PANDUAN
KOMUNIKASI EFEKTIF
RS PK U TYIUHATYIIYIADIYAH YOGYAKARTA
20t 5
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 5'12653 Fax. (0274) 566129, IGD : (0274) 370262, E.mail :
[email protected] UNIT ll : Jl. Wates Km. 5.5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294 Telp. (0274) 6499704, Fax: (0274) 6499727 IGD : (0274) 6499118 E.mail :
[email protected]
)i;t;1\At-i-, KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADTYAH YOGYAKARTA Nomor : lSK.3.2NU20l5
fi9V
TENTANG
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI RUMAH SAIilT PKU MUHAMMADTYAH YOGYAKARTA Direktur Utama Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Menimbang
a.
bahwa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai institusi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu untuk mewujudkan derajat kesehatan
b. 1
t
c. Mengingat
a. b. c. d.
masyarakat setinggi
-
tingginya
bahwa Akreditasi Rumah Sakit merupakan salah satu instrumen peningkatan mutu berkelanjutan dan kewajiban bagi Rumah Sakit sesuai ketentuan pemerintah
bahwa dalam pelaksanaan dan persiapan Akreditasi diperlukan berbagai kebijakan dan pedoman Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit
e. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 233/KEPfl.0lD20l3 tanggal 9 Shafar 1435 / 12 Desember 2013 tentang Penetapan Direktur Utama dan Direktur Bidang Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Masa Jabatan 2013 - 2017
MEMUTUSKAI\ Menetapkan
Pertama
Kedua
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT PKU MTTHAMMADIYAH YOGYAKARTA TENTANG PANDUAN KOMUNIKAST EFEKTIF DALAM PEMBERIAI\ INFORMASI DAII EDUKASI Panduan komunikasi efektif dalam pemberian informasi dan edukasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini. Memberlakukan buku panduan Komunikasi Efektif dalam pemberian informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagaimana terlampir bersama surat keputusan ini sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Cepat - folutu - !'[1aman - Nngan -
Iskmi
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 512653 Fax. (0274) 566129, IGD : (0274) 370262, E.mail :
[email protected] UNIT ll : Jl. Wates Km. 5.5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294 Telp. (0274) 6499704, Fax: (0274) 6499727 IGD : (0274) 6499118 E.mail :
[email protected]
ii;t;1\AtA, Ketiga
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu disempurnakan, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mesinya.
Ditetapkan di Pada tanggal
:Yogyakarta : I Juni 2015
dr. H. Joko Murdiyanto. Sp. An.. MPH NBM : 867.919
Cepat - fulutu - 9'[1aman - Nngan -
Iskmi
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku panduan
Komunikasi yang efektif dalam pemberian informasi dan edukasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakafta ini dapat selesai disusun. Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kepada pasien dalam melakukan pelayanan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarla Dalam panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana komunikasi yang efektif di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Buku Panduan Komunikasi yang efektif dalam pernberian informasi dan edukasi RS
PKU Muhamrnadiyah Yogyakarta
Yogyakarta, Febuari 2015
Penyusun
ll
DAFTAR ISI Halaman
i KATA PENGANTAR....
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I. DEFINISI
1
BAB II. RUANG LINGKUP
6
BAB III. TATA LAKSANA
7
BAB IV. DOKUMEN
34
BAB V. PENUTUP
35
LAMPIRAN
36
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Poster/Brosur SBAR
2. Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) (RM 40) 3. Formulir Edukasi Pasien Dan Keluarga Terintegrasi (RM 22) 4. Nilai Kritis Hasil Tes Diagnostik Klinik 5.
Nilai Radiologis Yang Kritis 6. Simbol Dalam Rekam Medik 7. Kode Warna Dalam Rekam Medik 8. Kode Alphabeth Untuk Spelling/Pengejaan Pada Komunikasi Via Telepon 9. Daftar Singkatan Yang Berlaku Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 10. Daftar Singkatan Yang Tidak Boleh Digunakan Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 11. SPO Komunikasi Efektif Via Telepon 12. SPO Komunikasi Efektif Serah Terima Shift Jaga 13. SPO Edukasi 14. SPO Pelaporan Hasil Test Diagnostik Yang 15. SPO Pelaporan Hasil Test Radiologis Yang
Kritis Kritis 16. SPO Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri 17. SPO Pendidikan Kesehatan Pengaturan Diet/Nutrisi 18. SPO Pendidikan Kesehatan Teknik Rehabilitasi 19. SPO Pendidikan Kesehatan Penggunaan Peralatan Medis
BAB I
DEFINISI Komunikasi berasal dari kata "communicare" yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan dan "com.munis" yang berarti milik bersama. Menurut
Liliweri A, 2008, Komunikasi mengandung
beberapa pengertian komunikasi,
yaitu:
a. Pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan
rasa saling
mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lainnya.
b. Pertukaran faktq
c.
gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih.
Suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang bertujurn agar tiap manusia yxrg terlibat dalam proses dapat saling tukar menukar anti dan pengertian terhadap sesuatu.
Komunikasi adalah suatu hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi
menjadi bagian dari kehidupan manusia manusia dilahirkan ke dunia,
is
itu sendiri. Dari semenjak
seorang
sudah berkomunikasi dengan lingkungannya
berupa tangisan dan gerakan. Komunikasi memiliki peranan yang penting dalam
hidup manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian (Applboum,1974:63) menyebutkan bahwa tiga perempat (70%) waktu
bangun
kita
digunakan untuk
berkomunikasi
membac4 menulis dan
mendengarkan. Secara lebih detail dan spesifik, komunikasi
lain yaitu
l.
memiliki beberapa definisi, antara
:
Proses pengiriman ide atau pikiran dari satu orang kepada orang lain, dengan
tujuan untuk menciptakan pengertian dalam diri orang lain yang menerimanya (BROWN).
2.
Proses pengiriman dan penerimaan berita atau
3.
Proses penyaluran informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain
(DAVTS).
sinyal(CHAPLIN).
Dalam menjalin sosialisasi dan rasa kemanusiaan yang akab diperlukan
ini
saling pengertian antara sesama anggota masyarakat. Dalam hal
faktor
komunikasi memainkan peranan penting, terutama bagi manusia modem. Kegiatan rasional berdasarkan logika akan terselenggara dengan baik akibat adanya komunikasi.
Berhasilnya suatu komunikasi adalah apabila
kita
mengetahui dan
mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi. Unsur-unsur
itu adalah sumber (resource), pesan (message), saluran
(channel
!
media) dan
penerima (receiver/audience).
Dalam proses komunikasi diusahakan adanya tukar menukar pendapat, penyampaian pesan informasi, serta perubahan sikap dan perilaku. Diluar unsur-
unsur yuurg telah disebutkan sebelumnya, hal yang penting lainnya adalah unsur pengaruh (effects) dan umpan balik (feedback). Efek yang diharapkan dalam
komunikasi adalah adanya perubahan yang te{adi pada penerima (komunikan atau khalayak), sebagai akibat pesan yang diterima baik langsung maupun tidak
langsung. Komunikasi dikatakan efektif yaitu bila pendengar (penerima berita) menangkap daa menginterpretasikan ide yang disampaikan dengan tepat seperti apa yang dimaksud oleh pembicara (pengirim berita).
Sesuai dengan penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa secara sederhala, komunikasi juga memiliki beberapa ciri sendiri, yaitu
l
Komunikasi melibatkan ORANG dan memahami bagaimana orang
berhubungan
2. 3.
:
.
Komunikasi meliputi PERTUKARAN ARTI (Shared Meaning). Komunikasi adalah SIMBOL (gerak-gerik, suara, angk4 kata-kata).
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masymakat menciptakan, dan menggunakan informasi agat tethubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila
tidak ada balusa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya. komunikasi masih
dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersen).um. menggelengkan kepal4 mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komturikasi dengan bahasa nonverbal,
Berikut adalah gambar clad model komunikasi yang pating
sederhana_
yaitu komunikasi satu tahap, yang memungkinkan terjadinya komunikasi
satu
arah.
Pengirim
........
^OP Pesan
Penerima
Model ini menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu saja unsur diatas hilang, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima atau yang mendengar, komunikasi tidak akan terjadi.
Dari model komunikasi diatas, dengan unsur-unsu
pentingnya,
memaparkan proses komrmikasi sehaBai sumbor mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang diterjema}kan atau disandikan ke dalam kata-kata dan simbol-
dmbol (encoding), kemudian disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerim4 penerima menangkap simbol-simbol dan diterjemahkan kembali atau diartikan kembali menjadi suaur gagasan (decoding) dan mengirimkan berbagai benruk umpan balik kepada pengirim.
Sumber (source) atau pengirim mengendalikan berbagai pesan yang dikirim, susunan yang digunakan, dan saluran mana yang akan digunakan untuk mengirim pesan tersebut. Mengubah pesan ke dalam berbagai bentuk simbolsimbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti katakata percakapan atau tulisan, angk4 gerakan dan sebagainya.
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjan4
2003). Komunikasi yang efektif terjadi bila pendengar (penerima berita) menangkap dan menginterpretasikan ide yang disampaikan dengan tepat seperti apa yang dimaksud oleh pembicara (pengirim berita). Terdapat beberapa faktor
yang perlu diperhatikan rmtuk mengupayakan proses komunikasi yang efektif, yaitu antara lain
l.
:
Sensitifihs kepada penerima komunikasi. Sensitivitas ini sangatlah penting dalam penentuan cara komunikasi serta pemilihan media komunikasi. Hal-hal
yang betsifat penting dan pribadi paling baik dibicmakan secara langsung atau tatap muka, dan dengan demikian mengurangi adanya kecanggungan serta kemungkin an adanya miskomunikasi.
2.
Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis. Hal ini menjadi penting
dalam seseorang mengerti komunikasi yang disampaikan. Komunikasi seringkali disampaikan secara non verbal atau lebih dikenal dengat body
language. Pengertian akan body language, yang bisa berbeda sesuai dengan
kultur, ini akan memberikan kelebihan dalam komunikasi. 3.
Penentuan waktu yang tepat. Hal
ini
sangatlah penting terutama dalam
mengkomunikasikan keadaan yang bersifat sensitif. 4.
Umpan balik. Umpan balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seseorang
*mber (source) dapat diterima oleh komunikan
(receiver). 5.
Komunikasi tatap muka. Komrmikasi semacam ini memungkinkan kita untuk melihat dengan baik lawan bicara kit4 melihat body language, melihat mimik
lawan bicara, serta menghilangkan panjangaya rantai komunikasi yang memungki nkan terjadinya mis komunikasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah sebagal berikut:
l. 2. 3.
Teliti tujuan sebenamya dalam setiap berkomunikasi. Pertimbangkan keadaan fisik dan psikis orang lain dalam berkomunikasi. Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang
disampaikan.
4. 5.
Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi. Jadilah pendengar yang balk dalam berkomunikasi.
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan
oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan
bahwa
mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter,
tampaknya harus diluruskan. Sebenamya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan balk kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan
nasihat doktu karena yakin bahwa sernua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan m as al ah
k*
ehatanny a.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru
tidak
memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan tebih sedikit
waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin
sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalaft kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas. Untnk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi dokterpasien diharapk an te4adi perubahan sikap dalam hubungan dokter-pasien. Tujuan
dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya
(Kurtz, 1998). Menurut Kutzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan: 1. Disease centered communication style atau doctor centered communication sorle. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan
diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gej ala.
2.
patient centered. communication s/y/e. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatiran, harapannya, apa yartg menjadi Illness centered communication style
atal.)
kepentingannya serta apa yag dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan serta kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenamya
tidak memerlukan waktu lebih tama dari pada doctor cummonication style
5
centered
BAB
II
RUANG LINGKUP Pada sebuah organisasi khususnya rumah sakit, proses komunikasi adalah
proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi adalah sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai sub bagian dalam organisasi. Organisasi
yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis
dan
harmonis dari berbagai komponen. Suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi. Artinya ketika proses komunikasi antar komponen dapat diselenggarakan secara harmonis, maka organisasi tersebut semakin kokoh dan
kinerja organisasi akan meningkat. Secara umum, jenis komunikasi antar petugas yang daryt te4adi
organisasi layanan kesehatan yang besar antara lain 1
.
di suatu
:
Komunikasi antara dokter/petugas kesehatan dengan pasien
2. Komunikasi antara dokter dengan petugas kesehatan lain 3. Komunikasi antara direksi dengan staf dibawahnya 4. komunikasi antar petugas kesehatan Jenis-jenis komunikasi tersebut tentunya bisa lebih banyak lagi bergantung kepada besarnya organisasi dan banyaknya jenis pelayanan yang diberikan. Semakin banyak jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi tersebut, kemungkinan te4adinya gangguan komunikasi Pemahaman terhadap
juga lebih
jenis komunikasi di organisasi layanan
besar.
kesehatan,
bagaimana komunikasi dilaksanakan, identifrkasi masalah komunikasi, penyebab hambatan komunikasi dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
Pada banyak proses pelayanan
di
rumah sakit, komunikasi
sangat
berperan penting dalam peningkatan keselamatan pasien. Proses transfer pasien,
proses operan antara perawat, proses pemberian instruksi dokter, dan masih banyak lagi proses-proses di rumah sakit yang memerlukan komunikasi efektif yang melibatkan petugas kesehatan dan pemberi asuhan lainnya.
