KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM Oleh : Anjar Nugroho
1. Dalam kitab-kitab klasik yang menjelaskan dan menafsirkan teks-teks ajaran Islam tidak asing lagi bahwa kaum laki-laki digambarkan lebih superior dari kaum kaum pe pere remp mpua uan. n. Bias Biasan anya ya argu argume menn pe peng ngua uata tann supr suprem emas asii ters terseb ebut ut menggunakan ayat al-Qur’an Surat an-Nisa’ 4 : 34. Penafsiran yang bercorak demikian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dalam situasi sosio kultural pada waktu penafsiran itu dilakukan. Pada saat ini dimana kedudukan dan peranan perempuan dengan laki-laki berkompetisi sama, maka tafsir-tafsir lama lama pe perlu rlu dibon dibongka gkarr khusus khususnya nya da dari ri pa pand ndan angan gan yang yang missog missogin inis, is, yaitu yaitu pandangan yang membenci perempuan. Allah berfirman dalam al-Qur’an :
نِْم ُوافَق َْأ َ ِ َب ٍ ن عْض َب لَى َ ْ ننُهه َ ْ ع َب ُ ّ َا ّ َ َ ِ ِب ء َ سن اا َىَل َ ن مُو ّا وَُ َج ر ا نَ ُو َ تَخ تِي اَا ُ ّ َا ن فِظ َح َِ ِب ن َْغ ِْل ٌ ن َ ِ ٌَح ن ََِ ُ َ ِ ّن صَ ْ ن ِه ِوَا ْم َأ َ ْ ن ُك َ ْ طَع َأ ْ ن ِإَ ّ ُ بُو ِر ْ َا ِ ن ِ ج َ َ ْ ا ِي ّ ُ ُ رُْ َا ّ ُ ُو ِ ع َّ ُ َ شُوز ُ )1 ًارَِ ِل ََ ََ ّ ّا ِ ِ َ ّ ِ ه َْ َل غُوا َْت 2. Para mufassir memberikan penjelasan yang beraneka ragam tentang katakata ‘qawwâmûn’. Al-Tha Al-Thabar barii meneg menegask askan an ba bahwa hwa qawwâmûn berarti penangg penanggung ung jawab. jawab. Ini artinya artinya bahwa bahwa laki-laki laki-laki bertangg bertanggung ung jawab jawab dalam dalam mendidik dan membimbing istri agar menunaikan kewajibannya kepada Allah maupun kepada istrinya. Ibnu Abbas mengartikan qawwâmûn adalah laki-laki memiliki kekuasaan atau wewenang untuk mendidik perempuan. perempuan. Zamakhsyari menekank menekankan an bahwa bahwa kata-kat kata-kataa qawwâmûn mempu mempunya nyaii arti arti kaum kaum lakilaki-la laki ki munkar kepada perempuan berkewajiban melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar
sebagaimana kepada rakyatnya.2 rakyatnya. 2
3. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa laki-laki adalah penangg penanggung ung jawab, jawab, penguas penguasa, a, pembimbi pembimbing, ng, pelindun pelindungg kaum perempu perempuan an )istri. Dengan demikian, bahwa posisi laki-laki )suami terhadap perempuan )istri )istri ad adal alah ah posisi posisi superi superior or da dann inveri inverior or.. Denga Dengann be begit gituu lakilaki-lak lakii secara secara otom otomat atis is menj menjad adii pe pemi mimp mpin in kelu keluar arga ga,, da dann istr istrii atau atau pe pere remp mpua uann ha haru russ menerima posisi suami tersebut yaitu sebagai orang yang dipimpin. 4. Kepemimpinan laki-laki atas perempuan dalam pandangan beberapa ulama tida tidakk ha hany nyaa seba sebata tass dalam alam ling lingku kupp kelu keluar arga ga.. Tetap etapii meli melipu putiti pu pula la kepe kepemi mimp mpin inan an da dala lam m masy masyar arak akat at )kep )kepem emim impi pina nann pu publ blik ik da dann po polilititik. k. Sehingga perempuan tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam mengaktualisasikan potensinya sebagai pemimpin. 5. Masdar Masdar Farid Farid Mas’u Mas’udi di menga mengakui kui ad adany anyaa pe pend ndap apat at sebagi sebagian an ulama ulama yang yang menyatakan bahwa perempuan tidak diperbolehkan )diberangus hak-haknya sebagai sebagai pemimpin pemimpin.. Pemberan Pemberangusa gusann Kepemimpi Kepemimpinan nan perempua perempuan, n, demikian demikian kata Masdar, ini terjadi demikian menyeluruh, mulai dari kepemimpinan dalam kehi kehidu dupa pann inte intele lekt ktua ual,l, sosi sosial al,, kepe kepemi mimp mpin inan an da dala lam m kelu keluar arga ga samp sampai ai kepemimpinan shalat. Hal itu dikarenakan, lanjut Masdar, tidak ada satu ayat dan hadist pun yang tidak diragukan keshahihannya secara definitif melarang kepemimpinan kepemimpinan kaum perempuan, perempuan, bahkan dalam ketiga sektor kehidupan tadi. Lalu Masdar menyebut sebuah hadis yang berbunyi : Masdar Masdar menila menilai,i, inilah inilah ha hadis dis yang yang selama selama ini ini dijad dijadika ikann pe pega ganga ngann un untuk tuk melarang perempuan tampil sebagi pemimpin masyarakat, mulai dari lembaga kemasyarakatan sejenis yayasan, ormas )kecuali yang berstatus underbow sampai dengan kepemimpinan politik, khususnya kepemimpinan negara ) alimâmah al-uzma) .3
4. Mustafa Muhammad Imarah dalam catatan pinggirrnya terhadap kitab Jawahir al-Bukharî ,
meng mengkl klai aim m lara larang ngan an kepe kepemi mimp mpin inan an pe pere remp mpua uann itu itu seba sebaga gaii
pendiria pendiriann jumhur jumhur ulama ulama kecuali kecuali al-Taba al-Tabari ri dan Abu Hanîfah Hanîfah untuk untuk bidangbidangbidang tertentu.4 tertentu. 4 5. Larangan kepemimpinan perempuan yang diungkapkan oleh sebagian ulama dikarenakan laki-laki memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh perempuan. Dimana kelebihan tersebut menentukan kapabilitas seseorang untuk menjadi pimpinan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubi dalam Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, bahwa laki-laki memi memililiki ki kele kelebi biha hann da dala lam m akal akal da dann pe peng ngat atur uran an.. Kare Karena na itu, itu, de demi miki kian an dijelaskannya, mereka memiliki hak memimpin perempuan. Dikatakan pula, bahwa laki-laki memiliki kekuatan dan kejiwaan dan naluri ) tab’), dua hal yang tidak dimiliki oleh perempuan, yang dikarenakan dalam diri laki-laki dominan unsur panas dan kering (al-harârah wa al-yabûsah) , dari sinilah kemudian muncul muncul kekua kekuatan tan itu. itu. Semen Sementar taraa watak watak pe pere rempu mpuan an lebih lebih do domin minan an un unsur sur basah dan dingin (al- ruthûbah wa al-burûdah) , dan dari sini muncul makna kelembutan dan kelemahan.5 kelemahan. 5 6. !supportLists]-->6. Kelebih Kelebihan an laki-laki laki-laki atas perempu perempuan an juga juga
dituturkan oleh Zamakhsyari, seorang pemikir Mu’tazilah. Dia mengatakan, bahwa kelebihan laki-laki adalah pada akal ) al-‘aql) , ketegasan ) al-hazm, tekad yang kuat ) al-‘azm) , kekuatan )al-quwwah , secar secaraa umum umum memili memiliki ki kekua kekuatan tan menul menulis is )al-kitâbah , da dann kebe kebera rani nian an ) al-furûsiyah) . Kare Karena na itu itu demikian demikian lanjut lanjut Zamakhsya Zamakhsyari, ri, dari laki-laki laki-laki lahir lahir para para Nabi, Nabi, ulama, ulama, kepala kepala negara )imâmah kubra , imam dan jihad.6 jihad. 6 Ibnu Kats Katsir ir,, ulam ulamaa tafs tafsir ir klas klasik ik juga juga 7. >7. Ibnu berpendapat tentang kelebihan laki-laki atas perempuan yang mempengaruhi keabsa keabsaha hann kepemi kepemimp mpina inann pe pere rempu mpuan an.. Dia menga mengata takan kan ba bahwa hwa laki-l laki-laki aki adalah pemimpin perempuan, dan laki-laki juga sebagai pembesar, hakim, pend pe ndid idik ik pe pere remp mpua uann jika jika pe pere remp mpua uann menyi menyimp mpan ang. g. Firm Firman an Alla Allahh yang yang
berbunyi “Oleh karena itu Allah telah melebihkan sebagian mereka di atas sebagian yang lain” ditafsirkan oleh Ibnu Katsir sebagai
petunjuk petunjuk laki-laki lebih
utama dari perempuan dan lebih baik. Oleh karena itulah Nabi dikhususkan untuk untuk laki-laki laki-laki,, begitu begitu pula pula kekuasaa kekuasaann tertingg tertinggi.i. Berdasar Berdasarkan kan sabda sabda Nabi Muhammad SAW : “ Tidak akan beruntung satu kaum yang menyerahkan pimpina pimpinanny nnya a kepada kepada kaum perempu perempuan an “ .
Hadis ini diriwayatkan oleh Abi
Bakr Bakrah ah da dari ri ba bapa pakny knya. a.7 7 Sela Selanj njut utnya nya Ibnu Ibnu Kats Katsir ir meng mengat atak akan an ba bahw hwaa kelebiha kelebihann laki-laki laki-laki atas perempu perempuan an tersebu tersebutt adalah adalah dengan dengan sendirinya sendirinya (fi nafsihi) .
8. Patut dipertanyakan pendapat para ulama
yang telah menafsirkan qawwam dengan penguasaan/kepemimpi penguasaan/kepemimpinan nan laki-laki atas perempu perempuan, an, sehingga sehingga konsekwen konsekwensinya sinya perempua perempuann sampai sampai kapanpun kapanpun tida tidakk akan akan pe pern rnah ah mend mendap apat atka kann ha hakny knyaa un untu tukk be berk rkip ipra rahh da dala lam m du duni niaa kepemimp kepemimpinan inan.. Memang Memang secara secara bahasa bahasa qawwam dapat dapat diartika diartikann sebagai sebagai musallith /penguasa.
Akan tetapi, mengapa dua kata yang sama di ayat yang
lain yang tidak bicara soal hubungan suami istri - dan memang hanya ada di dua tempat - diartikan qâim(in) , yang berarti penguat atau penopang. Dua ayat tersebut adalah :
َِْد ِ َا ْو ِا َ أ ْ ُ ك ِس ُْفَلَى أ َ ْ و ََ ِّ َِ ء دَا َه ُ ِ ْ س ِْقِب َ ِوّام َ ُوا ُو ُواََآم ِّذ ا َه َأ َ ُواِد ْع َت ْ ن َأ َ و َه ُْوا اِعَّت َ َ ِ بِه َىَْأ ُ ّ َ رًا ِق َْ َ أ َِْ ن ُك َ ْ ن َِ ن ِرَب ْا َا ًارََِ لُو َ ْ تَع َ ِ ب َ َ َّ ّا َِإإ ُواِر ْع ُْت َ أ ا ُ ْوتَل ْ ِ َ 9
َىَلٍ ْوو َ ُ ََ ْ ُ ك َّرِم ْ َ َ ِ ْ قِس ْ ِب َ ء دَا َه ُ ِ َِّ ِ وّام َ ُواُو ُواَم َآ ِذ ّ ا َهَأ َ َ لُو َْع َت َ ٌِب رر ِ ََ ّ ّا َِ ّ ا ُواتّق َا َ و ْ 0 َ ِل ُ َرر ْ ََأ و ُ ُواِ ْد ُوا اِد ْع َت َ أ
10 9. !supportLists]-->9. Sehingg Sehingga, a, dapat dapat dijelaska dijelaskann bahwa bahwa dalam dalam
An-Nisa’ 4 : 34, jika qawwam diartikan dengan sama, penopang atau penguat, maka
ayat
tersebut
akan
berarti
bahwa
kaum
lelaki
adalah
penganut/penopang kaum istri dengan bukan karena nafkah yang mereka berikan. berikan. Dengan Dengan pengert pengertian ian yang yang seperti seperti ini, maka secara secara normati normatiff sikap suami terhadap istri bukanlah menguasai atau mendominasi dan cenderung memaksa, melainkan mendukung dan mengayomi. 10. !supportLists]-->10. Menduk Mendukun ungg pe penda ndapa patt di atas, atas, Qurais Quraishh
Shihab mengemukakan hak-hak yang dimiliki oleh perempuan baik dalam lingkup keluarga, masyarakat maupun bangsa dan negara, dengan mengutip sebuah ayat yang seringkali dikemukakan oleh para pemikir Islam dalam kaitannya dengan hak-hal politik kaum perempuan. Ayat tersebut adalah ayat 71 surat Al-Taubah yang berbunyi :
نَِ َ نْوو َ ْهََِ ننُرر ْ َعْ ِب َ ن ُمُر َْ ٍ ن عْض َب ُ ءَِْ َ أ ْ ن ُُه ْ ع َُب ن َِم ُْؤ ْ َا َ ن ُوِم ْؤ ُْ َا ُه ُ َحح ْ َرََ ِ ئ َ ُ أ ُ َ ُو َ َ َ ّ َا عُو ِ َُ َ ةَ ّ ا َا تُو ْ ُؤَ َ ة ّ صَا ُو ِق َُ ِ كَر ُْ ْ ا ٌ ِك َح ٌ ِ َ َ ّ ّا ِ ُ ّ ا 1 !supportLists]-->11. 1. Secara umum, Quraish menjelaskan, ayat
di atas difahami sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan kerjasama antar an tar laki-l laki-laki aki da dann pe perem rempu puan an da dalam lam be berba rbaga gaii bida bidang ng kehidu kehidupa pann yang yang dilu diluki kiska skann de deng ngan an kali kalima matt meny menyur uruh uh meng menger erja jaka kann yang yang ma’rûf dan mencegah yang munkar. Kata auliyâ’, dalam pengertian yang disampaikan Qurais Quraish, h, mencak mencakup up kerjas kerjasama ama,, ba bantu ntuan an da dann pe peng nguas uasaa aan, n, sedan sedangka gkann pengerti pengertian an yang yang dikandu dikandung ng oleh oleh “ menyuruh menyuruh mengerja mengerjakan kan yang ma’rûf “ mencakup segala kebaikan atau perbaikan kehidupan, kehidupan, termasuk memberikan nasehat )kritik kepada penguasa.1 penguasa. 11
12. !supportLists]-->12. Dalam Dalam kepemi kepemimpi mpina nann pu publi blik, k, terda terdapa patt
ruang yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam haknya menjadi pemimpin satu dengan yang lainnya. Penulis tidak sependapat dengan para ulama yang menyatakan bahwa dalam soal kepemimpian adalah menjadi hak mutlak laki-laki dengan merujuk kepada surat An-Nisa’ ayat 34. Kami menilai bahwa ayat tersebut turun dalam konteks kehidupan keluarga dan bukan dalam konteks yang luas dari itu. Biarpun demikian, walaupun dalam konteks keluarga pun tidak boleh terjadi dominasi laki-laki )suami atas perempuan )istri.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansâri al-Qurtubi, Al-Jamî’ lî Ahkâm alQur’an, Kairo : Dâr Al-Katib Al- Arabi, 1967
Abu Qasim Qasim Jarul Jarullah lah Mahmu Mahmudd Ibn Umar Umar az-Zam az-Zamakh akhsya syari ri al-Kha al-Khawar warizm izmi,i, alKhasysyaf ‘an Haqâiq at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqâwil fi Wujûh at-Ta’wîl
,
Beirut, Dâr al-Fikr, cet 1977. Faiqoh, Faiqoh, “Kepemim “Kepemimpina pinann Perempua Perempuann dalam dalam Teks-Teks eks-Teks Ajaran Ajaran Agama Agama dalam dalam Pers Perspe pekt ktifif Pemi Pemiki kira rann Kons Konser erva vatitif” f”,, da dala lam m Tim Edit Editor or PSW PSW UII, UII, kump kumpula ulan n maka makalah lah semina seminarr Peng Pengua uatan tan Peran Peran Polit Politik ik Perem Perempua puan, n, Pendekatan Fiqih Perempuan,
Yogyakarta : Lembaga Penelitian UII,
1998 Ratu-Ratu tu Islam Islam yang yang Terlupak erlupakan an , Alih Fatima Fatima Mernissi, Mernissi, Ratu-Ra Alih ba baha hasa sa oleh oleh Th Thee
Forgentten Queens of Islam, Bandung : Mizan, 1994 Ibnu al-Arabi, Ahkâm Al-Qur’an, Beirut : Dâr al-Ma’rifah, tt.
Ibnu Kasir , Tafsîr al-Qur’ân Al-Azîm , juz I, M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,
Bandung : Mizan, 1998
Jawâhir al-Bukhârî, al-Bukhârî, Sura Mustafa Mustafa Muhammad Muhammad Imârah, Imârah, Jawâhir Suraba baya ya : Pene Penerb rbitit AlAl-
Hidayah, tt. 1) An-Nisa’ (4) : 34 Faiqoh, “Kepemimp “Kepemimpinan inan Perempuan Perempuan dalam dalam Teks-Teks eks-Teks Ajaran Ajaran Agama dalam dalam Perspekti Perspektiff Pemikiran Pemikiran 2) Faiqoh, Konser Konservat vatif” if”,, dalam dalam Tim Tim Editor Editor PSW UII, UII, kumpul kumpulan an makala makalah h semina seminarr Pengua Penguatan tan Peran Peran Politi Politik k Perempuan, Pendekatan Fiqih Perempuan,
(Yogyakarta (Yogyakarta : Lembaga Penelitian UII, 1998), hlm. 43-44
3) Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-Hak …. hlm. 58 - 59 4) Mustafa Muhammad Imârah, Jawâhir al-Bukhârî, (Surabaya : Penerbit Al-Hidayah, tt.) hlm. 367 5) Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansâri al-Qurtubi, Al-Jamî’ lî Ahkâm al-Qur’an, (Kairo : Dâr Al-Katib Al- Arabi, Arabi, 1967), V : 169 Aftab, tt.), I : 523 6) Zamakhsyari, Al-Khasysyaf , (Teheran : Intisyarat Aftab,
7) Ibnu Al-Arabi, Ahkâm Al-Qur’an, (Beirut : Dâr al-Ma’rifah, tt.), I : 416 Ibnu Kasir , Tafsir Al-Qur’an Al-Azîm … I : 608
9) An-Nisâ’ (4) : 135 10) Al-Mâidah ( 5) : 8
11) M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, cet. XVIII (Bandung : Mizan, 1998), hlm. 272 - 273
2 Tanggapan Ditulis dalam Islam dan Gender Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 20, 2007
Bermadz Berm adzab ab di era modern
BERMADZAB DI ERA MODERN : MENJAWAB KEMODERNAN DENGAN AL-IJTIHAD AL-‘ILM AL-‘ASHR Oleh : Anjar Nugroho
A. Pengantar
Penulisan buku ini dilatar belakangi oleh fenomena di kalangan umat Islam yang menem menempat patkan kan bermad bermadzab zab de denga ngann be berij rijtih tihad ad pa pada da po posis sisii yang yang dikot dikotomi omis. s. Seke Sekelo lomp mpok ok oran orangg atau atau ulam ulamaa yang yang terg tergol olon ongg be berm rmad adza zabb seol seolah ah tida tidakk
menye menyent ntuh uh prakt praktik ik ijtiha ijtihad. d. Sebali Sebalikny knya, a, sekelo sekelompo mpokk orang orang atau atau ulama ulama yang yang men mengklai klaim m
dirin irinya ya
seb sebagai
pendukun kung
ijti ijtihhad ad,,
seo seolah
tida idak
perna rnah
memprakti mempraktikkan kkan model model bermadz bermadzab ab )mengiku )mengikutiti ulama ulama lain, lain, taqlid taqlid atau ittiba’ ittiba’.. Kelo Kelomp mpok ok be berm rmad adza zabb dian diangg ggap ap seba sebaga gaii pe peng ngik ikut ut masa masa lalu lalu yang yang tida tidakk menyentuk masalah kekinian. Sebaliknya, kelompok pendukung pendukung ijtihad dianggap dianggap a-historis karena mengabaikan khasanah pemikiran masa lalu. Untuk itu menurut penulis buku ini, adalah sangat penting untuk melakukan kajian kritis dalam rangka mengadakan redifinisi untuk keduanya )bermadzab dan berijtihad Penulis buku ini adalah Guru Besar Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semara Semarang ng.. Meraih Meraih ge gelar lar megist megister er da dann Ph.DPh.D-nya nya di Unive Universi rsity ty of Chicag Chicago, o, Amerika Serikat dalam bidang Islamic Studies dan sempat menjadi dosen tamu di McGill University, Montreal, Canada. Dia termasuk penulis produktif, bukubukunya yang telah terbit antara lain : Eklektisisme Hukum Nasional; Pendidikan (Agama) untuk membangun Etika Sosial; Melawan Globalisasi ;
dan buku yang
sedang dikaji ini. Dia mengawali tulisan dalam bukunya )Bab I dengan membahas tentang redifinisi bermadzab. Dalam pembahasan ini dia memulainya dengan uraian mengenai fiqih dan konsep bermadzab. Kemudian dia melanjutkan kajiannya dengan sejarah perkembangan perkembangan dan perjalanan perjalanan bermadzab. Benang merah yang dapat dapat ditemu ditemuii dalam dalam pe pemba mbaha hasan san ba babb ini ini ad adala alahh ba bahwa hwa taqlid taqlid merup merupaka akann bentuk bentuk be berma rmadza dzabb yang yang paling paling rend rendah ah da dari ri lima lima tingka tingkata tann be berma rmadza dzab, b, da dann bermadzab tidak membatasi untuk melakukan ijtihad. Pada bab berikutnya )Bab II, - setelah pembahasan redifinisi bermadzab – Qadri menguraikan menguraikan pembahasan tentang redifinisi tajdid dan ijtihad. Ijtihad dan tajdid dalam setiap madzab, menurut buku ini, tidak pernah berhenti dalam perjalan perjalanan an sejarahny sejarahnya. a. Tesis itu untuk untuk membanta membantahh anggapa anggapann bahwa bahwa praktik praktik tajdid atau ijtihad telah berhenti dalam waktu berabad-abad. Yang terpenting dalam bab ini adalah bagaimana mengembangkan model atau formulasi ijtihad baru atau memperbaharui ijtihad itu.
Selanjutnya Selanjutnya )Bab III, buku karya Prof. Qodri ini menawarkan model ijtihad al-Ijtihad al-‘Ilmi al-’Ashr )Modern Scientific Ijtihad . baru yang dinamainya al-Ijtihad . Model
ijtihad ini diperlukan untuk membangun hukum Islam yang benar-benar dapat mewujudkan masyarakat yang modern, sejahtera ) prosperius , adil dan aman al-’Ashr dalam kehidupan yang pluralistik di era globalisasi. Al-Ijtihad al-‘Ilmi al-’Ashr
mens mensya yara ratk tkan an pe peng nggu guna naan an pros prosed edur ur ilmi ilmiah ah sepe sepert rtii yang yang terj terjad adii di du duni niaa history ry of ideas ideas [1] supportFootnotes]--> [1] , primary sources, , historical continuity, living knowledge
dan sebagainya. Dan yang tidak kalah penting, pendekatan
yang perlu digunakan dalam al-Ijtihad al-‘Ilmi al’-Ashr adalah induktif dan empirik. B. Redifinisi Bermadzab
Dalam buku ini, Madzab, secara bahasa diartikan pendapat ) view, opinion, ra’y , , ideology, al-mu’taqad al-mu’taqad , kepercayaa kepercayaan, n, ideologi ideologi ) belief, ideology , doktrin, doktrin, ajaran, paham, paham,
aliran ) school, al-ta’lim wa al-thariqah . Kemudian yang dimaksud bermadzab adalah mengikuti madzab tertentu dalam sistem pengambilan hukum Islam/fiqih. Sejarah timbulnya madzab bermula dari ijtihad yang dilakukan oleh seorang imam/m imam/mujt ujtahi ahidd yang yang kemudi kemudian an ha hasil sil ijtih ijtihadn adnya ya itu diikut diikutii oleh oleh pa para ra muridmuridmuridnya. muridnya. Lama-kel Lama-kelamaa amaann melalui melalui proses proses dialektis dialektis,, terjadi terjadi pembakua pembakuann baik dalam manhaj maupun corak pemikiran hukum Islam hasil ijtihad para imam, dan dari sinilah madzab terbentuk. Pada mulanya dikenal madzab sebuah kota atau daer da erah ah )mis )misal al madz madzab ab Hija Hijazi zi da dann madz madzab ab Iraq Iraqi i,, tapi tapi madz madzab ab be berb rbas asis is kedaerahan ini berakhir setelah munculnya Imam Syafi’i yang mengembalikan basi ba siss madz madzab ab da dari ri da daer erah ah ke indi indivi vidu du.. La Lalu lu munc muncul ulah ah madz madzab ab be berb rbas asis is individu/imam diantaranya yang terkenal : madzab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. )hal. 16-18 Praktek bermadzab selama ini adalah dengan mengikuti pendapat-pendapat fuqaha )ahli hukum Islam yang telah megklaim diri mereka sebagai pengikut
salah salah satu satu imam imam pe pend ndiri iri madzab madzab.. Kalau Kalau ada kelomp kelompok ok umat umat yang yang menjad menjadii pengikut pengikut madzab madzab Syafi’i, Syafi’i, maka mereka mereka harus harus mengiku mengikutiti pendapa pendapat-pe t-pendap ndapat at fuqaha tersebut )yang pada umumnya masa mereka sangat jauh dari imam madzab itu sendiri dengan merujuk kepada kitab-kitab yang telah ditulis oleh mereka. Dan ironisnya, kitab-kitab karya imam pendiri madzabnya )dalam hal ini imam Syafi’i jarang atau hampir tidak pernah dijadikan rujukan secara langsung, bahkan karya murid langsung sang imam juga jarang atau tidak pernah dijadikan dijadikan rujukan. Dengan demikian, penulis buku ini ingin mengatakan bahwa bermadzab Syafi’i berarti identik dengan taqlid terhadap aqwal )pendapat-pendapat yang sudah matang fuqaha Syafi’iyah. )hal. 21 Kemudian setelah realitas umat dalam bermadzab seperti tergambar dia atas, penu pe nuliliss bu buku ku ini ini meng mengaj ajuk ukan an pe pert rtan anya yaan an krit kritis is da dann mend mendas asar ar : Apak Apakah ah bermad bermadzab zab ha haru russ mengi mengikut kutii da dann tidak tidak bo boleh leh be berfi rfikir kir,, termas termasuk uk tidak tidak bo bole lehh menge mengeta tahui hui alasan alasan pe pene nerap rapan an hu hukum kum?? Pertan Pertanyaa yaann itu mendap mendapat at jawab jawaban an langsu langsung ng yang yang intiny intinyaa ba bahwa hwa be berma rmadza dzabb tidak tidak musti musti atau atau harus harus mengi mengikut kutii panda pandapat pat madzab madzab tanp tanpaa pe perlu rlu tahu tahu landa landasan san no norma rmatif tif dan filoso filosofis fis di ba balik lik pendapat itu. Bermadzab terdiri atas beberapa tingkatan, dan yang paling rendah adalah adalah be berma rmadza dzabb taqli taqlidd yang yang prakt praktekn eknya ya seper sepertiti terur terurai ai di atas. atas. Namun Namun,, bermadzab dalam pengertian ittiba’ )mengikuti dengan mengetahui alasan dan dalil pengambilan hukum tidak selalu demikian. Bahkan masih tetap disebut bermadzab, meskipun menjalankan ijtihad, terutama sekali atas kasus-kasus kontemporer. Dan lebih dari itu, juga tetap masih disebut bermadzab meskipun juga berupaya mengembangkan metodologi ) manhaj yang sangat mungkin akan mempunyai akibat terjadi perbedaan pendapat dengan imam madzabnya. )hal. 21-22 Bermadzab tidak musti melulu mengikuti pendapat imam madzab dari katakatanya )fi al-aqwal , , mamun bisa dalam metodologinya ) fi al-manhaj , , bahkan juga untuk mengembangkan metodologinya, bukan lagi mengikuti manhaj yang sudah ada. Berangkat dari tesis itu, maka penulis buku ini juga menawarkan redifinisi terhadap konsep talfiq yang konotasinya selalu pada bermadzab fi al-
aqwal .
Tetapi bagaimana talfiq )eklektik juga dapat dipraktekkan dalam wilayah
bermadzab fi al-manjah . )hal. 24-25 Pada akhirnya dalam bab redifinisi bermadzab, buku ini menguraikan tingkatan bermad bermadzab zab yang yang terdir terdirii da dari ri lima lima tingka tingkatt : Pertama , taqlid kepada fuqaha madzab. Kedua, taqlid kepada kepada imam madzab. madzab. Ketiga , ittiba’ kepada kepada ulama ulama almadzab madzab atau atau langsu langsung ng kapad kapadaa imam imam madza madzab. b. Keempat , bermadza bermadzabb fi almanhaj . Dan kelima,
mengembangkan metodologi imam madzab. )hal. 51-56
C. Memaknai (Hasil) Ijtihad
Dala Dalam m refo reform rmas asii be berm rmad adza zab, b, suat suatuu ha hall yang yang tida tidakk kala kalahh pe pent ntin ingg ad adal alah ah bagai bagaiman manaa memak memakna naii ha hasil sil ijtiha ijtihadd atau atau prose prosess ijtiha ijtihadd itu sendi sendiri. ri. Buku Buku ini ini member memberii pa pand nduan uan tenta tentang ng ha hall terseb tersebut ut yang yang diberi diberi na nama ma oleh oleh pe penga ngara rang ng bukunya dengan istilah “mengembalikan kepada kodrat hukum Islam ) the nature of Isla Islami mic c law law .” .”
Tahapahap-tah tahap ap untuk untuk menge mengemba mbalik likan an kodrat kodrat hu hukum kum Islam Islam
setidaknya meliputi empat hal, sebagai berikut : Pertama ,
hukum Islam yang merupakan hasil karya fuqaha atau mujtahidin yag
lalu, yang selama ini selalu ditempatkan pada posisi doktrinal atau diabaikan sama sekali, sekali, hendaknya hendaknya ditempatka ditempatkann pada pada propors proporsii yang sebenarn sebenarnya, ya, yaitu sebagai hasil ijtihad ualama terdahulu. Penulis buku ini menggunakan istilah “humanisasi hukum Islam” untuk menyebut upaya “deabsolutisasi” )untuk tidak mengatakan “desakralisasi” “desakralisasi” otnotes]-->[4] ]--> atas hasil ijtihad sehingga menjadi sesuatu yang dapat tersentuh oleh pemikiran manusia zaman sekarang. Di sisi lain, hasil ijtihad yang selama ini dianggap sebagai sebagai “barang mati” dapat diangkat menjadi khasanah intelektual yang sangat berharga. )hal. 73 Kedua,
melihat hasil ijtihad itu secara kontekstual, sehingga menjadi hidup dan
mempunyai mempunyai nilai. nilai. otnotes]-->[5] f]--> Hasil Hasil ijtih ijtihad ad jika jika ditempatkan secara proporsioal – termasuk melihatnya secara kontekstual -, akan akan mampu mampu membe memberi ri inspi inspiras rasii da dari ri prod produk uk pe pemik mikir ir terda terdahu hulu lu yang yang telah telah
memb member erii jawa jawaba bann terh terhad adap ap pe perm rmas asal alah ahan an atau atau tant tantan anga gann zama zamann pa pada da masanya. Oleh karena itu, usaha kontekstualisasi terhadap hasil ijtihad masa lalu , menurut penulis buku ini, perlu digairahkan, bahkan mestinya menjadi suatu keharusan. Kajian seperti ini tidak cukup hanya membaca teks dari hasil ijtihad tersebut, namun harus dibarengi dengan kajian sejarah dan sosial yang melingkupi mujtahid serta kajian metodologi yang duipergunakan oleh mujtahid di dalam menghasilkan hukum Islam itu. )hal. 74 Ketiga ,
setelah kontekstualisasi maka dilakukan reaktualisasi. Untuk memulai
proyek reaktualisasi, yang harus menjadi landasannya, menurut penulis buku ini adalah kemampuan interpretasi terhadap hasil ijtihad dan dilanjutkan dengan reinterpretasi. Pasca itu, pada waktunya nanti, akan ada tuntutan reformasi atau pembaharuan )tajdid terhadap ajaran dalam tataran praktis yang merupakan pema pe maha hama mann pa para ra mujt mujtah ahid id terh terhad adap ap wahy wahyu. u. Maka Maka di sini sini pe perl rluu hist histor oric ical al contiunity dalam mempelajari hukum Islam secara akademik. )hal. 75-76 Keempat ,
perl pe rluu
pend pe ndek ekat atan an
inte interd rdis isip ipliline nerr
atau atau
mult multid idis isip ipliline ner r
!
supportFootnotes]-->[6] supportFoo tnotes]-->[6] --> dalam membaca/meneliti pemikiran hukum Islam masa lalu. Berbagai pendekatan itu bisa meminjam dari ilmu sosial dan huma hu mani nior ora, a, term termas asuk uk –yan –yangg pa paliling ng urge urgenn – ad adal alah ah pe pend ndek ekat atan an seja sejara rahh )historical approach , lebih khusus lagi sejarah sosial. )hal. 76 D. Al-Ijtihad D. Al-Ijtihad al-‘Ilmi al-’Ashr ( al-’Ashr (Modern Scientific Ijtihad ). ).
