1
“REFLEKSI MAKNA PERJALANAN HIDUP MANUSIA”
'-. * + , $* & '( ) "# $% ! 4* 5$ ' 5$ ' " 23 .1 * +0 , ./ * 4 % <=3 ! ! & ; 03 4 : 0 9 6 7 8 & C! C! AB " 1 @ ! 4 % & ?: 8383 4 > ! 3 4 F 4 F E D3 1 3 4 # 0 AB 4 C@ ! 4 * I ' D3 1 3 4 H@( ( E " G EF NO *3 O *3 " 7 > M* E 4 : ' : ' " $% K L J $* J $* TJ!U K: * : * Q K 0 ST$ S T$ DP( ( / / 4 )> 4 % + ' + ' T 7 KW 2 4. ' & 7V & 7V & Y ? NP ST ' ST '( $* (X ' % 4 %
2
_: @ 6F D\ ]G^> + [ T7> . W> 5 Z b ] * +a 3 # $% B S 7 > !3 `@ I `D:5 8 +a 7 4.% c Q:/ .>
Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah, Marilah kita berupaya secara lebih sungguh-sungguh memperbaharui iman dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaiki kembali kemantapan hati kita kepada Allah yang sering kita nyatakan berulang kali namun jarang diresapi, sebuah kemantapan hati yang mestinya selalu menyertai setiap perjalanan hidup kita, sebagaimana yang selalu kita lafalkan di dalam shalat :
H@( E ST 7 fI d e L ba ]* dA DF `T ] ! *3 g(!3 H > 4 !esungguhnya sh"latku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, #uhan semesta alam$ #iada satu pun sekutu bagi-%ya, demikianlah aku diperintahkan, dan aku termasuk "rang-"rang yang berserah diri$& 'aum Muslimin Jamaah Jum’at yang berbahagia, (mam (bnu 'atsir, se"rang ahli tafsir ternama, ahli hadits, sejarawan serta ahli fiqih besar abad ke-) H,
3
menerangkan dalam tafsirnya, bahwa suatu ketika *mar bin 'hathab +A bertanya kepada se"rang sahabat bernama *bay bin 'a’ab +A tentang taqwa&$ alaupun istilah taqwa tersebut merupakan sesuatu yang sudah sangat mereka ketahui, namun bertanya satu sama lain di antara mereka dalam rangka lebih mendalami maknanya adalah hal yang sangat lumrah dan mereka sukai$ *bay bin 'a’ab lalu balik bertanya: ahai *mar, pernahkah engkau melewati jalan yang penuh duri& , *mar bin 'hathab menjawab, ./a, saya pernah melewatinya& $ 'emudian *bay bertanya lagi: Apa yang akan engkau lakukan saat itu& $ *mar menjawab: !aya akan berjalan dengan sangat berhati-hati, agar tak terkena duri itu& $ 0alu *bay berkata: (tulah takwa&$ 1ari riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa taqwa adalah kewaspadaan diri, rasa takut kepada Allah, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak mudah terjebak dalam duriduri syahwat dan syubhat di tengah perjalanan menuju Allah, menghindarkan diri dari perbuatan syirik, dan sekuat tenaga meninggalkan perbuatan maksiat dan d"sa, serta berjuang sungguh-sungguh dalam mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas$ Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
4
!etiap "rang yang beriman pasti menyadari bahwa kehidupan di muka bumi ini bukanlah tanpa batasan waktu$ !etiap "rang menjalani kehidupan sesuai k"ntraknya& masing-masing dalam batas waktu yang telah ditetapkan "leh Allah !#$ *mur manusia berbeda satu dengan lainnya, begitu pun amal dan perbuatannya$ !etiap mukmin akan menyadari bahwa ia tidak akan selamanya hidup dan tinggal di dunia ini2 bahwa keberadaannya di alam ini hakikatnya sedang menempuh pr"ses perjalanan panjang menuju kehidupan akhirat yang kekal dan hakiki$ !ikap yang demikian sungguh sangat berbeda dan bert"lak belakang dengan sikap "rang-"rang yang hakikatnya tidak beriman$ !ebagaimana hal ini disinggung dalam firman Allah !#:
/ >3 ( ; h( i ` * ) h D (=U 8 &>
.Akan tetapi kalian 3"rang-"rang yang ingkar4 justeru
lebih memilih kehidupan duniawi$ 5adahal sungguh kehidupan akhirat itu jauh lebih baik dan kekal$ 36!$ al- A’la: 78-794$ Hadirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah, #erkait bagaimana seharusnya kita memanfaatkan hidup, jika kita membuka lembaran kisah-kisah ulama salafus shalih terdahulu, kita akan menemukan karakteristik amal yang berbeda satu dengan yang lainnya$ 1alam k"nteks keilmuan misalnya, di antara