6
BAB
III
TATA LAKSANA A. Komunikasi Efektif antara Dokter/Petugas Kesehatan dengan Pasien Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati
itu
sendiri
dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih. Carma L. Bylund
Communication
in
& Gregory Makoul dalam
tulisannya @nlang Emphatic
Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa
pentingnya empati ini dikomturikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan defi nisi berikut:
1.
Kemanrpuan kognitif seorang dokter dalanr mengerti kebutuhan pasien (o
physician cognitive cdpacity to understand patient's needs)
2.
Menunjukkan afektifitaVsensitifitas dokter terhadap perasrum pasien (an affective sensitivity to patient's feelings)
3.
Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien (a behavioral ability to cowey empatlry to patient) Sementar4 Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem (Ifte Empathy Communication Coding System (ECCS) Zevels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut
:
Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien . Mengacuhkan pendapat pasien
.
Membuat pemyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti
"Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?" Atau "Y4 lebih baik operasi saja sekarang."
Level 1 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
.
"A ha", tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lainJain
Level 2 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
. .
Pasien, "Pusing saya
ini membuat saya sulit bekerja"
Dokter, "Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini? Level 3 : Dokter menghargai pendapat pasien
.
"Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?" 7
Level 4 : Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
.
"Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga"
Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengala man (sft aring feelings and experience) dengan pasien. "Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien pemah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir"
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.Sikap Pro(qsional Dokter Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya (dealing with task), yang berarti mampu menyelesaikan tugas-
tugasnya sesuai peran dan fungsinya; mampu mengah-r
diri sendiri seperti
ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain
(dealing with one-selfl; dan mampu menghadapi berbagai macam tipe pasien serta marnpu beke4a sama dengan profesi kesehatan yang lain (dealing with others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional ini penting
untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter, yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif (Silverman,
1998)- Sikap profesional
ini
hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal
konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi. Pada dasamya komunikasi efektif bagaimana menyatukan sudut pandang
pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi dokter-pasien (doclor
pat ie nl) menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
Di dunia kedokterarL model komunikasi tersebut telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) menjadi sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif. I
J
,
2
Kotak
I
: pasien mernimpin pernbicaraan melalui pertanyaan terbuka yang
dikemukakan oleh dokter Q)atient takcs the lead through open ended question by the doctor)
Kotak
2:
dokter memimpin pembicaraan melalui pe(anyaan tertutup /
terstruktur yang telah disusunnya sendii (doctor takes the lead through closed question by the doctor) 8
.
Kotak 3: kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan
berdasarkan
negoisasi kedua belah pihak (Negoliating agenda by both)
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati dapat diraih
melalui kecukupan dokter akan listening sh7ls dan training sfil/s yang dapat diraih melalui latihan.
Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua tahap yang penting: 1
. Tahap pengumpulan
informasi dimulai dengan tahap penggalian infonnasi yang
terdiri dari:
a. Mampu mengenali alasan kedatangan b. Menggali riwayat pasien
pasien.
2. Tahap penyampaian informasi Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan dengan akurat, maka dokter
masuk ketahap penyampaian informasi. Tanpa informasi yang akurat ditahap pengumpulan informasi, dokter dapat terjebak kedalam kecurigaan yang tidak beralasan.
Secara ringkas ada 6 (enam) hal penting yang harus dipefiatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu: a. Materi informasi apayang disampaikan
.
Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik
(
kemungkinan rasa tidak
nyaman / sakit saat pemeriksaan)
.
Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnose. Berbagai tindakan
medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis (manfaat, resiko, efek samping / komplikasi)
.
Hasil dan interpretasi tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis
. .
Diagnosis jenis atau tipe
Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-masing cara) 9
. .
Prognosis Dukungan (support) yang tersedia
b. Siapa yang diberi informasi
. . .
Pasien, kalau pasiennya menghendaki dan kondisinya memungkinkan
Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien
Keluarganya atau pihak
lain yang menjadi wali / pengampu dan
bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memurgkinkan
untuk berkomunikasi sendiri secara langsung c. Berapa banyak atau sejauh mana
.
Untuk pasien
:
sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa
perlu dengan memperhatikan kesiapan mental pasien
.
Unhrk keluarga
:
sebanyak yang pasien
/
kelurga kehendaki dan
sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya
d.
Kapan penyampaian informasi Seger4
d.
. . . .
jika kondisi dan situasinya memungkinkan
Dimanapenyampaiannya
Di ruang praktik dokter Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat Di ruang diskusi Ditempat lain yang pantas, atas persetujuan bersam4 pasien / keluarga dan
dokter. Tahapan komunikasi dalam keperawatan meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 1. Tahap pengkajian
Pengakajian merupakan tahap awal proses pelayanan di rumah sakit yang
dilakukan oleh petugas registrasi
/ admisi dan
perawat untuk
mengumpulkan data pasien. Data tersebut diperlukan sebagai dasar pelaksnaan proses keperawatan pada tahap selanjutnya. 10
2. Tahap perumusan diagnose
Data dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh dari tahap pengkajian. Perumusan diagnose keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan melibatkan pasien dan keluargany4 tenaga kesehatan lain yang berkenaan dengan masalah yang dialami pasien. Diagnose keperawatan yang tepat memerlukan sikap komunikatif perawat dan sikap kooperatif pasien. 3. Tahap perencaftuul
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada pasien diperlukan
interaksi dan komunikasi dengan pasien. Hal
ini
untuk menentukan
alternative rencana keperawatan yang akan diterapkan. Misalny4 sebelum
memberikan makanan kepada pasien, perawat harus terlebih dahulu mengetahui makanan yang sesuai bagi pasien. Rencana tindakan yang dibuat oleh perawat merupakan media komunikasi antar tenaga kesehatan
yang berkesinambungan sehingga pelayanan dapat dilaksanakan
secara
teratur dan efektif.
4. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Aktifitas ini memerlukan keterampilan dalam
berkomunikasi dengan pasien. Terdapat dua kategori umum aktivitas perawat dalam berkomunikasi, yaitu masalah psikologis. Petugas Rurnah Sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa memahami pentingnya
mengikuti proses pengobatan yang telah ditetapkan. 1. Tahap assesmen pasien
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tarna petugas menilai kebutuhan edukasi pasien dan keluarga pasien berdasarkan formulir assesmen kebutuhan
edukasi. Hal-hal yang harus diperhatikan
a. b.
:
Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga Kemampuan membac4 tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan 11
c.
Hambatan emosional dan motivasi
d.
Keterbatasan fisik dan
e.
Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
kognitif
2. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang
efektif
Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif tergantung pada hasil asesmen pasien, yaitu
:
Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang maka proses komunikasi edukasinya bisa langsung dijelaskan kepada pasien sesuai dengan keburuhan edukasi nya. b.
Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara) maka proses komunikasi edukasinya dapat disampaikan dengan menggunakan
media cetak seperti brosur yang diberikan kepada pasien dan keluarga
sekandung
(istri, anak, ayah, ibu atau saudara sekandung)
dan
menjelaskannya kepada mereka.
c.
Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau depresi) maka proses komunikasi edukasinya juga dapat disampaikan dengan menggunakan media cetak seperti brosur dan menyarankan pasien untuk membacanya. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa
menghubungi perawat jagaladmisi
dan
registrasVpeh-rgas yang
kompeten. 3. Tahap verifikasi Pada tahap
ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga mengenai
kejelasan dan pemahaman materi edukasi yang diberikan.
Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik dan senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan. b.
Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka verifikasinya dapat
dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarganya
dengan
pertanyaan yang sama, yaitu " Apakah BapaMbu bisa memahami materi edukasi yang kami berikan?"
Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (marah atau depresi)
maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien mengenai sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi edukasi
yang diberikan melalui brosur. proses pertanyaan
ini
bisa melalui telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
d.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien' Apabila pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
B. Komunikasi Efektif antara Dokter dengan petugas Kesehatan Lain
Dalam memberikan pelayanan
di
Rumah Sakit pKU Muhammadiyah
Yogyakarta, antar pemberi layanan melakukan komunikasi dengan teknik SBAR. SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang dipergunakan dalam
melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lain.
Dengan
komunikasi SBAR
ini maka perawat
dapat memberikan laporan mengenai kondisi pasien lebih informatif dan terstruktur. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat perintah secara rengkap atau hasil pemeriksaan oreh penerima perintah, kemudian penerima perintah membacakan kembali perintah atau hasil pemerikasaan dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Perhatian dan tindakan segera. Teknik SBAR terdiri atas Bac kground, Asse s me nt, Recomme ndation. pada prinsipnya
t
sur
situotion,
SBAR merupakan
komunikasi standar yang ingin menjawab pertanyaan yaitu : apa yang te{adi, apa yang diharapkan oleh perawat dari dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan.
Empat (4) Unsur SBAR
l.
Situation Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien. Misalnya 13
:
penurunan tekanan darah, gangguan irama j antung, sesak nafas, dll.
Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan timbulnya keluhan klinis. Misalnya pemeriksaan laboratorium
:
fuwayat alergi obat-obatan, hasil
yang sudah diberikan, hasil
pemeriksaan
penunjang, dll. Assessment
3.
Penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien
terkini sehingga perlu
diantisipasi agar kondisi pasien tidak memburuk.
4.
Recommendation
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat
ini. Misalnya :
menghubungi dokter,
mengarahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang, dll.
Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan cepat, baca kembali dan konfrmasi ulang (TULBAKON), yaitu:
1. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau dapat melalui sarana komunikasi seperti telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak besar tidak kecil), jelas, singkat dan padat. I
.
Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut (TULIS)
Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus mencatat pesan yang diberikan secara jelas. Dokumentasi ditulis di form CPPT (RM 30a)
2.
Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan.
(BACA) Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan
tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalatran dan pesan dapat diterima dengan baik.
3.
Penerima pesan mengkonfirmasi kembali
isi
pesan kepada penerima
pesan. (KONFIRMASI) Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang
dibacakan oleh penerima pesan dan memberikan perbaikan bila pesan 74
tersebut masih ada yang kurang atau salah. penerima perintah memberikan cap verikasi yang diisi tanggal, jam, nama dan tanda tangan penerima perintah.
4.
Pemberi perintah melakukan verifikasi kelengkapan perintah lx24 jam dengan mernbaca kernbali perintah, kalau sudah benar kcrnudian memberikan tanda tangan pada cap verifikasi. Diisi nama, tanggal dan
jam
saat
verfikasi
Sistem TULBAKON dapat diilustrasikan sebagai berikut: Komunikasi via telepon merupakan suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain melalui telepon dengan tujuan agar komunikasi
be{alan dengan baik Prosedur menerima telepon
1.
Ucapkan salam dan sebutkan Unit Kerja....Nama (Ex,,Assalamu,alaikum, Ruang"A" dengan petugas ,'A" ada yang bisa saya bantu) / (Jika dering pafiang..J dari luar RS pKU Muhammadiyah yogyakarta ada yang bisa
saya banhr?)
2.
Tanyakan keperluan penelepon, bila perlu catat hal_hal yang penting (siapkan bolpoint dan kertas dekat pesawat telepon)
3-
Jawablah dengan tepat dan benar, sesuai dengan yang penelpon tanyakan
Bila diperlukan, tulis informasi dari penelphon dan rakukan konfirmasi tentang yang ditulis Penelpon
1.
Jawab salam dan sebutkan nama dan unit kerja (Ex,,Wa'alaikum salam, Dengan petugas 'A" dari ruangan ,'A',)
2.
Beritahukan keperluan menelepon dengan kata_kata yang jelas, sopan dan mudah dimengerti oleh penerima telepon.
3. Berikan konfirmasi terkait informasi yang disampaikan. 4. Jika sema sudah selesai tuup pembicaraan telepon dengan ucapkan ,,salam,, Yang perlu diperhatikan saat proses komrmikasi via telepon:
1.
Jangan menerima telepon pada saat komunikasi dengan orang lain
2. Tidak boleh terlalu
lama melakukan komunikasi via telepon,
karena
kemungkinan ada penelepon lain yang ingin menghubungi lagi.
