Pendahuluan
Terdapat sebuah kasus dimana seorang ibu mengalami menopause ingin sekali menggendong anaknya yang berumur 5 tahun , namun dia tidak sanggup karena tulang punggung dan lututnya terasa lemah. Dokter menyatakan bahwa ibu tersebut menderita osteorporosis. Berdasarkan kasus tersebut disini kami akan membahas tentang tulang dimana disini meliputi struktur tulang dan tentang pembentukan tulang itu sendiri berdasarkan fungsinya karena osteoporosis berkaitan dengan tulang. Selain itu disini juga dibahas tentang sendi yang membuat elastisitas elastisitas pada tulang untuk dapat bergerak dan juga akan dibahas tentang mekanisme kerja otot. Osifikasi
Tulang dapat dibentuk dengan 2 cara mineeralisasi langsung dari matriks yang disekresi osteoblast (osifikasi (osifikasi intramembranosa) atau oleh deposisi deposisi matriks tulang pada matriks tulang rawan yang sudah ada (osifikasi endokondral). Pada kedua proses, jaringan tulang mula-mula tampak sebagai tulang primer atau tulang ayunan. Tulang primer merupakan jaringan temporer dan segera diganti oleh tulang berlamela definitive, atau sekunder. Selama pertumbuhan tulang, daerah tulang primer, daerah resorpsi, dan daerah tulang sekunder terlihat berdampingan. Kombinasi sintesis tulang dan penghancurannya (remodeling), tidak hanya terjadi pada tulang yang tumbuh, namun juga berlangsung seumur hidup, meskipun kecepatan perubahannya pada orang dewasa sudah sangat menurun.
Osif Os if ikasi ikasi I ntr membranos membranosa a
Terjadi kebanyakan pada tulang pipih, disebut demikian karena terjadi di dalam kondensasi jaringan mesenkim. Tulang frontal dan parietal tengkorak dibentuk melalui osifikasi intramembranosa. Proses ini juga ikut dalam pertumbuhan tulang-tulang pendek, dan penebalan tulang panjang.
1
Pada lapisan kondensasi mesenkim, titik awal osifikasi disebut pusat osifikasi primer. Proses diawali saat sekelompok sel berkembang menjadi osteoblast. Osteoblas menghasilkan matriks tulang dan diikuti klasifikasi, berakibat sebagian osteoblast dibungkus simpai, yang kemudian menjadi osteosit. Pulau-pulau pembentukan tulang ini membentuk dinding yang membatasi rongga-rongga panjang yang berisi kapiler, sel sumsum tulang, dan sel-sel perkembang. Beberapa kelompok demikian hamper serentak muncul di pusat osifikasi sehingga penyatuan dinding menghasilkan struktur mirip spona pada tulang. Jaringan ikat yang tertinggal di antara dinding tulang disusupi pembuluh darah dan sel mesenkim tambahan, yang akan membentuk selsel sumsum tulang. Pusat-pusat osifikasi tulang tumbuh secara radial dan akhirnya menyatu, yang akan menggantikan jaringan ikat asal. Ubun-ubun bayi yang baru lahir, misalnya, merupakan daerah lunak pada tengkorak yang sesuai dengan bagian jaringan ikat yang belum mengalami osifikasi. Bagian lapisan jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan endosteum dan periosteum di tulang intramembranosa. Osif ikasi Endokondral
Terjadi di dalam sepotong tulang rawan hialin yang bentuknaya mirip miniatur tulang yang akan dibentuk. Jenis osifikasi ini pada dasarnya bertanggung jawab atas pembentukan tulang panjang dan pendek. Osifikasi endokondral tulang panjang meliputi urutan kejadian berikut. Mula-mula, jaringan tulang pertama tampak berupa tabung tulang berongga yang mengelilingi bagian tengah model tulang rawan. Struktur ini, yaitu leher tulang, dihasilkan melalui osifikasi intramembranosa di dalam perikondrium setempat. Pada tahap berikut, tulang rawan setempat mengalami proses degeneratif kematian sel, dengan pembesaran sel dan klasifikasi matriks, yang menghasilkan struktur 3 dimensi yang terdiri atas sisa-sisa matriks tulang rawan yang mengapur. Proses ini dimulai di bagian pusat model tulang rawan (diafisis), tempat masuknya pembuluh darah melalui leher tulang yang sebelumnya telah dilubangi oleh osteoklas, yang membawa masuk sel-sel osteoprogenitor ke daerah tersebut. Berikutnya, osteoblast melekat pada matriks tulang yang telah mengapur dan menghasilkan lapisan-lapisan tulang primer yang mengelilingi sisa matriks tulang rawan. Pada tahap ini, tulang rawan berkapur tampak basofilik, dan tulang primer terlihat 2
