Applied Behavior Analysis
“ Basic Concepts “
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Universitas Negeri Malang 2011
Konsep-konsep Dasar Analisis Pengubahan Tingkah Laku MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Pengubahan Tingkahlaku Dibina oleh Dr. Imanuel Hitipeuw, M.A.
Oleh:
Nila Zaimatus Septiana (100111507277) Paul Arjanto (100111507273)
Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2011
Kata Pengantar Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat penyertaanNya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Analisis Pengubahan Tingkah Laku dengan judul “Konsep Dasar Analisis Pengubahan Tingkah Laku” di Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Khusus Program Studi Bimbingan Konseling. Terima
kasih
yang
sedalam-dalamnya
saya
sampaikan
kepada
Dr. Imanuel Hitipeuw, M.A. selaku dosen mata kuliah Analisis Pengubahan Tingkah Laku yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya pembuatan makalah ini. Kritik dan saran sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khusunya para praktisi dan akademisi di bidang bimbingan dan konseling.
Malang, 28 Januari 2011
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................................... i Kata Pengantar ........................................................................................................................... ii Daftar Isi .................................................................................................................................... iii Konsep-Konsep Dasar Analisis pengubahan tingkah laku ........................................................ 1 1.
Tingkah Laku (Behavior) ........................................................................................... 1
2.
Lingkungan (Environment) ........................................................................................ 3 2.1. Ukuran Suatu Rangsangan .................................................................................. 4 2.2. Lokus Temporal Dari Rangsangan ...................................................................... 4 2.3. Fungsi-Fungsi Tingkah Laku Dari Perubahan Rangsangan ................................ 5
3.
Tingkah Laku Respon (Respondent Bevahior) ......................................................... 5 3.1. Pengkondisian Respon (Respondent Conditioning) ............................................ 6 3.2. Pengurangan/Penghapusan Respon (Respondent Extincion) .............................. 6
4.
Tingkah Laku Operan (Operant Behvior) ................................................................ 7 4.1. Operant Conditioning (Pengkondisian Operan) ................................................. 10 4.2. Penguatan/Ganjaran (Reinforcement) ................................................................. 11 4.3. Hukuman (Punishment)....................................................................................... 12 4.4. Perubahan-Perubahan Stimulus Yang Berfungsi Sebagai Reinforcement Dan Punishment. ......................................................................................................... 13 4.5. The Discriminated Operant And Three-Term Contigency. ................................. 14
5.
Pendekatan Untuk Persiapan Kelompok ................................................................ 15 5.1. Kompleksitas Repertoire Manusia ...................................................................... 16 5.2. Kompleksitas Dari Variabel-Variabel Pengontrol .............................................. 16 5.3. Perbedaan Individu .............................................................................................. 17
Kesimpulan .................................................................................................................... 19 Referensi ....................................................................................................................... 20
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
KONSEP-KONSEP DASAR ANALISIS PENGUBAHAN TINGKAH LAKU
1.
BEHAVIOR (TINGKAH LAKU)
Secara umum, Tingkah laku adalah aktivitas dari makhluk hidup. Tingkah laku manusia adalah segala sesuatu yang orang lakukan, mencakup bagaimana mereka bergerak dan apa yang mereka katakan, pikirkan, dan rasakan. Secara teknis, Johnston dan Pennypacker (1980, 1993a) memberikan pengertian yang lebih lengkap tentang tingkah laku.
The behavior of an organism is that portion of an organism`s interaction with its environment that is characterized by detectable displacement in space through time of some part of the organism and that results in a measurable change in at least one aspect of the environment (p. 23)
Dengan kata lain, tingkah laku organisme (makhluk hidup) adalah bagian dari interaksi makhluk hidup dengan lingkungan yang ditandai dengan terdeteksinya pemindahan dalam suatu bentuk melalui waktu (rentan waktu) yang terjadi pada beberapa bagian dari organisme dan hasil perubahan dapat diukur setidaknya dari satu aspek lingkungan. Ungkapan, “tingkah laku organisme” membatasi pembahasan pada aktivitas dari makhluk hidup, dengan tidak mengindahkan gagasan/ide seperti “tingkah laku” pasar saham yang berada diluar tingkah laku makhluk hidup. Ungkapan, “bagian dari interkasi makhluk hidup dengan lingkungannya” mengspesifikasi pada hal-hal yang dibutuhkan dan kondisi yang cukup untuk terjadinya tingkah laku sebagai (a) adanya dua objek yang berbeda yaitu organisme dan lingkungan, (b) adanya hubungan di antara keduanya. Ungkapan, “pemindahan dalam suatu bentuk melalui waktu” untuk menambahkan penjelasan tentang keadaan statis suatu organisme, definisi di atas
