20 - 45 %
2 – 8 %
150.000 – 450.000
L:> 45– 52 / P:< 40 – 48%
Therapy Saat Ini
Sanmol 3x3/4
Domperidon 3x1/3
Oralit 3x1 sachet
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah 4x muntah dalam sehari
BAB ± 7x dalam sehari, konsistensi BAB cair.
Orang tua pasien mengatakan cemas dengan kondisi anak yang sedang sakit
Orang tua pasien mengatakan sebelum sakit anak aktif bermain dengan kakaknya, sejak sakit anak tidak bersemangat.
Orang tua pasien mengatakan panas anak naik turun.
Orang tua pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk RS
KU : Lemah
Anak tampak pucat
TTV : SB = 390C N=90x/m
R = 32x/m
Bibir pucat
Gerakan peristaltik usu >30x/m
Orang tua tampak khawatir
Hasil Laboratorium :
HB : 11.3 gr%
Eritrosit : 4.12 juta/mm3
Leukosit 8.100 /mm3
Granulosit 79% (40-75%)
Limfosit 17% (20-25%)
Monosit 4% (2-8%)
Thrombocyt 212.000 /mm3
PCV 31%
Orang tua tampak bertanya-tanya dengan penyakit
ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH KEPERAWATAN
1.
Ds :
Orang tua pasien mengatakan panas naik turun.
Do :
KU : Lemah
TTV : SB=390C N=90x/m
R = 32x/m
Internal (bakteri, virus, parasit, protozoa, cacing perut)
Masuk saluran cerna
Berkembang biak di usus
Peradangan mukosa usus
Agregasi makrofag & pengeluaran mediator kimia
Mempengaruhi sel point pada hipotalamus
Suhu tubuh meningkat
Hipertermia
2.
Ds :
Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah 4x muntah dalam sehari
BAB ± 7x dalam sehari, konsistensi BAB cair.
Do :
Bibir pucat
Gerakan peristaltik usus > 30x/m
Anak tampak pucat
Hasil Lab :
HB 11.3 %
Granulosit 79%
Monosit 4%
Malabsorbsi (KH, Protein, Lemak)
Makanan tidak diserap
Tekanan osmotik meningkat
Pergeseran air dan elektrolit dalam lumen usus
Peningkatan isi lumen usus
Diare
Peningkatan frekuensi BAB
Resiko Ketidakseimbangan Cairan
3
Ds :
Orang tua pasien mengatakan cemas dengan kondisi anak yang sedang sakit
Orang tua pasien mengatakan sebelum sakit anak aktif bermain dengan kakaknya, sejak sakit anak tidak bersemangat
Orang tua pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk RS
Do :
Orang tua tampak khawatir
Orang tua tampak bertanya-tanya dengan penyakit anaknya
Diare
Pergerakkan usus berlebihan
Ketidaknyamanan abdomen
Ketidaktahuan orang tua
Kurangnya terpapar linformasi
Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : An.C.K Ruangan : Anak
Umuu : 11 bulan Kamar : I
No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ditemukan
Tanggal Teratasi
Prioritas
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
5-12-2017
7-12-2017
1
2.
Resiko ktidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB
5-12-2017
7-12-2017
2
3.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
5-12-2017
5-12-2012
3
No
Hari/Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Jam
Implementasi
Evaluasi
1.
