LAPORAN KUNJUNGAN ILMIAH
BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT (BALITTRO), BOGOR
Kelompok 9
Efelin Bunga Liat N J3L112***
Ghina Surya J3L112074
Indryani Rahayu K J3L112***
Insi Khoerul M J3L112***
M. Rizki Husni J3L112***
KIM 2C/P2
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian
besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu
penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat
menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek
yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu,
penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat
mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan
obat.
Bahan baku dalam pembuatan obat yang seringkali beredar di masyarakat
merupakan bahan baku sintetik dengan resiko berupa efek samping akibat
respon pada organ lain dalam tubuh di luar dari organ target penyembuhan
atau pencegahan. Hal ini seringkali menimbulkan masalah yang ditimbulkan
oleh sebagian besar obat dari bahan kimia sintetik baik dalam jangka waktu
yang pendek ataupun panjang. Masyarakat seringkali tidak menyadari
bahwasannya bahan-bahan alami mengandung banyak khasiat dalam proses
penyembuhan ataupun menjaga kesehatan karena mengandung senyawa aktif yang
berperan sebagai penangkal radikal bebas yang menyebabkan penyakit ataupun
antioksidan. Sebagian obat juga berperan sebagai antibakteri yang berperan
menghambat ataupun mematikan mikroba pathogen, antivirus, ataupun sebagai
sumber zat gizi yang dapat meningkatkan imunitas tubuh. Bahan-bahan alami
(herbal) tersebut mulai dikembangkan saat ini sebagai obat herbal yang
dapat mengobati atau mencegah penyakit tanpa mengakibatkan atau memiliki
efek samping yang sangat minim dalam dosis yang dianjurkan. Obat ini
memanfaatkan senyawa aktif yang merupakan metabolit sekunder dari bagian-
bagian tumbuhan, baik dari daun, bunga, batang, akar (rimpang), maupun
umbi. Bahan herbal selain mudah ditemui dan harganya murah, tanaman ini
seringkali dikonsumsi sebagai bahan pangan sehari-hari dan mudah untuk
diolah menjadi ramuan obat.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan komoditi flora yang
terbesar di dunia. Terdapat kurang lebih 30000 jenis tanaman di Indonesia,
dan 7000 diantaranya merupakan tanaman herbal. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Balittro) merupakan salah satu lembaga yang mengembangkan
dan melakukan penelitian terhadap sejumlah tanaman di Indonesia yang
berkhasiat sebagai obat. Lembaga ini cukup penting dalam ranah pengembangan
obat-obatan herbal di Indonesia yang kaya akan flora berkhasiat sebagai
obat, karena dalam pengembangannya hasil-hasil penelitian tersebut akan
bermanfaat dalam pengembangan industri kosmetik, farmasi, surfaktan,
ataupun kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memanfaatkan
bahan alam sebagai sumber daya yang dapat diperbaharui dan bermanfaat bagi
umat manusia. Hal inilah yang menjadikan dasar untuk melakukan kunjungan
guna menambah wawasan dan mempelajari jenis-jenis tanaman obat, beberapa
proses pengolahan bahan alam menjadi obat, dan tahap pengujian kelayakan
suatu bahan untuk dapat dijadikan sebagai obat disamping melaksanakan tugas
mata kuliah 'Kuliah Lapang' untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan
atau instansi yang memanfaatkan ilmu di bidang analisis kimia.
2. TUJUAN
Kegiatan kunjungan ilmiah ke Balittro bertujuan mempelajari aplikasi
teori kimia dalam dunia pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya dalam hal pemanfaatan bahan alami sebagai sumber alternatif dalam
kemajuan industri farmasi, aromatik, kosmetik, dan surfaktan di Indonesia
yang bermanfaat bagi masyarakat luas serta dalam rangka kegiatan rutin mata
kuliah 'Kuliah Lapang' dalam menambah wawasan mengenai dunia kerja di suatu
lembaga ataupun perusahaan yang memanfaatkan teori kimia dalam kehidupan.
3. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari, Tanggal : Senin, 06 Oktober 2014
Waktu : 09.00-11.30 WIB
Tempat : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro)
Jl.Tentara Pelajar No. 3, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu
Bogor, 16111 - Jawa Barat
ISI
2 SEJARAH
Balittro secara struktural merupakan unit pelaksana teknis di bidang
penelitian dan pengembangan yang berada di bawah Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan bekerjasama dengan Kementrian
Kesehatan. Balittro merupakan lembaga pemerintahan yang meneliti tanaman
herbal sebagai sumber obat-obatan alternatif agar hasil penelitian tersebut
dapat disebarluaskan sebagai ilmu pengetahuan dan dikembangkan di
Indonesia. Balittro berdiri sejak 1817 dengan nama Land Plantentuin
Buitenzorg di Cimanggu (Kampus Pertanian Cimanggu) di bawah naungan
Departmen Pertanian (Deptan) dan berevolusi serta bereorganisasi hingga
akhirnya perkembangan reorganisasi terakhir berdasarkan SK Mentan No.
613/Kpts/OT/210/84 pada 16 Agustus 1984 merubah Balitri (Balai Penelitian
Tanaman Industri) di daerah Bogor dan Tanjung Karang menjadi Balittro
(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Kampus Pertanian Cimanggu,
Bogor.
Balitro memiliki visi menjadi balai berkelas dunia dalam penelitian
dan diseminasi inovasi tanaman rempah dan obat, sedangkan misinya yaitu 1)
melaksanakan penelitian tanaman rempah dan obat yang berkualitas; 2)
melaksanakan diseminasi inovasi tanaman rempah dan obat secara luas; 3)
mengembangkan sumberdaya dan manajemen penelitian yang berkualitas. Fungsi
dari balitro yaitu 1) melakukan penelitian genetika, pemuliaan dan
perbenihan tanaman obat dan aromatik; 2) melakukan penelitian eksplorasi,
konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman obat dan
aromatik; 3) melakukan penelitian agronomi, morfologi, fisiologi, ekologi,
entomologi dan fitopatologi tanaman obat dan aromatic; 4) melakukan
penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman obat dan
aromatic; 5) melakukan pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman obat
dan aromatic; 6) melakukan penyiapan kerjasama. Informasi, dokumentasi,
serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman obat dan
aromatic, dan; 7) melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
2 HASIL KUNJUNGAN
Balittro merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai lembaga
penelitian dan pengembangan tanaman herbal. Berdasarkan fungsinya tersebut,
Balittro dilengkapi dengan Laboratorium Pengujian Mutu (Lab. Jasa) yang
telah terakreditasi dengan mutu akreditasi A (sangat baik). Pengelolaan
laboratorium Balittro menerapkan sistem manajemen laboratorium yang mengacu
pada ISO/IEC17025:2005 dengan nomor LP:256 tahun 2004 dan tahun 2009 untuk
menjamin keakuratan hasil uji. Ruang lingkup dari Laboratorium Pengujian
ini adalah analisis tanah, tanaman, atsiri, obat, rempah, benih, dan
mikroba kontaminan. Keberadaan Laboratorium Pengujian ini telah
dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Pengujian dilakukan menggunakan metode
standar internasional, standar nasional dan modifikasi yang telah
divalidasi. Pengujian didukung dengan sarana dan fasilitas peralatan yang
memenuhi standar kalibrasi dan SDM/analis yang berpengalaman. Laboratorium
lain yang terdapat di Balittro yaitu laboratorium penyulingan, yang
berperan dalam ekstraksi senyawa aktif ataupun minyak dari tumbuhan.
Balittro juga memiliki beberapa laboratorium dan rumah kaca untuk
melaksanakan kegiatan penelitian dalam berbagai aspek teknis budidaya
tanaman, seperti Laboratorium Pemuliaan (kultur jaringan, biologi
molekuler, dan benih), Laboratorium Ekofisiologi (kultur jaringan untuk
metabolit sekunder, morfologi dan fisiologi), dan Laboratorium Hama dan
Penyakit. Balittro juga menyediakan fasilitas Griya Jamu yang merupakan
pelayanan komersil yang menjual obat-obatan ataupun produk dari bahan
herbal untuk keluarga.
Balittro memiliki koleksi tanaman herbal yang berasal dari Indonesia
sebanyak kurang lebih 600 tanaman dan beberapa diantaranya merupakan
tanaman obat keluarga seperti temulawak, kunyit, jahe dan lain-lain.
