KESALAHAN-KESALAHAN DI DALAM EKSPLORASI
Bambang Kuncoro bbkuncoro_sda@yaoo!com "#$%%&'()##
JURUSAN TEKNIK TEKNIK GEOLOGI GEOLOGI UPN “VETERAN” YOGYAKARTA 2009
Menurut Peters (1978): manusia terlibat kedalam suatu kegiatan eksplorasi karena dua hal, yaitu masalah k*uangan dan k*uangan dan +ak+,k . Oleh karena itu, ak+or manus,a (personil) menadi penting, mengingat !aktor manusia sebagai salah satu penyebab k*gaga.an pada k*gaga.an pada beberapa kegiatan eksplorasi. Meskipun suatu kegiatan eksplorasi telah berusa" ha diren#anakan se#ermat dan sebaik mungkin, namun tetap masih ada k*mungk,nan yang k*mungk,nan yang membatasi atau menggagalkannya.
Menurut Peters (1978): manusia terlibat kedalam suatu kegiatan eksplorasi karena dua hal, yaitu masalah k*uangan dan k*uangan dan +ak+,k . Oleh karena itu, ak+or manus,a (personil) menadi penting, mengingat !aktor manusia sebagai salah satu penyebab k*gaga.an pada k*gaga.an pada beberapa kegiatan eksplorasi. Meskipun suatu kegiatan eksplorasi telah berusa" ha diren#anakan se#ermat dan sebaik mungkin, namun tetap masih ada k*mungk,nan yang k*mungk,nan yang membatasi atau menggagalkannya.
$aktor"!aktor yang membatasi atau menggagalkan kegiatan eksplorasi antara lain: 1. P*r*ncana kegiatan P*r*ncana kegiatan eksplorasi kurang #akap. %. P*.aksana kegiatan P*.aksana kegiatan eksplorasi tersebut ku" rang memiliki kemahiran atau pengalaman. &. 'urangnya k*nda., pada pelaksanaan eksplorasi. . K*+,dak+*n+uan situasi K*+,dak+*n+uan situasi masa depan organisasi.
erdasarkan !aktor"!aktor pembatas tersebut, maka dapat diketahui bah*a sumber permasa" lahan di dalam kegiatan eksplorasi adalah: +'+- $+'-O '/0++2+3 '/0++2+3 MAN/SIA P/34//355++ '/5+-+3 /'0PO+0 +-+6 0/++ 0P/0$' 0P/0$' +++2 EXPLORATIONIST -6 0/3! 0/3!
Permasalahan atau kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu !aktor subyekti! explorationist dan !aktor non"subyekti! explorationist. $aktor non"subyekti! explorationist , yaitu keti" daktentuan masa depan, antara lain hukum, politik, dana, pemasaran, dan aspek sosial.
KESALAHAN-KESALAHAN DI DALAM KE0IA1AN EKSPLORASI (Popoff, 1966) •
•
•
K*sa.aan ,n+*r2r*+as,: kesalahan analogi, sangat tergantung pengalaman explorationist K*sa.aan +*kn,s: kurang sempurnanya alat dan teknik yang digunakan.0ekalipun alat dan teknik yang digunakan sudah sempurna, tetapi pelaksana di belakang alat tetap merupakan !aktor yang mengandung kesalahan. K*sa.aan ana.,+,s: teradi akibat kesalahan analisis.
'etiga enis kesalahan tersebut dapat diumpai pada setiap tahapan eksplorasi, yaitu mulai dari tahap: 1. an#angan program ( program design). 2. Reconnaissance. &. /ksplorasi target permukaan. . /ksplorasi target ba*ah permukaan. . /aluasi.
Peters, 1978
'esalahan dapat mun#ul pada saat: •
•
•
M*m2*ro.*3m*ngum2u.kan da+a, yaitu meliputi sumber data, #ara pengambilan data, pemilahan enis data, hingga pemrosesan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis, R*2r*s*n+as, da+a, yaitu meliputi: kerapatan; kepadatan, umlah dan sebaran data yang semata" mata bukan hanya berdasarkan hitungan statistik belaka, tetapi harus memperhatikan aspek genetiknya. -erakhir adalah s,n+*sa dan u2aya m*mbangun mod*. g*o.og, dan m*n*n+ukan mod*. *ks2.oras,nya.