1
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
tidak meliputi pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh tindakan dari tenaga yang bebas dari luar tubuh makhluk hidup yang dinyatakan sebagai tingkah laku. Ungkapan ini juga menyoroti tentang sifat-sifat tingkah laku yang dapat diukur. Johnston dan Pennypacker (1993a) menyatakan bahwa tingkah laku dapat diukur sebagai “temporal locus” (ketika dalam waktu tertentu tingkah laku itu terjadi), “temporal extent” (rentang waktu atau durasi terjadinya tingkah laku” dan “repeatability” (frekuensi atau banyaknya kemunculun tingkah laku yang spesifik setiap waktu) Ungkapan, “hasil perubahan dapat diukur setidaknya dari satu aspek lingkungan". Johnston dan Pennypacker (1993a) menegaskan pentingnya pemberian ciri pada studi ilmiah tentang tingkah laku. Skinner (1969) menulis, “untuk dapat diamati, suatu respon harus mempengaruhi lingkungan”. Respon merupakan tindakan dari effector suatu organisme. Effector adalah suatu bagian dari organ tubuh yang terdapat serat saraf yang secara khusus untuk mengubah lingkungan secara mekanis, secara kimiawi, atau dalam bentuk energi tertentu (Michael, 2004, p. b). Effector manusia meliputi (a) otot lurik (striped muscles), misalnya: otot tulang/rangka, seperti: otot lengan. (b) otot halus, misalnya: otot perut dan otot kantung kemih. (c) kelenjar, misalnya: kelenjar adrenalin. Setiap respon organisme memiliki topografi tertentu yang disebut dengan topografi respon. Topografi respon berkenan dengan bentuk fisik atau bentuk dari dari tingkah laku. Meskipun kadangkala hal ini berguna untuk mendeskripsikan tingkah laku melalui topografinya, analisis tingkah laku menggunakan analisis fungsional (functional analysis) untuk menganalisis tingkah laku dalam lingkungan tertentu. Sekelompok respon dengan fungsi/tujuan yang sama (dalah hal ini, setiap respon dalam kelompok menghasilkan dampak yang sama terhadap lingkungan) disebut dengan response class. Analisis tingkah laku menggunakan istilah repertoire dalam dua pengertian. Pertama, repertiore kadang digunakan untuk menunjukan segala tingkah laku yang dapat dilakukan organisme. Namun yang sering digunakan untuk istilah ini
2
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
adalah seperangkat atau sekumpulan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang telah diperajari individu yang berkaitan dengan keadaan atau tugas tertentu.
2.
ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)
Segala tingkah laku muncul dalam konteks lingkungan. Johnston dan Pennypacker (1993a) memberikan definisi tentang lingkungan.
Environment refers to the conglomerate of real circumstance in which the organism or referenced part of the organism exists. In a simple way, environment is everything except the moving part of the organism involved in the behavior.
Berdasarkan pengertian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa lingkungan merupakan kumpulan dari keadaan nyata yang dialami oleh organisme atau bagian dari organisme tersebut. Lingkungan merupakan hal yang kompleks. Analisis tingkah laku mengdeskripsikan lingkungan sebagai stimulus atau kejadian. Stimulus merupakan suatu energi pengubah yang dapat mempengaruhi organisme melalui sel-sel penerima (receptor cells). Manusia memiliki sistem receptor yang dapat mendeteksi stimulus yang berasal dari luar dan dalam tubuh. Exteroceptors adalah organ mengindraan yang dapat mendeteksi stimulus eksternal dan dapat dilihat, didengar, penciuman, perasa dan perabaan/sentuhan. Terdapat dua jenis organ sensoris yang dapat menangkap stimulus yang berasal dari dalam tubuh, yaitu: interoceptors, adalah organ yang dapat menerima stimulus yang berasal dari rongga perut, misalnya merasa sakit perut, dan proprioceptors, merupakan organ tubuh yang dapat merasakan gerakan dan keseimbangan kinesthetic dan i Stimulus dapat dideskripsikan secara formal (melalui ciri-ciri fisik), secara temporal (melalui kapan lingkungan itu muncul yang berkenaan dengan kecenderungan tingkah laku) dan secara fungsional (memalui dampak dari tingkahlaku). Analisis tingkah laku menggunakan istilah stimulus class yang
3
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
menunjukan sekelompok stimuli yang dibagi dan dan telah diatur sebelumnya dari unsur-unsur yang biasa ke dalam satu atau lebih dimensi.
Ukuran Resmi Suatu Stimuli Analisis tingkah laku sering mendeskripsikan, mengukur dan memanipulasi stimuli berdasarkan ukuran resmi, seperti ukuran, warna, intensitas, berat dan posisi dari suatu objek. Stimuli dapat berupa “nonsocial”, seperti: lampu merah, suara yang keras, dll. Stimuli dapat juga berupa “social”, seperti: pertanyaan teman, “apakah anda sudah makan?”
Lokus Temporal Dari Stimuli Istilah antecedent menunjuk pada kondisi lingkungan atau perubahan stimulus yang memunculkan kecenderungan untuk bertindak. Karena tingkahlaku tidak dapat terjadi dalam suatu lingkungan yang hampa atau vakum, setiap respon mengambil tempat dalam konteks situasi atau kondisi terdahulu/sebelumnya. Consequence atau akibat merupakan perubahan stimulus yang mengikuti sebuah tingkah laku. Seperti antecedent events, consequences dapat juga bersifat sosial dan non-sosial. Seperti yang terdapat dalam tabel 2.1. berikut: Tabel 2.1. Kombinasi antecedent (situasi) dan consequent (akibat) yang bersifat non sosial dan sosial. Antecedent (situasi) Mesin minuman (drink machine) Lima cangkir di atas meja Teman berkata, ”belok kiri” Teman berkata, “jam berapa sekarang?”