Selasa, 5/12/2017
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu badan dalam batas normal. Kriteria hasil:
Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu
Perubahan warna kulit dari sedang menjadi ringan
Monitor Tanda-tanda vital dan warna kulit
Tutup pasien dengan selimut, atau pakaian ringan
Berikan kompres hangat
Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering
Kolaborasi dalam berikan antipiretik
Untuk mengetahui status termoregulasi
Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat
Untuk menurunkan suhu tubuh pasien dalam batas normal
Mukosa bibir dan hidung yang kering dapat terjadi pecah-pecah sebagai tanda awal dehidrasi
Antipiretik dapat menurunkan demam
Dinas Pagi
11.00
11.02
11.05
11.06
11.00
Memonitor Tanda-tanda vital dan warna kulit. Hasil:
SB: 39OC
N: 90 x/m
R: 32 x/m
Menutupi pasien dengan selimut dan pakaian ringan. Hasil: menganjurkan kepada ibu pasien untuk mengganti selimut yang tipis serta menggantikan pakaian pasien dengan yang meyerap keringat
Memberikan kompres hangat. Hasil: ibu pasien sedang melakukan kompres hangat dengan menggunakan air dan kain dan diletakkan di dahi pasien. Serta menganjurkan kepada ibu pasien untuk melakukan sendiri kompres hangat disaat suhu tubuh pasien meningkat
Melembabkan bibir yang kering. Hasil: menganjurkan kepada orangtua pasien untuk memberikan minum
Berkolaborasi dalam memberikan antipiretik. Hasil:
Sanmol 3x3/4 CTH
Selasa, 5/12/2017
Jam: 14.00
S:
Ibu pasien mengatakan pasien masih teraba panas
O:
Warna kulit tampak kemerahan
SB: 38,7oC
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi 1-5 dilankutkan
1.
Selasa, 5/12/2017
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu badan dalam batas normal. Kriteria hasil:
Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu
Perubahan warna kulit dari sedang menjadi ringan
Monitor Tanda-tanda vital dan warna kulit
Tutup pasien dengan selimut, atau pakaian ringan
Berikan kompres hangat
Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering
Kolaborasi dalam berikanantipiretik
Untuk mengetahui status termoregulasi
Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat
Untuk menurunkan suhu tubuh pasien dalam batas normal
Mukosa bibir dan hidung yang kering dapat terjadi pecah-pecah sebagai tanda awal dehidrasi
Antipiretik dapat menurunkan demam
Dinas sore
16.00
16.01
16.05
16.03
\
16.10
Memonitor Tanda-tanda vital dan warna kulit. Hasil:
SB: 38.5OC
N: 90 x/m
R: 32 x/m
Warna kulit kemerahan
Menutupi pasien dengan selimut dan pakaian ringan. Hasil: pasien sedang menggunakan selimut yang tipis dan pakaian yang menyerap keringat
Memberikan kompres hangat. Hasil: ibu pasien sedang melakukan kompres hangat dengan menggunakan air dan kain dan diletakkan di dahi pasien. Serta menganjurkan kepada ibu pasien untuk melakukan sendiri kompres hangat disaat suhu tubuh pasien meningkat
Melembabkan bibir yang kering. Hasil: menganjurkan kepada orangtua pasien untuk tetap memberikan minum
Berkolaborasi dalam memberikan antipiretik. Hasil:
Sanmol 3x3/4 CTH
Selasa, 5/12/2017
Jam: 19.00
S:
Ibu pasien mengatakan suhu tubuh pasien menurun sedikit
O:
Warna kulit tampak masih kemerahan
SB : 38oC
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi 1,2,3,5 dilanjutkan
No
Hari/ tanggal
Diagnosa keperawatan
Tujuan/kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Jam
Implementasi
Evaluasi
2
Selasa, 05/12/2017
Resiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah Resiko Kekurangan Volume Cairan akan seimbang. Dengan kriteria hasil :
-Intake dan Output seimbang
-Tidak ada tanda dehidrasi
-Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.
Monitor tanda-tanda vital
Monitor Intake dan Output cairan
Monitor status hidrasi
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makanan dengan tepat.
Anjurkan untuk minum sedikit namun sering
Kolaborasi untuk berikan obat antimietik
Vital sign merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
Pemasukan intake yang adekuat untuk mengetahui kepatenan masuknya cairan dalam tubuh
Untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda hidrasi
Dukungan dari keluarga dapat membantu dalam pemberian asupan makanan
Minum sedikit namun sering dapat membantu dalam pemenuhan cairan
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antimietik untuk mengurangi rasa muntah yang dialami pasien.
