KEGIATAN PELAYUAN TEH HITAM CTC PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS CISARUA BOGOR
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan
Disusun oleh: Hilmi Sahasto P1A050073
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2009
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Warahmatullahi Wabarakatuh Wabarakatuh Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkah dan rahmat-Nya yang selalu dicurahkan kepada penulis, sehingga penulisan laporan praktek kerja lapangan dengan judul Kajian Pembeberan dan Pelayuan pada Teh Hitam di PTPN VIII Gunung Mas dapat diselesaikan. Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu mata kuliah di program studi Teknik Pertanian Universitas Padjajaran. Laporan ini merupakan hasil kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan di PTPN VIII Gunung Mas dan dilaksanakan 27 Januari – 28 Februari 2009. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut berperan serta dalam menyelesaikan praktek kerja lapang dan penulisan laporan praktek kerja lapang ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak H. Gunawan Nawawi, Ir., MS sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya membimbing dalam penyelesaian laporan. 2. Bapak Dede Kusdiman sebagai Administratur PTPN VIII Gunung Mas yang telah mengijinkan kami untuk melakukan Praktek Kerja Lapang di Perkebunan Gunung Mas. 3. Bapak Dudhie Irawadhi Ahmad,S.P sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan pengarahan pengarahan kepada penulis p enulis selama praktek kerja lapang 4. Seluruh staf dan karyawan PTPN VIII Gunung Mas yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapang. 5. Bapak Ujang dan keluarga yang telah memberikan fasilitas pemondokan selama kegiatan Praktek Kerja Lapang. L apang. 6. Rekan-rekan satu perjuangan praktek kerja lapang di PTPN VII Gunung Mas, Radityo (om Dito kampak ), Husein (ucok kobra), Anissa (Cha-cha codet ) dan Rudi (bantal) yang berjuang bersama selama satu bulan di Gunung mas.
7. Kedua orang tua dan ketiga kakak penulis yang telah memberikan dukungan dan doa selama kegiatan Praktek Kerja Lapang dan penyusunan laporan. 8. Teman-teman angkatan 2005 khususnya TMIP serta seluruh pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin. Wassalamu’alaikum Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandung, Maret 2009
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu yang harus dipenuhi bagi mahasiswa Strata 1 (S1) pada Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran adalah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL). Dengan adanya pelaksanaan Praktek Kerja Lapang adalah dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman
dan
pengetahuan
secara
kognitif,
efektif
dan
psikomotorik tentang suatu kegiatan pada lembaga baik pemerintahan dan non pemerintahan atau perusahaan yang berkaitan dengan teknologi industri pertanian sehingga diharapkan akan meningkatkan pengetahuan mengenai bidang kajian dan keprofesian. Bidang kajian pada Praktek Kerja Lapang mencakup tentang mesin penanganan pascapanen dan proses pengolahannya. Pada perkuliahan diperoleh tentang teknik penanganan hasil pertanian pascapanen sehingga dengan penanganan tersebut dapat menjaga bahan hasil pertanian selalu dalam keadaan baik. Bahan-bahan hasil pertanian seringkali mengalami kerusakan baik saat masih dilahan maupun selama dalam p roses penanganan pasca panen. Kerusakankerusaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor fisik, mekanik termis, biologis, fisiologis, dan kimia. Untuk mengendalikan kerusakan bahan hasil pertanian tersebut, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik (watak atau sifat) teknik dari bahan hasil pertanian meliputi karakteristik fisik, mekanik dan termal. Bahan hasil pertanian dapat mudah mengalami kerusakan karena beberapa faktor salah satun ya adalah kadar air yang terkandung didalam bahan pertanian tersebut. Kadar air b ahan hasil pertanian memegang peranan sangat penting dalam menjaga kualitas dari bahan hasil pertanian. Terjadinya kerusakan pada bahan hasil pertanian selepas panen secara biologis, fisiologis, dan kimia disebabkan karena masih tingginya kadar air didalam bahan. Informasi kadar air suatu bahan hasil pertanian sangat diperlukan untuk mngetahui kondisi apakah telah memenuhi syarat dalam proses penanganan pascapanen. (Zain, S . 2005)
1
Dalam pengolahan teh hitam semua proses pengolahan berpengaruh terhadap kadar air namun yang menjadi penanganan awal pada proses pengolahan teh hitam yaitu pada proses pembeberan dan pelayuan dimana proses ini merupakan pondasi dari proses pengolahan teh penurunan kadar air harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan, jika pada proses ini dapat berangsung dengan baik yaitu kadar air dapat mencapai 68-74% maka akan mempermudah untuk proses selanjutnya dan merupakan salah satu penentunya dalam menghasilkan produk akhir yang diinginkan 1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini bagi mahasiswa adalah: a. Mengembangkan dan memperaktekan teori yang telah dipelajari, khususnya yang berkaitan dengan dunia industri baik dalam bidang pertanian maupun perkebunan. b. Membekali mahasiswa agar memiliki pengalaman bekerja pada suatu instansi, dalam hal ini pabrik pengolahan teh hitam Gunung M as. c. Melengkapi materi kuliah melalui kegiatan langsung di lapangan d. Mengetahui proses pengolahan produk serta tahapan-tahapannya e. Mengetahui pengaruh dari hasil pelayuan terhadap p engolahan engolahan berikutnya dan hasil akhir dari pengolahan f. Untuk memenuhi salah satu syarat syarat kelulusan tahap tahap Strata 1 di
Fakultas
Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran 1.3. Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam melakukan praktek kerja lapang antara lain : 1.
Dapat memperoleh pengalaman kerja tentang cara penanganan dan proses pengolahan teh menjadi teh hitam CTC yang bermutu tinggi dan diminati konsumen
2.
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kerja
3.
Dengan praktek kerja mahasiswa dapat mengetahui penerapan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.
2
1.4. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan yang dibahas dalam laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Dasar teori dan ide-ide ide-ide yang melatar belakangi pemilihan tema dalam laporan ini. 2. Proses pembeberan dan pelayuan yang merupakan pondasi dari proses pengolahan teh hingga menjadi produk yang berkualitas dan diminati konsumen. 3. Kapasitas mesin pengolahan dan kapasitas produksi pada proses pembeberan dan pelayuan. 1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Januari sampai dengan 26 Februari 2009 dan bertempat di PT. Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Jl. Raya Puncak – Kotak Kot ak Pos 6 Cisarua, Bogor 16750
1.6 Metode Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Praktek kerja lapang dilaksanakan dengan cara mengikuti di setiap bagian pengolahan teh hitam meliputi, penerimaan bahan baku, pembeberan dan pelayuan, penggilingan, pengringan, sortasi dan pengepakan pada pabrik dan juga kegiatan lapangan (kebun teh) serta studi pustaka untuk membantu dalam pembuatan laporan. Selain metode di atas, dalam Praktik Kerja ini juga dilakukan pencatatan data dan informasi pendukung yang tersedia di PTPN VIII Gunung Mas. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer d an sekunder.
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari orang-orang yang bersangkutan langsung dengan kegiatan pembeberan dan pelayuan teh hitam, baik ikut kerja langsung pada setiap kegiatan atau bertanya langsung pada pihak yang berwewenang untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu kegatan yang kurang difahami.
3
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari luar perusahaan, seperti dari studi kepustakaan yang berupa catatan, literatur, dokumen, internet, dan ba han lain yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembeberan dan pelayuan teh hitam di PTPN VIII Gunung Mas.