Sambutan awal, mahasiswa dan mahasiswi diperkenalkan mengenai pengertian,
jenis-jenis, dan khasiat serta pengolahan beberapa tanaman obat dalam
mencegah,mengobati, maupun menjaga kesehatan apabila dikonsumsi. Tanaman
obat memiliki peran preventif, kuratif, rehabilitative, dan promotif serta
dikembangkan sebagai bahan untuk industri farmasi, kosmetik, surfaktan, dan
lain-lain. Tanaman obat dalam produk farmakologis dikemas sebagai produk
jamu terstandar, jamu tradisional, dan jamu fitofarmaka. Mahasiswa dan
mahasiswi juga diberikan tips mengenai cara pengolahan tanaman obat untuk
diolah menjadi jamu yang dapat dibuat sendiri. Tips yang paling dasar dalam
merebus tanaman obat untuk dikonsumsi yanitu tidak menggunakan bejana yang
terbuat dati besi, alumunium (stainless steel diperbolehkan) karena
dikhawatirkan menimbulkan reaksi samping terhadap senyawa aktif tanaman
obat sehingga dapat mengurangi khasiat obat dari tanaman tersebut dan atau
mengakibatkan efek yang buruk. Perebusan tanaman obat disarankan
menggunakan bejana yang terbuat dari keramin (tanah liat).
Koleksi tanaman ini terdapat di Kebun Percobaan yang merupakan kawasan
wisata ilmiah untuk mengenal lebih dekat tanaman-tanaman obat tersebut
secara langsung. Tanaman yang dibudidayakan memiliki khasiat obat,
mengandung senyawa kimia fitokimia seperi flavonoid, karotenoid, steroid,
dan lain lain (metabolit sekunder tanaman) dan zat gizi seperti vitamin,
mineral, protein, karbohidrat, dan lemak. Hasil kunjungan ke kebun
percobaan ini mahasiswa dan mahasiswi diperkenalkan dengan tanaman-tanaman
obat yang ada di tempat tersebut beserta khasiat serta cara pengolahannya
secara sederhana namun dianggap cukup manjur karena telah melalui hasil uji
dan penelitian. Tanaman-tanaman tersebut terbagi menjadi kelompok gulma,
tanaman tahunan, dan tanaman hias. Beberapa diantaranya yaitu terung KB
yang berkhasiat sebagai antifertilisasi pada manusia, temu putri, temu
manga, jambu mete yang daunnya juga dapat digunakan sebagai sari rapet,
tanaman pepaya, tanaman gendis sebagai obat diare, kaca piring, pegagan
sebagai penambah daya ingat, sambaing darah sebagai obat untuk mengurangi
pendarahan dan mengobat gejala anemia, cengkeh sebagai aromaterapi,
lavender sebagai repellent dan nutrisi bagi rambut, vanili sebagai
aromatikum, tanaman lada/merica, kecubung sebagai obat bius, nilam sebagai
minyak pengikat wangi dari parfum, jati belanda sebagai pelangsing, cakar
ayam sebagai obat kanker paru-paru, patat seabagai obat disentri dan
sebagai tanaman ketahanan pangan, jawer kotok, sidaguri, pacar air sebagai
obat bisul dan jerawat, mengkudu sebagai antikanker, bidara cina sebagai
neuroterapi, daun encok, kunyit putih, kwalot, ganyong, karuk, serta
tanaman kembang cokelat yang berkhasiat sebagai obat epilepsy, dan lain-
lain.
Senyawa aktif ataupun minyak atsiri dari tanaman-tanaman obat
tersebut diisolasi melalui tahap ekstraksi. Ekstraksi dilakukan pada
laboratorium penyulingan. Mahasiswa dan mahasiswi diperkenalkan mengenai
alat-alat serta metode penyulingan minyak-minyak atsiri di lab tersebut.
Laboratorium penyulingan memiliki alat-alat untuk penyulingan diantaranya
ketel, ekstraktor, dan alat destilasi. Metode destilasi yang digunakan
diklasifikasikan menjadi tiga jenis metode yaitu metode kukus dengan cara
menyimpan bahan dalam bejana yang berisi air (tetapi tidak direndam)
kemudian diuapkan dengan adanya panas dan dikondensasi dengan adanya
kondensor pada alat destilasi lalu terjadi pemisahan antara komponen
pelarut dengan komponen minyak berdasarkan titik didih dan bobot jenisnya.
Apabila terdapat komponen air dalam minyak maka perlu dihilangkan karena
dapat menurunkan kualitas minyak, penghilangan air dilakukan dengan
menambahkan Na2SO4 anhidrat untuk mengikat air agar berpisah dengan minyak.