5
mereka ada yang k"nsen pada bidang kajian tafsir, hadits, fiqih, akhlak, tasawuf, dan berbagai macam kajian ilmu lainnya$ %amun, satu titik persamaan yang dapat kita temukan dari berbagai macam amal kajian yang digeluti para ulama tersebut, adalah ketulusan dan kesungguhan hati mereka dalam beramal demi memberikan sumbangan terbaik untuk mendidik kehidupan manusia$ !ebuah amal yang tidak hanya bersifat pengabdian diri secara pers"nal antara se"rang hamba dengan #uhannya 3ibadah munfaridah 4, namun juga memiliki nilai manfaat yang luar biasa bagi umat manusia dan generasi setelahnya hingga sekarang 3ibadah ijtima’iyah 4$ 1alam hal ini, kiranya patut kita renungkan kembali firman Allah berikut:
lJ 8 E h( i 4 k 8P B j. > 4 ]G3 ? ]G3 *) ! H$ Z* o ) p E 4 DF n m # ] j$ 8 E H F @ ] 1an carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa 3kebahagiaan4 akhirat, dan janganlah kamu melupakan nasibmu di dunia2 berbuat baiklah 3kepada "rang lain4 sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
6
kerusakan di muka bumi$ !esungguhnya Allah tidak menyukai "rang-"rang yang berbuat kerusakan$& 36!$ al-6ashash: 994$ Hadirin yang dirahmati Allah, 1ari ayat ini kita dapat menggali beberapa p"int penting tentang prinsip-prinsip yang perlu kita ped"mani dalam menjalani kehidupan di muka bumi : 5ertama, prinsip mengutamakan kebahagiaan akherat$ 5rinsip ini menganjurkan kita agar dalam melaksanakan urusan-urusan duniawi, hendaknya selalu dibarengi dengan mempertimbangkan nilai-nilai ukhrawi$ 1alam hal ini, penting dipahami bahwa mengutamakan kebahagiaan akherat bukan berarti mengabaikan sama sekali pers"alan duniawi$ Artinya, dalam melakukan aktifitas apapun di dunia ini, dalam pekerjaan dan pr"fesi apapun, hendaknya semua itu kita landasi atas dasar ibadah kepada Allah !# demi meraih ridh"-%ya dan berharap kebahagiaan kelak di akhirat$ 1engan prinsip ini, maka segala prilaku dan usaha kita di dunia, apapun bentuknya, akan senantiasa terarah dan terjaga sekaligus bernilai ibadah, serta tidak mudah melakukan upaya-upaya k"t"r dengan menghalalkan segala cara demi meraih ambisi-ambisi atau syahwat duniawi$ 'edua, prinsip yang dalam ayat di atas disebutkan dalam bentuk perintah 3fi’il amr4: ahsin’ , yakni agar kita senantiasa berbuat kebaikan$ Artinya, dalam melakukan
7
aktifitas apapun, hendaknya selalu kita "rientasikan untuk tujuan berbuat baik terhadap sesama, tidak sebatas memaknai kebaikan hanya untuk diri atau kel"mp"k kita sendiri$ 1engan prinsip ini, sese"rang akan terhindar dari sikap ananiyah 3eg"isme4, sebuah sikap yang sering menjadi sumber pertikaian dan permusuhan antar sesama$ !elain itu, prinsip ini akan menumbuhkan sikap selalu berprasangka baik 3husnud;an4 kepada "rang lain, serta memupuk sikap tasamuh 3t"leransi4 dan saling menghargai$ 'etiga, prinsip walaa tabghil fasada fil ardh’&, yaitu prinsip tidak berbuat ke"naran dan kerusakan di muka bumi$
&$ !ebagaimana dalam sebuah kaidah ushul al-fiqhiyah disebutkan: dar’ul mafaasid muqaddamun alaa jalbil mashaalih& 3mencegah kerusakan, harus lebih didahulukan dari pada mengambil mashlahah atau kebaikan4$ *ntuk menerapkan prinsip ini dan
8
