EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELITUS Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Oleh : Paramita Hermaniati
101111020
Irvan Prayogo
101111117
Wahyu Dwi Cahyani
101111140
Intan Permata Sari
101111154
Oktian Firman Bryantara
101111178
Rr Rovanaya Nurhayuning J
101111190
Dedy Setiawan
101111210
Vreza Budi Setiawan
101111215
Aminatul Fitria
101111218
Puspita Ayu Ramadhani
101111224
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELITUS EPIDEM IOLOGY OF DI ABETES M ELL ITUS
ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang akan semakin meningkat jumlahnya di masa yang akan datang. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan status sosial, yang mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup. Menurut World Health Organization (WHO) penderita DM pada tahun 2000 adalah 135 juta dan dan diperkirakan akan menjadi 366 juta orang orang di tahun 2025. Kawasan Asia diperkirakan mempunyai populasi penderita DM terbesar di dunia. Berdasarkan penelitian Departemen Kesehatan tahun 2001, untuk jenis penyakit DM di Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. Tercatat 7,5% penduduk di Pulau Jawa dan Bali, baik pria maupun wanita menderita DM. Diabetes melitus (DM) sendiri merupakan kelainan metabolik akibat defek pada sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Jumlah penderita DM akan meningkat apabila tidak disusun strategi pencegahan dan pengontrolan DM secara tepat. Edukasi terbukti penting dalam meningkatkan pengetahuan, kepatuhan, dan kontrol glikemik pada pasien DM. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan penderita diabetes mellitus diperlukan peran serta tenaga kesehatan untuk memberikan informasi yang tepat melalui health education mengenai cara pencegahan penyakit diabetes mellitus sebagai salah satu cara untuk mengurangi jumlah penderita penyakit diabetes mellitus. Kata Kunci : diabetes militus, WHO, jumlah penderita DM, edukasi ABSTRACT
Diabetes mellitus ( DM ) is a disease that wil l increase in number in the future . This increase was due to increased social status , which resulted in a change of lifestyle. According to the World Health Organization Orga nization ( WHO ) in 2000 20 00 people with diabetes is 135 million and is expected to be 366 million people in 2025 . Asia is expected to have the largest population of people with diabetes in the world . Based on the Ministry of Health study in 2001, for the type of DM in Indonesia ranks fourth in the world after India , China and the United States . Recorded 7.5 % of the population in Java and Bali , both men and women women suffering from diabetes . Diabetes mellitus ( DM ) is a metabolic disorder due to his own defects in insulin secretion , insulin action , or both . The number of people with diabetes will increase if not structured diabetes prevention and control strategies appropriately . Education was important in improving knowledge knowledge , adherence , and glycemic control in diabetic patients . To improve knowledge and compliance of patients was necessary role of health professionals to p rovide appropriate information through health education about how to prevent diabetes mellitus as one way to reduce the number of people with diabetes mellitus. Key Word : diabete diabetes s mell mell itu s , WH O , th e nu mber mber of people people with diabete diabetes s , education education
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia dalam kehidupan sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu menjaga kesehatannya. Dalam kehidupan sekarang telah banyak ilmu – ilmu ilmu yang mempelajari tentang kesehatan, baik ilmu tentang kesehatan dan ilmu tentang penyakit. Segala hal yang dilakukan seperti pola dan gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh dan penyakit yang kemungkinan dapat diderita (Ariska, 2008). Salah satunya penyakit degeneratif yang dapat timbul dikarenakan pola dan gaya hidup yang dapat mengganggu kesehatan seseorang adalah Diabetes Melitus tipe 2. Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerusakan kinerja insulin atau kombinasi keduanya. Ketidakoptimalnya kerja insulin merupakan akibat dari kurangnya sekresi insulin atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin. Kurangnya sekresi insulin dan kerusakan kerja insulin sering terjadi bersamaan sehingga menyebabkan kelainan yang merupakan penyebab terjadinya hiperglikemia (ADA, 2005). Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita. Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal. Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya umur harapan hidup (UHH), namun masa transisi demografi akibat keberhasilan upaya menurunkan angka kematian dapat menimbulkan transisi epidemiologis, sehingga pola penyakit bergeser dari infeksi akut penyakit degenerative yang menahun. Menurut WHO angka penyandang penyakit yang popular dengan sebutan kencing manis memang cukup fantastis, yaitu menempati urutan ke 4 terbesar di dunia. Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita diabtes mellitus (2000) dan akan meningkat dua kali menjadi 366 juta pada tahun 2030. Dari 50% yang sadar mengidapnya, hanya 30% yang rutin berobat. Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi diabetes mellitus semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peningkatannya dikelompok 10 besar (leading diseases). Selain itu diabetes mellitus makin member kontribusi yang lebih besar terhadap kematian ( ten diseases leading cause of death). (Bustan, 2007) World Health Organisation (WHO) tahun 2003 memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa (Depkes, 2008). Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), angka prevalensi penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Angka prevalensi risiko diabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia (Anonim, 2010). Di Jawa Tengah, prevalensi DM tipe 2 mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2008, yaitu sebesar 0,83% pada tahun 2006, 0,96% pada tahun 2007 dan 1,25% pada tahun 2008 (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2008). Peningkatan prevalensi diabetes seiring dengan peningkatan faktor risiko yaitu obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, merokok, hiperkolesterol, hiperglikemia dan lain-lain.
KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 1995). Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai keluhan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada berbagai organ dan system tubuh seperti mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, dan lain-lain (Mansjoer, 1999). Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidaseimbangan antara tuntutan d an suplai insulin (H. Rumahorbo, 1999).
Penyakit DM sering menimbulkan komplikasi berupa stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka gangren (Annisa, 2004). Selain terjadi komplikasi, DM juga dapat menimbulkan dampak sosio ekonomi penderita, karena DM menimbulkan beberapa kerugian yang digolongkan menjadi kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian K erugian langsung meliputi biaya perawatan gawat darurat, opname, op name, pelayanan-pelayanan medis, rawat jalan penderita, pembedahan, obat obatan, uji laboratoris serta biaya peralatan. Kerugian tidak langsung mencakup kematian prematur, kehilangan hari kerja yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dan penghasilan, pembayaran asuransi, kerugian perorangan serta hal-hal yang tidak bisa dihitung seperti rasa nyeri dan penderitaan penderitaan (Price, 1994). Pada sebagian penderita DM, sering disertai dise rtai adanya obesitas, riwayat keluarga mengidap diabetes seperti orang tua, atau a tau saudara s audara kandung, faktor usia usi a (berusia lebih l ebih dari 45 tahun), kelompok etnis tertentu, dan kehamilan. Pada sebagian penderita DM yang lain terdapat peningkatan tekanan darah, kadar trigliserida, kadar kolesterol, inaktivitas fisik, dan proses penuaan (Sherwood, 2001). 1. Patofisiologi a. DM Tipe I Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan dan rasa haus (polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000) b. DM Tipe II Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika selsel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)
2. Manifestasi Klinik a. Poliuria Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia). c.
Poliphagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis. e.
Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002)
RIWAYAT ALAMIAH
Terdapat 5 tahap Riwayat Alamiah Penyakit Diabetes Melitus, yaitu : 1. Tahap Prepatogenesis Pada kondisi ini, individu belum merasakan gejala (simptom) dan belum dinyatakan diabetes. Tahap prepatogenesis dapat berpindah menjadi pre diabetes dipengaruhi oleh faktor resiko masing-masing individu. 2. Tahap Prediabetes Pre-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2. Pada masa pre-diabetes ini belum terdapat abnormalitas dari metabolisme, tapi sudah membawa faktor genetik (carriers). Kondisi pra-diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pra-diabetes dapat meningkat menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 5-10 tahun.Ada dua tipe kondisi pra-diabetes, yaitu : a. Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah puasa seseorang sekitar 100-125 mg/dl (kadar glukosa darah puasa normal: <100 mg/dl). b. Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada uji toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam kondisi diabetes. 3. Tahap Diabetes Kimiawi Pasien masih bersifat asimptomatik (belum timbul gejala-gejala) namun sudah terdapat abnormalitas metabolisme pada pemeriksaan laboratoris. 4. Tahap Klinis Fase dimana penderita sudah menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit DM. Gejala-gejala diabetes melitus yaitu Trias DM (Poliuria, Polidipsia, Polifagia). 5. Tahap Akhir Penyakit Penyakit diabetes melitus adalah penyakit kronis yang belum dapat disembuhkan. Penyakit ini hanya dapat dikontol dan diberi pengawasan khusus. Penyakit komplikasi yang muncul dari penyakit diabetes melitus dapat menimbulkan kecacatan atau kematian misalnya katarak, ganggrene, stroke, PJK, dll. Apabila tidak muncul komplikasi, individu tersebut tetap akan menjadi carier atau pembawa sifat penyakit dan dapat menularkan kepada keturunannya.
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor beberapa faktor resiko penyakit diabetes melitus yang harus mendapatkan perhatian serius untuk terhindar dari penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan ini. Beberapa faktor resiko diabetes adalah : 1. Riwayat Keluarga Faktor keturunan atau genetik mempunyai kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes (riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2, orang tua atau kakak atau adik). Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang agar bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola makan dan pola hidup kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit i ni. 2. Obesitas Atau Kegemukan Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk menyerap insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak. Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari makan makanan yang tinggi kalori. 3. Usia Yang Semakin Bertambah Ketika usia sudah diatas 40 tahun banyak fungsi organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin.
4. Kurangnya Aktivitas Fisik ( Gaya Hidup Sedentary ) Sedentary ) Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang mengalami kegemukan dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan juga pankreas. Dengan melakukan olahraga secara teratur minimal 30 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu, dapat mencegah faktor resiko Diabetes Mellitus. 5. Merokok Asam rokok menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Merokok dapat menyebabkan intoleransi glukosa ,dengan kata lain tubuh tidak bisa lagi menerima glukosa. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan resiko resistensi terhadap insulin dan respon yang cukup terhadap sekresi insulin. 6. Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi Makanan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup tinggi untuk seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Hal ini dapat diatasi dengan konsumsi kolestorol tidak lebih dari 300mg per hari. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes lebih padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL, sehingga mudah sekali masuk kedalam lapisan pembuluh