4
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN
2.1 Deskripsi Wilayah
2.1.1 Lokasi Dan Tata Letak Perusahaan
Secara geografis perkebunan Gunung Mas terletak pada 06 0420LS dan 1060580BT, dengan ketinggian mencapai 800-1200 dpl dan topografi berbukit. Perkebunan Gunung Mas berjarak 30 km arah selatan kota Bogor, pabrik teh Gunung Mas ini memiliki arel produksi seluas 246,48 Ha yang mencakup 3 afdeling yaitu afdeling Gunung Mas 1 (219,03 Ha), Gunung Mas II (193,48 Ha)
yang berlokasi di Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua serta afdeling Cikopo (233,97 Ha) yang tersebar di desa Suka galih dan desa kuta di Kecamatan Mega Mendung Serta desa Citeko di Kecamatan Cisarua. Setiap kebun terdiri dari beberapa blok, blok merupakan bagian-bagian dari kebun yang lebih kecil tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam penjadwalan kegiatan penyemprotan hama dan penyakit, pemetikan dan lain-lain. Wilayah Perkebunan Gunung Mas juga dibatasi oleh:
Sebelah Utara dan Timur
: Perkebunan Ciliwung
Sebelah Barat
: Taman Safari
Sebelah Selatan
: Gunung Pangrango
Setiap afdeling dibagi kedalam beberapa blok, seperti terlihat di Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah blok pada setiap Afdeling Gunung Mas Ketinggian (m dpl)
Jumlah blok (buah)
Total
GM I
GM II
CIKOPO
700
-
-
-
-
800-1200
25
15
26
66
1300
-
3
-
3
Jumlah
25
18
26
69
5
2.2 Sejarah Perkembangan Perusahaan
Perkebunan Gunung Mas merupakan salah satu Unit Usaha PT Perkebunan Nusantara VIII yang berlokasi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Pada awalnya perkebunan ini adalah hasil penggabungan dua perusahaan perkebunan yaitu “Goenoeng Mas Prancoise Nederlandise de Culture etde Comerce” dan “NV Cultur My Tjikopo Zuid”. Perusahaan “Goenoeng Mas Prancoise Nederlandise de Culture etde Comerce” didirikan tahun 1910 oleh sebuah Maskapai Perancis, dan pada tahun 1954 pengelolaannya dialihkan kepada perusahaan Belanda yaitu “NV Tiedeman K. Van Kerchem (TVK) yang berkantor pusat di Bandung. Bandung. Perusahaan “NV Cultur My Tjikopo Zuid” didirikan tahun 1912 oleh perusahaan perusahaa n Jerman. Jerm an. Pada tahun 1949 Negara Jerman kalah dalam Perang Dunia II sehingga Perusahaan diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Pada tahun 1958 kedua perusahaan tersebut diambi alih oleh Pemerintah Indonesia yang dikenal dengan Nasionalisasi, menjadi PPN Baru Kesatuan Jawa Barat II. Pada tahun 1963 diadakan Reorganisasi Perusahaan sehingga berubah nama menjadi PPN Antan VII, status tersebut hanya berlangsung tujuh tahun untuk selanjutnya dengan kebijakan pemerintah berubah menjadi PNP XII yang kemudian pada tanggal 1 Agustus 1971 menjadi PTP XII (P ersero). Pada tahun 1972 Perkebunan Gunung Mas dan Perkebunan Cikopo digabungkan menjadi satu perkebunan dengan nama Perkebunan Gunung Mas. Terhitung mulai 11 Maret 1996 diadakan penggabungan (merger) tiga PTP (PTP XI, PTP XII dan PTP XIII) menjadi PT Perkebunan Nusantara Nusantara VIII yang meliputi wilayah Propinsi Jawa Barat dan Banten, sehingga dengan terjadinya penggabungan tersebut Perkebunan Gunung Mas berada di bawah Manajemen PT Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jalan Sindang Sirna No. 4 Bandung. 2.3 Organisasi Perusahaan
Perkebunan Gunung Mas merupakan suatu Perseroan Terbatas (PT) dimana pengelolaan modal dan saham perusahaan dikuasai oleh dewan komisaris
6
yang terdiri dari unsur Dephankam, Depkeu, dan Deptan. Adapun uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab pengurus sebagai berikut : 1. Administratur
Administratur
bertugas
menyelenggarakan
pengolahan
perkebunan,
produksi, teknis dan administrasi dengan berpedoman kepada kebijakan direksi dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah disahkan oleh direksi. Di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Administratur dibantu oleh Sinder Kepala, Sinder TUK, Sinder Pabrik, Sinder Teknik, Sinder Wisata Agro dan Sinder Afdeling. 2. Sinder kepala
Sinder Kepala membantu Administratur dalam pelaksanaan tugasnya sebagai unit produksi dengan berpedoman pada RKAP yang telah disahkan terutama dalam bidang tanaman baik perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasannya. Sinder Kepala bertanggungjawab atas kelancaran tugas pekerjaannya pekerjaannya kepada Administratur. 3. Sinder Pabrik
Sinder Pabrik membantu terlaksananya tugas dan kebijakan Administratur dalam bidang pengolahan. Sinder Pabrik bertanggunagjawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan pengolahan kepada Administratur. 4. Sinder Afdeling
Sinder Afdeling
membantu
terlaksananya
tugas
dan
kebijakan
Administratur dalam bidang perkebunan. Mengelola bagian kebun yang menjadi kewajibannya baik dari segi perencanaan maupun pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sinder Afdeling bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaannya kepada Sinder Kepala. 5. Sinder Teknik
Sinder Teknik membantu terlaksananya tugas dan kebijakan Administratur dalam bidang teknik. Sinder Teknik bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaannya kepada Administratur.
7
6. Sinder Tata Usaha Keuangan (TUK)
Sinder TUK membantu terlaksananya tugas dan kebijakan Administratur dalam bidang administrasi. Sinder TUK bertanggungjawab atas kelancaran tugas dan pekerjaannya kepada Administratur. 7. Sinder Wisata Agro
Sinder Wisata Agro melaksanakan tugas dan kebijakan Administratur dalam bidang pariwisata perkebunan serta mengelola secara fisik operasional bagian Wisata Agro baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sinder Wisata Agro bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaannya kepada administratur. 2.4 Visi dan Misi Perusahaan
Perusahaan sebagai suatu organisasi organisasi memiliki Visi d an Misi yang harus dicapai agar perusahaan tersebut dapat berjalan, yaitu : 1.
Visi
Menjadi perusahaan perkebunan yang tangguh dalam bidang Agrobisnis, Agroindustri dan Agrowisata untuk memuaskan stakeholder (antara lain pelanggan, pemilik saham dan karyawan) serta peduli terhadap konservasi lingkungan. 2.
Misi
Turut melaksanakan dan menunjang kebijakan program pemerintah di bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional pada umumnya, khususnya di Sub Sektor Perkebunan dalam arti seluas-luasny selu as-luasnya. a. Visi tersebut kemudian diimplementasikan sebagai berikut : a. Sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma Perkebunan yaitu : 1) Menghasilkan devisa maupun Rupiah bagi negara dengan cara efisien. 2) Memenuhi
fungsi
sosial,
diantaranya
berupa
penyediaan
atau
penambahan lapangan kerja bagi WNI. 3) Memelihara kekayaan alam berupa memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah, sumber air dan tanamannya. b. Sebagai Agent of Development
8
c. Pengabdian kepada masyarakat (Pembinaan Ekonomi Lemah dan Koperasi) 2.5 Kegiatan Yang Dilakukan Pada Saat Saat Praktek Kerja Lapang Lapang
Kegiatan yang dilakukan antara lain kegiatan kebun dan kegiatan pabrik. 1. Kegiatan Kebun Secara umum kegiatan kebun terdiri dari pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pemangkasan, penyiangan, penyiangan, pengendalian p engendalian hama dan p enyakit, enyakit, pemupukan p emupukan.. Tanaman teh yang dibudidayakan oleh PTPN VIII dikembangbiakkan secara vegetatif (stek). Kelebihan menggunakan cara stek ini dapat menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya (seragam), produktivitas meningkat, serta proses pembibitan lebih cepat. Terdapat pula kekurangan diantaranya tanaman kurang tahan terhadap hama dan d an penyakit serta kurang mampu beradaptasi. 2. Kegiatan Pabrik Kegiatan pabrik meliputi proses pengolahan pucuk teh menjadi teh yang siap dikonsumsi. Porses dimulai dari penerimaan bahan baku, pembeberan, pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis/fermentasi, pengeringan, sortasi, penyimpanan, penyimpanan, dan pengepakkan p engepakkan..
9
BAB III KEGIATAN YANG DIIKUTI
3.1 Penerimaan dan Penimbangan Penimbangan Bahan Baku Baku
Penerimaan bahan baku merupakan suatu kegiatan menerima bahan baku pucuk teh segar dari kebun dengan tujuan melakukan pengecekan terhadap kondisi bahan baku yang berasal dari kebun yang akan disesuaikan dengan standar bahan baku yang diperbolehkan masuk kedalam pabrik untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengecekan terhadap bahan baku yang diperbolehkan di lakukan pemetikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penimbangan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai tahapan pengecekan kuanitas dan kualitas bahan baku yang dibawa dan telah dilakukan penimbangan dari kebun oleh karyawan bagian penimbangan agar tidak terjadi kesalahan terhadap data yang di bawa oleh pengantar bahan baku menuju pabrik, oleh karena itu d ilakukan ilakukan pengecekan ulang. Pucuk yang diterima diterima oleh PTPN VII Gunung Gunung Mas berasal dari 3 Afdeling (kebun) yang di olah oleh perusahaan ini antara lain afdeling Gunung Mas 1, afdeling Gunung Mas 2 dan afdleling Cikopo selatan, dari ketiga afdeling tersebut
dalam satu hari dapat melakukan penimbangan sebanyak 1 sampai 3 kali tergantung dari kondisi atau jumlah pucuk yang dapat dipetik oleh setiap afdeling, Pada musim hujan jumlah penimbangan yang dapat dilakukan lebih sedikit karena jumlah pucuk yang dapat dipetik tidak begitu banyak akibat banyak pucuk yang terserang penyakit. Pucuk-pucuk teh dimasukan kedalam waring yang berkapasitas 25 kg per waring, setelah dimasukan kedalam waring pucuk teh tersebut dilakukan penimbangan penimbangan terlebih dahulu di kebun untuk mengetahui berat dari teh yang telah dipetik, kemudian pucuk teh dibawa menggunakan truk menuju pabrik. Sebelum teh masuk kedalam pabrik untuk diproses maka teh tersebut harus dilakukan penimbangan kembali untuk menyesuaikan jumlah berat dari pucuk teh dari penimbangan di kebun. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan mesin Avery Hidroulic, penimbangan ini harus disertai dengan surat pengantar pucuk
dari mandor kebun karena didalam surat pengantar pucuk terdapat data mengenai
10
berat pucuk dari penimbangan dikebun dan waktu penyemprotan hama. Pengecekan surat pengantar pucuk merupakan salah satu penanganan produk sebelum pucuk teh dapat diproses didalam pabrik. Apabila dalam surat tersebut ada ketidaksesuaian data maka dapat dilakukan koordinasi langsung dengan mandor kebun.
3.1.1 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Penerimanan dan Penimbangan Bahan Baku
Timbangan Avery Hidroulic
Surat pengantar pucuk
Truk atau kendaraan pengangkut teh
Bahan baku ( pucuk teh )
3.1.2 Waktu Kegiatan
Kegiatan pada proses penerimaan dan penimbangan bahan baku yang diikuti selama 2 hari kerja, yaitu pada tanggal 5 dan 16 januari 2009. Setiap kali kegiatan biasanya dilakukan 1 sampai 2 kali penimb angan per kebun per hari yang dilakukan pada pukul 11.00 dan 14.00, dimana setiap kali penimbangan dapat berlangsung ± 10 menit. 3.1.3 Urutan kerja pada proses penerimaan dan penimbangan bahan baku
Menerima bahan baku dari kebun dipabrik pengolahan (unit penerimaan dan penimbangan penimbangan bahan baku) dengan menggunakan menggunakan truk.
Menerima surat pengantar pucuk yang berisi waktu penyemprotan pestisida dan pemetikan pucuk yang akan dilakukan.