Setelah Setelah selesai selesai mengupas mengupas tentang tentang redifini redifinisi si bermadza bermadzabb dan berijtih berijtihad ad pada bab-bab terdahulu, buku ini kemudian memasuki kupasan yang menjadi heart core
dalam karya Prof. Qodri ini yaitu formulasi ijtihad modern yang dia beri
mana al-ijtihad al-‘ilmi al-’ashr )modern scientific ijtihad . . Untuk Untuk mewuju mewujudka dkann formul formulasi asi ijtih ijtihad ad mode modern rn yang yang mampu mampu membe memberi ri jawaban masa kini dan diharapkan juga untuk masa yang akan datang, penulis buku ini menawarkan persiapan langkah-langkah yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertama ,
primary sources sources sebag meng menggu guna naka kann sumb sumber er prim primer er ) primary sebagai ai sumber sumber
ruju rujuka kann da dala lam m be berm rmad adza zab. b. Dala Dalam m be berm rmad adza zabb Syaf Syafi’i’i,i, misa misaln lnyya, ag agar ar menekankan untuk mengkaji secara intensif, serius dan kritis kitab-kitab karya imam imam Syafi’ Syafi’i,i, bu bukan kan kitabkitab-kit kitab ab karya karya murid murid-mu -murid ridnya nya )pen )pendu dukun kungg madza madzabb Syafi’i. )hal. 110-111 10-111 Kedua,
Mengka Mengkajiji pe pemik mikira irann fiqih fiqih ulama ulama atau atau keputu keputusan san hu hukum kum Islam Islam oleh oleh
organisasi keagamaan tidak lagi secara doktriner dan dogmatis, tetapi dengan critical critical study study .
Hal ini ini be berar rartiti menemp menempatk atkan an fiqih fiqih sebag sebagai ai sejar sejarah ah pe pemik mikira irann
)intellectual history atau history of ideas . Artinya, mengkaji sejarah pemikiran ulama sekaligus latar belakang mengapa ulama tersebut menelorkan pemikiran itu. Konteks historis atau background sosial-politik tidak bisa diabaikan dalam membaca karya-karya pemikiran ulama terdahulu. Pada akhirnya , ketika proses bermad bermadzab zab dilak dilakuka ukan, n, tidak tidak semata semata-ma -mata ta mene menemuk mukan an prod produk uk ijtiha ijtihadd para para mujtahid terdahulu, tetapi yang lebih penting adalah menggali metode ) manhaj yang digunakan oleh mujtahid itu. Inilah yang dikenal dengan istilah bermadzab fi al-manhaj ,
sebagai sisi lain dari bermadzab fi al-aqwal . Memposisikan fiqih
dalam dalam ranah ranah sejarah sejarah pemikiran pemikiran berarti berarti pula menjadika menjadikann fiqih fiqih sebagai sebagai living knowledge,
untuk untuk merangsa merangsang ng tumbuhnya tumbuhnya inspiras inspirasii memuncul memunculkan kan pemikira pemikirann
fiqih fiqih ba baru ru.. Beber Beberapa apa syarat syarat akade akademik mik ag agar ar pe pemik mikira irann fiqih fiqih menja menjadi di living knoledge
historical backgrounds backgrounds saat anta an tara ra lain lain tidak tidak boleh boleh menga mengabai baikan kan historical
pemikitan fiqih muncul, sehingga berarti pula masuk pada wilayah hermeneutika dan sejarah sosial hukum Islam ) social history of Islamic law . Pada akhirnya, ketika ketika keseluru keseluruhan han prasara prasaratt akademik akademik itu terpenu terpenuhi, hi, maka proses proses historical contiunity dapat dijamin. di jamin. Ketiga ,
)hal. 111-114 1-114
semua hasil karya ulama masa lalu diposisikan sebagai pengetahuan
)knowledge , baik yang didasarkan atas dasar deduktif dan verstehen maupun yang dihasilkan secara empirik. Hanya al-Qur’an dan teks hadis yang terbatas )khususnya yang mutawatir saja yang tidak dapat diuji ulang ) re-examined , , walaupun pemahamannya tetap dapat dikaji secara mendalam. )hal. 114-115
Keempat ,
mem mempun unyyai sika sikapp terb erbuka ter terhadap pemiki mikirran di luar luar
madzabnya dan responsif terhadap berbagai perkembangan problem-problem baru yang muncul. Syarat ketiga ini untuk menjamin tidak adanya sikap apriori terha terhada dapp dinam dinamika ika pe pemik mikira irann sekali sekaligus gus sikap sikap reat reatifif yang yang be berle rlebih bihan an saat saat merespon permasalahan fiqih aktual. Harus disadari bahwa wilayah fiqih tidak hanya meliputi ibadah mahdhah, tetapi secara luas meliputi pula wilayah-wilayah wilayah-wilayah kemanusiaan, kebudayaan bahkan peradaban. Disiplin ilmu lain )di luar ilmu fiqih ushul fiqh perlu dan ushul perlu diliba dilibatka tkann da dalam lam proses proses ijtih ijtihad ad atau atau setida setidak-t k-tida idaknya knya istinbath al-ahkam . istiqra’i yang
Dalam Dalam khasan khasanah ah keilmu keilmuan an imam imam Syafi’ Syafi’ii dikena dikenall metod metodee
berarti pula pendekatan interdisipliner dalam mengkaji masalah-
masalah fiqih. )hal. 115-117 Kelima ,
men meningkat katkan kan daya aya tangkap kap )respon sponsi siff dan cep cepat terh terhaadap
permasalahan yang muncul, dimana bisabya umat ingin cepat mendapatkan jawaban hukum agama dari para ahli hukum Islam. Untuk ini, perlu dibentuk jaringan atau organisasi yang mampu dengan cepat mempertemukan diantara para fuqaha untuk segera mengambil inisiatif menanggapi permasalahan yang ada. )hal. 117-118 17-118 Keenam,
melakukan penafsiran yang aktif dan bahkan responsif. Yang dimaksud
aktif atau proaktif adalah ketika jawaban hukum Islam itu sekaligus mampu memberi inspirasi dan guidance untuk kehidupan yang sedang dialami oleh umat. )hal. 119 Ketujuh ,
ajara ajarann al-ah al-ahkam kam al-kh al-khams amsah ah atau atau keteta ketetapan pan be berup rupaa hu hukum kum wajib wajib,,
haram, sunnah, makruh dan mubah agar dapat dijadikan sebagai konsep atau ajaran etika sosial. Selama ini banyak kritik bahwa hukum Islam selalu berkutat pada wilayah ibadah mahdhah dan kurang menyentuh kehidupan sosial. )hal. 119-120 Kedelapan , menjadikan ilmu fiqih sebagai bagian dari ilmu hukum secara umum.
Hal ini dimaksudkan agar sasaran akhir fiqih berupa “hukum nasional” dapat
tercapai. Alangkah sia-sianya jika fiqih hanya sebatas wacana di masjid dan forum pengajian, tanpa ada upaya untuk memperjuangkannya menjadi hukum positif yang berlaku di Indonesia. )hal. 120 Kesembilan ,
dalam kajian fiqih lebih dititik beratkan pada pendekatan induktif
atau empirik disamping deduktif. Proses deduktif dapat terwakili saat memahami nash na sh al-Q al-Qur’ ur’an an da dann Hadi Hadiss yang yang shah shahih ih de deng ngan an sega segala la jeni jeniss meto metode deny nya, a, termasuk qiyas. Sedangkan induktif adalah memberi peran lebih akal dalam proses ijtihad yang bentuknya antara lain mashlahah , istihsan dan ijma’ )dimana harus dimaknai sebagai prosedur penciptaan mashalih ‘ammah . )hal. 121 Kesepuluh ,
mashalih h ‘ammah ‘ammah menja menjad menjadika ikann mashali menjadi di landa landasan san utama utama dalam dalam
memba membangu ngunn fiqih fiqih atau atau hu hukum kum Islam Islam.. Masha Mashalih lih ‘amma ‘ammahh da dapa patt dipad dipadank ankan an dengan universal values pada dataran aspek yang tidak bertentangan dengan pokok ajaran Islam. Berbicara mengenai mashlahah, berarti mengakui peran penting akal dalam proses ijtihad. Kemashlahatan Kemashlahatan dunia, menurut al-Sulami dpat diperoleh dengan adat kebiasaan, percobaan )tajarib realitas yang dinilai oleh akal dan semacamnya. )hal. 122-123 Kesebelas ,
menja menjadik dikan an wahyu wahyu Allah lewat lewat na nash sh )al-Qu )al-Qur’an r’an da dann ha hadis dis yang yang
shahih sebagai kontrol terhadap hal-hal yang akan dihasilkan dalam ijtihad. Kontrol ini tidak dengan menggunakan menggunakan pendekatan tekstual ) scipturalist , namun lebih menekankan pada konsep etika. )hal. 125 E. Catatan Akhir
Buku ini mendapat sambutan yang cukup hangat dari para intlektual Muslim terkemuka Indonesia. Sambutan-sambutan itu bisa dilihat dari komentar mereka terhadap buku yang pertama kali diterbitkan oleh penerbit Teraju-Mizan tahun 2003 dan telah mengalami cetak ulang pada tahun yang sama. Salam satu yang berkomentar positif adalah Prof. KH. Ali Yafie yang mengatakan bahwa tulisan Prof. Qodri Azizy merupakan suatu reformulasi yang sangat dibutuhkan oleh oleh du duni niaa ilmi ilmiah ah masa masa kini kini da dala lam m mema memaha hami mi du duaa masa masala lahh be besa sarr yang yang
berkembang terus menerus dalam dunia ilmu-ilmu keislaman, yakni bermadzab dan berijtihad. Komentar positif lain disampaikan oleh Prof. Quraish Shihab yang menyatakan bahwa buku ini “sungguh memuat gagasan-gagasan segar yang diurai secara argumentatif dan menarik”. Tapi catatan penting yang perlu diberikan di sini adalah bahwa tulisan Prof Qodri Azizy tidaklah sebuah tulisan yang utuh dan genuin pada masalah yang diangkat. Reformasi bermadzab yang menjadi term sentral pada buku ini telah banyak yang mengupas yang dalam beberapa aspek lebih sophisticated . Syekh Yusuf Yusuf al-Qaradhawi adalah satu ulama terkemuka yang telah menulis hal serupa Al-Ijti jtihad had al-Mu al-Mu’a ’ash shir ir baina baina al-In al-Indil dilba batt wa al-In al-Infir firat at [7] supportFootnotes]--> [7]
)tel )telah ah
dite diterj rjem emah ahka kann
dala da lam m
baha ba hasa sa
Indone Indonesia sia : Ijtiha Ijtihadd Konte Kontempo mporer rer : Kode Kode Etik Etik da dann Berba Berbaga gaii Penyi Penyimp mpang angan an. . ijtihad intiqa’ intiqa’ s]--> [8] i [endif]--> i dan ijtihad insya’ insya ’ [9] i i senafas
dengan tawaran Prof. Qodri tentang redifinisi ijtihad dan ijtihad al-‘Ilmi al-‘asr , tapi dalam beberapa aspek tawaran al-Qaradhawi al-Qaradhawi lebih “liberal” karena al-Qaradhawi al-Qaradhawi berani untuk lepas sama sekali dari pemikiran madzab masa lampau dalam kasus ijtihad insya’i . Tetapi lepas dari segala kekurangan dan kelemahan yang ada dalam karya Prof. Qodri ini, adalah bijaksana untuk mengatakan bahwa karya ini adalah karya yang “dalam proses untuk menjadi”. Sebagaimana saran Prof. Qodri dalam buku ini untuk umat Islam ketika berhadapan dengan karya intelektual apapun dann da da dari ri siap siapap apun un,, un untu tukk sena senant ntia iasa sa memp mempos osis isik ikan anny nyaa seba sebaga gaii knowledge ,
living
yang bisa dikririsi agar dapat dikembangkan teori-teorinya. Buku ini
bukan sekumpulan doktrin yang beku, tapi karya intelektual yang terbuka untuk dikaji ulang, khusunya bagi mereka yang concern terhadap isu-isu pembaharuan hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA
David Hackett, Historian’s Fallacies ; Toward o Logic of Hitorical Thought , New York : Harper Torchbook, 1970 Erdward Halled Carr, What Is History?, New York : Vintage Book, 1961 Mircea Eliade, A History of Ideas, Chicago : the University of Chicago Press, 1985 Richard King, Agama, Orientalisme dan Poskolonialisme : Sebuah Kaian Tentang Pert Pertel elin ingk gkah ahan an an anta tara ra Rasi Rasion onal alititas as dan Mist Mistis is,, pe pent nter erj.j. Agun Agungg Prihantoro, Yogyakarta : Qalam, 2001 Sayyed Hossein Nasr, “Philosophy” dalam The Study of Midlle East, John Wiley & Son, 1976 Yusuf al-Qaradhawi, Al-Ijtihad al-Mu’ashir baina al-Indilbat wa al-Infirat, Kairo ; Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islamiyah, 1994 ]--> [1] Untuk Untuk memah memahami ami lebih lebih dalam dalam tentang history of ideas, penulis buku ini menyarankan untuk melihat buku-buku antara lain : David Hackett, Historian’s Fallacies ; Toward o Logic of Hitorical Thought (New York : Harper Torchbook, 1970); Erdward Halled Carr, What Is History?, (New York : Vintage Book, 1961); Mircea Eliade, A History of Ideas (Chicago : the University of Chicago Press, 1985) > [2] Prima ini dala dalam m rang rangka ka Primary ry Sourc Sources es ini mengam mengambil bil fakta fakta ( fact ) dan bukti ( evidence) keben kebenara arann tenta tentang ng apa yang yang menjad menjadii
pendapat seseorang ketika pendapat tadi disandarkan kepadanya. Ini juga sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran sejarah ( historical truth). Living Knowledge Knowledge ini untuk ]--> [3] Living untuk menye menyebut but
karya karya intelekt intelektual ual yang diposisi diposisikan kan sebagai sebagai sejarah sejarah pemikira pemikirann dalam dalam kontek kontek kajian kajian akademik yang dapat berperan untuk menjadi inspirasi memunculkan pemikiran baru --> [4] -> Penul Penulis is buku buku ini tidak tidak menga mengatak takan an desakralisasi karena dia memandang bahwa nilai sakral sejauh proporsional akan tetap ada, sebagai konsekuensi esensi hukum Islam yang mempunyai sumber utama wahyu Allah. --> [5] Terhadap erhadap hasil hasil ijti ijtihad had masa lalu yang masih mempunyai nilai untuk masa kini, penulis buku ini menyebut dengan istilah living tradition and knowledge hasil pinjaman dari Sayyed Hossein Nasr, “Philosophy” dalam The Study of Midlle East, (John Wiley & Son, 1976), h. 327-445 > [6] -> Pere Perevi view ew lebi lebihh setu setuju ju jika jika tida tidak k disamaka disamakanny nnyaa istilah istilah interdis interdisipli ipliner ner dengan dengan multidis multidisipli ipliner ner.. interdis interdisipli ipliner ner artinya artinya menggunakan berbagai pendekatan dimana antara satu pendekatan dengan pendekatan lain lain salin salingg mengis mengisi,i, tetap tetapii dalam dalam multid multidisi isipli pline nerr antar antaraa pend pendeka ekatan tan satu satu deng dengan an pendekatan lain berjalan sendiri yang pada prakteknya bahkan bisa saling menafikan. Lihat Richard King, Agama, Orientalisme dan Poskolonialisme : Sebuah Kaian Tentang Pertelingkahan antara Rasionalitas dan Mistis, penterj.
Agung Prihantoro, (Yogyakarta :
Qalam, 2001), hlm.98-113 [7] Yusuf al-Qaradhawi, Al-Ijtihad al-Mu’ashir baina al-Indilbat wa al-Infirat, (Kairo ; Dar al-Tauzi’ wa al-Nasyr al-Islamiyah, 1994) ijtihad intiqa’i intiqa’i --> [8] Yang dimaksud ijtihad
menurut menurut al-Qarad al-Qaradhawi hawi adalah adalah memilih memilih salah salah satu pendapat pendapat dari beberap beberapaa pendapa pendapatt terkuat yang terdapat pada warisan fiqih Islam, yang penuh dengan fatwa dan keputusan hukum.
]--> [9] Ijtihad insya’i disebut juga ijtihad kreati kreatiff yang yang berar berarti ti penga pengambi mbilan lan konkl konklusi usi hukum hukum baru baru dari dari suatu suatu perso persoala alan, n, yang yang persoalan itu belum pernah dikemukakan oleh ulama-ualama terdahulu. 1 Tanggapan Ditulis dalam Hukum Islam Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 20, 2007
Kesetaraan Kesetar aan laki-laki dan Perempuan PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI SETARA DIHADAPAN ALLAH
)TINJAUAN ISLAM) Oleh : Anjar Nugroho Sebelu Sebelum m kedata kedatang ngan an Islam Islam kedud keduduka ukann pe perem rempu puan an di selur seluruh uh du dunia nia dipandang rendah. Perempuan tidak mendapat hak apa-apa dan diperlakukan tidak lebih dari barang dagangan. Mereka tidak hanya diperbudak, tapi juga dapat diwariskan sebagaimana harta benda. Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa bangsa Arab pada masa Jahiliyyah biasa menguburkan anak perempuan Kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. membawa perubahan yang cukup mendasar berkaitan dengan harkat dan kedudukan perempuan. Secara perlah perlahan an pe perem rempu puan an menda mendapa patt tempa tempatt yang yang terho terhorma rmat, t, sampa sampaii akhirn akhirnya ya berbagai bentuk penindasan terhadap perempuan terkikis dari akar budayanya )Asghar Ali Engineer, 1997 Secara Secara normatif normatif Islam memanda memandang ng sama dan sederajat sederajat antara antara laki-laki laki-laki dan perempuan. Banyak ayat al-Qur’an yang telah menunjukkan bahwa laki-laki dan
perempuan adalah sama-sama semartabat sebagai manusia, terutama secara spiritual. Begitu pula, banyak hadis yang menunjukkan kesamaan harkat laki-laki dan perempuan. Dalam pandangan agama Islam, segala sesuatu diciptakan Allah Allah dengan kodrat. “Sesu “Sesungg ngguh uhnya nya segal segala a sesua sesuatu tu Kami Kami cipta ciptakan kan denga dengan n qada qadar. r.” ”
)Q.S )Q.S.. alal-
Qamar/54 : 49. Oleh pada ulama, qadar di sini diartikan sebagai “ukuranukuran, sifat-sifat yang ditetapkan Allah bagi segala sesuatu”,
dan itulah kodrat.
Dengan demikian laki-laki dan perempuan, sebagai individu dan jenis kelamin memiliki kodratnya masing-masing. Namun demikian, Syekh Mahmud Syaltut, Pemimpin tertinggi al-Azhar pernah mengatkan : “Tab “Tabiat iat keman kemanus usiaa iaan n antar antara a laki-l laki-lak akii dan dan perem perempu puan an hamp hampir ir apat apat dikat katakan kan
Allah lah
telah
menganuger gerahka hkan
kepada ada
perem rempuan
sebagaimana Allah menganugerahkan kepada laki-laki. Kepada mereke berdua dianugerahkan Tuhan potensi dan kemanusiaan”.
Ayat al-Qur’an yang populer dijadikan rujukan di dalam membicarkan tentang asal usul kejadian perempuan adalah firman Allah dalam al-Qur’an surat anNisa’/4 : 1, “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, yang telah menciptakan kamu dari diri (nafs) yang satu, dan darinya Allah menciptakan pasa pasang ngann annya ya dan dari dari kedua keduany nya a Allah Allah meng mengemb emban angbi gbiakk akkan an laki-l laki-lak akii dan dan perempuan yang banyak.”
Yang dimaksud dengan nafs di sini menurut banyak ulama adalah Adam dan pasangannya adalah istri beliau Hawa. umumnya para mufassirin memahami dan meyakini bahwa yang dimaksud dengan nafs wâhidat dan zaujahâ dalam ayat itu adalah Nabi Adam AS )laki-laki dan Hawa )perempuan yang dari keduanyalah kemudian berkembang biak ummat manusia )Yunahar )Yunahar Ilyas, 1997. Kont Kontro rove vesi si sesu sesung nggu guhn hnya ya bu buka kann kepa kepada da siap siapaa yang yang pe pert rtam ama, a, tapi tapi pa pada da penciptaan Hawa yang dalam ayat diungkapkan dengan kalimat wa khalaqa minhâ zaujahâ .
Persoalannya adalah, apakah Hawa diciptakan dari tanah seperti
penciptaan Adam, atau diciptakan dari )bagian tubuh Adam itu sendiri. Kata kunci penafsiran yang kontroversial itu terletak pada kalimat minhâ. Apakah kalimat itu menunjukkan bahwa untuk Adam diciptakan istri dari jenis yang sama dengan dirinya, atau diciptakan dari )diri Adam itu sendiri. Pand Pandan anga gann ini ini kemu kemudi dian an mela melahi hirk rkan an pa pand ndan anga gann ne nega gatitiff terh terhad adap ap perempuan, perempuan, dengan menyatakan bahwa perempuan perempuan adalah bagian dari laki-laki. Tanpa laki-laki perempuan tidak akan pernah ada. Bahkan tidak sedikit diantara mereka mereka yang mengatak mengatakan an bahwa bahwa perempua perempuann )Hawa )Hawa diciptaka diciptakann dari tulang rusuk rusuk Adam. Adam. Kitab Kitab-ki -kita tabb tafsi tafsirr terda terdahu hulu lu ha hampi mpirr sepaka sepakatt menga mengarti rtikan kannya nya demikian. Namun tidak sedikit ulama memahaminya sebagai metafora, bahkan ada yang menolak keshahihan hadis tersebut )Quraish Shihab, 1999. Riffat Hasan
tidak hanya menolak dengan keras pandangan para ulama
di atas atas,, ba bahw hwaa Hawa Hawa dicip icipta taka kann da dari ri tula tulang ng rusu rusukk Adam Adam,, teta tetappi juga juga mempertanyakan kenapa dipastikan nafs wâhidah itu Adam dan zaujahâ itu Hawa, istrinya. Padahal ungkap teolog muslimah yang akhir-akhir ini sangat serius mengkaji masalah perempuan itu, kata nafs dalam bahasa Arab tidak menunjukkan kepada laki-laki atau perempuan, tetapi bersifat netral, bisa lakilaki bisa perempuan. perempuan. Begitu juga juga zauj , tidak secara otomatis diartikan istri, karena istilah itu bersifat netral, artinya pasangan yang bisa laki-laki dan bisa perempuan. perempuan. Disamping zauj dikenal juga istilah zaujah, bentuk feminin dari zauj . Mengutip kamus Taj al-‘Arus , Riffat menyatakan bahwa hanya masyarakat hijaz yang yang mengg mengguna unakan kan istila istilahh zauj un untuk tuk menu menunju njukka kkann kepada kepada pe perem rempu puan an,, sementara di daerah lain digunakan zaujah untuk menyatakan perempuan. Lalu, tulis Riffat mempertanyakan, kenapa al-Qur’an yang secara meyakinkan tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat Hijaz, menggunakan istilah zauj bukan zaujah ,
seandainya yang dimaksud itu sungguh-sungguh perempuan?
Amina Wadud Wadud Muhsin Muhsin )1992, menyatakan Lepas dari kontrovesri di atas, Amina
bahwa yang penting bukan bagaimana Hawa diciptakan, tetapi kenyataan bahwa Hawa Hawa ad adala alahh pa pasan sangan gan Adam. Adam. Pasang Pasangan an,, menuru menurutt Amina, Amina, dibu dibuat at da dari ri du duaa
bentuk bentuk yang saling melengka melengkapi pi dari satu realita realitass tunggal, tunggal, dengan sejumlah perbedaan sifat, karakteristik dan fungsi, tetapi kedua bagian yang selaras ini pas saling melengkapi sebagai kebutuhan satu keseluruhan. Setiap anggota pasangan mensyaratkan adanya pasangan lainnya dengan logis dan keduanya berdiri tegak hanya atas dasar hubungan ini. Dengan pengertian seperti ini penciptaan Hawa, bagi Amina merupakan bagian rencana penciptaan Adam. Dengan demikian keduanya sama pentingnya. Al-Qur’an Al-Qur’an tidak tidak membeda membedakan kan perempu perempuan an dan laki-laki laki-laki dalam dalam konteks konteks pencip penciptaa taann da dann prose prosess selanj selanjutn utnya ya sebag sebagai ai manusi manusia. a. Tidak idak sebag sebagaim aiman anaa pandanga pandangann sebagian sebagian pandang pandangan an kebanyak kebanyakan an orang orang selama selama ini )khususny )khususnyaa dalam tradisi Nasrani dan Yahudi bahwa perempuan diciptakan dari laki-laki, tapi tapi juga juga un untuk tuk laki-l laki-laki aki.. Dalam Dalam pa pand ndan angan gan al-Qur’ al-Qur’an an,, Allah Allah mencip menciptak takan an semuanya )perempuan dan laki-laki adalah “untuk satu tujuan” )Q.S. Al-Hijr/15 : “tidak k untu untuk k mainmain-ma main” in” )Q.S 85 da 85 dann “tida )Q.S.. Al-A Al-Anb nbiy iya’ a’/2 /211 : 16 16. . Hal Hal ters terseb ebut ut
merupakan salah satu tema utama al-Qur’an. Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan . Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam al-Qur’an biasa diistilahkan denagn orang-orang yang bertaqwa ) muttaqun , dan untuk mencapai derajat muttaqun
ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau
kelompok etnis tertentu. Manusia, yang diciptakan “dengan sebaik-baik bentuk ” )Q.S. At-Tin/95 : 4 telah dicipt diciptaka akann un untuk tuk menga mengabdi bdi kepada kepada Allah Allah )Q.S. )Q.S. Adz-Dz Adz-Dzari ariya yat/5 t/511 : 56 56. . Yan angg selanj selanjutn utnya ya,, menu menurut rut ajara ajarann al-Qu al-Qur’an r’an,, pe peng ngab abdia diann kepada kepada Allah Allah tidak tidak bisa bisa dipisahkan dari pengabdian kepada umat manusia, atau, dalam istilah Islam, orang-orang yang beriman kepada Allah harus menghormasti Haqqullah )hakhak Allah dan Haqul ‘Ibad )hak-hak makhluq. Penenuhan kewajiban kepada Tuhan dan manusia merupakan hakekat kesalehan. Laki-laki dan perempuan sama-sama diseru oleh Allah agar berbuat kebajikan dan akan diberi pahala
yang yang sma un untuk tuk kesal kesaleha ehann mereka mereka.. Hal ini ini dinya dinyata takan kan de denga ngann jelas jelas da dala la sejumlah ayat al-Qur’an seperti berikut : “ Dan Tuhan …. memperkenankan permohonan mereka : “Tidak pernah aku siasiakan amal setiap kamu, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah turunan dari sebaian yang lain.” )Q.S. Ali Imran/3 : 195 “ Siapap Siapapun un yang yang berbuat berbuat kesaleha kesalehan, n, baik laki-lak laki-lakii maupun maupun perempu perempuan, an, dan mere mereka ka beri berima man, n, mere mereka ka akan akan masu masuk k ke dala dalam m surg surga. a. Dan Dan tid tidakla aklah h ketidakadilan sekecilpun akan ditimpakan kerpada mereka.”
)Q.S. An-Nisa’/4 :
124 “ Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, adalah pelindung, yang satu terhadap yang lain : mereka menyuruh kepada keadilan dan mencegah berbuat kejahatan; mereka taat melakukan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Atas mereka, akan Allah limpahkan rahmat-Nya karena Allah.” )Q.S. At-Taubah/9 At-Taubah/9 :
71
“Siapapun yang berbuat kesalehan, laki-laki ataupun perempuan, dan mereka beriman, sungguh, kepada mereka akan Kami berikan suatu kehidupan baru, kehidupan yang baik dan suci, dan Kami akan memberikan pahala yang terbaik atas apa yang mereka kerjakan.” )Q.S. an-Nahl/16 : 97
Ayat-ayat di atas mengisyaratkan konsep kesetaraan laki-laki dan perempuan yang ideal ideal dan memberik memberikan an ketegasa ketegasann bahwa bahwa prestasi prestasi individu individu,, baik baik dalam dalam bidang spiritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh memperoleh kesempatan yang yang sama sama mera meraih ih pres presta tasi si yang yang op optitima mal.l. Namu Namunn da dala lam m keny kenyaataa taan di masyarakat masyarakat muslim, konsep konsep ideal ideal ini membutu membutuhkan hkan tahapan tahapan dan sosialisas sosialisasi,i, karena masih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya yang sulit diselesaikan.
Salah satu tujuan al-Qur’an ialah terwujudnya keadilan di dalam masyarakat. Keadilan dalam al-Qur’an mencakup segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena itu al-Qur’an tidak mentolerir segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa, dan kepercayaan, maupun yang berdasarkan jenis kelamin. Al-Qur’an tidak hanya menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan benarbenar benar setara setara dalam dalam pandan pandangan gan Allah tetapi tetapi juga bahwa bahwa mereka mereka merupaka merupakann “anggota-anggota” dan “pelindung” satu sama lain. Dengan kata lain, al-Qur’an tidak menciptakan hirarki-hirarki yang menempatkan laki-laki di atas perempuan )sebag )sebagai aiman manaa dilak dilakuka ukann oleh oleh ba banya nyakk ulama ulama Nasra Nasrani ni.. Al-Qur’ Al-Qur’an an juga juga tidak tidak menempatkan laki-laki dan perempuan dalam satu hubungan hubungan yang bermusuhan. bermusuhan. Mereka diciptakan sebagai makhluq-makhluq yang setara dari Pencipta alam semesta, yang Maha Adil dan Maha Pengasih, yang menginginkan mereka hidup dalam harmoni dan kesalehan bersama-sama. Meski Meskipu punn al-Q al-Qur’ ur’an an mene menega gask skan an kese keseta tara raan an laki laki-l -lak akii da dann pe pere remp mpua uan, n, masyarakat muslim pada umumnya tidak menganggap laki-laki dan perempuan setara setara,, terut terutama ama da dalam lam kontek kontekss pe perka rkawin winan an.. Dasar Dasar pe peno nolak lakan an masya masyarak rakat at Muslim terhadap gagasan kesetaraan laki-laki dan perempuan berakar dalam keyakinan bahwa perempuan lebih rendah dalam asal-usul penciptaan )karena dicipt diciptaka akann da dari ri tulan tulangg rusuk rusuk yang yang bengko bengkok k dan da dalam lam kesal kesaleha ehann )kare )karena na memba membantu ntu setan setan da dalam lam mengg menggoda oda Adam untuk untuk melaku melakukan kan ap apaa yang yang telah telah dilarang Allah, dan diciptakan terutama untuk dimanfaatkan oleh laki-laki yang lebih tinggi dari mereka. Supe Superi rior orititas as laki laki-l -lak akii atas atas pe pere remp mpua uann yang yang mere meresa sapp da dala lam m trad tradis isii Isla Islam m didasarka didasarkann kepada kepada hadis-ha hadis-hadis dis Israilliyat )penyusu )penyusupan pan ide-ide ide-ide Israel Israel dalam dalam muata muatann ha hadis dis da dann juga juga pa pada da interp interpret retasi asi-in -inte terpr rpret etasi asi ayat-a ayat-aya yatt al-Qu al-Qur’an r’an.. Riwayat Isra’illiyat ialah cerita-cerita cerita-cerita yang bersumber dari agama-agama samawi sebelum Islam,seperti dari Yahudi Yahudi dan Nasrani. Cerita-cerita ini muncul di dalam
kitab-kitab tafsir dan dalam kitab-kitab syarh Hadis. Bisa jadi cerita-cerita tesebut dimasukkan oleh para mantan pengikut kedua agama itu yang sudah masuk Islam, atau mungkin pula melalui upaya penyusupan secara sistematis oleh kala kalang ngan an pen enga ganu nutt
aga gama ma ters terseb ebut ut..
Bebe Bebera rapa pa kita kitabb
tafs tafsir ir mu’t mu’tab abar ar
mengintrodusir mengintrodusir kisah-kisah isra’iliyat, seperti Tafsir Tafsir al-Thabari, al-Thabari, Tafsir al-Qurthubi, al-Qurthubi, tafsir al-Alusi dan sebagainya )Nasaruddin Umar, 1999. Seperti yang sudah diketahu diketahui,i, dalam dalam ajaran ajaran Nasrani Nasrani maupun maupun Yahudi ahudi terdapa terdapatt pendang pendangan an yang yang mere merend ndah ahka kann
dera de raja jatt
pere pe remp mpua uan. n. Deng Dengan an de demi miki kian an sema semaki kinn
bany ba nyak ak
mengintrodusir mengintrodusir kisah-kisah Isra’illiyat dalam penafsiran al-Qur’an maupun Hadis, semakin besar pula peluang terjadinya bias ketidakadilan dalam memandang hubungan antara laki-laki dan perempuan Contoh Contoh kisah kisah Isra’i Isra’iliy liyyat yat da dalam lam pe pena nafsi fsiran ran al-Qur’ al-Qur’an an ad adala alahh kisah kisah asal-u asal-usul sul kejadian perempuan. Dalam Kitab Perjanjian Lama diceritakan kisah-kisah yang seca secara ra umum umum cend cender erun ungg difa difaha hami mi memb member erik ikan an citr citraa ne nega gatitiff terh terhad adap ap perempuan, perempuan, seperti menafsirkan kehadiran perempuan perempuan untuk melengkapi bagian dari kebutuhan laki-laki )2:20. Perempuan dikesankan sebagai ciptaan kedua )second creation dan subordinasi dari laki-laki karena ia diciptakan dari tulang rusuk laki-laki )2:21-22. Perempuan ditimpakan kesalahan dalam kisah jatuhnya manusia )Adam dan Hawa dari surga ke dunia )3:12, karenanya perempuan harus lebih banyak menanggung resiko dalam konsep dosa warisan tersebut )3:12 Ayat-ayat ini dijelaskan secara panjang lebar dalam Kitab Talmud, suatu kitab yang mengulas ayat-ayat yang terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama. Penggunaan Penggunaan kisah-kisah Isra’iliyyat di dalam dalam memaham memahamii ayat-ayat ayat-ayat al-Qur’an al-Qur’an maupun Hadis tidak selamanya dipandang negatif. Agama Yahudi dan agama Nasrani yang kemudian melahirkan Kitab Taurat dan Injil, adalah berasal dari anak cucu Nbi Ibrahim. Keberadaan Keberadaan kedua agama dan kedua kitab suci tersebut diakui dalam al-Qur’an. Merujuk kepada kedua Kitab Suci tersebut dipandang syah dan wajar oleh para mufassir. Hanya saja maslahnya alah sejauh mana keasli keaslian an kisah kisahiki ikisah sah yang yang dijadi dijadikan kan rujuk rujukan an terseb tersebut ut.. Kalau Kalau yang yang dijadi dijadikan kan
rujukan adalah kisah-kisah yang terdapat dalam Kitab Talmud, sebagaimana telah diketahui, banyak terdapat terdapat cerita-cerita cerita-cerita rakyat rak yat Babilonia. Dengan mengintrodusir tradisi klasik masyarakat Babilonia yang sarat dengan mitos itu, maka barang tentu akan menimbulkan pandangan yang menyudutkan perempuan,
mengingat
mitos-mitos
Babilonia
sangat
merugikan
perempuan.Tidak heran jika kitab-kitab tafsir yang mengintrodusir kisah-kisah Isra’iliyyat ditemukan
banyak penafsiran yang memojokkan perempuan.