'esalahan"kesalahan dapat berlanut sampai tahap: 1. Penentuan s+ra+*g, *ks2.oras, (tahapan) %. Pemilihan m*+od* *ks2.oras, yang tepat"guna. &. Penentuan karakteristik kua.,+as . Perhitungan sumb*rdaya atau cadangan . Araan 2*nambangan
+pabila demikian keadiannya, maka hasil akhir suatu kegiatan eksplorasi dapat merupakan akumu.as, k*sa.aan dar, s*+,a2 +aa2an *ks2.oras,
KESALAHAN IN1ERPRE1ASI nterpretasi itu ilmiah karena mengungkap sesuatu diba" lik !akta, adi personil eksplorasi harus bekera berdasar" kan konsep eksplorasi, se#ara teren#ana, berpikir kritis. 'esalahan interpretasi tergantung dari pengalaman explorationist, antara lain: $! K*sa.aan ,2o+*sa yang diyakini explorationist mengenai keadian endapan mineral. %. Angga2an adanya k*samaan mengenai kondisi geologi endapan mineral. &. +nggapan s+a+us da+a harus elas. 0ebagai #ontoh data ketebalan dapat diperoleh dari berbagai sumber, mana yang paling akurat<
'esalahan interpretasi tergantung dari pengalaman explorationist, antara lain: 4! Kor*.as, .og bor yang tidak mengindahkan kenya" taan sesungguhnya obyek geo!isika di lapangan. '! P*rubaan yang s*ragam tubuh obyek geologi sepanang urus dan kemiringannya. 5! Angga2an m*ng*na, da+a, karena data bisa benar atau salah. 7. +nggapan k*m*n*rusan k*dudukan .a2,san ba+uan sepanang on strike maupun cross strike. 8. Perubahan ska.a 2*+a topogra!i atau geologi harus memperhatikan kaidah kartogra!i.
9. nterpretasi 2*rubaan s*ragam tubuh obyek geologi. 'asus penampang perhitungan #adangan. $"! Kor*.as, .og bor yang tidak mengindahkan kenya" taan sesungguhnya obyek geo!isika di lapangan. $$! Mod*. g*o.og, obyek geo!isika yang tidak sesuai, karena anggapan kesamaan kondisi geologi. $%! P*n*ra2an mod*. .,ngkungan 2*ng*nda2an yang masih bersi!at umum, -entukan lingkungan pengendapan yang langsung mempengaruhi aspek kualitas dan geometri obyek geo!isika. $(! K*samaan angga2an an+ara mod*. g*o.og, r*g,ona. dan r,nc,! =uud dan dimensi obyek geologi, keadaan obyek geologi atau letaknya dalam kerangka geologi tidaklah sama.
KESALAHAN 1EKNIS +nggapan bah*a penggunaan alat yang #anggih, teknik yang mutakhir. dan mahal dapat mengatasi permasalah" an obyek geo!isika. Padahal ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Obyek geologi merupakan obyek non"linier karena dikendalikan oleh ak+or g*n*+,k dan 2ros*s2ros*s g*o.og, yang menyertainya, . %. +lat dan teknik tetap harus d,kor*ks, 6ka.,bras,7 untuk menghindari kenaikan atau penurunan nilai dan diterapkan sesuai karakteristik alat.
9on+o-con+o K*sa.aan 1*kn,s (! P*ngukuran +o2ogra,: peletakan prisma atau rod, penentuan interal kontur berdasarkan aturan 1;%.>>> kali skala peta. . Penarikan gar,s-gar,s k*samaan n,.a,8 isopa#h, iso#al, isosulphur, isoash, isomoist dll. '! P*ngukuran k*dudukan perlapisan antara #ara dip direction dan east (umum digunakan geologist ). 5! P*ngukuran s+ra+,gra, terukur antara metode kompas"tali dan metode Jacob staff . )! P*ngukuran k*+*ba.an .a2,san ba+uan pada saat dilakukan lintasan penampang stratigra!i teru" kur, apakah ariasi kemiringan dirata"rata atau tidak.