3. Bila penelepon
memerlukan berbicara dengan orang lain selain penerima
telepon, sampaikan kepada orang yang dituju dengan secepatnya(bila orang
yang dituju berada dekat dari jangkauan) atau jawab " Mohon telepon lagi karena orang yang dituju tidak ada" (bila orang yang diluar jangkauan kita
/
tidak diruang). C. Komunikasi antara Manajemen dengan Stafnya
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pemyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi tebih kepada anggotanya secara individual.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi
itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan
benhrk
komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa
yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawa ban bagi pertanyaanpertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan
suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan Iingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Robert Bonnington dalam buku Modem Business: A Systems Approach, (1994) menyatakan frrngsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
l. Fungsi informative Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanaka.n peket'aannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi urtuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan inlbrmasi untuk melaksanakan peket'aan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2. Fungsi regulative
Fungsi
ini berkaitan
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Terdapat dua hal yaag berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
a.
Berkaitan dengan orang_orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua
informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya
b.
Berkaitan dengan pesan. pesan_pesan regulatif pada dasamya berorientasi pada ke{a. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang peke{aan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi persuasive
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan
ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab peke{aan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. 4. Fungsi integrative
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran
yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan peke{aan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
a'
Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus daram organisasi
!7
tersebut (buletin, newsle er) danlaporan kemajuan organisasi.
b.
Saluran komunikasi informal seperti perbincan gan anttu pribadi selama masa istirahat ket'4 pertandingan olahrag4 ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Komunikasi atasan bawahaa dalam sebuah organisasi memiliki
pengertian yaitu infomrasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah (pace & Fautes, 2000). Komunikasi ke
bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawahan digunakan unhrk menyampaikan pesan_pesan yang berkenaan disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijakan umum.
dengan pengarahan, tujuan,
Tujuan komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tuj uan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena sarah informasi, mencegah kesarahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (Muhammad, 2004). Jenis informasi yang dikomunikasikan ke bawah Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), komunikasi dari atas ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:
a.
Memberikan pengarahan atau instruksi keda tertentu. Tipe informasi ini memusatkan pada apa yang harus karyawan takukan dan bagaimana melakukarurya. Instruksi ke{a yang berbentuk penntah, pengarahan, penjelasan dan deskripsi pekerjaan merupakan cara untuk menyampaikan
informasi jenis ini.
b.
c.
Memberikan informasi mengapa suatu peke{aan harus dilaksanakan. Tipe informasi ini bertujuan agar karyawan mengetahui bagaimana peke4.aan mereka berhubungan dengan tugas-tug{ls dan posisi lainnya dalam organisasi dan mengapa mereka melakukan peke{aannya. Dengan kata lain, tipe informasi ini membantu karyawan mengetahui bagaimana peke{aan mereka membanhr organisasi dalam mencapai tujuannya.
Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional. 18
Karyawan diberikan informasi mengenai jumlah jam ke{a gaji, progam pensiun, asuransi kesehatan, liburan dan ijin cuti, program insentif, penalti dan hukuman.
d.
Memberikan umpan balik pelaksanaan ket'a kepada para karyawan. Informasi mengenai hasil ke{a karyawan sangat penting dalam mempertahankan operasional perusahaan. Karyawan sering mengeluh,
e.
seperti mereka tidak tahu bagaimana atasan melihat performans mereka.
Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Bentuk komunikasi yang digunakan daram komunikasi
ke
bawah
(Muhammad, 2004):
l.
Bentuk lisan: rapa! diskusi, interview, teleporl sistem interkom. kontak interpersonal, laporan lisan, ceramah.
2.
Bentuk tulisan: surat, memo, telegram, majalah, surat kabar, deskripsi pekerjaan, panduan pelaksaan pekerjaan, laporan
tertulis, pedoman
kebij aksanaan.
3.
Bentuk gambar: grafik, poster, pet4 film, slide.
Bentuk
-
bentuk komunikasi yang digunakan
di
Rumah Sakit pKU
Muhammadiyah Yogyakarta diantaranya adalah ;
l. Bentuk Lisan Koordinasi antar bagian dibentuk melalui kegiatan
a.
_
kegiatan
:
Morning Report
Morning report adalah sebuah bentuk komunikasi dan koordinasi antar sejawat dokter dan petugas lairury4 didalamnya terkandung wrsur evaluasi hasil pemberian pelayanan medis, transfer of tonwledge,
dart
fungsi koordinasi sesama sejawat dokter dan petugas lainnya untuk meningkatkan mufu pelayanan medis dan non medis.
b.
Rapat koordinasi Keperawatan (Rabu)
Rapat koordinasi keperawatan adalah sebuah bentuk komunikasi dan koordinasi antar bagian Keperawatan dengan Kepala Ruangan (Karu), 19
didalamnya terkandung keperawatan, transfer
c.
uns,r evaluasi hasil pemberian pelayanan
of
btowredge, dan fungsi koordinasi sesama
perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan Rapat koordinasi pelayanan (Sabtu)
Rapat koordinasi perayanan adalah sebuah bentuk komunikasi dan koordinasi antar Direksi dengan staf dibawahnya yang dilaksanakan setiap I minggu sekali, didalamnya terkandung unsur evaruasi hasil pemberian pelayanan rumah sakit, dan fungsi koordinasi antar bagian meningkatkan mutu perayanan rumah sakit yang didapat selama kurun waktu 1 minggu d. Rapat pejabat Struktural (3 Bulanan) Rapat Peiabat Struktural adalah sebuah bentuk komunikasi dan koordinasi
antar Direksi dengan staf dibawahnya yang dilaksanakan setiap 3 bulan sekali, didalamnya terkandung unsur evaruasi hasil pemberian pelayanan
rumah sakit, dan fungsi koordinasi antar bagian meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit selama kurun waktu 3 bulan. 2. Bentuk tulisan
Sedangkan bentuk tulisan yang digunakan adalah dengan surat, memo intem, uraian tugas, panduan, laporan kegiatan dan pedoman
kebijakan
HAMBATAN DAN MASALAH KOMUNIKASI Hambatan adalah segala sesuatu yang menghalangi, membingungkan, mengacaukan dan menggangu proses komunikasi. Gangguan ini bisa muncul
pada setiap tahap daram proses komunikasi, namun demikian gangguan terbanyak timbul padatahap Encoding & Decoding. Dalam kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai individu terdapat beberapa gangguan daram komunikasi, seperti beberapa contoh dibawah
l'
ini : Mata rantai yang terlalu panjang, yang bisa menyebabkan terjadinya
gangguan (distortion).
2. Terlalu banyak informasi dalam saluran komunikasi, yang menyebabkan overload atau terjadinya gangguan. 20
bisa
3.
Lingkungan yang menimbulkaa kesulitan dalam komunikasi.
4.
Hambatan Organisasi yaitu tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan spesialisasi. Tingkat hirarkhi bila suatu organisasi tumbuh, dan struktumya
berkembang, akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena pesan harus melalui tingkatan (enjang) tambahan, yang memerlukan waktu
yang lebih lama barulah pesan itu sampai. Wewenang Manajerial artinya, kekaburan wewenzmg bagi setiap tingkatan pada jabatan tertentu akan membuat pesan tidak sampai ke seluruh bagian yang ada dalam organisasi
tersebut. Spesialisasi artinya adalah prinsip organisasi, tetapi juga menimbulkan masalah-masalah komunikasi, apalagi mereka yang berbeda keahlian bekerja sating berdekatan. Perbedaan fungsi dan kepentingan dan
istilah-istilah dalam pekerjaan mereka masing dapat menghambat, dan membuat kesulitan dalam memahami, sehingga akan timbul salah pengertian dan sebagainya.
Ada 3 penyebab yang dapat berdampak terhadap hubr.rngan antar petugas kesehatan, yakni
:
l.
Role slress
2.
Lack of interprofessional understancling
3.
Autonomy struggles
Konflik antar petugas kesehatan sangat panting karena pada gilirannya
akan
mempengaruhi kualitas pelayanan kepada pasien. Menghadapi pasien setiap hari bukanlah suatu hal yang mudah. Petugas kesehatan hampir setiap hari harus menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
nyawa seseormg, misalnya menentukan diagnosis penyakit fatal, menjelaskan
pengobatan
yang
kadang-kadang
tidak menjanjikan
kesembuhan,
menginformasikan prognosis yang tidak baik atau harus memberikan obat yang
harganya
sulit dijangkau oleh pasien. Hal-hal ini sedikit banyak akan
mempengaruhi suasana hati dokter dan dapat mempengaruhi komunikasi verbal dan non-verbalnya dengan sesama p€tugas. Pengendalian emosi dan stres sangat
dibutuhkan dalam pekerjaan sehari-hari tenaga medis di rumah sakit.
Kita
mengharapkan semua petugas kesehatan memahami perannya
zt
masing-masing dalam lingkungan kerjanya. Dalam praktikny4 temyata tidak demikian. Walaupun telah ada kemajuan dalam memahami peran petugas lainnya" kebingungan atau kesalahtafsiran tentang
peran dari masing-masing petugas masih sering terjadi. Itulah yang disebut dengan Lack of interprofessional understanding.
Faktor ketiga adalah masalah otonomi, yakni "the freedom to be selfgoverning or self-directing". Pentingnya otonomi digaris bawahi oleh Conway,
yang menyatakan bahwa kapasitas untuk melakukan otonomi sangat penting
agar petugas dapat memenuhi peran profesinya. Tingginya professional autonomy berhubungan dengan membaik;nya job morale dan job performance. Perbedaan tingkat otonomi pada petugas kesehatan dapat memacu ketegangan
interpersonal. Perawat misalnya sering menyatakan kekesalannya karena rendahnya otoritas mereka untuk pengambilan keputusan yang sederhana tetapi
penting bagi keamanan atau kenyamanan pasien.
Di
dalam menghadapi
tantangan globalisasi, setiap petugas kesehatan memerlukan otonomi sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing.
Masalah komunikasi merupakan penyebab yang paling umum dalam terjadinya medical error. Diantaranya addah kegagalan komwrikasi baik verbal
ataupun tertulis, miskomunikasi antar
stai antar shift, informasi
tidak
didokumentasikan dengan baik atau hilang, masalah komunikasi dalam satu
lokasi, antar berbagai lokasi, antar tim layanaa dengan pekerja non klinis dan antar staf dengan pasien.
Arus informasi yang tidak adekuat juga merupakan masalah yang umum terjadi, misalnya ketersediaan informasi yang terbatas saat akan merumuskan keputusan penting, komunikasi yang tidak tepat waktu saat pemberian hasil pemeriksaan yang kritis, kurangnya koordinasi instruksi obat saat transfer antara
unit, informasi penting yang tidak disertakan saat pasien ditransfer ke unit lain atau dirujuk ke rumah sakit lain.
Setiap komunikasi yang terjalin wajib dicatat dalam berkas rekam medis pasien, balk komunikasi antar petugas kesehatan (dokter dengan dokter, dokter dengan perawat, dokter dengan tenaga medis lainny4 perawat dengan perawat, perawat dengan tenaga medis lain) ataupun komunikasi antar petugas kesehatan
dengan pasien atau keluarga pasien (dokter dengan pasien atau keluarga pasien,
perawat dengan pasien atau keluarga pasien). a. Masalah
Komunikasi Dokter dengan Pasien
Dokter dan pasien adalah dua subyek hukum yang terkait dalam hukum kedokteran. Dari keduanya akan terbentuk suatu hubungan, baik hubungan medik maupun hubungan hukum. Hubungan medik dan hubungan hukum antara dokter dan pasien adalah suahr hubungan yang obyeknya adalah pemeliharaan kesehatan
(rehabilitatifl dan pelayanan kesehatan khusunya kuratif. Peran dokter
dalam pelayanan medik adalah sebagai pelaksanaan suatu profesi medik dengan pemberian pertolongan medik berdasarkan keahlian, keterampilan, dan ketelitian terhadap pasien.
Hubungan dokter dan pasien dilihat dari aspek hukum, adalah hubungan antara subyek hukum dengan subyek hukum. Dilihat dari hubungan hukumnya,
antara dokter dan pasien terbentuklah apa yang dikenal sebagai perikatan (verbintenis). Menurut C. Asser's, perikatan diartikan sebagai "hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih berdasarkan dimana orang
yang satu terhadap orang yang lainnya berhak atas suatu penuaian/prestasi dan orang lain ini terhadap orang itu berkewajiban atas penuaian/prestasi itu". Ciri
khas perikatan
ini
menurut C. Asser's adalah bahwa perikatan merupakan
hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan.
Doktrin ilmu hukum mengenal dua macam perikatan, yaitu perikatan ikhtiar (inspanning verbintenis) dan perikatan hasil (resultaat verbintenis). Pada perikatan ikhtiar maka prestasi yang diberikan dokter kepada pasien adalah berupa upaya semaksimal mungkin, sedangkan pada perikatan hasil, prestasi yang harus diberikan dokter adalah berupa hasil tertentu.