Melakukan penimbangan bahan baku.
o
Prosedur penimbangan
Menghitung berat brutto ( berat pucuk + truk)
Menghitung tara ( berat truk kosong)
Menghitung berat pucuk ( netto ), selisih brutto dan tara
11
Cara memperoleh berat netto dan brutto 1. Netto atau berat pucuk diperoleh dari selisih antara brutto dan tara 2. Penimbangan pucuk biasanya dilakukan dengan truknya tujuannya untuk memperoleh berat brutto. Karena brutto merupakan jumlah antara berat truk dengan berat pucuk Cara memperoleh berat truk ( Tara ) dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut: 1. Berat truk ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan avery hidroulik ketika akan berangkat untuk mengambil pucuk teh. Proses penimbangan ini kurang begitu akurat karena selisih waktu dari penimbangan brutto dan tara sangat jauh sehingga mengakibatkan adanya proses penurunan atau penambahan berat seperti terjadinya pengurangan BBM atau juga penambahan berat truk disebabkan adanya penambahan air hujan pada saat musim hujan ketika truk dalam perjalanan. 2. Berat truk ditimbang setelah proses penimbang p enimbangan an bahan baku selesai dilakukan. Dengan cara ini pengukuran berat truk kosong lebih dapat dikatakan akurat karena penurunan dan penambanhan truk tidak terlalu besar disebabkan dari selisih waktu dari penimbangan brutto dan tara tidak terlalu jauh. Didalam proses penimbangan terdapat toleransi atau pemotongan berat pucuk teh antara penimbangan dikebun dengan penimbangan dipabrik, seperti pada musim kemarau toleransi yang diberikan sebesar 4% dan pada musim hujan sebesar 10%, pemberian toleransi pada musim hujan lebih besar karena pucuk yang dibawa sangat basah sehingga menambah berat dari pucuk mengakibatkan berpengaruh terhadap penimbangan. Pemotongan berat pucuk ini disesuaikan dengan kesepakatan bersama antara pihak kebun dan pabrik agar tidak terjadi kesalah pahaman. Mesin pada jembatan selalu dilakukan pengkalibrasian untuk menjaga keakuratannya, proses kalibrasi dilakukan satu tahun sekali pada bulan oktober oleh badan metrologi bogor.
12
Pengecekan laporan aplikasi pestisida dan pemetikan afdeling Kegiatan ini dilakukan pada saat proses penerimaan bahan baku sebagai
suatu cara untuk penanganan produk sebelum diperbolehkan masuk kedalam pabrik untuk diproduksi. Laporan aplikasi ini diisi pada saat pertama kali lahan akan dilakukan penyemprotan pestisida, tujuan dari pengisian laporan ini adalah sebagai saranan untuk mengontrol proses penyemprotan lahan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat terjadi pada saat pemetikan dilakukan, dimana batas minimal waktu penyemprotan hingga waktu pemetikan pucuk teh minimal 7 hari dari waktu penyemprotan terakhir. Pada laporan aplikasi pestisida dan pemetikan afdeling ini berisi waktu aplikasi penyemprotan, jenis pestisida yang digunakan, dosis pemberian pestisida dan rencana waktu pem etikan yang akan dilakukan. Untuk mengetahui isi dari laporan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Contoh Laporan Aplikasi Pestisida dan Pemetikan Afdeling
13
3.1.4
Hasil Kegiatan
Hasil yang diperoleh dari kegiatan penerimaan dan penimbangan bahan baku antara lain: 1.
Pada bulan Januari dan Februari 2009 produksi pucuk teh minus. Setiap penerimaan dan penimbangan pucuk pada umumnya hanya dilakukan 1-2 kali per kebun per harinya, sedangkan pada bulan-bulan plus dapat dilakukan 3-4 kali per kebun per harinya. Seperti yang terlihat pada Tabel 3 tanggal 5 februari 2009 setiap kebun hanya melakukan 1 kali penimbangan pada pukul 11.00 siang dengan jumlah total bahan baku sebanyak 6700 kg, sedangkan untuk tanggal 16 februari kebun GM 1 dan GM 2 melakukan penimbangan sebanyak 1 kali pada pukul 11.00 siang dan kebun cikopo melakukan 2 kali penimbangan per kebun perharinya pada pukul 11.00 dan 13.00 dengan jumlah total bahan baku 6760 kg.
Tabel 3. Banyaknya Penimbangan yang Dilakukan Unit Penimbangan pada Tanggal 5 dan 16 Februari 2009 per Kebun perharinya. Tanggal
5
16
Afdeling
Banyaknya penimbangan
Banyaknya penimbangan
GM 1
1
1
GM 2
1
1
Cikopo
1
1
Penimbangan II (13.00)
-
-
GM 1
-
-
GM 2
-
-
Cikopo
-
1
GM 1
1
1
GM 2
1
1
Cikopo
1
2
Penimbangan I ( 11.00)
Total penimbangan per kebun per hari
14
2. Berat pucuk segar segar yang ditimbang per hari tanggal 5-16 februari 2009, seperti terlihat pada Tabel 4 Tabel 4 Berat Pucuk Segar yang Ditimbang per Hari pada Tanggal 5 – 16 Februari 2009 Tanggal
5
Total bahan
6700
baku (Kg)
6
7
9
10
11
12
13
14
16
6310 4390 5630 5630 4290 4050 5570 5570 4150 4670 6760
3. Beberapa permasalahan dalam unit penerimaan dan penimbangan bahan baku antara lain:
Adanya pucuk hasil petikan yang masuk kedalam proses pengolahan namun tidak sesuai dengan ketentuan jadwal dari waktu minimal ( 7 hari ) setelah penyemprotan. Pucuk ini harus segera dibuang agar tidak tercampur dengan pucuk-pucuk lainya dalam proses pengolahan
Mesin timbangan Avery hidroulic mengalami kerusakan kerusakan antara lain rusaknya jarum penunjuk sehingga hasil timbangan tidak akurat.
Sulitnya menyatukan pendapat antara pihak kebun dan pabrik mengenai besarnya persentase potongan berat pucuk teh. Potongan ini berarti pemotongan persentase toleransi perbedaan berat pucuk yang dibawa dari kebun dengan timbangan pada unit penimbangan karena faktor cuaca dimana pada musim kemarau diberikan toleransi 4% sedangkan pada musim hujan 10% pada musim hujan lebih besar dikarenakan pada musim hujan jumlah air yang ikut terbawa baik yang menempel pada pucuk atau juga pada kendaraan akibat hujan sangat besar sehingga menambah berat yang berpengaruh pada penimbangan di unit penimbangan pabrik.
15
3.1.5 Pengalaman yang Diperoleh
1. Mengetahui bagaimana bagaimana cara penanganan produk pucuk segar sebelum sebelum masuk kedalam proses pengolahan menjadi teh agar tidak mengandung bahan-bahan berbahanya seperti seperti kandungan pestisida atau zat kimia lainnya dengan cara mengerjakan pengecekan surat pengantar pucuk dan surat laporan aplikasi pestisida dan pemetikan afdeling. 2. Mengetahui bagaimana cara menimbang pucuk segar segar yang dibawa dari kebun dengan menggunakan mesin avery hidroulic 3. Mengetahui bagaimana pengecekan terhadap Laporan Aplikasi Pestisida dan Pemetikan Afdeling agar tidak ada kesalahan dalam interval 7 hari proses pemetikan setelah penyemprotan dilakukannya. Laporan Aplikasi Pestisida dan Pemetikan Afdeling dapat dilihat pada T abel 2.
3.2 Proses Pelayuan
Proses pelayuan merupakan suatu proses pada pengolahan teh yang bertujuan untuk menurunkan kadar air sesuai standar yang telah ditentukan agar memudahkan memudahkan proses pengolahan selanjutnya. s elanjutnya. Proses pembeberan teh ini dilakukan dengan tujuan untuk memecah gumpalan pucuk teh akibat proses pemetikan dan pemasukan kedalam watering sehingga menjadi padat dan bergumpal oleh karena itu diperlukan pembeberan agar mempermudah sirkulasi udara pada saat proses pelayuan dan juga membuat kadar air pada pucuk mengalami penurunan yang merata sehingga tingkat kelayuan yang akan dihasilkan pun akan merata pada semua pucuk teh dalam withering trough. Pembeberan juga di lakukan untuk menurunkan kadar air dari pucuk teh yang baru datang dari kebun h ingga kisaran kadar air pucuk teh 80-82% sehingga dapat dilakukan proses pembalikan dan dilanjutkan proses pelayuan. pelayuan. Pada awal pelayuan harus menggunakan udara segar. Setelah suhu panas udara pelayuan maksimum 27 0C. Pada kondisi udara sekitar yang berkabut dengan kelembaban tinggi, maka dilakuka pencampuran udara luar dengan udara panas dari Heat Exchanger . Pemberian panas dihentikan apabila air pada permukaan pucuk sudah menguap dan keadaan udara sekitar tidak terlalu lembab.
16
Lama proses pelayuan skitar 10-24 jam untuk CTC tergantung keadaan bahan baku dan keadaan cuaca sekitar, sedangkan untuk sistem orthodox lama pelayuan 12-28 jam sesuai dengan kebutuhan mulai dari saat pembeberan hingga turun layu. Pada proses pelayuan dilakukan juaga pembalikan seperti pada pembeberan yang bertujuan untuk menyamaratakan kadar air pucuk. Pembalikan dilakukan jika ketinggian pucuk pada withering trough sudah berkurang 50-60%. Cara pembalikan pucuk teh dengan buruan, buruan itu berisi lapisan atas tumpukan sehingga lapisan bawah berpindah tempat kelapisan atas. Pucuk yang telah dinyatakan layu apabila kadar air yang terkandung dalam pucuk teh memiliki kadar air 68-74%. Pengukuran kadar air secara manual yaitu jika pucuk diremas tidak manimbulkan bunyi patah dan aromanya tercium sedap berbeda dengan daun segar atau pucuk kurang layu. Pengukuran kadar air dengan menggunakan 0
alat sortarius ( Moisture Content Analyzer ) selama 30 menit dengan suhu 150 C, secara otomatis alat akan menunjukan m enunjukan hasil. 3.2.1
Alat dan Bahan yang Digunakan pada Proses Pelayuan
Mesin Withering Trough berkapasitas be rkapasitas 800-2000kg
Monorail Conveyor
Ruangan analisa petik dan pucuk ( timbangan analitik, kotak sampel pucuk)
Alat pengukur suhu (Termometer dry-we dr y-wet) t)
Moisture content analitic (sortorius)
Waring
Bahan baku (pucuk teh)
3.2.2
Waktu Kegiatan
Kegiatan pada proses pelayuan yang diikuti selama 7 hari kerja, yaitu pada tanggal 5, 6, 16, 20, 21, 23, dan 24 Januari 2009. Setiap kali kegiatan dilakukan selama ± 10-12 jam per hari dimulai dari bahan baku dimasukan kedalam withering trough hingga turun giling, untuk u ntuk satu kali proses pelayuan. pelayuan.