4
Respon
Consequent (akibat)
Memasukan uang koin (deposit coins)
Minuman dingin (minuman dingin)
“satu-dua-tiga-empat-lima cangkir”
Guru mengangguk dan tersenyum
Belok kiri
Tiba di tempat tujuan
Jam enam
Teman berkata, “terimakasih”
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Fungsi Tingkah Laku Dari Perubahan Stimulus Perubahan stimulus dapat memiliki satu atau kedua-duanya dari dua dasar dari fungsi atau dampak tingkah laku: (a) terjadi dengan segera namun memiliki efek yang sementara untuk meningkatkan atau mengurangi frekuensi munculnya tingkah laku dan/atau (b) tertunda/perlahan-lahan namun memiliki dampak yang relatif menetap/permanen dalam dalam bertingkah laku di masa yang akan datang (Michael, 1995).
3.
RESPONDENT BEHAVIOR (TINGKAH LAKU RESPON)
Semua organisme yang dilahirkan ke dunia dapat melakukan respon tanpa melalui proses belajar. Respon ini bertujuan untuk melindungi organisme dari stimuli yang berbahaya, misalnya: air mata dan mana yang berkedip untuk mengeluarkan partikel/benda yang berada di kornea mata kita. Setiap hubungan antara stimulus dan respon disebut refleks (reflex), yang merupakan bagian dari organisme untuk bertahan hidup. Komponen-komponen respon dari stimulus – respon refleks disebut sebagai tingkah laku responden (respondent behavior). Tingkah laku respondent didefinisikan sebagai tingkah laku yang ditimbulkan oleh stimuli (antecedent). Perahtikan tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Contoh dari Refleks tak terkondisi. Stimulus Tak Terkondisi Sentuhan pada kornea mata Temperatur yang rendah Temperatur yang tinggi Makan di dalam mulut Rasa sakit pada kaki atau tangan Stimulus yang sangat menyakitkan
5
Respon Tak Terkondisi
Tipe Effector
Kedipan mata
Otot lurik
Menggigil
Otot halus dan otot lurik
Berkeringat Air liur Penarikan tangan atau kaki Meningkatnya detak jantung Sekresi adrenalin, dll
Kelenjar dan otot halus Kelenjar Otot lurik Otot jantung Kelenjar (tanpa pembulu), dll
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Pengkondisian Respon (Respondent Conditioning) Stimuli yang baru memperoleh kemampuan untuk menimbulkan responrespon yang disebut sebagai respon terkondisi. Proses ini ditemukan oleh seorang fisiologis asal Rusia, yaitu Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936), ketika sedang memperlajari sistem pencernaan anjing, Pavlov mencatat bahwa pengeluaran air liur anjing terjadi setiap kali asisten laboratorium membuka kandang untuk memberikan makanan. Pavlov memulai menggunakan jeda waktu tertentu saat memberi makanan kepada anjing dengan
menggunakan prosedur pemasangan rangsangan-
rangsangan (stimulus-stimulus pairing procedure). Makan yang berada di dalam mulut merupakan stimulus tak terkondisi, bunyi metronome merupakan stimulus netral. Setelah ekspreimen beberapa kali percobaan, anjing menjadi berliur setelah mendenger bunyi metronome. Metronome merupakan stimulus terkondisi dan pengkondisian refleks tercipta. Pengkondisian respon akan menjadi lebih efektif ketika stimulus netral diberikan sesegera sebelum memberikan stimulus tak terkondisi.
Pengurangan/Penghapusan Respon (Respondent Extincion) Pavlov juga menemukan bahwa pengkondisian refleks yang telah dibangun/diciptakan dapat menjadi lemah ketika memberikan stimulus terkondisi (bunyi) tanpa diikuti dengan stimulus tak terkondisi (makan) hal ini disebut sebagai respondent extinction (pengurangan respon). Gambar 3.1 dapat memperlihatkan skematik dari pengkondisian respon dan pengurangan respon.
6
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Sebelum pengkondisian
Pengkondisian Respon
US (unconditional Stimulus) hembusan angin
UR (Undconditional Respon) Mengedipkan/menutup mata
NS (Neutral Stimulus) Bunyi
Tidak ada kedipan mata
NS + US (bunyi dan hembusan angin)
UR (mengdipkan mata)
NS + US (bunyi dan hembusan angin)
UR (mengdipkan mata)
(beberapa kali percobaan) Menciptkan Pengkondisian Respon
Pengurangan/ penghapusan Respon
US (hembusan angin)
UR (kedipan mata)
CS (bunyi)
CR (kedipan mata)
CS (bunyi)
CR (kedipan mata)
CS (bunyi)
CR (kedipan mata)
(beberapa kali percobaan) Hasil dari pengurangan/ penghapusan Respon
US (unconditional Stimulus) hembusan angin
UR (Undconditional Respon) Mengdipkan/menutup mata
NS (Neutral Stimulus) Bunyi
Tidak ada kedipan mata
Gambar 3.1 Skematik pengkondisian respon dan penghapusan respon
4.