Dasar dari perikatan antara dokter dan pasien dikenal dengan istilah perjanjian atau transaksi terapeutik. Perjanjian atau transaksi terapeutik antara
dokter dan pasien
ini adalah berdasarkan
asas kebebasan berkontrak, yakni
antara dokter dan pasien bebas menentukan
isi dari perjanjian/kontrak yarg
mereka sepakati bersama, dengan syarat tidak bertentangan dengan undangundang, kepatutan, kepantasan dan ketertiban.
Di dalam
transaksi terapeutik
terdapat dua pihak, yaitu dokter sebagai pemberi pelayanan medik dan pasien sebagai penerima pelayanan medik. Hak dokter disatu pihak dan kewajiban pasien lain pihak secara timbal balik, serta prestasi yang harus dilaksanakan oleh
masingmasing pihak. Oleh karena itu dalam transaksi terapeutik antara dokterpasien, dapat dijumpai hak-hak pasien disatu pihak dan pada pihak lain terdapat
kewajiban-kewajiban dari dokter, dan demikian pula sebaliknya. Obyek dari hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam perjanjian
atau transaksi terapeutik
ini
adalah berbuat sesuatu yakni berupa upaya
kesehatan (kuratif) atau terapi untuk penyembuhan pasien. Jadi isi perjanjian
atau transaksi terapeutik adalah suatu transaksi untuk menentukan atau upaya untuk mencari terapi yang paling tepat bagi pasien yang dilakukan oleh dokter. Dengan demikian, obyek perjanjian dalam transaksi terapeutik adalah mencari upaya kesehatan (kuratif) yang tepat bagi kesembuhan pasien. Jadi dokter tidak
menjanjikan kesembuhan bagi diri pasien, tetapi dokter berupaya semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien (perikatan ikhtiar).
Walaupun hubungan dokter-pasien merupakan suaru perjanj ian upaya (inspanning verbintenis), tetapi upaya tersebut harus dilakukan oleh dokter dengan hati-hati dan usaha keras. Ada standar profesi medis dan kode etik
profesi medis serta itikad baik yang harus dijadikan acuan oleh dokter dalam usaha melakukan penyembuhan pasien, yang bilamana hasil pengobatan tidak sesuai dengan harapan pasien, maka dokter akan mendapat perlindungan hukum dan terhindar dari tuduhan malpraktik.
Kurangrya komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien menjadi
pemicu munculnya pengaduan malpraktik yang dilakukan dokter. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKD mengakui komunikasi yang gagal telah menjadi masalah tersendiri. Akibatnya, walaupun dokter sudah menjalankan tugas sesuai prosedur, namun pasien tetap merasa dirugikan karena
hasil terapi tidak sesuai harapan karena kurangnya komunikasi (Lack of Information).
Sampai dengan bulan Maret 2011, MKDKI telah melayani
127
pengaduan kasus pelanggaran disiplin yang dilakukan dokter atau dokter gigi.
Dari angka terebut, sekitar 80 persen dipicu karena kurangnya komunikasi. 24
Keterampilan dokter dalam menyampaikan informasi menjadi kunci dalam situasi semacarn ini. Jika dokter tidak cakap berkomunikasi, maka yang terjadi adalah kesalahpahaman yang berbuntut pada pengaduan oleh pasien baik ke MKDKI ataupun Iangsung ke meja hijau.
Komunikasi yang telah dirasakan baik oleh dokter belum tentu memberi kepuasaan kepada pasien dan keluarga pasien. Banyak faktor yang menyebabkan
kegagalan komunikasi dokter dan pasien diantaranya dokter menjelaskan keadaan medis pasien kepada banyak orang atau keluarga pasien, dalam hal
ini
informasi yang diterima dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat penangkapan informasi karena dokter menjelaskan dengan bahasa kedokteran sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman. Pala hubungan dokter dan pasien telah mengalami pergeseran dari zaman
ke zaman. Terdapat suatu
pergeseran paradigma, dimana dokter bukan lagi
dianggap sebagai dewa atau orirng suci tetapi telah menjadi figur manusia biasa.
Hubungan antara dokter dan pasien yang dulunya menganut pcla paternalistik berubah menjadi hubungan yang bersifat kontraktual. Kondisi dan situasi saat
ini
telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi yaitu sebagai penyedia layanan jasa.
Sehingg4 apabila jasa yang diberikan ti6uL -s6r,askan pasien, maka pasien pun berhak unnrk menyampaikan keluhan bahkan sampai pada tuntutan hukum ke pengadilan. Dalam hubungan dokter dan pasien ini tidak lepas dari komunikasi. Sejak
pasien datang untuk berobat kepada dokter telah terjadi jalinan komunikasi.
Pasien menjelaskan tentang penyakitnya, dokter memberi penjelasan dan
informasi tentang penyakit pasien. Komunikasi dokter-pasien yang efektif adalah terciptanya rasa nyaman dengan terapi yang diberikan dokter pada pasien.
Faktor prilaku dokter terhadap pasiennya, kemampuan dokter untuk mendapatkan dan menghormati perhatian pasien, tersedianya informasi yang
tepat dan timbulnya empati serta membangun kepercayaan pasien temyata merupakan kunci yang menentukan dalam kenyamanan yang balk dengan terapi
pada pasien. Sikap empati yang ditunjukkan oleh dokter kepada pasien akan menumbuhkan rasa kepercayaan pasien kepada doktemya yang kemudian dapat
menimbulkan kepuasan dan kepatuhan pasien pada pengobatan. Komunikasi kepada pasien atau keluarga pasien dapat mencakup keadaan kesehatan pasien, rencana pelayanan medik, perserujuan tindakan medik
(Informed Consent) dan edukasi terkait penyakitnya. Informed
consent
merupakan bagian dari bentuk komunikasi antara dokter dan pasien.
lnformed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan
oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara Iengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tujuan dari informed consenl adalah agar pasien mendapat informasi
yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang
akan
dilaksanakan. Informed consent juga merupakan bagian dari komunikasi yang
berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya
dapat terpenuhi dengan sempuma apabila pasien telah menerima semua informasi yang la perlukan sehingga la dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, Iengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien dan mencegah dari tuntutan malpraktik akibat
komunikasi yang kurang baik. Tinjauan yang dilakukan oleh Levinson (1999) menyimpulkan bahwa sebenarnya tuntutan-tuntutan malpraktek tersebut dapat
dicegah dengan komunikasi dokter-pasien yang adekuat. Sehingg4 dapat disimpulkan bahwa maraknya tuntutan malpraktek di masyarakat adalah cermin suatu kondisi komunikasi yang kurang baik antara masyarakat dengan profesi kesehatan, Iebih spesifik lagi antara pasien dengan dokter.
Dalam mencapai tujuan keselamatan pasien, yang tertuang dalam
7
Iangkah menuju keselamatan pasien rumah sakit, pada langkah nomor 5 yaitu
libatkan berkomunikasi dengan pasien, prinsipnya adalah pasien merupakan orang yang paling ahli dalam penyakitnya, sehingga setiap pasien menginginkan
dirinya diperlakukan sebagai partner dalam pengobatan, pasien menginginkan keterbukaan tentang apa yang telah terjadi dan membicarakan masalahnya dengan segera dan empati serta membantu pasien mengatasi permasalahannya
dengan lebih baik bila sesuatu yang tidak diharapakan terjadi.
Dalam hal berkomunikasi, pasien juga diajarkan untuk melakukan SPEAK UP
S
Speak up
if
:
you have any questions or concems and if you don't
understand.
P
Pay attention to the care you are receiving and make sure you are
receiving the right treatment and medication.
E
Educate yourself about your diagnosis.
A
Ask a trusted family member or friend to be your advocate.
K
Know what medicines you are taking and why.
U Understand more about your local NHS organisation. P Participate in all decisions around your treatment. Keterbukaan dan kejujuran dari rumah sakit, dokter dan tenaga medis lainnya dapat membantu mencegah insiden menjadi keluhan resmi dan litigasi atau tuntutan hukum. Kunci dari keterbukan adalah komunikasi yang efektif antara pasien dan tenaga kesehatan.
Dalam teknik berkomunikasi, dikenal TIEART Steps
. .
H E
:
HEAR/LISTEN to.the patient and his or her concems
EMPATHZE with the patient and acknowledge his or her concems
and emotions
. . .
A R T
APOLOGIZE to the patient for the situation RESPOND to the patient's concems
TTIANK the patient for voicing his or her concems
Masalah komunikasi antara dokter dan pasien antara lain
:
1. Masalah penerimaan informasi yang diberikan oleh dokter kepada pasien atau
keluarga pasien yang dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan pasien bila pasien atau keluarga pasien tidak mengerti tujuan terapi atau tindakan yang akan dilalrukan sehingga menyebabkan, antara lain
. .
Tindakan tertunda Penolakan tindakan medis 27
:
2. Masalah komunikasi dokter, tata bahasa gaya bicara yang dapat menimbulkan :
Ketersinggungan pasien atau keluarga pasien Pasien komplain ke Rumah Sakit Pasien meminta alih rawat ke dokter lain Pasien menuntut dokter atau melaporkan dokter ke Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
b. Masalah Komunikasi Dokter dengan Dokter Masalah pembagian kewenangan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) utama dan DPJP yang lain sering menjadi masalah dalam pelayanan
kesehatan dalam kondisi rawat bersama. Kurangnya komunikasi atau masalah pencatatan terapi dalam rekam medik pasien yang tidak dilihat oleh
dohler lain sehingga terapi menjadi tumpang tindih. Tidak pemah berdiskusi tentang kebutuhan pasien sehingga terapi menjadi tidak efisien, efektif, masa
perawatan/Length Of Stay (LOS) lebih lama juga menjadi masalah yang sering terjadi. Perbedaan pendapat dan nasihat juga sering membingungkan pasien. Masalah komunikasi yang lain adalah instruksi dari DPJP ke dokter
jaga ruangan yang tidak jelas atau terburu-buru sehingga menyebabkan kesalahan.
Dalam hal
ini perlu dibuat kebijakan tentang kewenangan DPJP
sehingga komunikasi antara dokter yang satu dengan dokter yang lain
terjalin dengan baik sehingga pasien mendapat pelayanan yang aman dan bermufu.
c. Masalah
Komunikasi Dokter dengan Perawat/Tenaga Kesehatan lain
Tulisan sering digunakan oleh dokter yang merawat pasien untuk memberikan instruksi kepada petugas kesehatan lainnya misalnya dokter
ruangan atau perawat/ bidan untuk melaksanakan pengobatan
atau
pemeriksaan penunjang. Pada dasamya penulisan rekam medik merupakan
sumber informasi tentang pasien yang dibuat bukan hanya untuk penulis 2A
tetapi juga bagi semua pihak yang terlibat dalam penanganan pasien pada saat tersebut atau di masa mendatang. Beberapa contoh masalah komunikasi antara dokter dan perawat, antara lain
1.
Masalah kewenangan klinis perawat sebagai penerima instruksi dokter (SPK, Akper / D3, Perawat level tertentu,
2.
:
Sl)
Kesalahan penerimaan intruksi (obat dan tindakan), misalnya
:
. Salah dengar nama obat, . Salah dengar dosis obat . Salah dengar cara pemakaian obat . Salah dengar waktu pemberian obat /tindakan . Salah baca instruksi dokter karena tulisan tidakjelas 3. Pada saat perawat mengikuti visit dokter, seringkali instruksi dokter ada yang terlewat untuk dilakukan.
Salah satu masalah komunikasi yang sering timbul adalah tulisan atau instruksi dokter yang sulit dibaca oleh perawat, bahkan kadang-kadang penulis sendiri pada kesempatan berikutnya tidak dapat membaca kembali tulisannya. Penulisan yang tidak jelas membuat proses ke{a menjadi terganggu. Tidak jarang klarifikasi melalui telepon perlu dilakukan, padahal pembicaraan melalui telepon terkadang tidak mudah dilakukan karena koneksi yang buruk atau dokter
tidak mengaktifkan pesawat teleponnya. Bila tidak dapat berkomunikasi dengan pemberi instruksi, sebagian petugas akan menunda pekerjaan tersebut, atau menduga-duga instruksi apa yang harus dilaksanakan. lnstruksi yang kurang
jelas dan tidak diklarifikasi dapat berakibat fatal bagi pasien.
Kerugian lain yang dapat ditimbulkan adalah, dokter lain tidak dapat memahami situasi pasien dengan baik sehingga tidak dapat melanjutkan perawatan dengan baik. Perawat juga tidak dapat membaca instruksi yang seharusnya dilakukan sehingga pasien akan terlambat mendapatkan penanganan.