17
3.2.3
Urutan kerja pada proses pelayuan
Menyalakan mesin Withering trough yang akan digunakan, jumlah WT yang tersedia sebanyak 25 buah, sedangkan yang digunakan untuk bahan baku 4150 kg kg hanya 6 buah WT karena karena jumlah bahan baku tidak terlalu banyak.
Menyalakan monorail conveyor conveyor yang terdiri dari 66 buah kursi
Menurunkan Menurunkan waring-waring pada p ada conveyor ke withering trough trou gh
Meletakan waring-waring pada badan WT dalam 2 buah jalur dengan jumlah waring sebanyak ± 22 waring untuk setiap WT.
Mengeluarkan pucuk didalam waring (± 25 kg per waring) diatas withering trough dimulai dari arah yang berlawanan dengan angin yang dikeluarkan dari blower, kemudian dilakukan pembeberan dengan cara dikibrik. Lama proses ini memerlukan waktu selama 15-20 menit untuk setiap WT.
Selesai pembeberan dilakukan pengukuran dan mengatur ketebalan hamparan sekitar 20 cm deng d engan an menggunakan mistar yang selalu diletakan pada Wt untuk mengetahui penurunan hamparan karena pucuk telah mengalami pelay pela yuan.
Setelah pembeberan dilakukan pengecekan terhadap thermometer dry-wet yang digunakan untuk mengukur selisih suhu kering dan basah pada tumpukan pucuk dalam withering trough. Pengecekan kembali dilakukan setelah proses pembalikan.
Setelah proses pembeberannya dilakukan pengambilan sampel pucuk teh dari withering trough untuk pengujian bahan baku (analisis petik dan pucuk) dan pengukuran kadar air pucuk segar. P engukuran engukuran kadar air pucuk segar dengan menggunakan alat sortorius atau moisture content analyzer, sebagai berikut:
Mengambil sampel secara acak sebanyak 500 gram dari withering trough
Ambil 5 gram dari sample tersebut. t ersebut.
Pucuk teh kemudian diiris kasar
18
Ukur kadar air pucuk segar dengan menggunakan alat Sortorius 0
dengan suhu 150 C selama 30 menit
Hasil kadar air dapat langsung diperoleh dari alat sortorius tersebut.
o
Cara pengujian analisis petik dan pucuk, p ucuk, sebagai berikut:
Analisis petik Analisa petik adalah pemisahan pucuk berdasarkan rumus petik, P+1, P+2, P+3, P+4, B+1m, B+2m, B+3, B+4 dan burung tua. Tujuan dari analisis petik ini yaitu untuk menentukan kualitas pemetikan dan mengevaluasi gilir petik. Proses analisis petik sebagai berikut:
Mengambil sampel pucuk teh didalam withering trough sebanyak 500 gram dengan acak dari bagian depan, tengan dan belakang. b elakang.
Diambil 100 gram dari 500 gram tersebut untuk dianalisa dan dipisahkan berdasarkan jenis pucuk
Hasil pemisahan seluruh kriteria pucuk ditimbang
Nilai persentase analisa petik minimal 55% sehingga dapat dinyatakan memenuhui standar analisa petik, jika kurang dari nilai tersebut maka pucuk teh tersebut tidak bagus
Analisa pucuk Analisis pucuk bertujuan sebagai pendugaan potensi kualitas bahan jadi yang akan dihasilkan dari hasil proses pengolahan berdasarkan bahan baku yang datang. Proses analisis pucuk sebagai berikut:
Mengambil sampel pucuk teh didalam withering trough sebanyak 500 gram dengan acak dari bagian depan, tengan dan belakang perkemandoran petik.
Diambil 100 gram dari 500 gram sampel untuk dianalisa
Warna daun diamati untuk mengetahui apakah ada bercak warna asing ( merah : nordox, hijau:cupravit)
Sampel dicium untuk mengetahui bau asing
19
Lembaran daun diraba untuk merasakan adanya menyak atau lapisan lengket
Dipisahkan ( P+1, P+2, P+3, B+1m, B+2m, B+3m) dari daun tua, tangkai tua dan pucuk rusak dalam kotak
Jika ada P+5 dan P+4 maka dipisahkan dengan memotong bagian muda (P+3) kekelompok muda, daun 4 dan 5 ke kelompok tua
Pucuk rusak : penyakit memar dan tingkat keutuhan 75%
Selanjutnya ditimbang kembali dan hasilnya dinyatakan dalam persen. Nilai yang diperoleh dari analisis pucuk minimal 66%.
Apabila pucuk medium pada analisis analisis petik lebih lebih besar 55% dan analisis pucuk lebih besar 66 % maka kondisi dari pucuk tersebut bagus atau sudah memenuhi standar yang ditetapkan.
Mengisi buku laporan harian analisis petik dan pucuk yang berisi antara lain data total bahan baku, hasil analisis petik dan pucuk dan keterangan keadaannya bagus apa tidak berdasarka b erdasarkan n standar yang telah ditetapkan.
Memberikan angin terus menerus ke pucuk agar proses pelayuan semakin cepat, dengan cara membiarkan blower tetap menyala selama proses dan menutup pintu keluarnya angin pada wt.
Melakukan pembalikan 1-3 kali setelah berselang 4-6jam jam secara berkala sesuai dengan keadaan pucuk atau ketika ketinggian pucuk pada WT sudah berkurang 50-60%. Dan pengec p engecekan ekan termometer termom eter dry-wet.
Melakukan pengecekan penurunan kadar air awal pada proses pelayuan dengan menggunakan menggunakan moisture content analitic ana litic (setelah proses pembalikan dilakukan pukul 16.00 dan 20.00 ) .
Melakukan pengecekan kadar air juga dilakukan secara manual dengan meremas pucuk teh hingga tidak menimbulkan bunyi patah dan aroma tercium sedap berbeda dengan daun segar. Pengukuran kerataan layu dilakukan setelah lama pelayuan ± 10-12 jam. Pengukuran kerataan layu pucuk teh hingga 90 %, artinya 90 % dari pucuk teh yang berada dalam satu WT sudah layu dan siap dilakukan proses selanjutnya, dengan cara sebagai berikut:
20
Ambil pucuk layu secara acak dari withering trough sebanyak 500 gram
Ambil 100 gram dari 500 500 gram untuk dilakukan dilakukan pengujian
Pisahkan antara pucuk layu dan pucuk p ucuk kurang layu
Pucuk hasil pemisahan ditimbang dan kemudian di hitung masingmasing persentase berat pucuk.
Sasaran persentase kerataan layu minimal 90 %
Mencatat dan memasukan data-data pada proses pelayuan ke dalam buku laporan harian pembeberan dan pelayuan pela yuan..
Melakukan penghitungan jumlah hasil pucuk layu dari bahan baku dengan menggunakan perhitungan karena jumlah pucuk yang dilayukan tidak dilakukan penimbangan melainkan dengan perhitungan. perhitungan.
Melakukan proses turun giling atau turun layu adalah proses menurunkan hasil proses pelayuan kedalam alat proses penggilingan dengan ketentuan sebagai berikut:
3.2.4
Lama pelayuan sudah mencapai minimal 10 jam hingga 24 jam
Kerataan layu mencapai 90%
Kadar air pucuk layu layu 68-74%
Hasil Kegiatan
Hasil yang diperoleh dari kegiatan pelayuan antara lain :
Mengetahui proses pelayuan pada pabrik teh hitam CTC
Mendapatkan hasil kadar air pucuk teh mulai dari pucuk teh segar hingga teh sudah dalam keadaan layu, kerataan layu, jumlah pucuk layu dan lama proses pelayuan. Hasil dari kadar air, kerataan layu, jumlah pucuk layu dan lama pelayuan dapat dilihat pada Tabel 5.