OPERANT BEHAVIOR (TINGKAH LAKU OPERAN)
Tingkah laku operan merupakan tingkah laku yang akan muncul yang ditentukan oleh akibat di masa lampu. Tidak seperti tingkah laku operan, yang ditimbulkan oleh kejadian yang mendahului (terdahulu), tingkah laku operan
7
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
dipilih, dibentuk dan dijaga/dirawat oleh akibat yang mengikutinya pada masa lampau. Tidak seperti respondent behaviors, yang memiliki topografi dan fungsifungsi dasar sebagai penentu awal, operant beheviors dapat mengembil hampir tak terbatas jarak dari bentuk tersebut. Bentuk dan keguaan dari respondent behavior adalah konstan dan dapat diidentifikasi dengan menggunakan topography (misalnya: bentuk dasar dan kegunaan dari keluarnya air liur (salivation) adalah selalu sama). Dengan perbandingan ini, bagaimanapun, “maksud” dari operant behavior tidak dapat diawali dengan topografi. Pendekatan operan digambarkan secara fungsional, oleh dampak/efek-efek yang muncul. Tidak hanya pada operan yang sama sering meliputi respon/tanggapan secara luas yang sangat berbeda dengan menggunakan topografi. Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Perbandingan dan perbedaan antara respondent behavior dan operant behavior Karakteristik/Kekhususan Pengertian
Unit dasa
Contoh Bagian tubuh sebagai effectors yang hampir sering memberikan respon Kegunaan untuk diri organisme
8
Respondent Behavior
Operat Behavior
Tingkah laku ditimbulkan oleh antecedent stimuli Refleks: suatu antecedent stimulus menimbulkan respon tertentu
Tingkah laku diseleksi berdasarkan akibatnya Operant response class: suatu kelompok respon yang menghasilkan akibat yang sama pada lingkungan; dideskripsikan dengan tiga bentuk kemungkinan hubungan dari kondisi stimulus antecedent, tingkah laku (behavior), dan akibat (consequence) (A-B-C) Penyempitan (constriction) Berbicara, berjalan, berpikir pupil saat menerima caha, tentang sesuatu, membaca mengeluarkan air liur ketika buku ini, dll mencium bau makanan, dll Utamanya otot polos dan Utamanya otot lurik, hormon (adrenalin); kadang-kadang otot polos kadang-kadang otot lurik dan hormon. Menjaga ketahanan Memungkinkan interaksi internal (internal economy) dan adaptasi yang efektif
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Kegunaan untuk spesies
Proses pengkondisian
Batasan repertoire
9
dari organisme; menyediakan seperangkat “ready-made” respon pertahan dari organisme yang tidak memerlukan waktu untuk dipelajari Menjaga kelangsungan dari spesies secara tidak langsung (melindungi refleks-refleks yang menolong kelangsungan hidup individu untuk bereproduksi) dan secara tidak langsung (refleksreflesk berhubungan dengan reproduksi) Pengkondisian klasik (respon, Pavlovian): melalui sebuah stimulus-stimulus pairing prosedur yang terdapat Neutral stimulus (NS) dibarengi dengan unconditional stimulus (US). Yang pada akhirnya menjadi conditional stimulus (CS)
Topografi dan fungsi respond ditentukan oleh evolusi natural dari suatu spesies. Secara utuh seluruh makhluk hidup biologis memiliki kemampuan yang sama dalam meberikan unconditioned reflex. Meskipun bentuk baru dari tingkah laku respon tidak dipelajari, pengkondisian refleks dapat muncul dari repertoire individu saat mengalami stimulusstimulus pairing.
dalam setiap pergantian lingkungan yang tidak dapat di antisipasi oleh evolusi.
Individu-individu yang bertingkah laku sangat sensitif untuk suatu akibat adalah yang lebih dapat bertahan hidup dan berkembangbiak.
