KEKELIRUAN BICARA PADA MASYARAKAT DI SEKITAR LINGKUNGAN GG. JAYANITI, SUKABUMI SUATU KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
Ditulis oleh Faeruz Nur Khaerunnisa 1430911003 Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Abstrak
Tujuan penelitian dalam makalah ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk – bentuk bentuk kilir lidah yang terjadi dalam kehidupan sehari – sehari – hari hari di sekitar lingkungan rumah di mana sang penulis tinggal. Penelitian ini dilakukan menggunakan kajian psikolinguistik yang merupakan salah satu bagian dari kekeliruan dalam berbicara yaitu kilir lidah yang terbagi menjadi dua bagian yaitu kilir lidah karena seleksi yang keliru, diantaranya seleksi semantik yang keliru dan Malaproprisme. Kekeliruan bicara yang kedua yaitu kekeliruan assembling diantaranya preseveransi, antisipasi, dan transposisi. Penggunaan data pada penelitian ini berasal dari tuturan atau ujaran pada masyarakat di lingkungan sekitar Gang Jayaniti, Kota Sukabumi. Metode pengumpulan data yang digunakan merupakan metode simak yakni dengan cara menyimak kekeliruan berbicara pada masyarakat Gang Jayaniti. Teknik yang dilakukan merupakan teknik sadap dan teknik catat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan psikolinguistik yang menelaah proses-proses mental yang dilalui manusia dalam memproduksi ujaran. Kata kunci: Psikolinguistik, Kekeliruan Bicara, Kekeliruan Seleksi, Kekeliruan Asembling. 1. PENDAHULUAN
Pada dasarnya, sejak lahir manusia sudah dikaruniai oleh Tuhan dengan apa yang disebut sebagai bakat bahasa. Hal itu terbukti apabila kita menyaksikan betapa sulitnya manusia melakukan interaksi sosial antara satu manusia dengan manusia yang lainnya. Maka dari itu, Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan satu-satun ya yang diberikan kemampuan untuk dapat berbicara melalui alat ucap, tidak sama halnya dengan binatang yang yang hanya dapat berkomunikasi tetapi tidak dapat mengelurkan bunyi bahasa melalui alat-alat ucapnya. Manusia mampu untuk memahami dan mengujarkan ujaran baru, walaupun ujaran itu tidak pernah akan sama. Untuk dapat berkomunikasi dan menyampaikan informasinya kepada manusia yang lainnya, maka bertutur kata yang baik sangat diperlukan. Tuturan ini merupakan realisasi pikiran, gagasan, atau konsep yang terlintas dalam benak manusia, yang diwujudkan melalui pengaktivan serangkaian alat ucap. Menurut Sudaryanto (1993:23 — (1993:23 — 24) 24) serta Brown & Yule
(1996:19), tuturan merupakan bahasa yang diucapkan atau diujarkan. Dengan demikian, tuturan merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang dapat dilihat (visible) karena memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh dengan tujuan tersampaikannya gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan penutur (Tarigan, 2008:16). Namun, seringkali manusia mengalami kesalahan secara tidak sengaja dalam mengucapkan suatu kata atau yang biasa disebut dengan kilir lidah. Menurut Dardjowidjojo (2005:147), kilir lidah merupakan suatu fenomena dalam suatu produksi ujaran, di mana pembicara “terkilir” lidahnya sehingga kata - kata yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan. Hal ini dapat terjadi karena terjadinya kesalahan manusia dalam memproduksi sebuah ujaran yang berbeda antara yang ada di pikiran dengan yang diucapkan. Kasus kekeliruan bicara ini terjadi pada siapapun, entah itu bangsawan ataupun orang biasa. Seringkali ditemukan ketika orang tersebut salah menyebutkan nama barang karena barang-barang tersebut masih termasuk ke dalam lingkup semantik yang sama. Hal tersebut disebut kekeliruan seleksi pada bentuk semantik. Begitu pula saat kita berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal yang kita huni, pasti banyak sekali yang mengalami kekeliruan bicara pada bentuk seleksi yang keliru maupun asemblingnya dalam bertutur. Hal tesebut akan menarik untuk dikaji mengenai kekeliruan berbicara pada percakapan masyarakat di lingkungan sekitar Gang Jayaniti, Kota Sukabumi. Kajian penelitian ini terinspirasi dari kajian penelitian salah satu dosen Sastra Inggris di UMMI yang bernama Ramdan Sukmawan. S.S., M.Hum dengan sumber data yang berbeda. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Psikolingustik Secara etimologis kata psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni psikologi dan linguistik yang sebenarnya merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda dan dapat berdiri sendiri. Pada mulanya istilah yang digunakan untuk psikolinguistik adalah psikologi linguistik ( linguistic psychology) dan ada pula yang menyebutnya dengan psikologi bahasa ( psychology of language). Menurut Simanjuntak (1987: 1), Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan proses – proses psikologis yang terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Sedangkan menurut Mansoer Pateda (2015) pada bukunya yang berjudul Lingusitik : Sebuah Pengantar, menyebutkan bahwa Psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa akibat latar belakang kejiwaan penutur bahasa. Pada psikolinguistik dipelajari pula proses perolehan bahasa seseorang. Kita mengetahui bahwa penguasaan bahasa melalui proses mental. Seorang psikolog memepergunakan bahasa untuk mempelajari jiwa s eseorang. Bahasa bukan merupakan objeknya, melainkan hanya sebagai alatnya. Hal tersebut pun sejalan dengan pendapat Slobin (Chaer, 2003:5) yang mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia. Adapun Chaer (2003:6) menjelaskan dengan lebih terperinci bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat st ruktur bahasa,
bagaimana struktur itu diperoleh serta digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat - kalimat dalam pertuturan itu. Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Dalam kaitan ini Garnham (Musfiroh, 2002:1) mengemukakan Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that nake it possible for people to use language. It is a scientific discipli ne whose goal is a coherent theory of the way in which language is produce and understood yakni ‘Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran’. 2.2. Kekeliruan Bicara Menurut sumber dari website http://id.wikipedia.org/wiki/kekeliruan, Kekeliruan juga sering disebut dengan salah atau kesalahan dimana istilah ini merujuk pada konsep dalam hukum, etika, dan ilmu pengetahuan. Secara umum, kesalahan ataupun kekeliruan biasanya merujuk pada situasi dimana sesuatu itu salah, keliru, tidak tepat , ataupun salah hitung tergantung dari konteksnya. Secara rinci, kejadian “salah” merujuk pada situasi dimana seorang individu telah melakukan kesalahan ataupun mengambil keputusan yang tidak tepat . Begitu pula dalam berbicara pun manusia dapat mel akukan
kekeliruan. Kekeliruan dalam berbicara itu dibagi menjadi dua kelompok, yakni kilir lidah dan kekeliruan penderita afasia. Kilir lidah adalah suatu fenomena dalam produksi ujaran di mana pembicara “terkilir” lidahnya sehingga kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan. Menurut Dardjowidjojo (2005:147), kilir lidah dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Kilir lidah yang munculnya disebabkan oleh seleksi yang keliru ada tiga jenis, (a) seleksi semantik yang keliru, (b) malaproprisme, (c) campur kata (blends). Kedua, kekeliruan asembling yang terbagi menjadi tiga jenis, (a) perseverasi, (b) antisipasi, dan (c) transposisi. 2.2.1. Kekeliruan Seleksi
Kekeliruan pada seleksi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kekeliruan seleksi pada semantik, malaproprisme, dan campur kata (blends). Penjelasannya sebagai berikut: a)
Seleksi semantik yang keliru juga disebut “Freudian slips”, manusia menyimpan kata berdasarkan sifat-sifat kodrati yang ada pada kata-kata itu. Kekeliruan pada seleksi semantik umumnya berwujud kata yang utuh dan berasal dari medan semantik yang sama. b) Kilir lidah malaproprisme. Asal mula lahirnya istilah i ni berasal dari peran seorang wanita di dalam sebuah novel karangan Richard Sheridan The Rivals, yang bernama Ny. Malapro. Dalam novel itu Ny. Malapro digambarkan sebagai wanita yang ingin kelihatan berkelas tinggi dengan memakai kata yang muluk-muluk. Akan tetapi, yang terjadi adalah bahwa kata-kata itu bentuknya memang mirip tetapi keliru. Misalnya: allegory untuk alligator (dalam bahasa Inggris) dan antisisapi untuk antisipasi. c) Campur-kata (blends), muncul bila orang tergesa-gesa sehingga dia mengambil satu atau sebagian suku dari kata pertama dan satu atau seb agian suku lagi dari kata yang kedua dan kemudian kedua bentuk itu dijadikan satu.
