1
Makna Taqwa
.
. .
.
Jamaah Jum'ah Rahimakumullah !
2
Bertaqwalah kepada Allah, dengan sebenar-benar taqwa, Karena hanya dengan taqwa itulah yang dapat menyelamatkan manusia di dunia ini hingga di akherat kelak. Taqwa dalam arti melaksanakan perintah Allah Swt. serta meninggalkan apa yang larangan-Nya. Dan tidak ada bekal terbaik untuk hari kiamat nanti, yang menjadikan manusia mulia di sisi-Nya kecuali karena taqwanya. Dan tidak ada yang mampu menjadi tameng dari adzab dan api neraka-Nya melainkan karena taqwa yang dimiliki. Hanya dengan jalan iman dan taqwa, manusia akan mampu menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat kelak. Iman dan taqwa inilah yang senantiasa harus disyukuri, sebab keduanya adalah dua daun pintu bagi terbukanya rizki yang penuh barakah. Jamaah shalat jum’at rahimakumullah, Hampir tiap Jumat minimal kita mendengarkan anjuran dari sang khatib untuk senantiasa meningkatkan takwa: memupuk kesadaran ilahiyah yang manifestasinya adalah melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Anjuran itu mengandung pesan agar kita semua meningkatkan bukan hanya amal ubudiyah kepada Allah melainkan juga kebaikan bermuamalah dengan sesama manusia. Juga mengingatkan kita tentang pentingnya menjauhi maksiatmaksiat, mulai dari yang paling ringan seperti membuang sampah sembarangan sampai yang terberat seperti syirik atau memakan harta anak yatim.
3
Kita semua tentu bersyukur bila pesan rutin sang khatib itu dapat dipenuhi secara konsisten. Artinya, ada penambahan kualitas takwa dari waktu ke waktu. Kalau pun belum terpenuhi, semoga kita termasuk orang-orang yang sedang berikhtiar memenuhi pesan tersebut sebagai wujud pelaksanaan bunyi Surat Ali ‘Imran ayat 102 :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Ayat tersebut menekankan tentang usaha menjalani takwa secara maksimal. Kata-kata haqqa tuqâtihi mengasumsikan adanya kerja keras dalam beragama untuk meraih puncak kemuliaan sebagai manusia paling bertakwa. Sebab, inna akramakum ‘indallâhi atqâkum ( sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa ). Di sini sangat jelas bahwa ukuran kemuliaan adalah takwa, bukan jabatan, kekayaan, garis keturunan, bukan keunggulan ras, atau sejenisnya. Dari ayat di atas ada beberapa makna taqwa : 1. Takut.
4
Makna taqwa yang pertama yaitu takut, pengertian takut ini meliputi dua perkara, yaitu : a. Takut kepada Allah, atau kepada adzab Allah seperti dalam ungkapan yaitu “Ittaqulloha Haqqo Tuqootihi Wa La Tamuutuna Ila Wa Antum Muslimuun”. b. Takut kepada Neraka, atau hari pembalasan. Seperti dalam ungkapan yaitu “Ittaqunnaar!” 2. Taat dalam beribadah Makna taqwa yang kedua yaitu taat dalam beribadah, maksudnya adalah dalam beribadah itu tidak boleh ditawar-tawar prinsipnya “ sami’na wa ‘Ato’na. Seperti dalam surat.... “ ‘Ati’ulloha Haqqo Tuqootih” 3. Membersihkan hati dalam dosa dan maksiat Makna taqwa yang ketiga yaitu membersihkan hati dalam dosa, baik dosa-dosa kecil maupun dosa-dosa besar. Terlebih lagi tidak melakukan dosa yang sangat besar yakni dosa yang tidak akan diampuni Allah SWT yaitu menyekutukan Allah SWT. Menurut Abu Hurairah ra Taqwa itu seperti melewati jalan yang penuh duri, namun kita harus menjalani sampai tujuan akhir tanpa menginjak duri tersebut. Menurut Imam Ahmad rohimahullohuta’ala
5
Takut kepada Allah dan senantiasa siap kepada kehidupan akhirat, dan mengamalkan Alqur’an dan Assunnah. Menurut Tolaq bin Habib Apabila terjadi fitnah (harta, wanita, anak) maka lindungilah ia dengan Taqwa, maka taqwa ini ialah : mengamalkan perintah Allah diatas cahaya Allah dengan mengharap ridho / pahala / syurga Allah, dan menjauhi larangan Allah diatas cahaya Allah dengan takut akan murka / adzab / neraka Allah. Azas atau hakikat Taqwa Menjalankan Perintah Allah itu adalah untuk mengharap ridho Allah dan menjauhi larangan Allah itu untuk menghindari (takut) Adzab Allah. Tingkatan Taqwa Ada tiga tingkatan taqwa yang dimiliki manusia, diantaranya adalah: 1. Dengan taqwa ini menyebabkan seseorang tidak kekal dineraka. Boleh jadi sebelum dimasukkan ke syurga Allah terlebih dulu dimasukkan ke neraka atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukannya. Yakni yang dalam hatinya ada iman walaupun sebesar zarrah namun tidak melakukan dosa syirik.