Pengkondisian operan: beberapa stimulus berubah secara seketika mengikuti peningkatan respon (reinforcement) atau mengurangan (punishment). Pada awalnya neutral stimulus berubah menjadi conditioned reinforcers atau punishers sebagai hasil dari stimulus-stimulus pairing dengan reinforcers dan punishers. Topografi dan fungsi dari repertoire individu menurut operant conditioning merupakan hasil seleksi oleh konsekuensi/akibat selama individu itu hidup. Respon operan yang lebih baru dan kompleks dapat dimunculkan. Hasil respon dari beberapa operan manusia (misalnya, pesawat terbang), memungkinkan beberapa tingkah laku yang tidak mungkin tersturktur sendiri (misalnya, terbang)
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Operant conditioning (pengkondisian operan) Pengkondisian operant menunjuk pada proses dan effek-efek yang selektif dari konsekuensi terhadap tingkah laku. Dari perspektif pengkondisian operan, fungsi consequence adalah sebagai stimulus pengubah yang diikuti pemberian tindakan. Ketika pengkondisian operan terdiri dari peningkatan frekuensi respon, reinforcement berperan namun ketika frekuensi respon menurun maka punishers yang berperan. Consequences hanya dapat mempengaruhi tingkah laku yang akan datang. Akibat/konsekuensi hanya mempengaruhi tingkah laku yang akan datang. Secara khusus, suatu akibat tingkah laku mempengaruhi frekuensi relatif dengan respon yang sama. Ketika tingkah laku sebelum berakhir konsekuensi mengikutinya. Meskipun
demikian,
pernyataan
“tingkah
laku
dikendalikan
oleh
akibat/konsekuensi” menimbulkan pertanyaan. Konsekuensi memilih kelas respon, bukan respon individual. Respon-respon dipancarkan karena efek-efek dari reinforcement dari respon-respon terlebih dahulu tetapi akan disebarkan secara cukup dengan bentuk respon-respon untuk menghasilkan konsekuensi yang sama. Jika akibat/konsekuensi dipilih hanya berdasarkan rentang yang sangat sempit dari respon, efek akan “cenderung seragam (serupa) dan sangat persis (serupa)” (Moxley, 2004, p. 110). Konsekuensi/akibat yang terjadi dengan segera memiliki efek yang sangat besar. Tingkah laku sangat sensitif terhadap perubahan stimulus yang muncul sesegara mungkin setelah atau bersamaan beberapa detik dari respon-respon. Konsekuensi/akibat
menentukan
tingkah
laku.
Reinforcement
dan
punishement adalah sama-sama memiliki kesempatan sebagai yang terpilih. Banyak tingkah laku secara tiba-tiba mendahului reinforcement (atau punishment) akan meningkat (menurun). Terdapat hubungan temporal antara tingkah laku dan konsekuensi sebagai fungsional. Sepanjang individu saling terkait, hal yang sangat penting bahwa segala sesuati memiliki ketidak tentuan dalam berinteraksi. “Penguat (reinforcer) hanya mengikuti respon individu. Bagaimana hal itu terjadi bukan masalah” (Skinner, 1953, p. 85).
10
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Pengkondisian operan terjadi secara otomatis. Pengkondisian operan tidak membutuhkan kesadaran individu. “kebutuhan hubungan reinforcement tidak dapat dengan jelas bagi individu (tingkah laku yang mana) yang diperkuat” (Skinner, 1953, p. 75) pernyataan di atas merupakan bentuk dari Automaticity of reinforcement; dalam hal ini, tingkah laku dimodifikasi oleh konsekuensi dengan mengabaikan apaah individu itu sadar bahwa ia sedang diperkuat. Seseorang tidak dapat memiliki pemahaman atau kata-kata yang dapat menghubungkan tingkah lakunya dengan konsekuensi, atau bahkan mengetahui bahwa konsekuensi terjadi sebagai reinforcement untuk “bertindak/bekerja”
Reinforcement Reinforcement/penguatan merupakan prinsip yang sangat penting dalam tingkah laku dan elemen kunci dalam program/rencana pengubahan tingkah laku yang didesain oleh analisis tingkah laku (Flora, 2004; Northup, Vollmer, & Serrett, 1993). Jika tingkah laku diikuti dengan rentang waktu yang singkat oleh stimulus dan sebagai hasil dari tindakan dan secara frekuensi tingkah laku itu meningkat dalam kondisi yang sama, reinforcement yang sedang berperan. Banyak pengubahan stimulus yang berfungsi sebagai reinforcers dapat dideskripsikan secara operasional sebagai: (a) stimulus baru yang ditambahkan kepada lingkungan (atau meningkatkan intensitas), atau (b) stimulus yang sudah siap dihapus dari lingkungan (atau mengurangi intensitas). Terdapat dua operasi yang disediakan bagi dua bentuk reinforcement, disebut sebagai positif dan negatif. Reinforcement positif muncul ketika tingkah laku diikuti dengan segera oleh pemberian sebagai stimulus dan sebagai hasilnya, terjadi lebih sering di kemudian hari. (Reinforcement positif akan dibahas lebih lengkap pada bab 11) Ketika frekuensi dari tingkah laku meningkat karena respon di waktu lampu dihasilkan dalam penarikan atau penghentian dari stimulus, tindakan ini disebut sebagai reinforcement negatif. Skinner (1953) menggunakan istilah aversive stimulus untuk menunjuk pada diantara hal-hal lain, pengkondisian stimulus memiliki fungsi terminasi sebagai reinforcement. Reinforcement negatif dicirikan
11
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
dengan pelepasan atau penghindaran terhadap ketidaktentuan. (Reinforcement negatif secara khusu akan dibahas pada bab 12). Gambar 4.1 di bawah dapat digunakan untuk menjelaskan reinforcement positif dan reinforcement negatif.
Frekuensi tingkah laku
p
Hadiah atau peningkatan Intensitas Rangasangan
Penarikan diri atau pengurangan Intensitas Rangasangan
Penguatan Positif
Ganjaran Negatif
Hukuman Positif
Hukuman Negatif
Gambar 4.1 Ganjaran dan Hukuman.
