FAKTOR PENYEBAB GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TIDAK MELAKUKAN EVALUSI DI SEKOLAH
Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan Dosen Pengampu Sudharno Dwi Yuwono, M.Pd
Disusun Oleh: Kelompok 4 kelas 4D 1. Army Dwi Putri
1601015044
2. Dwi Rahmi W
1601015071
3. Dina Indah
1601015120
4. Nur Rizqillah Almaulidah 1601015116 5. M . Hasyim Sirajudin
1601015004
6. Zean Rizkilah
1601015063
7. Siti Nur Fatmala
1601015104
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2018
i
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari proses pelaksanaan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab bersama antara personil sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program Pendidikan dituntut untuk memiliki evaluasi terhadap berbagai layanan yang diselenggarakan. Kegiatan evaluasi adalah vital untuk program BK sekolah sebagai alat perbaikan dan akuntabilitas program (Brown & Trusty, 2005). Dengan melaksanakan evaluasi, guru BK dapat mengetahui apakah tujuan program sudah terpenuhi atau belum, menentukan apa yang perlu diubah, dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder mengenai program dan capaiannya (consortium on school networking, 2006). Jika pada saat mengevaluasi perencanaan ditemukan kebutuhan-kebutuhan siswa yang belum terakomodasi dalam program, guru BK dapat segera melakukan perbaikan sehingga siswa mendapatkan layanan sesuai kebutuhan dan masalahnya. Jika pembagian waktu dan alokasi dana yang sudah direncanakan kurang sesuai kondisi di lapangan, guru BK dapat segera melakukan penyesuaian. Sebelum program dilaksanakan harus dipastikan bahwa perencanaan telah dievaluasi. Untuk itu berdasarkan keputusan MENPAN No. 84 Tahun 1993 Bab II Pasal 3 dalam Aip Badrujaman, 2011:6 ditetapkan mengenai tugas pokok guru pembimbing adalah: 1. Menyusun program bimbingan. 2. Melaksanakan program bimbingan 3. Mengevaluasi program bimbingan 4. Menganalisis hasil pelaksanaan bimbingan 5. Melaksanakan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Sayangnya, evaluasi program bukanlah kegiatan yang populer dikalangan guru BK (Cheramie & Sutter, 1993). Ketidakpopuleran evaluasi ini dikarenakan tidak semua guru BK melaksanakan evaluasi terhadap programnya, waktu yang digunakan oleh guru BK terkuras konseling dan konsultasi. Di Amerika, hanya sedikit sekolahsekolah di Negara bagian yang melakukan evaluasi untuk mengumpulkan informasi 1
guna mengetahui efektivitas program BK (Martin & Care, 2012). Kurangnya pengetahuan sekolah mengenai metode evaluasi program dan terbatasnya waktu dan biaya merupakan dua alasan yang dianggap sebagai alasan kuat mengapa konselor sekolah jarang atau bahkan tidak pernah melakukan evaluasi program BK (Sukardi,2008) Menurut W.S Winkel (2004:819), “Evaluasi program bimbingan adalah usaha menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri, khususnya seluruh kegiatan dalam rangka program bimbingan yang dikelola oleh staf bimbingan”. Selanjutnya
menurut
Tantawy, (1995:75)
“Evaluasi
pelaksanaan
bimbingan
merupakan kegiatan menilai keberhasilan layanan dalam bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir”. Untuk menilai suatu keberhasilan maka diperlukan evaluasi program. Evaluasi di sekolah pada program BK jarang dilakukan. Penilitian Rachmalia(2006) yang menyatakan bahwa hanya 18,75% guru Bimbingan dan Konseling selalu melakukan evaluasi mendukung temuan empiris peneliti tersebut. Sementara menurut Shertzer & Stone (1981) mengemukakan 7 alasan yang menyebabkan guru BK tidak melakukan evaluasi terhadap programnya. 1. Guru BK tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan evaluasi. 2. Guru BK tidak memiliki pengetahuan mengenai evaluasi program. 3. Perilaku manusia tidak mudah untuk diukur. 4. Data sekolah yang tersedia cenderung tidak lengkap. 5. Evaluasi membutuhkan anggaran tersendiri. 6. Guru BK mengalami kesulitan dalam penggunaan kelompok kontrol. 7. Guru BK kesulitan memformulasikan kriteria yang sesuai dan dapat diukur. Ketujuh hal tersebut disinyalir menjadi hambatan yang menyebabkan kegiatan evaluasi program BK terkesampingkan bahkan tidak tersentuh atau jarang dilakukan. Untuk itu menurut kami ada beberapa faktor yang menyebabkan evaluasi jarang dilakukan oleh guru BK. Faktor penyebab tersebut diantaranya adalah: 1. Guru bimbingan dan konseling tidak memiliki cukup waktu melakukan evaluasi program bimbingan dan konseling, dikarenakan waktunya lebih 2