2.2.2. Kekeliruan Assembling
Kekeliruan asembling adalah bentuk kekeliruan di mana kata-kata yang dipilih sudah benar namun assemblingnya keliru. Berikut adalah jenis-jenisnya: a) Transposisi. Jenis dari kekeliruan asembling ini memindahkan kata atau bunyi dari suatu posisi ke posisi yang lain. Kasus transposisi adalah apa yang dinamakan spoonerism. b) Kekeliruan antisipasi, terjadi saat pembicara mengantisipasi akan munculnya suatu bunyi, lalu bunyi itu diucapkan sebagai ganti dari bunyi yang seharusnya. c) Kekeliruan perseverasi (perseveration) yang disebut juga repetisi adalah kebalikan dari antisipasi. Perseverasi kekeliruan itu terjadi pada kata yang dibelakang. 3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada makalah ini merupakan metode penelitian kualitatif guna memahami fenomena yang terjadi pada penutur yang mengalami kekeliruan bicara dalam memproduksi ujaran sehingga kata-kata tersebut bukanlah yang sebenarnya ia maksudkan. Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian ini menggunakan interaksi sosial seara langsung maupun tidak langsung sebagai cara memperoleh data dari sumber data secara alami. Kegiatan ontologis dilibatkan dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan berupa katakata, frase, klausa, dan kalimat atau gambaran sesuatu yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi (Sutopo, 2002). Data pada penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode simak yaitu dengan cara menyimak dalam produksi ujaran khususnya kekeliruan dalam berbicara pada lingkungan masyarakat sekitar Gang Jayaniti. Teknik yang dipakai pada penelitian ini adalah teknik sadap yaitu dengan cara meyimak kekeliruan bicara pada percakapan masyarakat dan disertai teknik catat dengan cara mencatat kekliruan tersebut. Data penelitian ini bersifat deskriptif, artinya kata-kata yang keliru yang dijadikan bahan utama dalam penelitian ini adalah sumber deskripsi dalam memaparkan kekeliruan bicara pada masyarakat sekitar Gang Jayaniti, Kota Sukabumi. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang sesuai untuk mendeskripsikan secara faktual, akurat, dan sistematis mengenai kekeliruan bicara yang dilakukan oleh semua kalangan masyarakat sekitar Gang Jayaniti. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dalam makalah ini ditemukan kekeliruan dalam pengucapan kata-kata dari ujaran pada masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan Gg. Jayaniti, Kota Sukabumi. Jenis kekeliruan bicara yang akan dibahas pertama adalah kata-kata yang diucapkan umumnya berwujud kata yang utuh dan masih berasal dari medan semantik yang sama. Berikut adalah kata-kata yang dimaksud terdapat pada tabel 1. Tabel 1 Kekeliruan Seleksi Semantik
No. 1
Kekeliruan Bicara Tahu
Apa yang Seharusnya diucapkan Tempe
2
Ada Komedo
Ada Ketombe
3 4 5
Guruku handphone-nya IPhone Kasih ke Kucing Makan pakai Sumpit