Punishment Punishment (hukuman) seperti reinforcement. Ketika tingkah laku diikuti oleh suatu simulus pengubah yang mengurangi frekuensi dari tingkah laku, punishment yang mengambil peran. Juga, seperti reinforcement, punishment dapat memenuhi salah satu dari dua tipe tindakan stimulus pengubahan. Meskipun kebanyakan dari analis tingkah laku mendukung pengertian dari punishment sebagai suatu konsekuensi yang mengurangi frekuensi tingkah laku di masa yang akan datang (Azrin & Holz, 1966), banyak macam istilah yang digunakan dalam berbagai literatur untuk menunjukan dua jenis konsekuensi. Sebagai contoh, Behavior Analyst Certification Board (BACB, 2005) dan penulis buku tes (misalnya, Miltenberger, 2004) menggunakan istilah Positive punishment dan negatif punishment, sejajar dengan istilah positif reinforcement dan negatif
12
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
reinforcement. Walaupun istilah positive punisment dan negatif punishment adalah konsisten dengan istilah yang digunakan untuk membedakan dua tindakan reinforcement,
mereka
kuranga
jelas
mendeskripsikan
tentang
tindakan
punishment. Foxx (1982) memperkenalkan istilah hukuman tipe 1 dan hukuman tipe 2 melalui kesatuan stimulasi dan panishment dengan menggunakan penarikan dari stimulasi. Seperti positif dan negatif reinforcement, banyak prosedur perubahan tingkah laku menggabungkan dua tindakan/operasi dasar punishment. Meskipun beberapa buku teks menyatkan istilah punishment untuk prosedurprosedur melibatkan hal positif (atau Tipe 1) punishment dan mendeskripsikan istirahat (time-out) dari positif reinforcement dan kerugian respon sebagai prinsip atau tipe punishment. Oleh karena itu, time-out dan response cost seharusnya mempertimbangkan taktik pengubahan tingkah laku dan bukan prinsip dasar dari tingkah laku itu sendiri.
Perubahan-perubahan stimulus yang berfungsi sebagai reinforcement dan punishment. Karena pengkondisian operan melibatkan konsekuensi dari tingkah laku, hal ini
menyatakan
menggunakan
bahwa setiap
pengkondisian
individu
operan
memiliki
untuk
kecenderungan
mengubah
perilaku
untuk harus
mengidentifikasi dan mengontrol peristiwa dari konsekuensi yang relevan. Sebab analis pengubahan tingkah laku, kemudian, suatu pertanyaan penting muncul, apa macam dari stimulus yang berubah fungsi sebagai reinforcers dan punishers ? Reinforcement dan punishment tak terkondisi. Suatu perubahan stimulus yang dapat meningkatkan frekuensi di masa yang akan datang dari tingkah laku tanpa berpasangan dengan bentuk yang lain dari reinforcement disebtu sebagai unconditioned reinforcer. Sebagai contoh, rangsangan seperti makanan, air, rangsangan-rangsangan seksual yang mendukung pemeliharaan organisme dan kelangsungan hidup dari spesies sering berfungsi sebagai penguatan tak terkondisi. Serupa dengan itu, hukuman tak terkondisi adalah pengubah rangsangan yang dapat menurunkan frekuensi tingkah laku di masa yang akan datang yang muncul tanpa berpasangan dengan bentuk yang laind ari punishment
13
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
disebut unconditioned punishment. Hukuman tak terkondisi meliputi rangsangan sakit
yang
dapat
memberikan
kerusakan/luka
(misalnya,
hal-hal
yang
membahayakan tubuh). Reinforcement dan punishment terkondisi. Stimulus atau kondisi yang adalah pemberian atau yang muncul segera seblum atau secara simultan dengan kejadian dari reincorcer (atau punisher) lain mungkin memperoleh kemampuan untuk menguatkan (atau menghukum) tingkah laku ketika mereka kemudian muncul sebagai konsekuensi. Penguatan dan hukuman terkondisi tidak berhubungan dengan kebutuhan biologis atau struktur anatomi; kemampuan memodifikasi lingkungan adalah hasil dari masa lampau yang unik dari masihmasing individu dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Morse dan Kelleher (1977) menyatakan bahwa ganjaran dan hukuman merupakan hal yang tidak sederhana hasil dari kejadian stimulus. Reinforcer dan punisher menyumbangkan kelas-kelas fungsional dari kejadian stimulus.