Dinas pagi
11:00
11.05
11.02
11.07
11.03
11.45
Memonitor vital sign.
Hasil : SB : 390C
N : 90x/m
R : 32x/m
Memonitor intake dan output.
Hasil intake : Air mineral ±150ml/hari, Susu LLM 250-300 ml/hari
Hasil output : BAB Cair ±7x, BAK (pempers ±200ml),
Muntah : sudah 4x
Memonitor status hidrasi.
Hasil : membrane mukosa kering, turgor kulit buruk.
Memotivasi kepada keluarga pasien untuk memberikan makanan dengan tepat.
Hasil : ibu pasien mengerti dan memberikan makanan dengan tepat, yaitu 1 hari 3x dengan menu bubur dan SGM LLM, Regal.
Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk memberikan minum sedikit namun sering.
Hasil : ibu pasien mengerti dan memberikan minum sedikit namun sering kepada pasien.
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antimietik
Hasil : Pemberian Obat Domperidone 3x1/3C serta oralit 1 sachet
Selasa, 05-12-2017
Jam: 14:00
S : -
O :
TTV :
SB : 38,70C
N : 90x/m
R : 32x/m
-Membran mukosa kering
-Turgor kulit kering
-BAB cair ±7x
-Muntah : masih 4x
A :
Masalah Belum Teratasi
P :
Intervensi 1-6 dilanjutkan.
2
Selasa/05 Desember 2017
Resiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Frekuensi BAB
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah Resiko Kekurangan Volume Cairan akan seimbang. Dengan kriteria hasil :
-Intake dan Output seimbang
-Vital sign dalam batas normal
-Tidak ada tanda dehidrasi
-Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab.
Monitor tanda-tanda vital
Monitor Intake dan Output
Monitor status hidrasi
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makanan dengan baik
Anjurkan untuk minum sedikit namun sering
Kolaborasi untuk berikan obat antimietik
Vital sign merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
Pemasukan intake yang adekuat untuk mengetahui kepatenan masuknya cairan dalam tubuh
Untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda hidrasi
Dukungan dari keluarga dapat membantu dalam pemberian asupan makanan
Minum sedikit namun sering dapat membantu dalam pemenuhan cairan
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antimietik untuk mengurangi rasa muntah yang dialami pasien.
Dinas sore
16:00
16.05
16.02
16.07
16.03
16.45
Memonitor vital sign.
Hasil : SB 38,50
N : 90x/m
R : 32x/m
Memonitor intake dan output.
Hasil intake : Air mineral ±100ml, Susu LLM 250-300 ml/hari
Hasil output : BAB Cair ±7x, BAK (pempers ±200ml),
Muntah : masih 4x
Memonitor status hidrasi.
Hasil : membrane mukosa kering, turgor kulit buruk.
Memotivasi kepada keluarga pasien untuk memberikan makanan dengan baik.
Hasil : ibu pasien mengatakan akan memberikan makan sore pada bayi dengan menu bubur dan air mineral.
Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk memberi minum sedikit namun sering.
Hasil : ibu pasien mengerti dan memberikan minum sedikit namun sering.
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antimietik
Hasil : Pemberian Obat Domperidone 3x1/3C serta oralit 1 sachet
Selasa, 05-12-2017
Jam: 19:00
S : -
O : TTV :
SB : 380C
N : 90x/m
R : 32x/m
Membran mukosa kering
Turgor kulit kering
BAB cair ±7x/hari
Muntah : masih 4x
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi 1,2,3,5,6 dilanjutkan.
NO
Hari/ Tanggal
Dx Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Jam
Implementasi
Evaluasi
3
Selasa/
5-12-2017
Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawaatan selama 1x24 jam diharapkan masalah ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Orangtua pasien dari cemas sedang ditingkatkan menajadi ringan
Orangtua tidak mondar-mandir bertanya
Lakukan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, prognosis
Pertimbangkan kemampuan orangtua pasien dalam mengambil keputusan
Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat
Pendekatan yang baik antara oranftua dapat membangun hubungan saling percaya
Meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah sehingga kecemasan dapat teratasi
Melihat seberapa jauh tingkat kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Adanya keluarga dapat membuat pasien lebih merasa nyaman dan lebih tenang
Dinas pagi
11:00
11:02
11:05
11:06
Melakukan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Hasil : Melakukan pendekatan yang baik pada orangtua pasien dan meyakinkan kepada orangtua bahwa pasien sudah dalam pengobatan sehingga orangtua pasien tidak perlu merasa cemas.
Memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis.
Hasil: Memberikan pemahaman kepada orangtua pasien tentang penyakit yang sedang diderita pasien, serta perawatan yang sedang dilakukan.
Mempertimbangkan kemampuan orangtua pasien dalam mengambil keputusan.
Hasil: Orangtua pasien belum terlalu yakin dalam mengambil keputusan dalam hal pemenuhan nutrisi, orangtua pasien lebih banyak bertanya kepada perawat ruangan
Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat.
Hasil: Orangtua pasien selalu mendampingi pasien untuk mengetahui perkembangan pada pasien
Dinas sore
Selasa/
05-12-2017
Jam: 14:00 WITA
S:
- orangtua pasien sudah mampu dalam mengambil keputusan dalam pemenuhan nutrisi
O:
-Orangtua pasienselalu mendampingi pasien
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan
1.
Rabu, 6/12/2017
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu badan dalam batas normal. Kriteria hasil:
Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu
Perubahan warna kulit dari sedang menjadi ringan
Monitor Tanda-tanda vital dan warna kulit
Tutup pasien dengan selimut, atau pakaian ringan
Berikan kompres hangat
Kolaborasi dalam berikan antipiretik
Untuk mengetahui status termoregulasi
Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat
Untuk menurunkan suhu tubuh pasien dalam batas normal
Antipiretik dapat menurunkan demam
Dinas pagi
08.00
08.01
08.03
08.05
Memonitor Tanda-tanda vital dan warna kulit. Hasil:
SB: 37.6OC
N: 86 x/m
R: 32 x/m
Warna kulit tampak tidak kemerahan
Menutupi pasien dengan selimut dan pakaian ringan. Hasil: menggantikan pakaian pasien dengan yang menyerap keringat
Memberikan kompres hangat. Hasil: mengatakan kepada orangtua pasien untuk memberikan kompres disaat pasien teraba panas
Berkolaborasi dalam memberikan antipiretik. Hasil:
Sanmol 3x3/4 CTH
Rabu, 6/12/2017
Jam: 14.00
S:
Ibu pasien mengatakan suhu tubuh pasien mulai menurun
O:
Pasien tidak teraba panas
SB : 37oC
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi 1,2,4 dilanjutkan
1.
Rabu, 6/12/2017
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu badan dalam batas normal. Kriteria hasil:
Peningkatan suhu kulit dari cukup terganggu menjadi tidak terganggu
Perubahan warna kulit dari sedang menjadi ringan
Monitor Tanda-tanda vital dan warna kulit
Tutup pasien dengan selimut, atau pakaian ringan
Kolaborasi dalam berikan antipiretik
Untuk mengetahui status termoregulasi
Pakaian yang ringan dapat menstabilkan suhu tubuh serta menyerap keringat
Antipiretik dapat menurunkan demam
Dinas sore
17.30
17.30
17.33
Memonitor Tanda-tanda vital dan warna kulit. Hasil:
SB: 37OC
N: 86 x/m
R: 32 x/m
Warna kulit tampak tidak kemerahan
Menutupi pasien dengan selimut dan pakaian ringan. Hasil: menggantikan pakaian pasien dengan yang menyerap keringat
Berkolaborasi dalam memberikan antipiretik. Hasil:
Sanmol 3x3/4 CTH
Rabu, 6/12/2017
Jam: 19.00
S:
Ibu pasien mengatakan suhu tubuh pasien menurun
O:
Pasien tidak teraba panas
SB : 36,9oC
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi 1,2,3 dilanjutkan