Allah yang berbicara melalui al-Qur’an bercirikan keadilan dan dinyatakan secara jelas dalam al-Qur’an bahwa Tuhan tidak akan pernah berbuat zulm )tidak jujur, tirani, pemerasan dan perbuatan yang salah. Karenanya, al-Qur’an sebagai firm firmah ah Alla Allahh tida tidakk bisa bisa dija dijadi dika kann sumb sumber er keti ketida daka kadi dila lann manu manusi sia, a, da dann ketidakadilan yang membuat perempuan Muslim ditundukkan dan diremehkan, tidak bisa dianggap dari Allah. Al-Qur’an, menurut penulis, sangat memperhatikan pembebasan manusia –baik laki laki-l -lak akii mapu mapunn pe pere remp mpua uann – da dari ri be berb rbag agai ai maca macam m pe peni nind ndas asan an da dann ketidakadilan ketidakadilan yang pada akhirnya menghalangi manusia mengaktualisasikan visi al-Qur’an tentang tujuan hidup manusia yang mewujud dalam pernyataan alQur’an : “Kepada Allah-lah mereka akan kembali.” )Q.S. An-Najm/53 : 42 DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Ahmed An-Na’im, Dekonstruksi Syari’ah , dengan Ahmad Suaedi dan Amiruddin Arrani penterj. Yogyakarta : LkiS dan Pustaka Pelajar, 1994. Al-Fiqh h ‘alâ Mazâhib Mazâhib al-Arba’ al-Arba’ah, ah, Istanbul : Dâr adAbdurrahman Abdurrahman al-Jazairi, Al-Fiq
Dakwah, t.t.. Wanita di dalam dalam Al-Qur’an Al-Qur’an, Alih bahasa oleh Yaziar Amina Wadud Muhsin, Wanita
Radianti, Bandung : Pustaka, cet I, 1994.
Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempaun dalam Islam, Alih bahasa oleh Farid Wajidi, Bandung, LSPPA, 1994. “Islam dan Feminis Feminisme, me, dari dari Sentral Sentralism isme e Kepada Kepada Budhy Munawar-Rachman, “Islam Kesetaraan” ,
dalam Mansour Faqih dkk., Membincang Feminisme , Cet. I,
Surabaya : Risalah Gusti, 1996. Fatima Mernissi dan Riffat Hassan, Setara di Hadapan Allah, Relasi Laki-Laki dan Perempuan dalam Tradisi Islam Pasca Patriarkhi,
Alih bahasa oleh
Team LSPPA,Yogyakarta LSPPA,Yogyakarta : LSPP LSP PA - Yayasan Yayasan Prakarsa, 1995. Ibrahim Ibrahim Muhammad Muhammad Al-Jamal, Al-Jamal, Fiqih Wanita , alih bahasa oleh Anshori Umar Sitanggal, Semarang : CV. Asy-Syifa’, tt. Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan : Dialog Fiqih Pemberdayaan,
Cet. 2, Bandung : Mizan, 1997.
2 Tanggapan Ditulis dalam Islam dan Gender Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 16, 2007
Pemiki Pem ikiran ran Sya Syari’ ri’ati ati 2
IDEOLOGISASI ISLAM: JALAN MENUJU REVOLUSI
(PEMIKIRAN ALI SYARI’ATI)
Oleh: Anjar Nugroho
Ali Syari’ati dikenal sebagai pemikir yang multi-dimensi dan, karenanya juga, multi-interpretable .
Tetap etapii pa para ra pe peng ngam amat at juga juga da dapa patt meli meliha hatt sema semaca cam m
pand pa ndan anga gann du duni niaa ) weltanschauung yang yang cuku cukupp kons konsis iste tenn da dala lam m tuli tulisa sanntuli tulisa sann nnya ya.. Pand Pandan anga gann du duni niaa Ali Ali Syar Syari’i’at atii yang yang pa paliling ng meno menonj njol ol ad adal alah ah menyangkut hubungan antara agama dan politik, yang dapat dikatakan menjadi dasar dari ideologi pergerakannya. Dalam konteks ini Syari’ati dapat disebut politico o religio religio thinker thinker pemikir pemikir politikpolitik-keag keagamaa amaann ) politic . Salah Salah satu satu tema tema sentra sentrall da dalam lam ideol ideologi ogi po polit litik ik keagam keagamaa aann Syari’ Syari’ati ati ad adala alahh agama – dalam hal ini, Islam – dapat dan harus difungsionalisasikan sebagai kekuatan revolusioner untuk membebaskan rakyat yang tertindas, baik secara kultural mapun politik. Lebih tegas lagi, Islam dalam bentuk murninya – yang belum dikuasai kekuatan konservatif – merupakan ideologi revolusioner ke arah pembebasan Dunia Ketiga dari penjajahan politik, ekonomi dan kultural Barat. Ia merupakan problem akut yang dimunculkan kolonialisme dan neo-kolonialisme yan yang
men mengalie liena nasi sika kann
raky rakyaat
dari
akar kar-aka -akarr
trad radisi isi
mereka eka.
!
supportFootnotes]-->[2] Atas Atas dasar asar ini, ini, maka maka ba bany nyak ak pe peng ngam amat at menyebut Syari’ati sebagai “the ideologist of revolt” .
Dalam Dalam pandang pandangan an Syari’at Syari’ati,i, agama agama sebagai sebagai ideologi ideologi diartikan diartikan:: “suatu “suatu keyakinan yang dililih secara sadar untuk menjawab keperluan-keperluan yang timb timbul ul da dann meme memeca cahk hkan an masa masala lahh-ma masa sala lahh da dala lam m masy masyar arak akat at”. ”. Ideo Ideolo logi gi dibutu dibutuhka hkan, n, menuru menurutt Syari’ Syari’ati ati,, un untuk tuk menga mengara rahka hkann suatu suatu masya masyarak rakat at atau atau bangsa dalam mencapai cita-cita dan alat perjuangan. Ideologi dipilih untuk meng mengub ubah ah
dann da
mero meromb mbak ak
stat tatus
quo
secara secara
funda fundamen mental tal.. [4] Menurut Ali Syari’ati, ada dua jenis agama dalam tahap sejarah. Pertama, agama sebagai ideologi dan kedua, agama sebagai kumpulan tradisi dan konversi sosial atau juga sebagai semangat semangat kolektif kolektif suatu kelompok. kelompok. Is menggambar menggambarkan kan kedudukan kedudukan agama sebagai ideologi ideologi dengan pernyataan: But one comes to understand Islam in the sense of an ideology in another way. Islam, as an ideology, is not a scientific specialization but is the feeling one has in regard to a school of thought as a belief ystem and not as a culture. It is the perceiving of Islam as an idea and not as a collection of sciences. It is the understanding of Islam as a human, historical and intellectual movement, not as a storehouse of cientific and technical information. And, finally, it is the view of Islam as an ideology in the minds of an intellectual and not as ancient religious sciences in the mind of a religious scholar.
)Tetapi orang
datang untuk memahami Islam dalam pengertian suatu ideologi di dalam pandangan yang lain. Islam, sebagai suatu ideologi, bukanlah suatu suatu spesialisa spesialisasi si ilmiah ilmiah tetapi tetapi adalah adalah kepekaan kepekaan seseoran seseorangg yang mempu mempunya nyaii hu hubun bunga gann de denga ngann suatu suatu alira alirann pikira pikirann lebih lebih sebaga sebagaii sistem kepercayaan dan bukan sebagai kultur. kultur. Ia memposisikan Islam seba sebaga gaii suat suatuu ga gaga gasa sann da dann bu buka kann seba sebaga gaii suat suatuu kole koleksi ksi ilmu ilmu peng pe ngeta etahua huan. n. Islam Islam de demik mikia iann mempu mempunya nyaii pa pand ndang angan an yang yang utuh utuh tentang manusia, pergerakan intelektual dan sejarah, bukan sebagai suatu gudang informasi teknis dan ilmiah. Dan, pada akhirnya, Islam sebagai ideologi berada dalam pikiran kaum intelektual dan bukan
sebagai ilmu pengetahuan religius masa lampau yang berada dalam pikiran ulama. [5] Syari’ati menjelaskan tentang proses berubahan agama dari ideologi menjadi sebuah sebuah institusi institusi sosial. sosial. Munculnya Munculnya agama sebagai sebagai ideologi ideologi,, papar papar Syari’ati, Syari’ati, dimulai ketika para Nabi muncul di tengah-tengah suku-suku dan pemimpin gerakangerakan-gera gerakan kan historis historis untuk untuk membangu membangunn dan menyadar menyadarkan kan masyaraka masyarakat. t. Ketika Ketika para para nabi nabi itu memprokla memproklamirka mirkann semboyan semboyan-semb -semboyah oyah tertentu tertentu dalam dalam memb memban antu tu mass massaa kema kemanu nusi siaa aan, n, maka maka pa para ra pe peng ngik ikut ut Nabi Nabi kemu kemudi dian an menge mengelil lilin ingi gi na nabi bi da dann menya menyatak takan an un untuk tuk turut turut be bersa rsamama-sam samaa Nabi Nabi denga dengann sukarela. Dari sinilah, menurut Syari’ati, munculnya agama sebagai ideologi. Namun Namun kemud kemudian ian,, ag agama ama itu itu kehila kehilang ngan an seman semanga gatt asliny aslinyaa da dann menga mengambi mbill bentuk agama sebagai institusi sosial. tnotes]-->[6] Beran Berangka gkatt dari dari asumsi asumsi de demik mikia ian, n, maka maka dapat dapat dicari dicari sebua sebuahh jawab jawaban an da dari ri pertanyaan mengapa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat Arab. Islam sebagai ideologi yang diusung oleh Muham Muhammad mad memba membawa wa orde orde sosial sosial baru baru yang yang disan disanda darka rkann kepad kepadaa prins prinsip ip keadilan dan persamaan dalam stuktur sosial masyarakat. Islam yang demikian sang sangat at mena menari rikk masya masyara raka katt Arab Arab yang yang suda sudahh lama lama muak muak de deng ngan an be bent ntuk uk aristokrasi lama yang memerintah dengan tirani, ketidakadilan, kesewenangwena wenang ngan an,, da dann mono monopo polilism sme. e. Masy Masyar arak akat at kala kala itu, itu, mula mulaii mene menemu muka kann semboyan-semboyan ideologi sebagai obat penyembuhan dari penderitaan dan kesuli kesulitan tan akiba akibatt sistem sistem tiran tirani.i. Islam Islam sebag sebagai ai ideolo ideologi gi mampu mampu membe memberik rikan an keyak keyakin inan an ba baru ru yang yang be berb rbas asis is kepa kepada da kema kemaua uann be beba bass manu manusi siaa un untu tukk melepaskan diri dari jeratan sistem sosial dan politik tiranik. Sehingga Sehingga dapat dapat dimenge dimengerti rti jika kemudian kemudian Syari’ati Syari’ati mencoba mencoba merekons merekonstruks truksii “Islam Syi’ah” sebagai ideologi revolusioner. Syari’ati menyatakan dengan jelas, bahwa Islam bukanlah Islam kebudayaan yang melahirkan ulama dan mujtahîd , bukan pula Islam dalam tradisi umum, tetapi Islam dalam kerangka Abu Zar. [7] Islam lahir secara progresif dalam upaya
meresp merespon on proble problem-p m-pro roble blem m masyar masyaraka akatt da dann memim memimpin pin masya masyarak rakat at un untuk tuk mencap mencapai ai tujua tujuan-t n-tuj ujuan uan da dann cita-c cita-cita ita yang yang be berha rharg rga. a. Dalam Dalam ha hall ini, ini, Islam Islam dipahami sebagai sebuah pandangan dunia yang komprehensif, dan diposisikan sebagai “agama pembebasan” yang concern dengan isu-isu sosial-politik seperti penind penindasa asan, n, diskri diskrimin minasi asi,, ketida ketidakad kadila ilann da dann sebaga sebagainy inya. a. Seman Semanga gatt Islam Islam sebagai ideologi pembebasan mendorong terjadinya revolusi masyarakat Islam untuk membangun konstruksi peradaban baru yang progresif, partisipatif, tanpa penindasan dan ketidakadilan. Dalam konteks global Syari’ati melihat ada problem besar masa depan dunia Isla Islam, m, yait yaituu kolo koloni nial alis isme me da dann ne neoo-ko kolo loni nial alis isme me oleh oleh Bara Barat. t. Hal Hal ini ini tela telahh menga mengalie liena nasi si masya masyara rakat kat Musli Muslim m da dari ri kebu kebudaya dayaan an asliny aslinyaa ) turâts , karena karena mereka mau tidak mau harus mengikuti alur kebudayaan dan pola pikir yang telah “dipaksakan” oleh pihak kolonialis maupun neo-kolonialis. Senada dengan Syari’ Syari’ati ati,, Hasan Hasan Hanaf Hanafii juga juga meliha melihatt ba bahwa hwa kolon kolonial ialism ismee atau atau wester westerni nisas sasii mempunyai pengaruh luas terhadap dunia Timur )Muslim, tidak hanya pada budaya budaya da dann konse konsepsi psi tenta tentang ng alam, alam, tetap tetapii juga juga menga menganca ncam m kemer kemerdek dekaa aann pera pe rada daba ban. n. Bahk Bahkan an,, masi masihh menu menuru rutt Hana Hanafifi,, juga juga mera meramb mbah ah pa pada da ga gaya ya kehi kehidu dupa pann seha sehari ri-h -har ari:i: ba baha hasa sa,, meni menife fest stas asii kehi kehidu dupa pann umum umum da dann seni seni bangunan. Tidak hanya itu, keterbukaan ekonomi memaksa dunia Islam untuk membuk membukaa diri diri terhad terhadap ap kapita kapitalis lisme me intern internasi asiona onal,l, de demik mikia iann juga juga denga dengann keterbukaan bahasa, maka konsekwensinya harus menerima kehadiran bahasa asing. [8] Syari’ Syari’ati ati memand memandang ang saat saat itu kolon kolonial ialism ismee da dann weste westerni rnisas sasii telah telah meland melandaa negara Dunia Ketiga tak terkeculai Iran. Akibat yang timbul dari hal itu adalah munculnya bentuk-bentuk korporasi multi-nasional, rasisme, penindasan kelas, keti ketida daka kadi dila lan, n, da dann mabu mabukk kepa kepaya yang ng terh terhad adap ap Bara Baratt ) Westoxication . Ia menyatakan bahwa kolonialisme Barat dan kepincangan sosial sebagai musuh terbesar masyarakat yang harus diberantas dalam jangka panjang. Tetapi untuk jan jangk gkaa pe pend ndek ek,, menu menuru rutt Sya Syari’a ri’atiti,, ad adaa dua musu musuhh yang yang ha haru russ sege segera ra dimusnahkan: dimusnahkan: pertama, Marxisme vulgal – menjelma terutama dalam Marxisme-
Stalinisme – yang banyak digemari para intelektual dan kaum muda Iran, dan kedu kedua, a, Isla Islam m
kons konser erva vatitiff
seba sebaga gaim iman anaa
dipa dipaha hami mi kaum kaum
mullah
yang
menyembu menyembunyika nyikann Islam Islam revolusi revolusioner oner dalam dalam jubah jubah ketundu ketundukan kan kepada kepada para penguasa. [9] Untuk Untuk membeb membebask askan an massa massa dari dari krisis krisis yang yang membaw membawaa mereka mereka mencap mencapai ai negara yang merdeka dan berkeadilan sosial-ekonomi, Syari’ati yakin bukan mela melalu luii Libe Libera ralilism sme, e, Kapi Kapita talilisme sme,, atau ataupu punn Sosi Sosial alis isme me,, na namu munn yang yang bisa bisa mengobati penyakit ini, kata Syari’ati, S yari’ati, hanyalah Islam. Baginya, Islam merupakan satu-satunya solusi yang akan menyelamatkan negeri Muslim dari segala bentuk tekanan dan penindasan. Hal ini sangat masuk akal jika Syari’ati menginginkan Islam Islam sebaga sebagaii pe peng ngger gerak ak revol revolusi usi.. Terleb erlebih ih lagi lagi da dalam lam kontek kontekss Iran, Iran, Islam Islam )Syi’ah justru dijadikan sebagai agama resmi negara. Dengan latar belakang yang yang de demik mikian ian kondu kondusif sif,, Syari’ Syari’at atii menem menempuh puh sejuml sejumlah ah strate strategi gi sekal sekaligu iguss mengkonsolidasi masyarakat ke dalam satu paradigma: Islam adalah solusi. Beberapa strategi tersebut mengandung muatan yang sama, yakni menyakinkan masy masyar araakat kat
untuk tuk
mem memilih ilih
Isla slam
seb sebagai
jal jalan
perub rubaha hann.
!
supportFootnotes]-->[10] Pert Pertam amaa-ta tama ma Syar Syari’i’at atii be beru rusa saha ha mela melaku kuka kann ideo ideolo logi gisa sasi si Isla Islam m de deng ngan an menunjukkan karakteristik revolusioner Islam. Ia berupaya membuktikan bahwa Islam Islam ag agama ama yang yang sanga sangatt progre progresif sif,, ag agama ama yang yang menen menentan tangg pe penin ninda dasan san.. Syari’ati Syari’ati sangat sangat antusias antusias untuk untuk membuktik membuktikan an perlunya perlunya suatu reformasi reformasi bagi bagi pemahaman Islam yang benar, sehingga dibutuhkan figur-figur yang mampu memimpin masyarakat kepada perubahan paradigma dan mental masyarakat. Mere Mereka ka itul itulah ah yang yang menu menuru rutt Syari Syari’a ’atiti dise disebu butt pa para ra pe pemi miki kirr terc tercer erah ahka kann )rausanfikr . . Kemud Kemudian ian Syari’ Syari’at atii menun menunjuk jukkan kan ba bahwa hwa Islam Islam merup merupaka akann akar akar budaya masyarakat Iran yang telah lama mendarah daging. Dengan demikian masyarakat Iran harus kembali kepada warisan budaya Islam jika menginginkan perubahan.
Untuk Untuk mengko mengkonst nstruk ruksi si Islam Islam sebaga sebagaii sebuah sebuah ideo ideolog logi,i, mulamula-mul mulaa Syari’ Syari’ati ati mela melaku kuka kann redi redififini nisi si tent tentaang pe pema maha hama mann ideo ideolo logi gi itu itu send sendir irii Syar Syari’i’at atii menje menjelas laskan kan ba bahwa hwa ideolo ideologi gi terdir terdirii da dari ri kata kata “ideo “ideo”” yang yang be bera rarti rti pe pemik mikira iran, n, gagasan, konsep, keyakinan dan lain-lain, dan kata “logi” yang berarti logika, ilmu atau pengetahuan. Sehingga ideologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang keyakin keyakinan an da dann cita-c cita-cita ita.. s]-->[11] Menurut pengertian ini seorang ideolog adalah seorang pembela suatu ideologi atau keyakinan tertentu. Dalam kaitan ini, ideologi terdiri dari berbagai keyakinan dan cita-cita yang dipeluk oleh suatu kelompok tertentu, suatu kelas sosial atau suatu bangsa. [12] Ideologys includes both a belief and the knowing of it. It is to have a special attitude and consciousness consciousness which a person has in relation to himself, his class position, social base, national situation, world and historic destiny as well as the destiny of one’s own society which one is depend dependent ent upon… Therefo Therefore, re, ideolog ideology y is a belief belief system system that interprets interprets the social, rational and class orientation of a human being as well as one’s system of values, social order, form of living, ideal indi indivi vidu dual al,, soci social al situ situat atio ion n and and hum human life life in all all its its vari variou ous s dimensions. It answers the questions: What are you like? What do you do? What must you do? What must be?
)Ideologi meliputi suatu kepercayaan dan pengetahuan tentangnya. Ideologi diperlukan agar seseorang mempunyai kesadaran dan sikap khusus dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, posisi kelasnya, dasar da sar sosial sosial,, situa situasi si na nasio siona nal,l, du dunia nia da dann tuju tujuan an sejara sejarahh seper sepertiti halnya tujuan masyarakat sebagai tempat bergantung… Oleh karena itu,
ideologi
adalah
suatu
sistem
kepercayaan
yang
menginterpretasikan kondisi sosial, rasionalitas dan orientasi kelas seseorang seperti halnya sistem nilai, orde sosial, format individu ideal, hidup manusia dan situasi sosial dalam berbagai dimensinya . Ideologi menjawab pertanyaan: Apa yang kamu sukai? Apa yang
kamu kamu lakuka lakukan? n? Apa Apa yang yang kamu kamu ha harus rus lakuk lakukan an?? Harus Harus menjad menjadii apa? [13] Syari’ati berusaha untuk membedakan antara ideologi, ilmu dan filsafat. Ilmu menurutnya merupakan pengetahuan manusia tentang alam yang kongkret. Ia merupaka merupakann penemua penemuann manusia manusia tentang tentang beberap beberapaa hubungan hubungan,, suatu suatu prinsip, prinsip, kualitas dan karakteristik di dalam kehidupan manusia, alam dan benda-benda lainnya. Demikian halnya dengan ilmu, dapat didefinisikan sebagai pencarian ke arah arah pe pemah mahama amann sesua sesuatu tu yang yang be bersi rsifa fatt umum, umum, be belum lum diket diketahu ahuii da dann tidak tidak terjangkau ilmu. Ia mempersoalkan mempersoalkan kemungkinan-kemungkina kemungkinan-kemungkinann ideal, kebenaran dan substansi, fenomena dan konsep-konsep yang ada dalam alam pikiran manusia. tnotes]-->[14] Ten entu tu saja saja pe pemah maham aman an Syari’ati tentang ideologi, ilmu dan filsafat berbeda dengan pandangan para penganut aliran postmodernisme dewasa ini. Jürgen Habermas, misalnya, ia menya menyata takan kan ba bahwa hwa antara antara ideolo ideologi gi,, ilmu, ilmu, da dann filsaf filsafat at )bah )bahasa asa Haber Habermas mas:: Knowledge ,
pengetahuan
mempunya nyai
landasan
yang
sama
dalam
pengemba pengembangany nganya, a, yaitu yaitu kepentin kepentingan gan )keberpi )keberpihaka hakan. n. Walau Walaupun pun Habermas Habermas berbeda dengan Marx yang mengatakan bahwa kepentingan itu adalah pasti kepentingan kepentingan kelompok atas, Habermas lebih melihat kepentingan kepentingan itu muncul dari siapa saja )manusia kelompok manapun yang terlibat dalam pengembangkan sebuah ilmu, filsafat atau ideologi. [15] Di sisi sisi yang yang berbe berbeda da,, ideolo ideologi gi menun menuntut tut seora seorang ng cendek cendekiaw iawan an un untuk tuk memihak. Bagi seorang ideolog, ideologinya adalah suatu kepentingan yang mutlak. Setiap ideologi memulai dengan tahap kritis, kritis terhadap status quo , kritis terhadap masyarakat dengan berbagai aspek kultural, ekonomi, politik dan moral yang cenderung melawan perubahan-perubahan yang diinginkan. Berbeda denga dengann filsaf filsafat at maupu maupunn ilmu ilmu yang yang sama sama sekali sekali tidak tidak mempun mempunya yaii komitm komitmen en seperti itu, ia hanya menggambarkan realitas seperti apa adanya dengan tidak membe membedak dakan an ap apaka akahh ia menola menolakk atau atau meneri menerima ma reali realita tass terseb tersebut ut.. [16] Inila Inilahh perbe perbedaa daann yang yang menyo menyolok lok an anta tara ra ilmu, filsafat dan ideologi. Dengan kata lain, agar ideologi mampu memposisikan
dirinya menjadi landasan perjuangan, maka keberpihakannya harus jelas. Pada wilayah politik, ia harus mengabdi sehingga mampu memberikan doktrin-doktrin politik. Pada kekuasaan politik ia harus bisa menyerang. Inilah sebenarnya, kata Syari’ Syari’ati ati,, makna makna sesun sesungg gguhn uhnya ya da dari ri ideolo ideologi, gi, yang yang be bera rarti rti bu bukan kan konsep konsep,, land landas asan an be berf rfik ikir ir,, fils filsaf afat at,, ap apal alag agii ilmu ilmu.. Ideo Ideolo logi gi ada dala lahh kata kata lain lain da dari ri keberpihakan politik, tegas Syari’ati. Lebih lanjut Syari’ati mengatakan, baik ilmu maupun filsafat tidak pernah melahirka melahirkann revolusi revolusi dalam dalam sejarah sejarah walaupu walaupunn keduanya keduanya selalu selalu menunjuk menunjukkan kan perbedaan-perbedaan dalam perjalanan waktu. Adalah ideologi-ideologi, tegas Sya Syari’a ri’atiti,,
yan angg
sena senant ntia iasa sa
memb member erik ikan an
insp inspir iras asi,i,
meng mengar arah ahka kann
dann da
mengoganisir mengoganisir pemberontakan-pe pemberontakan-pemberontakan mberontakan menakjubkan yang membutuhkan membutuhkan pengorbanan-pengorbanan dalam sejarah manusia di berbagai belahan dunia. Hal ini karena ideologi pada hakekatnya mencakup keyakinan, tanggungjawab, keterlibatan dan komitmen. [17] Ideologi, lanjut lanjut Syari’a Syari’ati, ti, menun menuntut tut ag agar ar kaum kaum intel intelekt ektua uall bersik bersikap ap setia setia ) commited . . Ideologilah Ideologilah yang mampu merubah masyarakat, sementara ilmu dan filsafat tidak, arena arena sifat dan keharusa keharusann ideologi ideologi meliput meliputii keyakina keyakinan, n, tanggun tanggungjawa gjawabb dan keterliba keterlibatan tan untuk untuk komitmen komitmen.. Sejarah Sejarah mengatak mengatakan, an, revolusi revolusi,, pemberon pemberontaka takann hanya dapat digerakkan oleh ideologi. [18] Sete Setela lahh
meng mengko kons nstr truk uksi si
gag agas asan anny nyaa
tent tentan angg
ideo ideolo logi gi,,
Syar Syari’i’at atii
menegask menegaskan an tentang tentang urgensi urgensi perubah perubahan an yang hanya hanya dapat dapat digerak digerakkan kan oleh oleh masyarakat yang mempunyai ideologi kokoh. Dalam kondisi keterpurukan untuk konteks Iran, Syari’ati berfikir bahwa Islam harus mampu menjadi penggerak kesadaran masyarakat. Islam perlu lebih dipahami sebagai sebuah pandangan dunia dunia komprehe komprehensif nsif,, sebuah sebuah rencana rencana untuk untuk merealisa merealisasikan sikan potensi potensi manusia manusia sepenuhnya, baik secara perseorangan maupun kolektif, untuk tujuan makhluq secara secara keselu keseluruh ruhan an.. s]-->[19] letaknya bahwa Islam berfungsi sebagai ideologi pembebasan:
Di
sin sinila ilah
Ia )Islam akan membantu dalam memutuskan bentuk perjuangan melawan kekuasaan tiranik. Ia tidak akan pernah berbaiat )sepakat deng de ngan an keke kekeja jama man. n. Ia akan akan mera meranc ncan angg kont kontin inui uita tass seja sejara rahh berkesinambungan. Ia akan menegaskan perjuangan tak kenal henti antara pewaris Adam dan pewaris setan. Asy-syûra mengingatkan kembali akan ajaran ihwal kenyataan bahwa Islam dewasa ini adalah Islam kriminal dalam jubah “tradisi” dan bahwa Islam sejati adalah Islam Islam yang yang terse tersembu mbunyi nyi da dalam lam jubah jubah merah merah kesyah kesyahid idan. an. [20] Syari’ati Syari’ati berupaya berupaya menegaska menegaskann perbeda perbedaan an Islam dengan dengan pemaham pemahaman an umum tentang agama yang dikonsepsikan oleh Durkheim. Dalam bentuk yang tidak ideologis, agama seperti dikemukakan Durkheim sebagai “suatu kumpulan keyakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi; suatu peniru terhada terhadapp modus-mod modus-modus, us, agama-a agama-agama gama,, ritual-r ritual-ritua itual,l, aturanaturan-atur aturan, an, konvensikonvensikonvensi dan praktek-praktek yang secara sosial telah mantab selama generasi demi de mi ge gene neras rasi.i. Ia tidak tidak ha haru russ merup merupaka akann menife menifesta stasi si dari dari seman semangat gat ideal ideal kemanusiaan yang sejati”. tnotes]-->[21] Jika Islam diruba dirubahh be bentu ntukny knyaa da dari ri “madza “madzabb ideolo ideologi” gi” menja menjadi di seked sekedar ar “pen “penge getah tahuan uan kultural” dan sekumpulan pengetahuan agama sebagaimana yang dikonsepsikan Durkheim, ia akan kehilangan daya dan kekuatannya untuk melakukan gerakan, komitm komitmen en,, da dann tangg tanggun ungg jawab jawab,, serta serta kesad kesadara arann sosial sosial sehin sehingga gga ia tidak tidak member memberii kontri kontribu busi si ap apaa pu punn kepad kepadaa masyar masyaraka akat. t. Untuk mencapai tujuan menggerakkan masyarakat melalui ideologisasi Islam, Syari’ati menempuh beberapa langkah strategis. Syari’ati berupaya untuk melakukan redifinisi Islam dengan menyajikan tahapan-tahapan ideologi secara detail, berkenaan dengan cara memahami Tuhan, Tuhan, mengevaluasi segala sesuatu yang yang be berhu rhubu bunga ngann de deng ngan an ide-i ide-ide de yang yang membe membentu ntukk lingku lingkung ngan an sosial sosial da dann menta mentall kogni kognitif tif masya masyarak rakat, at, serta serta metod metodee atau atau usulan usulan-u -usul sulan an prakt praktis is un untuk tuk
status quo yang tidak mengubah status tidak memuaskan memuaskan kehendak kehendak masyaraka masyarakat. t.
supportFootnotes]-->[23] Pada Pada tahap tahap pertama, Syari’at Syari’atii meletakka meletakkann pandan pandangan gan dunia dunia tauhîd sebagai pandangan dasar. Pendangan ini menyatakan secara langsung bahwa kehidupan merupakan bentuk tunggal, organisme yang hidup dan sadar, memiliki kehen kehendak dak,, intele intelejen jen,, pe pera rasaa saann da dann tujua tujuan. n. Hal de demik mikia iann berbe berbeda da denga dengann pandangan dunia yang membagi kehidupan dalam kategori yang berpasangan: dunia dan alam kekal; fisik dan ghaib; substansi dan arti; rohani dan jasmani. tnotes]-->[24] Karena Karena itu diskrimina diskriminasi si manusia manusia atas dasar ras, kelas, darah, kekayaan, kekuatan dan lainnya tidak bisa dibiarkan, karena ia dianggap berlawanan dengan nilai-nilai Ketuhanan. Pada tahap kedua, adalah berkenaan dengan bagaimana memahami dan mengevaluasi mengevaluasi pemikiran dan segala sesuatu yang membentuk lingkungan sosial dan mental. Bagi Syari’ati, Islam adalah pandangan dunia yang bisa dipahami denga dengann mempe mempelaj lajari ari al-Qur’ al-Qur’an an sebag sebagai ai kumpu kumpulan lan ide-i ide-ide de da dann mempe mempela lajar jarii sejarah Islam sebagai ringkasan kemajuan yang pernah dialami dari permulaan misi Nabi sampai sampai pada pada dunia dunia kontempo kontemporer rer.. tnotes]-->[25] Dengan berpijak pada al-Qur’an, Syari’ati melihat keseluruhan sejarah sebag sebagai ai sebua sebuahh konfl konflik ik kekua kekuatan tan-ke -kekua kuatan tan,, semen sementar taraa itu manusi manusiaa sendir sendirii menjadi medan perang antara asal jasmaniahnya yang rendah dan semangat Ketuh Ketuhana ananny nnya. a. Dialek Dialektik tikaa sejar sejarah ah sepert sepertii ini sanga sangatt mudah mudah diide diidenti ntifik fikasi asi mem meminj injam kon konsep sep
dialekt lektik ikaa sej sejarah rah Marx Marxiis, mesk meskiipun tid tidak
seca secara ra
keseluruhan. s]-->[26] Meskipun Meskipun demikian demikian,, Syari’ati Syari’ati mengklai mengklaim m bahwa bahwa analisis analisisnya nya mengena mengenaii dialektik dialektikaa Qabil Qabil dan Habil Habil sebagai sebagai sebuah sebuah simbol simbol pertenta pertentangan ngan yang terus-me terus-meneru neruss adalah adalah pemikira pemikirann orisinil dalam konteks pemahaman Islam yang diambil dari intisari beberapa ayat dalam al-Qur’an.
Pada tahap berikutnya, diperlukan suatu ikhtiar bagaimana mencari dan menerapkan jalan yang praktis untuk menumbangkan status quo . Caranya ialah melengkapi masyarakat dengan tujuan dan cita-cita yang diinginkan, langkahlangka langkahh prakti praktiss be berda rdasar sarkan kan kondis kondisii masyara masyarakat kat,, serta serta up upaya aya mencip menciptak takan an peru pe ruba baha hann da dann kema kemaju juan an da dala lam m aksi aksi-a -aksi ksi revo revolu lusi sion oner er.. Ideo Ideolo logi gi ha haru russ mengejawantah sebagai suatu amanat yang sedang dihidupkan kembali untuk membangkitkan kaum yang menderita, bodoh dan lamban, agar bangun dan menegaskan hak-hak serta identitasnya. Keselu Keseluru ruhan han langka langkahh yang yang dikon dikonstr struks uksii Syari’ Syari’ati ati pa pada da intiny intinyaa akan akan mengerucut pada satu tujuan, yaitu pembaharuan Islam ) protestanism . To emancipate and guide the people, to give birth to a new love, faith, and dynamism, and to shed light on people’s hearts and minds and make make them aware of various various elemen elements ts of ignoran ignorance, ce, supers superstitio tition, n, cruelt cruelty y and and degen degenera eratio tion n in contem contempor porary ary Islami Islamic c socie societie ties, s, an enlightened person should start with “religion.” By that I mean our peculia peculiarr religiou religious s culture culture and not the one predomi predominan nantt today today. He should begin by an Islamic Protestantism Protestantism similar to that of Christianity in the Middle Ages, destroying all the degenerating factors which, in the name of Islam, have stymied and stupefied the process of thinking and the fate of the society, and giving birth to new thoughts and new movements. Unlike Christian Protestantism, which was empty-handed and and had had to justif justify y its liber liberati ation onist ist prese presenta ntatio tion n of Jesu Jesus, s, Islami Islamic c Protestantism has various sources and elements to draw from.