9on+o-con+o K*sa.aan 1*kn,s #! P*ngukuran +*ba. .a2,san ba+uan, apakah pada singkapan, inti bor atau alat ukur. 9. Plotting k*dudukan dan simbol litologinya, apakah kedudukan diletakkan di titik pengukuran atau tidak. $"!R*kons+ruks, 2*nam2ang g*o.og, menggunakan tabel koreksi (umum beredar di kalangan geologist ) dan penerapan hukum ? dengan kontur struktur. $$! S+andar,sas, 2*r*kaman da+a, misal pada saat deskripsi, pembuatan pro!il, kedudukan lapisan dll. $%!P*+a .,n+asan dan .okas, 2*ngama+an ada.a ak+a lapangan, belum ada analisis di dalamnya.
9on+o-con+o K*sa.aan 1*kn,s •
•
•
•
•
•
P*+a g*o.og,, apakah bermakna % atau & dimensi< K*dudukan 2*r.a2,san ba+uan bermakna bidang atau titik< Pengukuran pada bidang perlapisan. P*ng*.om2okkan :*n,s da+a, misal data kekar, cleat pada batubara, primer atau sekunder dll. P*r,+ungan .uas d*ngan 2.an,m*+*r (manual atau digital) dan metode koreksinya apakah minimal dilakukan % kali dengan arah yang berla*anan atau ariasi pemba#aan di ba*ah %@ dari rata"rata. P*n*n+uan koord,na+ (posisi dan eleasi) apakah #ara gra!is, 5P0 biasa atau 5P0 -rimble %>>>. Membandingkan 2*nam2ang bor dan 2*nam2ang .og sumur (reconsiled ).
KESALAHAN ANALI1IS 'esalahan yang ditimbulkan akibat kesalahan analisis, yaitu akibat anggapan bah*a obyek geo!isika dapat di statistik atau dirata"rata tanpa memperhatikan: $! As2*k g*n*+,k dar, oby*k g*o,s,ka +*rs*bu+! %! Oby*k g*o,s,ka ada.a oby*k yang non .,n,*r!
9on+o-con+o K*sa.aan Ana.,s,s 1. +nalisis data kedudukan lapisan batuan, misal pada analisis struktur lipatan. %. Pembagian blok yang tidak seimbang sesuai hukum rata"rata, berakibat kesalahan perhitungan #adangan. &. Pemilihan metode yang tidak sesuai karakteristik endapan mineral, misal metode pengambilan #ontoh atau perhitungan #adangan. . Penentuan kandungan;kadar batubara;endapan mineral memerlukan banyak pertimbangan karena kandungan;kadar suatu endapan batubara;mineral tidak selalu sama, baik se#ara ertikal maupun lateral.
9on+o-con+o K*sa.aan Ana.,s,s . Pengambilan #ontoh harus dapat dipertanggunga*ab kan mengarah pada kendali kualitas dan tidak pada produksi. A. 2al ini harus dipikirkan se#ara sadar terhadap masalah dan kesalahan yang mendasar untuk mengurangi teradinya kesalahan. 7. 2asil pengambilan #ontoh dengan nilai kadar (angka) yang besar menunukkan sumber kesalahan yang potensial. Mengingat kadar pada #ontoh emas bisa berkisar antara 1 ppm sampai 1.>>>.>>> ppm, yaitu dari eak sampai emas murni.