eosinofilik. Dengan cara ini terbentuk pusat osifikasi primer. Kemudian muncul pusat osifikasi sekunder di bagian ujung yang membesar di model tulang rawan (epifisis). Selama perluasan dan remodellling berlangsung, pusat osifikasi primer dan sekunder membentuk rongga yang secara berangsur diisi dan dipenuhi oleh sumsum tulang. Di pusat osifikasi sekunder, tulang rawan tetap ada pada 2 daerah : tulang rawan sendi, yang tidak ikut dalam pertumbuhan tulang panjang, dan tulang rawan epifisis, yang juga disebut lempeng epifisis, yang meb=nghubungkan epifisis dan diafisis. Tulang-tulang epifisis bertanggung jawab atas pertumbuhan memanjang tulang dan tidak terdapat lagi pada tulang orang dewasa, yang menjadi sebab terhentinya pertumbuhan tulang pada orang dewasa. Tulang rawan epifisis dibagi dalam 5 zona. 1. Zona istirahat, terdiri atas tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologi dalam sel 2. Zona proliferasi, kondrosit cepat membelah dan tersusun dalam kolom-kolom sel secara paralel terhadap sumbu panjang tulang. 3. Zona hipertrofi tulang rawan, mengandung kondrosit besar yang sitoplasmanya telah menimbun glikogen. Matriks yang telah diresorpsi hanya tersisa berupa septa tipis diantara kondrosit 4. Zona klasifikasi tulang rawan, kondrosit mati, septa tipis matriks tulang rawan mengalami pengapuran (klasifikasi) dengan mengendapnya hidroksi apatit. 5. Zona osifikasi, muncul jaringan endokodral. Sebagai kesimpulan, pertumbuhan memanjang tulang-tulang panjang terjadi melalui proliferasi kondrosit di dalam lempeng epefisis di dekat epifisis. Pada waktu yang sama, kondrosit sisi diafisis dari lempeng mengalami hipertrofi: matriksnya mengalami pengapuran dan sel-selnya mati. Osteoblas meletakkan selapis tulang primer pada matriks yang berkapur itu
Karena
kecepatan dua kejaidan yang berlawanan ini kurang lebih sama, tebal lempeng epifisis tidak banyak berubah. Bahkan, lempeng epifisis didesak menjauhi bagian diafisis sehingga tulang tersebut bertambah panjang. Struktur Tulang
3
Tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organic (hidup) dan 70% endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri lebih dari 90% serat kolagen dan kurang dari 10% proteoglikan (protein dan polisakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium ksrbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organic menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensil (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam memnyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan). Tulang terdiri dari sel-sel dan matriks ekstraselular. Sel-sel tersebut adalah osteoblas, ostesit, dan osteoklas. Juga terdapat endosteum dan periosteum. 1. Osteoblas
Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga bergantung pada adanya osteoblast asktif. Osteoblas hanya terdapat pada p ermukaan tulang, dan letakn ya bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblast aktif menyintesis matriks, osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktifitas sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan berkurang. Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentk dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna. Lakuna dihuni osteosit beserta jaluaran-jalurannya, bersama sedikit matriks ekstrasel yang tidak mengapur. Selama sintesis matriks berlangsung, osteoblas memiliki struktur ultra sel yang secara aktif menyintesis protein untuk dikeluarkan. Osteoblas merupakan sel yang terpolarisasi. Komponen matriks disekresi pada permukaan sel, yang berkontak dengan matriks tulang yang lebih “tua”, dan menghasilkan lapisan matriks baru (namun belum berkapur), yang disebut osteoid, di antara lapisan osteoblast dan tulang yang baru dibenntuk. Proses ini yaitu aposisi tulang, dituntaskan dengan pengendapan garam-garam kalsium ke dalam matriks yang baru terbentuk 2. Osteosit
Osteosit yang terbentuk osteoblas, terletak didalam lakuna yang terletak diantara lamelalamela. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Kanalikulimatriks silindris yang tipis, 4
mengandung tonjolan-tonjolan sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang berdekatan saling berkontak melalui taut rekah (gap junction) dan molekul-molekul berjalan melalui striktur ini dari sel ke sel. Sejumlah molekul bertukar tempat dari osteosit dan pembuluh darah melalui sejumlah kecil substansi ekstrasel yang terletak di antara osteosit (dengan tonjolan-tonjolannya) dan matriks tulang. Pertukaran ini menyediakan nutrient kira-kira untuk 15 sel yang sederet. Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit yang gepeng dan berentuk kenari tersebut memiliki sedikit RE kasar dan kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang, dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut. 3. Osteoklas
Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5-50 inti (atau lebih). Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat didalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai lakuna howship. Osteoklas berasal dari penggabu ngan sel-sel sumsum tulang. Pada osteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap permukaan terlipat secara tak teratur, seringkali berupa tonjolan yang terbagi lagi, dan membentuk batas “bergelombang”. Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma, yang tidak mengandung organel, namun kaya akan filament aktin. Zona ini adalah tempat adhesi osteoklas pada matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi tulang. Osteoklas menyekresi kolagenase dan enzim lain dan memompa proton ke dalam kantung subselular (lingkungan mikro yang disebut sebelunya), yang memudahkan pencernaan kolagen setempat dan melarutkan Kristal garam kalsium. Aktivitas osteoklas dikendalaikan oleh sitokin (protein pemberi sinyal kecil yang bekerja sebagai mediator setempat) dan hormon. Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitonin, yakni suatu hormon tiroid, namun bukan hormone paratiroid. Akan tetapi, osteoblas memiliki reseptor untuk hormone paratiroid dan begitu teraktivitasi oleh hormone ini, osteoblas akan memproduksi suatu sitokin yang disebut faktor perangsang osteoklas. Batas “bergelombang” berhubungan dengan aktivitas osteoklas. 4. Periosteum dan E ndosteum
5
Periosteum terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat kolagen periosteum, yang disebut serat Sharpey, memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak mengandung sel terdiri atas sel-sel mirip fibroblast yang disebut sel osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melalui mitosis dan berkembang menjadi osteoblast. Studi autoradiografi memperlihatkan bahwa sel-sel ini 3
menangkap timidin- H, yang kemudian ditemukan di dalam osteoblast. Sel osteoprogenitor berperan penting pada pertumbuhan dan perbaikan tulang. Endosteum melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karenanya, endosteum lebih tipis daripada periosteum Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi nutrisi kepada jarinmgan tulang 1
dan menyediakan osteoblast baru secara kontinu untuk perbaikan atau pertumbuhan tulang. Struktur dan Mekanisme Kerja Otot
Didalam tubuh manusia terdapat bermacam-macam jenis otot. Jenis-jenis otot itu salah satunya adalah otot rangka. Disini akan bahas dibahas sedikit mengenai otot rangka yang merupakan otot yang dihubungkan ke tulang melalui tendon. Dengan kontraksi otot rangka akan menggerakan tulang. Berikut struktur dari otot rangka. Stru ktur Otot Rangka
Setiap otot rangka tersususn dari banyak sel otot, yang disebut serat-serat otot. Sebuah otot dapat memiliki beberapa ratus atau ribuan serat. Otot rangka juga disebut otot serat lintang karena adanya garis-garis lintang yang dapat dilihat diseluruh otot melalui mikroskop cahaya. Garis-garis lintang tersebut adalah subunit dari masing-masing serat otot myofibril. Sebuah sel otot dibentuk dari banyak myofibril. Myofibril terdiri dari subunit-subunit yang lebih kecil yaitu miofilamen. Miofilamen adalah unit fungsional sel otot. Unit ini terdiri dari protein-protein kontraktil yang tebal dan tipis, yang berkelompok bersama ke dalam suatu pola berulang yang disebut sarkomer. M ekani sme Kon tr aksi Otot Rangka
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urut-urut an tahap berikut. 6
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motoric sampai ke ujungnya pada serabut otot 2. Di setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit 3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membrane serabut otot untuk membuka banyak kanal “bergebang asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang terapung pada membran 4. Terbukanya kanal begerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membrane serabut otot. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi pada membran 5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanajang membran serabut saraf 6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam reticulum ini 7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan myosin, yang menyebabkan kedua filament tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi 8. Setelah kurang dari astu detik, ion kalsium di pompa kembali kedalam reticulum ++
sarkoplasmik oleh pompa membrane Ca , dan ion-ion ini tetap disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi otot yang baru dating lagi, pengeluaran ion kalsium dari mikrofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti. 2,3
Demikianlah cara kerja kontraksi otot pada otot rangka pada tubuh manusia.