)Untuk membebaskan dan membimbing rakyat, untuk menciptakan cinta dan keyakinan baru, kedinamisan, dan memberi kesadaran baru ke dalam hati dan pikiran rakyat, serta mengingatkan mereka akan berbagai bahaya yang muncul akibat unsur kebodohan, ketahayulan, kejahatan dan kebobrokan di dalam masyarakat-masyarakat Islam kini, orang tercerahkan harus mulai dengan “agama” – maksud saya kebudayaan agama dan bukan salah satu budaya yang dominan
sekarang ini. Ini harus dimulai dengan semacam Protestantisme Islam )pemb )pembaha aharu ruan an Islam Islam yang yang mirip mirip de denga ngann Protes Protestan tantis tisme me Kriste Kristenn )pembaharuan menghancurkan
Kristen seluruh
pada faktor
Abad
Pertengahan,
perusak
yang,
yang dengan
mengatasnamakan Islam, telah menghalangi dan membius proses pemi pe miki kira rann-pe pemi miki kira rann da dann ge gera raka kann-ge gera raka kann ba baru ru.. Tidak idak sepe sepert rtii Prot Protes esta tant ntis isme me Kris Kriste ten, n, yang yang tak tak pun unya ya ap apaa-ap apaa da dann ha haru russ memb memben enaarkan kan
keh kehad adiiran ran
Yesu esus
seb sebaga gaii
pemb pe mbeb ebaas,
maka maka
Prote Protesta stanis nisme me Islam Islam mempu mempunya nyaii ba banyak nyak sumbe sumberr daya daya da dann unsur unsur yang dapat digunakannya. tnotes]-->[27] Gerakan Protestanisme Islam, menurut Syari’ati akan mengeluarkan mengeluarkan energi yang sanga sangatt be besar sar da dann memun memungki gkinka nkann seoran seorangg Muslim Muslim yang yang terce tercera rahka hkann un untu tuk: k: pertama ,
penyaring dan menyuling sumber-sumber daya masyarakat Islam dan
mengu menguba bahh pe penye nyebab bab kebob kebobrok rokan an da dann keman kemandek dekan an menjad menjadii kekua kekuatan tan da dann gerakan. Kedua, mengubah konflik antar kelas dan sosial yang ada menjadi kesadaran akan tanggung jawab sosial. Ketiga , menjembatani kesenjangan yang semakin lebar antara “pulau yang dihuni oleh orang yang tercerahkan” dengan “panta “pantaii rakya rakyatt kebany kebanyaka akan” n” de deng ngan an menjal menjalin in hu hubu bung ngan an kekelu kekeluarg argaan aan da dann pemahaman di antara mereka, dan dengan demikian menempatkan agama – yang datang untuk membangkitkan dan melahirkan gerakan – untuk kepentingan rakyat. Keempat , mencegah agar senjata agama tidak jatuh kepada mereka yang tidak patut memilikinya dan yang tujuannya adalah memanfaatkan agama untuk untuk tujuantujuan-tuju tujuan an pribadi, pribadi, yang dengan cara itu memperol memperoleh eh energi energi yang diperlukan untuk menggerakkan rakyat. Kelima ,
mengus mengusah ahaka akann suatu suatu keban kebangki gkitan tan kemba kembalili ag agama ama yang yang – de deng ngan an
kembali kepada agama yang hidup, dinamis, kuat dan adil – melumpuhkan agenagen reaksioner dalam masyarakat, sekaligus menyelamatkan rakyat dari unsurunsu un surr yang yang digu diguna naka kann un untu tukk memb membiu iuss mere mereka ka.. Keenam, menghila menghilangka ngkann seman semanga gatt pe penir niruan uan dan kepatu kepatuhan han yang yang merup merupaka akann ciri ciri ag agama ama biasa, biasa, da dann meng mengga gant ntin inya ya den enga gann sema semang ngat at pe pemi miki kira rann be beba bass ) ijtihâd yang kritis,
revolusioner, dan agresif. Semua ini dapat dicapai melalui gerakan pembaharuan agama yang akan menyaring dan menyuling cadangan energi yang sangat besar di dalam masyarakat, dan akan mencerahkan zaman itu serta membangunkan generasi masa kini. Karena alasan-alasan itulah, Syari’ati berharap, agar orang yang tercerahkan dapat berhasil mencapai kesadaran diri yang progresif. [28] [1] Azra, “Akar-Akar Ideologis…”, hlm. 70 [2] Nikki R Keddie, Root of Revolution: An Interpretative History of Modern Iran
(New Haven: Yale University Press, 1981), hlm.
217. [3] Azra, “Akar-Akar Ideologis…“, hlm. 70 [4] Lihat Ali Syari’ati, “Islamology”, dalam http://www.shariati.com , diakses tanggal 11 Maret 2006 [5] Ibid. [6] Ali Syari’ati, Syari’ati, Islam Madzab Pemikiran dan Aksi (Bandung: Mizan, 1982), hlm. 154-155
[7] Lihat Ali Syari’ati, Syari’ati, “And Once Again AbuDhar”,
dalam
http://www.iranchamber.com/personalities/ashariati/works/once_again_abu_dhar7.php , diakses tanggal 11 Maret 2006
]--> [8] Lihat Hasan Hanafi, Muqaddimah fî ‘Ilm al-Istighrâb (Kairo: Dâr al-Fanniyah, 1991), hlm. 17
]--> [9] Lihat Azra, “Akar-Akar Ideologis…“, hlm. 71; bandingkan dengan Bryan S. Turner, Runtuhnya Runtuhnya Universalita Universalitass Sosiologi Sosiologi Barat: Bongka Bongkarr Wacana acana Atas Atas Islam Islam Vis a Vis Barat, Barat, Orient Orientali alisme sme,, Postmo Postmodern dernism ismee dan Globalisme
(Yogyakarta (Yogyakarta:: Ar-Ruzz Press, 2002), hlm. 197. Hasan Hanafi mengemukakan
hal yang yang senada senada denga dengann Syari Syari’a ’ati ti bahwa bahwa sesung sesunggu guhny hnyaa tanta tantanga ngann terbes terbesar ar bagi bagi kelompok-kelompok umat sekarang adalah bagaimana mempertahankan identitas tanpa harus terjatuh dalam bahaya isolasi diri, dan bahaya menolak andil orang lain; serta bagaimana menghadapi menghadapi bahaya pembebekan buta ( taqlîd ). ). Lihat Hanafi, Muqaddimah…, hlm. 21 s]--> [10] Lihat Supriyadi, Sosialisme Islam…, hlm. 150 --> [11] Bandingkan apa yang telah didefinisikan oleh Syari’ati tentang ideologi dengan definisi yang diberikan oleh John B. Thompson yang yang meny menyata ataka kann bahwa bahwa ideolo ideologi gi adalah adalah “sist “sistem em berfik berfikir” ir”,, “sist “sistem em keper kepercay cayaan aan”, ”, “praktik-praktik simbolik” yang berhubungan dengan tindakan sosial politik. Lihat John B. Thompson, Analisis Ideologi: Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia, terj. Haqqul Yakin (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), hlm. 17
]--> [12] --> Lihat Lihat Ali Syari’a Syari’ati, ti, “Man and Islam”, Islam”, dalam http://www.shariati.com , diakses tanggal 11 Maret 2006 [13] Syari’ati, “Islamology”.
[14] Lihat Syari’ati, “Man and Islam” .
--> [15] -> Menurut Menurut analisa analisa Habermas, Habermas, ada tiga macam ilmu yang didorong seakan-akan dari dalam oleh tiga kepentingan dasar manusia: ilmu-i ilm u-ilmu lmu empiri empiris-a s-ana nalit litis is didor didorong ong oleh oleh kepe kepenti nting ngan an teknis teknis,, kepen kepentin tingan gan untuk untuk memanfaa memanfaatkan tkan apa yang yang diketahu diketahui,i, ilmu-ilmu ilmu-ilmu historis historis-her -hermen meneuti eutiss diarahka diarahkann oleh kepentingan “praksis” (dalam arti Aristoteles), kepentingan untuk memahami makna. IlmuIlmu-ilm ilmuu kritis kritis (filsa (filsafa fat,t, psik psikoan oanal alisa isa)) didor didorong ong oleh oleh kepen kepentin tinga gann mansi mansipat patori oris, s, kepent kepenting ingan an untuk untuk membeb membebas askan kan.. Lihat Lihat Franz Franz Magnis Magnis-Su -Susen seno, o, “75 Tahun ahun Jürg Jürgen en Hambermas”, dalam Basis, No. 11-12, Tahun ke-53, November-Desember 2004, hlm. 6 [16] Ali Syari’ati, Syari’ati, Tugas Cendekiawan Muslim, terj. Amien Rais (Jakarta: Srigunting, 2001), cet. II, hlm. 161 [17] Ibid., hlm. 163 ]--> [18] Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual: Suatu Wawasan Islam (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 81
[19] Prasetyo, Sosiologi Islam…, hlm. 153
Pemikiran [20] Ali Syari’ati, Islam Madzab Pemikiran dan Aksi, terj. Nasrullah dan Afif Muhammad (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 47 Ideologi Kaum Kaum Intele Intelektu ktual… al…,, --> [21] Syari’ati , Ideologi
hlm. 81 [22] Syari’ati, “Islamology”. Cendekiawan Muslim, Muslim, ]--> [23] Syari’ati, Tugas Cendekiawan
hlm. 160 [24] Syari’ati, On Sociology of Islam, hlm. 82 [25] Ibid., hlm. 83
> [26] --> Menuru Menurutt Marx, Marx, yang yang menen menentu tukan kan perubahan dan perkembangan masyarakat adalah pertentangan antara kelas-kelas sosial atau terjadinya kontradiksi dalam masyarakat, dan kelas-kelas sosial merupakan aktor sejarah utama. Jadi yang menentukan jalannya sejarah bukan individu-individu tertentu, melainka melainkann kelas-ke kelas-kelas las sosial sosial yang masing-m masing-masin asingg memperju memperjuangk angkan an kepentin kepentingann gannya. ya. Lihat Franz Franz Magnis-S Magnis-Susen useno, o, Pem Pemik ikir iran an Karl Karl Marx; Marx; Dari Dari Sosi Sosial alis isme me Utop Utopis is ke Perselisihan Revisionisme (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 125
[27] Ali Syari’ati, “Where shall we begin?”. [28] Ibid. No Comments yet... Ditulis dalam Pemikiran Islam Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 16, 2007
Pemiki Pem ikiran ran Sya Syari’ ri’ati ati 1
ISLAM AGAMA PEMBEBASAN: PANDANGAN ALI SYARI’ATI
Oleh: Anjar Nugroho
Pemaha Pemahama mann Islam Islam yang yang dita ditawa wark rkan an Ali Syar Syari’i’at atii berb berbed edaa deng dengan an pema pemaha hama mann maintreem saat itu. Islam yang dipahami banyak orang di masa Syari’ati adalah Islam
yang hanya sebatas agama ritual dan fiqh yang tidak menjangkau persoalan-persoalan politik dan sosial kemasyarakatan. Islam hanyalah sekumpulan dogma untuk mengatur bagaimana beribadah tetapi tidak menyentuh sama sekali cara yang paling efektif untuk menegakkan keadilan, strategi melawan kezaliman atau petunjuk untuk membela kaum tertindas )mustad’afîn s]--> [1] . Islam yang demikian itu dalam banyak kesempatan sangat menguntungkan pihak penguasa yang berbuat sewenang-wenang dan mengumbar ketidakadilan, karena ia bisa berlindung di balik dogma-dogma yang telah dibuat sedemikian rupa untuk melindungi kepentingannya. Dalam konteks situasi politik saat Syari’ati hidup, wacana Islam mainstreem itulah yang digunakan oleh sebagian besar ulama untuk mendukung kekuasaan rezim Syah. Ketika rezim Syah menindas rakyatnya, para ulama rezimis tersebut tidak mampu berbuat berbuat apa-ap apa-apaa untuk untuk kepent kepenting ingan an rakyat. rakyat. Justru Justru ulama ulama itu dipaks dipaksaa untuk untuk terusterusmenerus memberikan justifikasi keagamaan atas kebijakan-kebijakan Syah. Syari’ati mengana menganalog logkan kan Islam Islam yang yang demiki demikian an itu sebagai sebagai Islam Islam gaya gaya penguas penguasaa )Islam )Islamnya nya Usman, Khalîfah ketiga Islam. Sementara Islam otentik, sebagaimana yang dinyatakan Syari’ati, adalah Islamnya Abu Zar, sahabat Nabi sang pencetus pemikiran sosialistik Islam: Abu Dhar was watching these shameful scenes and because he could no longer bear it, could no longer remain silent, he rebelled, a manly and wonderful rebellion; an prising prising which caused caused rebellio rebellion n in all the Islamic lands against against ‘Uthman; ‘Uthman; an uprising from which the waves of enthusiasm can still be felt until the present day in the situations situations of human societies. Abu Abu Dhar was trying to develop the economic and political unity of Islam and the regime of ‘Uthman was reviving aristocracy. Abu Dhar believed Islam to be the refuge of the helpless, the oppressed and the humiliated people and ‘Uthman, the tool of capitalism, was the bastion to preserve
the interests of the usurers, the wealthy and the aristocrats . )Abu Zar menyaksikan
peristi peristiwa wa yang memalu memalukan kan ini dan karena karena tidak tidak bisa bisa lagi lagi meneri menerima ma hal itu itu, maka dia tidak lagi bisa diam, ia pun melawan, suatu perlawanan yang sangat bagus dan jantan; suatu perlawanan yang yang menyebabkan timbulnya perlawanan perlawanan di semu semuaa wilay wilayah ah Isla Islam m mela melawa wann keku kekuas asaa aann Usma Usman; n; suat suatuu perlaw perlawan anan an dari dari gelombang gairah Islam yang tetap dirasakan sampai zaman sekarang di dalam sejarah umat manusia. Abu Zar sedang berusaha untuk membangun kesatuan ekonom ekonomii dan politi politikk Islam Islam dan rejim rejim Usman Usman sedang sedang menghi menghidup dupkan kan kembali kembali aristoc aristocracy racy.. Abu Zar percay percayaa Islam Islam sebagai sebagai tempat tempat perlin perlindung dungan an orang orang yang yang membutuhkan pertolongan, si tertindas dan orang-orang yang terhina dan ‘Usman menjadi menjadikan kan Islam Islam sebagai sebagai alat alat kapita kapitalis lisme me yang yang berart berartii pula pula benten bentengg untuk untuk meme memelilihar haraa para para lint lintah ah darat darat,, oran orang-o g-ora rang ng kaya kaya dan dan kaum kaum ningr ningrat at. .[2] supportFootnotes]--> [2]
Islam, dalam pandangan Syari’ati bukanlah agama yang hanya memperhatikan aspek spiritual dan moral atau hanya sekadar hubungan antara hamba dengan Sang Khaliq )Hablu min Allah , tetapi lebih dari itu, Islam adalah sebuah ideologi emansipasi dan pembebasan: Adalah perlu menjelaskan tentang apa yang kita maksud dengan Islam. Dengann Dengannya ya kita kita maksud maksudkan kan Abu Zar; Zar; bukan bukan Islam Islamnya nya Khalîfah . Isla Islam m keadi keadila lann dan dan kepe kepemi mimp mpin inan an yang yang pant pantas as;; buka bukann Isla Islamny mnyaa peng pengua uasa sa,, aristo aristokra krasi si dan kelas kelas atas. atas. Islam Islam kebebas kebebasan, an, kemaju kemajuan an ) progress dan kesadaran; bukan Islam perbudakan, penawanan dan pasivitas. Islam kaum mujâhid ; bukan Islamnya kaum ulama. Islam kebajikan dan tanggungjawab
pribadi dan protes; bukan Islam yang menekankan dissimulasi ) taqiyeh keagamaan, wasilah ulama dan campur tangan Tuhan. Islam perjuangan untuk untuk keiman keimanan an dan pengeta pengetahua huann ilmiah ilmiah;; bukan bukan Islam Islam yang yang menyera menyerah, h, dogmati atis,
d an
imitasi
tidak
kritis
supportFootnotes]-->[3]
) taqlîd
kepada
ula ulama.
Selanjutnya, gambaran Islam pembebasan ditegaskan kembali oleh Syari’ati: Adalah tidak cukup dengan menyatakan kita harus kembali kepada Islam. Kita harus menspesifik menspesifikasi asi Islam mana yang kita maksudkan: maksudkan: Islam Abu Zar atau Islam Marwan )bin. Affan, sang penguasa. Keduanya disebut Islam, wala walaup upun un sebe sebena narny rnyaa terd terdapa apatt perbe perbeda daan an besar besar diant diantar araa kedu keduany anya. a. Satunya Satunya adalah adalah Islam Islam ke-khalîfah -an, -an, istana istana dan pengua penguasa. sa. Sedangk Sedangkan an lainnya adalah Islam rakyat, mereka yang dieksploitasi dan miskin. Lebih lanj lanjut ut,, tidak tidak cuku cukupp syah syah deng dengan an seka sekada darr berk berkat ata, a, bahw bahwaa oran orangg haru haruss mempuny mempunyai ai kepedul kepedulian ian )concern kepa kepada da kaum kaum misk miskin in dan dan tert tertin inda das. s. Khalîfah Khalîfah yang korup juga berkata berkata demikian. demikian. Islam yang benar lebih lebih dari sekeda sekedarr kepedu kepedulia lian. n. Islam Islam yang yang benar benar memeri memerinta ntahka hkann kaum kaum berima berimann berjuang untuk keadilan, persamaan dan penghapusan kemiskinan.[4]
Islam lam pemb pembeb ebas asan an adal adalah ah Islam slam yang ang diw diwaris ariska kann oleh oleh Imam mam Huse Husein in;; kesyahidannya di Karbala menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang tertindas untuk memelihara Islam yang otentik itu. Sehingga, Islam yang demikian adalah Islam Syi’ah awal, yakni Islam Syi’ah revolusioner yang dipersonifikasikan Abu Zar al-Ghifari dengan kepapaannya, dan Imam Husein dengan kesyahidannya. Keduanya merupakan simbol perju perjuan anga gann abadi abadi kete ketert rtin inda dasa sann mela melawa wann peng penguas uasaa yang yang zali zalim. m. Isla Islam m Syi’ Syi’ah ah revolusioner ini kemudian mengalami “penjinakan” di tangan kelas atas – penguasa politik dan ulama yang memberikan legitimasi atas “Islam” versi penguasa. Ulama, tuduh Syar Syari’i’at atii
deng dengan an mengg enggun unak akan an jarg jargon on Marx arxis, is,
telah elah menyu enyuna natt
Islam slam dan dan
melembagakannya sebagai “pemenang” ) pacifier pacifier bagi massa tertindas, sebagai dogma kaku dan teks skriptural yang mati. Ulama bergerak seolah-olah di dalam kevakuman, terpisah dari realitas sosial.[5] Kenyataan ini, menurut Syari’ati, misalnya, terlihat pada masa Safawi, dimana dinasti penguasa memasyarakatkan Syi’isme versi mereka sendiri yang sangat berbeda dengan Syi’ah Imam Ali dan Imam Husein. Syari’ati, menyebut jenis Syi’ah penguasa
sebagai “Syi’ah Hitam ) Black Shi’ism”, dan Syi’ah Imam Ali sebagai “Syi’ah Merah ) Red Shi’ism”, yakni Syi’ah kesyahidah )Shi’ism of martyrdom . Shi’ites take their slogans from the embodiment of the tribulations and hopes of the masses of the oppressed. Aware of the rulers, and in rebellion against them, they cry out: “Seek the leadership of Ali and flee from the leadership of crue cruelt lty y.
Choo Choose se
Imam Imamat ate e,
and and
stam stamp p
‘can ‘cance cell lled ed,’ ,’
‘dis ‘disbe beli lief ef’’
and and
‘disposs ‘dispossessi ession’ on’ upon the forehead forehead of the Caliphat Caliphate.Ch e.Choose oose justice, justice, and overthrow the system of paradox and discrimination in ownership. Choose the principle of being ready to protest against the existing conditions, where the ruli ruling ng gove govern rnme ment nt,, reli religi giou ous s lead leader ers s and and aris aristo tocr crac acy y try try to show show that that everything is in accordance with the Will of God, the Divine Law and the satisfaction of God and his creatures. Such things, to the ruling government, included their conquests, their plundering of mosques, associations, schools, gifts, trusts, and charities and the observance of religious ceremonies and practices…. And this is the last revolutionary wave of Alavite Shi’ism, Red Shi’ism, which continued for seven hundred years to be the flame of the spirit of revolution, the search for freedom, and justice, always inclining towards the common people and fighting relentlessly against oppression, ignorance and poverty. poverty. A century later came the Safavids, and Shi’ism left the great mosque of the common people to become a next-door neighbor to the Palace of ‘Ali Qapu Red
in
the
Shi’ism
changes
Royal to
Black
Mosque. Shi’ism!
The Religion of Martyrdom changes to The Religion of Mourning. )Syi’ah
mengambil semboyan mereka )Imam Ali, Hasan, Husein, dan Zaenab dari perwuju perwujudan dan harapan harapan keseng kesengsar saraan aan rakyat rakyat jelata jelata,, orang-o orang-oran rangg tertin tertindas das.. Sada Sadarr akan akan hadi hadirny rnyaa para para peng pengua uasa sa )zal )zalim im, , dan dan sela selalu lu memb member eron onta takk melaw melawan an mere mereka ka.. Mere Mereka ka menan menangi giss hist hister eris is dan dan beria beriakk : “Lih “Lihat atla lahh itu itu kepemimpinan Ali yang lari dari kepemimpinan yang kejam. Pilihlah imâmah )kep )kepem emim impi pina nan n,, pili pilihl hlah ah keadi keadila lan, n, dan dan roboh robohka kann sist sistem em para parado dokk dan dan disk diskri rimi minas nasii di dalam dalam kepe kepemi mililika kan. n. Pili Pilihk hkah ah prin prinsi sipp untuk untuk sela selalu lu siap siap memprotes memprotes atas kondisi sosial politik yang ada, di saat para penguasa, para ulama dan bangsawan mencoba untuk menunjukkan segala hal itu sebagai kehendak Tuhan, Hukum Tuhan. Kehendak itu mewujud dalam menaklukkan
mereka mereka,, meramp merampas as masjid masjid mereka mereka,, perkump perkumpulan ulan,, hadiah, hadiah, keperc kepercaya ayaan, an, derma derma dan ketaat ketaatan an dalam dalam menjal menjalank ankan an upacar upacaraa keagam keagamaan… aan… Dan ini adalah gelombang Syi’ah revolusioner, yakni Syi’ah Merah, yang selama tujuh ratus ratus tahun tahun menyala menyalakan kan ruh revolu revolusi, si, mencar mencarii kebebas kebebasan an dan keadil keadilan, an, berpihak kepada rakyat dan berani melawan berbagai tekanan, kemiskinan dan kebodohan. Satu abad kemudian datanglah Dinasti Safawi, dan Syi’ah telah telah )dipak )dipaksa sa mening meninggal galkan kan masjid masjid besar besar milik milik bersam bersamaa rakyat rakyat untuk untuk menjadi penghuni masjid istana raja. Syi’ah Merah berubah menjadi Syi’ah [6] supportFootnotes]--> [6]
Menurut pengamatan Syari’ati, selama 7 abad sampai masa Dinasti Safavi, Syi’is Syi’isme me )Alavi )Alavi merupa merupakan kan geraka gerakann revolu revolusio sioner ner dalam dalam sejara sejarah, h, yang yang menent menentang ang seluruh rezim otokratik yang mempunyai kesadaran kelas seperti Dinasti Ummayah, Abbasiyah, Ghaznawiyah, Saljuk, Mongol, dan lain-lain. Dengan legitimasi ulama rezimrezim ini menciptakan Islam Sunni versi mereka sendiri. Pada pihak lain, Islam Syi’ah Merah, seperti sebuah kelompok revolusioner, berjuang untuk membebaskan kaum yang tertindas dan pencari keadilan. Syari’ati melihat rezim dan lembaga keulamaan, yang bisa jadi terkadang ditungg ditunggang angii pihak pihak luar luar, sebagai sebagai manipu manipulat lator or masa masa lampau lampau Iran Iran dan arsite arsitekk yang yang menjadikan tradisi menjadi penjara. Rezim Syah Iran tidak membangkitkan agama, tetapi api
mempertahankan
kerajaan
yang
mandek,
sementara
para
u l am a
mempertahankan kemandekan Islam. Menurut Syari’ati, apa yang terjadi di Iran adalah, bahwa di satu sisi, para ulama yang menjadi pemimpin agama selama dua abad terakhir telah mentransformas mentransformasikanny ikannyaa menjadi menjadi bentuk agama yang kian mandek, mandek, sementara sementara di sisi sisi lain lain orangorang-ora orang ng yang yang tercer tercerahk ahkan an yang yang memaha memahami mi kekini kekinian an dan kebutu kebutuhan han generasi dan zaman, tidak memahami agama. Akhirnya, kata Syari’ati, “Islam sejati tet tetap
tak dik diketah etahui ui dan dan
ters ersembu embuny nyii
dala dalam m
relu relung ng-r -rel elun ungg
sejar ejarah ah””.