Guruku handphone-nya Samsung Kasih ke Ayam Makan pakai garpu
6 7
Ngeliat makam Cahaya Matahari
Ngeliat mayat Cahaya Lampu
8 9 10
Baby Aurel Pengen Ngantuk Ambilin Saos, dong
Baby Ariel Pengen Tidur Ambilin sambel, dong
11 12
Eyeliner Beli yang gerah-gerah
Softlens Beli yang anget-anget
13 14 15
Eric Moon Nyangkut di paha Liriknya Bahasa Korea
Eric Nam Nyangkut di pantat Liriknya Bahasa China
Kata-kata pada tabel 1 diatas merupakan bentuk dari kekeliruan seleksi pada lingkup semantik seperti kata tempe yang keliru diucapkan menjadi tahu. Kata tempe dan tahu merupakan kata yang berasal dari lingkup semantik yang sama, yakni jenis makanan yang terbuat dari kacang kedelai. Kata ketombe yang dimaksud keliru diujarkan menjadi komedo, kedua kata tersebut sama-sama jenis kotoran yang ada dibagian kepala walaupun terdapat pada bagian kepala yang berbeda. Kemudian, kata Samsung keliru diucapkan menjadi kata Iphone, kedua kata tersebut merupakan sama-sama merek dari sebuah handphone. Adapun kata yang keliru diucapkan selanjutnya yaitu kata Ayam menjadi Kucing , kucing dan ayam ini sama-sama termasuk kedalam jenis binatang. Kata garpu keliru diucapkan menjadi sumpit yang keduanya merupakan alat untuk makan. Untuk sesuatu yang berhubungan dengan kematian yang berasal dari medan semantik yang sama, kata mayat diujarkan menjadi makam. Kata yang berikutnya juga berasal dari medan semantik yang sama yakni jenis cahaya yaitu pada kata lampu yang keliru diujarkan menjadi matahari. Ariel menjadi Aurel, dan Eric Nam diujarkan menjadi Eric Moon, merupakan masih berasal dari lingkup semantik yang sama yaitu nama artis Internasional. Kemudian, ada kata tidur menjadi ngantuk yakni sama-sama menyangkut kepada tidur. Kata saos yang keliru diujarkan menjadi sambel , yakni keduanya merupakan penyedap makanan rasa pedas. Selain itu, adapula kata yang keliru diujarkan yang merupakan sama-sama alat kosmetik yang biasa dipakai wanita untuk mempercantik diri yaitu kata Softlens menjadi Eyeliner . Selanjutnya adalah kata anget-anget yang salah diucapkan menjadi gerah-gerah karena kedua kata tersebut sama-sama kata yang menjelaskan keadaan suasana udara. Kata pantat keliru diujarkan menjadi paha yang keduanya merupakan samasama bagian dari tubuh manusia. Begitu pula untuk nama negara yang berada di Asia Timur yang medan semantiknya sama keliru diucapkan, yakni China menjadi Korea. Kekeliruan bicara yang kedua yang akan dibahas selanjutnya merupakan kata-kata yang diujarkan biasanya salah dalam pengucapan satu huruf suatu kata yang hampir sama. Biasanya pembicara menggunakan kata-kata yang muluk namun tidak mengucapkannya dengan benar. Hal ini terdapat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2 Kekeliruan Seleksi Malaproprisme
No 1 2
Kekeliruan Bicara Serviz handphone Kapitasilasi
Apa yang seharusnya diucapkan Service handphone Kapitalisasi
