Tugas Kelompok Mata Kuliah Dosen Pembimbing
: Kesehatan Masyarakat Pesisir dan Kepulauan : dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc, Ph.D
“STBM DAN PHBS DI PULAU -PULAU BESAR”
KELOMPOK 7
SUPARNINGSIH
K11115042
AFRAH AYURACHAMUNA
K11115017
DWI IRMAWATI RAHMAN
K11115013
NUR SADRINA ASTI
K11115001
PUTRI KAMILAH BUYUNG
K11115513
ST. KHADIJAH SAID
K11115062
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat -Nya sehingga kami mampu menyelesaikan mak alah dengan topik “STBM dan PHBS di Pulau pulau Besar” tepat pada waktunya. Tak lupa pula kita kirimkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, Nabi yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam dengan pengetahuan. Serta ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak, terutama kepada dosen kami Bapak dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc, Ph.Dyang banyak memberikan arahan, sehingga makalah ini berhasil diselesaikan. Adapun sumber-sumber informasi penulis dapatkan dari berbagai situs internet dan jurnal. Makalah yang sederhana ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai STBM dan PHBS di Pulau-pulau Besar. Masih banyak kekurangan dalam paper ini. Untuk itu melalui kata pengantar, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga secara bertahap penulis dapat memperbaikinya.
Makassar, 3 Novembr 2017
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2Fakta Masalah .....................................................................................................3 1.3Pertanyaan Masalah ............................................................................................ 4 1.4Tujuan ................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6 2.1Tabel Rekapitulasi dan Kesimpulan Tabel .........................................................6 2.2Faktor Penyebab ................................................................................................. 10 2.3 Aspek Kesehatan ...............................................................................................11 2.4 Solusi ................................................................................................................. 11 BAB III PENUTUP .................................................................................................13 3.1 Kesimpulan ........................................................................................................13 3.2 Saran .................................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................14
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Secara geografis, Indonsia membentang dari 60 LU sampai 110 LS dan 920 sampai 1420 BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau. Tiga per-empat wilayahnya adalah laut (5,9 juta km2), dengan panjang garis pantai 95.161 km, terpanjang kedua setelah Kanada. Indonesia sebagai negara kepulauan, telah diakui dunia internasional melalui konvensi hukum laut PBB ke tiga, United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982), kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985. Berdasarkan UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia menjadi 5,9 juta km2, terdiri atas 3,2 juta km2 perairan terito-rial dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif, luas perairan ini belum termasuk landas kontinen (continental shelf ). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia (the biggest Archipelago in the World ). Pengertian pulau berdasarkan UNCLOS (United Nations Convention of theLaw of the Sea) 1982 adalah massa daratan yang terbentuk secara alami,dikelilingi oleh air dan selalu muncul atau berada di atas permukaan laut
pada
saatpasang
tertinggi,
memiliki
kemampuan
menghidupi
penduduknya atau kehidupanekonominya dan memiliki dimensi ekonomi yang lebih kecil dari ekonomikontinental. Pengertian pulau sebagaimana yang diutarakan dalam UNCLOSS1982 di atas memiliki beberapa kata kunci, yaitu (1) lahan daratan, (2) terbentuksecara alamiah, (3) dikelilingi oleh air atau lautan, (4) selalu di atas permukaan padasaat pasang, dan (5) memiliki kemampuan ekonomi untuk menghidupipenduduknya. Ukuran pulau tersebut bervariasi mulai dari pulau yang hanyabeberapa meter persegi sampai jutaan kilometer persegi. Berdasarkan ukurannya,pulau dapat dibedakan menjadi pulau besar, pulau kecil dan pulau sangat kecil. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalahsekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas
dasar
kesadaran
sebagai
hasilpembelajaran
yang 1
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolongdiri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkankesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubahperilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakanlingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga,dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga sertadiperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berarti mampumenjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan set iap anggota rumahtangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurangkondusif untuk hidup sehat. Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah
penyebaran
penyakit
berbasis
lingkungan,
meningkatkan
kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk
meningkatkan
akses
air
minum
dan
sanitasi
dasar
yang
berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, perlu disusun Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Berdasarkan hasil pelaksanaan program STBM di Kabupaten Grobogan belum mencapai target 100% yaitu 65,35% daerah yang dinyatakan tidak lagi buang air besar sembarangan, 74,02% masyarakat telah melakukan cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air dan makanan yang aman di rumah tangga sebesar 80,06%, pengelolaan sampah yang benar sebesar 68,08%, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan baik sebesar 72,16%. Salahsatupenyebabtarget
belum
tercapai
bahwa
pendekatan
yang
digunakan selama ini belum berhasil memunculkan demand ,makakomponen pemberdayaan masyarakat perlu dimasukkan dalam pembangunan dan penyediaan jamban agar sarana yang dibangun dapat dimanfaatkan. Untuk tujuan tersebutIndonesia mengadopsi pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS)yang dikenal sebagai STBM (Sanitasi Total Berbasis 2
Masyarakat)
untuk
mendapatkan
pendekatan
yang
optimal
dalam
pembangunan sanitasi. Masalah kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor (multi kausal) olehnya itu pemecahannya harus secara komprehensif melalui upaya kesehatan masyarakat. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung adalah untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), pengobatan (kuratif) maupun, pemulihan kesehatan (rehabilitative). Oleh karena pembahasan mengenai STBM dan PHBS di Pulau-pulau Besar menjadi penting dalam makalah ini. 1.2Fakta Masalah
Sebagai negara kepulauan, Indonesia telah diakui dunia secara internasional (UNCLOS 1982) yang kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985. Berdasarkan UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia seluas 5,9 juta km 2, terdiri atas 3,2 juta km 2 perairan teritorial dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif, luas tersebut belum termasuk landas kontinen (UNCLOS, 1982). Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat. Permasalahan rendahnya kondisi sanitasi dan pelaksanaan PHBS yang kurang menyebabkan tingginya permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh vektor penyakit khususnya diare. Kondisi lingkungan yang buruk sangat berpengaruh
terhadap
meningkatnya
perkembangan
vektor
diare
di
lingkungan tersebut dan diperparah oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satu data dari kepulauan yaitu data mengenai cakupan persentase rumah tangga ber-PHBS Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015 didapatkan
bahwa
cakupan
persentase
rumah
tangga
ber-PHBS 3
cenderungmenurun.Persentaserumah 2015sebesar40,69%,persentase
tangga ini
ber-PHBS
tahun
mengalamipenurunanbila
dibandingkandengan tahunsebelumnya 2014sebesar 54,30%. Kondisi sanitasi lingkungan, bila tidak didukung oleh perilaku hidup yang bersih dan sehat tetap akan menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan kesehatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya berbagai macam penyebab penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan diantaranya berkembangnya vektor penyakit . Penyakit diare merupakan salah satupenyakit yang berbasis lingkungan, dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia, apabila faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar bakteri atau virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. Jumlah kasus KLB Diare pada tahun 2010 sebanyak 2580 dengan kematian sebesar 77 kasus. Hasil ini berbeda dengan tahun 2009 dimana kasus pada KLB diare sebanyak 3037 kasus kematian sebanyak 21 kasus. Perbedaan ini tentu saja perlu dilihat dari berbagai faktor, terutama kelengkapa laporannya. Selain itu faktor perilaku kesadaran dan pengetahuan masyarakat, ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan jamban keluarga dan jangkauan layanan kesehatan perlu dipertimbangkan juga sebagai faktor yang mempengaruhi kejaidan luar biasa diare.
1.3 Pertanyaan Masalah
Adapun pertanyaan mengenai STBM dan PHBS di Pulau-pulau Besar sebagai berikut: 1.
Bagaimana hubungan antara pengetahuan, sikap, maupun tindakan mengenai penerapan STBM dan PHBS?
2.
Bagaimana dampak yang terjadi jika STBM dan PHBS tidak diterapkan ?
4
3.
Apa upaya yang dapat dilakukan agar STBM dan PHBS dapat terus diterapkan dikalangan masyarakat baik di rumah tangga, sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja, maupun di tempat-tempat umum ?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan mengenai STBM dan PHBS di Pulau-pulau Besar sebagai berikut: 1.
Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, maupun tindakan mengenai penerapan STBM dan PHBS.
2.
Mengetahui dampak yang terjadi jika STBM dan PHBS tidak diterapkan.
3.
Mengetahui upaya yang dapat dilakukan agar STBM dan PHBS dapat terus diterapkan dikalangan masyarakat baik di rumah tangga, sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja, maupun di tempat-tempat umum.