The Discriminated Operant and Three-Term Contigency. Pengkondisian operan tidak terlalu banyak menentukan relasi fungsional antara tingkah laku dan konsekuensinya. Pengkondisian operan ditentukan oleh relasi fungsional antara tingkah laku dan beberapa kondisi antecedent. Discriminated operant terjadi lebih sering di bawah beberapa kondisi antecedent yang kemudian itu berada dibawah yang lain, hasilnya disebut sebagai stimulus control atau discriminative stimulus (SD). Discriminated operant berasal dari tiga istilah contingency – antecedent, behvior, dan consequence yang sering disebut sebagai analisis tingkah laku ABC. Istilah contingency muncul dalam literatur analisis tingkahlaku dengan beberapa arti yang secara significan sangat berbeda satu sama lain (Lattal, 1995; Lattal & Shahan, 1997; Vollmer & Hackenberg, 2001). Contingency menunjuk pada ketergantungan dari konsekuensi tertentu terhadap kejadian dari tingkah laku. Istilah contigency juga digunakan dalam keterangan untuk temporal contiguity dari tingkah laku dan konsekuensinya. Seperti pada mulanya, tingkah laku dipilih/ditentukan oleh konsekuensi yang
14
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
mengikutinya secara segera, tanpa tergantung oleh atau terikat dari tingkah laku. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini.
Frekuensi tingkah laku di masa depan dalam kondisi yang sama
Antecedent Stimulus
Behavior
Consequence
“Nama dari dinosaurus pemakan daging
“Tyranosarus Rex”
“Bagus!”
Positive Reinforcement
Bau busuk di bawah tempat cuci piring
Mengagkat sampah keluar
Bau busuk tidak ada lagi
Negative Reinforcement
Jalan yang licin
Mengemudi dengan kecepatan normal
Tabrakan dengan mobil di depan
Positive Punishment
Muncul pertanyaa, “peringatan ketika menghapus pesan yang belum terbaca”
Klik “No”
E-mail penting telah dihapus
Negative Punishment
Operation
Gambar 4.2 Three-term contigencies A-B-C
5.
MENGENALI KOMPLEKSITAS DARI TINGKAH LAKU MANUSIA
Percobaan analisis tingkah laku menemukan sejumlah besar prinsip – pernyataan tentang bagaimana tingkah laku bekerja sebagai fungsi dari variabelvariabel lingkungan. Taktik/siasat untuk pengubahan tingkah laku diperoleh dari prinsip-prinsip yang juga telah diterapkan, dalam cara yang lebih efektif dan canggih, bagi sebagian besar tingkah laku manusia dalam berbagai seting natural.
15
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Tantangan terbesar yang dihadapi saat menerapkan analisis tingkah laku adalah berkenaan dengan kompleksitas tingkah laku manusia, secara khusus dalam seting penerapannya di laboratorium yang terkontrol adalah sangatlah tidak mungkin, tidak praktis, dan tidak etis. Banyak sekali faktor yang memberikan kontribusi bagi kompleksitas dari perilaku yang bersumber dari tiga faktor/unsur utama, yaitu: kompleksitas repertoire manusia, kompleksitas dari variabel-variabel pengmongrol, dan perbedaan individu yang satu dengan yang lainnya.
Kompleksitas Repertoire Manusia Manusia diciptakan untuk dapat belajar dengan rentang tingkah laku yang luar biasa. Rangkaian respon, kadang-kadang kelihatan tidak masuk pada organisasi logika, yang menyokong kompleksitas dari tingkah laku manusia (Skinner, 1953). Tingkah laku verbal mungkin memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi kompleksitas tingkah laku manusia (Donahoe & Palmer, 1994; Michael, 2003; Palmer, 1991; Skinner, 1957). Tidak hanya masalah yang diturunkan, ketika terjadi perbedaan antara perkataan dan perbuatan hal ini tidak dapat dikenali, tetapi tingkah laku verbal itu sendiri sering dikontrol/dikendalikan dari banyak tingkah laku verbal dan non-verbal yang lain. Analisis tingkah laku verbal akan dipelajari pada bab 25.
Kompleksitas Dari Variabel-Variabel Pengontrol Tingkah laku ditentukan oleh konsekuensinya. Ini adalah prinsip dasar dari tingkah laku operan yang kedengarannya penuh tipuan (dan naif). Bagaimanapun, “seperti prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang lain, hal ini merupakan sesuatu yang kompleks dari segala sesuatu yang dideskripsikan” (Glenn, 2004, p. 134). Lingkungan dan efeknya terhadap tingkah laku adalah kompleks. Skinner (1957) mencatat bahwa, “(1) kekuatan dari respon tunggal mungkin terjadi, dan biasanya merupakan suatu akibat yang disebabkan oleh lebih dari satu variabel saja dan (2) variabel tunggal biasanya menerima lebih dari satu respon saja” (p. 227). Sekalipun Skinner telah mencatat dalam referensi tentang tingkah
16
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
laku verbal, banyak sekali sebab dan banyak sekali akibat yang merupakan karakteristik dari hubungan linkungan – tingkah laku. Banyak tingkah laku yang disebakan oleh banyak sebab. Dalam fenomena yang dikenal dengan joint control (Lowenkron, 2004), dua siscriminative stimuli dapat berkombinasi untuk menciptakan sejumlah response class. Faktor-faktor berbarengan dapat juga menkombinasi munculnya suatu tingkah laku. Konsekuensinya, sebagai analis tingkah laku, kita seharusnya mengakui bahwa perubahan tingkah laku sangat berarti dan mungkin memerlukan banyak waktu dan banyak percobaan dan kegagalan sebagai kerja keras kita dalam memahami hubungan-interrelasi
dan
kompleksitas-kompleksitas
dari
variabel-variabel
kontrol.