21
Tabel 5 Kadar Air Pucuk Teh Segar, Pucuk Layu, Kerataan Layu, Jumlah Pucuk Layu dan lama pelayuan. No Total bahan baku ( kg) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
9520 8120 6890 6700 6310 4390 5630 4290 4050 5570 4150 4670 6760 6320 5810 5480
Moisture Content / Kadar Air Pucuk segar (rata-rata) 82,56 82,62 82,61 82,71 82,71 80,46 82,73 78,24 73,24 78,57 79,42 78,15 82,14 79,14 77,76 80,04
Pucuk layu 70,62 72,52 73,93 72,49 71,99 73,12 73,79 71,51 71,17 71,93 70,85 69,97 70,92 70,02 69,62 69,52
Kerataan Layu %
Pucuk Layu (Kg)
92 90 90 90 91 90 90 90 90 90 90 90 90 92 92 92
5650 5135 4595 4209 3895 3188 3697 3275 3056 4254 2930 3397 4155 4393 4253 3588
Ratarata lama pelayuan (jam) 12,42 12,28 12,18 11,35 12,25 12,47 10,27 10,06 10,38 11,14 11,39 12,42 12,26 12,14 11,18 11,24
Mendapatkan tinggi beberan pada saat awal dan setelah dilakukan pemballikan yang terjadi pada proses pelayuan, tinggi beberan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penurunan Hamparan dari Tinggi Beberan Awal dan p ada Saat Dibalik Withering (WT) No WT
Isian (Kg)
25
800
24
Mulai Jam
Tinggi Beberan (cm) Awal
Saat Dibalik
12.00
20
10
580
12.20
20
10
23
800
14.20
20
10
22
580
14.40
15
7
21
590
15.00
15
7
20
800
15.20
20
10
4150
22
Mendapatkan pendugaan sebagai pendugaan potensi kualitas bahan jadi yang akan dihasilkan dari hasil proses pengolahan berdasarkan bahan baku yang datang berdasarkan hasil pengujian analisis petik dan pucuk tersebut sebagai acuan untuk hasil akhir proses pengolahan apakah sesuai dengan pendugaan sementara apa tidak. Untuk hasil dari analisis petik dan pucuk yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Analisis Petik dan Pucuk Pu cuk yang Dilakukan di Pabrik Gunung Mas
ANALISIS PETIK DAN PUCUK
Total bahan baku ( kg)
Hasil (hasil Analisis)
Keadaan pucuk
9520
67,25 - 68,42
Bagus
8120
67,72 - 68,20
Bagus
6890
67.73 - 68,41
Bagus
6700
67,65 - 68,17
Bagus
5630
67,32 - 68,36
Bagus
4290
67,69 – 68,28
Bagus
5570
67,98 – 68,21
Bagus
4150
67,65 – 68,05
Bagus
4670
67,52 – 68,25
Bagus
Mengetahui alat dan mesin yang digunakan pada proses pembeberan dan pelayuan pelayuan pengolahan teh hitam CTC
Mendapatkan hasil nilai derajat layu dan jumlah pucuk layu teh dengan menggunakan perhitungan dan juga rumus mengukur d erajat layu tersebut, untuk mendapatkan nilai tersebut maka dibutuhkan data-data seperti yang tertera pada Tabel 8.
23
Tabel 8. Data-Data yang Digunakan Untuk Menghitung Jumlah Pucuk Layu dan Derajat Layu. Withering (WT) Isian (Kg)
No
MS
68,02 67,67
25
800
12.00
24
580
12.20
23
800
14.20
22
580
21
590
20
800
MC
Mulai Jam
Kerataan Pucuk Saat Pucuk Layuan (%) segar dibalik layu % % % 74,26
69,72
91,5
14
74,42
69,96
92
14,1
74,63
70,49
90,5
12,4
14.40
74,72
71,31
90
13,1
15.00
75,36
71,87
90
12,2
75,6
71,69
90
13,4
15.20
78,46
Lama Pelayuan (jam)
67,65
67,70 68,05
4150 Mc kering :2,954
80,2
79,61 79,42
70,85
Cara perhitungan : Dengan rumus pelayuan yang digunakan dipabrik Gunung Mas m aka pucuk layu:
100 MCSegar 100 MCLayu
= Berat pucuk segar .
Pucuk layu
100 79,42 100 70,82
= 4150 .
= 4150. 0,7052 = 2926,58 kg Maka persentase layu:
PL
=
=
Wpl Wps
x 100%
2926,58 4150
x 100%
= 70,52% Dari hasil perhitungan diatas maka prosentase pelayuan pada pabrik Gunung Mas telah menenuhi syarat yang ditetapkan, yaitu 68-74%
24
Dengan memakai rumus yang sama pada pelayuan, maka dapat juga dihitung untuk mandapatkan berat kering teh :
Berat kering
100 MCSegar 100 MCKering
= Berat pucuk segar .
100 79,42 100 2 , 954
= 4150 .
= 4150 x 0,21206 = 880,067 kg Derajat layu dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
DL
=
=
Wtk Wpl
x 100%
880,067 2926,58
x 100%
= 30,07% Dari perhitungan maka diperoleh besarnya derajat layu sebesar 30,07% yang berarti menenuhi persyaratan derajat la yu sebesar 30-33%.( Agatha, 2007)
3.2.5
Pengalaman yang diperoleh
Mengetahui bagaimana kerja dari proses pembeberan dan pelayuan mulai dari bahan baku datang hingga turun giling giling
Mengetahui lamanya proses pelayuan yaitu ± 12 jam
Mengetahui cara analisis petik dan pucuk, dimana hasil yang diharapkan antara 55-66%
Mengetahui cara mengukur kadar air baik awal maupun saat akan turun giling
Mengetahui cara mengukur tingkat kelayuan kela yuan pucuk
Mengetahui bagaimana pengisian buku harian pembeberan dan p elayuan
Dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperhatikan selama proses pelayuan, pelayuan, antara lain: lain :
25
Menetapkan dan mengatur standar selisih suhu pada termometer ( dy0
wet ) yaitu 1 C
Daun teh yang rusak selama pelayuan akan cepat menjadi merah dan kuning, sehingga daun-daun ini tidak dap at melakukan proses pelayuan kimia yang sempurna
Menetapkan dan mengatur kadar air air pada saat pembalikan pembalikan 72-76% 72-76% dan pada pelayuan (turun giling) 68-74%. Udara untuk pelayuan harus memiliki kelembaban yang rendah
0
Penggunaan udara panas untuk pelayuan tidak boleh lebih dari 28 C karena dimungkinkan terjadinya kontak antara senyawa polifenol dan enzim
Tebal hamparan pada bagian depan atau dekat udara panas lebih tebal dari pada bagian belakang. Hal ini dimaksudkan diperoleh kerataan layuan yang seragam
Waktu dan suhu pelayuan harus optimal yaitu 10-24 jam. Pada proses pelayuan ini akan berpengaruh terhadap proses selanjutnya. Apabila pelayuan terlalu lama ( diatas standar) maka mengakibatkan brownish pada hasil akhir. Sedangkan apabila pelayuannya kurang (dibawah standar) maka mengakibatkan green leaf pada hasil akhir yaitu keadaan dimana bagian luar berwarna hitam tetapi dalamnya masih berwarna hijau/mentah.
Menetapkan dan mengatur keratan layu minimal 90 %. Apabila tidak rata atau tidak sesuai dengan standar akan mengakibatkan rasa yang kurang tajam pada hasil akhir.
3.3 Penggilingan dan Oksidasi Enzimatis
Penggilingan merupakan salah satu proses pada pengolahan teh yang bertujuan untuk menghancurkan pucuk teh menjadi bagian-bagian lebih kecil atau halus sehingga mempermudah proses fermentasi, proses penggilingan penggilingan pada pabrik ini mengunakan system CTC yang membedakan dengan system pengolahan teh dengan system orthodox. Mesin penggiling CTC yang lazim digunakan di
26
indonesia adalah Triplex CTC yang terdiri dari 2 buah rol gigi yang berputar berlawanan arah. Oksidasi enzimatis merupakan proses fermentasi pucuk teh yang telah digiling agar menghasilkan aroma, warna dan rasa yang diinginkan. Fermentasi bubuk basah memerlukan suhu udara rendah dan kelembaban tinggi karena untuk menjaga hasil fermentasi agar optimal dan dimulai sejak pucuk digiling di BLC.
3.3.1
Alat dan Bahan yang yang Digunakan pada Proses Penggilingan dan Oksidasi Enzimatis
3.3.2
Mesin-mesin
GLS ( Green Leaf Leaf Shifter)
BLC ( Borbora Leaf Conditioner)
Triplex CTC
Fermenting unit
Air humidifier
Waktu Kegiatan
Kegiatan pada proses penggilingan dan oksidasi enzimatis yang diikuti selama 4 hari kerja, yaitu tanggal 7, 8, 10, dan 21 Februari 2009. Proses ini dimulai setelah proses turun giling. Setiap kali kegiatan dilakukan selama 1-2 jam untuk setiap serinya, jumlah seri pada proses penggilingan tergantung dari jumlah pucuk layu yang tersedia pada hari tersebut. . 3.3.3
Urutan kerja pada proses penggilingan
Menyalakan semua mesin pada proses penggilingan ( GLS, BLC, CTC dan FU), ± 30 menit sebelum bahan masuk kedalam proses untuk menstabilkan mesin
Sebelum proses pengilingan dimulai maka ruangan penggilingan harus terlebih dahulu dikondisikan yaitu dengan cara mengatur suhu antara 180
26 C dan kelembaban ruangan penggilingan 90-98% agar sesuai dengan kebutuhan proses penggilingan dengan mengaktifkan humidifier.
27
Memasukan pucuk teh yang sudah layu melalui hopper GLS sebanyak jumlah pucuk layu teh per seri pengolahan. Contohnya jumlah pucuk layu teh pada tanggal 7 sebanyak 3188 kg dengan kadar air puck layu 73,12% dan kerataan kerataan layu 90 %. %.
Memisahkan pucuk teh yang telah layu dengan benda-benda asing seperti ulat, batu, ranting kering, logam dan benda-benda lainnya yang tidak
diinginkan
masuk
kedalam
proses
selanjutnya
dengan
menggunakan mesin Green Leaf Shifter.
Mememarkan pucuk teh dengan menggunakan mesin Borbora Leaf conditioner agar mudah untuk digiling. Pada saat memasukan bahan baku ke hopper BLC dilakukan pemantauan agar tidak terjadi penyumbatan pada hopper akibat terlalu banyak bahan yang dimasukan dan apabila terjadi penyumbatan akan menyebabkan rendahnya tingkat pememaran.
Menggiling pucuk teh dengan mesin triplex CTC untuk memperkecil ukuran pucuk teh sehinga memudahkan proses fermentasi dan prosesproses selanjutnya. Mengukur suhu pada mesin triplex CTC dimana suhu pada CTC I 32 0C, CTC II 34 0C, CTCIII 36 0C dengan menggunakan termometer infrared. Hasil penggilingan pada triplex CTC bongkahan teh akan semakin kecil dari mulai CTC1 (8 gigi),CTC 2 (8 gigi),dan CTC 3 (10 gigi) karena jumlah gigi semakin semakin banyak berarti hasil ukuran bongkahan pengilingan akan semakin kecil.
