KOMPLIKASI OSTEOPOROSIS Oleh Kevin Christian N,0906554320 Osteopororosis merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh adanya penurunan densitas massa tulang dan perburukan dari mikrosarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai suatu keadaan dimana BMD (Bone Mineral Density) seseorang berada di bawah mean peak bone mass (rata-rata massa tulang puncak) sebanyak 2,5 standar deviasi atau lebih diukur menggunakan DXA (Dual Energy X-ray Absorptiometry). Terdapat beberapa komplikasi dari penyakit penyakit ini yaitu :
Fraktur
Kifosis
Loss of height
Sumber : http://medicalimages.allrefer.com/larg http://medicalimages.allrefer.com/large/osteoporosis-2.jpg e/osteoporosis-2.jpg
FRAKTUR Fraktur atau patah tulang adalah suatu kondisi medis dimana terjadi kerusakan atau terputusnya kontinuitas jaringan baik tulang maupun tulang rawan yang biasanya disertai oleh cedera di jaringan sekitarnya. Pada orang dengan penyakit osteoporosis, orang tersebut akan lebih mudah mengalami fraktur patologik disebabkan oleh telah menurunnya densitas massa tulang dan rapuhnya mikroarsitektur tulang. Fraktur osteoporotik akan menigkat seiring dengan meningkatnya usia. Insidens fraktur pergelangan tangan meningkat pada secara bermakna setelah usia 50-an, fr aktur vertebra setelah usia 60-an, dan fraktur panggul setelah usia 70-an. Pada perempuan, risiko fraktur 2 kali lebih besar dibandingkan dibandingkan laki-laki pada usia yang sama dan lokasi fraktur tertentu. Karena angka harapan hidup perempuan lebih besar dari laki-laki, maka prevalensi fraktur osteoporotik pada perempuan akan menjadi jauh lebih tinggi dari laki-laki. Densitas massa tulang juga berhubungan dengan risiko terjadinya fraktur osteoporotik. Setiap penurunan densitas massa tulang sebesar 1 standar deviasi berhubungan dengan peningkatan risiko fraktur sebesar 1,5-3,0. Namun pengukuran densitas tulang juga harus memperhatikan usia dari pasiennya karena tidak ada manfaatnya jika kita tidak memperhatikan pula hal tersebut. Seorang wanita yang berumur 80 tahun
dengan T-score -1 akan memiliki risiko fraktur yang lebih tinggi dari seorang wanita berusia 50 tahun dengan T-score yang sama. FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA Fraktur yang terjadi karena kompresi (ketika dua tulang menumbuk dengan tulang ketiga yang berada diantara kedua tulang tersebut). Contoh : Tulang vertebrata dengan tulang vertebrata lainnya
Sumber : http://www.eorthopod.com/sites/default/files/images/thoracic_compression_fx_intro01.jpg
FRAKTUR KOLUM FEMUR Fraktur kolum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Klasifikasi fraktur kolum femur: Fraktur intrakapsuler
Fraktur ini dapat disebabkan oleh trauma langsung (direct) dimana biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring sehingga daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras seperti jalanan ataupun lantai dan trauma tidak langsung (indirect) yang disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah karena kepala femur terikat kuat dengan ligament di dalam acetabulum oleh ligament iliofemoral dan kapsul sendi sehingga mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur. Pembagian klasifikasi fraktur kolum femur dilakukan berdasarkan:
Lokasi anatomi : Fraktur subkapital Fraktur trans-servikal Fraktur basis kolum femur
Arah garis patah : Tipe 1 (sudut 30°) Tipe 2 (sudut 50°) Tipe 3 (sudut 70°)
Dislokasi atau tidak dari fragmennya (dibagi menurut Garden) : Garden 1 : incomplete Garden 2 : Fraktur kolum femur tanpa dislokasi Garden 3 : Fraktur kolum femur dengan dislokasi sebagian Garden 4 : Fraktur kolum femur dan dislokasi total
Sumber : http://medicalimages.allrefer.com/large/hip-fracture.jpg
Fraktur ekstrakapsuler
Fraktur Intertrochanter Femur Merupakan fraktur antara trochanter mayor dan trochanter minor femur. Fraktur ini termasuk fraktur ekstrakapsuler. Banyak terjadi pada orangtua terutama pada wanita di atas usia 60 tahun. Biasanya terjadi trauma yang ringan, daerah paha terbentur lantai. Hal ini dapat terjadi karena pada wanita tua, tulang sudah mengalami osteoporosis post menopause. Pada orang dewasa dapat terjadi fraktur ini disebabkan oleh trauma dengan kecepatan tinggi (tabrakan motor). Penderita biasanya datang dengan keluhan tidak dapat berjalan setelah jatuh disertai rasa nyeri hebat. Penderita terlentang di tempat tidur dengan tungkai bawah eksorotasi dan terdapat pemendekan sampai tiga sentimeter disertai nyeri pada setiap pergerakan. Pada bagian luar pangkal paha terlihat kebiruan akibat hematoma subkutan. Pada foto Rontgen terlihat patah o
daerah trochanter dengan leher femur dalam posisi varus yang bisa mencapai 90 .