supportFootnotes]-->[7] Bagi Syari’ati, Islam sejati bersifat revolusioner, dan Syi’ah sejati adalah jenis khusus khusus Islam Islam revolu revolusio sioner ner..[8] Tetapi entah mengapa dalam perjalanan waktu kemudian Islam telah berubah menjadi seperangkap
doa-doa dan ritual yang tak bermakna sama sekali dalam kehidupan. Islam hanya sebatas agama yang mengurus bagaimana orang mati, tetapi tidak peduli bagaimana orang bisa survive dalam kehidupan di tengah gelombang diskriminasi, eksploitasi, dan aneka penindasan dari para penguasa zalim. Agama model seperti ini yang sangat disukai para penguasa untuk menjaga kekuasaannya tetap aman, tanpa ada gangguan dari orang-orang yang ingin mengamalkan Islam sejati. Gagasan Syari’ati tentang Islam revoluioner atau Islam pembebasan sejalan dengan gagasan tentang teologi pembebasan ) theolog theology y of liberatio liberation n yang banyak diusung oleh tokoh-tokoh revolusioner baik di Amerika Latin maupun Asia. Ide dasar pemikiran antara Syari’ati dengan para pengusung teologi pembebasan hampir sama, yakni ingin mendobrak kemapanan lembaga resmi keagamaan )ulama, gereja yang posisin posisinya ya selalu selalu berada berada pada pihak pihak kekuas kekuasaan, aan, dan berpali berpaling ng dari kenyat kenyataan aan ril umatnya yang selalu ditindas oleh kekuasaan itu. Mereka sama-sama memberontak dan tidak puas dengan seperangkat doktrin doktrin yang telah dibuat oleh ulama atau gereja untuk melindungi kepentingan kelas atas dan menindas kelas bawah. Islam revolusioner dan teologi pembebasan sama-sama berupaya untuk mengakhiri dominasi lembaga resmi agama agama dan mengem mengembali balikan kan hak menafs menafsirk irkan an agama agama itu kepada kepada rakyat, rakyat, sehing sehingga ga doktr doktrin in-d -dok oktr trin in yang yang terb terben entu tukk adal adalah ah ajar ajaran an agam agamaa seja sejatiti yang yang berp berpih ihak ak pada pada kepentingan rakyat. Sepert Sepertii yang yang pernah pernah dinyat dinyataka akann oleh Leonard Leonardoo Boff, Boff, Teologi eologi Pembeb Pembebasa asann adalah pantulan pemikiran, sekaligus cerminan dari keadaan nyata, suatu praksis yang sudah ada sebelumnya. Lebih tepatnya, masih menurut Boff, ini adalah pengungkapan atau pengabsahan suatu gerakan sosial yang amat luas, yang muncul pada tahun 1960an yang melibatkan sektor-sektor penting sistem sosial keagaman, seperti para elit keagamaan, gerakan orang awam, para buruh, serta kelompok-kelompok masyarakat yang berbasis keagamaan.[9] Teologi eologi Pembeba Pembebasan san adalah adalah produk produk kerohan kerohanian ian.. Dan harus harus diakui diakui,, dengan dengan menyert menyertaka akann di dalamny dalamnyaa suatu suatu doktri doktri keagam keagamaan aan yang yang benarbenar-bena benarr masuk masuk akal, akal, Teolo eologi gi Pemb Pembeb ebas asan an tela telahh memb member erik ikan an sumb sumban angs gsih ih yang yang amat amat besar besar terh terhada adapp perluas perluasan an dan penguat penguatan an geraka gerakan-ge n-gerak rakan an terseb tersebut. ut. Doktri Doktrinn masuk masuk akal akal itu telah telah membentuk suatu pergeseran radikal dari ajaran tradisional keagaman yang mapan. Beberapa diantara doktrin itu adalah ; 1. Gugatan moral dan sosial yang amat keras
terhadap ketergantungan kepada kapitalisme sebagai suatu sistem yang tidak adil dan menindas, 2 Penggunaan alat analisis Marxisme dalam rangka memahami sebabmusaba musababb kemisk kemiskinan inan,, 3 piliha pilihann khusus khusus pada pada kaum kaum miskin miskin dan keseti kesetiakaw akawana anann terhadap terhadap perjuangan perjuangan mereka menuntut kebebasan, 4 Suatu pembacan baru terhadap terhadap teks teks keagam keagamaan aan,, 5 Perlawa Perlawanan nan menent menentang ang pember pemberhal halaan aan sebagai sebagai musuh musuh utama utama agama 6 Kecaman Kecaman teradap teradap teologi teologi tradisional tradisional yang bermuka ganda sebagai sebagai hasil dari filsafat Yunani Platonis. Platonis.[10] Sejalan Sejalan dengan kerangka kerangka pikir gerakan teologi pembebasan yang diusung diusung oleh kalangan revolusioner di lingkungan agama Katholik, Islam revolusioner atau Islam pembebasan kurang lebih mempunyai kerangka pikir yang sama. Teologi pembebasan berbasis pada kesadaran rohani dan Islam pembebasan juga berbasis pada kesadaran Islam sejati atau otentik. Masing-masing mempunyai tujuan untuk menjadikan agama sebagai sarana untuk memperjuangkan tegaknya keadilan, meruntuhkan segala sistem despotik dan otoriter dan menjaga agar tidak ada penindasan di muka bumi ini. Sebagaimana yang telah terekam dalam sejarah Islam, bahwa kedatangan Islam adalah untuk merubah status quo serta mengentaskan kelompok yang tertindas dan eksp eksplo loititas asi;i; mere mereka ka inil inilah ah yang yang diseb disebut ut denga dengann kelo kelomp mpok ok masy masyar arak akat at lema lemah. h. Masyarakat yang sebagian anggotanya mengeksploitasi sebagian anggota yang lainnya yang lemah dan tertindas, tidak disebut sebagai masyarakat Islam ) Islamic society , , meskip meskipun un mereka mereka menjala menjalanka nkann rituali ritualitas tas Islam. Islam. Ajaran Ajaran Nabi Nabi menyat menyataka akann bahwa bahwa kemiskinan kemiskinan itu dekat dengan kekufuran, dan menyuruh menyuruh umatnya untuk berdoa kepada Allah agar dapat terhindar dari keduanya. Penghapusan kemiskinan merupakan syarat begi terciptanya masyarakat Islam. Dalam hadis lain Nabi menyatakan, bahwa sebuah negara dapat bertahan hidup walau di dalamnya ada kekufuran, namun tidak bisa bertaha bertahann jika jika di dalamn dalamnya ya terdap terdapat at dhulm )penindasan. Sayangnya, sebagaimana yang telah digelisahkan oleh Syari’ati, Islam yang bersifat revolusioner ini segera menjadi agama yang kental dengan status quo. Islam sarat dengan praktek feodalisme dan para ulama justru menyokong kemapanan yang sudah kuat itu. Mereka lebih banyak menulis buku tentang kaidah-kaidah ritual dan menghabiskan energinya untuk mengupas masalah-masalah furû’iyah dalam syari’at, dan sama sekali mengecilkan arti elan fital Islam dengan menciptakan menciptakan keadilan sosial
dan kepe kepedul dulia iann Isla Islam m yang yang akti aktiff terh terhad adap ap kelo kelomp mpok ok yang yang lema lemahh dan dan tert tertin inda dass )mustad’afîn . Mereka mengidentifikasi dirinya sebagai mustakbirîn )orang yang kuat dan sombong. Seperti yang telah disebut di muka, Syari’ati “menuduh” ulama sebagai sumber utama atas penyelewengan ajaran Islam yang bersifat revolusioner. Di tangan ulama, Islam telah menjadi agama “orang mati” yang tidak berdaya melawan “orang-orang yang sera seraka kah” h”.. Dala Dalam m kont kontek ekss Iran Iran,, ulam ulamaa tela telahh meru merubah bah Syi’ Syi’ah ah dari dari kepe keperc rcay ayaan aan revolusioner menjadi ideologi konservatif; menjadi agama negara ) din-i dewlati , , yang philanthropism , patern pali paling ng ting tinggi gi mene meneka kank nkan an sika sikapp kede kederm rmaw awan anan an ) philanthropism paternali alisme sme,,
pengeka pengekanga ngann diri diri secara secara sukare sukarela la dari dari kemewa kemewahan han.. Sedang Sedangkan kan pada pihak pihak lain, lain, demiki demikian an Syari’ Syari’ati ati mengga menggamba mbarka rkan, n, ulama ulama mempuny mempunyai ai hubunga hubungann organi organikk dengan dengan kemewa kemewahan han itu sendir sendirii melalu melaluii kelas kelas berhar berharta. ta. Karena Karena ulama ulama Syi’ah Syi’ah memper memperole olehh pemasuka dari Khams )sedekah dari sahm-i Imâm )bagian dari zakat, mereka tak terhindarkan lagi terkait kepada orang kaya, negara tuan tanah, dan pedagang bazaar. Sebagai respon terhadap orang yang mengklaim bahwa ulama Syi’ah lebih independen dibandingkan dibandingkan dengan ulama Sunni. Syari’ati Syari’ati berargumen berargumen bahwa hal itu mungkin mungkin benar pada masa sebelum Safavi, tetapi tidak demikian setelahnya. Syar Syari’a i’atiti lebi lebihh jauh jauh meni menila lai,i, hubun hubunga gann khus khusus us ulam ulamaa sema semaca cam m itu itu tela telahh menjadi menjadikan kan mereka mereka sebaga sebagaii instru instrumen men kelaskelas-kel kelas as berhart berharta. a. Lembaga Lembaga-le -lemba mbaga ga pendidikan Islam dibiayai kaum berharta untuk mencegah ulama berbicara tentang perlunya menyelamatkan kaum miskin. Sebaliknya, dengan menggunakan doktrin fikih tentang ekonomi, ulama berusaha mengabsahkan ekploitasi, yang menurutnya bahkan lebih ekploitatif ekploitatif dibandingkan dibandingkan dengan kapitalisme kapitalisme Amerika. Pada akhirnya, akhirnya, Islam telah menjadi khordeh-i burzhuazi )burjuasi asi kecil kecil.. Dan, Dan, kaum kaum mullah mullah telah telah melaku melakukan kan burzhuazi )burju perk perkaw awin inan an yang yang tida tidakk suci suci )unholy dengann pedag pedagan angg bazâr . Dala Dalam m unholy marriage marriage denga perkawi perkawinan nan ini, ini, mullah mullah mencip menciptak takan an agama agama bagi pedagan pedagang, g, sement sementara ara pedagan pedagangg membuat dunia lebih menyenangkan bagi mullah. mullah.[13] Tentu entu saja saja kritik kritik yang yang cukup cukup pedas pedas dari dari Syari’a Syari’atiti kepada kepada golong golongan an ulama ulama memb membua uatt para para ulam ulamaa menb menber erik ikan an reak reaksi si balik balik.. Muth Muthah ahar ari,i, sala salahh sora sorang ng ulam ulamaa terkemuka, memandang Syari’ati telah memperalat Islam untuk tujuan-tujuan politis dan
sosialnya. Lebih jauh Muthahari menilai, aktivisme politik protes Syari’ati menimbulkan tekana tekanann politis politis yang yang sulit sulit untuk untuk dipiku dipikull oleh sebuah sebuah lembag lembagaa keagam keagamaan aan sepert sepertii Hussainiyeh Ersyad dari rezim Syah. Syah .[14] Dan Memang, setelah Syari’ati banyak mengkritik lembaga ulama dan rezim, Hussainiyeh Ersyad Ersyad akhirn akhirnya ya ditut ditutup up paksa paksa oleh pasuka pasukann keaman keamanan. an. Selain Selain Muthah Muthahhar hari,i, masih masih banyak ulama sumber panutan ) marja’ taqlid seperti Ayâtullah Khû’i, Milani, Rûhani, dan Thabathâba’i yang juga turut mengecam suara-suara kritis Syari’ati. Bahkan mereka mengeluarkan fatwa yang melarang membeli, menjual, dan membaca tulisan-tulisan Syari’ati.[15] Setelah Setelah Syari’ Syari’ati ati mengkr mengkriti itikk ulama ulama yang yang dinilai dinilainya nya sebaga sebagaii akhund, [16] Syari’ati lantas menyampaikan tipikal ulama ideal. Menurutnya, ulama ideal, secara sederhana, adalah ulama aktivis, yang menggalang massa untuk melakukan gerakan protes. Sehingga dalam hal ini, ia menjadikan ayahnya sendiri dan Ayâtullah Muhammad Baqir Sadr )dihukum mati mati oleh pemerintah Republik Islam Iran tahun 1979 atau pemikir aktivis dari kalangan Sunni seperti al-Afghani sebagai sebagai idolany idolanya. a.[17] Khom Khomae aeni ni tent tentuu saja saja cocok cocok dengan dengan kerang kerangka ka Syari’a Syari’atiti mengena mengenaii ulama. ulama. Tetapi etapi Syari’ Syari’ati ati tidak tidak pernah pernah menyata menyatakan kan perasaa perasaanny nnyaa secara secara terbuk terbukaa tentan tentangg Khomae Khomaeni. ni. Inform Informasi asi yang yang ada nampa nampakn knya ya memb member erik ikan an indik indikas asii bahw bahwaa Syar Syari’i’at atii meng mengak akui ui Khom Khomaen aenii sebag sebagai ai pemimpin besar. Walaupun Ali Syari’ati tampak sebangun dengan Imam Khomeini dalam melihat realitas politik Iran dan bagaimana faham Syi’ah berhadap-hadapan dengan faham resmi resmi yang yang diba dibang nguh uh rezi rezim, m, akan akan teta tetapi pi ada ada satu satu hal hal yang yang memb membed edak akan an anta antara ra keduanya, yaitu pada persoalan siapa yang akan menjadi lokomotif pembaharu atau revolu revolusi. si. Khomei Khomeini ni cender cenderung ung menged mengedepan epankan kan peran peran ulama ulama formal formal )para )para mullah mullah sedangkan Syari’ati pada kekuatan kelompok rausanfikr . Kelompok rausanfikr adalah sekelompok orang yang melakukan pembaharuan di kalangan umat dengan menjadikan faham Islam sebagai basis epistemologi dan aksiologisnya. Islam yang demikian itu, kata Syari’ati, adalah “Islam protestan” yang bisa menjadi kekuatan sosio-kultural untuk meng menghi hila lang ngkkan abad abad kege kegela lapa pann duni duniaa Islam slam dan dan menci encipt ptak akan an suatu uatu abad abad renaisance.[18]
Pemikiran-pe Pemikiran-pemikir mikiran an Ali Syari’ati Syari’ati tentang tentang Islam secara konsisten konsisten berada dalam aras Islam progresif dan revolusioner. Corak Islam yang demikian itu berangkat dari faham bahwa dalam ajaran Islam, Tuhan telah menugaskan kepada manusia sebagai khalîfah -Nya di muka bumi. Khalîfah dalam hal ini adalah pemangku tugas pembaharu
dan selalu memimpin dunia dengan keadilan dan kearifannya. Jika ditemukan dalam penggalan sejarah manusia-manusia serakah yang aksinya menindas dan memperkosa hak-hak manusia lain, maka menjadi tugas khalîfah untuk menyingkirkan jenis manusia itu dari muka bumi. Khalîfah haruslah haruslah dalam posisi pro-aktif pro-aktif memperjuang memperjuangkan kan prinsipprinsipprinsip keadilan, bukan manusia pasrah yang selalu menerima nasib secara taken for granted . Demi Demiki kian anla lahh yang yang dapa dapatt dika dikate tego gori rika kann seba sebaga gaii ajar ajaran an Isla Islam m prog progre resi sif f
sebagaimana yang digagas oleh Ali Syari’ati. Kata kunci progresifitas Islam adalah peran aktif dalam sejarah kemanusiaan. Islam bukan agama pasrah yang hanya berfikir tentang kehidupan akherat dan tidak melibatkan diri dalam dinamika sejarah sosial-politik manusia. Bentuk ajaran agama yang demikian ini yang telah melahirkan banyak kritik dari Karl Marx, sang revolusioner yang telah dituduh anti agama. Agama pasrah ini adalah agama candu yang akan melanggengkan segala bentuk kesewenang-wenangan dan penindasan. Dalam posisi ini, kata Marx, mereka yang tertindas akan dihibur oleh ajaran yang mengatakan bahwa pend pender erititaa aann itu itu adal adalah ah taqd taqdir ir Tuhan uhan dan dan paha pahala la mere mereka ka adal adalah ah surg surgaa.[19] Dan Syari’ati sangat setuju dengan pandangan Marx Marx itu, itu, khusus khususnya nya dalam dalam aspek aspek bagaim bagaimana ana bentuk bentuk-ben -bentuk tuk peninda penindasan san itu tidak tidak dilanggengkan oleh ajaran agama. Jika ini yang terjadi, maka Syari’ati pun akan senada dengan Marx, bahwa agama adalah candu ) opium. Bagi Syari’ati, Islam harus diekspresikan dalam tindakan. Hal ini dimulai dari menghidupkan kembali realitas abadi yang dipelajari kaum Syi’ah untuk memahami hakekat kehidupan. Teladan Imam Husein di padang Karbala harus menjadi inspirasi bagi bagi semu semuaa umat umat yang yang tert tertin inda dass dan dan tera terasi singk ngkan an di duni duniaa ini. ini. Jika Jika kaum kaum Syi’ Syi’ah ah mengikuti teladan Imam Husein dan memimpin semua bangsa di Dunia Ketiga dalam kampanye melawan tirani, mereka dapat mendorong Imam yang selama ini gha’ib dapat hadir kembali. kembali.[20] Syi’ah, kata Syari’ati, harus dihidupkan kembali. Seperti telah dikemukakan di muka, Syi’ah Ali dan Husein yang asli telah dihapus oleh apa yang Syari’ati sebut
“Syi’ah Safavi”. Suatu keimanan yang aktif dan dinamis telah dirubah menjadi masalah pribadi yang pasif, padahal menghilangnya Imam Gha’ib berarti bahwa misi Nabi dan para Imam sebenarnya dilanjutkan oleh umat. Karena itu, masa kegha’iban adalah masa demokr demokrasi asi.. Orang Orang awam awam tidak tidak boleh boleh lagi lagi mengha menghamba mba kepada kepada para para mujtahîd dan dipaksa meniru )taqlîd perilaku keagamaan mereka, seperti yang dikehendaki oleh Syi’ah Safavi.Setiap Muslim harus tunduk kepada Tuhan semata, demikian penegasan Syari’ Syari’ati ati,, dan memper mempertan tanggun ggungjaw gjawabk abkan an kehidu kehidupan pannya nya sendir sendiri.i. Selain Selain ini adalah adalah menyimpang ang dari dari Islam, Islam, menguba mengubahh ketaat ketaatan an kepada kepada Tuhan Tuhan menjad menjadii musyrik dan menyimp ketaat ketaatan an tanpa tanpa jiwa jiwa kepada kepada peratu peraturan ran-pe -perat ratura uran. n. Rakyat Rakyat harus harus memilih memilih pemimpi pemimpinn mereka mereka sendiri sendiri;; mereka mereka harus harus dimint dimintai ai pendap pendapatny atnya, a, sesuai sesuai dengan dengan ajaran ajaran syûra. Kekuasaan ulama harus diakhiri, dan sebagai gantinya, kata Syari’ati, “kaum intelektual tercerahkan” )rausanfikr menjadi pemimpin umat yang baru. Untuk pernyataan yang terakhir inilah, Syari’ati berbeda pandangan seca secara ra mend mendas asar ar deng dengan an Imam Imam Khom Khomei eini ni dima dimana na Khom Khomei eini ni lebih lebih mene meneka kank nkan an kepemimpinan ideal ada di tangan ulama. Syari’ati berpendapat bahwa Islam lebih dinamis dari pada agama lainnya. Terminologi Islam memperlihatkan tujuan yang progresif. Di Barat, kata “politik” berasal polis” )kota, sebagai suatu unit administrasi yang statis, tetapi dari bahasa Yunani “ polis
padanan kata Islamnya adalah “ siyasah”, yang secara harfiyah berarti “menjinakkan seokor kuda liar,”, suatu proses yang amengandung makna perjuangan yang kuat untuk memunculkan kesempurnaan yang inheren.[22][22] -->
]--> [1] Dalam istilah al-Qur’an, istid’âf bukan berarti “kelemahan atau keputusasaan”. Itu merupakan kata jadian yang sama dengan istibdâd (despotisme), isti’mâr (kolonialisme), istismâr (eksplo (eksploitas itasi), i), dan seterusny seterusnya. a. Dalam Dalam kenyatan kenyatannya nya,, yang yang terakhir terakhir itu merupaka merupakann bentuk-b bentuk-bentu entuk k istid’âf (penindasan) yang telah terjadi di berbagai masa sejarah. Setiap kali rakyat dibiarkan
lemah secara ekonomis (eksploitasi), politis (despotisme), nasionalis (kolonialisme), dan kultur kultural al (pelu (pelumpu mpuha han), n), entah entah di dalam dalam satu satu bidang bidang ini atau atau gabun gabungan gan beber beberapa apa diantaranya, maka terjadilah istid’âf dan korban-korbannya dinamakan mustad’afîn (yang tertindas). Lihat Ali Syari’ati, What Is To Be Done: The Enlightened and Thinkers and Islamic Renaisance, terj. Farhang Rajaee (Houston: IRIS, 1986), hlm. 1-2
]--> [2] Ali Syari’ati, Syari’ati, “And Once Again Again Abu-Dhar”,
dalam
http://www.iranchamber.com/personalities/ashariati/works/once_again_abu_dhar7.php , diakses tanggal 22 Pebruari 2006 [3] Dikutip dari Azyumardi Azyumardi Azra, Azra, “Akar-Akar Ideologis Revolusi Iran: Filsafat Pergerakan Ali Syari’ati”, dalam Azyumardi Pergolakan Islam Politik; Politik; Dari Fundamentalis Fundamentalisme, me, Modernisme Modernisme Hingga PostAzra, Pergolakan Modernisme (Jakarta:
Paramadina, 1996), hlm.77
]--> [4] Dikut Dikutip ip dari dari Muhamm Muhammad ad Nafis, Nafis, “Dari Cengkeraman Penjara Ego Memburu Revolusi: Memahami “Kemelut” Tokoh Melawan Hegemoni Hegemoni Barat: Ali Syari’ati Syari’ati Pemberontak”, dalam M. Deden Ridwan (ed.), Melawan dalam Sorotan Cendekiawan Indonesia (Jakarta: Penerbit Lentera, 1999), hlm. 61
-> [5] -> Lihat Lihat Azra, Azra, “Akar “Akar-Ak -Akar ar Ideologis…”, Ideologis…”, hlm.77-78 ]--> [6] Ali Syari’ati, “Red Shi’ism (the reli religi gion on of mart martyr yrdo dom) m) vs. vs. Blac Blackk Shi’ Shi’is ism m (the (the reli religi gion on of mour mourni ning ng)” )”,, dala dalam m http://www.iranchamber.com/personalities/ashariati/works/red_black_shiism.php , diakses tanggal 20 Pebruari 2006 ]--> [7] Syari’ati, What Is to Be Done, hlm. 21
[8] Robert D. Lee, “Ali Shari’ati”, dalam Mencari Islam Autentik: Dari Nalar Puitis Iqbal, Hingga Nalar Kritis Arkoun, terj. Ahmad Baiquni (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 140
> [9] -> Michael Michael Lowy, Lowy,
Teologi
Pembebasan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 27
]--> [10] Wahono ahono Nitipraw Nitiprawiro, iro, Teologi Pembebasan: Pembebasan: Sejarah, Metode, Praksis, dan Isinya (Yogyakarta:
LkiS, 2000),
hlm. 23-25
[11] Asghar Ali Engineer, Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Pe mbebasan, terj. Agung Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet. III,
hlm. 7 -> [12] -> Lihat Lihat Azra, Azra, “Akar-A “Akar-Akar kar Ideologis…”, hlm. 79 [13] Ibid .,., hlm. 80 ]--> [14] -> Abdulazi Abdulazizz Sachedi Sachedina, na, “Ali Syari’ati: Ideologue of the Iranian Revolution”, dalam John L. Esposito (ed.), Voices of Resurgent Resurgent Islam
(New (New York, ork, Oxfor Oxford: d: Oxford Oxford Unive Universi rsity ty Press Press,, 1983 1983), ), hlm. hlm. 207; 207;
bandingkan dengan Shahrough Akhavi, “Shari’ati’s Social Thought”, dalam Nikki R. Keddie (ed.), Religion and Politics in Iran (New Haven: Yale University Press, 1983), hlm. 45 --> [15] --> Lihat Lihat Ali Rahnem Rahnema, a, “Ali “Ali Syari’ati: Guru, Penceramah, Pemberontak”, dalam Ali Rahnema (ed.), Para Perintis Zaman Baru Islam (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 234.
[16] Akhund adalah sebuah istilah pejoratif untuk menyebut ulama yang berpengetahuan dangkal. -> [17] -> Lihat Lihat Azra, Azra, “Akar-A “Akar-Akar kar Ideologis…,” hlm. 82
]--> [18] Lihat Mungol Buyat, “Islam in Pahlevi and Post-Pahlevi Iran; A Cultural Revolution?”, dalam John L. Esposito (ed.), Islam and Development (New
York: York: Syracuse University Press, 1980), hlm. 161
]--> [19] -> Lihat Lihat Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya,
terj. Ali Noerzaman
(Yogyakarta: CV. Qalam, 2004), hlm. 243 ]--> [20] Lihat Karen Armstrong, The Battle For God (New York: Alfred A. Knopf, 2000), hlm. 401-402
[21] Lihat Akhavi, “Shari’ati’s Social Thought”, hlm. 132 ]--> [22] Lihat Michael J. Fischer, Iran: From Religious Dispute to Revolution
(Cambridge, Mass, London: Cambridge University
Press, 1990), hlm. 154-155 2 Tanggapan Ditulis dalam Pemikiran Islam Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 14, 2007
Dakwa Da kwah h Kul Kultu tura rall
DAKWAH DAKWAH BERBASIS BERBASIS BUDAY BUDAYA LOKAL LOKAL : DAKWAH DAKWAH ALTERNA ALTERNATIF TIF UNTUK MEMBUMIKAN AJARAN ISLAM *) Oleh : Anjar Nugroho
Sebag Sebagai ai sebua sebuahh kenya kenyata tann sejar sejarah ah,, be begi gitu tu kata kata Kuntow Kuntowiji ijioyo oyo,, ag agama ama da dann kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dala da lamny mnyaa. Agam Agamaa meme memerl rluk ukan an sist sistem em simb simbol ol,, de deng ngan an kata kata lain lain ag agam amaa memerluka memerlukann kebudayaa kebudayaann agama. agama. Tetapi etapi keduanya keduanya perlu perlu dibedaka dibedakan. n. Agama Agama adalah adalah sesua sesuatu tu yang yang final, final, un unive iversa rsal,l, ab abadi adi )pare )parenn nnial ial da dann tidak tidak menge mengenal nal perubaha perubahann )absolu )absolut. t. Sedangka Sedangkann kebudaya kebudayaan an bersifat bersifat partikula partikularr, relatif relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama prib pribad adi,i, teta tetapi pi tanp tanpaa kebu kebuday dayaa aann ag agam amaa seba sebaga gaii kole kolekt ktiv ivititas as tida tidakk akan akan mendapat tempat. Islam yang hadir di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dengan tradisi atau atau bu buda daya ya Indo Indone nesi sia. a. Sama Sama sepe sepert rtii Isla Islam m di Arab Arab saud saudi,i, Arab Arabis isme me da dann Islami Islamisme sme be berg rgumu umull sedem sedemiki ikian an rupa rupa di kawasa kawasann Timur Timur Ten enga gahh sehing sehingga ga kadang-kadang orang sulit membedakan mana yang nilai Islam dan mana yang simbol budaya Arab. Nabi Muhammad saw, tentu saja dengan bimbingan Allah mawa yanth yanthiqu iqu ‘anil ‘anil hawa, hawa, in hua hua illa illa wahy wahyu u yuha yuha , dengan cukup cerdik )mawa
)fathanah mengetahui sosiologi masyarakat Arab pada saat itu. Sehingga beliau
dengan serta merta menggunakan tradisi-tradisi Arab untuk mengembangkan Islam. Sebagai salah satu contoh misalnya, ketika Nabi Saw hijrah ke Madinah, masya masyara raka katt Madi Madina nahh di sana sana meny menyam ambu butt de deng ngan an irin iringa gann ge gend ndan angg da dann tetabuhan sambil menyanyikan thala’al-badru alaina dan seterusnya. Interaksi Islam dengan budaya lokal
Berbeda dengan agama-agama agama-agama lain, Islam masuk Indonesia dengan cara begitu elastis. Baik itu yang berhubungan dengan pengenalan simbol-simbol Islami Islami )misalnya )misalnya bentuk bentuk bangun bangunan an peribad peribadatan atan atau ritus-rit ritus-ritus us keagamaa keagamaann )untuk memahami nilai-nilai Islam. Dapat kita lihat, masjid-masjid pertama yang dibangun di sini bentuknya menye menyeru rupai pai arsite arsitektu kturr lokallokal-war warisa isann da dari ri Hindu Hindu.. Sehin Sehingg ggaa jelas jelas Islam Islam lebih lebih toleran terhadap warna/corak budaya lokal. Tidak seperti, misalnya Budha yang masuk “membawa stupa”, atau bangunan gereja Kristen yang arsitekturnya ala Barat. Dengan demikian, Islam tidak memindahkan simbol-simbol budaya yang ada di Timur Tengah )Arab, tempat lahirnya agama Islam. Demikian pula untuk memahami nilai-nilai Islam. Para pendakwah Islam kita dulu, memang lebih luwes dan halus dalam menyampaikan ajaran Islam heterogen setting nilai budayanya. Mungkin kita masih kepada masyarakat yang heterogen
ingat para wali –yang di Jawa dikenal dengan sebutan Wali Songo. Mereka dapa da patt de deng ngan an muda mudahh mema memasu sukka kkann Isla Islam m kare karena na ag agam amaa ters terseb ebut ut tida tidakk dibawanya dalam bungkus Arab, melainkan dalam racikan dan kemasan bercita rasa Jawa. Artinya, masyarakat diberi “bingkisan” yang dibungkus budaya Jawa tetapi isinya Islam. Sunan Sunan Kalijaga Kalijaga misalnya, misalnya, ia banyak banyak mencipta menciptakan kan kidung-k kidung-kidun idungg Jawa bernafaskan Islam, misalnya Ilir-ilir, tandure wis semilir . Perimbangannya jelas menyangkut keefektifan memasukkan nilai-nilai Islam dengan harapan mendapat ruang ruang gerak gerak dakwah dakwah yang yang lebih lebih memadai. memadai. Meminjam Meminjam pendap pendapat at Mohammad Mohammad Sobary )1994: 32 dakwah Islam di Jawa masa lalu memang lebih banyak
ditekankan pada aspek esoteriknya, karena orang Jawa punya kecenderungan memasu memasukka kkann ha hal-h l-hal al ke da dalam lam ha hati. ti. Apa-ap Apa-apaa urusan urusan ha hati. ti. Dan ba banya nyakk ha hall dian diangg ggap ap seba sebaga gaii up upay ayaa pe peng ngha halu lusa sann rasa rasa da dann bu budi di.. Isla Islam m di masa masa lalu lalu cenderung sufistik sifatnya. Akan tetapi Kaitannya dengan ketegangan kreatif antara dakwah Islam deng de ngan an bud uday ayaa loka lokal,l, Amin Amin Abdu Abdullllah ah da dala lam m seb sebua uahh tuli tulisa sann di Suar Suaraa Muhammadiyah Muhammadiyah mengingatkan mengingatkan para pelaku dakwah sekarang ini )muballigh/da’i untuk pandai memilah-milah mana yang substansi agama dan mana yang hanya sekadar budaya lokal. Metode dakwah al-Qur’an yang sangat menekankan “ hikmah mah dan mau’i mau’idz dzah ah hasan hasanah ah ”
adalah adalah tegas-t tegas-tegas egas menekanka menekankann pentingny pentingnyaa
“dialo “dialogg intele intelektu ktual al”, ”, “dial “dialog og bu buday daya” a”,, “dialo “dialogg sosial sosial”” yang yang sejuk sejuk da dann ramah ramah terh terhad adap ap kult kultur ur da dann stru strukt ktur ur bu buda daya ya sete setemp mpat at.. Hal Hal de demk mkia iann menu menunt ntut ut ‘kesabaran’ yang prima serta membutuhkan waktu yang cukup lama, karena dakwah ujung-ujungnya ujung-ujungnya adalah merubah kebiasaan cara berfikir ) habits of mind masyarakat. Lalu akhir-akhir ini kita melihat, misalnya, teman-teman yang mempunyai orientasi keagamaan Syiah juga menggunakan sumber daya budaya. Penulis tidak tahu apakah Haddad Alwi itu mengikuti paham Syiah atau tidak, tapi kalau saya lihat lagu-lagunya )misalnya lagu ana madinatul ‘ilm, wa-aliyyu babuha sungguh luar biasa. Itu merupakan representasi dakwah Syiah yang memakai instrumen budaya dan hasilnya sangat efektif. Wujud dakwah dalam Islam yang demikian tentunya tidak lepas dari latar belakang kebudayaan itu sendiri. Untuk mengetahui latar belakang budaya, kita memerlukan sebuah teori budaya. Menurut Kuntowijoyo dalam magnum opus nya Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi , sebuah teori budaya akan
memberikan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan pertanyaan-pertanyaan berikut: Pertama, apa struktur dari budaya. Kedua,
atas dasar apa struktur itu dibangun. Ketiga, bagaimana struktur itu
mengala mengalami mi perubah perubahan. an. Keempat , ba baga gaim iman anaa mene menera rang ngka kann vari varias asii da dala lam m budaya.
Persoalan pertama dan kedua, akan memberikan penjelasan mengenai hubungan antar simbol dan mendasarinya. Paradigma positivisme –pandangan Marx di antaranya– melihat hubungan keduanya sebagai hubungan atas bawah yang ditentukan oleh kekuatan ekonomi, yakni modus produksi. Berb Berbed edaa de deng ngan an pa pand ndan anga gann Web eber er yang yang da dala lam m meto metodo dolo logi giny nyaa menggunakan verstehen atau menyatu rasa. Dari sini dapat dipahami makna subyektif subyektif dari dari perbuat perbuatan-p an-perbu erbuatan atan berdasar berdasarkan kan sudut sudut pandan pandangg pelakunya pelakunya.. Realitas ialah realitas untuk pelakunya, bukan pengamat. Hubungan kausal – fungsi fungsiona onall da dalam lam ilmu ilmu empiri empiris-p s-posi ositif tif–– diga diganti ntikan kan hu hubu bunga ngann makna makna da dalam lam mema memaha hami mi bu buda daya ya.. Sehi Sehing ngga ga da dala lam m bu buda daya ya tak tak akan akan dite ditemu muii usah usahaa merumuska merumuskann hukum-hu hukum-hukum kum )nomotetik , , tapi tapi ha hanya nya akan akan meluki melukiska skann ge geja jala la )ideografik . . Dengan demikian, mengikuti premis Weber di atas, dalam simbol-simbol budaya yang seharusnya dipahami atau ditangkap esensinya adalah makna yang tersirat. Dari sini lalu dapat dikatakan bahwa dalam satu makna )esensi, simbol boleh berbeda otoritas asal makna masih sama. Simbol Budaya dan Nilai Agama ruwahan, nyadran, nyadran, sekaten Demikian pula dengan ritus-ritus semacam ruwahan,
maupun tahlilan . Semu Semuaa pa pada da leve levell pe pena namp mpak akan anny nyaa ) appearence ad adal alah ah simbo simbo-si -simbo mboll pe peng ngung ungkap kapan an atas atas nila nilai-n i-nila ilaii yang yang diyaki diyakini ni sehing sehingga ga da dapat pat mengungkapkan makna ’subyektif’ )kata ini mesti diartikan sejauhmana tingkat religiusitas pemeluknya dari pelakunya. Tindakan Tindakan seperti ini ada yang menyebut sebagai sebagai syahadat syahadat yang yang tidak tidak diungkap diungkapkan, kan, tetapi tetapi dijalanka dijalankann dalam dalam dimensi dimensi transeden dan imanen. tradition n yang Denga Dengann kata kata lain lain high traditio yang berupa berupa nilai-ni nilai-nilai lai yang sifatnya sifatnya
abstrak, jika ingin ditampakkan, perlu dikongkretkan dalam bentuk low tradition yang niscaya merupakan hasil pergumulan dengan tradisi yang ada. Dalam tradisi tahlilan misalnya, high tradition yang diusung adalah taqarrub ilallah , dan
itu diapre diapresia siasik sikan an da dala lam m sebuah sebuah bentu bentukk dzikir dzikir kolekt kolektifif yang yang da dalam lam tahlil tahlilan an kentar kentaraa sekali sekali warna warna tradis tradisii jawais jawaismen menya ya.. La Lalu lu muncul muncul simbol simbol kebud kebudaya ayann bernama tahlilan yang didalamnya melekat nilai ajaran Islam. Dan Kuntowijiyo merekomendasikan kepada umat Islam untuk berkreasi lebih banyak dalam hal demikian, karena akan lebih mendorong gairah masyarakat banyak menikmati agamanya. Hany Hanyaa saja saja yan anag ag pe perl rluu diko dikore reks ksii ada dala lahh ba bahw hwaa simb simbol ol-s -sim imbo boll )pengungkapan tadi pada dasarnya adalah kata benda. Sedangkan menurut logika berpikir, kata benda atau simbol-simbol tadi yang sering diperdebatkan untuk kemungkinan disalahkan atau dibenarkan. Perdebatan simbol itu akan menggiring kita untuk kemudian memitoskan sesuatu. Deng Dengan an kata kata lain lain,, yan angg bisa bisa dibe dibena nark rkan an atau atau disal isalah ahka kann ad adal alah ah pernya pernyata taan an yang yang menye menyerta rtaii )kata )kata benda benda tadi. tadi. Pende Pendekk kata, kata, nyadran yang bagaimana? Ruwahan yang bagaima bagaimana? na? Sebab Sebab ritus-rit ritus-ritus us tersebu tersebut, t, sebagai sebagai suatu simbol simbol )pengun )pengungkap gkapan an dapat dapat direkayas direkayasaa oleh pernyat pernyataan aan-per -pernyata nyataan an yang yang meny menyer erta tainy inya. a. Nah, Nah, kita kita da dapa patt meni menila lain inya ya )ben )benar ar atau atau sala salah h da dari ri pernyataan itu, bukan simbolnya. Memang itu tugas besar bagi pemikir maupun tokoh-tokoh Islam kita sekarang. Orang zaman dahulu menciptakan simbol agar perasa perasaan an kita kita tajam tajam.. Namun Namun ap apaa yang yang terja terjadi di sekar sekarang ang?? Karen Karenaa pe peng ngaru aruhh pemikiran Barat )baca: positivisme kita menangkap semua itu dengan visi dan paradigma positivisme. Sehingga makna yang tersembul dalam ritus-ritus itu dipahami dengan kacamata fiqih ansich . Artinya, simbol-simbol budaya yang hanya menjelaskan gejala, sering dihakimi supaya dapat menentukan hukumhukum halal haram. Jadi sedikit banyak jelas kurang tumbuh. Namun justru dari sinilah ummat ditantang untuk terus meningkatkan daya furqani .
Dan runcingnya daya furqani itu ha hanya nya da dapa patt dicap dicapai ai oleh oleh –sepe –seperti rti
diungkap Damarjati Supadjar– orang yang mampu pubadiri atau megat-ruh .
1 Tanggapan Ditulis dalam Islam dan Budaya Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 14, 2007
Islam Isla m Libe Liberal ral di Muha Muhamma mmadiya diyah h “ISLAM LIBERAL” DI MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH ?
Oleh : Anjar Nugroho
Ungk Ungkap apan an “Isl “Islaam Libe Libera ral” l” mung mungki kinn terd terden enga garr kont kontra radi diks ksii dalam alam peri pe rist stililah ahan an
radict iction ion ) contrad
in
terms rms .
Selama
berabad-abad,
Barat
mengidentifikasikan Islam dengan unsur-unsurnya yang eksotik. Kepercayaan Islam disamakan dengan fanatisme, sebagaimana diungkapkan Voltaire dalam tulisannya, “Mahomet, or Fanatism “. Islam juga disamakan dengan kezaliman, seperti diungkapkan Mountesqieu sebagai “Kezaliman Timur”, atau definisi yang diberikan Francis Bacon “Sebuah kerajaan yang sama sekali tidak memiliki nila nilaii-ni nila laii
sopa sopann-sa sant ntun un
(kea (keada daba ban) n),,
sebu sebuah ah
tira tirani ni
abso absolu lutt
dan dan
murn murni; i;
sebagaimana terjadi di Turki.”
Tema-tema di atas berlanjut hingga hari ini, sebagaimana persepsi Barat tentang Islam yang diidentifikasikan sebagai imaginasi-imaginasi terorisme, dan gamba ga mbara rann teokra teokrasi si yang yang menaku menakutka tkan. n. Revolu Revolusi si Iran Iran pa pada da tahun tahun 19 1979 79 da dann kebangkitan radikalisme Islam dari Afrika Barat hingga Asia Tenggara menambah kesan adanya perang dingin yang terlihat. Apalagi pasca tragedi WTC yang
dalang dan pelakunya diduga oleh Barat adalah kelompok radikal Islam )baca : al-Qaeda. Juga dalam dunia akademik, umat Islam dianggap mencurahkan perhatian kepada pemahaman keagamaan yang radikal. Hal itu terlihat pada karya-karya akademik dengan judul yang meresahkan, seperti; Islam Radikal )Radical Islam , Islam Militan ) Militant Islam, dan Jihad ) Sacred Rage . Memang sebagian Muslim sepakat dengan para orientalis Barat bahwa Islam belum diberi kesempatan untuk berubah. Itulah yang menyebabkan umat Islam dihadapkan pada sebuah tantangan untuk memberikan tafsir kontekstual terha terhada dapp be berba rbagai gai pe perso rsoala alan. n. Namun Namun,, wacan wacanaa tafsi tafsirr kontek kontekstu stual al itu masih masih menjadi perdebatan yang seru dikalangan umat Islam. Seorang Muslim Pakistan, “Orang ng yang yang berp berpik ikir ir tent tentan ang g refo reform rmas asii atau atau misaln misalnya ya,, pe pern rnah ah menuli menulis: s: “Ora modernisasi Islam adalah salah jalan, dan usaha mereka yang berpikir tentang reformasi atau modernisasi Islam itu pasti akan gagal … Mengapa Islam harus dimodern dimodernkan? kan? Bukanka Bukankah h kemoder kemodernan nan Islam Islam telah telah selesai selesai,, murni murni sempurn sempurna, a, universal, serta berlaku setiap waktu?”