9on+o-con+o K*sa.aan Ana.,s,s 8. Buga dapat dibandingkan dengan sul!ida (pentlandite) tambang nikel dengan kadar produksi 1"@ 3i dan se#ara khusus range dapat ditentukan >,1"1@ (maksimum %1 @ 3i). 9. Pada tambang biih besi +ustralia dengan kadar A>" A@ $e dan se#ara khusus range >"A9@ (maksimum 7>@ $e). 1>. Perbandingan antara maksimum kadar produksi dan maksimum kadar #ontoh untuk: a. /mas 1 : %> b. 3ikel 1:& #. esi 1 : 1,1.
11. Pertimbangan pembobotan dalam perhitungan tonase (berat). +pakah berdasarkan metode aritmatik sederhana atau rerata perhitungan, pembobotan C pembobotan tebal (rerata tebal), luas (rerata luas), olume (rerata olume) atau tonase (rerata berat). 1%. 6kuran #ontoh dapat memberikan pengaruh ketelitian pada pengambilan #ontoh. ontoh besar memerlukan perkiraan yang akurat dibandingkan #ontoh ke#il. 1&. ?arians dari 1 kg #ontoh broken ore adalah 7%,A gr;ton ± A1,& gr;ton dengan tingkat keper#ayaan 9@, sedangkan untuk 8 kg #ontoh 7%,A gr;ton ± &1,9 gr;ton ari eksperimen: empat #ontoh 1 kg hasilnya sama tiap leel dengan ketelitian seperti satu #ontoh 8 kg.
/2aya M*nga+as, K*sa.aan Pada K*g,a+an Eks2.oras,
1. $aktor subyekti! explorationist memegang peran besar sebagai sumber timbulnya kesalahan. 2. Explorationist sekaligus dapat berperan penting untuk mengatasi kesalahan"kesalahan yang mun#ul. 3. Explorationist harus memperhatikan keseluruhan perolehan data, pemilahan enis data, pemrosesan data, penentuan metode, peralatan dan analisis data dari seluruh rangkaian kegiatan eksplorasi.
9ara m*nga+as,nya EXPLORATIONIST HAR/S MAMP/ 6$7 M*mas+,kan kond,s, +arg*+ *ks2.oras, dan kond,s, g*o.og,nya! 1. Meliputi karakteristik target eksplorasi dan proses" proses geologi yang mengendalikannya berdasarkan pendekatan konsep eksplorasi (model geologi dan model eksplorasi). %. -uuan untuk mengetahui se#ara lebih baik ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan dan kadar atau kualitas target eksplorasi .
9ara m*nga+as,nya EXPLORATIONIST HAR/S MAMP/ 6%7 M*maks,ma.kan k*.*ngka2an dan +,ngka+ k*2*rcayaan da+a *ks2.oras, 1. Membuat standarisasi untuk perolehan, pemrosesan dan analisis data eksplorasi. %. ermati metode eksplorasi dan kemampuan personil. &. +pabila peren#anaan eksplorasi tidak baik atau eksplorasi dilaksanakan se#ara berlebihan, maka dapat berakibat pada kelebihan data yang tidak diperlukan.
9ara m*nga+as,nya EXPLORATIONIST HAR/S MAMP/ 6(7 M*n*n+ukan +,ngka+ k*+*.,+,an yang m*ru2akan d*ra:a+ k*b*naran yang d,k**ndak, dan +*rgan+ung k*2ada s,s+*m *ks2.oras,! erdasarkan: 1. Benis dan kerapatan pengambilan #ontoh. %. Penentuan ketepatan data dari sudut pandang geologi, bentuk geometri tubuh endapan mineral, ma#am pola sebaran, !aktor"!aktor kesalahan dan kategori #adangan.
9ara m*nga+as,nya EXPLORATIONIST HAR/S MAMP/ 647 M*ngacu k*2ada +u:uan dan +aa2an k*g,a+an *ks2.oras,! 1. Perhitungan sumberdaya tahap pendahuluan #ukup menggunakan metode sederhana karena hasilnya diperlukan segera, bersi!at a*al dan perkiraan umum, %. Perhitungan #adangan untuk peran#angan tambang, diperlukan perhitungan lengkap, memperhatikan sistem penambangan, dan keekonomian.