BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Industri manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi.Menurut jenis yang dihasilkannya industri manufaktur dibagi menjadi berbagai jenis seperti, makanan, minuman, tekstil, mebel/furniture, barang logam, barang plastik, dan sebagainya.Pertumbuhan industri manufaktur sendiri secara global dari tahun 2005-2010 meningkat sebesar 5%.Pertumbuhan pesat tersebut tentu dibarengi dengan pertumbuhan resiko kecelakaan kerja. Data dunia menunjukkan pada tahun 2012 sekitar 502.800 dari 11.268.906 kecelakaan kerja di dunia industri manufaktur di Amerika mengalami cedera yang fatal (kecacatan) dan
Hal ini terjadi karena safety karena safety awareness yaitu awareness yaitu kesadaran atas keselamatan yang masih rendah sehingga kebijakan pemerintah dan kebijakan dari pihak manajemen sangat mempengaruhi untuk menciptakan behavior basic safety (BBS) dalam lingkungan perusahaan. Kondisi lain adalah masih kurangnya kesadaran dari sebagian besar masyarakat,perusahaan, baik pengusaha maupun tenaga kerja akan ak an arti penting K3 merupakan hambatan yang sering dihadapi. Laporan kunjungan praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan sertifikat AK3 Umum yang diadakan PT. PRIMUS Prima Mandiri Utama Sejahtera bekerjasama dengan kementrian tenaga kerja dan transmigrasi. Hal tersebut yang melatarbelakangi kami pada tanggal 11 Agustus 2015 melakukan kunjungan kerja praktek pada PT. AST Indonesia. B. Profil Perusahaan
PT. AST Indonesia adalah adalah perusahaan Jepang yang berlokasi di Kawasan
3. Divisi Assembly
Merupakan divisi untuk menyatukan barang-barang setengah jadi dari divisi produksi plastik, wooden, painting dan stacking cabinetkemudian dirakit menjadi barang jadi, yaitu instrumen musik, dan furniture. Bahan utama: paku, lem, 4. Divisi Painting & Finishing
Merupakan divisi yang berisi mesin pengampelas dan pengecat barang setengah jadi menjadi produk yang siap masuk ke divisi assembly untuk dirakit menjadi barang jadi. Bahan utama: cat dan kertas amplas 5. Divisi Produksi Stacking Cabinet
Merupakan divisi rintisan PT. AST yang memproduksi bagian-bagian dari
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah : 1. Untuk mempraktekan teori yang telah diterima selama kegiatan pembinaan. 2. Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai aplikasi K3 di lapangan
khususnya
bidang
konstruksi,
kelistrikan
dan
penanggulangan
kebakaran. 3. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi peserta Calon Ahli K3 Umum. Calon Ahli K3 Umum dapat mengidentifikasi, menganalisa, dan memberikan saran arau rekomendasi.
BAB III RUANG LINGKUP& DASAR HUKUM
3.1 RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan ini adalah 3.1. Konstruksi & Sarana Bangunan 3.1.1. Ruang Lingkup
Konstruksi bangunan ialah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja. Ruang lingkup dari kegiatan konstruksi bangunan UU No. 1 tahun 1970 Pasal 2c, 2k, 2l dan p asal 3, adalah sebagai berikut: a. Pekerjaan Penggalian b. Pekerjaan Pondasi c. Pekerjaan Konstruksi Beton
c. Sistem dan gas: meliputi perpipaan saluran ventilasi udara bersih dan udara buangan sisa produksi.
3.4. Instalasi Petir 3.4.1. Ruang Lingkup
Instalasi
penyalur
petir
merupakan
satu
kesatuan
berfungsi
untuk
menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke bumi .Lingkupan dari instalasi petir adalah seluruh susunan sarana penyalur petir terdiri atas penerima (Air Terminal/Rod), penghantar penurunan (down conductor), elektroda bumi (earth electrode) termasuk perlengkapan lainnya.
3.5. Instalasi Listrik 3.5.1. Ruang Lingkup
untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, penerapan upaya keselamatan dan kesehatan kerja guna perlindungan keselematan kerja/buruh guna mewujudkan produktifitas kerja. UU No. 13 tahun 2003 pasal 87 mengatur mengenai kewajiban penerapan sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. UU No. 1 tahun 1970 mengatur mengenai persyaratan keselamatan kerja, UU ini secara umum mengenai ruang lingkup, syarat keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan, P2K3, kewajiban dan hak tenaga kerja maupun pengurus, dan kewajiban pada saat memasuki tempat kerja. Beberapa undang-undang dan kebijakan menteri terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja : 4.1 Konstruksi Bangunan
a. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4.2 Instalasi Listrik a. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 15 tahun 1985 tentang Kebijakan Nasional dalam hal penyediaan Tenaga Listrik c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Instalasi Penyalur Petir d. Permenaker RI No.03/Men/1999 tentang pesawat lift listrik untuk penumpang dan barang e. Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan f.