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1Tabel Rekapitulasi dan Kesimpulan Tabel
No
Nama
1
Afrah
Aspek STBM
Penggunaan air bersih yang
Sebanyak
49
KK
(54,4%)
Ayurachmuna
memenuhi
(K11115017)
kebetuhan rumah tangga ada
dan
51
tidak
Tangan dengan baik, sedangkan
memenuhi syarat ada 39 KK
kurang baik dalam mencuci tangan
(43,3%).
ada 41 KK (55,6 %).
KK
Nur Sadrina
Asti
syarat
(55,7%),
yang
responden memiliki pengetahuan
Mencuci
Perilaku benar dalam buang air
syarat, sedangkan yang tidak
40 KK (44,4%), sedangkan perilaku
memenuhi syarat ada 39 KK
yang tidak benar dalam buang air
(43,3%)
besar 50 KK (55,6%).
Sebesar 64,7% rumah tidak
Saluran
(SPAL). tidak
sehat.
tangan
dengan
menggunakan sabun,
Sebesar 60,8% rumah
Sebesar 56,9% masyarakat tidak mencuci
Sebesar
63,7%
tidak
mencuci
tangan dengan menggunakan sabun
memiliki jamban atau toilet
dengan
besar serta memiliki pengetahuan
Pembuangan Akhir Limbah
perilaku
memenuhi
memiliki
(K11115001)
untuk
26,7% responden memiliki
jamban
2
Aspek PHBS
setelah Buang Air Besar (BAB)
Sebesar 56% anak yang bermain di
Sebesar 93,1% tidak memiliki
luar rumah dengan bertelanjang
tempat sampah khusus di
kaki.
rumah masyarakat.
Sebesar
60%
masyarakat
mengkonsumsi air yang tidak di masak
atau
mendidih
sehingga
terkontaminasi cacing helminth. 3
Dwi Irmawati Rahman
Sebesar
65%
responden
memiliki jamban dan 35%
Sebesar
98%
mempunyai
responden
kebiasaan
yang
mencuci 6
(K11115013)
responden
tidak
memiliki
tangan
jamban.
Sebesar
yang
responden 91%
yang
dan
tidak
2
%
mencuci
tangan yang baik
responden
memiliki sarana air bersih dan
baik
Sebesar
75%
yang
memiliki
9% responden tidak memiliki
distribusi kebiasaan menggunakan
sarana air bersih.
jamban
yang
baik
dan
25%
responden yang tidak menggunakan jamban yang baik
Sebesar
91%
responden
yang
menggunakan air bersih yang baik dan 9% responden yang tidak menggunakan air bersih yang baik. 4
Suparningsih (K11115042)
Ditinjau dari hasil analisis tindakan sebanyak
responden 34
bahwa
64 responden yang berpengetahuan PHBSnya
responden
baik
45
(70,3%), sebanyak 19 responden
(53,1%) yang berpartisipasi
(29,7%)
yang
dalam kegiatan STBM dan
pengetahuan
tentang
sebanyak
kurang
30
responden
responden
baik.
Jadi
di
memiliki PHBSnya pengetahuan
(46,9%) memiliki tindakan
responden
wilayah
kerja
kurang baik. Hal ini tergolong
Puskesmas
Tahuna
Timur
baik.
Kabupaten
Kepulauan
Sangihe
tergolong baik.
Hasil analisis antara sikap tentang PHBS
rumah
tangga
dengan
kejadian diare terdapat sebanyak 45 responden
(70,3%)
memiliki
pengetahuan baik dan sebanyak 19 responden
(29,7%)
pengetahuan
kurang
memiliki baik.
Jadi
sikap responden di wilayah kerja 7
Puskesmas
Tahuna
Timur
Kabupaten
Kepulauan
Sangihe
tergolong baik.
Hasil
analisis
tentang
PHBS
antara
tindakan
rumah
tangga
dengan kejadiandiare dapat dilihat sebanyak 34 responden (53,1%) memiliki tindakan baik tentang PHBS rumah tangga dan sebanyak 30 responden (46,9%) memiliki tindakan
kurang
baik
sehingga
terdapat hubungan antara perilaku PHBS dengan kejadian diare pada anak balita (p Value = 0,004) di wilayah kerja Puskesmas Tahuna Timur
Kabupaten
Kepulauan
Sangihe dan hal ini tergolong baik.