Melakukan proses fermentasi dengan menggunakan mesin Fermenting unit lama fermentasi 60-100 60 -100 menit untuk satu seri pengolahan.
Mengukur ketebalan hamparan 6-10 cm sesuai dengan banyaknya bahan baku dengan menggunaan mistar.
Melakukan penghitungan lamanya proses oksidasi enzimatis dengan cara mengukur lamanya pergerakan tray yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan lama fermentasi untuk menghasilkan bubuk teh yang diinginkan.
Mengukur panas pada bubuk teh yang berada di ats FU dengan mengunakan termometer infrared, infrared, hasilnya pada bagian awal, tengah
28
dan akhir yaitu Suhu bubuk teh pada FU diusahakan berkisar antara 27 0
0
0
0
0
– 32 C pada awal proses, 26 – 28 C pada pertengahan proses, 25 – 0
0
27 C pada akhir akhir proses. Jika suhu suhu bubuk teh > 32 C maka digunakan fan untuk menurunkan suhu, pembalikan bubuk dan menambah
kecepatan FU.
Melakukan pengujian terhadap hasil fermentasi dengan melakukan green dhool test. Green Dhool Test adalah pengujian bubuk teh yang meliputi warna air, rasa dan kenampakan ampas. Adapaun tata cara Green Dhool Test ini adalah sebagai berikut :
Timbang bubuk teh basah sebanyak 11.2 gram dan masukan kedalam cangkir seduhan berukuran 220 cc.
Tuangkan air yang sudah mendidih ke dalam cangkir seduhan.
Setelah didiamkan selama 6 menit, air dituangkan ke dalam mangkok seduhan
Green Dhool Test meliputi penilaian: warna air, rasa, dan kenampakan ampas.
Amati air seduhan dalam mangkok untuk penilaian warna air, dengan kriteria : light, coloury, dan dull.
Cicipi air seduhan dalam mangkok untuk penilaian rasa, yang mencakup : kesegaran (briskness), kekuatan (strenghtness), rasa sepet (pungency) dan tidak ada rasa asing.
Penilaian ampas seduhan dilakukan dengan cara memindahkan ampas seduhan pada tutup cangkir, kemudian amati, kriteria penilaian mencakup : greenish, bright, dull.
Hasil pengujian yang digunakan sebagai dasar penentuan lamanya Oksidasi Enzimatis adalah pengujian bubuk pada akhir proses (10 menit sebelum masuk ke pengeringan).
Membersihkan ruangan dan juga mesin dengan cara menyemprotkan angin agar tidak ada bahan atau bubuk teh yang masih tertinggal setelah proses pengolahan selesai untuk menjaga kebersihan ruangan.
29
3.3.4
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan yang diperoleh dari proses penggilingan dan oksidasi enzimatis antara lain :
Temperatur serta kelembaban ruang giling, d imana suhu ruangan sekitar 18 – 26˚C 26 ˚C sedangkan kelembaban sekitar 90 -98 %.
Temperatur bongkaran tidak boleh lebih dari 32˚C, 32 ˚C, atau berkisar sekitar 28-32˚C. 28-32˚C.
Pengaturan lamanya proses fermentasi dilakukan dengan cara
Melakukan pengecekan lama pergerakan tray dengan memberi batas sepanjang 10 cm kemudian dari hasil waktu yang diperoleh akan dikonversi dengan data standar yang sudah ada maka akan diperoleh lama fermentasi yang harus dilakukan. Dan lama proses fermentasi berkisar antara 60-100 menit tergantung dari keadaan bahan baku.
Faktor-faktor tersebut yang dapat dikendalikan secara teknis adalah kelembabab dan suhu. Suhu ruangan yang digunakan berkisar antara 180
26 C dengan kelembaban 90-98%, sedangkan suhu bubuk teh selama 0
fermentasi terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu suhu bubuk awal 27-32 C, 0
0
suhu tengah 26-28 C dan suhu bubuk akhir 25-27 C. selain itu ketebalan bubuk diatur 6-10 cm dengan kecepatan 60-100 menit. 3.3.5 Pengalaman yang Diperoleh
Mengetahui alur proses penggilingan dan o ksidasi ksidasi enzimatis
Memperoleh Faktor-faktor yang perlu diamati dalam fermentasi/ oksidasi enzimatis antara lain :
Kadar air dalam pucuk
Tebal/tipisnya sebaran bubuk
30
Kelembaban udara ruangan, oksidasi enzimatis selalu dilakukan pada udara lembab. Jika oksidasi dilakukan pada udara kering maka akan menghasilakan teh dengan kenampakan gelap (dull) baik pada air seduhan maupun ampas seduhan ang diikuti penurunan cipta rasa dan kuaitasnya jika dibandingkan dengan teh yang dioksidasikan pada udara lembab.
Waktu oksidasi atau lama waktu fermentasi, ini dapat dilihat dengan menggambarkan dalam kertas grafik kenaikan suhu setiap 10 menit sekali. Juga harus terjadi sinkronisasi antara penggilingan, fermentasi dan pengeringan. Rentang waktu oksidasi sangat mempengarui reaksi oksiasi enzimatis polifenol teh. Waktu oksidasi lebih menitik beratkan kepada lamanya proses oksidasi enzimatis yang dihiung sejak terjadinya kontak antara senyawa poifenol, enzim, dan oksigen atau dihitung sejak dimulainya proses penggilingan
Memperoleh pengalaman dalam mengatur pengkondisian suhu dan kelembaban ruangan pada ruang pengilngan dengan menggunakan alat humidifier untuk menjaga suhu dan kelembab an ruangan.
3.4 Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisis zat-zat pendukung kualitas mencapai kondisi optimum. Dengan adanya pengeringan maka kadar air dalam teh akan menurun, menuru n, dengan demikian teh akan bertahan lama dalam penyimpanan. penyimpanan.
3.4.1
Alat dan Bahan Yang Digunakan pada Proses Pengeringan
Mesin FBD ( fluid Bed dryer) d ryer)
Heat exchanger
Wadah sampel bubuk kering
31
3.4.2
Waktu Kegiatan
Kegiatan pengeringan dilakukan ketika bubuk teh sudah melewati proses fermentasi. Lamanya proses pengeringan 13-18 menit dangan kapasitas 250-300 kg per jam dengan menurunkan kadar air hingga 2,5-3,5% tanpa mengalami over fired atau gosong (bakey). Kegiatan pada proses pengeringan yang diikuti selama 3 hari kerja , yaitu tanggal 14, 15 dan 22 februari 2009 dengan lama proses 1-2 jam setiap serinya. 3.4.3 Urutan kerja pada proses pengeringan
Menyalakan mesin Heat exchanger untuk menghasilkan panas sehingga akan memanaskan plat-plat baja yang ada didalam mesin HE.
Menyalakan mesin fluid bed dyer 30 menit sebelum bahan mulai masuk untuk menstabilkan atau meratakan panas pada mesin FBD sebagai tempat pengeringan diamana panas yang dihasilkan berasal dari udara panas plat baja yang disalurkan menuju mesin FBD
Mengatur suhu pada FBD, suhu inlet ( 110-120 0C) dan ou tlet (80-100 C)
Masuknya pucuk teh yang telah selesai melewati proses oksidasi enzimatis
0
kedaam FBD dengan menggunakan conveyor dengan kadar air ± 68-70%.
Melakukan pengecekan lama waktu pengeringan dengan menggunakan stopwatch dari awal bahan masuk kedalam FBD sampai masuk ke segmen cooler (±13-18 menit)
Mengambil contoh bubuk teh yang sudah melewai mesin FBD dan melakukan kegiatan sebagai berikut :
Mengukur kadar air bubuk kering dari hasil pengeringan dengan menggunakan alat sortorius di ruang pengujian kadar air standar kadar air pengeringan 2,5-3,5%. Dapat dilihat pada Tabel 9.
Melakukan pengujian rasa warna, dan ampas dari bubuk kering di ruangan quality control di ruang uji dengan menggunaan bahan bubuk teh yang sudah keluar dari d ari proses pengeringan.
Melakukan perawatan terhadap mesin FBD yang dilakukan satu minggu sekali.
32
3.4.3
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan dari proses pengeringan antara lain:
Mendapatkan lamanya waktu pengeringan ata-rata yaitu 13-18 menit
Cara mendapatkan lamanya waktu pengeringan yaitu
Dengan mengunakan stopwatch untuk menghitung waktu
Memulai stopwatch ketika pertama kali bubuk basah masuk kedalam FBD hingga bubuk tersebut masuk kedalam segmen cooler.
Mendapatkan kadar air bubuk kering dari hasil pengeringan 2,5-3,5% Nilai kadar air bubuk kering hasil dari proses pengeringan dapat dilihat di
Tabel 9. Tabel 9 Kadar Air Bubuk Kering Hasil Pe ngeringan Pengujian kadar air bubuk kering Tanggal
11
12
Rata-rata Rata-rat a Kadar air bubuk kering (%)
3,44
2,84
13
14
3,33 2,98
15
17
3,49 3,02
18
3,44 3.,33
Melakukan pengujian Inner dan Outer Quality
Pengujian inner quality, mencakup :
kenampakan teh jadi, antara lain : warna, kerataan, kebersihan, dari tulang dan serat, bentuk, tipe.
Air seduhan, antara lain : warna air, kekuatan ( strength), kesegaran (brisk), aroma, pungency.
Kenampakan ampas, antara lain : warna, kerataan.
Pengujian inner quality dengan cara :
timbang 2,8 gram atau 5,6 gram bubuk teh hasil pengeringan tiap seri, masukkan ke dalam cangkir seduhan yang berukuran 110 cc atau 220 cc.