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan
No.:
Kep.311/BW/2002
tentang
Sertifikasi
Kompetensi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik g. SNI PUIL 2011 h. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015, tentang keselamatan dan
BAB IV HASIL PKL
Berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan di PT. AST Indonesia didapatkan hasil sebagai berikut: 4.1 Stuktur Organisasi P2K3
4.2 Personil Tim No 1
Regu/Tim Regu C
(APD, PMK & Evakuasi)
2
Regu C
(APD, Machinery & Elektric)
Ketua Kenichiro Sasaki
Sekretaris Bambang Soedarsono
Kenichiro Sasaki
Bambang Soedarsono
Anggota 1. Pitoyo (KT) 2. Andreas 3. Puthut 4. Bondan W 5. Sukam 6. Wahyuni 7. Eko M. 8. Sutoto 9. Danru 1. Amin M (KT) 2. Bambang T.U 3. Agus S 4. Budi W 5. Heri S 6. Krisnadi 7. Edi S 8. Ali Maskuron
4.4 Sistem Penyedot debu di ruang produksi 2
No
Nama Perlengkapan
Jumlah
Pengecekan
1. Spark detektor
4
1 bulan
2. Pembersih kantong penyedot
4
1x seminggu
4.5 Training/Pelatihan No
Bentuk Training
Periode training
1.
Pelatihan Kerja (seluruh pekerja)
2.
Tanggap darurat
Setiap bulan
3.
Pelatihan Hydrant
Setiap bulan
4.
Pelatihan APAR
6 bulan
5.
Evakuasi
Satu tahun
4.6 Kegiatan Pengamanan No
Safety Activity
CHECK
1.
P2K3 meeting
Setiap bulan
2.
Patrol keluar pabrik
Setiap bulan
3.
5S Patrol
Setiap bulan
4.
Penilaian Risiko
Setiap bulan
5.
Patrol sepeda motor
6 bulan sekali
6.
Pelaporan Near Miss
Setiap bulan
7.
SSCS (Safety Self Check Sheet )
Setiap 3 bulan sekali
8.
Pengecekan mesin baru
Sebelum digunakan
9.
Informasi terhadap bahaya
Setiap tahun
10. Thermosurvey by Insurance
Setiap tahun
11. Survey Pengendalian Risiko
Setiap tahun
Prosedur Tanggap Darurat Gempa Bumi PT. AST Indonesia
gelap, sehingga ketika aliran listrik mati dalam keadaan darurat pekerja tetap dapat melihat tanda evakuasi menuju titik aman berkumpul.
4.9 Reward
Sebagai upaya penghargan terhadap pencapaian zero accdent terhadap pekerja. PT. AST Indonesia memberikan reward berupa T-shirt safety+50.000/ orang atau Jacket safety+100.000/orang setiap 6 bulan sekali untuk departemen yang
BAB V TEMUAN LAPANGAN
5.1 TEMUAN POSTIF NO
LOKASI
FOTO
TEMUAN POSITIF
KETERANGAN
HASIL OBSERVASI
1 Ada pada
Cukup memadai
PERATURAN PERUNDANGAN
Dapat dengan mudah
UU No 1 tahun 1970 pasal
setiap ruang
mendapatkan alat
3 ayat 1(b), permenaker no
produksi
pemadam kebakaran
4 tahun 1980 tentang syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR
15
2 Ruang Ipal
Terdapat cooling tower
Sebagai pendingin
UU No 1 Tahun 1970
evaporatif yang digunakan
tentang keselamatan kerja,
untuk mendinginkan air
Permenakertrans No 01
atau media kerja lainnya
/Men/ 1980 tentang
sampai bertemperatur
konstruksi bangunan
mendekati temperatur udara sekitar 3 Ruang Ipal
Terdapat jokey pump
Menstabilkan tekanan air
UU No 1 Tahun 1970
yang memakai diesel dan
pada jaringan pipa sistem
tentang keselamatan kerja,
listrik beserta
pemadam kebakaran
Permenakertrans No 01
pemeriksaan dan
gedung
/Men /1980 tentang
pengujian kelayakan jokey pump
16
konstruksi bangunan
4 Di gedung
Terdapat pelaporan dan
Untuk mengetahui
Permenakertrans 02/
bagian
pemeriksaan uji
kelayakan instalasi
MEN/1989 tentang
belakang
kelayakan instalasi
penyalur petir ke tanah
pengawasan instalasi
penyalur petir
5 Ruang genset
penyalur petir
Terdapat heat detektor di
Mengetahui suhu panas
Permenaker No 02 / MEN /
atas genset
yang berlebih jika terjadi
1983 tentang instalasi alarm
kebakaran pada ruang
kebakaran otomatis
genset
17
6 Ruang genset
Terdapat laporan
Mengetahui kelayakan
PUIL 2011
pemeriksaan dan
genset dengan kapasitas
Peraturan
pengujian motor diesel
1000 kva
Ketenagakerjaan
orgenerator set
Tahun
Menteri
2015,
No.