membiasakannya dalam prilaku kita sehari-hari, paling tidak, harus kita mulai dari hal-hal kecil, seperti: jika kita merasa tidak bisa berbuat baik kepada "rang lain, minimal kita jangan suka menyakiti "rang lain2 jika kita sulit untuk bertutur kata yang baik kepada "rang lain, minimal kita tidak perlu mencela atau melukai hati "rang lain dengan perkataan kita, artinya kita lebih baik diam& 3qul kh"iran aw liyashmut 4$ 5rinsip ini juga sangat penting dipahami dalam k"nteks upaya amar ma’ruf nahi munkar , artinya, sebuah upaya amar ma’ruf 3kebaikan4 tidak b"leh dilakukan dengan caracara yang munkar 3cara-cara yang merusak, anarkis, bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip syariat4$ 'arena ketidakpahaman akan prinsip ini akan mengakibatkan sese"rang atau sekel"mp"k "rang dengan mudah melakukan aksi-aksi brutal, anarkis, radikal, bahkan tindakan ter"risme dengan mengatasnamakan jihad& dan agama&, sebagaimana yang marak terjadi akhir-akhir ini$ 5rilaku semacam itu sesungguhnya amat bertentangan dengan hakikat ajaran (slam itu sendiri sebagai rahmatan lil alamin 3penebar kasih sayang dan kedamaian bagi alam semesta4$ !ehingga tidak aneh, "leh kalangan guru-guru kita: para kiai dan ulama-ulama pesantren kharismatik yang lebih mewarisi spirit dakwah ali !"ng", prilaku-prilaku kel"mp"k tersebut sering dikatakan dengan bahasa sindirian: amar ma’ruf nyambi munkar&, bukan amar ma’ruf nahi munkar$
9
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah, Ayat lain yang juga sangat penting kita renungkan dalam menapaki kehidupan ini adalah firman Allah berikut:
```Q:/ . #O ( D^B # O 8 5ersiapkanlah bekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa$& 36!$ al-
10
perjalanan yang dibutuhkan dari dunia menuju akhirat ini jauh lebih penting dari pada perbekalan di dunia$ (mam Abu Abdillah Muhammad bin *mar bin al-Husain bin al-Hasan, at-#amimi, al-
11
terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia$ 'eempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia, pada saatnya akan kita lepaskan dan kita tinggalkan di tengah perjalanan$ Adapun bekal perjalanan dari dunia menuju akherat, senantiasa akan kita bawa, dan kita akan lebih banyak menerima bekal-bekal tambahan hingga kita sampai pada tujuan, yaitu akherat$ 'elima, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan mengantarkan manusia pada kepuasan syahwat dan hawa nafsu yang rendah$ !edangkan bekal perjalanan dari dunia menuju akherat, akan semakin membawa manusia pada kesucian dan kemuliaan karena yang ia bawa adalah sebaik-baik bekal$ 3#afsir ar-+aa;i BD78)4 Hadirin sekalian hadaniyallahu wa iyyakum, 1emikian uraian khutbah yang dapat kami sampaikan, sem"ga bermanfaat khususnya bagi pribadi khathib dan umumnya bagi seluruh jama’ah sekalian$
2( + ]> S+ V( D r ! > q: %3 EF S( \] b D ]*t DF S( Z7 s+ G( I > : : 8 g Z : % : J!P @
12
DP( / m + a v k > `u Z > : : 8 (?I g @i ! 4 B 9 +? @F < 7 * S+ w7 : 0 4 *F 4 8 A8 + aJ! < I! & $/ 8 S+ a ( y . ' 0 v: N: 3 `+ 7 x ] : y : 0 4 *F " ( y . ' B + a v + w7 `+ G( Khutbah Kedua:
4/ B: 8 % 4 (a r) S4* ]GF % H@( E " G EF 4 F E D3 1 3 `4* J.! % 4 :' " $% K L * I' D3 1 3 S4 \ % S L * I ' % & I +1 `4*:z 6F B S 7 > !3 `( K {? K ]8 + I ' 4> 5 3 4 P
13
% : 1 . * ( !3 B : / 8 S| J 1 @3) 4 B 3 > ( \!- > + ?(!3 D3 : % `+? 1 * DF 6 7 8 N S4 ' /> 4 .aX~9 } = 4] J> ) : J!P @ 1 @3•@ J % D: Z@ 4 .aX~! ) M I % & I + 1 ` K ]8 : I ' 4 % : ) \ H .aX~! H ' H X• $*3 % L * I ' €3 @ ( % + 1 n ST>(/ W> 5 Z W /> % b Y % D {% ( % ( \a> _: @ 6F D\ ]G^> + [ T7> . b7> 8 T7> . `T2( +G 3 @ H.2(> +17! J% n S@ I
14
T ] g J!U TJ!U ( +1 x ;‚ H*F Sg :! +1 J! • G g ] _A't O%3 +1 `g:% o ƒ o @ ( ; k# $% (Z* T?(r k(r I Nq3 T ] N ! N TZ „ @ GI: &%3 @ I P %3 J XP %3 (!I# T ] A$ J% xB# +1 `@I _: @ 6F H8 ? (1† ! WJ . :' 5 N…EO >: % KW • ] * *F * > % > ! 1 J! `T 7 f @ KW !•% T ] D $ (X ' J KW J]G h( i m KW J]G *) m J8P J > N 7 > (!-@ DF ‡ # $% ` J f %
15
% 1 @J ˆ(/ q •. @F D ]Gt +a 7 +aw7@ by $ (aJ •r5 " (a +?(? @ + w7 (?q SD (? 8 S+a 7 @ 4 CB ! ": ‰' +?#O@ 4 7* % `( $?3 (?