19
Didihkan air murni, setelah mendidih tuangkan tu angkan ke dalam cangkir seduhan yang telah berisi bubuk teh, tutp selama kurang lebih 6 menit, kemudian tuangkan air hasil seduhan kedalam mangkok seduhan.
33
Biarkan mangkok seduhan selama kurang lebih 5 menit, agar seduhan bubuk teh langsung dapat dicicipi dan dilihat warna dari hasil seduhan teh itu sendiri.
Penilaian aroma dilakukan dengan menghirup ud ara seduhan teh dengan membuka sedikit tutup tu tup cangkir.
Penilaian rasa dilakukan dengan mencicipi air seduhan yag ada dalam mangkok d engan engan menggunakan sendok teh.
Penilaian warna dilakuan dengan mengamati air seduhan dalam mangkok.
Penilaian ampas seduhan dilakukan dengan mengamati ampas yang telah dipindahkan pada tutup cangkir.
Pengujian Outer Quality dengan cara : Penilaian kenampakan teh jadi dilaksanakan dengan cara disebar di atas baki melamin atau baki b aki kertas untuk melihat bentuk, warna, kerataan ukuran dan kebersihan dari serat dan tulang.
3.4.4
Pengalamam yang Diperoleh
Mengetahui alur proses pengeringan dari awal teh basah hasil penggilingan dan oksidasi enzimatis masuk kedalam mesin pengering hingga pengujian mutu bubuk keringnya ( kadar air dan hasil seduhan)
Mengetahui cara perawatan yang dapat dilakukan pada proses pengeringan terutama mesin prosesnya,seperti:
Memperoleh cara maintainance yang dilakukan pada mesin proses pengeringan antara lain::
Pembersihan ruangan mesin FBD dilakukan 1 minggu satu kali dengan penyemprotan angin di dalam ruangan agar tidak ada sisasisa dari proses pengeringan teh yang telah dilakukan.
Pembersihan lubang-lubang untuk keluarnya udara panas pada proses pengeringan dengan menggunakan gergaji besi untuk menghindari penyumbatan pada lubang-lubang tersebut.
34
Penggantian pipa baja pada heat exchanger jika terjadi kebocoran dengan cara melakukan penambalan oleh teknisi sehingga dapat digunakan kembali.
Pembersihan lubang angin udara kotor pada pipa baja apabila terjadi penyumbatan dengan menggunakan besi panjang agar ud ara kotor dapat tetap keluar melalui exhaust fan dan tidak masuk kedalam FBD bersama udara panas. p anas.
Mengetahui
faktor-faktor
yang
perlu
diperhatikan
dalam
proses
pengeringan
Suhu udara pengering, suhu inlet FBD harus diperhatikan dan 0
diusahakan konstan pada suhu 120 C, apabila suhu inlet kurang akan mengakibatkan bubuk teh tidak kering, sedangkan apabila 0
suhu inlet melebihi 120 C maka akan mengakibatkan teh menjadi barkey, burn atau over fired sehingga mempengaruhi rasa air 0
seduhan. Jika suhu outlet lebih tinggi 105 akan mengakibatkan sebagian aroma menghilang daan case hardening (teh kering pada bagian luar saja sedangkan bagian dalam masih basah).
Volume udara pengering yang dihembuskan, harus disesuaikan dengan banyaknya bahan baku yang masuk kedalam FBD
Banyaknya bubuk basah yang masuk akan a kan mempengaruhi lamanya proses pengeringan pengeringan dan panas yang diberikan kepada FBD
Ketebalan hamparan bubuk yang akan dikeringkan mempengaruhi lamanya proses penge p engeringan. ringan.
3.5 Sortasi
Sortasi kering pada pengolahan teh CTC lebih sederhana dari pada teh hitam orthodox. Keringan teh CTC ukurannya hampir seragam, dan serat-serat yang tercampur keringan tinggal sedikit karena telah banyak yang dikeluarkan selama pengeringan. Tujuan dari sortasi adalah untuk memisahkan butiran teh yang telah dikeringkan berdasarkan ukuran dan bentuknya.
35
3.5.1
Alat dan Bahan yang Digunakan
Bolotong
Timbangan
Karung
Mesin (Midleton, Vibro blank, Vibro mesh, Crusher, Chotta shifter dan Suction winower )
3.5.2
Teh kering hasil p roses pengeringan
Waktu Kegiatan
Kegiatan sortasi dilakukan setelah bubuk teh pada proses pengeringan keluar dengan kadar air berkisar 2,5-3,5 %. Proses sortasi berlagsung selama 6-8 jam per hari dengan kapasitas 250-400kg per jam. Kegiatan yang dilakukan pada proses sortasi yang diikuti selama 3 hari kerja, yaitu tanggal 13, 17 dan 18 februari 2009. 3.5.3
Urutan kerja pada proses sortasi
Menyalakan terlebih dahulu mesin sortasi (midleton, vibro blank A dan B, vibro mesh A dan B.
Memisahkan bubuk teh dengan menggunakan mesin midleton yang berfungsi untuk memisahkan butiran kasar menuju jalur B dan halus ke jalur A
Jalur A o
Bubuk teh yang lolos dari mesh 10 pada midleton maka akan melalui jalur A yang terdiri dari vibro blak dan vibro mesh.
o
Pada vibro blank dan vibro mesh jalur ini elektromagnetic untuk memisahkan serat dan juga terdapat saringan yang bervariasi di samping mesin, oleh karena itu bubuk teh akan dikelompokan berdasarkan kesamaan ukuran bubuknya untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran alur proses kering produksi teh hitam CTC.
36
Jalur B o
Bubuk teh yang lolos mesh 5 tetapi tidak lolos mesh 10 ukuran bubuknya bubuknya relativ masih ma sih kasar sehingga perlu d i kecilkan ukurannya lagi dengan menggunakan crusher mini kemudian bubuk teh akan diteruskan ke mesin vibro blank dan vibro mesh jalur B. Sedangkan untuk bubuk teh yang tidak lolos mesh 5 akan di masukan ke crusher besar untuk di haluskan terebih dahulu yang kemudian akan masuk kembali kedalam jalur B. pada jalur B sama halnya dengan jalur A tedapat mesin vibro blank dan juga vibro mesh yang memiliki elektromagnetik dan disampingnya terdapat saringan dengan ukuran berbeda.
Menampung atau mengumpulkan bubuk teh yang seukuran dari tiap-tiap saringan pada vibro blank dan vibro mesh baik dari jalur A maupun B kedalam bolotong
Menyalakan mesin chotta shifter untuk mengumpulkan bubuk teh yang seragam baik dari jalur A maupun B. Memasukan bubuk teh yang sama ukurannya kedalam mesin chotta shifter untuk di seragamkan kembali dengan menggunkan mesh yang terdapat pada mesin tersebut.
Menggabungkan kembali hasil dari penyaringan dengan menggunakan mesin chotta tersebut kedalam bolotong dan siap untuk dipisahkan kembali berdasarkan kesamaan berat jenis dengan mesin suction winower.
Menyalakan mesin suction winower. Memisahkan jenis teh berdasarkan berat jenis butiran dengan menggunakan mesin suction winower. Setelah selesai maka hasil dari sortasi ditimbang terlebih dahulu kemudian disimpan pada tempat penyimpanan sementara yaitu p eti miring
3.5.4
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan yang diperoleh dari proses sortasi antara lain:
Menjaga dan mempertahankan kelembaban ruangan (RH) ruangan sortasi dengan standar kelembaban maksimum 80%. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penurunan mutu teh dengan naiknya kadar air bubuk teh.
37
Menetapkan dan mengatur kadar air bubuk teh berkisar 3,5-4,5 %. Apabila kadar air tidak sesuai dengan standar maka akan di down grade dan disimpan secara terpisah atau diidentifikasi d iidentifikasi..
Mesin ini hanya memisahkan bubuk teh berdasarkan bahan baku yang diberikan dari proses sebelumnya sehingga tidak dapat menambah jumlah mutu terbaik yang dapat dihasilkan.
Hasil terbaik dari proses sortasi sangat tergantung dari hasil pengolahan teh sebelumnya seperti pelayuan, penggilingan, pengeringan dan juga bahan baku baku yang dihasilkan. Apabila proses tersebut berjalan dengan dengan baik dan bahan baku yang dihasilkan dikebun sangat baik maka jumlah teh yang masuk kedalam mutu terbaik pun akan semakin banyak dan sebaliknya.
Maintanance mesin sortasi dilakukan 1 kali dalam satu minggu dan biasanga yang sering mengalami kerusakan adalah pada bantalan, rantai dan juga mesin penggetarnya .
Dapat memisahkan mutu teh berdasarkan ukuran partikel dengan menggunakan beberapa ukuran mesh sehingga dapat ditentukan grade yang dihasilkan
Untuk membedakan grade bubuk teh berdsarkan ukuran mesh dapat dilihat pada Tabel 10
Tabel 10 Grade Bubuk Teh Berdasarkan Ukuran Mesh Ukuran Mesh
Grade yang terbentuk
12
BP 1
16 dan 18
PF
22 dan 24
PD1
30
D1
60
Powder
Sumber : Unit sortasi PTPNVII
Mendapatkan jenis teh yang dipisahkan dengan menggunakan mesin suction winower yang berkerja berdasarkan densitas
38
Setiap jenis teh dapat dibedakan berdasarkan berdasarkan densitasnya, beberapa jenis teh yang dipisahkan bedasarkan bedasarkan densitas dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Jenis Teh yang Dipisahkan dengan Suction Winower Jenis
Ruangan
teh
1
PF
PF
BD
BP
Ruangan 2
Ruangan 3
Ruangan 4
FANN
FANN
FNGS
Diolah kembali
Diolah kembali
karena ukuran masih
karena ukuran masih
relative besar dengan
relative besar dengan
menggunakan
menggunakan
crusher
crusher
Diolah kembali karena ukuran masih relative besar dengan menggunakan crusher Digabungkan Digabungkan dengan
BD
BD
BD
BD
FANN karena ukuran yang relative sama
D1
D1
D1
D1
D2
Sumber : Unit sortasi PTPNVII
Jika belum memenuhi standar maka jenis teh yang tidak sesuai standar akan dimasukkan kembali ke dalam suction winnower sampai densitasnya sesuai standar. Perbedaan Jenis teh berdasarkan densitas dapat dilihat pada standar densitas jenis teh seperti pada Tabel 12. Tabel 12 Standar Densitas Jenis Teh Jenis BP 1 PF 1 PD D1 Fann D2 FNGS BM 2 Pluff Sumber : Unit sortasi PTPNVII
Standar Densitas Tanpa Ketukan 20 x Ketukan (cc/100 gram) (cc/25 gram) 300 – 330 70 – 82 250 – 295 70 – 75 250 – 280 65 – 70 240 – 260 58 – 60 290 – 310 54 – 57 235 – 245 64 – 74 295 – 320 69 – 80 350 – 380 74 – 78 485 – 495 95 – 120
39
Memisahkan jenis teh yang dihasilkan dari proses sortasi berdasarkan grade yang sesuai dengan hasil sortasi tersebut
Beberapa grade hasil dari proses sortasi teh hitam sistem CTC pada pabrik Gunung Mas dapat dilihat pad Tabel 13.