12
tentang
keselamatan dan kesehatan kerja listrik di tempat kerja.
7 Di gedung bagian
Terdapat instalasi
Menghindari kebakaran
PUIL 2011,
penyalur petir
yang bersumber pada petir
Permen No 02 tahun 1989
belakang
pasal 2 ayat 1 tentang instalasi penyalur petir
18
8 Pos satpam
Terdapat main panel
Mengetahui accident yang
PUIL 2011
berada pada suatu lokasi,
Peraturan
supaya dapat dengan
Ketenagakerjaan
cepat menghentikan
Tahun
bahaya
keselamatan dan kesehatan
Menteri
2015,
No.
12
tentang
kerja listrik di tempat kerja.
9 di semua
terdapat jalur evakuasi
tempat
untuk menyelamatkan diri
Peraturan Pemerintah
dalam keadaan berbahaya
Nomor 36 tahun 2005, tentang bangunan gedung
19
10 di ruang produksi,di
terdapat hydran ( 1,5 inch
untuk memadamkan api
UU no 1 tahun 1970,
,2,5 inch )
dengan tekanan air yang
permenaker no. per. 02/men
sudah tersedia
1983,kepmen no.kep. 186
belakang ruang
/Men/1999
produksi,di deket pintu antar ruang produksi 11 di ruang
terdapat smoke detector
Mengetahui asap yang
Permenaker No 02 / MEN /
genset,di
berlebih jika terjadi
1983 tentang instalasi alarm
ruang
kebakaran pada ruang
kebakaran otomatis
produksi,di
genset
20
12 di ruang
fire alarm
produksi, di
untuk tanda adanya
Permenaker No 02 / MEN /
kebakaran
1983 tentang instalasi alarm
kantin
13 di ruang
kebakaran otomatis
Horn
produksi, di kantin
untuk menginformasikan
Permenaker No 02 / MEN /
tanda adanya kebakaran
1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis
21
14 di ruang
APAR each Forklift
produksi
untuk memadamkan api
UU No 1 tahun 1970 pasal
kecil pada kebakaran di
3 ayat 1(b), permenaker no
pasang dalam forklift
4 tahun 1980 tentang syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR
di pintu
terdapat pemisah jalur
untuk mengurangi
UU No 1 Tahun 1970
masuk masuk
pejalan kaki karyawan
desakan karyawan pria
tentang keselamatan kerja
produksi
pria dan wanita
dan wanita
22
5.2 TEMUAN NEGATIF NO
LOKASI /OBJEK
1
FOTO OBJEK
TEMUAN
POTENSI
KETIDAKSESUAIAN
BAHAYA
REKOMENDASI
PERATURAN PERUNDANGAN
Ruang
lantai tidak rata dan
karyawan bisa
sudah di lakukan
Permenakertrans
produksi
bergelombang
terjatuh, tergelincir
perataan, tetapi struktur No 01 /Men /1980 tanah yang tidak labil.
tentang konstruksi
Jadi setiap penurunan
bangunan
di usahakan untuk di buat rata kembali 2
ruang produksi
kabel listrik tidak tertata konsleting, karyawan
di beri kabel tray atau
Kepmenakertrans
dengan rapi
di satukan dengan
RI Nomor Kep-75/
isolasi listrik
MEN/ 2002, PUIL
bisa tersandung
2011 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 2015,
12
Tahun tentang
keselamatan
23
dan
kesehatan listrik
di
kerja tempat
kerja.
3
lorong masuk
tidak terdapat jalur
karyawan bisa
ruang
untuk membedakan
tertabrak pengangkut pembatas untuk jalan
tentang demarkasi
produksi
pengangkut barang
barang
karyawan menuju ruang
di
produksi
lintas,
daerah
bebas
rintangan,
dengan jalan karyawan
di beri garis kuning atau
SNI 13-6350-2000,
lorong,
dan
jalan
tempat
penyimpanan barang.
4
ipal
tidak terdapat hand
karyawan bisa jatuh
railing
ke selokan dan
1970 tentang
kolam
keselamatan kerja
24
di buatkan hand railing
UU No 1 Tahun
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di PT. AST Indonesia yang dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2015 didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Adanya komitmen perusahaan terkait implementasi program K3 dengan dibentuknya P2K3, berdasarkan pengamatan di lapangan penerapan K3 hampir semua sudah tertata dengan rapi. 2) Ditemukannya banyak temuan positif dan beberapa temuan negatif dari di adakannya pelaksanaan pengamatan PKL K3 di PT. AST Indonesia.
LAMPIRAN Peta Evakuasi PT. AST
26
27