Sumber : http://www.beliefnet.com/healthandhealing/images/si55551698_ma.jpg
KIFOSIS Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berbentuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung ke depan melebihi batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai “Bungkuk” . Kifosis dapat disebabkan
oleh beberapa sebab berupa hasil dari penyakit degeneratif (seperti radang sendi ), masalah perkembangan, osteoporosis dengan fraktur kompresi dari vertebra , dan/atau trauma. Selain itu kifosis juga dapat dipengaruhi oleh kelainan otot, cacat lahir bawaan, kekurangan vitamin D dan kalsium, serta diperparah dengan posisi duduk yang salah.
Sumber : http://img34.imageshack.us/img34/6482/kyphosis.jpg
Kifosis ringan mungkin belum disadari karena nyaris tak menimbulkan keluhan kecuali rasa lelah, punggung nyeri, serta kaku yang awalnya dianggap wajar akibat kegiatan harian. Sakit leher dan punggung adalah gejala yang paling sering terjadi. Pada Kifosis yang berat akan terjadi sesak napas karena paru-paru tidak dapat mengembang sempurna. Pada kasus yang sangat parah bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali justru orang lain yang sudah lama tidak bertemu yang menyadari adanya kifosis (kebungkukan) ini.
Sumber : http://www.smsspineclinic.com/images/dses/kyphosis.jpg
Kifosis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu :
Kifosis Postural (Postural Kyphosis) Kifosis jenis ini merupakan kifosis yang paling sering dan umum terjadi. Kifosis ini dapat terjadi baik pada orang tua maupun muda. Pada orang tua, kelainan ini sering disebut hyperkyphosis atau “Dowager’s hump” sedagkan pada orang muda, kelainan ini sering disebut “bungkuk udang”. Kifosis jenis ini jarang menimbulkan nyeri dan tidak menimbulkan
gangguan pada saat dewasa. Kelainan ini bersifat reversibel dan dapat diperbaiki dengan memperbaiki ketidakseimbangan otot. Sekitar sepertiga dari kasus kifosis postural yang sangat berat memiliki fraktur vertebral.
Kifosis Scheuermann’s (Scheuermann’s Kyphosis)
Kifosis jenis ini dapat menyebabkan rasa sakit dan buruk secara kosmetik. Kifosis ini banyak diemukan pada remaja dan menunjukkan deformitas yang lebih buruk dari kifosis postural. Puncak atau apex dari kurvanya terletak di vertebrae torakal dan bersifat kaku, Pada kifosis postural, vertebraenya tampak normal namun pada kifosis Scheuermann’s bentuknya
tampak iregular. Gejala umum yang sering terjadi adalah cepat lelah karena dibutuhkan kerja otot yang intens untuk berdiri atau duduk dengan baik.
Kifosis Kongenital (Congenital Kyphosis) Kifosis ini dapat terjadi pada janin dimana kolumna spinalnya tidak berkembang dengan baik pada rahim ibu. Vertebraenya mungkin mengalami malformasi atau berfusi bersama dan menyebabkan kifosis yang progresif seiring dengan perkembangan anak. Pengobatan dengan bedah sangat disarankan pada usia-usia yang awal dan dapat membantu menjaga kurva kelengkungan yang normal. Kifosis kongenital juga dapat muncul tiba-tiba pada remaja terutama pada anak-anak yang menderita cerebral palsy a tau kelainan neurologi.
Kifosis Nutrisi (Nutritional Kyphosis) Kifosis ini disebabkan oleh defisiensi nutrisi terutama pada masa anak-anak seperti defisiensi vitamin D (menyebabkan rickets) yang mana akan menyebabkan tulang menjadi lebih lembut dan rapuh serta menghasilkan lengkungan pada spinal dan tungkai akibat berat badan anak.
Sumber : http://www.seattlechildrens.org/uploadedImages/Seattle_Childrens/cmsassets/Images/kyphosis_large.jpg
LOSS OF HEIGHT Reduksi pada tinggi badan orang-orang usia yang sudah lanjut merupakan hal yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan oleh degenerasi dari diskus intervertebralis dari spinal, degenerasi osteoarthritis tulang kartilago pada paha, dan deformasi dari vertebrae spinal. Sebuah studi di Ohio State University Medical Center menunjukkan bahwa kehilangan 2 inchi atau lebih tinggi badan pada orang dewasa dapat menjadi sebuah penanda yang kuat terjadinya osteoporosis di panggul. Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa kehilangan tinggi badan sebanyak 2-3 inchi meningkatkan risiko atau kemungkinan lebih dari 4 kali lipat para wanita memiliki osteoporosis di panggul (diverifikasi dengan bone density testing). DAFTAR PUSTAKA 1. Sudoyo AW, Simadibrata M, Alwi, Setiyohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. 2. Knight, Biswas, Iqbal. Muscles, Bones and Skin. 2
nd
Ed. Elsevier Science Ltd; 2003.
3. Kado DM, Prenovost K, Crandall C. Narrative review: hyperkyphosis in older persons. Ann. Internal Med; 2003. 4. Sanila M, Kotaniemi A, Viikari J, Isomaki H. Height loss rate as a marker of osteoporosis in post menopausal women with rheumatoid arthritis. Finland; 1994.