Kekeliruan bicara yang terdapat pada tabel 2 diatas merupakan contoh kilir lidah dari kekeliruan seleksi pada bentuk malaproprisme. Pada contoh pertama yaitu pada kata Service yang salah diucapkan menjadi Serviz karena pembicara ingin terlihat lebih keren dalam menggunakan bahasa Inggris namun ternyata ia malah salah dalam mengucapkannya. Pada contoh kedua yaitu pada kata Kapitalisasi yang keliru diujarkan menjadi Kapitasilasi. Pada bahasan kekeliruan yang telah dipaparkan pada kedua tabel diatas tersebut, yakni kekeliruan pada semantik dan malaproprisme merupakan termasuk ke dalam jenis kilir lidah yang disebabkan karena seleksi yang keliru. Berbeda dengan kekeliruan bicara yang akan dibahas selanjutnya. Kekeliruan bicara yang akan dibahas selanjutnya merupakan kilir lidah yang disebabkan karena kekeliruan assemblingnya. Jenis kilir lidah yang disebabkan oleh kekeliruan asembling yang akan dibahas pertama dinamakan Antisipasi. Jenis kekeliruan assembling ini terjadi ketika pembicara mengantisipasi akan munculnya suatu bunyi, kemudian bunyi tersebut diucapkan sebagai ganti dari bunyi yang seharusnya. Kekeliruan pada bentuk antisipasi terjadi pada kata serba salah yang keliru diucapkan menjadi sebra salah. Kata yang seharusnya diucapkan adalah saus kacang, namun karena pembicara mengantisipasi munculnya bunyi /r/ pada ser-ba salah, maka bunyi /r/ ini dipakai untuk menggantikan /b/ dan tertukar sehingga munculah kata sebra salah bukannya serba salah. Kata-kata lainnya yang termasuk kepada kekeliruan pada bentuk antisipasi yaitu pada kata supir angkot menjadi super angkot , kacamata menjadi kamacata, saus kacang terkilir menjadi kaus kacang , mumpung menjadi mampung , Kurung tutup keliru menjadi kutung tutup, sama menjadi mama, sepatu menjadi supatu, terserah menjadi serterah, top ten terkilir menjadi tep ton dan di lepas menjadi di lopas. Kata-kata tersebut ada pada tabel 3 berikut. Tabel 3 Kekeliruan Asembling Bentuk Antisipasi
No
Kekeliruan Bicara
Apa yang seharusnya diucapkan
1 2
Sebra salah Super angkot
Serba salah Supir angkot
3 4 5
Kamacata Kaus Kacang Mampung libur
Kacamata Saus Kacang Mumpung libur
6 7
Kutung Tutup Iya, Mama bajunya
Kurung Tutup Iya, Sama bajunya
8
Pake supatu dulu
Pake sepatu dulu
9
Yaudahlah serterah
Yaudahlah terserah
10 11
Yey masuk tep ton Udah di lopas
Yey masuk top ten Udah di lepas
Kekeliruan asembling kedua yang akan dibahas selanjutnya ialah pada bentuk Perseverasi. Kekeliruan pada bentuk ini merupakan kebalikannya dari bentuk antisipasi yakni terjadi sebuah kekeliruan pada awal kata sedangakan perseveransi terjadi sebuah kekeliruan pada akhir kata. Berikut merupakan kekeliruan asembling pada bentuk perseverasi yang terdapat pada tabel 4 dibawah ini. Tabel 4 Kekeliruan Asembling Bentuk Perseverasi
No 1 2 3 4 5 6
Kekeliruan Bicara Terjadi Pembunuhun Sakit Diari Mami, kesini!
Apa yang seharusnya diucapkan Terjadi Pembunuhan Sakit Diare Mama, kesini!