Metode yang kedua yaitu metode destilasi uap langsung yang pada prinsipnya
sama dengan metode kukus namun sampel tidak direndam dalam pelarut air
namun digunakan uap air pada suhu dan tekanan tertentu untuk mengekstrak
minyak dalam sampel. Pengempaan terlebih dahulu dilakukan sebelum dilakukan
destilasi dengan pemanasan. Metode ini biasanya digunakan untuk bahan
berupa kayu-kayuan. Metode yang ketiga yaitu metode perebusan yaitu
memanaskan bahan dalam air untuk mengisolasi minyak dalam sampel.
Sampel yang diekstrak dapat disediakan dalam bentuk simplisia
(kering) ataupun basah. Kedua bentuk sediaan ini tidak mempengaruhi kadar
senyawa aktif yang terdapat di dalam sampel, hanya saja tingkat kesegaran
dan aroma yang berbeda serta kandungan air yang dihasilkan pada produk.
Sediaan dalam bentuk basah (tidak kering; bukan simplisia) menghasilkan
aroma yang lebih segar dibandingkan dengan bahan kering. Pengeringan bahan
yang akan diubah dalam bentuk simplisia dilakukan menggunakan alat dryer
(pengering) atau dijemur dengan menggunakan sinar matahari langsung. Alat
fresh dryer digunakan untuk mengeringkan daun tanpa mengubah warna daun.
Sampel yang merupakan padatan dengan ukuran besar diubah menjadi ukuran
yang kecil terlebih dahulu agar memudahkan proses ekstraksi. Penggilingan
dengan grinder merupakan tahap memperkecil ukuran sampel agar lebih mudah
diekstraksi serta memberi rendemen yang besar terhadap hasil ataupun jumlah
senyawa aktif yang terisolasi menjadi lebih banyak. Alat grinder
memperkecil ukuran sampel hingga ukuran 3-6 mm. Laboratorium penyulingan
ini juga dilengakpi alat pengempa untuk menghilangkan kadar air dari bahan-
bahan yang akan diekstraksi dengan menggunakan prinsip tekanan.
Laboratorium lain yang dikunjungi yaitu Laboratorium Uji Mutu.
Laboratorium ini merupakan laboratorium yang menyediakan jasa analisis
terhadap klien yang ingin menganalisis sampel berupa tanaman, obat, tanah,
pupuk, maupun minyak atsiri. Standar pengujian yang digunakan yaitu Standar
Nasional Indonesia (SNI) dengan parameter yang digunakan untuk minyak
atsiri diantaranya bobot jenis, indeks bias, putaran optic, kelarutan dalam
alcohol, bilangan asam, bilangan ester, serta kandungan senyawa aktif.
Laboratorium ini juga melakukan pengujian terhadap keberadaan mikroba,
total protein serta nitrogen pada sampel tanah. Instrument yang tersedia
untuk menunjang proses analisis yaitu Atomic Absorption Spectrophotometer
(AAS) yang digunakan untuk analisis mineral dalam tanah dan pupuk; Gas
Chromatography (GC) detector FID dan gas hidrogen sebagai pembakar, Thin
Layer Chromatography (TLC) scanner dan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) yang digunakan untuk analisis senyawa aktif dalam
sampel (biasanya sampel temulawak); spektrofotometer untuk analisis kadar
senyawa aktif; rotary evaporator untuk proses pemekatan hasil maserasi;
polarimeter untuk analisis putaran optik aktif; refraktometer untuk
mengukur indeks bias; viskometer untuk mengukur kekentalan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil kunjungan ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, mahasiswa memperoleh informasi dan wawasan mengenai tanaman herbal
yang dapat bermafaat bagi perkembangan industri khususnya di bidang farmasi
sebagai produk yang aman dan menyehatkan pada batas tertentu. Tanaman
herbal memiliki beberapa manfaat dalam pengobatan maupun kesehatan manusia
karena memiliki zat fitokimia dan zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh.
Tahap yang berperan penting dalam isolasi senyawa aktif ataupun minyak
atsiri untuk menghasilkan suatu produk herbal yaitu dengan tahap ekstraksi
dan selanjutnya pengujian di laboratorium yang khusus menggunakan
instrument-instrumen tertentu bergantung tujuan dari analisis bahan
tersebut.