Dalam keadaan kurangnya tenaga" dalam hal
ini
terutama kekurangan
tenaga perawat, masalah akan sering bermrmculan, hal ini harus diantisipasi oleh
setiap kordinator atau manajer. Pasien komplain karena perhatian kurang di rawat inap, respon perawat lambat dan permintaan lama dipenuhi, ba}kan yang
parahnya dapat menyebabkan kejadian 29
tidak diharapkan yang
dapat
menyebabkan cedera pada pasien. Untuk mengatasi
role overload
ataL
kurangnya tenaga, perlu dilakukan pengaturan jumlah tenaga perawat dengan
baik, memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-masing petugas. Peran, hak dan hrgas petugas lain juga harus diketahui oleh masing-masing petugas.
Masalah komunikasi lain yang sering terjadi adalah ketika instruksi diberikan melalui telepon. Pemberian instruksi dokter lewat telepon tidak dapat dihindari dalam pelayanan di rumah sakit, hal ini dikarenakan keberadaan dokter
yang tidak 24 jam
di
rumah sakit, adanya perubahan kondisi pasien yang
memerlukan terapi tambahan atau tindakan medis, dan pada keadaan emergency
atau gawat darurat. Banyak faktor yang menyebabkan kesalahan pada proses pemberian instruksi dokter lewat telepon, yaitu antara lain karena gangguan
koneksi telepon sehingga suara dokter tidak jelas, dokter terburu-buru dalam memberikan instruksi, kompetensi dan pengetahuan perawat masih kurang atau
level kompetensi perawat penerima instruksi tidak memenuhi syarat, perawat penerima instruksi adalah perawat baru atau perawat magang, prosedur read back-repeat baclr tidak dijalankan.
Untuk menghindari kesalahan penerimaan instruksi atau kegagalan komunikasi, telah diatur beberapa kebijakan untuk menghindari kejadian tidak diharapkan pada pasien. Dalam sasaran keselamatan pasien yang kedua, yaitu peningkatan komunikasi yang efektif, telah diatur teknik-teknik komunikasi,
antara lain teknik SBAR
(Situation Background
Assessment
Recommendation) serta leknik Read back-Repeat back, dimana penerima instruksi seharusnya setelah menulis instruksi dalam rekam medis pasien wajib membacakan kembali instruksi tersebut dan pemberi instruksi, dalam hal ini
adalah dokter juga harus mengulang kembali instruksinya dan bila perlu mengeja nama obat atau tindakanny4 apalagi bila obat tersebut tergolong obat kewaspadaan tinggi (high
alert medication), contohnya pemberian elektrolit
pekat. d. Masalah Komttnikasi antara tenaga kesebatan
Komunikasi intemal antar tenaga medis dapat mencakup instruksi
dokter terkait terapi, rencana pelayanan medik dan penunjang medik, serta transfer antar ruangan. Lemahnya komunikasi antar petugas kesehatan dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan kedokteran yang diberikan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerugian pada pasien dan keluarganya. Masalah komunikasi anta.r tenaga kesehatan yang mudah
l.
terjadi kesalahan antara lain pada
:
Saat transfer pasien dari ruang satu ke ruang lain. Pada saat transfer
pasien/pindah ruang, perawat harus melakukan operan dengan lengkap
kepada perawat lain, misalnya tentang kelanjutan terapi, rencana
tindakan, kelengkapan informed consent, hasil-hasil pemeriksaan penunjang dan banyak hal lain yang sering terlewat pada saat transfer informasi.
2.
Saat berlangsungnya operan antara petugas kesehatan, yang
paling sering
terjadi adalah lupa dicatat sehingga tidak dioperkan kepada petugas shift berikutnya. Secara umum setiap petugas kesehatan dituntut untuk mempraktikkan cara-cara komunikasi interpersonal yang balk termasuk komunikasi verbal darr
non-verbaL Tidak berbeda dengan bila menghadapi pasien, setiap petugas kesehatan seyogyanya menerapkan keterampilan komunikasi interpersonalnya
bila berhadapan
dengan sesama petugas kesehatan. Komunikasi tertulis
hendaknya ditunjang dengan penulisan yangjelas, dan bila perlu didukung oleh
komunikasi verbal dan non-verbal yang sesuai. Dan komunikasi yang efektif
akan menimbulkan lingkungan kerja yang aman dan pasien akan terjaga keselamatannya selama dalam perawatan di rumah sakit.
e.
Masalah komunikasi antara atasan dan bawahan
Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu sebagai berikut
(Thoha,2005):
a.
Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan 31
pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan.
Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi kebawah bila mereka merasa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak
relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipengangnya. Misalnya seorang
pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi karyawan guna nnenyempumakan produksi, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.
b.
Kepercayaan pada pesan tulisan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode
difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan Iebih banyak menyampaikan pesan secara terhrlis berupa buletin, booklet, dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara atasan dan bawahan.
c.
Pesan yang berlebihan
Banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo, buletin, surat p€ngumuman, majalah dan pemyataan
kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesanpesan yang harus dibaca oleh
karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca p€san-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca.
d. Ketepatan waktu Ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah.
Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling menguntungkan kepada
kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang
dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektifitasnya.
e. Penyaringan 32
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semua diterima
merek4 tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan
ini dapat
disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan
persepsi di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada seorang supervisor mungkin memblok supervisor. Persoalan utama dalam komunikasi atasan bawahan adalah sejauh mana
komunikasi atasan dan bawahan dapat berjalan dengan efektif atau tidak.
Apabila hasil yang didapat sama dengan tujuan yang diharapkan maka hasil komunikasi dinyatakan efektif, jika hasil yang didaptkan Iebih besar dari tujuan yang diharapkan maka komunikasi dapat dikatakan sangat efektif, tetapi apabila
hasil yang didapatkan Iebih kecil dari tujuan yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi tidak atau kurang efektif. komunikasi disebut
efektif apabila penerima
menginterpretasikan pesan
sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim (Thoh4 2005).
33
yang
diterimanya
BAB IV
DOKUMENTASI Dokumentasi komunikasi efektif meliputi
l.
Berkas Rekam Medik
2. Lembar edukasi terintegras i 3. Informed consent 4. Leallet atau brosur
34
:
BAB V PENUTUP
Demikian panduan komunikasi efektif Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta ini dibuat sebagai standar berkomwrikasi bagi karyawan di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Mudah-mudahan dengan adanya panduan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan pelayanan pasien dan hubungan antar manusia. Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan kita semua limpahan Taufik dan HidayahNya kepada hamba-hamba
yang selalu berlomba dalam kebaikan dan berusaha secara terus memperbaiki amaliyahnya. aamiin.
35
menerus
LAMPIRAN
36
Gunqkqn SBAR dolqm Komunikosi Situation, Saya (nama), perawat dari bangsal (nama bangsal) Saya akan menginformasikan tentang pasien (nama pasien) Saya menelpon karena adanya. Kejadian pada pasien tersebut
berupa.....kondisi pasien mengalami perubahan/memburuk sejak......
Background:
[n lD_i
Pasien (nama pasienlmasuk RS pada (tgl-bln-thn) dengan
(kasus/diagnosa/keluhan) Pasien sudah dilakukan (operasi/prosedu r medis/pemeriksaan dll) sedangkan data pasien adalah........(Sebutkan TDlNadi/suhu/Respirasi/GCS. Dll)
Assessment:
A
Saya kira problem pasien ada|ah................ Dan kami sudah melakukan
tindakan................(memberi obat/oksigen/menyetop infus dll) ATAU Kami tidak tahu apakah problemnya tapi pasien tampak memburuk ATAU Saya tidak tahu apa yang terjadi tapi saya khawatir dengan keadaan pasien
Recommendation:
R
Kira-kira kapan dokter bisa datang untuk melihat pasien dan apa yang perlu dilakukan selama menunggu dokter visit ? Bagaimana kalau kami mengusulkan........(Usulan rekomendasi tindakan yang dilakukan misal pemasangan NGT, ET dll)
Pastikan dalam Setiap Komunikasi Lisan/ telepon : Tulis lengkap (write downl Bacakan kembali pada pemberi instruksi (read bockl
1. 2.
Disusun oleh
Komite Keselamatan RS PKU
Pasren
Muhammadiyah Yogyakarta
Rev 01.05-2015
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RM Nama No.
Tgl
lahir
: :
:
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI S (Subyekti0, O (Obyektl0, A (tusosment)
dln tande tengEn a.li.p .khir c€tet n
Cantumkan nrrns pade
Penerima lnfo
Rekam Medls Kesehalan
CATATAN PERKEM BANGAN PASIEN TERINTEGRASI Tgl/ Jem
P (Planning) / lnstruksi
Protesi
S (Subyrtt0, O (Obyckto, A (Alsourono
Canlumkan n.mr dan tanda
tlntan
aa!.p rkhlr cat tan
Verifikasi pad6
DPJP
Rekam Medis Kesehatan
)
)
PERSIAPAII EDUKASI
Bahasa : tr lndonesia Kebutuhan Psnteriemah :o Ya : tr Baik Baca dan Tulis Pilihan Tipe Pembelajaran : tr Verbal Pendidikan :trSD : o TidakAda Hambatan Edukasi Kesediaan Menerima Edukasi
o lnggris o
m-{ o.q
iro
KEBUTUHAN EOUKASI / TOPIK EDUKASI
i$(q
oo
OURASI WAKTU
(Menit)
SASARAN (Pasien / Keluarga / Lain-
lainl NAMA
'l.
2. 3. 4. 5. 6.
Daerah : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
o Tidak o Kurang o Tulisan o SMP oSMA oD3 o Penglihatan terganggu D Emosional o Pendengaran Terganggu : tr Bersedia o Tidak Bersedia
Hak dan Kewajiban pasien dan keluarga
Pengertian Penyakit (diagnose) Tanda dan Gejala Suatu Penyakit Penatalaksanaan Penyakit Prosedur diagnostic tertentu (sebutkan) :
E
E
E
c
AWAL
SARANA EDUKASI
METODE EDUKASI
EDUKATOR EVALUASI
NAMA
TTD
n
tr o D o tr
Sudah Mengerti Edukasi Ulang Hal baru
D Wawanc€ra
Sudah Mengerti Edukasi Ulang Hal baru
o watirancara
o Diskusi Kelompok
o Ceramah
o Demonstrasi
r f, r r
o Diskusi Kelompok o Ceramah D Demonstrasi
TTD
9.-
= 4
Leaflet Booklet Lembar Balik Audiovisual
tr
Leaflet Booklet Lembar Balik Audiovisual
tr tr
o
tr
Re-edukasi Redomonstrasi Sudah Mengerti
Re-edukasi Redemonstrasi D Sudah Mengerti
CL' c@ FGI !l 0l
o
o o
x v ; -1 z z (oo' I
sr6
D o L
o-{ o0t
tr Lainnya
E
Orientasi layanan Farmasi
Manajemen Nyeri
tr52
av XC c= =E -a =x ==
o Bahasa o Kognitif Terbatas o Motivasi Kurang tr Fisik Lemah tr Agama tr Lain -lain :.............................. o Gangguan Bicara
TINGKAT PEMAHAMAN
tr 7.
o Sl
....... o Lain-lain : ......................... .......
o D o
Kelompok
r r r
o Ceramah o Demonstrasi
r
Sudah Mengerti Edukasi Ulang Hal baru
o Wawancara
Sudah Mengerti Edukasi Ulang Hal baru
o Wawancara
o Diskusi
o Diskusi Kelompok
o Ceramah tr Demonstrasi
r r r :
Leaflet Booklet Lembar Balik Audiovisual
tr o
Leaflet Booklet Lembar Balik Audiovisual
tr o
tr
o
Re-edukasi Redemonstrasi Sudah Mengerti Re-edukasi Redemonstrasi Sudah Mengerti
=.<
n
m{
KEBUTUHAN EDUKASI TOPIK EOUKASI
8.