Sendi Lutut
Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel (arthiculatio ginglymus) , yaitu pergerakan dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi , ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi
7
maka akan dapat menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada capsul dan ligamentum di sekitar sendi. Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial (synovial joint ), yaitu sendi yang mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua buah tulang yang bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih kompleks daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa. Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan hyaline cartilage yang tipis yang disebut articular cartilage , yang merupakan bantalan pada persambungan tulang. Pada daerah ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan. Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan : 1. Lapisan luar Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang kuat yang tidak teratur dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang menutupi bagian tulang dan sebagian lagi akan menebal dan membentuk ligamentum. 2. Lapisan dalam Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi dan bagian luar merupakan bagian dari articular cartilage.. Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan connective. Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran yang kompleks dari polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid yang merupakan penentu kualitas dari cairan synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan Ada 2 condylus yang menutupi bagian ujung bawah sendi pada femur dan 2 tibial condylus yang menutupi meniscus untuk stabilitas artikulasi femorotibial. Patella yang merupakan jenis tulang
8
sesamoid terletak pada segmen inferior dari tendon quadriceps femoris, bersendi dengan femur, dimana patella ini terletak diantara 2 condylus femoralis pada permukaan anteroinferior. Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel ( mono axial joints )yaitu sendi yang mempunyai arah gerakan pada satu sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks silinder pada tulang yang satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk yang concave pada tulang lainnya. Per gerak an Sendi L utu t
Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi , ekstensi , dan sedikit rotasi. Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris , semimembranosus, dan semitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis , m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha. Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum obliquum menjadi tegang , serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga d i eratkan. Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiper-ekstensi , rotasi medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku. Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia , dan cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci. Selama tahap awal ekstensi , condylus femoris yang bulat menggelinding ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar. Sewaktu ekstensi berlanjut , bagian yang lebih rata pada condylus femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah.
9
Selama tahap akhir ekstensi , bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan. Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung , ligamentum-ligamentum utama harus mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis femoris bergerak mundur , perlekatan m. popliteus pada cartilago semilunaris lateralis akibatnya tertarik kebelakang. Sekali lagi cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus yang berubah. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat , maka kemungkinan rotasio sangat luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris. Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur , hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama , terutama ligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur. Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan kigamentum. Dari faktor-faktor ini , tonus otot berperan sangat penting, dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini , 4
terutama m. quadriceps femoris, setelah terjadi cedera pada sendi lutut. Columna Vertebrae