Tui ih kamu mah Seri, tau! Cute kuliah
Tua ih kamu mah Seru, tau! Cuti kuliah
Pada tabel 4 diatas, kata-kata yang merupakan kekeliruan asembling pada bentuk perseverasi diantaranya yang pertama yaitu kata Pembunuhan yang keliru diucapkan menjadi Pembunuhun. Kata yang seharusnya diucapkan Pembunuhan menjadi Pembunuhun itu terjadi karena bunyi /un/ yang terbawa ke belakang. Hal ini juga terjadi pada bunyi /i/ yang terbawa ke belakang pada kata Diare yang keliru menjadi Diari dan kata Mama yang menjadi Mami. Kekeliruan kata juga terjadi pada kata Tua menjadi Tui karena bunyi /i/ yang terbawa ke belakang. Adapun pada kata Seru menjadi Seri dan kata Cuti yang keliru menjadi Cute. Selain terjadi pada bentuk Antisipasi dan Perseverasi, kekeliruan asembling juga terjadi pada bentuk transposisi. Pada bentuk kekeliruan ini, terjadinya pemindahan kata dari satu posisi ke posisi yang lain. Hal ini terjadi ketika seorang pembicara mencoba memerintah pembicara yang lain untuk memasukan kucingnya ke dalam kamar. Pembicara berkata masukin kamar ke Miko yang semestinya ia mengucapkan masukin Miko ke kamar. Pembicara menempatkan kata kamar ke posisi depan sedangkan kata Miko menjadi pindah ke posisi akhir. Hal itu pun terjadi ketika seorang pembicara ingin berfoto di bawah pohon dengan ujaran yakni Pohon difoto yang seharusnya penempatan kata pohon ditukar dengan kata foto. Maka ujaran yang benar bukan pohon difoto melainkan Foto dipohon. Kekeliruan pada bentuk transposisi lainnya juga ditemukan ketika seorang pembicara berkata Kunci udah dipintu belum? yang seharusnya penempatan kata pintu terlebih dahulu dan kata kunci ditempatkan setelahnya. Kasus yang lainnya juga ditemukan pada ujaran Makan nasi pake sumpit yang keliru menjadi Makan sumpit pake nasi, dan Habis baru bangun tidur yang keliru menjadi Habis bangun baru tidur . Kata-kata tersebut sebenarnya sudah benar namun penempatannya saja yang salah atau dalam ilmu linguistik disebut juga asemblingya yang salah.
Tabel 5 Kekeliruan Asembling Bentuk Transposisi
No 1 2 3
Kekeliruan Bicara Masukin kamar ke Miko Ayo, Pohon difoto Makan sumpit pake nasi
Apa yang seharusnya diucapkan Masukin Miko ke Kamar Ayo, foto di Pohon Makan nasi pake sumpit
4 5
Habis bangun baru tidur Kunci udah di pintu belum?
Habis baru bangun tidur Pintu udah dikunci belum?
5. SIMPULAN
Psikolinguistik merupakan gabungan dua bidang ilmu yang berbeda, yakni psikologi dan linguistik. Secara bahasa, Psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa dalam sis i kejiwaannya. Dalam psikolinguistik terdapat kajian yang mempelajari produksi ujaran, dan dalam produksi ujaran tersebut mengkaji mengenai proses produksi ujaran dan kekeliruan dalam berbicara. Kekeliruan dalam berbicara dibagi menjadi dua kelompok, yakni kekeliruan seleksi dan kekeliruan asembling. Kekeliruan seleksi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu seleksi semantik yang keliru, malaproprisme, dan campur kata. Sedangkan kekeliruan asembling dibagi menjadi tiga bagian yaitu Antisipasi, Perseverasi, dan Transposisi.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanto, Jonibi. 2012. Senyapan dan Kilir Lidah. http://jonibiaryanto.blogspot.co.id/2012/12/senyapan-dan-kilir-lidah.html. Diakses pada 8 Desember 2016. Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik : Kajian Teoritik . Jakarta: PT Rineka Cipta. Dardjowidjojo, S. 2005. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. HP, Ahmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Erlangga. Maryam, Andi. 2012. Tinjauan Ilmiah : Kilir Lidah Dalam Berbicara. https://andimaryam.wordpress.com/2012/03/02/tinjauan-ilmiah-kilir-lidah-dalam berbicara/. Diakses pada 8 Desember 2016. Pateda, Mansoer. 1988. Linguistik : Sebuah Pengantar . Bandung: CV Angkasa.