KEPEMIMPINAN DALAM MUHAMMADIYAH
Drs. H. Sukriyanto. A..R, M.Hum
Pendahuluan
Permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat termasuk dalam Muhammadiyah sekarang ini adalah masalah kepemimpinan. Sebab maju mundurnya masyarakat, baik buruknya masyarakat sangat ditentukan oleh para pemimpinnya. Pemimpin yang baik dalam arti visinya luas dan jauh ke depan (visioner), moral/akhlaknya baik (ujur, adil, mencintai umat / rakyat, etos ilmunya tinggi, etos kerjanya kuat, disiplin, dedikatif; loyal), cerdas (kreatif, inovati{ tenggap gejala / tanggap ing sasmito, tanggap informasi), berada di tengah-tengah umat / rakyat (mendorong, membangun,m enggerakkanm, memberi teladan). Kemajuan dan kemunduran suatu kelompok masyarakat, golongan, organisasi maupun bangsa banyak ditentukan oleh kualitas (mutu) dan kuantitas (jumlah) pemimpinnya. Kemajuan Amerika Serikat (AS), Jepang, Cina, Korea Selatan dan Singapura sangat ditentukan oleh jumlah dan kualitas pemimpin mereka. Muhammadiyah didirikan oleh ulama, dikembangkan oleh ulama. Kepemimpinan Muhammadiy-ahm ulai berdiri sampa masak kepemimpinan H A Azhar Basyir seluruhnya ulama dan berpendidikan pesantren. Pada periode awal Muhammadiyah, Muhammadiyah secara kuantitatif, memiliki banyak sekali ulama yang aktif di organisasi. Di Kauman tempat brdirinyaM Muhammadiyah, yang luasnyah hanya sekitar2 00 m x 200 m, misalnya,antara tahun 1950 - 1960-an memiliki tidak kurang dari 36 ulama dan belum termasuk puluhan guru ngaji. Dan untuk ukuran pada masa dulu cukup berkualitas. Diantara mereka ada yang secara struktural terlibat dalam organisasi Muhammadiyah. Meskipun jabatannya bukan jabatan yang berkaitan langsung dengan bidang ’agama’ seperti bagian tabligh atau bagian tarjih, melainkan bagian pendidikan, bagian perpustakaan, bagian sosial tetapi hampir semuanya itu dipegang oleh ulama seperti KH. Hisyam' KH Muchtar, KH Sudja', KH Farid Ma'ruf dst.
Pemimpin Muhammadiyah
Para pemimpin Muhammadiyah pada masa dulu, pada zamannya secara kolektif pada umumnya memiliki syarat-syarat yang diperlukan untuk mendorong kemajuan umat / rakyatnya. rak yatnya. Misalnya saja KHA Dahlan beliau b eliau memiliki kepekaan social yang tinggi, luas ilmunya, visi yang jauh ke depan (visoner), hidupnya sederhana dan senantiasa berada di tengah - tengah umatnya. Namun dulunya beliau tidak memiliki visi organisasi. Kekurangan beliau itu ditutup oleh para pemimpin yang berasal dari Budi Utomo yang
menganjurkan agat KHA Dahlan membentuk organisasi supaya cita-cita dan perjuangan KHA Dahlan itu ada yang meianjutkan. Kekurangan beliau juga ditutup oleh kemampuan H. Fakhruddin dalam menggerakkan organisasi melalui tabligh dan jurnalistiknya. Kekurangan beliau juga ditutup oleh ide-idek reatif H. Sujak dalam mendirikan lembaga kesehatan (rumah sakit / hospital, poliklinik), lembaga social (rumah yatim armhuis , rumah miskin). Begitu juga H. Hisyam dan H. Mukhtar dan lain-lain melengkapi kepemimpinan beliau. Pengganti KHA Dahlan bukannya mereka yang sangat giat bergerak dan menggerakkan Muhammadiyah, melainkan KH Ibrahim seorang tokoh yang alim sekaligus pengusaha batik yang sukses. Mengapa yang disiapkan( ditunjuk) oleh KHA Dahlan untuk menggantikan dirinya KH lbrahim? Mengapa bukan K H Fakhruddin, K H Sujak KH Mukhtar atau KH Hiryam? Karena KH Ibrahim seorang ulama mempunyai ilmu agama 1.ang luas dan mendalam, tekun beribadah dan saleh. Ketika KIIA Dahlan sudah sering sakit KH lbrahim lah yang diminta untuk menggantikan mengajar dan memberi pengajian, beliau pula yang ditemui dan diminta untuk memimpin Muhammadiyah. Ketika KHA Dalan sudah sakit parah KH lbrahimlah yang diundang dan diserahi tanggung jawab untuk memimpin Muhammadiyah. Padahal sebelumnya KH Ibrahim tidak banyak terlibat dalam Muhammadiyah.