Islam Liberal memang tampak sangat kontroversial. Karena membahas mengenai gagasan-gagasan Islam yang paling liberal dalam pemikiran Dunia Islam Islam dewasa dewasa ini. ini. Apalag Apalagii sering sering dikon dikonot otasi asikan kan de deng ngan an Barat, Barat, sekula sekularr da dann dipengaruhi cara pandang orientalisme. Dengan demikian mudah mendatangkan kecurigaa kecurigaan, n, jenis jenis pemikira pemikirann ini bisa berakiba berakibatt buruk buruk terhada terhadapp kelangsu kelangsungan ngan otentisitas ajaran Islam. Sebe Sebena narn rnya ya trad tradis isi– i–ya yang ng dise disebu butt seba sebaga gaii Isla Islam m Libe Libera rall ini ini sang sangat at menggugah, karena mentradisikan pemikiran Islam yang terbuka, inklusif dan menerima usaha-usaha ijtihad kontekstual. kontekstual. Charles Kurzman , di dalam bukunya Liberal Liberal Islam, Islam, A Sourceb Sourcebook ook ,
menyeb menyebut ut en enam am ga gaga gasan san yang yang da dapa patt dipaka dipakaii
sebagai tolok ukur sebuah pemikiran Islam dapat disebut “Liberal” yaitu: )1. melawa melawann teokra teokrasi, si, yaitu yaitu ide-i ide-ide de yang yang he henda ndakk mendir mendirika ikann ne nega gara ra Islam; Islam; )2. )2. mend menduk ukun ungg ga gaga gasa sann de demo mokr kras asi;i; )3. )3. memb membel elaa ha hakk-ha hakk pe pere remp mpua uan; n; )4 )4 membela hak-hak non-Muslim; )5 membela kebebasan berpikir; )6 membela
gagasan kemajuan. Siapapun saja, menurut Kurzman, yang membela salah satu dari enam gagasan di atas, maka ia adalah seorang Islam Liberal. Istilah Islam Liberal yang digunakan Charles kurzman jauh dari makna penyimpangan secara radikal terhadap otentisitas ajaran Islam. Ia menggunakan secara “netral” – hanya – sebagai sebagai instrumen instrumen untuk menunjuk menunjukkan kan ada sekelomp sekelompok ok intelekt intelektual ual Muslim Muslim yang berus berusah ahaa mengem mengemba bang ngkan kan gagas gagasan an ke-Isl ke-Islama amann yang yang bersif bersifat at toler toleran an,, terbuk terbukaa dan dan berke berkemaj majuan uan dalam dalam mengha menghada dapi pi persoa persoalan lan-pe -perso rsoala alann global global sepe seperti rti demokr demokrasi asi,, pluralisme, kesetaraan gender, dan modernisasi.
Samp Sampai ai di sini sini,, mena menari rikk seka sekalili un untu tukk memp memper erha hatitika kann po poko kokk-po poko kokk gagasan Islam Liberal, yang pada akhirnya nanti dikritik secara keras oleh kaum konservat konservatifif Islam, Islam, khususnya khususnya dalam dalam pandang pandanganan-pand pandanga angann mereka mereka perihal: perihal: Pertama ,
keyakinan akan perlunya sebuah filsafat dialektis; kedua, keyakinan
akan adanya aspek historisisme dalam kehidupan sosial keagamaan; ketiga , pentin pentingny gnyaa secar secaraa kontin kontinuu un untu tukk membu membuka ka kemba kembalili pintu pintu ijtiha ijtihadd yang yang du dulu lu sempat tertutup atau justru ditutup oleh fatwa ulama; keempat , penggunaan argumen-argumen argumen-argumen rasional untuk iman; kelima, perlunya pembaruan pembaruan pendidikan; pendidikan; dan keenam, menaruh simpati dan hormat terhadap hak-hak perempuan, dan non-Muslim. Sebenarnya, Sebenarnya, latar belakang pemikiran liberal Islam mempunyai akar yang jauh sampai di masa keemasan Islam ) the golden age of Islam . Teologi rasional Islam yang dikembangkan oleh Mu’tazilah dan para filsuf, seperti al-Kindi, alFarabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dan sebagainya, selalu dianggap telah mampu menjadi perintis perkembangan kebudayaan modern dewasa ini. Sebut saja sosok seperti Ibn Sina dan Ibn-Rusyd, yang dikenal bukan saja sebagai filsuf besar, tetapi juga dokter yang meninggalkan warisan khazanah keilmuan yang luar biasa, yakni al-Qanun fi al-Thibb )The Canon dan al-Kulliyat , yang masih dipelajari di Eropa sebagai ensiklopedi sampai abad ke-17.
Pemikiran liberal Islam yang memberi bobot besar terhadap penafsiran baru ajaran Islam dewasa ini, sebenarnya memang mempunyai genealogi pemikiran jauh ke belakang, hingga Ibn Taymiyah (1963-1328) yang menghadapi problem adanya dua sistem pemerintahan, yaitu kekhalifahan yang ideal–yang pada masanya sudah tidak ada lagi–dan pemerintahan “sekular” yang diperintah oleh sultan Mamluk, di mana Ibn Taimiyah juga menjadi pegawainya. Dia juga berhadapan dengan adanya dua sistem hukum, hukum, yaitu yaitu syari’ syari’ah ah (huku (hukum m agama agama), ), dan hukum hukum yang yang diter diterap apkan kan pemer pemerint intah ahan an Mamluk ( political political expediency, natural equity ). Menghadapi masalah tersebut, Ibn Taymiyah melakukan refleksi mendalam terhadap keselu keseluruh ruhan an tradi tradisi si Islam Islam dan situa situasi si baru baru yang yang dihada dihadapin pinya ya.. Dalam Dalam keteg ketegang angan an-ketegangan pilihan ini, Ibn Taymiyah menyarankan suatu “jalan tengah”, yaitu suatu sikap sikap modera moderat.t. Untuk Untuk itu, itu, perlu perlu dilaku dilakuka kann ijtiha ijtihadd (beran (beranii berpik berpikir ir sendi sendiri ri secar secaraa intelektual) pada situasi yang berubah. Suatu ijma’ (konsensus) hanya ada dan terjadi pada masa sahabat–oleh karena kesetiaan mereka kepada apa yang dikatakannya dan diperbuatnya, tapi tidak berlaku lagi bagi ahli hukum setelah itu. Dari sudut isi, pemikiran ijtihad Ibn Taymiyah Taymiyah ini sudah merintis suatu metodologi penafsiran teks dan ijtihad atas masalahmasalah-masa masalah lah sosial-p sosial-polit olitik, ik, yang yang kelak kelak menjadi menjadi inspirat inspirator or,, terutama terutama kalangan kalangan liberalis, juga revivalis dan neo-fundamentalis. Lalu, apakah wacana Islam Liberal bisa dikembangkan di Muhammadiyah? Dalam pandangan penulis, wacana yang ditawarkan Islam Liberal dapat ditarik signifikansinya dalam dalam mengemba mengembangka ngkann tradisi tradisi pemikira pemikirann yang yang produkti produktif, f, kritis, kritis, dan konstruk konstruktif tif di kalangan kalangan Muhamadi Muhamadiyah yah.. Harus Harus jujur jujur diakui, diakui, meski meski telah telah memprokl memproklamir amirkan kan sebagai sebagai geraka gerakann moder modernis nis-su -subs bstan tansia sialis lis di Indon Indonesi esia, a, tetap tetapii masih masih tampa tampakk kega kegagap gapan an dan dan kegamangan kegamangan Muhammadiyah Muhammadiyah dalam mengaitkan mengaitkan doktrin agama dengan persoalan publik. Seperti Seperti tampak tampak secara secara jelas jelas (sering) (sering) keterlam keterlambata batanny nnyaa dalam dalam merespon merespon persoala persoalann perso persoala alann polit politik, ik, sosia sosial,l, dan dan buday budayaa yang yang berke berkemba mbang ng begit begituu cepat. cepat. Bahkan Bahkan ada kecen kecende derun rungan gan Angka Angkatan tan Muda Muda Muhamm Muhammadi adiya yahh tengah tengah mengem mengemba bangk ngkan an wacana wacana intelaktual “formalisme Islam” (Muthohharun Jinnan, Kompas 29 Juni 2001), yang salaf”, dan gerakan jilbabisasi yang marak di kampustampak seperti gerakan “back to salaf”,
kampus Muhammadiyah.
Kecende Kecenderung rungan an konserv konservatism atismee dalam dalam alam pikiran pikiran Muhammad Muhammadiya iyahh disebabk disebabkan an oleh beberapa faktor. faktor. Pertama, keterj keterjeba ebaka kann Muhamm Muhammad adiy iyah ah terha terhada dapp aktiv aktivism ismee yang yang cenderun cenderungg memperlu memperluas as demograf demografii dan keanggo keanggotaan taan (Kuntowij (Kuntowijoyo,1 oyo,1998 998). ). Aktivism Aktivismee tersebut mengakibatkan mengakibatkan para aktivis Muhammadiyah Muhammadiyah terlalu bersifat politis-idiologis politis-idiologis dan apologis ketimbang berfikir secara reflektif-kontemplatif dan folosofis. Kedua peran Majlis Majlis Tarjih arjih sebagai sebagai thik-thank Muhamma Muhammadiya diyahh terlalu terlalu bersifat bersifat fiqh-oriented dan tekstual normatif. Kecenderungan ini telah menafikan konteks perkembangan jaman dan perubahan sosial yang menghajatkan suatu pola pemikiran keislaman yang asumtiftruth claim claim dari probabilistik-pluralis. Ketiga, di tingka tingkatt aplik aplikasi asi prakt praktis, is, muncu muncull truth
pensakr pensakralan alan produk-p produk-produ rodukk Majlis Majlis Tarjih arjih seperti seperti Himpunan Himpunan Putusan Putusan Tarjih arjih (HPT) (HPT) terhadap masalah-masalah muamalah. Keempat , belum meluasnya tradisi berfikir empirik di kalangan para anggota Majlis Tarjih (Azhar, 2000) Karen Karenaa itu, itu, Islam Islam Libera Liberall patut patut dipert dipertimb imban angka gkann sebag sebagai ai acua acuann parad paradigm igmaa dalam dalam mengembangkan pemikiran keislaman secara utuh dan mendalam di Muhammadiyah. Wallahu a’lam
4 Tanggapan Ditulis dalam Pemikiran Muhammadiyah Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 14, 2007
Islam Isla m dan Kebu Kebudaya dayaan an Lok Lokal al GAGASAN PRIBUMISASI ISLAM :
MERETAS KETEGANGAN ISLAM DENGAN KEBUDAYAAN LOKAL
Oleh : Anjar Nugroho ABSTRAK
Tulis ulisan an ini ini me mengk ngkaj ajii dial dialekt ektik ika a anta antara ra agam agama a dan kebud kebuday ayaan aan.. Agam Agama a memberikan warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan memberi kekayaan terhada terhadap p agama. agama. Namum Namum terkad terkadang ang dialek dialektik tika a antara antara agama agama dan seni tradis tradisii atau atau budaya lokal ini berubah menjadi ketegangan. Karena seni tradisi, budaya lokal, atau adat istiadat sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai ajaran Ilahiyat yang bersifat absolut. Untuk itu perlu adanya gagasan pribumisasi Islam, karena pribumisasi Islam itu menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya. Secara lebih luas, dialektika agama dan budaya lokal atau seni tradisi tersebut dapat dapat diliha dilihatt dalam dalam perspekt perspektif if sejarah sejarah agama-ag agama-agama ama besar besar dunia: dunia: Kriste Kristen, n, Hindu, Hindu, termasuk Islam, karena dalam penyebarannya selalu berhadapan dengan keragaman budaya budaya loka lokall sete setemp mpat at,, strat strategi egi dakwa dakwah h yang yang digu digunak nakan annya nya seri seringk ngkal alii denga dengan n mengakomodasi budaya lokal tersebut dan kemudian memberikan spirit keagamaannya. Pendahuluan
Seba Sebaga gaii sebu sebuah ah keny kenyat atan an seja sejara rah, h, agam agamaa dan dan kebu kebuda dayyaan aan dapa dapatt sali saling ng mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, denga dengann kata kata lain lain agama agama memerl memerluk ukan an kebud kebuday ayaan aan agama. agama. Tetapi etapi kedu keduany anyaa perlu perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi ( parennial ) dan tidak
mengenal perubahan ( absolut ). ). Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat [1] [1] . Interaksi antara agama dan kebudayaan itu dapat terjadi dengan, pertama agama mempernga memperngaruhi ruhi kebuday kebudayaan aan dalam dalam pembentu pembentukann kannya, ya, nilainy nilainyaa adalah adalah agama, agama, tetapi tetapi simbolny simbolnyaa adalah adalah kebuday kebudayaan. aan. Contohny Contohnyaa adalah adalah bagaiman bagaimanaa shalat shalat mempenga mempengaruhi ruhi bangunan. Kedua, agama dapat mempengaruhi simbol agama. Dalam hal ini kebudayaan Indonesia mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang berasal dari padepokan dan hajar. Dan ketiga, kebudayaan dapat menggantikan sitemnilai dan simbol agama [2] !supportFootnotes]--> [2] . Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan, yaitu, keduanya adalah sitem nilai dan sistem simbol dan keduanya mudah sekali terancam setiap kali ada perubahan. Agama, dalam perspektif ilmu-ilmu sosial adalah sebuah sistem nilai yang memuat sejumlah konsepsi mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata normatif dan tata sosial serta memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar. Sementara Sementara seni tradisi tradisi merupaka merupakann ekspresi ekspresi cipta, cipta, karya, karya, dan karsa karsa manusia manusia (dalam (dalam masyarak masyarakat at tertent tertentu) u) yang berisi berisi nilai-ni nilai-nilai lai dan pesan-pe pesan-pesan san religius religiusitas itas,, wawasan wawasan filosofis dan kearifan lokal ( local wisdom). Baik agama maupun kebudayaan, sama-sama memberikan wawasan dan cara pan panda dang ng dala dalam m mens mensik ikap apii kehi kehidu dupa pann agar agar sesu sesuai ai deng dengan an kehe kehend ndak ak Tuhan uhan dan dan keman kemanusi usiaan aanny nya. a. Misaln Misalnya ya,, dalam dalam menya menyambu mbutt anak anak yang yang baru baru lahir lahir,, bila bila agama agama memberika memberikann wawasan wawasan untuk untuk melaksan melaksanaka akann aqiqah untuk penebusan ( rahinah) anak tersebut, sementara kebudayaan yang dikemas dalam marhabaan dan bacaan barjanji memberikan wawasan dan cara pandang lain, tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu mendo”akan kesalehan anak yang baru lahir agar sesuai dengan harapan ketuhanan dan kemanusiaan. Demikian juga dalam upacara tahlilan, baik agama maupun budaya lokal dalam dalam tahli tahlilan lan samasama-sam samaa saling saling member memberika ikann wawas wawasan an dan dan cara cara panda pandang ng dalam dalam menyikapi orang yang meninggal [3] [3] .
Oleh Oleh karen karenaa itu, itu, biasan biasanya ya terjad terjadii diale dialekti ktika ka antar antaraa agama agama dan dan kebud kebuday ayaan aan tersebut. Agama memberikan warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan memberi kekayaan terhadap agama. Namum terkadang dialektika antara agama dan seni tradisi atau budaya lokal ini berubah menjadi ketegangan. Karena seni tradisi, budaya lokal, atau adat istiadat sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai ajaran Ilahiyat yang bersifat absolut. Epistemologi Pribumisasi Islam
Gagasan Gagasan pribumisa pribumisasi si Islam, Islam, secara secara geneolog geneologis is dilontar dilontarkan kan pertama pertama kali oleh Abdur Abdurrah rahman man Wahid ahid pada pada tahun tahun 1980 1980-an -an.. Dalam Dalam ‘Prib ‘Pribum umisa isasi si Islam’ Islam’ terg tergamb ambar ar bagaimana Islam sebagai ajaran yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masingmasing. Sehingga, tidak ada lagi pemurnian Islam atau proses menyamakan dengan praktik keagamaan masyarakat muslim di Timur Tengah. Bukankah Arabisasi atau proses mengidentifikasi diri dengan budaya Timur Tengah berarti tercabutnya kita dari akar budaya kita sendiri? Dalam hal ini, pribumisasi bukan upaya menghindarkan timbulnya perlawanan dari kekuatan budaya-budaya setempat, akan tetapi justru agar budaya itu tidak tidak hilan hilang. g. Inti Inti ‘Prib ‘Pribumi umisas sasii Islam’ Islam’ adalah adalah kebut kebutuha uhann bukan bukan untuk untuk menghi menghinda ndari ri pol polar aris isas asii anta antara ra agam agamaa dan dan buda budaya ya,, seba sebabb pola polari risa sasi si demi demiki kian an mema memang ng tida tidak k terhindarkan [4] [4] . Pribumisasi Islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya. Pada konteks selanjutnya, akan tercipta pola-pola keberagamaan (Islam) yang sesuai dengan konteks lokalnya, dalam wujud ‘Islam Pribumi’ sebagai jawaban dari ‘Islam Otentik’ atau ‘Islam Murni’ yang ingin melakukan proyek Arabisasi di dalam setiap setiap komuni komunita tass Islam Islam di selur seluruh uh penjur penjuruu dunia. dunia. ‘Islam ‘Islam Pribu Pribumi’ mi’ justru justru membe memberi ri keanekaragaman interpretasi dalam praktik kehidupan beragama (Islam) di setiap wilayah
yang yang berbe berbedada-be beda. da. Dengan Dengan demik demikian ian,, Islam Islam tidak tidak lagi lagi dipan dipandan dangg seca secara ra tungg tunggal, al, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama mengalami historisitas yang terus berlanjut [5] [5] . Sebag Sebagai ai conto contohh dapat dapat dilih dilihat at dari dari prakt praktek ek ritua rituall dalam dalam buday budayaa popule populerr di Indones Indonesia, ia, sebagaim sebagaimana ana digambar digambarkan kan oleh Kuntowij Kuntowijoyo, oyo, , menunjuk menunjukkan kan perkawin perkawinan an antara Islam dan budaya lokal yang cukup erat. Upacara Pangiwahan di Jawa Barat, sebagai salah satunya, dimaksudkan agar manusia dapat menjadi ‘wiwoho’, yang mulia. Sehingg Sehinggaa berangka berangkann dari pemahama pemahamann ini, masyaraka masyarakatt harus harus memuliak memuliakan an kelahira kelahiran, n, per perka kawi wina nan, n, kema kemati tian an,, dan dan seba sebaga gain inya ya.. Semu Semuaa ritu ritual al itu itu dima dimaks ksud udka kann untu untuk k menunjukkan bahwa kehidupan manusia itu bersifat mulia. Konsep mengenai kemuliaan hidup manusia ini jelas-jelas diwarnai oleh kultur Islam yang memandang manusia sebagai makhluq yang mulia [6] [6] . ‘Islam ‘Islam Pribumi’ Pribumi’ sebagai sebagai jawaban jawaban dari Islam Islam otentik otentik menganda mengandaikan ikan tiga hal. Pertama,
‘Islam Pribumi’ memiliki sifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai
ajaran yang terkait dengan konteks zaman dan tempat. Perubahan waktu dan perbedaan wilayah menjadi kunci untuk menginterpretasikan ajaran. Dengan demikian, Islam akan mengalami perubahan dan dinamika dalam merespons perubahan zaman. Kedua, ‘Islam Pribumi’ bersifat progresif, yakni kemajuan zaman bukan dipahami sebagai ancaman terhadap terhadap penyimpa penyimpangan ngan terhadap terhadap ajaran ajaran dasar dasar agama agama (Islam), (Islam), tetapi tetapi dilihat dilihat sebagai sebagai pemicu untuk melakukan respons kreatif secara intens. Ketiga, ‘Islam Pribumi’ memiliki karakter membebaskan. Dalam pengertian, Islam menjadi ajaran yang dapat menjawab problem-problem kemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan agama dan etnik. Dengan demikian, Islam tidak kaku dan rigid dalam menghadapi realitas sosial masyarakat yang selalu berubah. Dalam Dalam konte konteks ks inila inilah, h, ‘Isla ‘Islam m Pribum Pribumi’ i’ ingin ingin membe membebas baskan kan purit puritani anisme sme,, otentifikasi, dan segala bentuk pemurnian Islam sekaligus juga menjaga kearifan lokal tanpa menghilangkan identitas normatif Islam. Karena itulah, ‘Islam Pribumi’ lebih berideologi kultural yang tersebar ( spread cultural ideology) [7] , yang memperti mempertimban mbangkan gkan perbeda perbedaan an lokalita lokalitass ketimban ketimbangg ideologi ideologi kultural yang memusat, yang hanya mengakui ajaran agama tanpa interpretasi. Sehingga dapat tersebar di berbagai wilayah tanpa merusak kultur lokal masyarakat setempat. Dengan demikian, tidak akan ada lagi praktik-praktik radikalisme yang ditopang oleh paham-paham keagamaan ekstrem, yang selama ini menjadi ancaman bagi terciptanya perdamaian. Otentisitas Islam Pribumi
Cuma permasalahanya apakah Islam pribumi dapat dipandang ‘absah’ dalam persp perspek ektif tif doktri doktrinn Islam Islam.. Mengab Mengabsa sahan han ini penti penting ng menya menyangk ngkut ut sosia sosialis lisasi asi dan internalisasi Islam pribumi sebagai wacana pembebasan umat di kalangan umat Islam sendir sendiri.i. Kelom Kelompok pok purit puritan an Islam Islam telah telah menudu menuduhh Islam Islam pribum pribumii sebag sebagai ai sebaga sebagaii pengejawantahan dari praktek bid’ah yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Lebih lanjut kelompok ini berkeyakinan ahli bid’ah adalah sesat ( dlalalah). Dalam sejarah Islam Jawa telah direkam bagaimana upaya-upaya penguasa Islam waktu itu dalam memberangus praktek sufime yang mereka tuduh telah menyimpang dari ortodoksi Islam. Ambillah contoh misalnya tentang konfik antara Syekh Siti Jenar dengan seorang raja dari Demak. Seperti diketahui, Syekh Siti Jenar dikenal sebagai seorang Wali yang mempunyai kecenderungan mistis yang sangat kuat. Jalan tarekat yang dia tempuh sering menimbulkan ketegangan antara ketentuan-ketentuan syari’at yang baku (doktris resmi Islam). Seringkali paham mistiknya yang sangat kuat itu menyebabkan ia meremehkan hukum-hukum yang sudah diadobsi dari kerajaan. Oleh karena itulah penguasa kerajaan Islam Jawa di Demak itu kemudian berusaha keras untuk memadamkan pengaruh pengaruh mistik, sufi sufi dan dan tare tareka kat, t, kare karena na paha pahamm-pa paha ham m sepe sepert rtii itu itu meny menyeb ebab abka kann oran orangg menj menjad adii individualistik dan meremehkan kekuasaan keraton. Demiki Demikianl anlah, ah, akhirn akhirnya ya Demak Demak menghu menghukum kum Syekh Syekh Sit Sitii Jenar Jenar denga dengann cara cara memb membak akar ar hidu hidupp-hi hidu dupp (mes (meski kipu punn pada pada akhi akhirn rnya ya kono kononn dia dia tida tidakk mati mati)) yang yang melambangkan melambangkan disirnakannya sufisme dan mistis Islam untuk digantikan dengan syari’at demi ketertib ketertiban an negara. negara. Walaupun alaupun Kuntowij Kuntowijoyo oyo -->[8] [8]
[endif]--> menyimpulkan tragedi tersebut bukan katrena faktor keyakinan beragama antara keyakinan resmi yang diwakili oleh Raja Demak dengan keyakinan menyimpang yang yang dicon dicontoh tohka kann oleh oleh Syekh Syekh Sit Sitii Jenar Jenar,, melai melainka nkann semat semata-m a-mata ata karena karena fakto faktor r kekuasaan. Teori yang dapat ditunjukkan adalah bahwa jika ajaran Islam yang diusung ke dalam tradisi kerajaan menguntungkan atas langgengnya status quo kekuasaan, maka ajaran ajaran itu diado diadobsi bsi bahka bahkann dikemb dikemban angk gkan, an, tetapi tetapi jika jika ajara ajarann itu memba membahay hayaka akann kekuasaan; deligitimasisasi, berpotensi memimbulkan kegoncangan sosial, maka ajaran tersebut diberangus secepatnya. Klaim-klaim yang dilontarkan kelompok Islam Puritan perlu mendapat counter discourse
untuk sebuah agenda dialog terbuka yang membuka peluang adanya new
paradigm
masin masing-m g-mas asing ing yang yang berdia berdialog log.. Kebany Kebanyaka akann kelom kelompo pokk Islam Islam purita puritann
mempunyai pemahaman bahwa al-Qur’an sebagai sumber ortodoksi adalah kitab yang komprehensif, sehingga masalah apapun yang ada disekitar manusia sampai kapanpun, akan ada jawaban-jawaban spesifik dalam al-Qur’an. Inilah yang dalam pandangan pandangan Mark R. Woodward -->[9] [9] tidak akan mungkin terjadi. Sebab apa ? Karena itu bukan menjadi watak al-Qur’an, sebagaimana kitab suci yang lainnya, untuk berbicara secara komprehensif mengenai kosmologi, soteriologi, etika, ritual, dan aspek-aspek keagamaan lainnya. Siste Sistem-s m-sist istem em doktri doktrinal nal,, begit begituu kata kata Mark Mark R. Woodwar oodwardd selanj selanjutn utnya ya,, yang yang kompre komprehe hensi nsiff hany hanyaa bisa bisa muncu muncull melalu melaluii penafs penafsira iran. n. Teolog eologii dan hukum hukum Islam Islam didasarkan pada penafsiran al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Formulasi doktrin itu telah dimulai tidak lama sesudah Nabi Wafat dan berpuncak dalam bentuk hadis dan syari’at semikanonik [10] [10].. Hadis dan syari’at termasuk aspek doktrin yang tidak ditemukan dalam al-Qur’an. Fazlur Fazlur Rahman, Rahman, ]-->[11] [11] mendefin mendefinisik isikan an hadis hadis “:suatu tu naras narasi, i, biasa biasany nya a sangat sangat pende pendek, k, yang yang poko pokokk isin isinya ya me memb mber erik ikan an sebagai “:sua informasi mengenai apa yang dikatakan, dilakukan atau apa yang disetujui dan tidak disetujui disetujui dari para sahabatnya sahabatnya …”.
Bukti kuat menunukkan bahwa hadis berisi banyak
inform informas asii menge mengenai nai prakt praktekek-sos sosial ial keagam keagamaa aann komun komunita itass Musli Muslim m awal, awal, berap berapaa
diantaranya dapat dilacak langsung ke Nabi [12] [13] [13] Kemuncul Kemunculan an literatu literaturr hadis hadis memberik memberikan an contoh contoh jernih jernih peran peran penafsi penafsiran ran dan simbolisasi dalam evolusi tradisi-tradisi kitabiah. Proses ini merupakan perangkat yang melaluinya prinsip-prinsip dasar al-Qur’an digunakan untuk menyusun dan menafsirkan trad tradis isii yang yang hidu hidup, p, yang yang pada pada gili gilira rann nnya ya mebe meberi rika kann basi basiss untu untukk meny menyus usun un dan dan mena menafs fsir irka kann trad tradis isii yang yang hidu hidup, p, yang yang pada pada gili gilira rann nnyya memb member erik ikan an basi basiss untu untuk k skripturalisasi hadis (melalui asosiasi simboliknya dengan Nabi Muhammad). Hadis menawarkan model untuk ritual rakyat ( popular ritual ) dan agama pemujaan ( devotional religion), dan ini melengkapi suatu lingkaran penafsiran.
Sama halnya dengan peran penafsiran penafsiran dalam pertumbuhan pertumbuhan syari’at, Goldziher > [14] [14] meli meliha hatt bahw bahwaa perk perkem emba bang ngan an huku hukum m didorong sebagian besar oleh penaklukan Arab tas kawasan Byzantium dan Persia, dan syari’at syari’at mengguna menggunakan kan yurispru yurisprudens densii Romawi. Romawi. Hukum Hukum Islam Islam didasark didasarkan an pada empat empat
prinsip fundamental : (1) al-Qur’an, (2) al-Hadis, (3) Konsensus Ulama (ijma’), (4), analogi (qiyas) (Rahman, 1979 : 68). Ia berupaya untuk memperluas prinsip-prinsip fundamental dari al-Qur’an atau hadis, dengan memunculkan petunjuk lengkap untuk semua segi tingkah laku keagamaan dan sosial. Karakter syari’at bersama dengan penggunaan konsensus dan analogi sebagai prinsip-prinsip penafsiran memunculkan perdebatan tentang pokok persoalan yang jauh terlepas dari tema sentral al-Qur’an dan tampaknya akan melanggar sejumlah hadis, tema yang yang memb membeb ebas aska kann “dar “darii beba bebann yang yang meny menyus usah ahka kan” n”.. [15] Dianta Diantara ra perdeb perdebata atan-p n-per erdeb debata atann ini – dan dan satun satunnya nya yang yang akan akan diperhitungkan dalam ulasan-ulasan tentang pribumisasi Islam – adalah tentang kultus roh Jawa ( javanese spirit cult ) dan teori kerajawian, yakni yang berhubungan dengan keabsahan perkawinan antara manusia dan roh. Goldziher berpendapat bahwa bentuk asus hukum ini merupakan merupakan salah satu dari faktor utama yang mendorong berkembangnya berkembangnya sufisme. Penjelasan panjang tersebut untuk menjawab klaim kelompok puritan bahwa kelompok mereka yang paling otentik dalam mempraktekkan ajaran Islam sehari-hari. Otentisitas memang menjadi salah satu kriteria kebenaran sebuah pemahaman ajaran agama. Tetapi seringkali diabaikan di sini proses-proses sosial, politik dan budaya yang mempengaruhi pemikiran dan perumusan (sistem) ajaran tersebut, suatu dimensi historis dari ajaran agama. agama. Kaum puritan mengabaika mengabaikann dimensi dimensi tafsir tafsir dalam ajaran agama, seolah-olah agama adalah paket dari langit yang superlengkap dengan juklak dan juknis, padahal realitas yang telah ditunjukkan tidaklah demikian. Ajaran agama sarat dengan penafsiran, penafsiran, dan penafsiran penafsiran terkait dengan ruang dan waktu, di sana ada dialektika dengan struktur budaya di mana tafsir itu lahir, sehingga di sini Islam Pribumi menemukan keabsahannya. Dakwah dan Tradisi Lokal
Sejak kehadiran Islam di Indonesia, para ulama telah mencoba mengadobsi kebudayaan lokal secara selektif, sistem sosial, kesenian dan pemerintahan yang pas tidak diubah,
termasuk adat istiadat, banyak yang dikembangkan dalam perspektif Islam. Hal itu yang memungkinkan budaya Indonesia tetap beragama, walaupun Islam telah menyatukan wilayah itu secara agama. Kalang Kalangan an ulama ulama Indon Indonesi esiaa meman memangg telah telah berhas berhasil il mengin menginteg tegras rasika ikann antara antara keIslaman dan keindonesiaan, sehingga apa yang ada di daerah ini telah dianggap sesuai dengan nilai Islam, karena Islam menyangkuit nilai-nilai dan norma, bukan selera atau idiologi apalagi adat. Karena itu, jika nilai Islam dianggap sesuai dengan adat setempat, tidak perlu diubah sesuai dengan selera, adat, atau idiologi Arab, sebab jika itu dilakukan akan akan menimb menimbulk ulkan an kegon kegonca canga ngann buday budaya, a, sement sementar araa mengi mengisi si nilai nilai Islam Islam ke dalam dalam struktur budaya yang ada jauh lebih efektif ketimbang mengganti kebudayaan itu sendiri. Islam yang hadir di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dengan tradisi atau budaya Indonesia. Sama seperti Islam di Arab saudi, Arabisme dan Islamisme bergumul sedemi sedemikia kiann rupa rupa di kawas kawasan an Timur Timur Tengah engah sehing sehingga ga kada kadangng-ka kadan dangg orang orang sulit sulit memb membed edak akan an mana mana yang yang nila nilaii Isla Islam m dan dan mana mana yang ang simb simbol ol buda budaya ya Arab Arab.. Nabi Nabi Muhammad saw, saw, tentu saja dengan bimbingan Allah Allah ( mawa yanthiqu ‘anil hawa, in hua illa wahyu yuha), dengan cukup cerdik ( fathanah) mengetahui sosiologi masyarakat Arab
pada saat itu. Sehingga beliau dengan serta merta menggunakan tradisi-tradisi Arab untuk mengembangkan Islam. Sebagai salah satu contoh misalnya, ketika Nabi Saw hijrah ke Madina Madinah, h, masya masyarak rakat at Madin Madinah ah di sana sana meny menyamb ambut ut denga dengann iringa iringann genda gendang ng dan dan thala’alal-bad badru ru alaina alaina dan seter tetab tetabuha uhann sambi sambill meny menyany anyika ikann thala’ seterusn usnya ya..
supportFootnotes]-->[16] Berbeda dengan agama-agama lain, Islam masuk Indonesia dengan cara begitu elastis. Baik itu yang berhubungan dengan pengenalan simbol-simbol Islami (misalnya bentuk bangunan peribadatan) atau ritus-ritus keagamaan (untuk memahami nilai-nilai Islam). Dapat Dapat kita kita lihat, lihat, masjid masjid-ma -masji sjidd perta pertama ma yang yang diban dibangu gunn di sini sini bentuk bentukny nyaa menyerup menyerupai ai arsitekt arsitektur ur lokal-wa lokal-warisa risann dari Hindu. Hindu. Sehingg Sehinggaa jelas jelas Islam Islam lebih lebih toleran toleran terha terhadap dap warna/ warna/cor corak ak buday budayaa lokal. lokal. Tidak Tidak seper seperti, ti, misal misalny nyaa Budha Budha yang yang masuk masuk “membawa stupa”, atau bangunan gereja Kristen yang arsitekturnya ala Barat. Dengan
demikian, Islam tidak memindahkan simbol-simbol budaya yang ada di Timur Tengah (Arab), tempat lahirnya agama Islam. Demikian pula untuk memahami nilai-nilai Islam. Para pendakwah Islam dulu, memang lebih luwes dan halus dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat yang heterogen setting nilai budayanya. Mungkin kita masih ingat para wali –yang di Jawa dikenal dengan sebutan Wali Songo. Mereka dapat dengan mudah memasukkan Islam karena agama tersebut tidak dibawanya dalam bungkus Arab, melainkan dalam racikan dan kemasan bercita rasa Jawa. Artinya, masyarakat diberi “bingkisan” yang dibungkus budaya Jawa tetapi isinya Islam. Suna Sunann Kali Kalija jaga ga misa misaln lnya ya,, ia bany banyak ak menc mencip ipta taka kann kidu kidung ng-k -kid idun ungg Jawa Jawa bernafa bernafaskan skan Islam, Islam, misalny misalnyaa Ilir. Perimb Perimban angan ganny nyaa jelas jelas Ilir-ili ilirr, tandur tanduree wis semilir semilir menyangkut keefektifan memasukkan nilai-nilai Islam dengan harapan mendapat ruang gerak dakwah yang lebih memadai. Meminjam pendapat Mohammad Sobary (1994: 32) dakw dakwah ah Isla Islam m di Jawa Jawa masa masa lalu lalu mema memang ng lebi lebihh bany banyak ak dite diteka kank nkan an pada pada aspe aspek k esoteriknya, karena orang Jawa punya kecenderungan memasukkan hal-hal ke dalam hati. Apa-apa urusan hati. Dan banyak hal dianggap sebagai upaya penghalusan rasa dan budi. Islam Islam di masa masa lalu lalu cende cenderun rungg sufist sufistik ik sifat sifatny nya. a. ]-->[17] [17] Secara lebih luas, dialektika agama dan budaya lokal atau seni tradisi tersebut dapat dapat dilihat dilihat dalam dalam perspek perspektif tif sejarah. sejarah. Agama-agam Agama-agamaa besar besar dunia: dunia: Kristen, Kristen, Hindu, Hindu, termasuk termasuk Islam, Islam, karena karena dalam dalam penyebar penyebaranny annyaa selalu selalu berhadap berhadapan an dengan dengan keragama keragamann bud buday ayaa loka lokall sete setemp mpat at,, stra strate tegi gi dakw dakwah ah yang yang digu diguna naka kann nnya ya seri sering ngka kali li deng dengan an mengakomodasi budaya lokal tersebut dan kemudian memberikan spirit keagamaannya. Salah satu contoh yang baik adalah tradisi kentrungan atau wayang yang telah diisi dengan ajaran kristen tentang cerita Yesus Kristus di Kandhang Betlehem dan diisi oleh Islam tentang ajaran ajaran kalimuso kalimusodo do (kalimat (kalimat syahadat syahadat)) atau ajaran ajaran keadila keadilann dan yang yang lainnya.