L
a.q +(o i!@
/
9.9
Orientasi Ruang Perawatan dan Keselamatan (Jalur Evakuasi)
o
Penggunaan peralatan medis yang efektif dan aman (sebutkan) :
o
DURASI WAKTU
(Menit)
SASARAN (Pasien / Keluarga / Lain-lain) NAMA
TINGKAT PEMAHAMAN
tr
tr o D tr o
10. Keselamatan
. . .
c)
tr
Pasien
Resiko Jatuh Gelang identitas Pencegahan dan Pengendalian infeksi A) APD b) Etika Batuk
CuciTanoan
ADL lstirahat Persoalan Hygina Vulva Bygina Mobilisasi/ambulasi ,I2, PONEK Tanda bahaya pada Nifas Tanda Bahaya pada
o o o
tr D
o Wawancara o Ceramah
Sudah Mengerti Edukasi Ulang Hal baru Sudah
tr Wawancafa
l\4engerti
tr Diskusi Kelompok
Edukasi Ulang Hal baru Sudah Mengerti Edukasi Ulang Hal baru
tr
Leaflet
o Demonstrasi
NAMA
EVALUASI
TTD
tr Re-edukasi o Retr
demonstrasi Sudah Menoerti Re-edukasi
o Ceramah o Demonstrasi
o Leaflet D Booklet tr Lembar Balik o Audiovisual
o o
o Wawancara D Diskusi Kelompok tr Ceramah D Demonstrasi
o o tr tr
o o
Re-edukasi
o
demonstrasi Sudah Mengerti
o Wawancara
B Leaflet tr Booklet tr Lembar Balik o Audiovisual
tr
tr tr o o
Leaflet Booklet Lembar Balik Audiovisual
o
o tr o o
Leaflet Booklet Lembar Balik Audiovisual
Leaflet Booklet Lembar Balik Audiovisual
Re-
demonstrasi tr Sudah Mengerti
Re-
o o
tr o o o
tr tr tr
D
tr
bayi
o Oiskusi Kelompok o Ceramah tr Oemonstrasi D Wawancara
tr
Sudah Mengerti Edukasi Ulang Hal baru
u
Sudah
tr Wawancara
l\,lengerti
tr Diskusi Kelompok
Edukasi Ulang Hal baru
o Ceramah
tr
o
Sudah Mengerti Edukasi Ulang Hal baru
D Diskusi Kelompok tr Ceramah o Demonstrasi
o o tr
o
Re-edukasi Redemonstrasi Sudah Mengerti Re-edukasi Redemonstrasi Sudah Mengerti
o D
o tr tr
D o
)
tr Demonstrasi
)
d-r on c!= cGt x act o!,
9-
D
1
Melawat bayi sehad hari Cara Menyusui yang benar Perawatan nifas Manfaat ASI 13. Program diet dan Nutrisi (sebutkan ) :
SARANA EDUKASI
AWAL
TTD
EDUKATOR
tr
Re-edukasi
tr
demonstrasi Sudah Menoerti
o
Re-
Rev 01.08-2015
RM. 22 Lanjutan
RM
:
Nama
:
lahir
:
No.
RUMAH SAKIT
Tgl
o oo
tr trtr
o
= E o
ti -:::c o:l:a F::tE 6:::(L
o
t!
E
!r! E o
m -{ KEBUTUHAN EDUKASI / TOPIK EDUKASI
20' . :::
:::: .:.....
..
Gl i,=(o (,,al
DURASI WAKTU
(Menit)
SASARAN (Pasien / Keluarga Lain-lain) NAMA
TTO
/
PEMAHAMAN
AWAL
SARANA EDUKASI
METODE EDUKASI
.
21.
9a
?t
2q
26
\,.
o{
EDUKATOR
TINGKAT
)
NAMA
TTD
EVALUASI
lD!t cll E@
-ao
9-
NII.AI KRITIS HASIL TES DIAGNOSTIK KLINIK
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Test
NO
Nil-At KRITIS LOW
HIGH
<6
>12 >15 >L2
L
Calcium
2
Bilirubin Total
3
Glukosa
<40 <50
4
Magnesium Kalium
<
1.0
> 450 > 5.0
Dewasa > 16 th Anak < 15 th Natrium Hemoglobin Flbrinogen HCT (dewasa)
< 2.5 < 3.0
> 6.2 > 6.5
<
>
5
6 7
8 9 10
PT
11
15
INR Thrombosit Leukosit Ureum Ureum BUN
16
pH
t7
CO2 Content Anion Gao Fosfat Kreatinin Albumin
L2
l3 L4
18 19
20 2L
120
160
<6
>22
s80 s18
>55
s
1.0
> 1.000 > 50.0 240
< 7.L < 6.0
> 100 > 7.6 >16
<
1.0
> 10.0 <
Umur
mq/dL mq/dL mq/dL mq/dL mq/dL mq/dL ms/dL
semua umur neonatal dewasa anak & wanita laki-laki semua umur semua umur
mEq/l mEq/l mEq/l
semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur semua umur
qldL mq/dL
>50 > 4.0 s10
Satuan
1.5
o/o
deUk
detik Umm3 Umm3 mq/dL mq/dL ph unit mmol/ L mmol/ L mq/dL ms/dL mq/dL
Nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium adalah hasil taboratorium ekstrim tinggiatau rendah yang dapat mengancam keselamatan pasien dan msnerlukan tindakan medis segeraUntuk hasil laboratorium apabila ada perubahan yang signifikan, kurang atzu lebih tinggidari hasil sebelumnya maka petugas laboratorium akan melaporkan hasiltersebut kepada doktei peminta untuk dikonfirmasi.
Kepala lnstalasi Laboratorium dr. Survanto. Sp.PK 22-9-2014
Ketua Komite Medik
dr. Nurul Jaoin. Sp.B 22-9-2014
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 512653 Fax. (0274) 566129, IGD : (0274) 370262, E-mail :
[email protected] UNIT ll : Jl. Wates Km. 5.5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294 Telp (027{) 6199704 Fax:(0274) 619972i ICD: /027Jr 61931'1 3 E-mail r?Lrjogja@yahoo co.id
Lampiran Surat Keputusqn
No
i;-sr;71\AtA.
/5K3.2.1/VIl/2015
DAFTAR HASIL KRITIS RADIOGRAFI YAIIG IIARUS SEGERA DILAPORKA}T PEMERIKSAAN Head CT Scan AMomen AP,atau 3 posisi Thorax Tulang Extremitas danVertebrae
KATEGORI KRITIS Perdarahan, lnfark, SOP,
Pneumocerebri,MassaFractur kompresi di Calvaria Air Fluid Level, Udara Bebas di peritoneum Tumor, Oedem Pulmo, Hematothorax,Pneumothora:<,facfure tulang dada. Fractur, dislokasi.
Lampiran
I
SK Nomor
:
RK.3.2flll20l5
SIMBOL DALAM REKAM MEDIS RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
-
Dengan memberikan simbol tertentu yang disepakati bersama akan memudahkan dan mempercepat pencatatan tanpa mengurangi kualitas dari catatan Rekam Medis simbol dan arti wama yang disepakati adalah seperti tersebut di bawah ini. No I
2 J
Simbol
d
Laki-laki
Birr"r/hitam
Perempuan
Merah
Denyut nadi
Biru
Suhu
Merah
Meninggal
Binr/hitam
Fraktur
V
Biru
lnfus
V
Merah
Transfusi
Ungu
HIViAIDS
Kuning
Penyakit Menular
Merah
Tulis jenis alergi dengan warna merah
Bim/hitam
Naik
Birr:/hitam
Turun
Biru/hitam
Ada
Biru/hitam
Tidak
Biru/hitam
Sudah dikerjakan
Biru/hitam
Tensi
?
4 5
6 7 8
9
ArtiSimbol
Wama
Biru/hitam
+
+
C
t0
il
ALERGI
t2
t
r3
J
t4 t5
l6 17
o o ./
Lampiran 2 SK Nomor
:
/ SK.3.2lllll2015
KODE WARNA DALAM REKAM MEDIS RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KODE WARNA 0
I 2 3
4 5
6 7 8
9
KODE ALPTIABETH UNTUK SPF'I T TNG PADA KOMUNIKASI VIA TELPON DIGUNAKAN UNTUK
oBAT-OBAT TERUTAMA OBAT KONSENTRAST
A.
HURUF
A
AlfalAlpha
N
November
B
Bravo
o
Osca r
C
Cha
P
Pa
D
De
a
Q.uebec
E
lta Echo
R
F
Foxtrot
S
G
Go
lf
T
Romeo Sierra Ta ngo
H
Hotel
U
I
lnd ia
V
liett/J uliet Kilo
W x
Lima M ike
Y
Wh iskey X-ray /Xray Ya n kee
z
Zulu
J
J
K L
M B.
TTNGGT (H!GH ATLERT MEDTCATTONI
rlie
u
pa
Uniform Victor
ANGKA DANTANDA BACA
ANGKA
DIUCAPKAN
L
SATU
2
DUA
3
TIGA
4
EMPAT
5
LIMA
6
ENAM
7
TUJUH
8
DEI.APAN
9
SEMBILAN
0
NOL
TANDA BACA a
DIUCAPKAN TITIK
KOMA
Lampiran 3 SKNomor
:
/5K3.2/Illl20l5
DAFTAR SINGKATAN YANG BERLAKU DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KEPANJANGAN DARI
SINGKATAN
No
3
ARHD
Acut Renal Failure Acut Lvmohositic Leukimia Acut Rheumatic Heart Disease
4
Amp
Ampul
5
Ax
6
AP
8
AL AIHA
Anamnesa Angina Pectoris Anska Leukocyte Auto Imun Hemolitik Anemia
1
ARF
2
ALL
'l 9 0 I 2
4
APP
Apendicitis
AV Block ASHD AVN
Areteri Ventricular Block Arterio Sclerosis Hearth disease Arterio Venous Mal formation
As Kep
Asuhan Keperawatan Atas Permintaan Sendiri Atas nama
APS
5
a/n
6
AF
7
ASD Abd
8
20
AMI AML
2t
APH
9
22
BMR
23
Bpx
24 25 26
BBLR
Atrial Fibrillation Atrial Septal Defect Abdomen
Acut Myocard Infarct Acut Mieloid Leukimia Ante Partum Haemorragi a Balas Metabolic Rate Bawah Procesus Xypoidus Berat Badan Lahir Rendah Berat Badan Lahir Cukuo
2l
BBLC BNO BAB
28 29 30
BB BLPL
Buans Air Kecil Berat Badan Boleh Pulane
3l
Caps
Capsul
32
CVA CVD CLL
Cerebro Vascular Accident Cerebro Vascular Disease
JJ
34 35
BAK
CRF
Blaas Niar Overzicht Buang Air Besar
Cronic Lymphocytic Leukimia Cronic Renal Failure
36 37 38 39
CC
CM CT Scan
40
CHF COPD
41
CPC
42 43
CA
44
CH
45
CML CMI
46 47
CB
DKP
48
Decomp
49
dbn
50
DD
5l 52
DF DHF
53
DSS
54
DM DX
55
EEG
56 57 58 59 60
ETT EDH
6l
FUO
62
FAM GCK
63
EKG
EMC
Comotio Cerebri ComDos Mentis Computerized Tomogram Scannin g Coneestif Heart Failure Cronic Obstruktive Pulmonarv Disease Cor Pulmonary Cronic Cukup Bulan Carcinoma Cirrhosis Hepatis
Cronic Mieloid Leukimia Cronic Miocard lnfarc Disproporsi Kepala Paneeul Decompensasi Dalam Batas Normal
Deferensie Diagnosa Dengue Fever Dengue Hemorrhagic Fever Densue Shock syndrome Diabetes Militus Diagnosis E lectro Enceohal o Graohi Electro Cardio Graphi Electro Myo eraphi Electro Tracheal Tube
Epidural Hemorrhasia Fever Unknown Origin Fibro adenoma Mammae
GasalGinial Kronik Gastro Enteritis Akut
65
GEA GNC
66
GBS
67
GNA
Guillain Barre Syndrome Glomerulo Nephritis Acut
68 69
Cds Cdn
l0
HILD HIL
64
71
72
HNP
t5
hpl
74 75 76
hpm
77 78 79
HIV HHD HD ITP
ISK
Glomerulo Nephritis Akut
Gula darah Sewaktu Gula darah Nuchter Hernia insuinal is Lateralis Di sease Hernia Inguinal is Lateral Hernia Nucleus Pulposus Hari Perkiraan Lahir Hari Pertama Menstruasi H umman Imm unodeficiancy V irus Hyoertensi Heard Disease Haemodialisis Idiopathic Trombocytopeni a Purpura lnfeksi saluran Kencing
80
ISPA
8t 82
ICD IRNA
83
Im
84
IUFD
85
IVP
86 87
lv IHD
88
ICH
89 90
Wp
9l 92 93
KU KET KB KPD
94
KP
95
KDS KHS
96 97 98 99
lnfeksi Saluran Napas Akut lnstalasi Gawat Darurat lnstalai Rawat lnaD lntra Muscular lntra Uterine Fetal Death Intra Neneus Pyelographi Intra Nenous lscemic Heard Disease lntra Cerebral Haemorrhagia Kalau Perlu Keadaan Umum
Kehamilan Ectopic Terganggu Keluarga Berencana Ketuban Pecah Dini Koch Pulmonum Keiang Demam Sementara
Karcinoma Hepatocelluler
Lab
Laboratorium
LP
Lumbal Punetic Linekar Kepala Linekar Dada
LK
0l
LD LBP
Low Back Pain
02
m/m
Makan Minum
03
MS
Mitral Stenosis
04 05
MH NGT
06 07
NIDDM NHL
08 09
Obs
Morbus Hansen Naso Gastro Tube Non Insulin Dependent DM Non Hodekins LymDhoma Observasi Oeshoohaeus Maas Duodenum
00
0
OMD OAD
OralAnti Diabetic
OS
Orang Sakit
2
OUE
J
our
Ostium Uretra Externum Ostium Uretra Internum
4
OE
5
OMA
6
OMP
1
PAT
Otitis Extema Otitis Media Acut Otitis Media Perforata Paroxi ma Atrial Tachicardia
8
PID
Pelvic lmfl amatory Disease
9
Px
20
PB
Pemeriksaan Panians Badan
2t 22
PKTB PNA
23
PNC
I
Primer Komplek Tuberculosa Pyelo Nephritis Acut Pyelo Nephritis Cronic
24 25 26 21 28
29 30
3l 32
RM
Rekam Medis
R\
Resep
RDS
Respiratory Distres Syndrome Rheumatic Heard Disease Rontgen
RHD Ro Spt
SDH SC
SOP
Space Ocupaiying Proces
Supra Ventricular Tachycardia Systemic lupus EMematosus Tablet Tak ada kelainan Tekanan darah Tempat Keiadian Perkara Temperatur Therapi Tinegi Fundus Uteri Transien lschemic Attack
SLE
35
tab
36 37 38
tak
T Tkp
39
T.