Columna vertebrae menyangga berat tubuh dan melindungi medulla spinalis, columna ini terdiri dari vertebra-vertebra yang dipisahkan diskus fibrokartilago intervertebral. Ada tujuh tulang vertebra serviks, 12 vertebra toraks, 5 vertebra lumbal, dan 5 tulang vertebra sacrum yang menyatu menjadi tulang koksiks. Ke-31 pasang saraf spinal keluar melalui foramina intervetrebralis di antara vertebra yang letaknya bersebelahan. Struk tur kh as vert ebra
10
Badan atau sentrum menyangga sebagian besar berat tubuh. Lengkung syaraf (vertebra) yang terbentuk dari dua pedikel dan lamina membungkus rongga syaraf dan menjadi lintasan medulla spinalis. Sebuah prosesus spinosa menonjol dari lamina ke arah posterior dan inferior untuk tempat perlekatan otot. Prosesus transversa menonjol ke arah lateral. Prosesus pengartikulasi inferior dan prosesus pengartikulasi superior menyangga faset untuk berartikulasi dengan vertebra atas dan vertebra bawah. Var iasi regional pada karak teri sti k vert ebra
Semua vertebra serviks memiliki foramina transversal untuk lintasan arteri vertebra. Vertebra serviks pertama dan kedua dimodifikasi untuk menyangga dan menggerakan kepala. Atlas adalah vertebra serviks pertama dan tidak memiliki badan. Axis adalah vertebra serviks kedua, vertebra ini memiliki prosesus odontoid yang menonjol ke atas dan bersandar pada tulang atlas. Vertebra serviks ketujuh memiliki prosesus spinosa yang panjang, sehingga dapat teraba dan terlihat pada pangkal leher. Oleh karena itu, vertebra ini sering disebut vertebra prominens. Vertebra toraks memiliki prosesus spinosus panjang yang mengarah ke bawah dan memiliki faset articular pada prosesus transversus, yang digunakan untuk artikulasi tulang iga. Vertebra lumabal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat. Prosesus spinosanya pendek dan tebal serta menonjol hampir searah garis horizontal. Sakrum adalah tulang triangular. Bagian dasar tulang ini berartikulasi dengan vertebra lumbal kelima. Diarah lateral banyak terdapat foramen pada sacrum untuk lintasan arteri dan saraf. Tepi anterior bagian atas sacrum adalah promontorium sacrum suatu tanda obstetric yang dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan ukuran pelvis. Koksiks (tulang ekor) menyatu dan berartikulasi dengan ujung sacrum, yang kemudian membentuk sendi dengan sedikit pergerakan. Pergerakan ini penting selama melahirkan untuk membentuk jalur keluar pada janin.
L engku ng pada kolu mna vert ebra
Lengkung primer yaitu konkaf atau cembung (berbentuk C) terbentuk pada area toraks dan pelvis selama pertumbuhan janin. Lengkung sekunder yaitu konveks atau cekung yang terbentuk pada spina serviks setelah kelahiran saat bayi mulai mengangkat kepalanya dan pada spina lumbal saat bayi mulai berdiri dan berjalan. Lengkung abnormal terbagi atas : (1) Skoliosis yang 11
dapat muncul selama masa pertumbuhan yang cepat (masa remaja) yaitu lengkungan lateral spina dengan rotasi vertebra; (2) Kifosis yaitu merupakan kasus konginental (bawaan lahir) atau akibat penyakit merupakan lengkung posterior yang berlebihan pada bidang toraks biasanya disebut punggung bungkuk; (3) Lordosis (swayback) adalah lengkung anterior yang berlebihan 5
pada area lumbal. Kesimpulan
Tulang hanya sebagai kerangka atau penyangga pada tubuh manusia. Yang membuat anggota tubuh kita bergerak adalah otot. Kontraksi ototlah yang membuat tulang dapat bergerak. Selain itu sendi juga membantu elastisitas pada tulang. Tulang juga dibentuk dengan berbagai macam osifikasi dan setiapa osifikasi membentuk tulang sesuai fungsinya. Sendi juga berpengaruh terhadap elastisitas tulang dalam melakukan pergerakan seperti fleksi, ekstensi, ataupun rotasi. Jadi, mekanisme kontraksi mempengaruhi kerja otot dan jenis osifikasi mempengaruhi fungsi atau kerja tulang. Daftar pustaka
1. Ganong F. W. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta:Buku kedokteran EGC;2005;h140-1 2. Guyton, Hali. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta:Buku kedokteran EGC:;2008;h 76-7 3. Cameron R. J. Physics of body. Medical physics publishing;1999 4. Lumonnga F. Sendi lutut. Fakultas kedokteran sumatera utara; 2004 5. Jones. Anatomy and physiology : an easy learner. Sudbury:Jones and Bartlett Pubhlishers, Inc;1994.
12