Dial Dialek ekti tika ka anta antara ra agam agamaa dan dan buda budayya loka lokall juga juga terj terjad adii sepe sepert rtii dala dalam m penyelenggaraan sekaten di Yogyakarta (atau di Cirebon), dan hari raya atau lebaran ketupat di Jawa Timur yang diselenggarakan satu minggu sesudah Idulfitri. Dalam perspektif sejarah Islam Indonesia, upacara Sekaten merupakan kreativitas dan kearifan para wali untuk menyebarkan ajaran Islam. Upacara sekaten ini merupakan upacara pen penye yele leng ngga gara raan an maul maulid id Nabi Nabi yang yang ditr ditran ansf sfor orma masi sika kann dala dalam m upac upacar araa seka sekate ten. n. Substa Substansi nsiny nyaa adalah adalah untuk untuk mempe memperke rkenal nalkan kan ajara ajarann tauhid tauhid ( sekaten ubaha ubahann dari dari syahadatain) sekaligus melestarikan atau tanpa mengorbankan budaya Jawa
Wujud ujud dakw dakwah ah dalam dalam Islam Islam yang yang demik demikian ian tentun tentunya ya tidak tidak lepas lepas dari dari latar latar belak belakang ang kebud kebuday ayaan aan itu sendir sendiri.i. Untuk Untuk menge mengetah tahui ui latar latar belak belakan angg buday budaya, a, kita kita magnum opusnya memer memerluk lukan an sebu sebuah ah teori teori buday budaya. a. Menuru Menurutt Kuntow Kuntowijo ijoyo yo dalam dalam magnum Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, [18] [18]
sebuah sebuah teori teori budaya budaya akan akan memberik memberikan an jawaban jawaban dari dari pertany pertanyaanaan-pert pertany anyaan aan berikut berikut:: Pertama,
apa struktur dari budaya. Kedua, atas dasar apa struktur itu dibangun. Ketiga,
bagaimana struktur itu mengalami perubahan. perubahan. Keempat , bagaimana menerangkan variasi dalam budaya. Persoalan pertama dan kedua, akan memberikan penjelasan mengenai hubungan antar simbol dan mendasarinya. Paradigma positivisme –pandangan Marx di antaranya– melihat hubungan keduanya sebagai hubungan atas bawah yang ditentukan oleh kekuatan ekonomi, yakni modus produksi. Berbeda Berbeda dengan dengan pandanga pandangann Weber eber yang yang dalam dalam metodolo metodologiny ginyaa mengguna menggunakan kan verstehen atau menyatu rasa. Dari sini dapat dipahami makna subyektif dari perbuatan perbuatan berdasarkan berdasarkan sudut pandang pelakunya. pelakunya. Realitas ialah realitas untuk pelakunya, pelakunya, bukan pengamat. Hubungan kausal –fungsional dalam ilmu empiris-positif– digantikan hubungan makna dalam memahami budaya. Sehingga dalam budaya tak akan ditemui usaha usaha merumusk merumuskan an hukum-hu hukum-hukum kum ( nomotetik ), ), tapi tapi hanya hanya akan akan meluk melukisk iskan an gejal gejalaa (ideografik ). ). [19] [19]
Dengan demikian, mengikuti premis Weber di atas, dalam simbol-simbol budaya yang seharusnya dipahami atau ditangkap esensinya adalah makna yang tersirat. Dari sini lalu dapat dikatakan bahwa dalam satu makna (esensi), simbol boleh berbeda otoritas asal makna masih sama. Demikian pula dengan ritus-ritus semacam ruwahan, nyadran, sekaten maupun tahlilan.
Semu Semuaa pada pada leve levell pena penamp mpak akan anny nyaa ( appearence) adal adalah ah simb simboo-si simb mbol ol
pengung pengungkapa kapann atas nilai-ni nilai-nilai lai yang yang diyakini diyakini sehingga sehingga dapat dapat mengungk mengungkapk apkan an makna makna ’subyektif’ (kata ini mesti diartikan sejauhmana tingkat religiusitas pemeluknya) dari pelak pelakuny unya. a. Tinda Tindaka kann sepe seperti rti ini ada yang yang menye menyebut but sebaga sebagaii syahad syahadat at yang yang tidak tidak diungkapkan, tetapi dijalankan dalam dimensi transeden dan imanen. Dengan kata lain high tradition yang berupa nilai-nilai yang sifatnya abstrak, jika tradition ion yang ingin ingin ditampak ditampakkan kan,, perlu perlu dikongk dikongkretk retkan an dalam dalam bentuk bentuk low tradit yang niscaya niscaya
merupakan hasil pergumulan dengan tradisi yang ada. Dalam tradisi tahlilan misalnya, high tradition
yang diusung adalah taqarrub ilallah, dan itu diapresiasikan diapresiasikan dalam sebuah
bentuk dzikir kolektif yang dalam tahlilan kentara sekali warna tradisi jawaismenya. jawaismenya. Lalu muncul simbol kebudayan bernama tahlilan yang didalamnya melekat nilai ajaran Islam. Dan Kuntowijiyo merekomendasikan kepada umat Islam untuk berkreasi lebih banyak dalam hal demikian, karena akan lebih mendorong gairah masyarakat banyak menikmati agamanya. CATATAN AKHIR
1 Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Essai-Essai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme transendental, Bandung : Mizan, 2001, hal. 196
2 Ibid., hal. 195 3 Lihat Hendar Hendar Riyadi, Riyadi, Respon Pikirann Respon Muhamm Muhammadi adiyah yah dalam dalam Dialek Dialektik tika a Agama Agama, Pikira Rakyat, Senin 24 Pebruari 2003
4 Abdurrahman Abdurrahman Wahid, Perg (Jakarta rta : Pergula ulatan tan Negara, Negara, Agama Agama dan Kebuday Kebudayaan, aan, (Jaka Desantara, 2001), hal. 111 5 Khama Khamami mi Zada Zada dkk., dkk., “Isla “Islam m Prib Pribumi umi : Menca Mencari ri Wajah ajah Islam Islam Indone Indonesia sia”, ”, dalam dalam Tashwirul Afkar, jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan,
Edisi No. 14
tahun 2003, hal. 9-10 6 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung : Mizan, 1991), hal. 235 7 Khamami Zada dkk., Islam Pribumi … hal. 12 8 Kuntowijoyo, Paradigma Islam … hal. 232-233 9 Lihat Mark R. Woodward, Islam Islam Jawa Jawa : Kesaleh Kesalehan an Normat Normatif if Versus ersus Kebatin Kebatinan, an, (Yogyakarta : LKIS, 1999) hal. 90 10 Ibid., hl. 91 11 Fazlur Rahman, Islam, (Chicago : University of Chicago Press, 1979), hal. 54 12 Lihat Goldziher, Introduction to Islamic Theology and Law, (Princeton ; Princeton University Press, 1981), hal. 31-42, atau Fazlur Rahman, Islam, (Chicago : University of Chicago Press, 1979), hal. 43-64 13 Mark R. Woodward, Islam Jawa … hal. 91 14 Goldziher, Introduction to Islamic … hal. 45 15 Ibid .,., hal 55 16 Anjar Nugroho, “Dakwah Kultural : Pergulatan Kreatif Islam dan Budaya Lokal”, dalam Jurnal Ilmiah Inovasi, No.4 Th.XI/2002
17 Marwanto, “Islam dan Demistifikasi Demistifikasi Simbol Budaya”, dalam Solo Pos, Kamis 22 Juli 2002 18 Kuntowijoyo, Paradigma Islam… hal 45 19 Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid … hal. 110-111 DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan, (Jakarta : Desantara, 2001) Anjar Nugroho, “Dakwah Kultural : Pergulatan Kreatif Islam dan Budaya Lokal”, dalam Jurnal Ilmiah Inovasi, No.4 Th.XI/2002
Fazlur Rahman, Islam, (Chicago : University of Chicago Press, 1979) Introduction on to Islamic Theology and Law, (Princeton ; Princeton University Goldziher, Introducti
Press, 1981), hal. 31-42, atau Fazlur Rahman, Islam, (Chicago : University of Chicago Press, 1979) Hendar Riyadi, Respon Muhammadiyah dalam Dialektika Agama, Pikiran Rakyat, Senin 24 Pebruari 2003 Khama Khamami mi Zada Zada dkk., dkk., “Islam “Islam Pribu Pribumi mi : Mencar Mencarii Wajah ajah Islam Islam Indon Indones esia” ia”,, dalam dalam Tashwirul Afkar, jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan & Kebudayaan,
Edisi
No. 14 tahun 2003 Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Essai-Essai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme transendental, Bandung : Mizan, 2001
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung : Mizan, 1991) Mark R. Woodward, Islam Jawa : Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, (Yogyakarta : LKIS, 1999)
Marwanto, “Islam dan Demistifikasi Simbol Budaya”, dalam Solo Pos, Kamis 22 Juli 2002
1 Tanggapan
Ditulis dalam Islam dan Budaya Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 11, 2007
Pandangan Panda ngan terhadap kaum homoseksual dan lesbian
“SIKAP KOMPREHENSIF ISLAM TERHADAP PERILAKU DAN ORGANISASI KAUM GAY (HOMOSEKSUAL) DAN LESBIAN”
Oleh: Anjar Nugroho 1. Pendahuluan Pada hari Ahad, tanggal tanggal 5 November November 2006 berlangs berlangsung ung peristiwa peristiwa yang menyenta menyentak k masya masyarak rakat at Banyu Banyuma mass dan sekit sekitar arny nya, a, yakni yakni pende pendekl klara arasia siann perku perkumpu mpulan lan kaum kaum homoseksual Banyumas yang diberi nama “Arus Pelangi”. Reaksi pun diberikan oleh pelbagai organisasi Islam maupaun para tokoh Islam Banyumas. Mereka mengecam
peristiwa itu, dan nenolak dengan tegas keberadaan Arus Pelangi di wilayah Banyumas. Dasar kecaman dan penolakan mereka terhadap Arus Pelangi adalah ketentuan normatif al-Qur’an dan al-Hadis yang memang secara tersurat memuat larangan yang sangat tegas terhadap perilaku homoseksual, bahkan al-hadis memberikan bentuk hukuman yang cukup berat yakni hukuman mati terhadap orang yang berperilaku seks menyimpang tersebut. Larangan berperilaku seks menyimpang seperi homoseksual maupun lesbian adalah ketentuan qath’i (tegas) dan muhkamat (jelas ketetapan hukumnya), sehingga tidak perlu lagi ada penjelasan panjang lebar untuk masalah ini. Tetapi jika dilihat dari aspek sebab musabab munculnya perilaku homoseksual/lesbian yang sangat kompleks, adalah tidak bijaksana jika umat Islam hanya bisa mengecam para pelakunya tanpa bisa memberi rahmatan lil’alamin lil’alamin. Kaum Homo/lesbi adalah solusi solusi berdasa berdasarkan rkan sifat sifat Islam Islam yang yang rahmatan
bagian dari umat yang perlu mendapat perhatian dan pendampingan agar mereka dapat membebaskan diri dari perilaku menyimpang itu, bukan malah menjauhi mereka bersama persoalannya. Untuk mencapai maksud itu, Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Muhammadiyah Kabupaten Banyumas telah mengadakan Diskusi Terbatas (Mujadalah) Tarjih dan Tajdid yang khusus membahas masalah homoseksual homoseksual bersama pakar medis dan psikologi. psikologi. Pakar medis medis dan psikol psikologi ogi ini dihad dihadirk irkan an agar agar pembah pembahasa asanny nnyaa bisa bisa lebih lebih kompr komprehe ehensi nsif f (lengkap) dan solotif (menuntaskan masalah). Model mujadalah/kajian seperti ini (lintas disiplin ilmu) akan terus ditradisikan oleh Majlis Tarjih dan Tajdid agar persoalan persoalan umat yang direspon dapat dicarikan jalan keluar dengan sebaik-baiknya. 2. Sebab-Sebab Munculnya Homoseksual/Lesbian Sebagaimana telah dirumuskan oleh para pakar, bahwa homoseksual (untuk sesama perempuan disebut lesbian) adalah rasa tertarik secara perasaan (rasa kasih sayang, hubungan emosional) dan atau secara erotik, baik secara lebih menonjol (predominan) atau semata-mata (eksklusif), terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik (jasmaniah). Dari sudut pandang psiko-medis, homoseksual
saat ini tidak lagi dikategorikan sebagai suatu gangguan atau penyakit jiwa ataupun sebagai suatu penyimpangan (deviasi) seksual. Karena homoseksualitas homoseksualitas merupakan suatu fenomena manifestasi seksual manusia, seperti juga heteroseksualitas (hubungan seks antar jenis kelamin berbeda) atau biseksualitas (hubungan seks dengan sesama dan antar jenis kemain berbeda). Sudut pandang psiko-medis itu tentu berlawanan dengan sudut pandang agama yang lebih melihat dari sisi moral dan fitrah kemanusiaan. Melakukan hubungan seks dengan sejenis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan fitrah manusia yang diciptakan Allah berpasang-pasangan, dan pasangan itu adalah laki-laki dan perempuan, sebagaimana Allah juga menggambarkan sepasang fenomena alam yaitu siang dan malam. Mungkin yang dimaksud bukan penyimpangan seksual atau gangguan jiwa dalam sudut pandang psiko psiko-me -medis dis terha terhadap dap peril perilak akuu homos homoseks eksual ual/le /lesbi sbian an,, adala adalahh karen karenaa para para pelak pelakuu homoseksual/lesbian tidak merasa ada penyimpangan dan mereka menjalaninya dengan wajar-wajar saja. Mereka adalah yang sudah merasa cocok dengan orientasi seksual seperti itu yang dalam istilah psiko-medisnya dinamakan ego sintonik . Tetapi juga tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian yang melakukan praktik homoseksual/lesbian merasa ba bahwa per perbuata uatann
terse rsebut but
meny menyim imppang
dan dan
mer mereka pun pun
beru erusah saha
untu ntuk
meninggalkannya, yang disebut dengan ego distonik . Dilihat dari jenis-jenis homoseksual/lesbian berdasarkan penyebabnya ada tiga; yaitu, yang pertama, biogenik yaitu homoseksual yang disebabkan oleh kelainan di otak atau kelainan genetik. Jenis ini yang paling sulit untuk disembuhkan karena sudah melekat dengan eksistensi hidupnya. Mereka sejak lahir sudah membawa kecenderungan untuk menyukai orang lain yang sejenis, sehingga benar-benar ini di luar kontrol dan keinginan sadar mereka. Kedua, psikogenetik yaitu homoseksual/lesbian yang disebabkan oleh kesalahan dalam pola asuh atau mereka mengalami pengalaman dalam hidupnya yang mempe mempeng ngaru aruhi hi orient orientasi asi seksu seksualn alnya ya di kemudi kemudian an hari. hari. Kesala Kesalaha hann pola pola asuh asuh yang yang dimaksud dimaksud adalah adalah ketidak ketidak tegasan tegasan dalam dalam mengorie mengorientas ntasikan ikan sejak sejak dini dini kecende kecenderung rungan an peril perilak akuu berdas berdasark arkan an jenis jenis kelam kelamin. in. Dalam Dalam hal hal ini ini misaln misalnya ya anak anak lakilaki-la laki ki tetapi tetapi diberlakukan seperti anak perempuan dan begitu pula sebaliknya. Pengalaman yang dapat membentuk perilaku homo/lesbi diantaranya adalah pengalaman pernah disodomi atau
waktu kecil orang itu melakukan coba-coba melakukan hubungan seks dengan temannya yang sejenis. sejenis. Pengalam Pengalaman-p an-peng engalam alaman an seperti seperti ini berpeng berpengaruh aruh cukup cukup besar besar terhada terhadapp orientasi seksual orang itu di kemudian hari. Ketiga, sosiogenetik yaitu orientasi seksual yang dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Kaum Nabi Luth yang homo adalah contoh homosexual oriented oriented dalam dalam sejarah sejarah umat manusia manusia bagaima bagaimana na faktor faktor sosial-b sosial-buday udayaa homosexual
mempengaruhi orang yang ada dalam lingkungan tersebut untuk berperilaku yang sama. 3. Homoseksual dalam Tinjauan al-Qur’an dan al-Hadis
Perilaku Perilaku homoseksual homoseksual disebut disebut diantar diantarany anyaa dalam dalam Q.S. al-A’ra al-A’raf/7 f/7 : 30-34; 30-34; dan Q.S. Hud/11 : 77-82, satu rangkaian dengan kisah Nabi Luth dan umatnya. Umat Nabi Luth adalah sekelompok manusia yang mempraktikan homoseksual dalam kehidupan seharihari. Dari fenomena itu, lantas Allah mengutus Nabi Luth untuk memberi peringatan kepada umatnya atas perilaku mereka yang terkutuk tersebut, walaupun pada akhirrnya umat Nabi Luth diadzab oleh Allah karena keengganan mereka menerima peringatan Nabi Luth. Kisah itu (Q.S. al-A’raf/7 : 30-34) tertuang sebagai berikut:
ِي َنلَم الْع ِنٍم د أَح ن ِم ا ه ب ُكبقس ا م ةحش اْفلَ ن وْت تَِأ ِ مقو َل ا إذ طًا ُو ول )(َ ن و رم س ٌ و تَْأ ب ء سا ّل ن دو نِم و ه ش َ اج لرَ ن توْتَل ُكإ )( اُأ هإ ُتِك ري ن ِم ُجو ر أَخ و لُو ا أ نَ ِإ مِ و َ و جو َ ن كَا امو ا ر مط َأ و )(َ ن يبرا ْغل منِ َ َاك أَت ر ْم إ َ وأ ُ ا ي جَ )(َ ن و رهتط ي )(َ مِين ر مج ْل ةب اَ ن كَا َيك ر ْظ ا طر م يه
Kemudian dalam Q.S. Hud/11 : 77-82, tertulis:
ٌ وي ذ َ او ا رذ بهَ ضا و بهَ ء ِ س طًا ُلول ا س ر َجاء ا لَم و ئَا يل سَ ن وم ع ي و ُو كَا ُ ب منِ و ِ يَل َإ و ن ريه وم َ جاء و )( صِي و زو خ ت و ل و قوات ُلَك ر ه َطأ ن ن ت ات ب ء ُ ؤ و اَي ا ن مَِ ت اتب ا َل ا م ِم دَقل و لُو ا )( شِيد ر رج كُ ِم لَي َأ ف فضي ن كْ لَى ر إ آو و َأ و ُكب ل ن َنأ لَو َ ا )(ُ ريد ام ع لَت َ إو ح ط ق َب ِ َب سر ََ َيإل و وِص ي ن ََل رب ُ س ر ا ُإ ط لُو ا ي ُووال )( دِيد ش نإ ه َابأ صَ ا م ابُه ِي صم َإ تَأ ْرم ٌإ د ح َأ ُكِم فت ي و ي ل ن مِ ا هيال ا ع ج ا رأَم َ جاء ام )( ري بق بص ل لَي َأ بل ص دِ مو )( )( ضود م جي ِس مِن َ جار ِح ايه ا رمط َأ ها و ا اس Apa yang dilakukan oleh umat Nabi Luth itu, dalam perspektif Islam yang hanif, berte bertenta ntanga ngann denga dengann fitra fitrahh keman kemanusi usiaan aan yang yang menya menyatak takan an bahwa bahwa masin masing-m g-mas asing ing manusia akan mendapatkan jodoh (pasangan)nya yang berbeda jenis. Ayat-ayat berikut ini menya menyata takan kan keten ketentua tuann Allah Allah (Sunn (Sunnatu atulla llah) h) itu bahwa bahwa manus manusia ia dicipt diciptak akan an-Ny -Nyaa bersama pasangannya: Q.S. an-Nisa’/4 : 1:
ًر ثِي َك ا جا ر ام ه ِم با وهوج ز اه ِ م وخ ٍد ح و ف ِنم ُ كقخ ِذ ل ُك ب ر و قو تُ ال اهأَي اي بًا ير ُ يك َ ن كَا ل ن َإ ا حر ِو َب ن لُو َء است ِ لذ ل و قوتو ً ء سا ِ و Kemudian dalam Q.S. ar-Rum/30 : 21:
ُكيب َ ع وج ا هَيإل و وُك ت س ل جًا و وَزأ ُ سِك ف َأ نِم ُلَك ن خ َِأ اتآي نِوم رو َن ك ف تي قو ل ايَ ذل ن إ ةةحم ر و د مو
Juga dalam Q.S. Fathir/35 : 11 :
ن ُِم ِ م ح ت ا م جًا و و زو َأ ُكع ج ث ٍةفط ن مِ ث تر م نِ ُقك خ لو ِإ ر م نِم ق ي و رعم م ِنم ر عم ي امِو ِمِع ب إ تض و ى ث ُأ ر سِي يِ ل ىَ للذ ن إ تا ك zauj, azwaj azwaj) yang Pasang Pasangan an ( zauj, ang dima dimaks ksud ud adal adalah ah lawa lawann jeni jenis, s, dala dalam m arti arti laki laki-l -lak akii
pasangannya adalah perempuan, begitu pula sebaliknya. Ketentuan ini dinyatakan Allah dalam Q.S. an-Najm/53 : 45 :
ثى ا َاَو كر ِ الذْنجَي ْو ّالز قُخ ه أَو Juga dinyataka-Nya dalam Q.S. al-Hujarat/49 : 13 :
ِ ل د ِ ُمك ر ْك َأ ننإ و وَر اعتَل ئ با و بًا وشع كُ ا جع و ىثُوأ ر َذك ن ِنم كُ ا قا خ ُإ ا لل ا هأَي اي ر بي خ ِي ل ن إ ُك قا تَأ Dzakar dan untsa
menunjuk pada pengertian manusia yang berjenis kelamin laki-
laki (dzakar ) dan perempuan ( untsa), sehingga jelas bahwa pasangan ( zauj) yang dimak dimaksu sudd al-Qu al-Qur’an r’an adala adalahh manus manusia ia yang yang berjen berjenis is kelam kelamin in lakilaki-lak lakii dan dan perempuan. Sehingga orang yang mempasangkan dirinya dengan sesama jenis, baik baik lakilaki-lak lakii denga dengann lakilaki-la laki ki (homo (homosek seksua sual) l) maupu maupunn peremp perempua uann denga dengann perem perempu puan an (lesbi (lesbian) an),, maka maka tindak tindakan an terse tersebut but berten bertentan tanga gann denga dengann fitrah fitrah kemanusiaan. Kemudian secara jelas fitrah ini yang sejalan dengan sunnatullah akan tetap berlangsung dan tidak akan terjadi perubahan sampai hari kiamat. Hal ini dinyatakan Allah dalam Q.S. al-Fathir/35 : 43 :
ة س َإ ونر ظ ْي هِ ِ َ ب ُإ ي لس ْرمك ْل ُ ي ِيحي و ي لس ْرمك و ر ًارْبتِك ْ س وي ح ت ِ لِ ة لس د تج لَن و ي دِي ب ِت لِ ة لس جد ت ن ن لي َنو
Islam secara tegas menyatakan bahwa perilaku homoseksual maupun lesbian adalah bentuk perilaku seksual menyimpang bahkan bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Hubun Hubungan gan seks seks dalam dalam Islam Islam tidak tidak hanya hanya seka sekadar dar untuk untuk memuas memuaska kann hawa hawa nafsu nafsu (prokreasi), akan tetapi memiliki tujuan penting menyangkut kelangsungan kehidupan, yaitu melanjutkan keturunan (reproduksi). Hubungan seks sejenis tidak mungkin akan menghasilkan keturunan, sehingga hal ini tidak sejalan dengan tujuan hubungan seks dalam Islam.
Karen Karenaa peny penyimp impang angan an itu, itu, maka maka dalam dalam Hadis Hadis Nabi Nabi terda terdapat pat beber beberap apaa Hadis Hadis yang yang meng mengut utuk uk dan dan memb member erii huku hukuma mann deng dengan an tega tegass bagi bagi oran orangg yang ang mela melaku kuka kann homoseksual/lesbian. Seperti dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan Ibn Majah, melalaui Ibn Abbas Rasulullah bersabda:
مفعول بها ع فعوا اقت وط و قو م م م يعم و مو جد ن Juga dalam Hadis riwayat Abu Daud yang bersumber dari Sa’id Ibn Jubair dan Mujahid dari Ibn Abbas tentang kasus seorang anak perawan yang kedapatan melakukan praktek lesbian ( ةو وا)ا, maka ia harus dihukum rajam. 4. Solusi Islam atas Kaum Kau m Homoseksual
Walaupun Islam secara tegas menyatakan bahwa perilaku homoseksual/lesbian adalah terkutuk, akan tetapi adalah sangat tidak bijak jika para pelaku homo dan lesbi lesbi terse tersebut but tidak tidak menda mendapat pat penan penangan ganan an (pend (pendamp amping ingan an,, advo advokas kasi) i) yang yang
memadai, yang memungkinkan mereka dapat meninggalkan perbuatannya itu. Islam telah memproklamirkan diri sebagai rahmat bagi seluruh alam, sehingga adalah wajar jika Islam tidak hanya tampil sebagai penghukum bagi orang yang bersalah, tetapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana Islam mampu membe memberi ri solusi solusi atas atas berba berbagai gai persoa persoalan lan yang yang dialam dialamii oleh oleh umat, umat, terma termasuk suk persoalan homoseksual/lesbian
Sebagaimana telah disebut di muka, bahwa penyebab timbulnya homoseksual beraneka macam. Ada karena faktor kelainan otak dan genetik maupun karena faktor psikologi dan faktor lingkungan (kultural). Masing-masing penyebab itu membu membutuh tuhka kann penan penangan ganan an yang yang spesif spesifik ik (khusu (khusus), s), sehin sehingga gga pelaku pelaku secara secara bertahap dapat disembuhkan dan kembali dapat menjalani kehidupan seksual yang “normal”.
Dalam tradisi Islam dinyatakan bahwa setiap kesulitan (persoalan) pasti ada kemudahan (jalan keluar) ( ًاْرُسِي ر ْس ُْعَا َ ّ َِإإ ), setiap aturan (hukum) selalu diikuti
ُكك ِ َ ), dan di setiap penyakit pasti dengan jalan keluar ( ًج َ ِْ َ ًةة َ ْ رر ِ ْش ُك ِْ َْ َع َج ada obatnya. Seperti sudah dinyatakan di atas, bahwa memberi hukuman semata bagi pelaku homo/lesbi tidak akan menyelesaikan masalah. Justru hal ini akan memunculkan persoalan baru yaitu perasaan bersalah dan takut yang berlebih dari para pelaku homo lesbi yang berakibat mereka terperosok dalam depresi mental yang akut atau atau mala malahh just justru ru para para pela pelaku ku homo homo/l /les esbi bi akan akan sema semaki kinn meng mengok okoh ohka kann perilak perilakuny unyaa dengan dengan membentu membentukk kelompok kelompok atau perkump perkumpulan ulan sebagai sebagai sarana sarana “curhat” bagi sesama orang-orang yang dicap “durhaka” terhadap agama. Untuk mere mereka ka yang yang suda sudahh memb memben entu tukk dan dan meli meliba batk tkan an diri diri seca secara ra akti aktiff dala dalam m perkumpulan/organisasi kaum homo/lesbi hanya akan mempersulit penanganan
terhadap mereka, karena mereka semakin menikmati (enjoy) dengan perbuatan mereka.
Menangani Menangani secara khusus terhadap kasus homoseksual/lesbian homoseksual/lesbian adalah bagian dari dakwah Islam yang harus dijalankan karena ini adalah perintah ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. an-Nahl/16: 125 : َْن ّ َض ْ مَن ِب ُ َْ َ َأ و ُ َ ض ّ ب َ ّ ِ ُ ن َ حْس َأ َ ِ ِتّ ِبْ ُ ْ ِ َج َِ َةَ َس ْ ِا ة َظ ِ ْ مَو ْ َا ِ مَة ْك ِ ْ َِب َبِ َِ َىِ ُ ْ ا نَ دِي َت ْ ُ م ْ ُِب ََْأ َ و ُ َ ِ ه َِِ
Kaum homoseks homoseksual/ ual/lesb lesbian ian dalam dalam kapasita kapasitasnya snya sebagai sebagai obyek obyek dakwah dakwah harus harus
ْ ِب ditangani secara penuh hikmah ( ةِ َْمِك
) dan senantiasa diberi nasehat-nasehat
yang baik (ِ َةَس َ ْ ِا ة َ ِظ ْ مَو ْ َا) ) agar bisa kembali ke jalan Tuhan (َ َب ِ ِ َ َىِ ). ).
Berdasa Berdasarkan rkan faktor faktor penyebab penyebab munculny munculnyaa homoseks homoseksual/ ual/lesb lesbian, ian, penanga penanganan nan terhadap mereka dibedakan dari yang karena faktor genetik, psikologis maupun kultural. Bagi kaum homo/lesbi yang disebabkan oleh faktor genetik, perlu ada usaha-usaha medis berupa terapi hormon yang kontinyu dan sistematis. Walaupun upaya ini disebut kurang efektif, akan tetapi usaha itu tetap perlu sebagaimana tertulis dalam qaidah ushul fiqh bahwa bahaya (penyakit) itu harus dihilangkan
ظر)ا. (diobati) ( يزال ر
Homoseks Homoseksual ual karena karena faktor faktor psikolo psikologis gis maupun maupun kultura kulturall dapat dapat disembuh disembuhkan kan dengan dengan terus-me terus-meneru neruss melakuka melakukann pendampi pendampinga ngann (advokas (advokasi) i) terhada terhadapp mereka. mereka. Perlu ditumbuhkan dalam diri mereka perasaan bahwa mereka dalam kondisi sakit
(kesadaran (kesadaran sakit) sehingga kemudian muncul dalam diri mereka motivasi sembuh yang yang kuat kuat.. Sela Selanj njut utny nyaa mere mereka ka perl perluu dida didamp mpin ingi gi oleh oleh psik psikol olog og maup maupun un rohaniawan rohaniawan untuk memantau dan terus memberi motivasi sembuh. Mereka, kaum homo/lesbi itu, kalau perlu dikarantina secara khusus untuk menghindari kontak sesama mereka yang akan berakibat pada munculnya kembali keinginan untuk melakukan homoseksual/lesbian.
Keinginan para pelaku homo/lesbi untuk melampiaskan nafsunya perlu disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan positif semacam kajian Islam atau diskusi maupun kegiatan-kegiatan olahraga dan kegiatan lain yang positif. Tentu saja aktivitas ini mend mendap apat at kont kontro roll yang yang site sitemi mikk dan dan terp terpog ogra ram m dala dalam m satu satu pake pakett deng dengan an penanganan komprehensif terhadap kaum homo/lesbi.
Sangat diharapkan peranan organisasi-organisasi Islam dalam penanganan terapi psikoreligius semacam ini. Khusus untuk Muhammadiyah, dapat dibentuk tim khusus yang melibatkan berbagai majlis dan lembaga terkait yang berada dalam struktur
Muhammadiyah
untuk
menangai
secara
serius
kaum
homoseksual/lesbian. Data-data tentang mereka dapat dilacak di berbagai LSM atau lembaga konseling yang selama ini concern terhadap eksistensi mereka.
5. Kesimpulan dan Saran
Hasi Hasill disk diskus usii (muj (mujad adal alah ah)) terb terbat atas as Majl Majlis is Tarji arjihh dan dan Tajdi ajdidd Pimp Pimpin inan an Daer Daerah ah Muhammadiyah Muhammadiyah Kab. Banyumas tentang perilaku homoseksual/lesbian homoseksual/lesbian ini pada akhirnya dapat disimpulkan dalam beberapa hal sebagai berikut: 1 ->1..