40
4l
Tx TFU
42
TIA
43 44 45 46 47 48
USG
UTI VE
VT VCSS
VSD VP Shunt
50
v. exc
5l
v. lac v. punt v. scls WSD
52 53
54
Subdural haemorrhagia Sectio Caesaria
SVT 34
49
Spontan
Ultrasonosrafi Urinary Tract Infection Vacum Extraction Vaginal Touche Vena Cava Superior Syndrome Ventricular Septal Defect Ventriculo Peritoneum Shunt Vulnus Excoriasis Vulnus Laceratum Vulnus Punctum
Vulnus Scissum Water Seal Drainage
DAFTAR SINGKATAII YANG TIDAK BOLEH DIGUNAKAI\
TIDAK BOLEH DIGUNAKAN (unit) U
POTENSIAL MASALAH Akan bisa salah dengan "0" atau ))
lU (international unit) IWIR Tx Px
HB (Head box) NK SF (susu formula) FT (foto terapi) ASI L PB, P/B (Pasien Baru)
lnc RG (Rawat Gabung)
AB (antibiotik)
4t)
Akan bisa salah dengan "IV" (intra vena), "I0"(sepuluh) Tidak sesuai Akan hampir sama 'tindakan" Bisa salah dengan "prosesus xyfoideus" Bisa sama dengan "Hemoglobin" Tidak komunikatif Bisa salah dengan "Sulfas Ferrosus" Bisa salah dengan "Fisiotherapi" Bisa salah memahami Bisa salah dengan "Paniang Badan" Tidak sesuai Bisa salah dengan diet "Rendah Garam" Bisa salah dengan golongan darah ,,AB"
SB
AF (Alinamin F) Ma/mi Ka/ki
Bisa salah denqan "Atrial Fibrilasi"
Obs (Observasi)
Hampir sama dengan "Obsgin" Tidak sesuai Bisa salah denqan "Sub Cutan"
Pac
SC (Sectio Cesaria)
T.a.alt.a.k a/i T9 R (residu)
Tidak sesuai Tidak sesuai Bisa salah "Respirasi"
Lani Spt
Inf (infeksi) VS (Vena Sectie) Ind flnduksi) Dr (darah rutin) Sak (banssal Sakinah) TP (taliPusat)
SEHARUSNYA DIGUNAKAN Ditulis "flnit"
Bisa Bisa Bisa Bisa
salah dengan "Infus" salah dengan "Vital Sign" salah dengan "Indikasi" salah dengan "Dokter"
Bisa salah dengan Tinggi Protein
Ditulis "International Unit" Ditu is meninggal atau "t" Ditu s "Terapi" Ditu is "pemeriksaan" Ditu is" Ditu is "Head Box" Ditu is "Nasal Kanul" Difu is "susu formula" Ditu is "Foto Ther4pi" Ditu is "ASI Langsung" Ditu is "Pasien Baru" Ditu is "lncubator" Ditulis "Rawat Gabung" Ditulis "Antibiotik"
Ditu is "suhu badan" Ditu is "Alinamin F" Ditu is "Makan/Minum" Ditu is "Kanan/kiri" Ditu is "Observasi" Ditu is "Pacuan" Ditu is "Sectio Cesaria" Ditulis "Tak Ada Kelainan" Ditu is "Atas Indikasi" Ditu is "Tunggu hasil" Ditu is "Residu" Ditu is "Laniutkan" Ditu is "Spontan' Ditu is "Infeksi' Ditu is "Vena Sectie" Ditu is'lnduksi" Ditulis "darah rutin" Ditulis Bangsal "Sakinah" Ditulis "Tapi pusat"
KOMUNIKASI EFEKTIF VIA TELEPON RS PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian
Tujuan
Kebijakan
19
No Dokumen : t.2lrx/2015
/PS.
No Revisi 00
:
Halaman
:
1/2
Ditetapkan DirekturUtama TanggalTerbit dr. H. Joko Murdiyanto. So.An NBM: 867.919 Komunikasi verbal antar perawat dan atau staff medis yang mampu mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien selama dalam perawatan di rumah sakit melalui pemberian informasi yang tepat waktu, akurat,lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima pesan. l. Memastikan keakuratan semua informasi 2. Memastikan semua informasi terkini tentang status kesehatan pasien disampaikan dengan tepat dan benar 3. Menurunkan angka kesalahan atau near miss 4. Meningkatkan keselamatan pasien Berdasarkan SK Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta nomor 3 447 I SK.3 .2 N U 20 | 5 tentan s Panduan Keselamatan Pasien
Prosedur PERSIAPAN
:
l.
staf penelepon menyiapkan informasi dan data yang
2-
disampaikan kepada pihak yang ditelepon. menyiapkan alat tulis dan rekam medik
akan
PELAKSANAAN:
l.
staf penelepon mengucapkan salam : "Assalamu'alaikum"
4. 5.
sesuai : "apakah betul ini dokter/profesi 1ain........?" me staf penelepon melakukan komunikasi dengan SBAR:
2. staf penelpon memperkenalkan diri : "saya......dari unit....." 3. staf penelepon memastikan bahwa orang yang ditelepon sudah
S : Situation : Sebutkan nama dan asal ruangan.
Masalah
kondisi pasien
B : Background :
Hasil-hasil pemeriksaan sesuai kondisi
pasien
A; Assesmenl :Tindakan
yang telah dilakukan
R :Recommendalion : Hasil dari instruksi dokter penanggung dan usulan tindakan yang bisa dilakukan
jawab
KOMUNIKASI EFEKTIF VIA TELEPON RS PKU
MUHAMMADIYAH YOCYAKARTA
No Dokumen 9g/PS.
6.
:
No Revisi
t.yIX/2015
Halaman:
:
2/2
00
staf penelepon melakukan prosedur TUL BA KON konJirmasi
a.
: tulis
baca
Staf penelepon (penerima informasi)
mencatat informasi/instruksi yang diterima b. Staf penelepon (penerima informasi) membaca ulang informasi yang telah ditulis. Untuk pelaporan hasil kritis radiologi dan laboratorium serta obat High Alert Medication kategori sound alike dilakukan spellinglpengejaan alfabeth dengan kamus yang telah ditetapkan rumah sakit.
c. Staf penerima informasi melakukan konfirmasi apakah informasi yang diterima telah sesuai dengan yang disampaikan oleh pemberi informasi
d. Beri tanda tangan dan nama jelas perawat yang menerima order atau informasi , catat jam prosedur terjadi dengan membubuhkan cap read back. e. Lakukan verifikasi dalam waktu
I x24 jam kepada dokter yang
memberikan order pada saat datang berkunjung dengan membaca kembali perintah yang diberikan kemudian memberi tanda tangan dan nama jelas, tanggal dan jam verifikasi cap read back pada lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT/ RM 40)
Unit Terkait
l.
Bidang PelayananMedik
2. Bidang Keperawatan 3. Unit Rawat Jalan 4. IGD 5. Unit Laboratorium 6. Instalasi Radiologi 7. lnstalasi Farmasi
KOMUN!KASI EFEKTIF SERAH TERIMA SHIFTJAGA RS PKU TUHAflXAOIYAH
No Dokumen
:
YOGYAXARTA
lPS.t.2ltwz0ls
No Revisi
Halaman
:
tlt
0
Ditotapkan Direktur Utama
Tanggal;
w
STAIYDAR PTOSED[JE.
OPERASIONAL PENGERTIAN
:
Dr H. Joko Murdivanto. Sp.An NBM.867.919 Cara dalam menyampaikan dan menerima suatu informasi atau laporan yang berkaitan dengan keadaan klien dan pelayanan keperawatan.
TUJUAII
2.
1.
Menyampaikan kondisiAeadaan secara umum klien. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oteh
3.
Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
shitr berik*nya.
KEBUN.KAN
Seriap. pergantian. s&/?. dila&ulan operan jaga. ol€h Ketua Tim Kandinator shift kepada Ketua Tim/Koordinator srrl berikutnya.
PROSEDUR
l. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
Kedua tim dalam koadaan siap
Mempcrsiapkan hal-hal yang pcrlu dipersiapkan (Buku operan jaga danAsuhanKepemwatan).
Berdo'a bersoma sebelum melakukan operan jago.
Ketua Tim atau Koordinator
Sil?
menyampaikan timbang slal berikutnyaHsrus jclas dan tidak hrhuru-huru dao bira pcrlu validasi terima kepada penanggung jawab pada keadaan.
KeOa Tim/Kmrdinalor Siy? beserta anggota kej.u'a shifi sccara langsuog melihaf keqrbn klien Informasi yang disampaikan adalah: Laporan Asuhan Keperawatan kepada pasien, meliputi:
ylng merasat, Diagrosis/ masalah keperawatan dan lainJain). b. Bachgound (Kondisi dan tindakan dan perawatan yang telah. didapatlan) c. Assessmenl (Kajian fisilq hasil laborat dan tindakan terkini) d. Iecarreeeaafcn@ter+eru*yaag peludifudslch4iuti). I^aporan Non Asuhan keperawatan a. Menyampaikan kondisi sarana dan sarana penunjang yang ada di ruangan. b. Menyampaikan informasi yang berkaitan dengan layanan a- Sitttttiodldrr,filzs Pasie& dolJier.
keperawatan.
o. Itt{ohporkan kejqtios K€dadian Tidd( Diharap&ar (Km), Kejadian Nyaris Cidera (KNC) d8n kemungkinan pasienpasien resiko jatuh. T]NTT
TERI(AIT
Seluruh Unit Pelayanan Keperawatan
EDUKASI No Dokumen
:
No Revisi
Halaman:
:
I t2
0
,
RS PKU MUHATTAOIYAH YOGYAKARTA
L.z/r/tott
^fe1fiS
l.TanggalTerbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
l! lbtow
p6Ysakit Yang berkaitan a. terdiri :
PENGERTIAN
TUJUAN
l.
Assement kebutuhan edukasi
2. 3.
Pemberian edukasi
l.
Melakukan assement kebutuhan edukasi
2.
Memberikan informasi tentang hal- hal yang hanrs diperhatikan pasien dan atau keluarga berhubungan dengan kondisi
Verifikasi pemahaman edukasi
kesehatan pasien.
t
3.
Melakukan verifikasi pemahaman edukasi yang telah dilakukan pada pasien dan atau keluarga
KEBIJAKAN
Rumah sakit memberikan edukasi secara rutin pada pasien dan atau keluarga
PROSEDUR
l.
Assesment Kebutuhan Edukasi
2. Pemberian Edukasi a. Ucapkan salam " Assalamu'alaikum..".' pagi/siang/sore/malam' BapaMbu sebut dePartemen/unit kerja.
"
Selamat
. Saya
"""
(nama)'
b. Pastikan identitas Pasien c. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah d. Jelaskan materi edukasi kepada pasien dan atau keluarya 3.
Verifikasi Pemahaman Edukasi
a. Lakukan verifikasi
kepada pasien dan atau keluarga terhadap materi edukasi yang telah diberikan
b.
Berikan formulir edukasi untuk ditanda tangani oleh pasien atau keluarga
c.
Berikan nomor telepon yang blsa dihubungi jikasewaktu-
EDUKASI Dokurnen
No Revisi
:
:
Halaman:
0
1t1
RS PKU TUHATSADIYAH
YOGYAKARTA
d.Tawarkanbantuankembali..Apakahmasihadayangdapat saYa bantu
4. UNITTERKATT
i
t
?"
Ucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh
Semua unit PelaYanan
PELAPORAN IIASIL TEST DIAGNOSTTK YAIYG KRITIS RS PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
39to lPS.t.2lYU2,ts I
STATTDAR PROSEDUR
ol
|
,z
Tanggal Terbit
OPERASIONAL Pengertian
Pelaporan hasil tes diagnostik s merupakan pelaporan hasil dari proses pemeriksaan spesimen pasien yang hasilnya jauh di atas atau di bawah nilai normal
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat diketatrui lebih cepat dokter dan petugas perawatan.
oteh
Pelaporan hasil pemeriksaan sK Direktur dan panduan Keselamatan pasien Rumah sakit.
dengan Prosedur
Rawat Inap Laporkan atau sampaikan segera ke dokter jaga patorogi klinik saat menemukan hasil laboratorium diketahui jauh dari normal atau masuk kategori nilai kritis oreh supervisoi atau koordinator shift jaga.
4. 5. 6.
laporan oleh petugas. kritis tersebut sebelum menutup perawat. nostik kritis ke dokter penanggung jawab
dokter jaga bangsal untuk tindak lanjut
Tempelkan hasil tersebut di rekam medis oleh perawat.
PELAPORAN HASIL TEST DIAGNOSTIK YAI\TG
KRITIS
RS PKU I
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
No Dokumen : 39ro tPS.l.2NU20t5
l' 2. 3-
Laporkan atau sampaikan segera ke dokter jaga patorogi klinik saat menemukan hasir raboratorium diketahuilaui dari normar atau masuk kategori nilai kritis oreh supervisor"atau koordinator shift jaga. Catat hasil tes aporan hasil test diagnostik kritis shiftjaga' Sampaikan hasil ik atau IGD atau dokter jaga seterah mendapat persetujuan dari dokter patorogi klinik melalui telepon.
1' r'aboratorium K,inik RS pKU Muhammadiyahyogyakatra 2. Rawat inap 3. Rawat jalan 4, IGD 5. IBS 6. Kamar Bersalin
\
P['[,APORAN HASIL RADIOLOGI DAN IMAGING DIAGNOSTIK YANG KRI'IIS No. Dokumen
Flalaman I
No. Revisi
RS PKUMUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
TanggalTerbit
Ditetapkanoleh
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL dr. H. Joko MurdiyantoSp.An.MPH
NBM.867.919
I
-
Pengertian
Melaporkan hasil radiolograh dan imaging diagnostik yang sudah terexpertise dokter spesialis Radiologiatau belum terexperitise kepada dokter pengirim pada pasien yang membutuhkan penanganan segera.
Tujuan
Terlaksananya proses pelaporan hasil yang perlu diwaspadai,agar mencegah terj adinya keterlambatan penatalaksaniurn pasien dengan nilai kritis.
Kebijakan
Panduan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Prosedur
Petugas Radiologi atau Radiografer melaporkan hasil pemeriksaan yang terdapat hasil yang kritis kepada dokter pengirim atau melalui perawat bangsal,perawat poli atau perawat IGD. Saat hasil radiograf belum terexpertise dan terdapat nilai kritis radiographer melaporkan hasil identifikasi awal kepada dokter pengirim atau melalui perawat bangsal,perawat poli atau perawat IGD,dan hasil radiograf dipinjamkan kepada ruangan/asal pengirim, dan harus diverifikasi oleh kembali oleh dokter spesialis radiologi. Yang termasuk criteria hasil kritis yang harus dilaporkan meliputi : a. Pada pemeriksaan Head Ct Scan : Perdarahan, infark,lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL), Pneumo cerebri, fracture compresi di calvaria. b. Pemeriksaan Abdomen : air fluid level,udara bebas di peritoneum, perdarahan intra abdomen, kehamilan extopik. c. Pemeriksaan Thorax : Tumor paru, oedem pulmo, hematothorax, pneumothorax, fracture tulang igalscapula. d. Pemeriksaan tulang extremitas dan vertebrae : fracture, dislokasi, kompresi sumsum tulang belakang.
Unit Terkait
Poli klinik, Bangsal Rawat Inap, IGD,Kamar Bersalin, IIIS
a
PENDIDIKAN KESEHATAN RS
P
MANAJEUE! ]{IEEI
IYAH
No Dokumen
:
tlo/l.s I Al r)n0 'l'anggalTerb
bLv/
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
lQ
Ok+oS*
266
ngurangi nYeri
PENCERTIAN atau menurunkan nyeri ke
levellE
riiiin yang diterima oleh
Vemfasilitasi pasien untuk tindakan pengurangan nyerl
iltru@ngalaminyeri g nYeri' term asuk I okasi' karakteri
stih
onset/d uras
i'
frekuens
i'
kual itas'
intensitas. atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi
2.
Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan komunikasi
efektif
3. 4.
Pastikan Pasien menerima analgesik yang tepat
Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat diterima tenLang pengalaman nyeri dan merasa menerima respon pasien
terhadap nyeri
5. 6.
Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu dan keluarga mengalami nyeri kronik atau yang menimbulkan
ketidakmampuan
7.
Evaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran kontrol paska nyeri yang daPat digunakan
8. g.
Bantu pasien dan keluarga untuk mentperoleh dukungan Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan untuk mengkaji kenyamanan pasien dan merencanakan monitoring tindakan
10. Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa
lama berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
I
l. Ajarkan
kepada pasien untuk mengontrol faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien mengalami
ketidaknyamanan (m
i
sal :
temPerature nnn gan' cahaya'
PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJETIEN NYEFI =
RS PKU MUHAMUAOIYATI YOGYAXARTA
kebisingan) mengurangi 12. Mengajarkan pada pasien bagaimana
atau
presipitasi atau menghilangkan faktor yang menjadi ke lemahan' pen galaman nyeri (mi sal : ketakutan' m
e ni
n
gkatkan
monoton. dan rendahnya pengetahuan) (misal: implementasikan berbagai pengukuran
13. Pilih dan
interpersonal) untuk farmakologi. nonfarmakologi' dan memt'asil itasi Penurun nYeri
14.
Me ngajarkan kepada pasien
jenis untuk mempertimbangkan
penurun nyeri dan sumber nyeri ketika memilih strategi
sendiri 15. Anjurkan pasien untuk memantau nyerinya
dan
intervensi segera (misal: 16. Ajarkan teknik penggunaan nonfannakologi guided imagery' biofeedbaclq TENS, hypnosis, relaksasi' aktivitas' terapi musik, distraksi, terapi bermain' tempi acupre ssure, terapi di n gi n/panas, dan
p
ijatan)
penurun nyeri 17. Jelaskan tentang p€nggunasn analgetik untuk yang optimal I
8.
meningkat Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri tingkat ketidaknyamanan dengan pasien'
19. Lakukan verifikasi
catat Perubahan Pada rekam medik'
yang dilakukan 20, Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri pengalaman nyeri dengan pengkajian terus-menerus terhadap pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien
21, Modihkasi
22. Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi penurunan nYeri
nyeri' 23. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman sesuai kePerluan
pengetahuan 24. Beri informasi yang akurat untuk mendukung
keluarga clan respon untuk pengalaman nyeri a-
25'Melibatkankeluargadalammodalitaspenurunnyeri,jika mungkin
PENDID IIiAN yeri Pada rentang
PENDIDIKAN KESEHATAN PENGATURAN DIET NUTRISI
RS PKU IUHAMI{AOIYAH YOGYAKARTA
No Dokumen
:
No Revisi
ttei/6.14s1u
:
'
Halaman:
tl2
0
TanggalTerbit STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAIPENGERTIAN
19
optow,
olr
Menyiapkan pasien untuk benar
vf
TUJUAN
Menyiapkan pasien agar mau beke{a sama dalam program diet
KEBIJAKAN
Dilakukan pada pasien yang diprogram diet
PROSEDUR
l. 2.
Kaji pengetahuan pasien saat ini tentang diet yang dianjurkan Tentukan persepsi pasien tentang diet dan harapan tentang
tingkat pemenuhan diet
t t
3. 4. 5. 6.
3
Berikan penjelasan tentang diet yang ditentukan Jelaskan tujuan diet
Berikan penjelasan tentang berapa lama diet harus dilakukan Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana membuat agenda makan secara tepat
7.
lnstruksikan pasien untuk mengikuti diet yang dianjurkan dan menghindari makanan yang merupakan pantangan
8.
Berikan penjelasan tentang interaksi obat dan makanan yang mungkin terjadi
9.
Bantu pasien untuk mengakomodasipilihan makanan dalam diet yang ditentukan
10. Bantu pasicn dalam melakukan penggantian bahan makanan untuk mendapatkan resep favorit sesuai dengan diet yang dianjurkan I
l.
Berikan penjelasan kepada pasien cara membaca label makanan dan memilih makanan dengan tepat
12. Observasi kemampuan pasien memilih makanan
sesuai dengan
diet yang telah ditentukan
13. Berikan penjelasan tentang bagaimana cara mendapatkan waktu makan yang sesuai
14. Berikan
s€cara tertulis waktu makan pasien
PENDIDIKAN KESEHATAN
PENGATU@ No Dokumen
:
No Revisi o
Halaman
2/2
sesuai dengan diet
16. Berikan
yang diberikan oleh Penguatan tertradap informasi
kesehatan lain
17. Rujuk pasien ke ahli gizi
18. Libatkan keluarga klien UNIT TERKAIT
o o
lnstalasi Rawat InaP
ICU
tim
PENDIDIKAN KESEHATAN TEKNIK REHABILITASI No Dokumen RS PKU HUHA'TI'AOIYAH
Halaman
:
:
L/2
,%/Pt t.4rllott TanggalTerbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
U
oY+ :.ott-"
;,,!',lBM: 867.919 kemamPuan Psikomotor
PENCERTIAN yang optimal
TUJUAN
pasien mampu melakukan aktifitas secara optimal
KEBIJAKAN
Dilakukan pada pasien yang mengalami
PROSEDUR
/ cacat
Persiapan
l.
Penampilan p€tugas
a. b. ;
ke lemahan
2.
:
Periksa kerapihan pakaian seragam Periksa kelengkapan atribut
Alat-alat:
a. Alat tulis b. Rekam medis c. Alat bantu ( bila diPerlukan ) Pelaksanaan
I.
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terhadap teknik tindakan rehabilitasi.
2. Jelaskan tujuan tindakan rehabilitasi. 3. Demonstrasikan tindakan kepada pasien 4. Berikan arahan langkah demi tangkah dengan jelas 5. Minta pasien untuk melakukan langkah p€rtama 6. Berikan alasan dilakukannya tindakan dengan spesifik 7. Berikan bimbingan kepada pasien bahwa dia akan
_a
.t
mengalami sensasi fisik terkait dengan gerakan jika tepat 8. Berikan informasi tertulis 9. Sediakan waktu latihan I 0. Berikan waktu yang efektifdan tePat untuk penguasaan keterampilan I L Observasi kemampuan pasien mendemonstrasikan tindakan 12. Berikan umpan balik yang sering terhadap tindakan yang dilakukan pasien baik benar ataupun salah sehingga kebiasaan buruk tidak terulang
PENDIDIKAN KESEHATAN TEKNIK REHABILITASI No Dokumen
:
No Revisi
:
)
0
Halaman:
212
RS PKU iIUHAMiIAOIYAH
YOGYAKARTA
aPat digunakan untuk m
embantu pasien mendapatkan keteram pi I an yan g
dibutuhkan 14. Berikan penjelasan cara merakit' menggunakan dan merawat slat bantu dengan tePat
C.
Hal yeng harus diPerhatikan Libatkan keluarga dan orang terdekat'
UNIl'TERKAII-
L Instalasi Rawat [naP 2.
I
a
a
Instalasi Rawat Jalan
PENDIDIKAN KESEHATAN pexbeuNAAN PERALATAN MEDIs RS PXU MUHATUADIYAH YOGYAXARTA
No Dokumen
:
7tr0/ ts.t'4rEot Terbit
STANDAR PROSEDUR
-anggal 2YtoOr
uw
OPERASIONAL t"f Enviaet
naan P"tulatan medis
dalam penggunaan Menjaga keamanan dan keselamatan peralatan medis atan medis
KEBIJAKAN digunakan peralatan medis Berikan penjelasan tentang tujuan penggunaan
Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana penggunaan peralatan medis yang tepat peralatan Evaluasi kemampuan pasien dalam menggunakan medis tersebut
terjadi jika Berikan pejelasan kepada pasien akibat yang akan selesai mengehentikan Pengunaan peralatan medis sebelum
program samping yang Berikan penjetasan kepada pasien tentang efek
mungkin ada dari pemakaian peralatan medis anggota Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan
tim kesehatan lain Libatkan keluarga/orang terdekat
UNIT TERKAIT
l. lnstalasi Rawat InaP 2. lnstalasi Rawat Jalan 3. ICU 1. IGD