6
2. Dengan taqwa ini menyebabkan seseorang selamat dari jilatan api neraka. Yaitu seseorang yang timbangan amal kebaikannya lebih berat dari timbangan keburukannya. Dia melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan yang haram. Juga meninggalkan dosa-dosa besar. Masih melakukan yang makruh, dan tidak atau jarang melakukan hal-hal yang disunnahkan. 3. Dengan taqwa ini seseorang dijamin masuk Syurga, aamiin.. Yaitu seseorang yang senantiasa selain melaksanakan semua kewajiban dan yang sunnah meninggalakan yang haram, meningalkan dosa besar, dosa kecil, yang makruh dan yang subhat. Dan seseorang yang diterima Allah taubatnya. Jamaah shalat jum’at rahimakumullah, Namun demikian, yang mesti dicatat adalah bahwa saat orang menjalani ketakwaan, saat itu pula ia mengemban tanggung jawab yang lebih berat. Ia bertanggung jawab untuk selalu istiqamah (konsisten) terhadap amalnya, bertanggung jawab untuk tidak angkuh atas prestasi ibadah atau amal kebaikannya. Syekh Ibnu Athai’illah as-Sakandari dalam al Hikam mengatakan:
7
"Engkau lebih membutuhkan belas kasih-Nya ketika taat daripada ketika bermaksiat." Sudah pasti ketaatan tetap lebih utama daripada kemaksiatan. Ketaatan lebih memberi jaminan tentang kebahagiaan hidup daripada kemaksiatan. Ketaatan juga lebih membawa maslahat bagi masyarakat ketimbang kemaksiatan. Namun, apakah kelebihan-kelebihan itu lantas mengantarkan manusia pada level aman? Tidak. Tugas tak ringan ternyata dipikul setelah itu. Dengan menelaah kata bijak Syekh Ibnu Athai’illah tersebut, dapat dikatakan bahwa orang yang taat lebih memerlukan pertolongan Allah karena ia berada pada kondisi yang rawan tergelincir. Karena merasa sangat saleh, seseorang bisa saja punya kecenderungan untuk mengabaikan bahaya dosa-dosa kecil. Karena merasa banyak ibadah, seseorang kadang punya tendensi meremehkan orang lain. Dan seterusnya. Demikianlah, ketaatan membawa jebakan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam perasaan ‘ujub (bangga diri), angkuh, atau sombong. Dikatakan tanggung jawab orang yang taat lebih berat ketimbang orang yang bermaksiat karena orang yang bermaksiat punya potensi untuk insaf, introspeksi, tobat,
8
hingga pembenahan diri. Tapi bukan berarti maksiat lebih baik dari taat. Sebab, yang dibicarakan di sini adalah tentang olah rohani, suasana batin, yang sering diterlewatkan dari pikiran manusia lantaran tak terlihat oleh kasat mata. Kebanggaan atas prestasi ibadah kerap muncul samar-samar di dalam hati, dan justru di sinilah tantangan terberatnya. Pernyataan Syekh Ibnu Atha’illah tersebut mengingatkan kita semua bahwa semakin bertakwa seseorang seharusnya semakin takut ia terperosok pada takabur. Beribadah atau berbuat baik mungkin adalah hal yang susah, tapi jelas lebih susah beribadah dan berbuat baik namun tanpa merasa lebih baik daripada orang yang tak beribadah atau berbuat baik. Karena itu prestasi ketakwaan secara lahiriah harus diimbangi dengan terus-menerus koreksi diri secara batiniyah. Dalam al-Hikam Syekh Ibnu Athai’illah juga menyebutkan :
.
"Kadang umur berlangsung panjang namun manfaat kurang. Kadang pula umur berlangsung pendek namun manfaat melimpah." Dalam hidup ini kualitas usia manusia tidak diukur panjang pendeknya, melainkan sejauh mana umur itu berfaedah untuk menuju atqâkum (hamba paling bertakwa). Perbaikan diri
9
berjalan maju: dari yang bermaksiat menjadi taat, dan yang taat mesti senantiasa bermuhasabah agar tak terseret kepada kemaksiatan baru yaitu takabur. Jamah shalat jum’at rahimakumullah, Semoga Allah membantu dan menolong kita dalam memahami betapa luasnya keberadaan Rahmat Allah Swt, yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Dan semoga dengan Iman dan Taqwa kita pula, Allah Swt memberikan jalan keluar atas masalah yang diberikan kepada kita, Allah Swt memberikan rezqi dari sesuatu yang tidak disangka-sangka meridhai amal ibadah kita, Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa kepada-Nya. Aamiin Ya Rabbil ‘alamin.
Khutbah II
10
.
.
.
11
.
12
.
. .
!