Pemimpin Ke Depan
Pemimpin yang dibutuhkan Muhammadiyah ke depan adalah pemimpin yang diharapkan dapat memimpin Muhammadiyah untuk mewujutkan cita-citanya. Cita-cita Muhammadiyah terlihat pada tujuan Muhammadiyah yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Mayarakat Islam yang sebenar-benarnya carinya antara lain: 1.
Sebagian besar warganya beriman kepada Allah SWT. Dan taat beribadah kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya (melaksanakan ibadah mahdhah dan amah).
2.
Hidupnya sejahtera. Dalam ekonominya cukup bisa memenuhi kebutuhan pokok untuk makan, papan, pendidikan dan keshatan secara layak lmanusiawi. . Hidup dalam suasana kedamaian, kerukunan, gotong royong saling membantu.
3.
Hidup bermartabad dan berperadaban yang tinggi
Dalam konteks keumatan dan kebangsaan maka kepemimpinan Muhammadiyah adalah pemimpin yang memiliki semangat kemanusiaan pemimpin yang membebaskan umat dari berbagai penderitaannya. Umat Muhammadiyah dan bangsa Indonesia ini memiliki kemajemukan. Kemajemukan dalam kekavaan .mulai yang sangat miskin. kesulitan makan sampai yang kekayaannya melimpah ruah. Mulai yang pendidikan sangat rendah / buta huruf sampai yang S3. Mulai yang menganggur sampai yang jabatannya sangat tinggi. Mulai dari yang pemahaman agamanya masih sangat rendah sampai ulama. Mulai yang tingkat pengamalannya sangat sederhana sampai yang sudah melaksanakans halat tahajud, puasa ndarnrd, semangajti hadnya (dalam pengertian luas dan sebenarnya) sudah sangat tinggi. Juga dalam agamanya bermacam-macam etnisnya bermacam-macam budaya dsb.
Karena itu perjuangan Muhammadiyah baru bisa dikatakan berhasil apabila: 1.
Terwujudnya kehidupan yang imani. islami dan ihsani serta kemusyrikan bisa ditekan semini mungkin.
2.
Akhlakul karimah mewarnai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara praktis keadilan tegak berdiri, kejujuran terefleksikan dalam seluruh kehidupan khususnya birokrasi.system peradilan dan kepemimpinan bangsa.
3.
Terwujudnya kesejahteraan social secara merata (pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan) Terciptanya banyak lapangan kerja dan terkuranginya pengangguran sedikit mungkin.
4.
Terwujudnya kehidupan yang rukun dan damai dari seluruh kelompok dan komponen masyararakat. Setiap warga terlindungi hak-hak kemanusiaanya..
5.
Tenwujudnya lingkungan hidup yang baik dan nyaman.
6.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bingkai moral yang Islami.
7.
Berkembangnya budaya dan seni yang luhur, edukatif dan Islami.
8.
Terpeliharanya nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
Untuk mewujudkan itu semua, maka pemimpin yang diperlukan adalah pemimpin yang memiliki kepekaan social dan kemasyarakatan seperti itu. PemimpinMuhammadiyah ke depan sebaiknya adalah juga ulama. Ulama bukan hanya dalam pengertian menguasa ilmu, tetapi juga mengamalkan ilmu dalam pengertian saleh, jujur,hidup sederhanak, reatif, inovatif, dinamis dsb. Memasuki abad ke dua jika Muhammadivah ingin eksis bahkan bisa berperan ditengah masyarakat, Muhummadiyah membutuhkan para pemimpin yang dari segi kuantitas maupun kualitas memiliki kemampuan untuk menggerakkan seluruh unit organisasi. Pemimpin yang mampu menggerakkan majelis dan lembaga, mampu menggerakkan organisasis sejak tingkat pusat sampai tingkat desa (jamaah). Ulama yang visioner, yang memiliki akidah yang kuat, ibadahnya baik, mempunyai pengetahuan agama yang luas akan bisa melahirkan ide-ide dan gagasan-gagasan yang cemerlang. Ulama seprti itulah sebenarnya yang diperlukan sebagai pemimpin, yang akan datang. Oleh karena itu ke depan diperlukan pemimpin yang bisa melaksanakan fungsifungsi kepemimpinan, antara lain : 1.
Fungsi mencerahkan. Pemimpin harus bisa mencerahkan, memberi wacana, memberi wawaan kepada para pengikutnya dan senantiasa kritis terhadap berbagai pemikiran yang timbul.