Perbedaan Individu Fakta dari perbedaan individu adalah kadang-kadang mengutip fakta-fakta yang merupakan prisip dasar tingkah laku terhadap kondisi lingkungan. Karena di dunia ini tidak ada dua orang memiliki pengalaman yang sama persis, situasi ini dinamakan sebagai history of reinforcement. Repertoire dari tingkah laku manusia membawa banyak situasi-situasi yang telah dipilih, dibentuk dan dijaga oleh individu sebagai penguatan masa lampau yang sifatnya unik. Setiap manusia memiliki repertoire yang unik artinya bahwa manusia merupakan individu yang unik. Kita adalah apa yang kita lakukan, dan kita lakukan apa yang telah kita pelajari untuk lakukan. “ Manusia menjadi suatu organisme dan menjadi individu atau dirinya sebagi perolehan repertoire dari tingkah laku (Skinner, 1974, p. 231)
Tambahan Rintangan Untuk Mengendalikan Tingkah Laku Dalam Seting Penerapan. Pencampuran kesulitan dalam mengerjakan kompleksitas dari tingkah laku manusia dalam suatu “keributan” seting, seperti dimana manusia hidup, bekerja, bermain; penerapan analisis tingkah laku kadang kala dicegah dari implementasi pengubahan tingkah laku yang efektif melalui pemikiran logis, finansial, sosialpolitik, hukum, dan/atau faktor-faktor etis lainya.
17
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
Dari setiap hal-hal yang kompleks tersebut yang dikombinasikan dengan kompleksitas tingkah laku dan lingkungan yang sebelumnya menyebutkan bahwa penerapan analisis tingkah laku sangatlah penting dalam menghadapi tingkah laku sosial. Namun demikian, kebutuhan akan tugas perkembangan tidak akan berhimpitan, dan beberapa tugas adalah adalah sebagai hadiah atau sebagai sesuatu yang penting untuk perbaikan tingkah laku manusia.
18
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
KESIMPULAN Konsep dasar dari analisis pengubahan tingkah laku meliputi: tingkah laku, lingkungan, pengkondisian klasik, pengkondisian operan dan kompeksitas dari diri manusia itu sendiri. Tingkah laku merupakan segala sesuatu yang dilakukan, mencakup bagaimana mereka bergerak dan apa yang mereka katakan, pikirkan, dan rasakan. Tingkah laku manusia merupakan respon dari rangsangan yang diterimanya. Rangsangan yang diterima berasal dari lingkungan. Rangsangan merupakan suatu energi pengubahan yang dapat diterima oleh organisme melalui sel-sel penerima yang dimilikinya. Terjadinya rangsangan dapat diklasifikasi menjadi tiga bagian yaitu rangsangan secara formal, rangsangan secara temporal, dan rangsangan secara fungsional. kondisi atau rangsangan yang pernah dialami individu di waktu lampau merupakan antecedent dari munculnya tingkah laku yang sekarang. Di lain pihak konsekuensi/akibat dari tingkah laku individu dapat berpengaruh pada pemilihan tingkah laku yang akan muncul. Pada pengkondisian klasik, manusia memiliki kemampuan refleks, dimana individu secara langsung (tanpa dipelajari) dapat melakukan tanggapan terhadap rangsang yang diterima berupa rangsangan tak terkondisi seperti makan yang menyebabkan keluarnya air liur. Pengkondisian klasik dapat diciptakan melalui pemasangan stimulus tak terkondisi dengan stimulus terkondisi secara bersamasama. Tidak
seperti
pengkondisian
klasik,
pengkondisian
operan
lebih
menekankan pada konsekuensi/akibat dari tingkah laku individu dalam menentukan pilihan tingkah lakunya. Sehingga muncul penguatan terhadap tingkah laku dan hukuman bagi tingkah laku individu. Penguatan dapat bersifat positif dan negatif, begitu juga hukuman dapat bersifat positif dan negatif. Dalam menganalisis laku manusia kita menghadapi beberapa keterbatasan diantaranya: kompleksitas dari kemampuan manusia, kompleksitas dari variabel pengendali tingkah laku dan perbedaan-perbedaan individu.
19
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto
Konsep Dasar - Analisis Pengubahan Tingkah Laku
REFERENSI
Alberto, P. A. & Troutman, A. C. 2009. Applied Behavior Analysis for Teachers. (8th ed.). Columbus, OH: Merril. Cooper, J. O., Heron, T. E. & Heward, W. L. 2007. Applied Behavior Analysis (2nd ed.). Columbus, OH: Merril. Pierce, W. D. & Cheney, C. D. 20004. Behavior Analysis and Learning (3rd ed.). Mahwah,
NJ:
LAWRENCE
ERLBAUM
ASSOCIATES,
PUBLISHERS Schloss, P. J. & Smith, M. A. 1994. Applied Behavior Analysis in the Classroom. Boston: Allyn and Bacon.
20
Nila Zaimatus Septiana & Paul Arjanto