BAB I PEMBAHASAN 1.1
Latar Belakang
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien. Berdasarkan hasil laporan rekam medik (RM) RSJD, didapatkan data dari bulan januari februari 2014 tercatat jumlah pasien rawat inap 403 orang. Sedangkan jumlah kasus yang ada pada semua pasien baik rawat inap maupun rawat jalan yang masuk 13.904 orang di RSJD Surakarta. sedangkan dari data di ruang abimanyu pada bulan februari 2014, pasien dengan gangguan defisit perawatan diri menduduki peringkat kedua dengan jumlah pasien 102 dari 820 pasien yang masuk di ruang abimanyu RSJD Surakarta. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih rinci tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan Defisit Perawatan Diri 2.1
Rumusan Masalah
1. Apakah defisit perawatan diri ? 2. Apa saja etiologi defisit perawatan diri ? 3. Bagimana manifestasi klinis dari defisit perawatn diri ? 4. Bagaimana mekanisme koping dari defisit perawatan diri ? 5. Bagaimana intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat mengimplementasikannya ? 3.1
Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri. 2. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri. 3. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri. 4. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri. 5. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit per awatan diri dan dapat mengimplementasikannya. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.2
Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri 2.2
Proses Terjadinya Masalah 2.1.2
Definisi
Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Maslim, 2001). 2.2.2
Klafisikasi Defisit Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (Nurjannah, 2004) 2.3.2
Etiologi
Menurut Maslim (2001),penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : 1. Kelelahan fisik 2. Penurunan kesadaran Menurut (Dep Kes, 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah : 1. Faktor prediposisi a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien t idak mampu melakukan perawatan diri. 2
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2. Faktor presipitasi Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kogniti atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.Menurut Depkes (2000: 59) Faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: a. Body Image : Gambaran individu terhadap dirin ya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. b. Praktik Sosial : Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola pers onal hygiene. c. Status Sosial Ekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu ti dak boleh dimandikan. f. Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. g. Kondisi fisik atau psikis : Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene : a. Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. 3
b. Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. 2.4.2
Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah : 1. Fisik a. Badan bau, pakaian kotor. b. Rambut dan kulit kotor. c. Kuku panjang dan kotor. d. Gigi kotor disertai mulut bau. e. Penampilan tidak rapi. 2. Psikologis a. Malas, tidak ada inisiatif. b. Menarik diri, isolasi diri. c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial a. Interaksi kurang. b. Kegiatan kurang c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma. d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. 2.5.2
Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri
a. Regresi Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari s uatu taraf perkembangan yang lebih dini b. Penyangkalan (Denial) Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif. c. Isolasi diri, menarik diri Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai se muanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri. 4
d. Intelektualisasi Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya. 2.6.2
Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri : 1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri : a. Bina hubungan saling percaya b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri 2. Membimbing dan menolong klien merawat diri : a. Bantu klien merawat diri. b. Ajarkan keterampilan secara bertahap. c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari. 3. Ciptakan lingkungan yang mendukung a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi. b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien. c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien. 2.7.2
Pohon Masalah
Perawatan Diri Kurang : Hiygene
Menurunnya motivasi perawatan diri
Isolasi Sosial : Menarik Diri
2.8.2
Penatalaksanaan
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri 2. Membimbing dan menolong klien merawatan diri 3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
5
3.2
Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Maslim (2001) meliputi beberapa faktor antara lain: 1. Identitas klien dan penanggung Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku, status,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat. 2. Alasan masuk rumah sakit Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. 3. Faktor predisposisi a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 4. Pemeriksaan fisik Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien. 5. Status Mental Pengkajian pada status mental meliputi: 6
a. Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian b. Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit c. Aktivitas motorik: meningkat atau menurun d. Alam perasaan: suasana hati dan emosi e. Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen f. Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal. g. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan informasi. h. Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir. i. Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis. j. Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang. k. Memori
Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu
Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat dikaji.
l. Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana. m. Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat n. Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri. Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar ruangan. 2.2.2 Data yang Perlu Dikaji Masalah Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
Data yang Perlu di Kaji
Data Subjektif :
Pasien merasa lemah
Malas untuk beraktivitas
Merasa tidak berdaya.
Data obyektif
Rambut kotor, acak – acakan
Badan dan pakaian kotor dan bau
Mulut dan gigi bau. 7
Kulit kusam dan kotor
Kuku panjang dan tidak terawat
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri 2.2.4 Intervensi Keperawatan
Tgl
No Dx
Dx
Perencanaan
Keperawata
Tujuan
n
Defisit
TUM: Klien
Perawatan
tidak mengalami
Diri
defisit perawatan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
diri
TUK: 1. Klien dapat
Setelah
kali
1. Bina hubungan saling
klien
percaya dengan meng-
…
membina
interaksi,
hubungan
menunjukkan
gunakan
saling percaya
eskpresi
komunikasi terapeutik
dengan
bersahabat,
perawat.
menun-jukkan
wajah
:
rasa senang, ada
nama,
mau
menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan mau
maupun
tangan,
mau menyebutkan
perawat,
Sapa klien dengan ramah baik verbal
kontak mata, mau berjabat
prinsip
non
verbal.