2.
Fungsi pendidikkan pemimpin yang bias mendidik, membiasakan berpikir logis dan kreatif, membiasakan berpikir jauh ke depan membiasakan berperilaku baik (jujur, disiplin, kerja keras) pada pengikutnya.
3.
Fungsi mengorganisasikan. Menyusun struktur menempatkan orang-orang sesuai dengan keahlianya.
4.
Fungsi mengarakan, kernana organisasi akan digerakan. Apa yang akan dituju,apa yang akan diraih, apa yang akan diwujudkan.
5.
Fungsi menggerakkan Pemimpin harus bisa menggerakkan dengan memberi motivasi (menenamkan ruh agaman, ruh dakwah, ruh nihad), mendorong, memberi teladan.
6.
Fungsi mengawasi (merakukan pengawasan, monitoring) organisasi dan gerakan.
7.
Fungsi membina, memperbaiki, mengembangkan dan menyempurnakan secara terus menerus..
terhadap jalannya
Nah, Muhammadiyah ke depan memerlukan pemimpin yang bisa menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan dengan baik dalam jumlah yang banyak. Namun demikian, sebagaimana diketahui dan disadari bahwa yang namanya ulama adalah tetap manusia, tetap memiliki kekurangan, sementara model kepemimpinan dalam Muhammadiyah adalah kepemimpinan kolektif kolegial maka kepemimpinan Muhammadiyah ke depan harus bisa saling melengkapi. Karena itu kepemimpinan yang akan datang diharapkan (sebaiknya) adalah; 1.
Ulama- intelektual
2.
Ulama- fakih
3.
Ulama-mubaligh .
4.
Ulama - pendidik (muadib, aili wbilah
5.
Ulama-pedagang/pengusaha
6.
Ulama-negarawan
7.
Ulama – jumalis
8.
Ulama - budayawan
9.
Ulama - sosiawan (penggiat, penggerak masyarakat).
10. Ulama-organisator 11. Ulama dengan keahlian lain yang mendukung terwujudnya kolektif kolegial itu.
Kaderisasi Ulama
Ulama adalah perwaris Nabi. Muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad SAW Jadi Muhammadiyah harus aktif melakukan kaderisasi ulama, melakukan kaderisasi pewaris Nabi untuk memperjuangkan agama, pemikiran dan gagasan Nabi. Kaderisasi ulama bertujuan menyiapkan ulama yang berkualitas sebagai perwaris Nabi yang menjadi penerus perjuangan Nabi. Jadi ulama yang dimaksud bukan hanya orang yang bisa memakai symbol-simbol ulama, namun ulama yang memahami ajaran Nabi sehingga dapat meneruskan perjuangan Nabi. Oleh karena wilayah Indonesia ini sangat luas dan penduduk Indonesia ini sangat besar (230 juta jiwa lebih), maka diperlukan ulama yang benar-benar bisa mewarisi Nabi untuk membimbing mereka. Ulama itu harus dapat menarisi akidahnya, mewarisi ibadahnya, mewarisi kesalehannya, mewarisi kedermawanannya, mewarisi sifat-sifat utamanya.mewarisi kemampuan berdaganganya. Merwarisi kemampuan kemanusiaanya, meuarisi kemampuan berpolitiknya mewarisi
kebijaksanaannya, mewarisi kemampuan berdakwahnya, mewarisi semangat perjuangannya agar bisa selalu mendakwahkan slam kepada 230 juta lebih penduduk. Untuk itu Muhammadipfr harus melakukan kaderisasi ulama secara ekstensif dan intensif guna menghasilkan ulama dalam jumlah yang banyak namun berkuaitas Maksud dan tujuan kaderisasi ulama itu adalah : 1.
Meningkatkan kauntitas (jumlah ulama) atau tepatnya calon ulama sehingga disetiap cabanq ada minimal seorang ulama yang_bisa menjadi rujukan warga.
2.
Meningkatkan kualitas ulama agar ulama-ulama Muhammadiyah selain memiliki pengetahuan agama juga memiliki visi yang luas, kepemimpinan dan manajemen dan memahami persoalan-persoalan kemanusiaan, kemasyarakatan, kebangsaan dan memahami perkembangan ip-tek.
Penutup
Dari uraian diatas diketahui bahwa : 1.
Muhammadiyah didirikan oleh para ulama
2.
Muhammadiyah ditumbuhkembangkan oleh para ulama
3.
MUhammadiyah dilestarikan oleh para ulama
4.
Muhammadiyah membutuhkan ulama yang sangat banyak
5.
Muhammadiyah perlu melakukan kaderisasi ulama secara ekstensif dan intensif