Hasil
analisis
hubungan
antara
variabel
penyuluhan
petugas
kesehatan tentang PHBS rumah tangga dengan kejadiandiare pada anak balita menunjukan bahwa dari 64 reponden dapat dilihat sebanyak 47 responden (73,4%) mendapat penyuluhan
petugas
kesehatan
tentang PHBS rumah tangga dan sebanyak 17 responden (26,6%) kurang mendapatkan penyuluhan petugas kesehatan tentang PHBS rumah tangga.Penyuluhan petugas
8
kesehatan
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Tahuna
Timur
Kabupaten
Kepulauan
Sangihe
tergolong baik 5
Putri Kamilah
Buyung Z (K11115513)
Sarana Air Bersih berupa
Hasil
penelitian
tentang
kepala
PHBS
sumber pompa tangan yang
menunjukkan
keluarga
ada berjumlah 77 buah.
sebagian besar tidak sehat sebanyak
Keluarga yang mempunyai
55,4% dan sehat sebanyak 44,6%.
jamban keluarga berjumlah 60 buah dan 5 jamban Umum. 6
St. Khadijah
Sarana
air
bersih
yang
Masyarakat
di
wilayah
kerja
Said
memenuhi syarat sebanyak
Puskesmas
(K11115062)
13,3% sedangkan yang tidak
menggunakan sumber air bersih
memenuhi syarat sebanyak
sebanyak
86,7%.
menggunakan sarana air bersih atau
Sarana pembuangan sampah
tidak terdeteksi sebanyak 4.605
yang
(21%) penduduk.
memenuhi
syarat
sebanyak 15,6% sedangkan
Banggai
21.982
dan
yang
tidak
Personal hygiene yang memenuhi
yang tidak memenuhi syarat
syarat sebanyak 24,4% sedangkan
sebanyak 84,4%.
yang
Keberadaan
jamban
yang
tidak
memenuhi
syarat
sebanyak 75,6%.
memenuhi syarat sebanyak 32,2% sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 67,8%.
Saluran
pembuangan
air
limbah yang memenuhi syarat sebanyak 14,4% sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 85,6%. 9
Kesimpulan Tabel :
Dari hasil tabel rekapitulasi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kondisi di Pulau besar memiliki penerapan STBM dan PHBS yang kurang baik. Dari segi mencuci tangan dengan menggunakan sabun, ketersediaan dan penggunaan jamban, ketersediaan air bersih, ketersediaan SPAL, dan penyediaan tempat sampah. Dimana beberapa data menunjukkan bahwa pada program STBM yaitu masalah ketersediaan tempat sampah merupakan masalah yang paling besar yaitu 93,1%. Sedangkan pada program PHBS menunjukkan bahwa masalah mencuci tangan dengan baik menjadi masalah yang paling besar yaitu 75,6%. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan maupun masalah kesehatan. 2.2Faktor Penyebab
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat mencengah penyebaran penyakit berbasis lingkungan meningkatkan kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam
mencapai
2015.Sedangkan
Millenium Perilaku
Development
Hidup
Bersih
dan
Goals Sehat
(MDGs)
Tahun
(PHBS)
adalah
sekumpulan perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran pada diri individu di dalam keluarga maupun di masyarakat yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dilingkungannya. Namun melihat realitas sekarang ini penerapan STBM maupun PHBS di masyarakat khususnya di pulau-pulau besar masih rendah.Beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi adalah masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya penerapan STBM dan PHBS, disamping itu masih kurangnya fasilitas yang disediakan pemerintah dalam mendukung penerapan STBM dan PHBS tersebut. Meskipun juga masyarakat sudah 10
mengetahui pentingnya STBM dan PHBS tapi masih banyak masyarakat yang hanya sekedar mengetahui tidak merealisasikan pengetahuannya ke dalam kehidupan sehati-hari padahal penerapan STBM dan PHBS yang baik akan sangat berpengaruh besar terhadap baik lingkungan maupun kesehatan masyarakat. 2.3Aspek Kesehatan
Penerapan STBM dan PHBS yang kurang baik tidak hanya berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan tapi juga berpengaruh terhadap aspek kesehatan. Faktor penting yang berpengaruh
yaitu ketersediaan dan
penggunaan air bersih, penggunaan sabun mandi, ketersediaan tempat sampah, toilet, dan kamar mandi. Jika hal tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dapat menimbulkan masalah kesehatan misalnya, diare, kecacingan, difteri, dan typoid. Misalnya penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri E.coli yang mengkontaminasi air yang dikonsumsi masyarakat apalagi jika mereka mengkonsumsi tanpa melalui proses pemasakan. Selain bakteri yang terdapat pada air yang dikonsumsi, kejadian diare juga dapat disebabkan oleh kebersihan wadah atau tempat penampungan air. 2.4 Solusi
Baiknya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bergantung pada pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)..STBM yang baik seharusnya semua kegiatan berjalan dengan baik misalnya kegiatan monitoring.Selain itu program STBM juga memerlukan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan agar dapat berjalan dengan baik serta dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat pada suatu daerah khususnya di masyarakat pulau besar dalam hal ini perilaku higienis dan sanitasi yang baik.Selain itu solusi untuk meningkatkan PHBS yaitu misalnya dengan melakukan advokasi, sosialisasi maupun penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat agar melalui penyuluhan tersebut tingkat pendidikan dan pengatahuan masyarakat mengenai STBM dan PHBS bisa meningkat. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan maka kesadaran 11
masyarakat tentang pentingnya PHBS dan STBM juga meningkat, dengan advokasi dan penyuluhan mereka mengetahui bahwa dengan menjaga PHBS maupun STBM dapat menjaga kesehatan lingkungan maupun kesehatan individu itu sendiri.