Tabel 13 Grade Bedasarkan Jenis Teh yang Dihasilkan pada Proses Sortasi Grade I
Grade II Grade III
3.5.5
BP 1 ( Broken Pecko ) PF ( Pecko Fanning) PD (Pecko Dust) D1 ( Dust 1) Fanning D2 ( Dust 2) BM ( Broken Mike) FNGS ( Fanning Second) Pluff
Pengalaman yang Diperoleh
Mengetahui alur proses sortasi dari awal hingga akhir
Mengetahui mutu teh yang dibedakan berdasarkan berdasarkan besar butiran teh yang tersaring menggunakan mesh pada setiap mesin sortasi, dapat dilihat pada Tabel 10
Dapat membedakan jenis-jenis teh yang dihasilkan pada proses sortasi pada Tabel 13
3.6
Mengetahui kegiatan–kegiatan yang dilakukan pada proses sortasi
Pengepakan
Pengepakan merupakan proses yang dilakukan setelah bubuk teh dipisahkan berdasarkan bentuk dan ukuran dengan proses sortasi. Pengepakan adalah proses pengolahan teh tahap akhir dari pengolahan teh hitam CTC. Teh yang telah mengalami tahapan sortasi dan dikelompokan dalam kelasnya yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan
40
3.6.1
Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Proses Pengepakan
Peti miring ( Tea bins )
Packer
Tea bulker,
Bag shave
Tea packer
Paper sack
Tea sack
Teh hasil sortasi
3.6.2
Waktu Kegiatan
Kegiatan pengepakan dilakukan setelah proses pemisahan bersarkan ukuran dan mutu dilakukan pada proses sortasi dan dimasukan kedalam peti miring sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum di kemas lama proses pengepakan ± 6-8 jam per hari. Mahasiswa melakukan kegiatan pada proses pengepakan 2 hari kerja.
3.6.3
Urutan kerja pada proses pengepakan
Setelah proses sortasi selesai maka bubuk teh dimasukan ketempat penyimpanan sementara yaitu peti miring yang tujuannya untuk menjaga kondisi kadar air bubuk teh dan tidak terkontaminasi dengan benda asing sehingga mutu tetap terjaga.
Setelah persediaan pada tea bin telah mencapai minimal 1 ton untuk dibuat 1 chop untuk ekspor dan satu KB untuk lokal. Sebutan chop digunakan untuk teh mutu I sedangkan teh mutu II susunannya disebut disebut KB
Menyalakan terlebih dahulu mesin-mesin pada proses pengepakan sebelum proses pengepakan dilakukan mesin-mesin tersebut antara lain: Tea Bins, Tea Tea Bulker, Tea Packer , Tea sack Packer, Bag Shaver, dan Paper Sacker
Mencampurkan mutu teh yang sama dengan menggunakan mesin tea bulker yang tujuannya dari pencampuran untuk lebih meratakan kelas mutu teh yang didapatkan dari seri penggilingan yang berbeda.
Membuka klep tea bulker untuk melakukan pengisian papersack, tiap papersack memiliki berat 0,7 kg.
41
Melakukan pemadatan dengan menggunakan tea sack packer selama 2 menit
Meratakan ketinggian dengan menggunakan mesin bag shaver
Menyimpan hasil kemasan ke tempat penyimpanan
3.6.4
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan yang diperoleh dari proses pengepakan antara lain:
Membedakan isi paper sack berdasarkan jenis mutu yang ada pada pabrik pengolahan teh hitam gunung mas
Berat isi dari paper sack dapat ditentukan berdasarkan jenis mutu teh seperti yang terihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Berat Teh Pada Setiap Kemasan Kemasan Berdasarkan Jenis Jenis Mutu
Jenis Mutu
Isi Paper Sack (Kg)
BP ( Boken Pecco) I
48
PF ( Pecco Fanning ) I
53
PD ( Pecco Dust)
56
D ( Dust ) I
68
F (Fanning)
52
D (Dust) II
60
Banyaknya teh yang akan dikepak tergantung dari banyaknya pesanan dari konsumen yang diterima oleh perusahaan dan juga bahan baku yang tersedia di peti miring.
Sedangkan lamanya dalam satu kali proses atau satu chop ± 1jam
42
3.6.5
Pengalaman yang Diperoleh
Mengetahui alur proses pengepakan dari awal hingga disimpan pada tempat penyimpanan
Mengetahui bagaimana fungsi dari setiap mesin yang ada pada unit pengepakan
Mengetahui isian paper sack b erdasarkan mutu teh yang dimasukan
Mengikuti mentainence yang dilakukan pada mesin-mesin pengepakan, perawatan dilakukan satu kali dalam satu minggu oleh bagian teknisi dan apabila
terjadi
kerusakan
mendadak
maka
teknisi
akan
langsung
memperbaikinya.
43
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan kegiatan yang telah dilakukan pada proses pengolahan teh hitam sistem CTC khususnya pada proses pembeberan dan pelayuan pelayuan dapat dap at ambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Pada proses pengolahan teh hitam tahap-tahapnnya adalah pembeberan dan pelayuan, penggilingan p enggilingan,, peng p engeringan,sortasi eringan,sortasi dan pe ngepakan. ngepakan. 2. Proses pembeberan dan pelayuan merupakan pondasi dari pengolahan teh 3. Proses pembeberan dan pelayuan merupakan proses penurunan kadar air dari pucuk teh segar, pengendalian atau pengamanan produk dari kontaminasi benda asing maupun zat kimia, menganalisis keadaan pucuk dan petik dari bahan baku. 4. Lama tidaknya proses penurunan kadar air pada pembeberan dan pelayuan dipengaruhi oleh keadaan pucuk yang dihasilkan oleh kebun, faktor alam yang mendukung seperti cuaca lingkungan sekitar dan ada tidaknya angin yang membantu proses pembeberan dan pelayuan 5. Keberhasilan penurunan penurunan kadar air pada proses pembeberan dan pelayuan pelayuan akan mempengaruhi proses pengolahan teh selanjutnya 6. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada proses pembeberan dan pelayuan antara lain kadar air yang harus dicapai pada proses pelayuan berkisar 68-74% , derajat layu 30-33%, kerataan layu minimal 90%, lama proses 10 jam hingga 24 jam. 7. Pengisian bahan baku ke dalam withering trough di pengaruhi oleh CFM setiap WT dan jumlah bahan baku yang ada 8. Penggunaan heat exchanger diberikan pada saat kondisi tertentu atau sesuai dengan kebutuhan seperti jika bahan baku yang dihasilkan kebun
44
sangat banyak dan juga jika kondisi cuaca lingkungan tidak mendukung untuk dilakukan pelayuan secara normal. 9. Mendapatkan pengaruh kelayuan kelayuan teh terhadap proses selanjutnya
Tabel 15 Pengaruh Tingkat Kelayuan Pucuk Teh dari Proses Pelayuan Terhadap Proses-Proses Selanjutnya Pucuk kurang layu
Pucuk terlalu layu -Kapasitas tinggi
1. Penggilingan
- Kapasitas giling turun
-Mempersulit proses
- Hilangnya potensi seduhan
pengilingan
- Memperpanjang oksidasi
-mempengaruhi rasa dan
enzimatis
warna
- Diperlukan optimalisasi
- Fermentasi dipercepat
kelembaban
-Diperlukan optimalisasi kelembaban
2. Pengeringan
-Kapasitas pengeringan turun
- Kapasitas tinggi
-Banyak gumpalan keras (kik)
- Teh mudah terhembus
yang sulit terurai
keluar karena butiran
-Jam kerja panjang
terterlalu kecil
-Proses lambat
- Proses lebih cepat
-Rasio tinggi
- Rasio rendah
- Banyak bagian teh yang
3. Sortasi
harus diperkecil
-Banyak menghasilkan
- Menghasilkan bubuk teh
bubuk teh yang brownish
yang greenleav
-Menghasilkan warna
- warna menjadi
bubuk teh hitam
kecoklatan/merah
45
4.2 Saran
1. Pembeberan dilakukan sebaik mungkin karena akan membuat aerasi udara akan semakin baik dan hasil pelayuan akan semakin rata kesemua bagian pucuk teh sehingga akan mempermudahkan pada proses pengolahan selanjutnya 2. Penggunaan withering trough untuk pengisian harus sesuai dengan cfmnya dan bahan baku baku yang ada sehingga akan menghasilkan kerataan layu layu yang sama dan lama pelayuan yang cepat. 3. Kerataan layu harus dicapai semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang optimum
46
Daftar Pustaka
hitam CTC Di PTPN Agatha Astri Dhianita .2007, Proses pengolahan teh hitam Gunung Mas. Laporan PKL Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Zain, Sudaryanto. 2005. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Universitas Padjadjaran .Bandung
47