banyak dilakukan untuk proses konseling baik individual maupun kelompok. 2. Guru bimbingan dan konseling kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling, dikarenakan ada beberapa sekolah yang menerima guru BK dengan latar belakang diluar BK. 3. Adanya ketakutan guru bimbingan dan konseling terhadap akuntabilitas, dikarenakan guru BK beranggapan bahwa dalam penyusunan program kinerja BK tidak sesuai ekspetasi. 4. Guru bimbingan dan konseling tidak merasa bermasalah kalau tidak melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling, dikarenakan guru menganggap evaluasi program BK tidak penting. 5. Guru bimbingan dan konseling berpersepsi bahwa hasil evaluasi program sulit diukur, dikarenakan setiap manusia itu unik dan setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda itu yang membuat guru BK sulit mengukur hasil evaluasi program. 6. Terbatasnya data sekolah
tentang siswa untuk kepentingan evaluasi
perencanaan program BK, dikarenakan kurang ketelitian dari guru BK dalam hal pendataan pada saat penerimaan siswa baru. 7. Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi yang valid, reliabel dan objektif. Dari faktor diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Evaluasi program BK oleh guru BK kurang berjalan efektif karena adanya suatu hambatan yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Sebagai contoh penelitian di SMA 12 Padang oleh Triyono yang menunjukan hasil penelitian bahwa 31,1% guru bimbingan dan konseling mengalami hambatan secara internal dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling, dimana 23,3% guru bimbingan dan konseling mengalami hambatan dari segi pengetahuan dan keterampilan, 43,3% mengalami
3
hambatan dari segi persepsi dan sebanyak 26,7% Mengalami hambatan dari segi rasa tanggungjawab. Selanjutnya sebanyak 28,4% guru bimbingan dan konseling mengalami hambatan secara eksternal dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling, dimana 30,0% guru bimbingan dan konseling mengalami hambatan dari segi kriteria, 26,7% mengalami hambatan dari segi pelatihan dan penataran, 20,0% mengalami hambatan dari segi waktu dan 36,7% mengalami hambatan dari segi biaya. Dari hasil penelitian guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri Kota Padang mengalami hambatan secara internal dan eksternal dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling. Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling sebagai pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling harus mampu untuk mengatasi hambatan yang terjadi baik secara internal maupun eksternal dengan cara menambah dan mengembangkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta tanggung jawab yang baik sehingga pelayanan bimbingan dan konseling bisa berjalan dengan efektif dan efisien untuk meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling.
4
DAFTAR PUSTAKA
Triyono, Faktor Penghambat Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Oleh Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Kota Padang . Portal Garuda.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=181891&val= 6303&title=FAKTOR%20PENGHAMBAT%20PELAKSANAAN%20EV ALUASI%20PROGRAM%20BIMBINGAN%20DAN%20KONSELING %20OLEH%20%20GURU%20BIMBINGAN%20DAN%20KONSELING %20%20DI%20SMA%20NEGERI%20KOTA%20PADANG. Diakses pada tanggal 31 Maret 2018 pukul 14.00 WIB Setyaningsih, 2014. Faktor penyebab guru Bimbingan & Konseling SLTA di Salatiga tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program. Repository. http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6047/1/T2_942011087_B AB%20I.pdf . . Diakses pada tanggal 31 Maret 2018 pukul 14.00 WIB
5