12
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
STBM dan PHBS merupakan hal penting yang harus diterapkan di semua daerah khususnya di wilayah pulau-pulau besar karena penerapan mengenai STBM dan PHBS masih sangat kurang.Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya STBM dan PHBS sehingga mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari yang tidak menganggap penting STBM maupun PHBS.Selain itu penyebab lainnya adalah masih kurang dukungan dari pemerintah sehingga menghambat
jalannya
program
STBM
serta
fasilitas-fasilitas
yang
mendorong peningkatan penerapan PHBS pada masyarakat.Penerapan STBM dan PHBS yang kurang baik dapat.Menyebabkan berbagai masalah baik dari segi masalah lingkungan maupun masalah kesehatan.
3.2 Saran
Disarankan untuk kegiatan STBM, dimana masyarakat ada pada tahap pemicuan, dimana petugas kesehatan harus mampu untuk memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa kondisi sanitasi wilayahnya.
Hal ini
dilakukan untuk memicu rasa jijik , rasa malu, membangkitkan rasa takut sakit, serta sentuhan pada aspek agama terkait dogma dan dalil buang air besar sembarangan. Disarankan pula bahwa perlu adanya promosi tentang PHBS pada sasaran. Di samping itu kualitas petugas kesehatan untuk melakukan promosi PHBS harus ditingkatkan dengan cara diikutkan pelatihan cara berkomunikasi dengan benar dan berkualitas. Sedangkan pengetahuan masyarakat tentang PHBS perlu ditingkatkan. Metode untuk promosi PHBS sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan masyarakat, sehingga mereka mengerti betul apa yang dimaksud dengan PHBS dan apa yang harus mereka lakukan. Selain itu juga perlu dimotivasi agar mereka mau dan mampu melakukanPHBS dengan benar. Bila mereka mengerti, maka mereka akan berusaha untuk melakukannya. 13
DAFTAR PUSTAKA
Afrah Ayurachmuna: Klemens Waromi dkk, (November 2016). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga dengan Kejadian Diare di Desa Ranowangko Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT Vol. 5 No. 4. Dwi Irmawati Rahman: Fila Nur Rizka Pasambuna dkk, (Februari 2016). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT Vol. 5 No 1. Nur Sadrina Asti: Suyud Warno Utomo dkk, (Mei 2016). Description of Children Behavior, Environmental Sanitation Conditions And Personal Hygiene And Helminithic Earthworms Disease Incidence in School-Aged Children In Soligi Village, Obi-South Halmahera Islands, North Maluku Privince. Australian Journal Of Basic And Applied Sciences : Hal. 1-7. Putri Kamilah Buyung Z: Meilya Farika Indah dkk, (Agustus 2017). Kejadian Diare Pada Balita Ditinjau dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 2. St. Khadijah Said: Zamrudin Hi dkk, (April 2017). Hubungan Antara Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai Kabupaten Banggai Laut . Jurnal Kesehatan: Universitas Sam Ratulangi Manado. Suparningsih: Deksius Gampu dkk, (Juli 2017). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Penyuluhan Petugas Kesehatan, Tentang PHBS Rumah Tangga dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe . Jurnal Kesehatan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
14