Perkenalkan
diri
dengan sopan.
Tanyakan
nama
lengkap dan nama panggilan
yang
disukai klien.
8
mengutarakan masalah
yang
dihadapi.
Jelaskan
tujuan
pertemuan.
Jujur dan menepati janji.
Tunjukan
sikap
empati
dan
menerima klien apa adanya.
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar
klien. 2. Pasien mampu
Setelah … kali
Melatih
pasien
cara-cara
melakukan
interaksi, klien
perawatan kebersihan diri :
kebersihan
dapat melakukan
1. Menjelasan
diri secara
kebersihan secara
mandiri.
mandiri
pentingnya
menjaga kebersihan diri. 2. Menjelaskan
alat-alat
untuk
menjaga
kebersihan diri 3. Menjelaskan melakukan
cara-cara kebersihan
diri 4. Melatih
pasien
mempraktekkan
cara
menjaga kebersihan diri
3. Pasien mampu
Setelah … kali
Melatih
pasien
melakukan
interaksi, klien
berdandan/berhias :
berhias/
dapat berhias /
1. Untuk pasien laki-laki
berdandan
berdandan secara
latihan meliputi :
secara baik
baik
Berpakaian
Menyisir rambut
Bercukur
9
2. Untuk
pasien
wanita,
latihannya meliputi :
Berpakaian
Menyisir rambut
Berhias
4. Pasien mampu
Setelah … kali
Melatih
melakukan makan
interaksi, klien
secara mandiri :
dengan baik
dapat makan
1. Menjelaskan
dengan baik
pasien
makan
cara
mempersiapkan makan 2. Menjelaskan cara makan yang tertib 3. Menjelaskan
cara
merapihkan
peralatan
makan setelah makan. 4. Praktek
makan
sesuai
dengan tahapan makan yang baik
5. Pasien mampu
Setelah … kali
Mengajarkan
melakukan
interaksi, klien
melakukan
BAB/BAK
dapat melakukan
secara mandiri :
secara mandiri
BAB/BAK secara
1. Menjelaskan
mandiri
pasien BAB/BAK
tempat
BAB/BAK yang sesuai 2. Menjelaskan
cara
membersihkan
diri
setelah BAB dan BAK 3. Menjelaskan
cara
membersihkan
tempat
BAB dan BAK
10
2.2.5 Implementasi Keperawatan Strategi Pelaksanaan
Diagnosa Deficit perawatan diri
Pasien
Keluarga
SP I p
SP1k
1. Menjelaskan
pentingnya
kebersihan diri
masalah
yang dirasakan keluarga
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri 3. Melatih
1. Mendiskusikan
dalam merawat pasien 2. Menjelaskan
pasien
cara
menjaga kebersihan diri
pengertian,
tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis
4. Membimbing
pasien
defisit perawatan diri yang
memasukkan
dalam
dialami
jadwal kegiatan harian.
pasien
beserta
proses terjadinya 3. Menjelaskan merawat
cara-cara
pasien
defisit
perawatan diri SP 2p
SP 2 k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu latihan sebelumnya. 2. Menjelaskan
membuat jadual aktivitas cara
eliminasi yang baik 3. Melatih
cara
keluarga
di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
eliminasi 2. Menjelaskan
yang baik.
follow up
pasien setelah pulang
4. Membimbing
pasien
memasukkan
dalam
jadwal kegiatan harian. SP 3p
SP 3 k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih latihan sebelumnya. 2. Menjelaskan cara makan yang baik
mempraktekkan merawat
pasien
cara dengan
defisit perawatan diri
3. Melatih pasien cara makan 2. Melatih yang baik
keluarga
keluarga
melakukan cara merawat 11
4. Membimbing
pasien
langsung
kepada
pasien
memasukkan
dalam
defisit perawatan diri
jadwal kegiatan harian. SP 4p
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 2. Menjelaskan
cara
berdandan 3. Melatih
pasien
cara
berdandan 4. Membimbing
pasien
memasukkan
dalam
jadwal kegiatan harian.
2.2.6 Evaluasi Keperawatan
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut. 1. Kartu
SOAP
(data
subjektif,
data
objektif,
analisis/assessment,
dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang. 2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu
12
berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan. (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan. a. Perhatikan hari demi hari b. Libatkan klien dalam mengevaluasi perilakunya
Apakah klien sudah menunjukkan perawatan diri?
Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari?
Apakah sumber koping sudah dipakai semua?
Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?
Apakah sudah memakai koping positif?
Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri?
Apakah klien sudah mendapatkan keyakinan untuk pertumbuhan diri?
13
BAB III PENUTUP 1.3
Kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan diri nya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis , kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ). Jenis – Jenis Perawatan Diri 1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. 3. Kurang perawatan diri : Makan 4. Kurang perawatan diri : Toileting 2.3
Saran
Semoga dengan memahami makalah tentang konsep asuhan keperawatan jiwa dengan defisit peraatan diri ini. Kita bisa menerapkan dan membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah gangguan tidak nyaman ini dalam kehidupan
14
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika. Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
15