Per >Perilak ilakuu
homoseks homoseksual/ ual/lesb lesbian ian
ber berte tent ntan anga gann deng dengan an norm normaa agam agamaa dan dan pela pelang ngga gara rann terh terhad adap ap fitr fitrah ah
kemanusiaan. Pelakunya dinyatakan sebagai orang yang menyimpang dari kewa kewaja jara rann dan dan perl perluu mend mendap apat at pena penang ngan anan an seca secara ra seri serius us agar agar tida tidak k menimbulkan penyakit sosial yang meresahkan. 2. >2. Up -->Upayaaya-upay upayaa Islami Islami dengan dengan hanya hanya mengecam atau menghukum atas tindakan kaum homo/lesbi adalah kurang bijaksana, yang malah justru akan menjauhkan mereka dari seruan agama. Semakin banyak yang mengecam mereka, hanya akan membuat solidaritas diantara mereka semakin kuat, dan akan semakin sulit mereka untuk dapat disembuhkan. 3. !supportLists]-->3. Islam Islam melalui organisasasi-or organisasasi-organisasi ganisasi Islam harus menampilkan diri sebagai pihak yang senantiasa selalu mencari jalan keluar dari setiap persoalan umat, termasuk dalam hal ini adalah perilaku homoseksual/lesbian. Upaya yang paling bijak dan solutif dalam menangani masalah ini adalah dengan melakukan pendampingan psikoreligius secara serius dan sistematis terhadap mereka. 4. !supportLists]-->4. Perlu Perlu dibentuk pusat-pusat rehabilitasi rehabilitasi kaum homosek homoseksual sual/les /lesbian bian seperti seperti pusat-pu pusat-pusat sat rehabilit rehabilitasi asi narkoba narkoba yang dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam bekerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak lain yang terkait. Mengapa ini dilakukan oleh organisasiorga organi nisa sasi si Isla Islam? m? Hal Hal ini ini kare karena na peri perila laku ku homo homose seks ksua ual/ l/le lesb sbia iann tida tidak k dinyatak dinyatakan an sebagai sebagai penyimpa penyimpanga ngann dalam dalam sudut sudut pandang pandang medis, medis, sehingg sehinggaa jan janga gann meng mengah ahar arap ap peme pemeri rint ntah ah akan akan tamp tampil il seba sebaga gaii pelo pelopo porr dala dalam m merehabilitasi mereka. 5. Sebisa mungkin dilakukan pencegahan terh terhaadap dap
upay paya-upa -upayya
kaum kaum
homos moseksu ksual/l al/leesbian ian
mem membent bentuuk
kelompok/organisasi, karena hal ini membuat solidaritas mereka semakin kuat dan mereka tampil semakin eksklusif sehingga lebih sulit untuk mendekati dan menawarkan penyembuhan terhadap mereka.
28 Tanggapan Ditulis dalam Hukum Islam Posted by: Anjar Nugroho | Agustus 6, 2007
Teor eorii Isla Islam m tent tentang ang Negara Nega ra TEORI ISLAM TENTANG DAULAH (NEGARA) :
PERS PERSPE PEKT KTIF IF
KOSE KO SER RVATIFTIF-TR TRAD ADIS ISIO IONA NAL L
DAN DAN
LIBE LIBERA RALL-
SEKULER Oleh : Anjar Nugroho
I. PERPSEKTIF KONSERVATIF-TRADISIONAL a. Pengertian Daulah
Kata daulah dalam Ensiklopedi Islam Islam berasal kata dasar dari dala-yadulu –daulah, yang yang artin artinya ya bergil bergilir ir,, bered beredar ar,, dan dan berput berputar ar.. Secar Secaraa istila istilahh arti arti teori teoritis tisny nyaa adala adalahh kelompok sosial yang mentap pada suatu wilayah tertentu dan diorganisir oleh suatu pemerint pemerintahan ahan yang yang mengatur mengatur kepentin kepentingan gan dan kemaslah kemaslahatan atan mereka. mereka. Daulah Daulah dapat dapat diartikan negara, pemerintah, kerajaan atau dinasti. Dalam Al Qur;an terdapat dua ayat yang menggunakan menggunakan kata ini, keduanya keduanya dengan arti bergilir dan beredar, beredar, yaitu dalam surah Ali Imran (3) ayat 140 yang artinya : ”… Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan diantara kamu …”
dan surat al-
Hasyr/59 : 7 : “… Dan supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang
kaya
…”. Jimly Asshiddiqie, ahli hukum Indonesia, berpendapat bahwa dalam ayat
pertama terkandung muatan yang berkonotasi politik dan ayat terakhir muatannya lebih berkonotasi ekonomi. Kata daulah dalam arti dinasti belum dipergunakan pada masa pra-Islam, karena tidak ditemuka ditemukann adanya adanya indikas indikasii penggun penggunaan aan kata tersebu tersebut.t. Adapun Adapun istilah istilah kesukuan kesukuan “albanti”
terus digunakan dalam Islam. Pada masa Abbasiyah kata daulah diartikan dengan
kemenangan, giliran untuk meneruskan kekuasaan, dan dinasti. Kata daulah juga bisa diberikan kepada penduduk dan anggota daulah. Pada akhir abad ke-10 H, al-Husein, anak dari Wazir al-Qasim (al-Qasim bin al-Dajl) mendapat gelar wali al-daulah
(pelindung negara). Pada tahun 330 M/42 H, dari keluarga Hamdani (Bani
Hamdani yang ada di Jazirah), Hasan bin Hamdan dan Ali bin Hamdan, keduanya penguasa di Mosul dan Suriah, diberi gelar Saif al-Daulah (pedang negara). Pemberian gelar gelar ini menun menunjuk jukkan kan bahwa bahwa khali khalifah fah membe memberik rikan an gelar gelar pengh penghorm ormat atan an kepada kepada pendukungnya. pendukungnya. Gelar daulah ini dilanjutkan dilanjutkan pada masa pemerintahan pemerintahan Bani Buwaihi (945 H/108 H/10866 M) di Spany Spanyol ol,, Gazna Gaznawi wi (Dina (Dinasti sti Turki Turki yang yang mengu menguas asai ai Asia Asia Tenga engahh dan dan beberapa wilayah di Asia Selatan dengan pusat pemerintahan di Gazna tahun 1008-1186 M), dan juga digunakan oleh Malik Tawaif (1011-1086) di Spanypl. Fatimiah (Dinasti Syiah di Arrika Utara tahun 297-567 H/909-1171 M) kadang-kadang juga memberikan gelar daulah kepada pejabat istana mereka. Al-Kindi, filosof pertama Islam keturunan Arab (185-256 H/810-869 M),mengartikan daulah dengan al-mulk (kerajaan). (kerajaan). Abu Bakar Muhammad bin Zakariya ar-Razi, seorang dokter pada masa Islam klasik (251-313 H/865-925 M), mengartikan daulah dengan suksesi. b. Dasar Hukum Terbentuknya Daulah Para pakar politik Islam klasik menjadikan dasar hukum pembentukan daulah “Sesungguhnya Allah menyuruh menyuruh kamu dalam arti pemerintahan dalam firman-Nya : “Sesungguhnya menya me nyamp mpai aika kan n aman amanah ah kepad kepada a yang yang berh berhak ak me mener nerim imany anya a dan dan (menyu (menyuru ruh h kamu kamu)) apabila menerapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesung Sesunggu guhny hnya a
Alla Allah h
memb me mberi erika kan n
penga pengaja jaran ran
yang yang
sebai sebaik-b k-bai aikny knya a
kepad kepadamu amu..
Sesungguhnya Allah Hama Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. al-Nisa’:58) dan “Hai Orang-orang yang beriman, taatilah allah dan taatilah Rasul-Nya dan Ulil Amri di anta antara ra kamu kamu.K .Kem emud udia ian n jika jika kamu kamu berl berlai aina nan n pend pendap apat at tent tentan ang g sesu sesuat atu, u, maka maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar berian kepada allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya ”
(Q.S. al-Nisa : 59) Para pakar politik Islam klasik (konservatif-trdisional) menjadikan kedua ayat ini sebagai landasan terbentuknya daulah, karena kedua ayat itu mengandung unsur-unsur yang dapat mewujudkan atau merealisasikan sasarn atau tujuan yang diinginkan terbentuknya suatu daulah. Munawir Sjadzali, ahli fiqih siyasi Indonesia, berpendapat bahwa kedua ayat itu mengandu mengandung ng petunjuk petunjuk dan pedoman pedoman bagi manusia dalam dalam hidup hidup bermasy bermasyarak arakat at dan bernegara. Ia berpendapat bahwa ayat di atas menjelaskan bagaimana proses hubungan yang komunikatif dan harmonis antara pemimpin dan yang dipimpin dalam rangka mencapai tujuan yang saling memberi manfaat bagi kedua belah pihak. Rais (pemimpin), sebagai pemegang amanah, dan mar’us (yang dipimpin) merupakan komponen yang harus ada dalam pemerintahan suatu daulah. Pemimpin dan perangkatnya yang ada dalam suatu daulah merupakan motor penggerak dan pelaksana jalannya roda pemerintahan. Adapun mar’us harus harus memat mematuhi uhi dan dan melak melaksan sanaka akann sistem sistem dan atura aturann yang yang telah telah digariskan atau diprogramkan oleh rais. Ayat pertama ditujukan kepada pengausa, agar berti bertind ndak ak adil. adil. Ayat yat kedu keduaa dituj ditujuk ukan an kepada kepada warga warga sipil, sipil, agar agar memat mematuhi uhi Allah, Allah, Rasulullah, dan ulil amri (penguasa). Keharusan adanya pemimpin berlandaskan pada sabda Rasulullah SAW :”Jika tiga orang bepergian, hendaklan mereka menjadikan salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin” (HR. Abu Daud)
Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa kemashlahatan dan keadilan tidak bias ditegakkan tanpa adanya penguasa yang berwenang menetapkan hukum berdasarkan al-Qur’an dan Sunah Rasulullah SAW. Hukum tidak bisa berjalan dengan baik tanpa didukung rakyat
yang memenuhi hukum. Harus ada kerjasama antara penguasa dan rakyat.Kemashlahatan bisa berjalan dengan baik apabila telah terbentuk daulah. c. Rukun Daulah Menu Menuru rutt Imam Imam al-M al-Maw awar ardi di,, ruku rukunn daul daulah ah adal adalah ah adan adanya ya raky rakyat at,, wila wilayyah dan dan pemerintahan. 1) Rakyat merupakan salah satu yang esensial begi terwujudnya daulah. Rakyat merupakan gabungan individu yang berdomisili di wilayah daulah.Tidak semua yang menetap di wilayah daulah dianggap sebagai warga. Daulah Islam membedakan antara orang Islam dengan kaum Dzimmi (kaum non Muslim yang menetap dan mendapat perlindungan di darul Islam). Kaum dzimmi yang bermukim di daerah Muslim diharuskan jizyah (pajak yang dipungut dari rakyat nonmuslim dalam negara Islam), yang membayar jizyah
dengannya mereka terjamin memperoleh perlindungan dari negara (Q.S. 9:29). Pajak tersebut tersebut juga merupak merupakan an pembena pembenaran ran perlindu perlindungan ngan perlindu perlindunga ngann nyawa nyawa dan harta harta mereka mereka.. Setel Setelah ah itu baik baik daula daulahh Islam Islam maupu maupunn masy masyara arakat kat Musli Muslim m tidak tidak berhak berhak melangga melanggarr harta, harta, kehormat kehormatan an maupun maupun kemerdek kemerdekaan aan mereka. mereka. Mereka Mereka mendapa mendapatkan tkan perlindungan dalam kemashlahatan umum, seperti perdagangan dan industri. Kaum Dzimmi terikat dengan hukum pidana yang sama dengan warga muslim. Demikian juga dengan hukum perdata, harta kekayaan apapun bentuknya dan alat perdagangannya yang dilarang bagi muslim juga terlarang bagi kaum dzimmi. Misalnya, riba terlarang bagi bagi kaum kaum muslim muslim juga juga bagi bagi kaum kaum dzimmi. Dalam Dalam hukum hukum keluarg keluargaa (perkawi (perkawinan nan,, perceraian, perceraian, danm warisan)mereka diperbolehkan memberlakukan memberlakukan hukum agama mereka, seperti pernikahan tanpa saksi, tanpa penetapan mahar, dan sebagainya. Mereka juga diberi kebebasan dalam mengadakan upacara keagamaan sesuai dengan agama mereka. Menurut Imam al-Mawardi, penguasa boleh menugaskan kaum dzimmi dalam lembaga eksekuti eksekutif. f. Mereka Mereka tidak tidak wajib wajib berperan berperangg apabila apabila peperan peperangan gan itu dimaksud dimaksudka ka untuk untuk membela Islam. Adapun warga Muslim yang telah memenuhi kriteria tertentu, misalnya baligh, berakal, dan merdeka, mempunyai hak politik, hak memilih dan dipilih, dan wajib ikut berperang membela Islam dalam peperangan.
2)Wilayah. Yang dimaksud wilayah di sini mencakup wilayah darat, laut, dan udara. Untuk Untuk mewujudk mewujudkan an daulah, daulah, sekelomp sekelompok ok orang orang harus harus menetap menetap pada pada suartu suartu wilayah wilayah tertentu. Suku-suku yang sellau berpindah tempat tidak mempunyai wilayah sendiri, tidak dianggap sebagai daulah. Sistem Islam membedakan antara darul Islam (daerah yang darul harbi harbi (wilaya bera berada da di wilaya wilayahh kekua kekuasaa saann Islam) Islam) dan dan darul (wilayahh yang berada berada dalam dalam
kekuasaan kaum kafir). Di Samping itu terdapat darul Ahad (darul aman), yaitu suatu wilayah yang ditaklukkan oleh kaum muslimin muslimin tetapi tidak tidak dikuasa dikuasaii secara secara teritori teritorial. al. Penaklu Penaklukan kan wilayah wilayah ini dilakukan secara damai dan hukum yang berlaku bukan hukum Islam. Hanya saja antara darul Islam dan mereka tidak diikat dalah suatu perjanjian damai. 3)Pemerintahan. Pemerintah merupakan unsur utama dalam pembentukan daulah. Ia berkuasa menjalankan urusan daulah, mengurus organisasinya dan menangani urusan rakya rakyatny tnya. a. Dalama Dalama perke perkemb mbang angan an sejar sejarah ah Islam Islam,, para para ahli ahli polit politik ik Islam Islam sepa sepakat kat menyatakan bahwa Rasulullah SAW telah emndirikan daulah Islam pertama Madinah di tahun pertama hijriyah (622 M). Dengan terbentuknya komunitas muslim di Madinah, maka Rasulullah sekaligus sebagai pemimpin agama dan pemimpin negara. Pengukuhan kekuasaan dinyatakan dalah konstitusi tertulis yang dikenal sebagai Piagam Madinah. Dengan piagam ini Rasul mempunyai kekuasaan untuk menyatakan perang atau damai, menyelesaikan konflik antar warga masyarakat, dan menentukan kebijakan menyangkut masalah ekonomi, politik dan lain-lain. Sete Setela lahh Nabi Nabi Muha Muhamm mmad ad wafa wafat, t, keku kekuas asaa aann dan dan bent bentuk uk daul daulah ah meng mengal alam amii perkembangan. Julukan kepada kepala daulah mengalami perubahan, seperti dari khalifah menjadi sulthan dan amir. d. Syarat Daulah Menurut Mahmud Hilmi, Guru Besar filsafat dan politik Islam di Universitas al-Azhar (Mesir) dalam bukunya Nizam al-Hukm al-Islami, menyatakan syarat daulah adalah ; 1) mempunyai pengairan yang memadai, 2) tersedia barang-barang kebutuhan pokok, 3) tempat tempatny nyaa strate strategis gis dan udara udarany nyaa bagus bagus,, 4) deka dekatt dari dari daera daerahh pemuki pemukiman man,, dan dan 5)
wilay wilayahn ahnya ya terpe terpelih lihar araa dari dari gang ganggua guann musuh musuh dan peng pengaca acauu hingga hingga rakya rakyatt merasa merasa terlindungi. Selanjutnya ia menyatakan, apabila daulah telah berdiri, maka harus dipenuhi beberapa faktior berikut : 1) pemerintah harus menyediakan air bersih dan memberi kemudahan kepada rakyat untuk memperolehnya, 2) mendirikan tempat shalat di dekat pemukiman, 3) mendirikan pasar yang memungkinkan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya, 4) membentengi daerah agar aman dari serbuan musuh, 5) mendatangkan para ilmuwan dan para ahli yang sesuai dengan kebutuhan penduduk sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. e. Fungsi Daulah Menurut Abu Ya’la Muhammad bin Husain al-Farra’ al-Hanbali (338-458 H; ahli fiqih madzab madzab Hanbali) Hanbali) dan Imam al-Maward al-Mawardi,i, menyatak menyatakan an ada beberap beberapaa fungsi fungsi daulah, daulah, diantaranya sebagai berikut : 1. Memberi Memberi perlindu perlindungan ngan dan keamana keamanan, n, serta memperta mempertahan hankan kan diri dari seranga serangann musuh. 2. Tuga Tugass yudik yudikati atiff menca mencaku kupp peneg penegak akkan kan hukum hukum dan dan keadi keadilan lan,, sehi sehingg nggaa orang orang dhali dhalim m tidak tidak berti bertinda ndakk sewen sewenan ang-w g-wen enan angg dan dan orang orang yang yang terani teraniay ayaa tidak tidak berta bertamb mbah ah lemah lemah,, dan dan meneg menegakk akkan an hudud hudud,, agar agar laran larangan gan Allah Allah SWT SWT dapat dapat dilindungi dari pelanggaran sehingga hak dan kemashlahatan rakyat terpelihara. 3. Tugas Tugas keuangan, keuangan, di antaranya antaranya menarik pajak dan dan sedekah sedekah yang yang diwajibkan diwajibkan syara’, syara’, sehinga menurut nash maupun ijtihad dengan tidak memaksa. II. PERSPEKTIF LIBERAL-SEKULARISTIK (ALI ABD AL-RAZIQ) Untuk kepentingan diskusi ini, dieksplorasi sedikit pemikiran intelektual muslim yang dikenal sebagai eksponen perspektif sekularistik tentang negara/kekuasaan. Dalam hal ini adalah Ali Abd. Raziq, intelektual dan aktifis politik Muslim yang dikenal sebagai eksponen pemikiran pemisah agama dan negara. Tokoh yang pernah diangkat sebagai hakim syari’ah di Mesir (1915) ini menulis Al-Islam wa Ushulul al-Hukm: Bahtsun fi
al Khilafati wa al-Hukumati fi al-Islam -
Islam dan sumber-sumber kekuasaan politik;
Kajian tentang Khilafah dan kekuasaan dalam Islam, diterbitkan diterbitkan pertama kali pada tahun 1925, yang berarti hanya berselang dua tahun setelah revolusi Kemalis yang menghapus sistem khilafah Turki pada akhir 1923. Dalam membangun tesis pemisahan antara agama dan politik, itu Raziq dalam hal tertentu tampak dipengaruhi oleh pemikiran ibn Khaldun yang dikenal sebagai Bapak Sosiologi dalam Islam maupun Barat modern. Raziq mengikuti Khaldun dalam pencarian pencarian sumber kekuasaan dari sebab-sebab alamiyah dan bukan dari sebab-sebab ilahiyah. Oleh karena itu Raziq, seperti juga Khaldun memberi penyediaan pintu masuk untuk menerima kekuasaan raja atau kekuasaan secular dan bukan khilfah (kekuasaan atau rezim yang memperoleh keabsahan ilahiah). Kenda Kendati ti demiki demikian an harus harus dicata dicatatt bahwa bahwa Raziq Raziq jauh jauh lebih lebih berani berani melan melangk gkah ah,, dalam dalam membangun tesis tentang kekuasaan. Menurut aktifis Hisb al-Ummah- organisasi yang sesungguhnya tergolong radikal di Mesir, kekuasaan harus lepas dari khilafat dengan mencari justifikasi kepada rakyat. Dalam kontek inilah Raziq menolak tesis Khldun yang meminta penguasa non-khilafat tetap membangun moralitas ilahiyah. Pandangan seperti ini menurut Raziq hanya menyebabkan bercapur aduknya justifkasi ilahiyah dengan justifikasi rakyat. Pada tingkat asumsi yang dibangun, Razik memang berbeda dengan Khaldun. Bagi Raziq sumbe sumberr legiti legitimas masii kekua kekuasa saan an tidak tidak bisa bisa dicamp dicampur ur aduk aduk antar antaraa legit legitima imasi si rakya rakyatt (ascending of power ) dengan yang datang dari Tuhan ( descending of power ). ). Tidak seperti Raziq, ibn Khaldun memandang bahwa khilafah adalah rejim Qur’ani, sebuah rezim rezim polit politik ik yang yang mengur mengurus us kebut kebutuha uhann manusi manusiaa dunia dunia dan dan akhir akhirat at,, dijus dijustif tifika ikasi si berdasarkan kalam ilahi. Walaupun menurut Khaldun rezim Qur’ani tersebut hendaknya tidak menghapus atau menekan semua keinginan alami manusia dan institusi sosial, karena ia merupakan basis sebuah rezim apapun, rezim politik maupun Qur’ani. Lebih jauh dikatakan pula bahwa jika raja bertindak dengan ikhlas melayani kepentingan publik atas nama Tuhan, dan mengajak mereka perlu dikecam dalam diri pengusaha profan semacam ini.
Beraka Berakarr dari dari asums asumsii atau atau peng pengand andaia aiann bahwa bahwa kekua kekuasaa saann harus harus dicar dicarii sebab sebab-se -seba babb alamiyah, Raziq membangun klaim hubungan agama dan politik melalui perspektif sekularistik. Klaim tentang khilafat dan kekuasaan dalam Islam itu ia mulai dengan mengajukan pertanyaan besar: (1) Apakah kekhalifahan memang diperlukan ? (2) Apakah memang ada sistem pemerintahan yang Islami ? (3) Dari manakah sumber legitimasi kekuasaan, dari atas (Tuhan) atau dari bawah (rakyat) ? Pertanyaan ini muncul di tengah seting sosial saat itu yang ditandai dengan lemahnya kekahlifahan dalam Islam, tetuama di kawasan Eropa Timur, yang kemudian memicu ketegangan di kalangan aktifis politik Islam. Ketegangan atau konflik itu di Turki berujung dengan pembubaran kekhalifahan Ottoman (Utsmaniyah) pada tahun 1923/1924 oleh oleh pemer pemerint intah ah Turki urki di bawah bawah kepemi kepemimpi mpinan nan Kemal Kemal Atatur Ataturk. k. Pembub Pembubara arann itu dilakuka dilakukann dengan dengan alasan alasan lembaga lembaga spiritua spirituall saat itu, khususn khususnya ya lembaga lembaga keulama keulamaan, an, dinilai dinilai hanya hanya mengabdi mengabdi kepda kepda kepentin kepentingan gan sultan/k sultan/khali halifah, fah, menjust menjustifik ifikasi asi penguas penguasa, a, dalam hal ini khalifah, tanpa memperhatikan berbagai kelemahan yang dimilikinya. Kekec Kekecewa ewaan an masy masyara arakat kat terhad terhadap ap sulta sultann atau atau khalif khalifah ah saat saat itu muncul muncul di tengah tengah kekalahan mereka dari musuh yang antara lain berhasil menduduki Islamabad. Sultan dipaksa untuk menerima perjanjian damai yang memalukan. Perjanjian itu merampas kemerdekaan dan memecah belah wilyahnya. Umat Islam, terutama dipelopori Kemal saat saat itu menola menolakk pengh penghina inaan an ini dan dan memera memerang ngii Sulta Sultann denga dengann kekua kekuatan tan senj senjata ata,, sehingga menarik simpati seluruh dunia Islam. Rasyid Rida, editor majalah Al-Manar pun pada pada saat saat itu berad beradaa dalam dalam barisa barisann penent penentang ang para para Sulta Sultann yang yang dinila dinilainy inyaa telah telah mengedep mengedepanka ankann kepentin kepentingann gannya ya sendiri sendiri daripad daripadaa menjaga menjaga keutuha keutuhann dan khormata khormatann wilyah negerinya. Di tengah melemahnya sistem khilafah antara lain karena disebabkan mengemukannya kepentin kepentingan gan pribadi pribadi penguas penguasaa seperti seperti itulah itulah Raziq Raziq lalu membangu membangunn argumen argumentasi tasinya nya tentang tentang kekuasa kekuasaan. an. Menurutny Menurutnyaa masyarak masyarakat at memang memang memerluk memerlukan an kekuasa kekuasaan an politik, politik, namun tidak harus dalam bentuk tertentu. Bahkan umat pun tidak harus dipersatukan sec secara politi litikk. Tesis esis utama ama
Raz Raziq
dapat dik dikemu emukakan
sebaga agai ber beriku ikut :
(1) Bahwa Bahwa Nabi Nabi tidak tidak memba membangu ngunn negar negaraa dan dan otorit otoritasn asnya ya murni murni bersif bersifat at spir spirit itua ual. l. (2) (2) Bahw Bahwaa Isla Islam m tida tidakk mene menent ntuk ukan an sist sistem em peme pemeri rint ntah ahan an yang ang definitive. Karena itu umat Islam bebas memilih bentuk pemerintahan apapun yang yang mereka mereka rasaka rasakahh coco cocokk (3) Bahwa Bahwa tipetipe-tip tipee pemeri pemerinta ntahh yang yang dibent dibentuk uk setelah wafatnya Nabi tidak memiliki dasar dalam doktrin Islam. Sistem itu semata-mata diadopsi oleh orang-orang Arab dan dinaikkan derajatnya dengan istilah khilafah untuk memberi legitimasi religius. (4) Bahwa sistem ini telah menjadi sumber tipuan bagi sebagian besar persoalan dunia Islam, karena ia digunakan untuk melegitimasi tirani dan menimbulkan dekadensi umat Islam.
Pikirannya yang menyimpang dari mainstream intelektual Muslim di Mesir saat itu, menyebabkan dia harus menanggung resiko di pecat dari jabatannya sebagai hakim syariah oleh Majelis Ulama Tertinggi Tertinggi Mesir, dan Al-Azhar menanggalkan gelar alim dari Raziq. Raziq. Namun Namun dalam dalam mempe memperta rtahan hanka kann argu argumen menny nya, a, Raziq Raziq ketik ketikaa diwaw diwawanc ancara araii wartawan Bourse Egiptienne sesaat setelah Dewan Ulama Pusat Mesir melancarkan kecaman terhadap dirinya, ia menyatakan gagasan utama dalam buku saya, yang telah membuat saya banyak dikecam, adalah bahwa Islam tidak menetapkan bentuk Rezim atau pemerintahan tertentu bagi kaum Muslim menurut persyaratan yang dibuat oleh sistem itu sendiri. Islam justru memberi kita kebebasan untuk membentuk negara sesuai deng dengan an kond kondis isii inte intele lekt ktua ual, l, sosi sosial al dan dan ekon ekonom omii di seke sekeli lili ling ng kita kita,, deng dengan an mempertimbangkan sosial dan tuntutan jaman. Pemikiran Raziq jelas merupakan kritik, di satu pihak terhadap pemikiran differensionis Ibn Khaldun di satu pihak, dan terutama adalah kritik kepada para pemikir Islam perspektif organik. Raziq tidak sependapat dengan pemikiran organik yang dianut oleh mayoritas Muslim saat itu. Dalam tipologi kekuasan organik, organik, penguasa atas nama negara memberika memberikann dukunga dukungann dan akomoda akomodasi si terhadap terhadap negara. negara. Simbol-si Simbol-simbol mbol agama agama akan
dikenakan dalam acara-acara acara-acara resmi maupun tidak resmi dan bahkan dalam sistem negara teokrati teokratik, k, penggun penggunaan aan symbolsymbol-simb simbol ol agama agama itu dilakuka dilakukann secara secara institus institusiona ionall dan formalistik. Dalam kajian Islam, diskusi hubungan agama dan kekuasaan atau politik organis, memunculkan klaim tidak ada pemisahan antara agama dan politik, sehingga kekuasan bukan sekedar representasi, tetapi adalah presentasi dari agama. Di sinilah Raziq berbeda paham dengan para penganut Islam formalistik seperti Sayyid Qutb, Rida maupun Al-Maududi. Menurut Raziq, persyaratan yang dibangun untuk menjustifikasi penyatuan agama dan politik dalam Islam didasarkan kepada teradisi pemikiran skripturalistik, idealistik dan formalistik dalam memahami teks doktrinal agama (Woodward, 1998 : 283-311). Dalam pemikiran skpritualistik pemahaman agama dilakukan secara tekstual. Pemikir seperti Sayyid Qutb, misalnya mengartikan secara harfiah ayat Al-qur’an : “Barangsiapa yang tidak memutuskan memutuskan menurut apa yang diturunkan diturunkan Allah, maka mereka mereka itu adalah orangorang yang kafir”. (QS.
5:44,45,47)
Ayat ini dfahami dfahami sebagai sebagai perintah perintah menjalan menjalankan kan pemerint pemerintahan ahan illahi illahi dalam dalam lembaga lembaga formal formal sehingg sehinggaa lalu memuncul memunculkan kan konsep konsep negara negara teokrati teokratis, s, dengan dengan simbol-s simbol-simbo imboll kekua kekuasaa saann bersu bersumbe mberr dari dari Islam Islam.. Denga Dengann demik demikian ian dalam dalam memah memahami ami kekua kekuasaa saan, n, penganut perpsektif skripturalis cenderung berangkat dari asumsi descending of power , dalam hal ini legitimasi penguasa berasal dari Tuhan, dan dengan demikian penguasa tidak lain adalah representasi dari kekuasaanNya yang dari sini lalu muncul pemerintahan teokratis. Pemikiran skripturalistik sering menampilkan kecenderungan bertindak secara idealistik dengan melakukan idealisasi terhadap sistem pemerintahan dengan menawarkan nilainilai nilai Islam Islam ideal. ideal. Tokoh okoh seper seperti ti Al-Far Al-Farabi abi dan filoso filosoff Ikhwan Ikhwan al-Sh al-Shafa afa,, misaln misalnya ya al-madinah al-fadilah al-fadilah (negara utama). Karena mengajukan negara ideal yang disebut al-madinah
konsepsi ini bercorak filosof, maka cenderung a-historis. Mengenai sikapnya terhadap penyelenggaraan politik pemerintahan, maka kaum idealis cenderung tidak realis dalam menghadapi format politik dan kenegaraan yang ada. Pandangan idealis ini kemudian lebih cenderung berorientasi formalistik, sebuah pemikiran yang lebih mengedepankan
bentuk (body) dari pada isi ( mind ). ). Mereka tidak terusik dengan kenyataan bahwa bisa saja kekuasaan mengendalikan body, meski tidak otomatis dapat mengendalikan mind . Dalam hal politik penyelenggaraan pemerintahan, negara dipandang sebagai simbol agama, sehingga perlu politik yang Islami, antara lain dengan membentuk negara Islam atau Partai Islam. Sikap idealis dan tidak realistik, di tambah dengan kecenderungan untuk melakukan formalisme ajaran tersebut memicu ketidak sabaran sejumlah pegerakan kebangkitan Islam seperti kelompok Al-Jamaah al-Islamiyah maupun gerakan Jihad untuk merespon pemerintahan Mesir yang cenderung secular secara radikal, berbeda dengan strategi yang diterapkan Iskhwanul Muslimin yang cenderung lebih moderat. Dalam membangun tesis pemisah agama dan politik Raziq, menghidarkan diri dari pemikiran skriptualistik, idealistik maupun formalistik. Raziq menegaskan bahwa tidak ada rujukan yang dapat dipakai di dalam al-Qur’an maupun Hadits untuk membuktikan adanya adanya persyar persyaratan atan menggera menggerakan kan sistem sistem kekhalif kekhalifaha ahan. n. Peratura Peraturann tentang tentang kekuasa kekuasaan an politik, politheisme, perbudakaan atau tentang apapun tidak lantas menjadi wajib hanya “patuhlah karena dibahas dalam al-Qur’an. Dalam al-Qur’an yang sangat terkenal , “patuhlah kepada Allah, Allah, Rasul dan ulil amri, “
tidak dengan serta merta merujuk kepada penguasa
politik baru manapun. Dengan mengacu pada mufassir seperti Baidhawi dan Zamakhsyari, Raziq menyatakan bahwa kata-kata ulil amri ditafsirkan sebagai “sahabat Nabi,” atau “ulama’ Oleh karena itu ia membantah bahwa Nabi Muhammad telah membentuk negara Islam di Madinah. Nabi hanya Rasulullah, bukan raja ataupun pemimpin politik. Ia menyatakan : Muhammad hanyalah seorang utusan (Allah). Ia betul-betul mengabdikan dirinya bagi dakwah agama tanpa kecenderungan yang menyangkut kedaulatan yang sementara sifatnya, karena ia tidak menyerukan bagi sesuatu yang berkaitan dengan dengan pemerint pemerintaha ahan…. n…. Nabi tidak tidak memiliki memiliki kerajaan kerajaan ataupun ataupun pemerint pemerintaha ahann yang sifatnya temporal. Ia tidak mendirikan kerajaan dalam pengeritan politik atau apa pun yang sinomim dengannya;…. Ia hanyalah seorang Nabi, seperti
Nabi-nabi yang lain yang mendahuluinya. Ia bukanlah raja atau pun pembangun negara, Ia juga tidak menyerukan bagi dibangunnya imperium temporal (al-Raziq, 2001 : 133).
REFERENSI: Dahlan, Abdul Azis dkk., (ed)., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoevee, cet. IV, 2000 Al-Raziq, Ali Abd., 1966, al-Islam wa Ushul al-Hukm, Beirut : Maktabah al-hayah. ‘Imara, Muhammad, 1972, al-Islam wa Ushul al hukm li ‘Ali ‘Abd al-Raziq, Beirut : Dar al-Fikr. Effendy, Bachtiar, 1998, Islam dan Negara : Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia, Jakarta : Paramadina
Al-Maududi, Abu al-A’la, Khalifah dan Kerajaan, Evaluasi atas Sejarah Pemerintahan, Bandung : Mizan, 1984 Al-Mawardi, Abu Hasan Ali Ibn Muhammad bin Habib , Kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah, Beirut : Dar al-Fikr, 1966